59
i IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN INVESTMENT) OLEH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (DPMPTSP) KOTA SEMARANG SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh FEDYA MAHARDINI 8111413251 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

i

IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN

LINGKUNGAN (GREEN INVESTMENT) OLEH DINAS

PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

PINTU (DPMPTSP) KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh

FEDYA MAHARDINI

8111413251

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

ii

Page 3: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

iii

Page 4: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

iv

Page 5: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

v

Page 6: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Orang sukses bukan berawal dari tempat yang kita anggap baik, melainkan

dimana ada niat dan keinginan hati kita untuk sukses dan bahagia” – Papa

Kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan – Siddhartha Gautama

Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum

adalah kelaliman – Blaise Pascal

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah mempermudah segala

urusan dan selalu memberi nikmat yang tidak

akan bisa terhitung oleh manusia, semoga skripsi

ini bermanfaat dan membawa kebaikan bagi

semua orang.

2. Kedua orang tuaku tercinta, Yatmi dan Efendi

yang telah merawat serta memberikan kasih

sayang sejak lahir hingga dewasa, dan selalu

mendoakan serta memberikan semangat untukku

dan telah bersusah payah dalam mendidikku dari

kecil hingga sekarang.

Page 7: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

vii

3. Terimakasih untuk Dosen dan staf pegawai Tata

Usaha FH Unnes atas bantuan dan bimbinganya.

4. Untuk seluruh teman-teman dan sahabat yang

telah menemani dalam susah maupun senang.

5. Untuk sahabat-sahabatku Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan semangat dan motivasi.

6. Terimakasih untuk almamaterku

Page 8: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan

judul “Implementasi Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green

Investment) oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota Semarang di Kota Semarang” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat tersusun dengan baik tidak lepas

dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini

penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang.

3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Duhita Driyah Supraptri, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Perdata

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen

Pembimbing I yang atas kesediannya dan kesabarannya memberikan

bimbingan, kritik dan saran.

5. Ubaidillah Kamal, S.Pd., M.H. selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberi saya wawasan, bimbingan, dan pengarahan.

6. Ibu Nurul Fibrianti, S.H., M.Hum. selaku penguji utama

7. Bapak Indung Wjiyanto, S.H., M.H. selaku dosen wali penulis selama

penulis mencari ilmu di Universitas Negeri Semarang

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan ilmunya yang bermanfaat bagi penulis dikemudian

hari.

9. Seluruh Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

Page 9: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

ix

10. Seluruh Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kota Semarang khususnya Bapak Purnomo Dwi Sasongko, M.T.,

M. M. Dan Bapak Yudha Bhakti Diliawan S.T., M.T. yang telah

membantu dan membimbing penulis selama penulis melakukan

penelitian.

11. Kedua orang tua serta keluarga besar yang selalu mendukung dan

mendoakan agar pembuatan skripsi penulis berjalan lancar

12. Sahabat-sahabatku Faris Siregar, Bella Purbanita, Novia Aryani , Ajeng

Savira, Inas Eka, Mohamad Fadil, Rudi Maulana, Meita Putri Susiyowati

Indah, Ernia Ningsih, Maya Febriyani, Toyi Ambarwati yang telah

membantu dan menyemangati serta mendoakan.

13. Teman-teman saya yang selalu memberikan semangat dan menghibur

Maul, Tommy, Dhimas, Rifqi, Dea, Enggar, Shanita, Ana, Riris, Angga,

Jannah, Zuli.

14. Semua teman-teman Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Angkatan 2013 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak. Akhirnya,semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca dan bagi perkembangan hukum di Indonesia.

Semarang, 31 September 2017

Fedya Mahardini

8111413251

Page 10: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

x

ABSTRAK

Mahardini, Fedya. 2017. Implementasi Penanaman Modal yang Berwawasan

Lingkungan (Green Investment) oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang. Fakultas Hukum. Universitas

Negeri Semarang. Pembimbing 1 : Dr. Duhita Driyah S. SH, M. Hum.. Pembimbing

2: Ubaidillah Kamal, S.Pd., M.H.

Kata Kunci : Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan (Green

Investment), DPMPTSP, Kota Semarang.

Perhatian dunia termasuk Negara Indonesia terhadap kelestarian lingkungan

yang terkena dampak industrialisasi memunculkan konsep-konsep yang diharapkan

dapat menjaga keberlanjutan lingkungan seiring dengan pembangunan. Dalam hal

ini terdapat konsep baru yakni penanaman modal yang berwawasan lingkungan

(Green Investment) sebagai upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Penulis mengambil rumusan masalah : (1) Bagaimana pelaksanaan penanaman

modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment) khususnya di sektor

industri oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota Semarang ? dan (2) Bagaimana pengaruh penanaman modal

yang berwawasan lingkungan (Green Investment) terhadap iklim penanaman modal

di Kota Semarang ? Metode yang digunakan adalah metode penelitian hukum

deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Data yang dikumpulkan

yaitu data primer dan data sekunder. Keabsahan data menggunakan teknik

triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Pelaksanaan penanaman modal yang

berwawasan lingkungan (Green Investment) oleh Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang dilakukan berdasarkan

Perda Kota Semarang No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Semarang. Hal ini

karena Perda tersebut sesuai dengan upaya-upaya untuk merencanakan dan

mengatur penanaman modal secara berwawasan lingkungan di Kota Semarang.

Dalam sektor industri telah dilakukan upaya-upaya sesuai dengan Perda Kota

Semarang No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Semarang dan pengendalian

penanaman modal melalui perizinan. (2) Penerapan konsep penanaman modal yang

berwawasan lingkungan (Green Investment) membawa pengaruh yang baik bagi

iklim penanaman modal di Kota Semarang, dapat dilihat dari perkembangan

pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang serta naiknya jumlah investor tiap tahun.

Dapat disimpulkan bahwa : (1) Pelaksanaan penanaman modal berwawasan

lingkungan (Green Investment) oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang dilakukan berdasarkan Perda Kota

Semarang No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Semarang, karena belum ada

pengaturan khusus mengenai konsep penanaman modal berwawasan lingkungan

(Green Investment) di Indonesia. (2) Konsep penanaman modal berwawasan

lingkungan (Green Investment) berpengaruh baik terhadap iklim penanaman modal

di Kota Semarang.

Page 11: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 10

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 10

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 11

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 11

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 12

Page 12: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14

2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 14

2.2 Penanaman Modal di Indonesia ............................................................ 18

2.3 Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) .................... 23

2.4 Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan (Green Investment) ...... 27

2.5 Teori Ekonomi Hijau (Green Economy) ............................................... 32

2.6 Kerangka Berpikir ................................................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 38

3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................... 38

3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................... 39

3.3 Fokus Penelitian .................................................................................... 40

3.4 Lokasi Penelitian ................................................................................... 41

3.5 Sumber Data Penelitian ......................................................................... 41

3.5.1 Data Primer .................................................................................. 42

3.5.2 Data Sekunder .............................................................................. 43

3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 46

3.6.1 Wawancara ................................................................................... 46

3.6.2 Kajian Pustaka ............................................................................. 47

3.6.3 Dokumentasi ................................................................................. 47

3.7 Validitas Data ........................................................................................ 48

3.8 Analisis Data ......................................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 52

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 52

Page 13: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xiii

4.1.1 Gambaran Umum Kota Semarang .............................................. 52

4.1.2 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota Semarang ...................................................... 55

4.1.3 Pelaksanaan Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan

(Green Investment) khususnya di sektor industri oleh Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota Semarang .................................................. 59

4.1.4 Pengaruh Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan

(Green Investment) terhadap iklim investasi di Kota Semarang 73

4.2 . Pembahasan ........................................................................................ 78

4.2.1 Pelaksanaan Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan

(Green Investment) khususnya di sektor industri oleh Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota Semarang .....................................................78

4.2.2 Pengaruh Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan

(Green Investment) terhadap iklim investasi di Kota Semarang 84

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 87

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 87

5.2 Saran ............................................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89

LAMPIRAN ..................................................................................................... 92

Page 14: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 14

Tabel 4.1 Letak Geografis Kota Semarang ....................................................... 49

Tabel 4.2 Jumlah Pelayanan Perizinan Tahun 2016 ......................................... 64

Tabel 4.3 Penyelenggaraan Promosi Investasi Tahun 2016.............................. 64

Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB) Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kota

Semarang ..................................................................................... 66

Tabel 4.5 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Kota Semarang ........... 73

Page 15: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 34

Bagan 3.1 Analisis Data Kualitatif menurut Miles dan Huberman .................. 48

Page 16: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu .................................................................... 53

Gambar 4.2 Peta Tata Guna Lahan Kota Semarang Tahun 2011-2030 ............ 61

Gambar 4.3 Peta Pola Ruang Wilayah Kota Semarang 2011-2030 .................. 61

Page 17: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

Lampiran 3. Surat Penetapan Usulan Topik Skripsi

Lampiran 4. Usulan Pembimbing

Lampiran 5. Surat Penelitian

Lampiran 6. Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI

Lampiran 8. Penerbitan Ijin Usaha Industri Penanaman Modal Dalam Negeri

Bulan Januari 2017 DPMPTSP Kota Semarang

Lampiran 9. Laporan Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Kota Semarang

Page 18: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah lingkungan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

berbeda dengan masalah lingkungan di negara maju atau industri (Silalahi, 2014 :

18). Masalah lingkungan di negara maju disebabkan oleh pencemaran sebagai

akibat sampingan yang mengguaka banyak energi, teknologi maju yang boros

energi pada industri, kegiatan transportasi dan komunikasi serta kegiatan-kegiatan

ekonomi lainnya. Masalah lingkungan di Indonesia terutama berakar pada

keterbelakangan pembangunan. Karena itu, apabila negara industri memiliki

pandangan yang kuat untuk mengatasi pembangunan, lazim dikenal dengan

pertumbuhan nol (zero growth), bagi Indonesia justru untuk mengatasi masalah

lingkungan diperlukan pertubuhan ekonomi denan meningkatkan pembangunan

nasional.

Usaha-usaha merencana dan menjalankan pembangunan nasional sudah kita

mulai sejak permulaan negara kita ini merdeka (Tjokroamidjojo, 1987 : 2). Tujuan

dari pembangunan itu tidak lain untuk menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih

baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar maupun kecil yang

tersebar dari Sabang sampai Merauke dan terdiri dari bermacam-macam suku dan

kebudayaan. Maka tidaklah mudah bagi bangsa Indonesia melaksanakan

pembangunan dengan keadaan yang beranekaragam. Tentu pembangunan tersebut

harus disesuaikan dengan keadaan wilayah dimana pembangunan itu dilaksanakan.

Page 19: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

2

Hal ini untuk mewujudkan amanat dalam UUD 1945 yakni memajukan

kesejahteraan umum.

Penanaman modal sebagai salah satu kegiatan ekonomi untuk membiayai

berbagai program pembangunan, baik untuk kepentingan kalangan dunia usaha

maupun pemerintah, sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan

yang berkesinambungan dan memiliki manfaat bagi masyarakat secara umum.

Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal dijelaskan bahwa “Penanaman modal adalah segala bentuk

kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun

penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

Indonesia.”

Seiring berjalannya waktu kegiatan penanaman modal di Indonesia semakin

berkembang. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan penanaman modal memang

telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong kinerja laju

pertumbuhan ekonomi Indonesia, pelaksanaan penanaman modal tidak selalu

membawa dampak positif namun juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi

masyarakat seperti mengorbankan kelestarian lingkungan hidup. Misalnya saja

Indonesia harus membuka lahan hutan untuk tambang hingga tanpa sadar merusak

ekologi yang ada. Sedangkan rusaknya ekologi beresiko tinggi menimbulkan

bencana alam di masa depan nanti. Setiap pembangunan selalu memiliki dampak

terhadap lingkungan hidup. Dimana misalnya pembangunan sebuah jalan raya yang

menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya yang jelas-jelas akan

berdampak terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Yang mana dalam pembukaan

Page 20: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

3

jalan tersebut akan membawa pengaruh kepada 2 (dua) hal, yaitu menebasi pohon-

pohon hutan yang terkena peta pembukaan jalan dan terganggunya kestabilan

tanah-tanah sekitarnya (Siahaan, 2006:375). Padahal tidak bermanfaat pula apabila

pertumbuhan ekonomi terus membaik tapi kondisi ekologi buruk maka di masa

depan semua akan hancur dengan hukum alam yakni bencana yang selalu siap

datang.

Dalam perjalanan pembangunan nasional ini, pada Tahun 1970-an dunia

Internasional mulai menaruh perhatian terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini

karena munculnya isu lingkungan dimana laju industrialisasi dinegara-negara maju

semakin masif serta meningkatnya kompetisi dalam bidang industri sangat

memengaruhi peningkatan terhadap konsumsi energi yang mengakibatan polusi

lingkungan dan peningkatan emisi gas rumah kaca.

Silalahi (2014:32) mengatakan :

“Pembangunan Indonesia yang secara konsepsional dimulai pada

tahun 1969 tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan ekonomi baru

Indonesia di bidang permodalan, khususnya modal asing, Diawali

dengan kebijaksanaan tentang modal asing dan modal dalam negeri.

Kebijaksanaan ini telah mengawali konsepsi pembangunan Indonesia

yang pelaksanaannya dimulai tahun 1969. Pada aspek lingkugan belum

masuk dalam konsepsi pembangunan. Kemudian dalam tahap-tahap

pembahasan masalah lingkungan dalam pembangunan di forum PBB

berlangsung hingga tahun 1972. Pada saat itu mencapai kesepakatan

tentang hubungan diantara masalah dan pembangunan, khususnya di

negara-negara berkembang. Perkembangan ini telah ikut membantu

dirumuskannya kembali konsepsi pembangunan Indonesia yang

kemudian dikenal sebagai Pembangunan yang berwawasan

lingkungan.”

Dalam implementasi pembangunan berkelanjutan harus bisa

mempertemukan paling tidak tiga tujuan pembangunan, yaitu tujuan ekonomi,

tujuan sosial dan tujuan ekologi (Akib, 2014 : 10). Undang-undang No. 32 Tahun

Page 21: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

4

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, “Pembangunan

berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek

lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk

menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,

kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.”

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam pembangunan

tersebut mencakup pembangunan lingkungan hidup, sosial serta ekonomi.

United Nation dalam “The Future We Want” (2012) menjelaskan bahwa

“We affirm that there are different approaches, visions, models and

tools available to each country, in accordance with its national

circumstances and priorities, to achieve sustainable development in its

three dimensions which is our overarching goal. In this regard, we

consider green economy in the context of sustainable development and

poverty eradication as one of the important tools available for achieving

sustainable development and that it could provide options for

policymaking but should not be a rigid set of rules. We emphasize that

it should contribute to eradicating poverty as well as sustained

economic growth, enhancing social inclusion, improving human

welfare and creating opportunities for employment and decent work for

all, while maintaining the healthy functioning of the Earth’s

ecosystems.”

Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa setiap negara dapat menerapkan

pendekatan, penglihatan, model dan alat yang tersedia untuk masing-masing

negara, sesuai dengan keadaan dan prioritas nasionalnya, untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan dalam tiga dimensi yang merupakan tujuan

menyeluruh. Ekonomi hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan

pengentasan kemiskinan sebagai salah satu alat penting yang tersedia untuk

mencapai pembangunan berkelanjutan dan hal itu dapat memberikan pilihan untuk

pembuatan kebijakan namun tidak boleh menjadi serangkaian peraturan yang kaku.

PBB menekankan bahwa hal itu harus berkontribusi untuk memberantas

Page 22: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

5

kemiskinan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan inklusi

sosial, meningkatkan kesejahteraan manusia dan menciptakan peluang kerja dan

pekerjaan yang layak untuk semua orang, sambil menjaga fungsi ekosistem bumi

yang sehat.

Peran ekonomi hijau (green economy) sangat penting bagi pembangunan

berkelanjutan karena sebagai pendukung dalam mewujudkan tujuan utama

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam perekonomian

tentu unsur yang paling penting adalah penanaman modal (investment). Maka unsur

ini pun tidak lepas dari pembaharuan konsep dari penanaman modal kovensional

menjadi penanaman modal yang berwawasan lingkungan (green investment).

Menurut Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Franky Sibarani pada pembukaan Tropical Landscapes Summit: A Global

Investment Opportunity, penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green

investment) pada dasarnya tidak terdapat definisi yang universal. Indonesia

menghubungkan penanaman modal yang berwawasan lingkungan dengan konsep

industri hijau. Dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014

tentang Perindustrian disebutkan bahwa : “Industri Hijau adalah Industri yang

dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas

penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan

pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat.”

Di Kota Semarang sudah banyak dilakukan pembangunan di sektor pertanian,

kehutanan, perikanan, energi, manufaktur, industri dan lain sebagainya. Semarang

Page 23: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

6

sebagai kota yang beranjak metropolitan tidak bisa melepaskan diri dari problema

kota-kota metropolitan dunia. Tanpa permasalahan atau problem maka suatu kota

tidak akan pernah tertantang untuk maju (Ridlo, 2016:1). Permasalahan yang

dihadapi Kota Semarang pun serupa dengan permasalahan yang dihadapi hampir

semua kota besar di negeri ini. Tidak terkecuali masalah lingkungan di tengah

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kota Semarang. Pj Wali Kota Semarang

Tavip Supriyanto menegaskan bahwa Semarang telah menjadi kota investasi.

Beberapa indikator kota investasi tersebut seperti adanya unit industri di Ibu Kota

Jateng ini yang jumlahnya mencapai 3.577 unit (http://koran-sindo.com, 2017). Kota

Semarang yang sedang berkembang ini memiliki daya tarik bagi para investor

karena dianggap masih memiiki potensi dan berkembang dengan pesat. Pemerintah

daerah tengah gencar melakukan pembangunan dan juga menarik minat investor

untuk turut serta dalam investasi di Kota Semarang di berbagai sektor seperti

industri, properti, perdagangan, pariwisata dan lain sebagainya. Hal ini bisa

berpotensi membuat kelestarian lingkungan terganggu.

Sudah banyak masalah lingkungan yang telah terjadi di Kota Semarang

akibat pembangunan yang belum menerapkan konsep berkelanjutan. Wali Kota

Semarang Hendrar Prihadi menegur pengembang perumahan yang tidak

mempedulikan lingkungan ketika membangun kompleks perumahan

(http://kabar24.bisnis.com , 2017). Hendrar Prihadi menyayangkan ketika wilayah

Semarang bagian atas seperti Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang memiliki

persoalan banjir. Setelah dicek dan dianalisis persoalan banjir disana karena

disebabkan kapasitas drainase yang tak memadahi. Di sungai Kaligarang, Semarang

Page 24: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

7

terjadi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pabrik PT. RAJA BESI Semarang,

juga pencemaran udara (http://www.suaramerdeka.com, 2017). Kemudian Limbah

industri yang dihasilkan dari Kawasan Industri Genuk masuk ke dalam saluran

drainase dan mengalirkannya ke luar kawasan, sehingga mencemari sungai dan

drainase permukiman di sekitarnya. Kawasan hutan bakau (mangrove) dan pesisir

Semarang, Jawa Tengah (Jateng) mengalami abrasi (http://www.solopos.com,

2017). Pakar Lingkungan Hidup dari Universitas Diponegoro Soedarto P. Hadi

menuturkan kondisi pencemaran lingkungan yang telah mencapai tingkatan cukup

parah, khususnya bagi sungai-sungai di Jateng. Pencemaran tersebut utamanya

disebabkan oleh limbah industri maupun limbah domestik.

Di Provinsi Jawa Tengah telah terdapat regulasi mengenai pelaksanaan

penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment) yakni dalam

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 51 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum

Penanaman Modal Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2025. Dijelaskan bahwa

salah satu arah kebijakan penanaman modal adalah penanaman modal yang

berwawasan lingkungan (Green Investment). Begitu pula Kota Semarang dengan

adanya Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2014 Tentang

Penanaman Modal Di Kota Semarang serta peraturan-peraturan lain yang berkaitan

dengan pelaksanaan penanaman modal di Kota Semarang.

Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9

Tahun 2014 Tentang Penanaman Modal Di Kota Semarang telah memperhatikan

kelestarian lingkungan. Selain diselenggarakan berdasarkan asas berkelanjutan dan

Page 25: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

8

berwawasan lingkungan, dibuat ketentuan pula bahwa penanam modal bertanggung

jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan (Pasal 20 huruf d). Dalam

pelaksanaan penanaman modal juga diberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk berperan serta melalui penyampaian saran, laporan dan informasi potensi

daerah yang salah satu tujuannya untuk mewujudkan keberlanjutan penanaman

modal.

Munculnya gagasan mengenai perhatian terhadap lingkungan seperti

pembangunan berkelanjutan ini setelah lingkungan telah rusak ataupun tercemar

sehingga memerlukan biaya pemulihan yang tidak kalah besar dari hasil investasi.

Maka untuk mencegah kerusakan lingkungan dan agar tidak bertambah

kerusakannya, pelaksanaan penanaman modal di Kota Semarang perlu

mewujudkan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment)

sesuai gagasan Ekonomi hijau (Green Economy) yang dikeluarkan oleh United

Nations Environment Programme (UNEP). Pada bulan Oktober 2008, United

Nations Environment Programme (UNEP) meluncurkan Inisiatif Ekonomi Hijau

untuk memberikan analisis dan dukungan kebijakan untuk penanaman

modal/investasi di sektor hijau dan untuk penghijauan sektor yang tidak ramah

lingkungan (https://sustainabledevelopment.un.org, 2017)

Dalam pelaksanaan penanaman modal di Indonesia dibentuk suatu lembaga

yang dinamakan Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM). Badan Kordinasi

Penanaman Modal (BKPM) ini di tingkat pemerintah pusat, sedangkan untuk

daerah dibentuk lembaga yang menangani penanaman modal yaitu Badan

Kordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) yang tugasnya membantu

Page 26: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

9

Gubernur dalam bidang penanaman modal. Di Provinsi Jawa Tengah lembaga yang

menangani penanaman modal untuk membantu Gubernur adalah Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah. Perbedaan

nama lembaga tingkat daerah ini dilandasi Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun

2000 dimana dijelaskan tentang diperbolehkannya perbedaan nama, sepanjang

tugas dan urusannya sama. Sedangkan di tingkat kota terdapat Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang berdasarkan

Perda Kota Semarang No. 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Terpadu Kota Semarang.

Dari uraian latar belakang di atas terkait dengan pelaksanaan penanaman

modal yang berwawasan lingkungan dalam hal ini wewenang lembaga yang

bersangkutan di Kota Semarang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Implementasi Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan

(Green Investment) Oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang Di Kota Semarang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengangkat dan mendeskripsikan tentang pelaksanaan

penanaman modal berwawasan lingkungan (green investment) oleh Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota

Semarang di Kota Semarang, dengan itu identifikasi masalah sebagai berikut :

Page 27: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

10

1. Bagaimana dampak pelaksanaan penanaman modal di Kota Semarang.

2. Bagaimana pelaksanaan penanaman modal yang berwawasan lingkungan

(Green Investment) di Kota Semarang.

3. Bagaimana dampak pelaksanaan penanaman modal yang berwawasan

lingkungan (Green Investment) di Kota Semarang.

4. Bagaimana peran pemerintah dalam menerapkan penanaman modal yang

berwawasan lingkungan (Green Investment) di Kota Semarang

Dari beberapa permasalahan yang disebutkan di atas, tidak menutup kemungkinan

masih ada permasalahan lain yang perlu diidentifikasi.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah guna menghindari

adanya penyimpangan dari permasalahan yang ada, sehingga penulis dapat lebih

terfokus dan tidak melebur dari pokok permasalahan yang dilakukan menjadi lebih

terarah dalam mencapai sasaran yang diharapkan, serta mengingat terbatasnya

waktu dan biaya yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi permasalahan

tersebut menjadi :

1. Pelaksanaan penanaman modal berwawasan lingkungan (green investment) di

sektor industri oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang di Kota Semarang.

2. Pengaruh penanaman modal berwawasan lingkungan (green investment)

terhadap iklim investasi di Kota Semarang ?

Page 28: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

11

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana pelaksanaan penanaman modal berwawasan lingkungan (green

investment) di sektor industri oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang ?

b. Bagaimana pengaruh penanaman modal berwawasan lingkungan (green

investment) terhadap iklim investasi di Kota Semarang ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penanaman modal berwawasan lingkungan

(green investment) di sektor industri oleh Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang

2. Untuk mengetahui pengaruh penanaman modal berwawasan lingkungan

(green investment) terhadap iklim investasi di Kota Semarang.

1.6 Manfaat Penelitian

Suatu penulisan diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, begitu juga

yang diharapkan dari penulisan skripsi ini. Adapun manfaat dari penulisan skripsi

ini yakni :

1. Manfaat Teoritis

Page 29: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

12

a. Dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu dan kajian terkait dengan

penerapan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green

Investment)

b. Untuk mengembangkan ilmu dan kajian terkait dampak pelaksanaan

penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment)

terhadap iklim investasi di Kota Semarang, khususnya di bidang industri.

c. Dapat menjadi landasan penelitian yang lain terkait dengan pembahasan

yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Penulis

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat menemukan berbagai

persoalan dalam pelaksanaan penanaman modal berwawasan lingkungan

(Green Investment), serta dapat menambah pengetahuan peneliti dalam bidang

ilmu Hukum Perdata khususnya Hukum Investasi serta Hukum Lingkungan

yang berkaitan dengan pelaksanaan Penanaman Modal yang berwawasan

Lingkungan (Green Investment) di Kota Semarang.

b. Masyarakat

Dapat memberikan pandangan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai

pelaksanaan Penanaman Modal yang berwawasan Lingkungan (Green

Investment) di Kota Semarang.

c. Pemerintah

Page 30: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

13

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak pemegang kepentingan dalam

mengambil keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan berkaitan dengan

Penanaman Modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment) di Kota

Semarang. Juga penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

terhadap pandangan suatu bentuk keefektifan kebijakan Green Investment.

Page 31: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kajian yang penulis lakukan, didapatkan beberapa penelitian

terdahulu yang akan disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu

No Tahun Judul Peneliti Masalah

Penelitian

Hasil

Penelitian

1. 2008 Aspek Hukum

Penanaman

Modal yang

Berwawasan

Lingkungan

Samsirrudin maksud

penanaman modal

yang berwawasan

lingkungan, serta

apakah

Undang-Undang

No. 25 Tahun

2007 telah

memperhatikan

aspek lingkungan

hidup dalam

pelaksanaannya.

Penanaman Modal

yang Berwawasan

Lingkungan

merupakan segala

bentuk

kegiatan

penanaman modal

baik oleh penanam

modal dalam negeri

maupun

penanam modal

asing di wilayah

negara Republik

Indonesia yang

dilakukan

dengan tetap

memperhatikan dan

mengutamakan

perlindungan dan

pemeliharaan

lingkungan hidup

melalui upaya sadar

dan terencana, yang

memadukan

lingkungan hidup

ke dalam proses

pembangunan untuk

menjamin

kemampuan,

Page 32: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

15

Penelitian yang akan penulis teliti mengambil judul “Implementasi

Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment) oleh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Kota Semarang Di Kota Semarang”. Penelitian ini memiliki persamaan dengan

penelitian terdahulu yang telah diuraikan dalam tabel, yaitu membahas mengenai

pelaksanaan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment).

Namun, perbedaan antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang

kesejahteraan, dan

mutu hidup generasi

masa kini dan

generasi

masa depan

Undang-Undang

Nomor 25 Tahun

2007 yang

merupakan

Undang-Undang

tentang penanaman

modal benar-benar

memperhatikan

masalah lingkungan

hidup yang telah

tercantum di

beberapa pasal.

Page 33: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

16

2.

3.

2015

2017

Strategi

Penguatan

Regime Green

Investment

Dalam

Pengembanga

n Potensi

Wisata Bahari

Di Provinsi

Nusa

Tenggara

Barat

Implementasi

Penanaman

Modal Yang

Berwawasan

Lingkungan

(Green

Investment)

oleh Dinas

Penanaman

Modal dan

Pelayanan

Terpadu Satu

Pintu

(DPMPTSP)

Kota

Semarang Di

Kota

Semarang

Nurasmah

Fedya

Mahardini

Eksistensi regime

“Green

Investment”

dalam

pengembangan

wisata bahari di

Indonesia,

khususnya di

Lombok dan

strategi

pengoptimalisasi

peran

kelembagaan

dalam

mewujudkan

“Green

Investment”

Pelaksanaan

Penanaman

Modal Yang

Berwawasan

Lingkungan

(Green

Investment) di

sektor industri

oleh Dinas

Penanaman

Modal dan

Pelayanan

Terpadu Satu

Pintu

(DPMPTSP) Kota

Semarang serta

pengaruh

pelaksanaan

Regime Green

Investment

merupakan bagian

dari green economy

yang memberikan

mainstream

pengembangan

investasi khususnya

pengembangan

wisata Bahari

berorientasi pada

pelestarian

lingkungan dalam

pembangunan

ekonomi dan

pembangunan

wisata bahari

khususnya. Kedua,

Strategi

pengoptimalisasi

peran kelembagaan

dalam mewujudkan

green investment

maka dapat

dilakukan melalui

strategi umum dan

strategi khusus.

Penanaman Modal

Yang Berwawasan

Lingkungan (Green

Investment) di

sektor industri oleh

Dinas Penanaman

Modal dan

Pelayanan Terpadu

Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota

Semarang

dilaksanakan

berasarkan Perda

Kota Semarang No.

14 Tahun 2011

Tentang RTRW

Kota Semarang.

Sedangkan

Page 34: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

17

akan dilakukan oleh penulis adalah tempat penelitian serta fokus peneliti pada objek

yang akan diteliti. Di dalam penelitian yang akan dilakukan penulis ini juga terdapat

pembaharuan dengan teori pembangunan yang berwawasan lingkungan (sustainabe

development) Konferensi Rio de Janeiro (Rio20+) dan konsep ekonomi hijau (green

economy).

Penanaman

Modal Yang

Berwawasan

Lingkungan

(Green

Investment)

terhadap iklim

investasi di Kota

Semarang.

pengaruh penerapan

Penanaman Modal

Yang Berwawasan

Lingkungan (Green

Investment)

terhadap iklim

investasi di Kota

Semarang

membawa

pengaruh positif.

Page 35: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

18

2.2. Penanaman Modal di indonesia

Secara historis keberadaan penanaman modal asing di Indonesia bukan

merupakan fenomena yang baru, mengingat modal asing sudah hadir sejak zaman

kolonial dulu (Kairupan, 2013:1). Indonesia setelah mengalami masa kolonialisasi

yang sangat panjang, maka pada awal kemerdekaan mencoba untuk melaksanakan

pembangunan dimana peran Negara sangat menentukan kenyataan lain juga

menunjukkan bahwa ketersediaan modal sangat tidak mencukupi untuk

melaksanakan pembangunan nasional. Maka berawal dari hal tersebut pemerintah

membuat suatu kebijakan untuk melakukan pembangunan nasional dengan

pemanfaatan penanaman modal.

Dalam era globalisasi seperti sekarang, liberalisasi dalam bidang penanaman

modal mengalir seperti air mengikuti arus mencari daerah sasaran yang paling

menguntungkan. Investasi menggelinding laksana bola keseluruh bagian penjuru

dunia tanpa suatu hambatan yang berarti. Penanaman modal menjadi suatu

hubungan ekonomi internasional yang tidak terelakkan, hal tersebut ditunjang

adanya kesepakatan masyarakat internasional dalam liberalisasi dan globalisasi

ekonomi sehingga terjadi peningkatan hubungan penanaman modal internasional.

Dalam berbagai kepustakaan, terminologi penanaman modal dapat berarti

penanaman modal yang dilakukan secara langsung (direct invesment) dan

penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung (Indirect Invesment) untuk

terakhir dikenal dengan istilah penanaman modal (Sembiring, 2007:30)

Page 36: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

19

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan investasi berarti

penanaman uang atau modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(UUPM) pasal 1 angka 1 dikemukakan Penanaman Modal : “Segala bentuk

kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun

penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

Indonesia”.

Dari pengertian penanaman modal ataupun investasi seperti yang dikutip

diatas, tampak bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan

penanaman modal. Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum menyisakan sebagian

pendapatnya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan

pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil atau keuntungan. Istilah investasi

dan penanaman modal merupakan istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis

maupun dalam perundang-undangan. Istilah investasi lebih popular dalam dunia

usaha. Istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-

undangan (Rahmadi, 2005).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal dicantumkan asas-asas yang mendasari pembentukan Undang-Undang

tersebut. Pada pasal 3 Ayat (1) beserta penjelasannya disebutkan:

Page 37: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

20

a. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan

hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam

setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal

b. Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif;

c. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan;

d. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu

perlakuan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan

perundangundangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan

penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara

asing dan penanam modal asing lainnya;

e. Asas kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam

modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat;

f. Asas efisiensi berkeadilan, yaitu penanaman modal dengan

mengedepankan efesiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan

iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing;

g. Asas berkelanjutan, yaitu asas yang secara rencana mengupayakan

berjalannya proses pembagunan melalui penanaman modal untuk

Page 38: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

21

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik

untuk masa kini maupun masa yang akan datang;

h. Asas berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan

dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan

pemeliharaan lingkungan hidup.

i. Asas kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan

tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri

pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi; dan

j. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas

yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam

kesatuan ekonomi nasional.

Selain itu tujuan dari diselenggarakan penanaman modal dijelaskan dalam

Pasal 3 Ayat (2), yaitu disebutkan:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

b. Menciptakan lapangan kerja

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 39: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

22

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa asas hukum

merupakan dasar-dasar umum yang terkandung di dalam suatu peraturan hukum,

dasar-dasar umum tersebut merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis

serta menjadi roh atau jiwa dari keberlakuan peraturan hukum itu sendiri. Dalam

kaitannya dengan undang-undang penanaman modal, segala kegiatan penanaman

modal di Indonesia harus berpatokan dengan asas-asas yang terkandung di dalam

undang-undang penanaman modal tersebut sehingga tujuan dari

diselenggarakannya kegiatan penanaman modal di Indonesia dapat tercapai.

Dengan diterbitkannya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

sebagai pengganti UU Nomor 1 Tahun 1967 jo. UU Nomor 11 Tahun 1970 tentang

Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 jo UU No. 12 Tahun

1970 tentang Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), maka pengaturan kegiatan

penanaman modal di Indonesia mengalami perubahan dan diharapkan sejalan

dengan tujuan Pembangunan Nasional. Adanya pengaturan terhadap penanaman

modal tidak lain dimaksudkan untuk lebih memberi peluang yang lebih luas kepada

para penanam modal dalam melaksanakan kegiatannya melalui dukungan iklim

penanaman modal yang kondusif (Ilmar, 2017:31).

Iklim investasi merupakan kondisi yang bersifat multi dimensi dan menjadi

pertimbangan bagi para investor dalam melakukan investasi. Iklim investasi yang

kondusif akan mendorong produktivitas yang lebih tinggi dengan memberikan

kesempatankesempatan dan insentif bagi badan-badan usaha untuk berkembang,

menyesuaikan diri dan menerapkan cara-cara yang lebih baik dalam menjalankan

investasi.

Page 40: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

23

Tiga faktor utama dalam iklim investasi mencakup:

1. Kondisi ekonomi makro, termasuk stabilitas ekonomi makro,

keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik.

2. Kepemerintahan dan kelembagaan, termasuk kejelasan dan efektifitas

peraturan, perpajakan, sistem hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar

tenaga kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan trampil.

3. Infrastruktur, mencakup antara lain sarana transportasi, telekomunikasi,

listrik, dan air (Stern, 2002 dalam INDEF (2006)).

2.3. Teori Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Pengertian pembangunan berkelanjutan dapat ditemukan baik secara eksplisit

maupun secara implisit dalam berbagai perjanjian Internasional dan instrumen

lainnya. Namun secara resmi istilah pembangunan berkelanjutan muncul dalam

laporan salah satu Badan PBB yaitu World Commission on Environment and

Development (WCED), yang berjudul Our Common Future pada tahun 1987

WCED memberikan definisi pembangunan berkelanjutan sebagai :

“development that meets the needs of the present without compromising the

ability of future generations to meet their own neds.” (Hardjosoemantri,

2000:15).

Sedangkan dalam UUPPLH No. 32 Tahun 2009 Pasal 1 angka 3 mengatakan :

“Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan

aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk

menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,

kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Dari pengertian-pengertian diatas, pada prinsipnya pembangunan

berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana, terus menerus berkelanjutan

Page 41: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

24

dengan memperhatikan berbagai aspek kehidupan dan daya dukung sumber daya

alam dan lingkungan.hidup dalam rangka kesejahteraan masyarakat masa kini dan

masa depan.

Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan atau Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) Bumi telah dilakukan beberapa kali yakni pada tahun 1972

di Stockholm, Swedia, tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, dan tahun 2012 yang

kembali diadakan di Rio de Janeiro, Brazil. Sebagai sebuah konsep, pembangunan

yang berkelanjutan yang mengandung pengertian sebagai pembangunan yang

“memperhatikan” dan “mempertimbangkan” dimensi lingkungan hidup dalam

pelaksanaannya sudah menjadi topik pembicaraan dalam konferensi Stockholm

1972 (UN Conference on the Human Environment) yang menganjurkan agar

pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor lingkungan (Soerjani,

1977: 66). Sundari Rangkuti mengatakan bahwa :

“Konferensi Stocholm membahas masalah lingkungan serta jalan keluarnya,

agar pembangunan dapat terlaksana dengan memperhitungkan daya dukung

lingkungan (eco-development) (Rangkuti, 2000:27).

KTT Bumi di Rio de Janiero tahun 1992 mengangkat permasalahan polusi,

perubahan iklim, penipisan ozon, penggunaan dan pengelolaan sumber daya laut

dan air, meluasnya penggundulan hutan, penggurunan dan degradasi tanah, limbah-

limbah berbahaya serta penipisan keanekaragaman hayati. Kemudian Konferensi

Tingkat Tinggi Bumi atau "Rio+20" yang diadakan di Rio de Janeiro, Brazil

membahas dua agenda yakni Ekonomi hijau (green economy) dan kelembagaan

pembangunan berkelanjutan (Lisbet, 2012:5). Dilaksanakannya konferensi tersebut

Page 42: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

25

adalah sejalan dengan keinginan dari PBB untuk menanggulangi dan memperbaiki

kerusakan lingkungan yang terjadi.

Bertepatan dengan diumumkannya “Strategi Pembangunan Internasional”

bagi “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke–2 “(The Second UN Development

Decade) yang dimulai pada tanggal 1 Juni 1970, Sidang Umum PBB menyerukan

untuk meningkatkan usaha dan tindakan nasional serta Internasional guna

menanggulangi “proses pemerosotan kualitas lingkungan hidup” agar dapat

diselamatkan keseimbangan dan keserasian ekologis, demi kelangsungan hidup

manusia, secara khusus resolusi Sidang Umum PBB No. 2657 (XXV) Tahun 1970

menugaskan kepada Panitia Persiapan untuk mencurahkan perhatian kepada usaha

“melindungi dan mengembangkan kepentingan-kepentingan negara yang sedang

berkembang” dengan menyesuaikan dan memperpadukan secara serasi kebijakan

nasional di bidang lingkungan hidup dengan rencana Pembangunan Nasional,

berikut skala prioritasnya (Hardjosoemantri, 2000:7). Amanat inilah yang

kemudian dikembangkan dan menjadi hasil dari Konferensi Stocholm yang dapat

dianggap sebagai dasar-dasar konsep “Pembangunan Berkelanjutan”. Pengaruh

Konferensi Stocholm terhadap gerakan kesadaran lingkungan tercermin dari

perkembangan dan peningkatan perhatian terhadap masalah lingkungan dan

terbentuknya perundang-undangan nasional di bidang lingkungan hidup, termasuk

di Indonesia (Silalahi, 1992:20)

Berdasarkan pengertian pembangunan berkelanjutan menurut UUPPLH No.

32 Tahun 2009, ada 3 (tiga) unsur penting dalam prinsip pembangunan berwawasan

lingkungan :

Page 43: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

26

1. Penggunaan/pengolahan sumber daya secara bijaksana

Bahwa dalam rangka mendayagunakan dan mengelola sumber daya alam

untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-

Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan

Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan

menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan

generasi masa depan.

2. Menunjang pembangunan yang berkesinambungan

Bahwa penyelenggaran pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup harus

didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran

masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum

internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

3. Meningkatkan mutu hidup

Bahwa pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan

mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan

seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan hidup. Serta pemanfaatan pembangunan secara terus

menerus untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup yang sesuai

dengan daya dukung lingkungan.

2.4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)

Page 44: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

27

Menurut UNEP (2011) terdapat 3 (tiga) strategi yang perlu dilakukan untuk

menuju ekonomi hijau yaitu: Pertama, melakukan investasi yang benar pada modal

sumberdaya alam. Artinya, investasi dan kegiatan ekonomi yang dilakukan pada

sektor-sektor sumberdaya alam perlu dikelola secara hijau/ramah lingkungan.

Sektor-sektor ini meliputi pertanian, perikanan, sumberdaya air dan hutan yang

didalamnya terdapat pula kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity). Strategi

kedua adalah investasi pada efisiensi energi dan sumberdaya alam. Strategi ketiga

adalah menciptakan dan menumbuhkan kondisi yang mendukung berkembangnya

kedua strategi sebelumnya. Dalam kaitan ini kondisi yang mendukung dapat berupa

kebijakan fiskal/belanja yang terarah kepada investasi hijau di berbagai sektor,

reformasi kebijakan dan perubahan peraturan ke arah yang lebih mendukung

timbulnya efisiensi, rendah emisi dan rendah polusi, serta terpeliharanya modal

sumberdaya alam. Voica menyatakan bahwa :

“Green investments can incorporate other investment approaches like:

ESG (environmental, social and governance), SRI (sustainable

responsibility investing), RI (responsible investing), SI (sustainable

investing), double or triple bottom-line investing, universal ownership

concept etc. The relationship between those different aspects might be

complementary or in competition.”

Dari pernyataan tersebut menurut Voica (2015) penanaman modal yang

berwawasan lingkungan pengertiannya dapat dikaitkan dengan ESG (ekonomi,

sosial dan tata kelola), SRI (Investasi yang bertanggung jawab sosial) serta

investasi-investasi lain yang memiliki karakter yang sama dengan penanaman

modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment). Dalam jurnal Voica

Page 45: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

28

dijelaskan bahwa biasanya penanam modal menerapkan dua atau lebih dari konsep-

konsep tersebut dalam rangka green investment.

Kemudian Eyraud (2011) dalam Inderst (2012) menjelaskan bahwa :

“refers to green investment as “the investment necessary to reduce

greenhouse gas and air pollutant emissions, without significantly

reducing the production and consumption of non-energy goods”. It

covers both public and private investment. There are three main

components of green investment: Low-emission energy supply

(including renewable energy, bio fuels and nuclear); energy efficiency

(in energy supply and energy-consuming sectors); and carbon capture

and sequestration (including deforestation and agriculture).”

Dari penjelasan tersebut berarti bahwa penanaman modal yang berwawasan

lingkungan (green investment) mengacu pada "investasi yang diperlukan untuk

mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara, tanpa mengurangi produksi dan

konsumsi barang non-energi secara signifikan, mencakup investasi publik dan

swasta. Eyraud menjelaskan ada tiga komponen utama investasi hijau: Emisi energi

rendah (termasuk energi terbarukan, bahan bakar nabati dan nuklir); efisiensi energi

(di sektor energi dan sektor energi); dan penangkapan dan penyerapan karbon

(termasuk deforestasi dan pertanian).

Inderst (2012) memberikan contoh bahwa Pemerintah Inggris sedang dalam

proses mendirikan Green Investment Bank, sebuah bank investasi yang semata-

mata didedikasikan untuk penghijauan ekonomi. Ini mendefinisikan sektor prioritas

yang akan mereka investasikan sebagai : pembangkit tenaga angin lepas pantai,

pengolahan limbah komersial dan industri dan daur ulang, energi dari pembangkit

limbah, efisiensi energi non-domestik dan domestik. Dalam jurnal voica (2015)

membahas mengenai instrumen dari green investment yakni misalnya ekuitas hijau

(green equity), obligasi hijau (green bond) dan dana hijau (green fund).

Page 46: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

29

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa belum ada pengertian yang pasti

mengenai penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment)

ataupun standar pelaksanaan penanaman modal yang berwawasan lingkungan

(Green Investment) di Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal didalam Pasal 4 ayat (3) dimaksud bahwa arah kebijakan

pengembangan penanaman modal menuju program pengembangan ekonomi hijau

(green economy), dimana target pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan isu

pencegahan pemanasan global dan tujuan Pembangunan berkelanjutan

“Sustainable Development”. Penanaman modal yang berwawasan lingkungan perlu

bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup,

pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan,

pengembangan ekonomi hijau (green economy), pemberian kemudahan dan/atau

insentif penanaman modal (Nurasmah, 2015:562).

Di Indonesia implementasinya sering menghubungkan penanaman modal

yang berwawasan lingkungan (Green Investment) dengan industri hijau (Green

Industry). Penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment) dan

industri hijau (Green Industry) merupakan bagian dalam upaya mewujudkan

ekonomi hijau (Green Economy).

Menurut UU No. 3 Tahun 2014 Pasal 1 angka 3 “Industri Hijau adalah

Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan

efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu

menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungi lingkungan hidup

serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia telah menjelaskan tujuh (7)

karakteristik dari Industri Hijau (Green Industry) yakni :

Page 47: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

30

1. Efisiensi penggunaan material input

2. Menggunakan alternatif material input

3. Rendahnya intensitas energi

4. Rendahnya intensitas air

5. Sumber daya manusia yang kompeten

6. Minimisasi limbah yang dihasilkan

7. Teknologi rendah karbon (Kemenperin, 2017:7)

Pada bulan September 2009 bersama 20 negara Asia lainnya, Indonesia

menandatangani Manila Declaration on Green Industry di Filipina

(http://greenlistingindonesia.com, 2017). Dalam deklarasi ini, Indonesia

menyatakan tekad untuk menetapkan kebijakan, kerangka peraturan dan

kelembagaan yang mendorong pergeseran ke arah industri yang efisien dan rendah

karbon atau dikenal dengan istilah industri hijau (Murningtyas, 2014 : 110).

Amerika Serikat melalui US Bureau of Labor & Statistics mendefinisikan

industri hijau sebagai industri yang memproduksi baik barang maupun jasa yang

bermanfaat bagi lingkungan atau konservasi sumber daya atau yang melibatkan

proses produksi ramah lingkungan atau fokus pada efisiensi sumber daya alam yang

dibagi menjadi 5 kategori, yaitu

1. penggunaan energi terbarukan,

2. efisiensi energi, pengurangan dan penghapusan polusi,

3. pengurangan efek gas rumah kaca, dan/atau penerapan daur ulang,

4. konservasi sumber daya alam, dan

Page 48: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

31

5. ketaatan, pelatihan, dan kesadaran akan lingkungan (Atmawinata,

2012:20)

Sementara itu UNIDO (United Nation for Industrial Development)

mendefinisikan industri hijau sebagai industri yang mendorong pola produksi dan

konsumsi yang berkelanjutan, yaitu efisiensi energi dan sumber daya, rendah

karbon dan rendah limbah, tanpa polusi serta aman, dan menghasilkan produk

ramah lingkungan.

Kesadaran industri di luar dan dalam negeri dilandasi oleh pemahaman bahwa

penerapan konsep-konsep industri hijau secara berkelanjutan dapat menghasilkan

peningkatan margin usaha dan meningkatkan daya saing usaha. Konsep industri

hijau tersebut meliputi, antara lain, pemilihan dan subtitusi material serta energi

kearah penggunaan yang lebih efisien dengan tidak mengurangi mutu produk,

menjadi produk hijau sebagaimana direncanakan. Perekayasaan ulang proses dan

atau teknologi produksi dilakukan secara terus menerus. Dengan pemahaman ini

pengertian industri hijau mencakup berbagai aktivitas sejak perancangan produk,

penggunaan material, penggunaan sumber energi, pemilihan mesin, perancangan

proses (lokasi, tata letak/lay-out, perancangan sistem kerja), proses produksi,

penanganan produk (utama, sampingan, limbah), dan distribusi atau logistik produk

(Atmawinata, 2012:22)

Secara operasional, setiap industri dapat menyusun definisi masing-masing.

Namun agar sejalan dengan semangat RUU Perindustrian, paling tidak definisi

tersebut hendaknya mencakup :

1. pengutamaan penggunaan sumberdaya yang terbarukan

Page 49: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

32

2. menggunakan rangkaian proses produksi yang efisien dan efektif

3. upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2.5.Teori Ekonomi Hijau (Green Economy)

Peran sumber daya alam dan jasa lingkungan sangat penting dalam menunjang

kesejahteraan masyarakat dalam proses pembangunan (HoB Initiative, 2014:24).

Namun demikian, selama beberapa dasawarsa belakangan, sumber daya alam dan

jasa lingkungan hanya dilihat semata-mata dari sisis faktor produksi untuk

menunjang aliran ekonomi. Dalam pandangan konvensional diasumsikan bahwa

alam memiliki kemampuan tidak terbatas dalam mendukung kegiatan ekonomi,

serta kemampuan yang tidak terbatas pula dalam menyerap degradasi dan

pencemaran yang dihasilkan. Pandangan seperti ini perlu diubah yakni dengan

menghubungkan kembali peran modal alam dalam konteks kegiatan ekonomi. Hasil

studi United Nation Environment Programme (UNEP) telah memperlihatkan

bahwa pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dari kegiatan konservasi dan

pengelolaan berkelanjutan dari sumber daya alam, melalui peningkatan

produktivitas dan pengembangan ekonomi jasa lingkungan seperti wisata dan

lainnya (UNEP, 2011).

Dari sisi aspek teori ekonomi pembangunan, ekonom Harvard bernama Nicolas

Geogerscu-Rogen pada tahun 1960-an mengeluarkan Magnum Opus-nya yang

bertajuk The Entropy Law and The Economic Process, telah mengingatkan akan

pentingnya pembangunan ekonomi yang harus mengikuti kaidah hukum alam

(hukum entropy), dimana chaos merupakan ciri alam sehingga pembangunan yang

Page 50: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

33

tidak bercirikan hukum alam cenderung akan mengarah ke ketidakteraturan.

Pemikiran ini menjadi pijakan bagi pembangunan berbasis lingkungan termasuk

diantaranya “Ekonomi Hijau” (HoB Initiative, 2014).

Pada tahun 2008, badan lingkungan PBB yaitu UNEP merilis Green Economy

Initiative (GEI) untuk mendukung kebijakan terkait dengan investasi dan

internalisasi biaya lingkungan. Konsep ekonomi hijau kemudian lebih dimatangkan

dan dideklarasikan sebagai sebuah gerakan ekonomi baru pada pertemuan UNEP

Global Ministerial Environmental Forum di Nusa Dua, Bali pada bulan Februari

2010. Pada deklarasi ini diyakini bahwa ekonomi hijau dapat menjawab tantangan

dan peluang pembangunan saat ini yang menguntungkan semua bangsa. Perjalanan

ke arah ekonomi hijau kemudian lebih diperkuat lagi dengan munculnya Resolusi

PBB Nomor 64/236 yang dihasilkan pada bulan Maret 2010, dimana disepakati

bahwa ekonomi hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan

kemiskinan dijadikan tema khusus dalam pertemuan Earth Summit di Rio de

Janeiro, Brazil pada tahun 2012 yang dikenal dengan pertemuan Rio+20.

Dalam konteks definisi, memang tidak ada definisi yang universal mengenai

ekonomi hijau. Namun sebagai acuan, umumnya digunakan definisi yang

dikembangkan oleh United Nation Environment Programme (UNEP) yang

mendefinisikan ekonomi hijau sebagai “an economy that results in improved

human well­being and social equity, while significantly reducing environmental

risks and ecological scarcities” (UNEP, 2012). Definisi UNEP ini menekankan

pentingnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam, pengurangan risiko

ekologis, ekonomi yang rendah karbon dan mampu mengurangi kemiskinan. Dalam

Page 51: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

34

konteks Indonesia, Delegasi Indonesia pada pertemuan Global Ministerial Forum

di Bali mengusulkan pengertian yang relatif sama, namun menekankan pada

pengurangan kemiskinan dan internalisasi biaya limgkungan. Definisi ekonomi

hijau menurut Indonesia adalah : a development paradigma that based on resource

efficiency approach with strong emphasizes on internalizing cost of

naturalresource depletion on environmental degradation, efforts on alleviate the

poverty, creating decent jobs, and ensuring sustainable economic growth.”

(Indonesian Delegation/DELRI, UNEP 11th G SS, February, 2010)

Posisi Indonesia tekait dengan ekonomi hijau menekankan pula pada aspek

internalisasi biaya lingkungan karena sesuai dengan Undang-Undang No 32 Tahun

2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, dimana Indonesia

memiliki instrumen untuk mengendalikan lingkungan melalui instrumen ekonomi.

Konsep ekonomi hijau (green ekonomi) sangat baik untuk diterapkan agar

kondisi lingkungan tetap stabil, sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup manusia

secara merata dan juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi hijau

bukan pengganti pembangunan berkelanjutan, melainkan penegasan bahwa

keberlanjutan hanya bisa dicapai dengan memastikan kita hidup dalam model

ekonomi yang tepat (UNEP, 2012). Model ekonomi yang dimaksud adalah

ekonomi yang tumbuh tanpa mengorbankan keadilan sosial dan kualitas

lingkungan. Tujuan utama transisi ekonomi hijau adalah memungkinkan

pertumbuhan ekonomi dan investasi sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan

dan inklusivitas sosial. Kritis untuk mencapai tujuan seperti itu adalah untuk

menciptakan kondisi bagi investasi publik dan swasta untuk memasukkan kriteria

Page 52: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

35

lingkungan dan sosial yang lebih luas. Selain itu, indikator utama kinerja ekonomi,

seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perlu disesuaikan dengan

pencemaran, penipisan sumber daya, penurunan layanan ekosistem, dan

konsekuensi distribusi kerugian modal alam terhadap masyarakat miskin.

UNEP menyatakan bahwa penerapan ekonomi hijau (Green Economy) dapat

terlihat melalui :

1. Peningkatan investasi publik/privat di sektor hijau

2. Peningkatan dalam kuantitas dan kualitas lapangan kerja di sektor hijau

3. Peningkatan GDP (Gross Domestic Product) dari sektor hijau

4. Penurunan penggunaan energi/sumber daya unit produksi

5. Penurunan level karbon dioksida dan polusi

6. Penurunan konsumsi yang banyak menghasilkan limbah

2.6. Kerangka Berpikir

UU No. 25 Tahun 2007

UU No. 32 Tahun 2009

UU No. 3 Tahun 2014

Perda Kota Semarang No. 9 Tahun 2014

Perda Kota Semarang Nomor 13 Tahun

2006

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011

Page 53: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

36

Bagan 2.1 Kerangka berpikir

Sumber : Diolah sendiri oleh penulis

Penanaman Modal yang berwawasan Lingkungan (Green Investment)

Mengetahui Penanaman Modal Yang Berwawasan

Lingkungan (Green Investment) Oleh Dinas Penanaman

Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Jawa Tengah Di Kota Semarang

Untuk dijadikan referensi penulisan kajian sejenis

Landasan Teori : - Sustainable

Development

Konferensi Rio de Janeiro

- Ekonomi Hijau

(Green Economy)

Yuridis sosiologis : - Wawancara - Tinjauan

Pustaka

- Dokumenta

si

- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang

Pelaksanaan penanaman modal

berwawasan lingkungan (green

investment) di sektor industri

oleh (DPMPTSP) Kota Semarang

di Kota Semarang

pengaruh penanaman modal

berwawasan lingkungan

(green investment) terhadap

iklim investasi di Kota

Semarang.

Page 54: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

88

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Kota Semarang melaksanakan penanaman modal yang berwawasan

lingkungan (green investment) sesuai dengan Perda Kota Semarang No.

14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang.

Sesuai wewenangnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang hanya dapat memberikan

perizinan bagi penanam modal yang memenuhi kriteria yang sudah ada

dan membuat kebijakan dalam penanaman modal seperti perencanaan

wilayah Kota Semarang. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang berupaya menjaga iklim

penanaman modal Kota Semarang serta mengembangkan konsep Green

salah satunya Green Architecture sebagai langkah menerapkan penanaman

modal yang berwawasan lingkungan (green investment).

2. Penerapan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (green

investment) di Kota Semarang pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap

iklim investasi Kota Semarang karena pada kenyaataannya penerapan

konsep tersebut tetap menaikkan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang.

Sejak tahun 2010 perkembangan ekonomi maupun investasi Kota

Semarang selalu mengalami kenaikan dan bertambahnya penanam modal

setiap tahunnya. Walaupun Kota Semarang belum bisa dikatakan

Page 55: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

89

menerapkan Penanaman Modal yang berwawasan lingkungan (green

investment) seperti yang diterapkan di luar negeri namun Indonesia

memiliki patokan sendiri dalam menerapkan Penanaman Modal yang

berwawasan lingkungan (green investment) sesuai ketentuan PBB bahwa

tiap negara dapat memilih pendekatan yang tepat sesuai dengan rencana,

strategi dan prioritas pembangunan nasional yang berkelanjutan.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang peneliti dapat maka penulis menyediakan beberapa saran

:

1. Bagi pemerintah Indonesia baik di tingkat pusat maupun daerah dan

Kota/Kabupaten seharusnya lebih fokus dalam menetapkan peraturan

mengenai pelaksanaan penanaman modal yang berwawasan lingkungan

(green industry) karena pada dasarnya penanaman modal yang

berwawasan lingkungan (green industry) itu adalah bagian dari

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang telah

menjadi komitmen di dunia Internasional, dan Indonesia merupakan

bagian dari negara yang berkomitmen menerapkan pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) untuk tetap menjaga kelestarian

lingkungan sesuai tujuan dari pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) itu sendiri. Selain itu Pemerintah setelah membuat kebijakan

juga harus tegas dalam menerapkannya.

Page 56: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

90

2. Bagi masyarakat Indonesia khususnya Kota Semarang hendaknya mulai

menanamkan mindset Pembangunan Berkelanjutan (sustainable

development) agar dapat berpartisipasi dalam menerapkan penanaman

modal yang berwawasan lingkungan (green investment).

3. Bagi penanam modal/pengusaha seharusnya mematuhi peraturan yang

dibuat oleh Pemerintah karena pada dasarnya Peraturan tersebut dibuat

demi kesejahteraan bersama dan tidak semata-mata memikirkan

keuntungan pribadi saja.

Page 57: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

91

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Atmawinata, Achdiat., dkk. 2012. Telaahan Pendalaman Struktur Industri melalui

Efisiensi dan Efektivitas dalam Implementasi Industri Hijau. Jakarta :

Kementerian Perindustrian.

Akib, Muhammad. 2014. Hukum Lingkungan Prespektif Global dan Nasional.

Jakarta : Rajawali Pers.

Asshofa, Burhan. 2002. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Helmi, 2012. Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Jakarta.: Sinar Grafika.

Ilmar, Aminuddin. 2017. Hukum Penanaman Modal Di Indonesia. Jakarta : PT

Kharisma Putra Utama

Kementerian Perindustrian. 2017. Standar Industri Hijau.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosadakarya.

Murniningtyas, Endah., 2012, Langkah Menuju Ekonomi Hijau Sintesa dan

Memulainya, Jakarta, Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Pokjanas HoB. Strategi Implementasi Pembangunan di Jantung Kalimantan (Heart

of Borneo/HoB) Melalui Pendekatan Ekonomi Hijau. Pokjanas HoB

Rahmadi, Ida Bagus. 2005. Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung

di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rangkuti, Siti Sundari. 2000. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan

Lingkungan Nasional. Surabaya : Airlangga University Press.

Ridlo, Mohammad Agung. 2016. Mengupas Problema Kota Semarang

Metropolitan. Yogyakarta : Deepublish

Sembiring, Sentosa. 2007. Hukum Investasi. Bandung : CV. Nuansa Aulia

Silalahi, Daud. 1992. Hukum Lingkungan. Bandung : PT. Alumni.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Soerjani, Mohamad. 1977. Pembangunan dan Lingkungan : Meniti Gagasan dan

Pelaksanaan Sustainable Development. Jakarta : IPPL.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Page 58: IMPLEMENTASI PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASANlib.unnes.ac.id/30231/1/8111413251.pdf · Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7. Checklist Permohonan SIUI Lampiran 8. Penerbitan Ijin

92

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan

R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1987. Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Haji

Masagung.

Jurnal

INDEF (Institute for Development of Economic and Finance). 2006.

Perbaikan Iklim Investasi: Menunggu Langkah Kongkrit Pemerintah.

INDEF, Jakarta.

Inderst, G., Kaminker, Ch., Stewart, F. (2012), “Defining and Measuring

Green Investments: Implications for Institutional Investors‟ Asset

Allocations”, OECD Working Papers on Finance, Insurance and

Private Pensions, No.24, OECD Publishing.

Samsiruddin. 2008. Aspek Hukum Penanaman Modal Yang Berwawasan

Lingkungan. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Nurasmah. 2015. Strategi Penguatan Regime Green Investment Dalam

Pengembangan Potensi Wisata bahari Di Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Mataram : Kajian Hukum dan Keadilan IUS.

Sihombing, Lisbet. 2012. Green Economy dan Konferensi Tingkat Tinggi

Rio+20. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. IV

Voica, Marian Catalin, dkk. 2014. Green Investment Between necessity, fiscal

constraints and profit. ScienceDirect.

Internet

http://koran-sindo.com/news.php?r=6&n=35&date=2015-10-16?r=6&n=35&date=2015-10-16 diakses pada : 5 Mei 2017

https://sustainabledevelopment.un.org diakses pada : 5 Mei 2017

http://kabar24.bisnis.com/read/20141224/78/385805/rusak-lingkungan-wali-

kota-semarang-tegur-pengembang-nakal di akses pada : 3 April 2017