Upload
haphuc
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NO.7 TAHUN 2012
TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI PASAR BARU CILEGON
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Disusun Oleh:
Rizki Hidayat NIM 6661091082
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, MARET 2016
i
ABSTRAK
Rizki Hidayat, 6661091082. 2016. Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Rahmawati, M.Si, Dosen Pembimbing II: Anis Fuad, M.Si.
Retribusi Pelayanan Pasar adalah salah satu retribusi daerah yang potensial di Kota Cilegon. Jumlah penerimaan retribusi pasar yang semakin tinggai dari tahun ke tahun memiliki potensi untuk dikembangkan. Akan tetapi sejak diberlakukannya peraturan ini yaitu pada Mei 2012, realisasi penerimaan retribusi pasar tidak pernah pernah mencapai targetnya. Disamping itu kurang optimalnya pengawasan dari pihak UPTD Pasar Baru Cilegon membuat kelalaian seperti oknum kolektor yang jarang memberi karcis kepada pedagang ketika membayar retribusi seolah olah menjadi hal yang lumrah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dari Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon. Dalam penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn, yaitu: 1.)Ukuran dan Tujuan, 2) Sumberdaya, 3) Karakteristik Agen Pelaksana, 4) Sikap Kecenderungan Pelaksana, 5) Komunikasi antar organisasi, 6) Lingkungan Eksternal. Penelitian inimenggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara,observasi dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling besar mempengaruhi kurang optimalnya pemungutan retribusi pelayanan pasar adalah kurangnya kesadaran dari wajib retribusi.
Kata Kunci: Implementasi, Retribusi, Pelayanan Pasar
ii
ABSTRACT Rizki Hidayat, 6661091082. 2016. Implementation of the Cilegon Law No. 7 Year 2012 Concerning Market Service Retribution in Baru Market Cilegon. Study of Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st
Advisor: Rahmawati, M.Si, 2nd Advisor: Anis Fuad, M.Si. The One of an important in the development of local government is a local finance factor. One sources of local owned revenue is Market Service Retribution. Market Service Retribution is the one of local retribution has good potency of local owned revenue. The City Of Cilegon as an industry City has good potency of Market service retribution. The objective of this research is to find out the implementation of Market Service Retribution in Baru Market Cilegon. In this research, using the theory of policy implementation of Van Meter and Van Horn, namely: 1) Standard and Objective, 2) Resources, 3) Characteristics of the Implementing Agency, 4) Disposition of implementer, 5) Inter-Organization Communication enforcement activities, 6) External Environment. This study used descriptive qualitative research approach method. The data collection techniques are interviews, observations and documentation study. The data analysis employs interactive analysis of Miles and Huberman method. The results of the researched shows that the Implementation of The Cilegon Law No. 7 Year 2012 Concerning Market Service Retribution in Baru Market Cilegon has been less optimum. The biggest factor affecting market service retribution in Baru Market Cilegon never able to reach its target is the lack of awareness of a compulsory retribution.
Keywords: Implementation, Retribution, Market Services
iii
Motto
“Segala Puji Bagi Rabb Semesta Alam”
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada
waktunya. Sholawat teriring salam tercurahkan kepada junjungan kita yakni, Al
Ma’shum Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa petunjuk bagi seluruh umat
manusia.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul: “Implementasi
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar di Pasar Baru Cilegon”.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh
dari sempurna. Akan tetapi,dalam proses penyusunannya penulis usahakan dengan
sebaik-baiknya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun guna perbaikan skripsi di masa yang akan datang.
Banyak sekali kendala dan hambatan yang penulis rasakan dalam setiap
melakukan penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak akan berhasil
dan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Namun dengan do’a dari kedua
orang tua yang selalu dipanjatkan kepada penulis serta kasih sayang yang mereka
berikan sehingga akhirnya penulis termotivasi untuk menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
segala kegiatan yang telah dilaksanakan seperti program kerja kegiatan dan
pembuatan proposal ini. . Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
ii
2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari., M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
3. Yth. Ibu Rahmawati., M.Si., Wakil Dekan I FISIP Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
4. Yth. Ibu Iman Mukhroman. S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Yth. Ibu Listiyaningsih,S.Sos. M.Si., Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7. Yth. Bapak Riswanda, S.Sos., M.PA., P.hD Sekretaris Jurusan Program
Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
8. Yth.Ibu Rahmawati,, M.Si, pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih atas arahan dan pembelajaran selama proses penyusunan
skripsi
9. Yth. Bapak Anis Fuad, M.Si, pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih atas arahan dan pembelajaran selama proses penyusunan
skripsi.
10. Semua Dosen dan Staff Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan
11. Yth. Bapak Muhibin Hasan, S.Ip Kepala Sub Bagian TU UPTD Pasar
Baru Cilegon
12. Staff dan Kolektor UPTD Pasar Baru Cilegon. Terimakasih atas
informasinya
13. Para Pedagang di Pasar Baru Cilegon. Terimakasih atas informasinya
14. Yth. Bapak Didi, S.Ip Kepala Seksi Pembinaan Pasar Disperindagkop
Kota Cilegon
15. Staff Disperindakop Kota Cilegon. Terimakasih atas informasinya.
16. Yth. Bapak Hendra Pradipta, S.Spt Kepala Seksi Perencanaan dan
Pengendalian DPPKD Kota Cilegon.
iii
17. Yth. Ibu Puji Wahyuningsih, S.H Kepala Seksi Akuntansi Penerimaan
DPPKD Kota Cilegon.
18. Kedua Orang Tua ku yang sabar dan terus memberikan motivasi dan doa
untuk ku.
19. Kakak kakak dan keponakan ku, terima kasih atas motivasi dan
dukungannya.
20. Teman teman ANE 2009 baik Reguler maupun Non Reguler, khususnya
kelas C . Terimakasih atas kenangan, diskusi, dan perhatian kepada
penulis.
Cilegon, 20 Januari 2016
Rizki Hidayat
NIM.666109108
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO HIDUP
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 12
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 12
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................... 13
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................. 13
1.6 Manfaat Penelitian............................................................................... 13
1.7 Sistematika Penulisan .......................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 16
2.1.1 Pengertian Kebijakan .............................................................. 17
2.1.2 Pengertian Publik .................................................................... 19
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ................................................... 22
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik .............................................. 27
2.1.5 Model Implementasi Kebijakan Model Van Meter
dan Van Horn .......................................................................... 29
v
2.1.6 Model Implementasi Kebijakan Model Merilee S.
Grindle ..................................................................................... 31
2.1.7 Faktor Penentu Pelaksana Kebijakan ..................................... 32
2.1.8 Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan ........... 33
2.1.9 Konsep Retribusi ..................................................................... 34
2.1.10 Objek Retribusi........................................................................ 35
2.1.11 Perhitungan Retribusi .............................................................. 48
2.1.12 Retribusi Daerah ...................................................................... 51
2.2 Deskripsi Kebijakan ............................................................................ 52
2.2.1 Peraturan Daerah Kota Cilegon No. 7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar .......................................... 52
2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 54
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................... 55
2.5 Asumsi Penelitian ................................................................................ 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian ......................................................................... 58
3.2 Instrumen Penelitian ........................................................................... 59
3.3 Sumber Informan................................................................................. 61
3.4 Alur Penelitian..................................................................................... 64
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 65
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 68
3.7 Keabsahan Data ................................................................................... 71
3.8 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 72
BAB IV Deskripsi Penelitian
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 74
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Cilegon ............................................. 74
4.1.2 Gambaran Umum Pasar Baru Cilegon .................................... 75
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kota Cilegon ............................................................ 79
vi
4.1.3.1 Struktur Organisasi Disperindagkop Kota Cilegon ..... 79
4.1.3.1 Visi dan Misi Disperidagkop Kota Cilegon ................ 80
4.1.4 Gambaran Umum UPTD Pasar Cilegon ................................. 81
4.1.4.1 Struktur Organisasi UPTD Pasar Baru Cilegon .......... 81
4.1.4.2 Visi Misi UPTD Pasar Baru Cilegon ......................... 82
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 82
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................... 82
4.2.2 Informan Data Penelitian ............................................... 86
4.3 Kode Hasil Wawancara ........................................................................ 88
4.4 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 89
4.5 Pembahasan ....................................................................................... 116
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 125
5.2 Saran... ............................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rincian Pendapatan Asli Daerah Kota Cilegon .................................... 4
Tabel 1.2 Pasar yang ada di Kota Cilegon ............................................................ 6
Tabel 1.3 Retribusi Pelayanan Pasar di Kota Cilegon........................................... 9
Tabel 1.4 Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon ............................... 10
Tabel 2.1 Tempat Kegiatan Dagang/Usaha Dalam Lingkungan Pasar ............... 53
Tabel 3.1 Sumber Informan................................................................................. 62
Tabel 3.2 Pedoman wawancara ........................................................................... 66
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ................................................................................. 73
Tabel 4.1 Fasilitas Sarana Kios,Los dan Auwning/Tenda Pasar Baru Cilegon . 77
Tabel 4.2 Kode Wawancara ................................................................................ 88
Tabel 4.3 Rata rata realisasi retribusi pelayanan pasar perhari di Pasar Baru dan
Berdasarkan kategori ramai dan sepi ..................................................................... 92
Tabel 4.4 Rekapitulasi karcis retribusi pelayanan pasar di pasar baru ................ 93
Tabel 4.5 Profil Kolektor Retribusi Pelayanan Pasar .......................................... 98
Tabel 4.5 Temuan Penelitian............................................................................. 122
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Skematik Kebijakan Publik ..................................................... 25
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 57
Gambar 3.1 Siklus Proses Analisis Data ................................................................ 69
Gambar 4.1 Pintu Masuk Depan Pasar Baru Cilegon ............................................ 76
Gambar 4.2 Strukutur UPTD Pasar Baru Cilegon ................................................. 81
Gambar 4.3 Salah Satu Sosialisasi Wajib Retribusi............................................... 96
Gambar 4.4 Koordinasi Antara Disperindagkop dan DPPKD ............................. 111
Gmbar. 4.5 Spanduk Kampanye salah satu Calon Pilkada Cilegon .................... 114
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 MatriksWawancara Sebelum dan Sesudah Reduksi Data
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Catatan Bimbingan
Lampiran 5 Dokumen Dokumen Pendukung
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perjalanan sistem desentralisasi di Indonesia jika dirunut sepanjang
sejarah perjalanan bangsa ini cukup panjang dan berliku. Perubahan politik di
tahun 1990-an menjadi titik balik perjalanan bangsa Indonesia yang
membawa beberapa dampak positif. Perubahan tersebut diantaranya
mengubah tata hubungan antara pemerintah pusat dan daerah ke arah yang
lebih demokratis dengan memperbanyak porsi desentralisasi. Dengan
perubahan sistem pemerintahan tersebut, otomatis berbagai institusi
pendukung sistem yang selama ini bersifat sentralistik juga mengalami
perubahan. Seiring dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia Tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami
perubahan yang cukup mendasar. Perubahan dilatarbelakangi oleh kehendak
untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat daerah.
Otonomi daerah memang bisa membawa dampak positif di daerah
dalam kewenangan daerah untuk mengatur diri sendiri. Kewenangan ini
menjadi sebuah impian karena pada negara tertentu sistem pemerintahan
sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan
yang tidak begitu berperan penting atau sebagai pelaku figuran. Perubahan
pola hubungan yang terjadi antara pusat dan daerah sejak diberlakukannya
2
otonomi daerah memberikan implikasi yang cukup signifikan, antara lain
dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh daerah otonom akibat
dijalankannya desentralisasi. Kebijakan desentralisasi tersebut membuka
peluang bagi pemerintah daerah untuk memaksimalkan pendapatan asli
daerah.
Upaya dalam rangka mengoptimalkan pendapatan asli daerah untuk
memaksimalkan pendapatan asli daerah ini, pemerintah daerah berupaya
keras untuk mencari sumber sumber pendapatan asli daerah yang telah
dipungut selama ini. Berdasarkan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah Pasal 157 menyebutkan bahwa sumber sumber pendapatan daerah
adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan.
3. Lain lain pendapatan daerah yang sah
Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun
2004 Pasal 157 point a, yaitu :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah,
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang .dipisahkan; dan
4. Lain-lain PAD yang sah.
3
Pendapatan Asli Daerah menjadi faktor yang sangat penting dalam
meuwujudkan kemandirian daerah, dimana PAD akan menjadi sumber dana
dari daerah sendiri.
Sebagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh
daerah, Undang- Undang tentang Pemerintah Daerah dan perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah
sebagai salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan
dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing masing daerah.
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah,
yang diharapkan dapat membantu pembiayaan daerah dalam melaksanakan
otonominya, yaitu mampu mengatur dan merawat rumah tangganya sendiri
disamping pendapatan yang berasal dari pemerintah berupa subsidi atau pun
bantuan. Sumber retribusi daerah tersebut diharapkan menjadi sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah, dan pembangunan daerah untuk
meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Kemampuan retribusi daerah yang dimiliki setiap daerah berbeda beda
. Oleh karena itu perolehan retribusi daerah diarahkan untuk meningkatkan
Pendapatkan Asli Daerah (PAD), yang digunakan untuk menyelenggarakan
otonomi daerah, yang secara konseptual diharapkan memiliki kemampuan
dan akuntabilitas. Tuntunan kemampuan nyata ini diharapkan bersumber dari
kemampuan mengelola penerimaan rertribusi daerah melalui upaya upaya
yang dapat dilakukan sehingga terrjadi peningkatan dari waktu ke waktu.
4
Peraturan pemerintah Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah Pasal 1 No.64 mengatakan, retribusi dikelola oleh
pemerintah daerah Kabupaten/ Kota sesuai dengan objek-objek retribusi
daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Dimana
objek objek retribusi yaitu Retribusi Jasa Umum, Jasa Usaha, dan Jasa
Perizinan Tertentu.
Salah satu objek retribusi yang dikelola daerah, termasuk juga oleh
pemerintah daerah Kota Cilegon yaitu Retribusi jasa umum, salah satunya
yaitu Retribusi Pasar, sebagaimana terdapat dalam Peraturan Daerah Kota
Cilegon Nomor 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar. Retribusi
pelayanan pasar sendiri merupakan salah satu bagian dari PAD (Pendapatan
Asli Daerah) Kota Cilegon. Berikut ini akan dipaparkan rincian Pendapatan
Asli Daerah Kota Cilegon.
Tabel. 1.1 Rincian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cilegon
KETERANGAN 2012 2013 2014 Pendapatan Asli Daerah 334.018.043.000 249.981.425.324 467.945.449.677
a. Pajak Daerah 147.686.642.561 177.144.972.228 340.323.435.803 b. Retribusi Daerah 11.021.838.384 25.464.239.480 14.377.625.039 c. Hasil Pengolahan
Kekayaan Daerah Dipisahkan
7.290.722.884 11.141.337.962 12.337.091.175
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
168.018.839.609 78.193.038.379 100.907.297.660
Sumber: DPPKD Kota Cilegon
Cilegon merupakan salah satu bagian dari daerah otonom. Cilegon
disebut juga Kota Industri, karena banyak Industri yang berada di sana.
5
Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah memperlihatkan
kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang fisik, sosial maupun
ekonomi. Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan
peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya
dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah. Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999
tanggal 27 April 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II
Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif
Cilegon berubah menjadi Kotamadya.
Kota Cilegon merupakan daerah yang strategis dan potensial di
Provinsi Banten, antara lain Kota Cilegon merupakan pintu masuk pulau jawa
dari sebelah barat.. Kota ini memiliki wilayah strategis yang berhubungan
langsung dengan selat sunda, dan terhubung dengan jalan tol Jakarta -
Merak. Dalam menjalankan fungsi otonomi daerahnya, yaitu sebagai
penyelanggara pemerintahan, melayani masyarakat dan membangun
infrastruktur yang berkewajiban membangun sarana dan prasarana guna
menunjang perekonominan salah satunya adalah membangun pasar
tradisional dan berbagai pusat perdagangan.
Kegiatan perdagangan di Kota Cilegon dicirikan dengan adanya
perdagangan tradisional dan modern. Perdagangan tradisional umumnya
berupa perdagangan pada pasar-pasar tradisional yang banyak tersebar di
Kota Cilegon.
6
Pemerintah Kota Cilegon membangun dan mengelola pasar
tradisional melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD ) ,
yaitu ; Pasar Baru Cilegon dan Pasar Hewan di Kecamatan Jombang, Pasar
Blok F di Kecamatan Cilegon dan Pasar Baru Merak di Kecamatan Pulo
Merak. Adapun pasar tradisional yang dibangun dari swadaya masyarakat
Cilegon antara lain yaitu; Pasar Bunder di Kelurahan Tegal Bunder
Kecamatan Purwakarta, Pasar Lebak Gede Kelurahan Lebak Gede
Kecamatan Pulo Merak, Pasar Wisata Cigading Kelurahan Tegal Ratu serta
Pasar Kubang Sari Kelurahan Kubang Sari Kecamatan Ciwandan. Berikut
tabel Pasar Tradisional dan Modern di Kota Cilegon.
Tabel.1.2 Pasar Tradisional & Modern di Cilegon
No Lokasi Pasar Jenis Pasar Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 1 Cilegon Pasar Tradisional
Pasar Modern 1 8
Blok F Indomaret, Alfamart, Alfamidi
2 Cibeber Pasar Tradisional Pasar Modern
- 7
Giant, Alfamart, Indomaret, Alfamidi
3 Ciwandan Pasar Tradisional Pasar Wisata Pasar Modern
1 1 2
Pasar Cigading Pasar Cigading Indomaret
4 Pulomerak Pasar Tradisional Pasar Modern
1 8
Pasar Merak Indomaret, Alfamart
5 Jombang Pasar Tradisional Pasar Modern
1 20
Pasar Baru (Kranggot) Ramayana, Alfamart, Indomaret, Metromart
6 Grogol Pasar Tradisional Pasar Modern
- 5
Alfamart, Indomaret
7 Citangkil Pasar Tradisional Pasar Modern
- 4
Alfamart,Indomaret,Alfamidi
8 Purwakarta Pasar Tradisional Pasar Modern
1 7
Pasar Tegal Bunder Bintang, Hypermart, Superindo, EDI Toserba, Indomaret
Sumber: UPTD Pasar Baru Cilegon
7
Kegiatan perdagangan modern lokasinya lebih terkonsentrasi di
sekitar pusat Kota Cilegon, berupa pasar-pasar swalayan skala besar dan juga
mall. Pasar Baru Cilegon adalah pasar yang terluas yang berada di Kota
Cilegon. Pasar Baru Cilegon lokasi sebelumnya berada di Kelurahan
Jombang , sekitar 100 Meter dari gedung Matahari Plaza yang lama, kini
berpindah lokasi ke Jalan Kranggot Kelurahan Sukmajaya sekitar 50 Meter di
belakang Mall Ramayana Robinson. Di lokasi sebelumnya Pasar Kota
Cilegon tumpah ruah , tidak tertata rapi dan kadang kadang menyebabkan
kemacetan. Lalu lintas kendaraan pada lokasi yang sebelumnya pun tidak
sesuai dengan lebar jalan yang menyempit karena trorotarnya dipakai
berjualan. Berbeda dengan lokasi yang sekarang yang berada di Jalan
Kranggot, Pasar Baru Cilegon kini mulai tertata rapi.
Berdasarkan data dari UPTD Kota Cilegon Pasar Baru Cilegon
sebagai asset Pemerintah Kota Cilegon mempunyai sarana dan prasarana
sebagai berikut;
1. 678 unit Kios
2. 288 unit Los
3. 1472 unit Auning (tenda)
4. 4 unit toilet umum
5. 2 unit lahan parkir
6. Tempat Ibadah dan Sub Terminal Angkutan Umum
Berbicara tentang pasar kota, tentu ada retribusi pasar sebagai
pemasukan bagi Pemerintah Daerah. Retribusi pasar adalah salah satu
8
sumber pendapatan asli daerah. Cilegon mempunyai peraturan daerah
tersendiri untuk retribusi pasar ini yaitu, Perda No. 7 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Pelayanan Pasar. Dalam Bab 1 Pasal 1 poin 18, perda tersebut
berbunyi ;
“ Retribusi Pasar selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional/ sederhana yang berupa halaman / pelataran, los dan/ atau kios yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang”. Jika dilihat dari definisi retribusi pelayanan pasar diatas, maka
retribusi pelayanan pasar ini hanya dipungut pada pasar tradisional saja.
Adapun menurut Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia
No.70/M-Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Pembenjalaan dan Toko Modern Pasal 1 Poin 3 yang
dimaksud pasar tradisional adalah:
“Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa Toko, Kios, Los dan tenda yang dimiliki oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”. Salah satu sumber pemasukan dari retribusi daerah di Kota Cilegon
adalah retribusi pelayanan pasar. berikut ini adalah tabel target dan realisasi
retribusi pelayanan pasar di Kota Cilegon.
9
Tabel 1.3 Target & Realisasi Retribusi Pelayanan Pasar di Kota Cilegon
No. Tahun Target Realisasi Persentase
1. 2012 Rp.300.096.000 Rp. 151.212.100 50,38%
2. 2013 Rp.279.100.000 Rp. 258.147.000 92,4%
3. 2014 Rp.365.064.000 Rp. 356.578.500 97,6 %
Sumber: Diolah dari DPPKD Kota Cilegon
Tabel diatas memaparkan total target dan realisasi retribusi pelayanan
pasar di seluruh pasar yang ada di Kota Cilegon. Lebih mengerucut lagi akan
dipaparkan tabel target dan realisasi retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru
Cilegon, selaku pasar terluas di Kota Cilegon.
Tabel 1.4 Target & Realiasasi Retribusi Pelayanan Pasar
di Pasar Baru Cilegon
No. Tahun Target Realisasi Persentase
1. 2012 Rp.167.176.000 Rp. 68.532.500 40,9%
2. 2013 Rp.162.000.000 Rp.152.920.000 94,39%
3. 2014 Rp.249.120.000 Rp.213.752.500 96,62%
Sumber: Diolah dari UPTD Pasar Baru Cilegon
Tabel di atas mendeskripsikan bahwa retribusi pelayanan pasar di
Pasar Baru Cilegon belum pernah mencapai realiasasi target sampai 100%,
hal ini menarik mengingat Pasar Baru Cilegon adalah Pusat Pasar terbesar di
Kota Cilegon. Namun, walaupun belum pernah mencapai target 100 %,
pemasukan retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru terus meningkat tiap
tahunnya.
10
Retribusi pelayanan pasar pada dasarnya untuk mereka yang wajib
retribusi, tujuan nya agar Pemerintah Kota Cilegon menerima pendapatan
daerah seperti nanti akan dijelaskan dalam salah satu sub bab dalam
penelitian ini. Retribusi pelayanan pasar disesuaikan dengan kriteria tertentu
yang dimaksudkan agar pengembalian retribusi ini tepat sasaran dan tidak
memberatkan pedagang.
Perda retribusi pelayanan pasar memerlukan petunjuk teknis, selain
petunjuk pelaksanaan. Dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam pasal
13, Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 maka
Walikota Cilegon memandang perlu menetapkan Peraturan Walikota Cilegon
No.18 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No.7
Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar. Pada halaman berikut akan
dipaparkan tabel karcis pemungutan retribusi pelayanan pasar sesuai dengan
Peraturan Walikota Cilegon No.18 Tahun 2012.
Tabel 1.5 Tabel Karcis Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar
No. WARNA KARCIS
NOMINAL KARCIS WAJIB RETRIBUSI
1. Merah Muda
Rp.500,- -Los Semi Permanen uk.4 m² s/d 6 m² -Pelataran/Emprakan -Pedagang kambing/domba
2. Kuning Rp.750,- -Kios/toko semi permanen uk. 4 m² s/d 6 m²
-Los permanen uk. 4 m² s/d 6 m² -Los semi permanen uk.> 6 m² s/d 12 m²
3. Hijau Rp.1000,- -Kios/toko permanen uk.4 m² s/d 6 m² -Los Permanen uk.> 6 m² s/d 12 m²
4 Biru Rp.2000,- -Kios/toko semi permanen uk.> 6 m² s/d 12 m²
-Pedagang sapi/kerbau 5. Putih Rp.2.500,- -Kios/toko permanen uk.> 6m²s/d 12 m²
Sumber: Peraturan Walikota Cilegon No.18 Tahun 2012
11
Dinas yang menangani retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru adalah
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota
Cilegon. Disperindagkop Kota Cilegon mempunyai bagian khusus pasar,
yaitu Seksi Pembinaan Pasar yang menaungi seluruh pasar di Cilegon.
Petugas yang memungut retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru merupakan
pegawai dari Disperindagkop Kota Cilegon. Pelaksanaan pemungutan
retribusi pelayanan pasar pun harus sesuai dengan tabel karcis diatas, akan
tetapi jika melihat kondisi di lapangan tentu diperlukan observasi, wawancara
maupun kajian untuk menyimpulkan.
Pada observasi awal seorang pedagang mengakui bahwa penarikan
retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru sering tidak diberi karcis. Padahal
adanya karcis amat penting selain sebagai alat bukti pembayaran juga
sebagai alat pencegahan terjadinya kecurangan dalam pemungutan retribusi.
Menurut pengakuan Tilah (19 Tahun) yang seorang pedagang pakaian
mengatakan kadang- kadang petugas salaran (kolektor) tidak memberi karcis
retribusi pelayanan pasar.
Belum optimalnya pengawasan dari Disperindagkop ( Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi) Kota Cilegon membuat kelalaian
seperti petugas yang tidak memberi karcis seolah hal yang lumrah, padahal
tidak diberinya karcis bisa membuka peluang pungutan liar retribusi
pelayanan pasar. Bahkan menurut seorang pedagang sembako Hj. Nana (46
Tahun) mengakui tidak memperhatikan apakah diberi karcis retribusi
pelayanan pasar atau tidak.
12
Dari uraian latarbelakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti lebih lanjut tentang retribusi Pasar Kota Cilegon, dengan
mengambil judul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7
Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses mengenali dan membuat
asumsi asumsi berdasarkan observasi maupun studi pendahuluan pada lokus
penelitian yang diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi dan membatasi
ruang lingkup faktor faktor yang mungkin diteliti.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti maka
identifikasi masalah berkaitan, yaitu:
1. Tidak semua penarikan rertribusi pelayanan pasar diberikan karcis
sebagai tanda pembayaran retribusi bagi pengguna jasa. Padahal ada
nya karcis amat penting selain sebagai alat bukti pembayaran juga
sebagai alat pencegahan terjadinya kecurangan dalam pemungutan
retribusi.
2. Belum optimalnya pengawasan dari pihak dinas terkait, dalam hal ini
Disperindagkop membuat kelalaian tidak memberi karcis retribusi
pelayanan pasar menjadi hal yang lumrah.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian
hanya pada penarikan retribusi pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon.
13
Penerapan Retribusi yang baik dapat dilihat dari dipatuhinya aturan baik dari
eksekutif maupun target dari kebijakan. Lokus penelitian dibatasi hanya pada
Pasar Baru Cilegon dikarenakan merupakan pasar tradisional terluas yang
ada di Kota Cilegon. Penelitian ini juga menyangkut urusan yang
berhubungan dengan wajib retribusi yang memanfaatkan fasilitas pasar.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon
No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru
Cilegon ?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana pelaksanaan Implementasi
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon ?
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1) Kegunaan Praktis
Bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Cilegon, hasil
penelitian diharapkan dapat menjadikan masukan yang bermanfaat guna
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mengoptimalkan kinerja
pelayanan.
14
Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan yang
dipelajari selama mengikuti program perkuliahan di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
2) Kegunaan Akademis
Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan menjadi dokumen
akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi civitas akademik.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang yang menjelaskan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari ruang
lingkup yang paling umum hingga mengerucut kepada lingkup yang paling
khusus. Kemudian selanjutnya, identifikasi masalah.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan mendukung
penelitian ini dari metode – metode yang menjadi dasar bagi analisa
permasalahan yang ada dan pemecahan tersebut. Landasan teori ini didapat
dari studi pustaka mengenai hal – hal yang berhubungan dengan penelitian
skripsi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian membahas tentang jenis pendekatan, lokasi penelitian,
tehnik pengumpulan data, tehnik analisis data.
15
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Bab ini merupakan pokok pembahasan dari permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini, yang meliputi gambaran umum Kota Cilegon,
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, Pelaksanaan Pemungutan
retribusi pasar, hambatan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi pasar dan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
Memperlihatkan metode – metode analisis yang dilakukan selama penelitian
serta hasil dari penelitian – penelitian tersebut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab akhir dari keseluruhan penulisan ini yang berisi
kesimpulan yang merupakan hasil dari kegiatan penelitian mengenai
permasalahan yang diangkat dengan menggunakan metode-metode yang telah
disebutkan. Bab ini juga menyertakan saran-saran yang mungkin diperlukan
bagi penelitian.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yaitu mengkaji berbagai teori dan konsep konsep
yang relevan dengan permasalahan penelitian. Hasil penting lainnya dari
kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut peneliti, yang
didalamnya tergambar konstruksi dari variabel yang akan diukur, selain itu
dari kajian teori akan diukur, selain itu dari kajian teori akan diturunkan
dalam bentuk kisi kisi instrumen. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori,
pembahasannya perlu dikaitkan dengan hasil hasil penelitian terdahulu yang
relevan sebagai acuan penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan
penelitian yang kan dilakukan.
Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peran yang sama dengan
disiplin ilmu lainnya seperti matematika, fisika , biologi yang berfungsi untuk
menjelaskan dan panduan dalam penelitian seperti yang diungkapan oleh
Hoy & Miskel:
“ Theory in administration, however has the same role as theory in physics, chemistry, or biology: that providing general explanation and guiding research”, (Teori dalam administrasi memiliki kegunaan yang sama seperti dalam ilmu fisika, kimia atau biologi: Yaitu sebagai penjelasan yang bersifat umum dan sebagai pedoman penelitian). (Hoy & Miskel dalam Sugiyono: 2008:55).
Dari pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa kegunaan teori adalah
sebagai berikut:
17
a. Teori itu berdasarkan konsep asumsi dan generalisasi yang logis.
b. Berfungsi untuk mengungkapakan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan.
c. Sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
2.1.1 Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar
rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta bertindak ( tentang
perintah, organisasi, dan sebagainya), (di dapat dari http://badanbahasa.
kemdikbud.go.id /kbbi/bijak, diakses pada tanggal 8 Juli 2015 Jam 11:50 WIB).
Wachab dalam bukunya Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara (2005:1) masih mengunakan kata
kebijaksanaan untuk penyebutan kebijakan. Menurut Wachab (2005:3) makna
kebijaksanaan yang sesuai adalah yang sejalan dengan pandangan Prof. Heinz
Eulau dan Kenneth Prewitt bahwa kebijaksanaan adalah ,
“a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make abide by it”. (Kebijakan mempunyai karakteristik yang konsisten dan berkelanjutan yang mana keduanya dibuat untuk ditaati).
Masih dalam Wachab (2005:3), Carl Friedrich mengatakan bahwa
kebijaksanaan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan hambatan tertentu seraya
mencari peluang peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang diinginkan.
18
Definisi lainnya dikemukakan oleh Suharto (2008:3) bahwa:
“Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada inti nya merupakan keputusan keputusan atau pilihan pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam. Financial dan manusia demi kepentingan publik yakni rakyat banyak, penduduk masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.”
Uraian diatas memberi gambaran pada kita bahwa kebijakan
merupakan alat yang dipakai digunakan pemerintah tetapi tetap
memperhatikan sumberdaya publik . Dalam Wachab (2005:17) definisi
lainnya juga dikemukakan oleh Laswell dalam Wayne, ia mengatakan :
“Kata kebijakan (Policy) umumnya dipakai untuk menunjukan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat. Kebijakan bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis ( political) yang sering kali diyakini mengandung makna keberpihakan dan korupsi “.
Menurut Jones dalam Winarno (2002:14) istilah kebijakan digunakan
dalam praktek sehari hari. Namun, digunakan untuk menggantikan
kegiatan atau keputusan yang berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan
dengan tujuan, program, keputusan, standar proposal dan grand design.
Secara umum, istilah kebijakan dipergunakan untuk menunjuk perilaku
seorang aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Dengan demikian dari berbagai uraian definisi beberapa di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah rangkaian konsep yang
19
menjadi acuan, garis besar suatu kelompok maupun pemerintahan terhadap
kepentingan sekelompok orang tertentu atau orang banyak (masyarakat).
2.1.2 Pengertian Publik
Publik merupakan serapan kata dari bahasa inggris,” public” yang bisa
berarti umum, masyarakat atau negara, Syafiie (2006:17). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Dalam Jaringan publik adalah: orang banyak atau umum,
semua orang yang datang untuk menonton, ( di dapat dari
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/publik, diakses pada tanggal 8 Juli 2015
pada Jam 11.58 WIB).
Menurut Syafiie (2006:18), publik adalah sejumlah manusia yang memiliki
kesamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai nilai norma yang mereka miliki.
Pendapat dari Fredrickson dalam Kencana (2006:17) menjelaskan lima
model formal yang berkaitan dengan kedudukan konsep publik yang umum
digunakan dalam ilmu ilmu sosial untuk dikaji dalam rangka revitalisasi konsep
tersebut, sehingga diharapkan muncul suatu perspektif baru yang menjadi esensi
administrasi publik modern. Kelima perspektif untuk memahami konsep publik
tersebut memuat.
Pertama, yaitu perspektif pluralis. Dalam perspektif ini publik dipandang
sebagai konfigurasi dari berbagai kelompok kepentingan. Pendukung persepektif
ini berpendapat bahwa setiap orang punya kepentingan yang sama akan
bergabung satu sama lain dan membentuk suatu kelompok yang pada nantinya
kelompok kelompok tersebut berinteraksi dan berkompetisi untuk meperjuangkan
20
kepentingan kepentingan individu yang mereka wakili, khususnya dalam konteks
pemerintahan.
Kedua, perspektif pilihan publik. Persepktif ini berakar pada tradisi
pemikiran utilitarian yang sangat menekan pada awal kebahagiaan dan
kepentingan individu. Pandangan utilitarian berpendapat bahwa publik sebagai
konsumen dan pasar. Dengan kata lain perspektif ini mencoba mengaplikasikan
prinsip-prinsip eknomi pasar kedalam sektor publik, sehingga asumsi
metodeoligis utama dari pandangan ini adalah bahwa tindakan publik harus
dimengerti sebagai tindakan individual yang termotivasi oleh kepentingan-
kepentingan yang berbeda-beda satu sama lainnya.
Ketiga, perspektif legislatif. Sifat pemerintahan yang demokrasi tidak
selalu menggunakan sistem perwakilan secara langsung. Pada kenyataannya,
banyak pemerintah yang demokratis akan tetapi menggunakan sistem perwakilan
secara tidak langsung. Asumsi perspektif ini adalah bahwa setiap pejabat yang
diangkat untuk mewakili kepentingan publik, sehingga mereka melegitimasi
mewujudkan perspektif publik dalam adiministrasi publik. Pejabat- pejabat yang
dianggap sebagai manifestasi tunggal dari perspektif publik. Jelasnya, perspektif
ini tidak bisa untuk mengakomodasi kepentingan kepentingan publik, baik dalam
teori maupun praktik adminitrasi di lapangan.
Keempat, perspektif penyedia lapangan. Apabila konsep pelayanan prima,
maka individu diposisikan sebagai pelanggan. Oleh karenanya perspektif ini
memandang bahwa publik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Selain itu,
aparatur pemerintah yang berada paling dekat dengan publik dengan segala
21
keahlian, pendidikan dan pengetahuan diharapkan memberikan yang terbaik untuk
publik. Mempunyai tugas untuk melayani publik yang terdiri atas individu-
individu dan kelompok-kelompok.
Kelima, perspektif kewarganegaraan. Reformasi administrasi publik
khususnya di Indonesia dan umumnya di berbagai dunia, ditandai dua tuntutan
penting. Pertama, tuntutan adanya pelayanan publik yang lebih terdidik dan
terseleksi dengan berdasar pada meritokrasi. Kedua, tuntutan agar setiap warga
negara diberi informasi yang cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan
publik dan memahami konstitusi secara baik.
Dalam Wicaksono (2006:30), W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh
Massey dalam bukunya Managing Public Sector : A Comparative Analysis of the
United Kongdom and the United State berpendapat bahwa sektor publik memiliki
10 ciri yang membedakan dengan sektor swasta, diantaranya adalah:
a. Sektor publik lebih lengkap dan mengemban tugas-tugas yang lebih
ambigu.
b. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam
mengimplementasikan keputusan-keputusannya.
c. Sektor publik lebih memanfaatkan lebih banyak orang yang
memiliki motivasi yang beragam.
d. Sektor publik cenderung lebih banyak memperhatikan usaha
mempertahankan peluang dan kapasitas.
e. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas
kegagalan pasar.
22
f. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki
signifikasi simbolik.
g. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan
legalitas.
h. Sektor publik memiliki peluang yang lebih besar dalam merespon
isu-isu keadilan dan kejujuran.
i. Sektor publik harus beroperasi untuk kepentingan publik.
j. Sektor publik harus mempertahankan dukungan publik minimal di
atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.
Berdasarkan definisi definisi publik di atas, maka dapat
disimpulkan publik adalah sekumpulan manusia yang memiliki
kepentingan, harapan, sikap dan bertindak berdasarkan nilai serta norma
yang mereka buat agar aktif dalam berbagai kegiatan publik.
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik
Dalam literatur ilmu politik kita akan menemukan begitu banyak para ahli
yang mendefinisikan tentang kebijakan publik. Eyestone dalam Wachab (2012:13)
merumuskan dengan singkat bahwa kebijakan publik adalah, “The relationship of
governmental unit to its environment”, (Hubungan yang berlangsung di antara
unit/satuan pemerintah dengan lingkungannya).
Akan tetapi menurut Agustino (2006:41) definisi ini masih terlalu luas
untuk dipahami sehingga artinya menjadi tidak menentu bagi para Scholars
(sarjana) yang mempelajarinya, karena hubungan antara unit pemerintah dengan
lingkungan nya dapat meliputi hampir semua elemen dalam konteks negara.
23
Definisi lainnya tentang kebijakan publik dikemukakan oleh Thomas R.
Dye dalam Wachab (2012:14) mengatakan, “Whatever governments choose to do
or not to do”, ( keputusan pemerintah untuk melaksanakan atau tidak
melaksanakan hal tertentu).
Senada dengan Thomas R. Dye, Nugroho dalam bukunya “ Kebijakan
Publik: Formulasi Implementasi dan Evaluasi (2004:54) menjelaskan bahwa
kebijakan publik adalah hal hal yang diputuskan oleh pemerintah untuk
dikerjakan dan hal hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau
dibiarkan.
Beberapa konsep kunci kebijakan publik menurut Young dan Quinn dalam
Suharto (2014:44):
a. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah
tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah
yang mempunyai kewenangan hukum, politis dan finansial untuk
melakukannya.
b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata.
Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan
kongkrit yang berkembang di masyarakat.
c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan
publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan
terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk
mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.
24
d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk
memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga
dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat
dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya
tidak memerlukan tindakan tertentu.
e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang
aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi
terhadap langkah langkah atau rencana tindakan yang dirumuskan,
bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan dalam
kebijakan publik bisa dibuat oleh beberapa perwakilan lembaga
pemerintah.
Berdasarkan beberapa definisi kebijakan publik diatas dapat
disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan dengan pola
ketergantungan yang kompleks yang mempunyai maksud atau tujuan
tertentu dengan berbagai pilihan untuk dilakukan melalui tiga pokok yaitu
formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan dalam rangka menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat. Pada halaman berikut akan dipaparkan
skema kebijakan publik:
25
Gambar 2.1
Siklus Skematik Kebijakan Publik
Sumber: Nugroho (2003:73)
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan dalam urutan berikut:
a. Terdapat isu masalah publik disebut isu apabila masalah bersifat
strategis, yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau
bahkan keselamatan bersama biasanya berjangka panjang tidak bisa
diselesaikan isu ini dia angkat sebagai agenda politik untuk
diselesaikan.
b. Isu ini kemudian menggerakan pemerintah untuk merumuskan
kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut.
Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan
warganya termasuk pimpinan negara.
c. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik
oleh pemerintah, masyarakat, atau pemerintah bersama-sama dengan
masyarakat.
Perumusan Kebijakan
Publik
Isu/ Masalah Publik
Output
Outcome
Peumusan Kebijakan
Publik
Implementasi
Kebijakan Publik
26
d. Namun dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan
di perlukan tindakan evaluasi sebagai siklus baru sebagai penilaian
apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan bijak dan benar
dan di implentasikan dengan baik dan benar pula.
e. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa
kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan
oleh pemanfaat.
f. Di dalam rangka jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan
outcome dalam bentuk impact kebijakan yang diharapkan semakin
meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.
Menurut Nugroho (2003:269), kebijakan publik yang unggul
menentukan keunggulan negara bangsa dalam persaingan global. Atau
dalam istilah lain, hanya negara bangsa yang mampu mengembangkan
kebijakan publik yang unggul baik perumusan, implementasi, dan evaluasi
yang akan menjadi negara yang unggul dalam persaingan global.
Berdasarkan beberapa definisi kebijakan dapat publik diatas, maka
dapat disimpulkan kebijakan adalah keputusan oleh pemerintah dalam
mengatur kehidupan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat luas,
dimana aturan tersebut mempunyai tujuan demi kepentingan masyarakat.
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi Kebijakan merupakan salah satu tahap dari kebijakan publik
yang mengarah pada aspek pelaksanaan. Menurut kamus Webster dalam Wachab
27
(2005:64) menuliskan dengan rumusan yang pendek bahwa to implement
(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (
menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effect to (
menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).
Van meter dan Van horn dalam Agustino (2006:153) menyebutkan
definisi implementasi kebijakan sebagi berikut;
“Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu individu atau pejabat- pejabat atau kelompok- kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.
Definisi implementasi kebijakan yang lain dikemukakan oleh Daniel
Mazmanian dan Paul Sabatier dalam Agustino (2006:153) mengatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah;
“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah atau keputusan keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.
Sedangkan menurut Merilee S.Grindle dalam Agustino
(2006:154), yaitu:
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individu project dan yang kedua apakah tujuan program telah dicapai.”
28
Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan hasilnya ditentukan
oleh implementability. Menurutnya keberhasilan implementasi kebijakan
dapat dilihat dari dua hal yaitu:
1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah
pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design)
dengan merujuk pada aksi kebijakannya.
2. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan
melihat dua faktor, yaitu:
a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan
kelompok.
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok
sasaran dan perubahan terjadi.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik, juga menurut
Grindle, amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan yang
terdiri dari content of policy dan context of policy.
a. Content Of Policy terdiri dari:
(1) Kepentingan kepentingan yang mempengaruhi
(2) Tipe manfaat
(3) Derajat perubahan yang ingin dicapai
(4) Letak pengambilan keputusan
(5) Pelaksana program
29
(6) sumber-sumberdaya yang digunakan.
b. Context Of Policy terdiri dari:
(1) Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor
yang terlibat.
(2) Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
(3) Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Donald Van Metter dan Carl Van
Horn
Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Donald Van
Metter dan Carl Van Horn disebut juga dengan A Model of The Policy
Implementation. Menurut Agustino (2008:141), proses implementasi ini
merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan
yang pada dasarnya sengaja bertujuan untuk meraih kinerja implementasi
kebijakan publik yang tinggi yang dalam hubungan berbagai variabel.
Ada enam variabel, menurut Van Metter dan Van Horn dalam
Agustino (2008:142), yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut,
yaitu:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang
realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana
kebijakan.
2. Sumberdaya
30
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung
dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya dan manusia adalah
sumberdaya terpenting. Tahap tahap tertentu dari keseluruhan proses
implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang
berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh
kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik
3. Karakteristik Agen Pelaksana.
Agen pelaksana meliput organisasi formal dan organisasi
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.
Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik
akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksanaannya.
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana.
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan
sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja
implementasi kebijakan publik.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana.
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh karena
semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak pihak yang
terlibat suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan akan
sangat kecil terjadi.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
31
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif
dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi
kebijakan. Karenanya upaya mengimplementasikan kebijakan harus
pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
2.1.6 Model Implementasi Kebijakan Publik Model George C. Edward III
Model implementasi kebijakan ketiga yang berperspektif top-down
dirumuskan oleh George C.Edward III. Edward III sendiri menamakan
model implementasinya dengan Direct and Indirect Impact Implementation.
Menurut Agustino (2008:149) dalam pendekatannya implementasi ini
menggunakan empat variabel yang dianggap menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan, yaitu;
1. Komunikasi
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan, menurutt George C. Edward III, adalah
komunikasi. Komunikasi, menurutnya lebih lanjut, sangat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik.
2. Sumberdaya
Sumberdaya merupakan hal penting lainnya, menurut George C.
Edward III dalam mengimplementasikan kebijakan. Indikator
sumberdaya terdiri dari berberapa elemen, yaitu (a) staff (b)
informasi,(c) wewenang, (d) fasilitas.
32
3. Disposisi.
Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila
personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.
4. Struktur birokrasi.
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama
banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan
yang tersedia, maka hal ini akan menyebagiankan sumberdaya
sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebaikan.
2.1.7 Faktor Penentu Pelaksana Kebijakan
Suatu kebijakan tentu dimaksudkan agar dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi fakta nya lain sebagian orang kadang
memilih untuk tidak patuh terhadap kebijakan tersebut. Menurut Agustino
(2008:157), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terlaksana atau tidak
suatu kebijakan publik, yaitu;
1. Respeknya Anggota Masyarakat pada Otoritas dan Keputusan
Pemerintah.
Pemungutan dan penghargaan publik pada pemerintah yang
legitimate menjadi kata kunci penting bagi terwujudnya pemenuhan
atas pengejawantahan kebijakan publik.
33
2. Adanya Kesadaran Untuk Menerima Kebijakan
Pemerintah harus mampu merubah mindset warga dengan cara
sikap dan perilaku yang sesuai dengan mindset yang hendak dibentuk
oleh masyarakat itu sendiri.
3. Adanya Sanksi Hukum
Orang akan sangat terpaksa mengimplementasikan dan
melaksanakan suatu kebijakan karena takut terkena sanksi hukum.
4. Adanya Kepentingan Publik
Suatu kebijakan jika dibuat secara sah, konstitusional, dan
dibuat oleh pejabat publik yang berwenang, serta melalui prosedur
yang sah yang telah tersedia maka dengan sendirinya masyarakat
cenderung mempunyai kesediaan diri untuk menerima dan
melaksanakan kebijakan tersebut.
5. Adanya Kepentingan Pribadi
Seseorang atau kelompok orang sering memperoleh keuntungan
langsung dari suatu projek implementasi kebijakan.
6. Masalah Waktu
Waktu bisa mempengaruhi seseorang menerima dan
melaksanakan kebijakan apa tidak.
2.1.8 Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan
1. Adanya Kebijakan yang Bertentangan dengan Sistem Nilai yang
Mengada.
Bila suatu kebijakan dipandang bertentangan secara ekstrem atau
secara tajam dengan sistem dengan nilai yang dianut oleh suatu
34
masyarakat secara luas, atau kelompok-kelompok tertentu secara
umum, maka bisa dipastikan kebijakan publik yang hendak
diimplementasikan akan sulit terlaksana.
2. Tidak Adanya Kepastian Hukum
Tidak adanya kepastian hukum, ketidakjelasan aturan aturan
hukum, atau kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan satu sama
lain dapat menjadi sumber ketidakpatuhan warga pada kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Adanya Keanggotaan Seseorang Dalam Suatu Organisasi.
Seseorang yang patuh atau tidak patuh pada peraturan atau
kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah dapat disebabkan
oleh keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu.
4. Adanya Konsep Ketidakpatuhan Selektif Terhadap Hukum
Masyarakat ada yang patuh pada suatu jenis kebijakan tertentu,
tetapi ada juga yang tidak patuh pada jenis kebijakan yang lain.
2.1.9 Konsep Retribusi
Menurut Siahaan (2008:5), retribusi adalah pembayaran wajib dari
penduduk kepada Negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh
negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut bisa disebut
bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati
balas jasa dari negara. Salah satu contoh retribusi adalah retribusi pelayanan
pasar yang dikelola oleh pemerintah. Setiap orang yang ingin memanfaatkan
35
fasilitas pasar harus membayar retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah
sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pasar.
Sesuai dengan perundang-undangan di Indonesia pada saat ini,
penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi
retribusi di Indonesia pada saat ini hanyalah retribusi daerah. Beberapa ciri
yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia
adalah sebagai berikut.
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang
undang dan peraturan daerah yang berkenan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah.
c. Pihak yang membayar jasa retribusi mendapatkan kontra prestasi (
balas jasa ) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran
yang dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselelanggarakan oleh orang
atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis,
yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
2.1.10 Objek Retribusi
Objek retribusi, yaitu berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh
pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah
dapat dipungut retribusinya. Tetapi, hanya jenis jenis jasa tertentu yang menurut
pertimbangan sosial-ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Menurut
36
UU No.28 Tahun 2009 Pasal 109-147 Jasa tertentu dikelompokkan ke dalam tiga
golongan sebagai berikut.
1. Jasa Umum
Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan.
Objek retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu,
balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
Objek retribusi pelayanan persampahan/ adalah pelayanan
persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah, meliputi pengambilan/pengumpulan sampah dari
sumbernya ke lokasi pembuangan sementara, pengangkutan
sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke
lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan penyediaan
lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah. Dikecualikan dari
37
objek retribusi pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat
ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
Objek retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda
penduduk dan akta catatan sipil adalah pelayanan:
(1) Kartu tanda penduduk;
(2) Kartu keterangan bertempat tinggal;
(3) Kartu identitas kerja;
(4) Kartu penduduk sementara;
(5) Kartu identitas penduduk musiman;
(6) Kartu keluarga; dan
(7) Akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta
perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti
nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan
Mayat adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang
meliputi:
(1) Pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan
pengurukan,pembakaran/ pengabuan mayat; dan
(2) Sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat
yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.
38
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal adalah penyediaan pelayanan
parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
f. Retribusi Pelayanan Pasar
Objek retribusi pelayanan pasar sebagaimana dimaksud
adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa
pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus
disediakan untuk pedagang. Dikecualikan dari pelayanan fasilitas
pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Objek retribusi pengujian kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor,
termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan, yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Objek retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat
pemadamkebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat
penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat
pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat
39
penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh
masyarakat.
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Objek retribusi penggantian biaya cetak peta adalah
penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah
j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
Objek retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus
adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek
retribusi pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan
pihak swasta.
k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan
pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh
Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.
Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan pengolahan limbah
cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah,
BUMN, BUMD, pihak swasta, dan pembuangan limbah cair secara
langsung ke sungai, drainase, dan/atau sarana pembuangan lainnya.
40
l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Objek retribusi pelayanan tera/tera ulang adalah:
1) Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya; dan pengujian barang dalam keadaan
terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
m. Retribusi Pelayanan Pendidikan
Objek retribusi pelayanan pendidikan adalah pelayanan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah
Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi berikut:
1. Pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
2. Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;
3. Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN,
BUMD; dan
4. Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan
memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan
umum.
41
Jenis Retribusi diatas dapat tidak dipungut apabila potensi
penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk
memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.
2. Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang
meliputi:
a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan
Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
Objek retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah
pemakaian kekayaan Daerah. Dikecualikan dari pengertian
pemakaian kekayaan Daerah penggunaan tanah yang tidak
mengubah fungsi dari tanah tersebut.
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
Objek retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis
barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan,
yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Dikecualikan dari objek Retribusi fasilitas pasar yang
42
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
c. Retribusi Tempat Pelelangan
Objek retribusi tempat pelelangan adalah
penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus
disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan
pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan
termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang
disediakan di tempat pelelangan. Termasuk objek Retribusi
tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak
lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.
Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak
wasta.
d. Retribusi Terminal
Objek retribusi terminal adalah pelayanan
penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan
bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di
lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek
Retribusi terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
43
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir
Objek retribusi tempat khusus parkir adalah
pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan
dari objek Retribusi pelayanan tempat parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah,
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
Objek retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola olehPemerintah
Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi setempat
penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola olehPemerintah, BUMN, BUMD, dan
pihak swasta.
g. Retribusi Rumah Potong Hewan
Objek retribusi rumah potong hewan adalah
pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan
ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan
sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan
dari objek retribusi pelayanan penyediaan fasilitas rumah
44
pemotongan hewan ternak yang disediakan,dimiliki,
dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
Objek retribusi pelayanan kepelabuhanan adalah
pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di
lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.Dikecualikan dari objek
Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Objek retribusi tempat rekreasi dan Olahraga adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan,
dimiliki,dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
j. Retribusi Penyeberangan di Air
Objek retribusi penyeberangan di Air adalah
pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek
45
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan penyeberangan yang dikelola oleh Pemerintah,
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Objek retribusi penjualan produksi usaha adalah
penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah,
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
3. Perizinan Tertentu
Mengingat bahwa fungsi perizinan dimaksudkan untuk
mengadakan pemintaan , pengaturan, pengadilan, dan pengawasan,
maka pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah daerah tidak
harus dipungut retribusi. Akan tetapi, untuk melaksanakan fungsi
tersebut, pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan
biaya yang tidak selalu dapat dicukupi dari sumber sumber
penerimaan daerah. Sehingga, terhadap perizinan tertentu masih
dipungut retribusi. Perizinan tertentu yang dapat dipungut retribusi,
antara lain izin mendirikan bangunan dan izin peruntukan
penggunaan tanah.
Pengajuan izin tertentu oleh badan usaha milik Negara atau
badan usaha milik daerah, tetap dikenakan retribusi karena badan
badan tersebut merupakan kekayaan negara atau kekayaan daerah
46
yang dipisahkan, pengajuan izin oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah tidak dikenakan retribusi perizinan
tertentu.
Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan
tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
Objek retribusi izin mendirikan bangunan adalah pemberian
izin untuk mendirikan suatu bangunan. Pemberian izin meliputi
kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan
pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis
bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan
koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB),
koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan
penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka
memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan
tersebut. Tidak termasuk objek retribusi adalah pemberian izin
untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
47
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
Objek retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman
beralkohol di suatu tempat tertentu.
c. Retribusi Izin Gangguan;
Objek retribusi izin gangguan adalah pemberian izin tempat
usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan yang dapat
menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan,
termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara
terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban,
keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban
lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan
kerja. Tidak termasuk objek retribusi adalah tempat
usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah
d. Retribusi Izin Trayek
Objek retribusi izin trayek adalah pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan
angkutanpenumpang umum pada suatu atau beberapa trayek
tertentu.
e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Objek retribusi izin usaha perikanan adalah pemberian izin
kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha
penangkapan dan pembudidayaan ikan.
48
2.1.11 Penghitungan Retribusi
Besarnya retribusi yang terutang oleh pribadi atau badan yang
menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan
retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi
yang/ terutang dihitung berdasarkan tarif retrbusi dan tingkat penggunaan jasa.
1. Tingkat Pengunaan Jasa
Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas
penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul
daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan, misalnya
beberapa kali masuk tempat rekreasi, beberapa kali/beberapa jam
parkir kendaraan, dan sebagainya. Akan tetapi, ada pula penggunaan
jasa yang tidak dapat dengan mudah diukur. Dalam hal ini tingkat
penggunaan jasa mungkin perlu ditaksir berdasarkan rumus tertentu
yang ditetapkan oleh pemernitah daerah. Misalnya mengenal izin
bangunan, tingkat penggunaan jasa dapat diktaksir dengan rumus yang
didasarkan atas luas tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat
bangunan, dan rencana penggunnan banguna.
2. Tarif Retribusi Daerah
Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau presentase tertentu yang
ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang terutang.
Tarif dapat ditentukan seragam atau dapat diadakan pembedaan
mengeai golongan tarif sesuai dengan prinsi dan sasaran tarif tertentu,
misalnya pembedaan Retribusi Pelayanan Pasar antara yang
49
menggunakan kios dan los, antara mobil dan truk, dsb. Besarnya tarif
dapat dinyatakan dalam rupiah per unit tingkat penggunaan jasa.
Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan
memerhatikan prinsip dan sasaran penerapan tarif retribusi.
Kewenangan daerah untuk meninjau kembali tarif retribusi secara
berkala dan jangka waktu penetpan tarif tersebut, dimaksudkan untuk
mengantisipasi perkembangan perekonomian daerah berkaitan dengan
objek retribusi yang bersangkutan.
3. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah.
Tarif retribusi daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah
memerhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang berbeda
antargolongan retribusi daerah. Sesuai dengan Undang Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 152-
155 prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah
dientukan sebagai berikut.
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa
Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan
jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat,aspek
keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada poin (1) meliputi biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
50
(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup
sebagian biaya.
(4) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta hanya
memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian.
(5) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi
Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak.
(6) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa
usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar.
(7) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan
Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan.
(8) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan
di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya
dampak negatif dari pemberian izin tersebut.
(9) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun
sekali.
51
(10) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian.
(11) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
4. Cara Perhitungan Retribusi
Besarnya retribusi daerah yang harus dibayar oleh pribadi atau
badan yang menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari
perkalian antara tariff retribusi dan tingkat penggunaan jasa.
5. Pemungutan Retribusi Daerah
Retribusi dipungut dengan menggunkan Surat Ketetapan
Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.
SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya
pokok retribusi. Dokumen lain yang dipersamakan, antara lain, berupa
karcis masuk, kupon, dan kartu langganan.
2.1.12 Retribusi Daerah
Penerimaan pemerintah daerah selain dari pajak daerah dan bagi hasil
pajak pusat yang diperuntukan ke pemerintah daerah berasal dari retribusi daerah.
Akan tetapi, untuk retribusi tiap daerah memiliki potensi yang berbeda satu sama
lain, untuk itu pemerintah daerah harus dapat melihat peluang apa saja yang dapat
dilakukan dalam menggali penerimaan dari retribusi untuk menunjang
penerimaan.
52
Menurut UU NO. 28 Tahun 2009 tentang Retribusi Daerah dan Pajak
Daerah Bab I Pasal I No.64, Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
2.2 Deskripsi Kebijakan
2.2.1 Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar
Retribusi pelayanan pasar termasuk retribusi jasa umum. Menurut
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar definisi retribusi pelayanan pasar adalah pasal 1 Nomor 18 yang berbunyi:
“Retribusi pelayanan pasar adalah pungutan daerah pasar sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasislitas pasar tradisional/sederhana yang berupa halaman / penataran, los dan/ atau kios yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang”.
Seiring berkembangnya waktu , untuk menyesuaikan dengan UU No. 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Pemerintah Kota
Cilegon menetapkan Perda No.7 tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar
yang diantara isinya menjelaskan tentang tarif retribusi yang baru. Tarif Retribusi
ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. Peninjauan tarif retribusi
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
Penetapan tarif retribusi ditetapkan oleh Peraturan Walikota.
53
Menimbang menurut Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar penetapan tarif retribusi membutuhkan
Peraturan Walikota dan juga dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Pasal
13, Pasal 15 Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012, maka Walikota menetapkan
Peraturan Walikota No.18 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan
Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar sebagai
SOP (Standard Operational Procedure) dalam pelaksanaan pemungutan retribusi
pelayanan pasar. Berikut ini adalah lampiran yang ada pada Peraturan Daerah
Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar:
(1) Tempat Kegiatan Dagang/Usaha Dalam Lingkungan Pasar
Tabel 2.1 Tempat Kegiatan Dagang/Usaha Dalam Lingkungan Pasar
LOKASI JENIS BANGUNAN LUAS TARIF
PERHARI PERBULAN Pasar Kota Cilegon
a. Kios Toko/ Permanen
4m²s/d6m² Rp. 1.000 Rp. 30.000
>6m²s/12m² Rp. 2.500 Rp.75.000 Semi Permanen 4m²s/d6m² Rp. 750 Rp.22.500 >6m²s/12m² Rp. 2.000 Rp.60.000 b. Los Permanen 4m²s/d6m² Rp. 750 Rp.22.500 >6m²s/12m² Rp. 1.000 Rp.30.000
Semi Permanen 4m²s/d6m² Rp. 500 Rp.15.000 >6m²s/12m² Rp. 750 Rp.22.500 c. Pelataran/
Emprakan - Rp. 500 Rp.15.000
Sumber: Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012
(2) Perdagangan Yang Memanfaatkan Lingkungan Pasar
a. Pedagang Sapi/Kerbau Rp.2000,-/ekor
b. Pedagang Kambing/Domba Rp. 500,-/ekor
c. Pedagang Ayam Ternak/Itik Rp. 100,-/ekor
2.3 Penelitian Terdahulu
54
Dasar atas acuan yang berupa teori-teori temuan hasil-hasil berbagai
penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dijadikan sebagai
data pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu yaitu penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam
penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait retribusi pasar.
Wibowowati (2010) dalam publikasi skripsinya di Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang berjudul analisis efektivitas penarikan retribusi pasar
dan kualitas pelayanan pasar di Pasar Serang Plaza Serang. Penelitian ini
menggunakan teori Gibson untuk mengukur efektivitas dan teori Zheitamel
untuk mengukur kualitas pelayanan. Untuk metodologi penelitian
menggunakan metodologi kuantitatif. Dalam penelitian ini mendeskripsikan
persentase efektivitas penarikan retribusi pasar dan kualitas pelayanan pasar
di Pasar Serang Plaza Serang.
Rahmayanti (2013) dalam penelitiannya di Universitas Hassanudin
yang berjudul strategi peningkatan retribusi (jasa) pasar niaga daya di Kota
Makassar. Penelitian ini menggunakan teori GR.Terry yaitu 1. Perencanaan 2.
Pelaksanaan dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini mendeskripsikan bahwa proses perencanaan dalam penentuan
target senantiasa mengacu pada pendataan pedagang tiap tahunnya dan
menggali pada potensi potensi yang ada pasar niaga. Di samping itu, kurang
nya pendekatan kolektor pada wajib retribusi menyebabkan belum
tercapainya target retribusi selama 4 tahun terakhir .
Ulfa (2013), dalam penelitiannya di Universitas Hassanudin yang
55
berjudul Manajemen Retribusi Pasar Sentral Bulukumba dalam rangka
meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bulukumba. Penelitian
ini menggunakan teori GR Terry yaitu, Perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan. Metode penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa perencanaan pada
manajemen retribusi pasar di Pasar Sentral Bulukumba masih belum efektif
karena tidak didukung oleh data data yang akurat mengenai potensi yang
dimiliki oleh pasar sentral utamanya para pedagang yang tidak memiliki
tempat dalam pasar . Pengorganisasian juga belum efektif karena
petugas/kolektor yang tidak mematuhi aturan. Kemudian actuating,
penggajian kolektor yang tidak tepat waktu membuat kinerja tidak efektif.
Disamping itu pengawasan yang dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Asset Daerah khususnya pengawasan tidak langsung masih kurang dan hanya
bertumpu pada laporan- laporan hasil perbulan saja.
2.4 Kerangka Berpikir
Pemungutan retribusi pelayanan pasar adalah upaya UPTD Pasar Baru
Cilegon yang berada di bawah naungan Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kota Cilegon dalam mengoptimalkan pemasukan retribusi daerah
Kota Cilegon. Dalam hal ini UPTD Pasar Baru Cilegon harus mampu
mengoptimalkan pemungutan retribusi pelayanan pasar dengan berbagai
hambatan yang dihadapi. Penelitian mengenai Implementasi Peraturan
Daerah No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru
Cilegon menggunakan teori implementasi kebijakan model Van Metter dan
56
Van Horn dengan kriteria, yaitu: (1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan, (2)
Sumberdaya, (3) Karakteristik Agen Pelaksana, (4) Sikap Kecenderungan
(Disposition) para pelaksana, (5) Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas
Pelaksana, (6) Sosial Ekonomi Politik.
Selanjutnya, dengan penerapan implementasi kebijakan yang baik
akan meningkatkan pendapatan pada sektor retribusi pelayanan pasar. Hal ini
akan berdampak pada sektor retribusi pelayanan pasar pada Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Cilegon. Pada halaman berikut nya akan ada kerangka
penelitian :
57
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir 2.5 Asumsi Dasar Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan diatas, peneliti
telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti
berasumsi bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun
2012 di Pasar Baru Cilegon dapat dikatakan masih belum optimal.
Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon
Identifikasi Masalah
1) Petugas pemungut retribusi pelayanan pasar kadang tidak memberi karcis retribusi pelayanan pasar.
2) Belum optimalnya pengawasan dari Disperindagkop terkait petugas yang kadang tidak memberi karcis.
Implementasi Kebijakan Model Van Metter dan Van Horn
1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2) Sumberdaya 3) Karakteristik Agen Pelaksana, 4) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana 5) Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana 6) Lingkungan Sosial, Ekonomi, Politik.
Untuk Mengoptimalkan Pendapatan Dari Sektor Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Menurut Sugiyono (2005:1), Metode penelitian pada awalnya adalah
cara ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan cara cara yang masuk akal, sehingga orang lain dapat
mengamati dan diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara cara yang digunakan.
Pendekatan penelitian digunakan membantu manusia memahami
fenomena yang terjadi disekitarnya. Metode penelitian terbagi menjadi dua
pendekatan penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam
pendekatan kualitatif ini, teori menjadi pedoman bagi peneliti untuk
merencanakan penelitian. Dengan pendekatan kulaitatif peneliti akan
menjelaskan kondisi yang ada dan lebih banyak dituangkan ke dalam bentuk
kata kata tertulis atau lisan dan data dokumentasi. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2005:4) yang mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
kata tertulis atau lisan dari orang orang dan prilaku yang diamati. Maka dalam
penelitan ini peneliti menggunakan metode penelitan kualitatif.
59
Metode penelitan kualitatif adalah metode penelitan yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analitis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi (Sugiyono, 2007:1). Pemilihan tipe ini didasarkan pada
pertimbangkan bahwa dalam pembahasan skripsi ini tujuan yang ingin
dicapai adalah unutk memberikan suatu gambaran mengenai keadaan
dilapangan terkait proses, kendala serta upaya dalam pemungutan retribusi
pelayanan pasar di Pasar Baru Cilegon.
3.2 Instrumen Penelitian
Menurut penelitan kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
itu adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga
harus “ divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian
yang selanjutnya terjun ke lapangan . Validasi terhadap peneliti sebagai
instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kuantitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang
melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh
pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal masuk lapangan,
(Sugiyono, 2008:59).
60
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2008:223) menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu –satunya yang dapat mencapainya.”
Masih menurut Nasution dalam Sugiyono (2008:224), peneliti sebagai
instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri ciri
sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala
rangsangan dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi penelitian.
2. Penelitian sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa
test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
61
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mengetest hipotesis
yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil keputusan pada
suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian menggunakan test atau angket yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi
agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu
tidak dihiraukan Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang
aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari
pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi
tingkatan kepercayaan dsan tingkat pemahaman mengenai aspek yang
diteliti.
3.3 Sumber Informan
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2008:221) dengan mengutip pendapat
Spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat
disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari
banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai
sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalaui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi
juga dihayatinya.
62
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat
pada kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” (subjektifitas) sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan
peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam
guru atau narasumber.
Sumber informan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.1 Sumber Informan
No Kategori Jumlah Kode 1 Kasubag TU Pasar Baru Cilegon 1 I.1-1
2 Staff TU UPTD Pasar Baru 1 I.1-2
3 Kasi Pembinaan Pasar Disperindagkop Kota Cilegon 1 I.1-3
Staff Pelaksana Disperindagkop Kota Cilegon 1 I.I-4
4
Kasi Perencanaan dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon
1 I.2-1
5 Kasi Akuntansi Penerimaan DPPKD Kota Cilegon
1 I.2-2
6 Kolektor (Petugas Salaran) N I.3.1-I.3n
7
Pedagang a. Kios b. Los c. Auning (Tenda) d. Emprakan
N I.4.1-I.4.n
Sumber: Peneliti, 2015
63
Pada Tabel 3.1 sebelumnya disebutkan tertang sumber informan, adapun alasan
keterwakilan informan yang peneliti pilih adalah sebagai berikut ;
1. Kasubag TU UPTD Pasar Baru Cilegon, dijadikan sumber informan
karena beliau termasuk jajaran pimpinan dalam struktur organisasi
UPTD Pasar Baru Cilegon, disamping itu beliau dalam riwayat
kariernya pernah menjadi kolektor retribusi pelayanan pasar dan
mengetahui kondisi di dalam pasar.
2. Staff TU UPTD Pasar Baru Cilegon, dijadikan sumber informan
karena peneliti menganggap paling mengerti tentang prosedur
pemungutan retribusi pelayanan pasar dan hambatannya.
3. Kasi Pembinaan Pasar Disperindagkop, dijadikan sumber informan
karena semua UPTD Pasar yang berada di Kota Cilegon berada
dibawah naungan beliau.
4. Staff Pelaksana disperindagkop, dijadikan sumber informan untuk
mendapat informasi tambahan mengenai retribusi pelayanan pasar.
5. Kolektor retribusi pelayanan pasar, dijadikan informan karena
pelaksana kebijakan langsung di lapangan.
6. Pihak DPPKD, dijadikan informan karena kebijakan retribusi
pelayanan pasar mengharuskan koordinasi antara Disperindagkop dan
DPPKD.
7. Pedagang, dijadikan informan karena merupakan sasaran kebijakan.
64
3.4 Alur Penelitian
Alurkan penelitian merupakan penjelasan data yang telah didapat dari
hasil penelitian dilapangan. Dalam penelitian mengenai Implementasi
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar, menggunakan teknik data kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif maka
data yang diperoleh berbentuk kata kalimat berdasarkan hasil wawancara
dengan informan penelitian.
Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon
No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar ini menggunakan teori
dari Model Van Metter dan Van Horn yang merupakan suatu implementasi
kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
implemetasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan
variabel. Yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen
pelaksana, sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana, komunikasi
antara organisasi dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan ekonomi, sosial dan
politik. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah Model Miles
dan Huberman.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan
sejumlah informan penelitian yang memiliki informasi terkait permasalahan
yang sedang diteliti. Selain wawancara pengumpulan data juga dilakukan
melalui observasi langsung ke lokasi penelitian serta studi dokumentasi. Data
tersebut merupakan data data yang berkaitan dengan implementasi Peraturan
Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di
65
Pasar Baru Cilegon. Hasil pengumpulan data-data tersebut dapat
menghasilkan suatu pemahaman baru. Hasil pengumpulan data-data tersebut
kemudian di analisis menggunakan teknis analisis data kualitatif sehingga data
data tersebut dapat menghasilkan pemahaman baru.
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
maka dalam proses menganalisis datanya pun peniliti melakukan analisa
secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam sub bab 3 (tiga)
sebelumnya, bahwa dalam proses analisa dalam penelian ini menggunakan
model yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapat data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah ( natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu
seminar, diskusi, di jalan dan lain lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.
Sumber data yang peneliti gunakan adalah sumber data primer dan
data sekunder. Sumber data primer peneliti didapat dari hasil observasi dan
66
wawancara yang penulis lakukan sedangkan data sekunder yang peneliti
gunakan berasal dari dokumen tertulis, gambar gambar atau foto.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara :
a. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dengan tujuan
menggali lebih jauh informasi yang di dapat.
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
No. Dimensi Informan 1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan, yaitu berkaitan
dengan sejauh mana kebijakan tersebut terealisasikan.
a. Apakah tujuan dari kebijakan? b. Bagaimana mengukur keberhasilan
kebijakan? c. Siapa menjadi sasaran kebijakan? d. Seberapa sering diadakan sosialisasi
mengenai kebijakan kepada pedagang?
I1, I2, I3 , I4
2 Sumberdaya, meliputi sumberdaya manusia dan finansial.
a. Berapa jumlah tenaga kolektor? b. Berapa upah perhari untuk kolektor? c. Dimanakah domisili kolektor? d. Berapakah target perhari untuk
retribusi? e. Bagaimana pengelolaan keuangan
retribusi?
I1, I2, I3
3 Karakteristik agen pelaksana, meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.
I1, I2 ,I5
67
a. Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Kebijakan?
b. Siapa yang mengawasi pelaksanaan Kebijakan?
4 Sikap/ kecenderungan (disposition), yaitu sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana.
a. Apakah pedagang dilibatkan dalam
pembuatan Kebijakan? b. Apa tanggapan dari pedagang terhadap
Kebijakan? c. Seberapa paham implementor terhadap
Kebijakan?
I1, I2, I4
5 Komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana, yaitu koordinasi dalam implementasi kebijakan publik.
a. Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
b. Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
I1, I2, I3 , I4,
6 Lingkungan eksternal, meliputi kondisi ekonomi dan politik.
a. Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda ?
b. Berapakah omset perhari? c. Apakah kebijakan ini mempengaruhi
pilihan politik lokal anda ? d. Adakah pihak lain (informal) yang
terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar?
I4
Sumber: Peneliti, 2015
b. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan terhadap kegaiatan yang dilakukan oleh sumber penelitian
lapangan, yang bertujuan memperoleh informasi dan gambaran secara
68
jelas mengenai pemungutan retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru
Cilegon. Dalam peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif, yaitu
observasi yang mendatangi tempat kegiatan yang diamati tetapi tidak
ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi maksudnya penulis melakukan pengumpulan data melalui
bahan bahan tertulis, baik berupa prosedur, gambar gambar, peraturan
peraturan, laporan hasil pekerjaan, foto atau dokumen elektronik.
Adapun alat dokumentasi yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagi berikut:
a) Buku Catatan: untuk mencatat setiap informasi yang peneliti
dapatkan dari sumber data pada saat wawancara dengan sumber
data dan mencatat perkembangan penelitian di lapangan.
b) Kamera: untuk memotret kegiatan dengan berkaitan dengan
penlitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keabsahan
penelitian berupa foto lokasi penelitian atau sumber data.
c) Rekaman (Handphone): untuk merekam informasi yang didapat dari
responden.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
69
dalam unit unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2007:92) analisis
data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/
verifikasi.
Adapun siklus dari keseluruhan proses analisis data oleh Miles dan
Huberman digambarkan dalam skema berikut.
SIKLUS PROSES ANALISIS DATA
Gambar 3.1. Komponen- Komponen Analisis Data. Model Interaktif
( Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2007:92)
Berdasarkan data pada halaman sebelumnya analisis data kualitatif
merupakan upaya yang berlanjut, berketerusan dan berulang. Proses reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi
gambaran keberhasilan sebagai bagian dari rangkaian analisis yang susul
Data collection
Data reduction
Data display
Verification
70
menyusul. Namun dua hal lainnya merupakan bagian dari lapangan. Untuk
lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Data Reduction (Data Reduksi)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data berlangsung terus menerus selama penelitian di lapangan. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi selanjutnya
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-
gugus, membuat partipasi, menulis memo. Reduksi data/proses
tranformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai
laporan akhir lengkap tersusun.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data merupakan rangakaian kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami. Kemampuan
manusia sangat terbatas dalam menghadapi catatan lapangan yang
bias, jadi mencapai ratusan halaman. Karena itu diperlukan sajian data
yang jelas dan sistematis dalam membantu peneliti menyelesaikan
pekerjaannya.
3. Conclusion Drawing/ Verification (Menarik Kesimpulan/ Verifikasi)
Penarikan kesimpulan segai dari suatu kegaiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada
71
catatan dalam seperang-catatan lapangan dengan peninjauan kembali
sebagai upaya untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain. Singkat nya, makna makna yang muncul
dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan
kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.
3.7 Keabsahan Data
Keabsahan data adalah kegiatan yang dilakukan agar berhasil penelitian
dapat dipertanggungjawabkan dari segala sisi. Adapun dalam pengujian
keabsahan datanya penulis menggunakan cara Triangulasi dan Member
Check.
a. Triangulasi
Menurut Moleong (2005:330), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain”. Peneliti menyimpulkan
bahwa dalam meneliti diperlukan keabsahan agar penelitian tersebut dipercaya
keabsahannya. Sugiyono (2008:274) membedakan teknik ini menjadi 3 macam
yaitu :
1. Triangulasi sumber yaitu teknis pengecekan kredibilitas data yang
diperoleh melalui berbagi sumber.
2. Triangulasi teknik yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda.
72
3. Triangulasi waktu yaitu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi
atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Dari ketiga triangulasi diatas yang peneliti gunakan adalah triangulasi
sumber dan triangulasi teknik.
b. Member Check
Menurut Sugiyono (2007:181), member check adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data.
c. Bahan Referensi
Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti berupa rekaman wawancara, foto foto ataupun dokumen dokumen
lainnya.
3.8 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan.
Penelitian lokasi penelitian merupakan tahap sangat penting dalam kualitatif,
karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah
ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan
sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Lokasi
penelitian dilakukan di Pasar Baru Cilegon yang beralamat di Jl.Kranggot
Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon. Adapun jadwal
penelitian akan dijelaskan berikut ini.
73
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Juli 2014 – Desember 2015 Juli
Agus
Sep Okt Nov Des
Jan Feb Mar Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des
1 Pengajuan Judul
2 Pengumpulan Data dan bimbingan proposal
3 Seminar Proposal
4 Observasi dan wawancara
5 Analisis Data
6 Penyusunan Hasil Penelitian
7 Sidang Skripsi Sumber: Peneliti, 2015
74
BAB IV
DESKRIPSI PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Cilegon
Kota Cilegon adalah salah satu kota yang termasuk dalam wilayah
Propinsi Banten. . Propinsi Banten mempunyai empat kabupaten dan empat
kota, salah satunya Cilegon. Kilas balik tentang sejarah Kota Cilegon, kota
yang memiliki luas wilayah 175 Km² ini merupakan bekas Kewadenan
(Wilayah Kerja Pembantu Bupati), yang pada awalnya meliputi tiga
kecamatan yaitu Cilegon), yang meliputi tiga kecamatan yaitu Cilegon,
Bojonegara, dan Pulomerak. Merujuk pada pasal 27 ayat (4) Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok pokok pemerintahan daerah,
Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan sebagai kota administratif.
Cilegon sebagai Kota Administratif menampakan kemajuan yang
cukup pesat dalam bidang ekonomi, sosial maupun infrastruktur. Hal ini
tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di
bidang pemerintahan, pembangunan dan masyarakat, tetapi juga
memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan dan
potensi wilayah untuk menyelengarakan otonomi daerah.
Berlakunya Undang Undang Nomor 15 Tahun 1999 tanggal 27 April
1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan
Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administrasi Kota
75
Cilegon berubah menjadi Kotamadya Kota Cilegon (Sebutan Kotamadya
berubah menjadi Kota pada tahun 2001) . Kota Cilegon dikenal sebagai kota
industri, terutama industri baja. Cilegon juga menjadi pusat industri
dikawasan Banten bagian barat. Adapun batas batas wilayah Kota Cilegon
adalah: (1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara, (2)
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda, (3) Sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Anyer (4) Sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Keramatwatu.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, Kota Cilegon terbagi
menjadi beberapa kecamatan yaitu: Kecamatan Cilegon, Kecamatan
Ciwandan, Kecamatan Pulomerak, Kecamatan Cibeber, Kecamatan
Grogol, Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Citangkil dan Kecamatan
Jombang.
4.1.2 Gambaran Umum Pasar Baru Cilegon.
Pada tahun 1991 lokasi Pasar Baru Cilegon berada di jalan protokol
kota Cilegon, pengelolaannya pada waktu itu dipegang oleh Pemerintah
Kabupaten Serang. Kemudian pengelolaan Pasar Baru diserahkan kepada
Pemerintah Kota Cilegon, yang telah menjadi kepemerintahan Kotamadya
(otonomi kota secara yuridikasi dibentuk menurut UU RI No.15/1999) dan
pasar berpindah tempat ke Jl. Bojonegara Kel. Jombang Wetan Kec.
Jombang. Seiring perkembangan laju pertumbuhan ekonomi kota Cilegon
dengan bertambahnya jumlah pedagang di pasar hingga Pasar Baru tidak
dapat lagi menampung peningkatan jumlah pedagang, maka pada tahun
76
2005 Pemerintah Kota Cilegon melakukan pengadaan lahan seluas 5 ha
untuk rencana pengembangan dan pembangunan pasar. Setelah
pembangunan selesai dibangun pada tahun 2008, Pemerintah kota Cilegon
melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Cilegon
merelokasi pedagang ke Jl. Kranggot Kel.Sukmajaya Kec. Jombang dan
keberadaan Pasar Baru Cilegon diresmikan pada tanggal 27 April 2009 oleh
Walikota Cilegon Bapak H. Tb. Aat Syafa’at, bertepatan dengan perayaan
hari ulang tahun Kota Cilegon yang kesepuluh.
Gambar 4.1 Pintu Masuk Depan Pasar Baru Cilegon
Pasar Baru Cilegon sebagai asset Pemerintah Kota Cilegon dengan
nilai asset sebesar Rp. 34.600.000.000,-, mempunyai lahan seluas 4,5 hektar
dengan fasilitas sarana sebagai berikut;
1) 678 unit Kios,
2) 288 unit Los,
3) 1447 unit Auwning / tenda (1287 + 160, lihat data tabel)
4) 4 unit Toilet Umum / MCK
77
5) 2 unit Lahan Parkir
6) 1 init Tempat Ibadah dan Sub Terminal Angkutan Umum
Tabel 4.1 Fasilitas Sarana Kios,Los dan Auwning/Tenda Pasar Baru Cilegon
NO BLOK JENIS BANGUNAN
LUAS TEMPAT
JUMLAH UNIT TOTAL UNIT
1 KIOS
1.) BLOK – A
Kios / Tempat Permanen
2 x 3,5 m2 161
678
2.) BLOK – B 2 x 3,5 m2 161
3.) BLOK – C 2 x 2,5 m2 60
140 2 x 3 m2 80
4.) BLOK – D 2 x 2,5 m2 96
216 2 x 3 m2 120
2 LOS
BLOK - E 1.) LOS SEMI BASAH Los
Permanen
2 x 1,5 m2 144 288
2.) LOS BASAH 2 x 1,5 m2 144
3 AUWNING
1.) AUWNING – A
Semi Permanen
2 x 1,5 m2 165
1287
2.) AUWNING – B 2 x 1,5 m2 74
3.) AUWNING – C 2 x 1,5 m2 90
4.) AUWNING - D 2 x 1,5 m2 180
5.) AUWNING - E 2 x 1,5 m2 171
6.) AUWNING - F 2 x 1,5 m2 427
7.) AUWNING - G (* Luas variatif 23
8.) AUWNING - H 2 x 2 m2 88
9.) AUWNING - I 2 x 3 m2 69
4 LAHAN SWADAYA
1.) AUWNING - AB
2 x 1,5 m2 48
160
185
2 x 2 m2 104
2 x 3 m2 8
2.) SWADAYA 2,5 x 3 m2 10
3.) TERMINAL (* Luas variatif 15
Sumber: UPTD Pasar Baru Cilegon
Jumlah Total Fasilitas Tempat/Sarana usaha di Pasar Baru Cilegon
sebanyak 2438 unit.
78
Tabel 4.1 pada paragraf sebelumnya adalah sarana dan prasarana cilegon
secara keseluruhan. Untuk data sarana pedagang yang aktif, peneliti
mendapatkan data dari UPTD Pasar Baru Cilegon sebagai berikut:
KIOS 678
LOS 288
LAHAN a. Auwning 1287
b. Swadaya 185
EMPRAKAN 236
1708
TOTAL SARANA 2674
Peneliti pun mencoba melakukan observasi ke lapangan dan ternyata data
pedagang yang aktif diperoleh dari UPTD Pasar Baru itu kurang akurat. Dalam
data tersebut sarana seperti Kios, Los dan auwning aktif semua, akan tetapi ketika
peneliti melakukan observasi ke lapangan ada beberapa tempat yang kosong.
Peneliti mencatat sebagai berikut: Kios blok A kurang lebih 2 Kios yang kosong,
Kios blok B 5 Kios yang kosong, Kios Blok C sekitar 22 Kios yang kosong, dan
Kios blok D skitar 21 kios yang kosong, untuk auning peneliti kesulitan
menghitungnya karena banyak yang sudah berubah bentuk dan blok auwning lain
nya sedang mengalami renovasi, akan tetapi menurut pedagang setempat auwning
blok c sekitar 20 auwning yang kosong.
79
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kota Cilegon.
4.1.3.1 Struktur Organisasi
a Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahi :
i Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Sub Bagian Program dan Evaluasi;
iii. Sub Bagian Keuangan;
c. Bidang Perindustrian, membawahi :
i. Seksi Industri Logam, Mesin Elektronika dan Aneka;
ii. Seksi Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan;
d. Bidang Perdagangan dan Pembinaan Pasar, membawahi ;
i. Seksi Perdagangan Luar Negeri;
ii. Seksi Perdagangan Dalam Negeri;
iii. Seksi Pembinaan Pasar;
e. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, membawahi;
i. Seksi Koperasi;
ii. Seksi Usaha Kecil dan Menengah
f. Bidang Pertambangan dan Energi membawahi;
i. Seksi Pertambangan dan Sumber Daya Mineral;
ii. Seksi Energi dan Ketenagalistrikan;
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas
80
4.1.3.2 Visi dan Misi
a. Visi dan Misi
“ MENUMBUHKEMBANGKAN DUNIA USAHA YANG
TANGGUH DAN BERDAYA SAING SEBAGAI
PENGGERAK EKONOMI MELALUI PEMANFAATAN
POTENSI DEMI TERWUJUDNYA KOTA CILEGON
MANDIRI ”.
b. Misi
1) Meningkatkan Kualitas SDM Dalam Memberikan
Pelayanan Yang Prima
2) Memantapkan Struktur Dan Iklim Usaha Industri Yang
Kondusif
3) Meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi Dan Iklim
Usaha Yang Sehat Pada Sektor Perdagangan Barang Dan
Jasa
4) Menjadikan Pasar Tertib, Bersih, Aman, Nyaman Dan
Mengembangkan Pasar Tradisional Yang Bersifat
Modern
5) Meningkatkan Pengelolaan Dan Pemanfaatan Potensi
Sumber Daya Energi Dan Mineral
6) Meningkatkan Pengelolaan Dan Produktifitas Koperasi
Dan UKM
81
4.1.4 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Cilegon
Tugas Pokok:
UPTD Pasar mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas dalam bidang pembinaan, pengembangan, penataan,
pemeliharaan, ketentraman, dan ketertiban Pasar di wilayahnya
masing-masing di Kota Cilegon.
4.1.4.1 Struktur Organisasi
Gambar 4.2
Struktur Organisasi UPTD Pasar Baru Cilegon
Kepala UPTD Pasar Baru
Kasubag Tata Usaha
Staff Staff Staff
Kelompok Jabatan
Unit Pembinaan dan Pengembangan
Unit Penataan dan Pemeliharaan
Unit Keamanan dan Ketertiban
82
4.1.4.2 Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya Pasar Baru Cilegon yang bersih, tertib, nyaman,aman
dan sebagai pasar tradisional yang kondusif.
Misi
1) Atas dasar visi tersebut diatas, UPTD Pasar Baru Cilegon,
mengemban misi sebagai berikut :
2) Peningkatan Kebersihan dan Keamanan (K-3) di lingkungan
Pasar Baru Cilegon.
3) Peningkatan kesejahteraan pegawai.
4) Pengawasan dan Perlindungan Konsumen bekerja sama
dengan instansi terkait.
5) Penertiban pedagang di lingkungan Pasar Baru Cilegon.
6) Kegiatan rutin dua kali dalam setahun pendataan pedagang
Pasar Baru Cilegon.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data adalah penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari
hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian pendekatan kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif
berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara mendalam, hasil observasi dan
studi dokumentasi. Selain itu peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan
83
menurut Van Meter dan Van Horn untuk mengukur implementasi kebijakan yang
diteliti. Teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat 5 pendekatan implementasi
kebijakan , yaitu: Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Sumberdaya, Karakteristik Agen
Pelaksana, Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana, Komunikasi
Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana Lingkungan Sosial, Ekonomi, Politik.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif terbentuk kata dan
kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan, dan dokumentasi.
Seperti yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, analisis data
dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan
oleh Miles dan Huberman , yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan
melalui beberapa tahapan, diantaranya ; Data Reduction (Data Reduksi), Data
Display (Penyajian Data), Conclusion Drawing/ Verification ( Menarik
Kesimpulan/ Verifikasi).
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data mentah, yaitu
mengumpulkan data mentah melalui wawancara, observasi lapangan, kajian
pustaka. Data yang dikumpulkan berupa data apa adanya , tidak bercampur hasil
pemikiran peneliti. Kemudian kegiatan kedua yang dilakukan adalah reduksi
data yaitu merubah catatan yang berasal dari recorder handphone atau catatan
tulisan ke bentuk tertulis apa adanya tanpa ada campur aduk pemikiran peneliti.
Langkah selanjutnya adalah penyajian data. Yaitu merupakan rangakaian kalimat
yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami. Kemampuan
manusia sangat terbatas dalam menghadapi catatan lapangan yang bisa, jadi
84
mencapai ratusan halaman. Karena itu diperlukan sajian data yang jelas dan
sistematis dalam membantu peneliti menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian
tahap verification / conclusion drawing, yaitu pada tahap penyusunan kesimpulan
sedangkan verification adalah tinjauan ulang pada catatan dalam seperangkat
catatan lapangan dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk menempatkan
salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna
makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan
kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Dalam menyusun jawaban
penelitian penulis kode-kode sebagai berikut:
i. Kode Q untuk menunjukkan item pertanyaan.
ii. Kode I untuk menunjukkan informan.
Kode I1, menunjukkan daftar informan dari UPTD Pasar Baru dan
Disperindagkop.
iii. Kode I2, menunjukkan daftar informan dari Kolektor Retribusi Pelayanan
Pasar di Pasar Baru Cilegon.
iv. Kode I3, menunjukkan informan dari DPPKD Kota Cilegon,
v. Kode I4, menunjukkan informan dari Pedagang di Pasar Baru Cilegon
Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis implementasi Perturan
Daerah No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru.
Analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa kategori
dengan beberapa indikator yang dianggap sesuai dengan masalah penelitian dan
kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya. Kategori-kategori tersebut
adalah:
85
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika
ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang
mengada di level pelaksana kebijakan.
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumberdaya dan manusia adalah sumberdaya
terpenting. Tahap tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut
adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang
diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik
3. Karakteristik Agen Pelaksana.
Agen pelaksana meliput organisasi formal dan organisasi informal yang
akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena
kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri
ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksanaannya.
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana.
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan
publik.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana.
Koordinasi merupakan mekanismen yang ampuh karena semakin baik
koordinasi komunikasi diantara pihak pihak yang terlibat suatu proses
implementasi, maka asumsinya kesalahan akan sangat kecil terjadi.
86
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi
biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karenanya upaya
mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi
lingkungan eksternal.
4.2.2 Informan Penelitian
Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru, penentu informannya
berdasarkan peran dan fungsi informan tersebut yang ikut berpar. Adapun
informan dalam penelitian ini berjumlah 18 orang, di antaranya adalah:
1. Bapak Muhibin Hasan, S.Ip (I1-1), beliau adalah Kasubag TU UPTD
Pasar Baru Cilegon.
2. Ibu Nuratna, SE. (I1-2), beliau adalah Staff TU UPTD Pasar Baru
Cilegon.
3. Bapak Didi,S.Ip (I1-3), beliau adalah Kasi Pembinaan Pasar
Disperindagkop Kota Cilegon.
4. Ibu Nila Oktoria (I1-4), beliau adalah Staff Pelaksana Disperindakop
Kota Cilegon.
5. Bapak Hendra Pradipta S.Spt (I2-1), beliau adalah Kasi
Perencanaan dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon.
6. Ibu Puji Wahyuningsih S.H (I2-2), beliau adalah Kasi Akuntansi
Penerimaan DPPKD Kota Cilegon.
87
7. Bapak Khalim (I3-1), sebagai Kolektor Retribusi Pelayanan Pasar di
Pasar Baru.
8. Gojali, (I3-2), sebagai Kolektor Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar
Baru.
9. Bapak Achmad Djajuli (I4-1), sebagai pedagang pakaian di Pasar
Baru Cilegon.
10. Ibu Nurhasanah (I4-2), sebagai pedagang pakaian di Pasar Baru
Cilegon.
11. Ibu Tari (I4-3), sebagai pedagang pakaian di Pasar Baru Cilegon.
12. Ibu Ina (I4-4), sebagai pedagang pakaian di Pasar Baru Cilegon.
13. Bapak Ade (I4-5), sebagai pedagang sayur di Pasar Baru Cilegon.
14. Bapak Hendri (I4-6), sebagai pedagang sembako di Pasar Baru
Cilegon.
15. Bapak Supandi (I4-7), sebagai pedagang sembako di Pasar Baru
Cilegon.
16. Ibu Elok (I4-8), sebagai pedagang sembako di Pasar Baru Cilegon.
17. Bapak Ipul (I4-9), sebagai pedagang sayuran di Pasar Baru Cilegon.
18. Bapak Romli (I4-10), sebagai pedagang ikan di Pasar Baru Cilegon.
88
4.3 Kode Hasil wawancara
Tabel 4.2 Kode Hasil Wawancara
No. Dimensi Wawancara 1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan, yaitu berkaitan
dengan sejauh mana kebijakan tersebut terealisasikan.
a. Apakah tujuan dari kebijakan? b. Bagaimana mengukur keberhasilan
kebijakan? c. Siapa menjadi sasaran kebijakan? d. Seberapa sering diadakan sosialisasi
mengenai kebijakan kepada pedagang?
W1-1 W1-2 W1-3 W1-4
2 Sumberdaya, meliputi sumberdaya manusia dan finansial.
a. Berapa jumlah tenaga kolektor? b. Berapa upah perhari untuk kolektor? c. Dimanakah domisili kolektor? d. Berapakah target perhari untuk
retribusi? e. Bagaimana pengelolaan keuangan
retribusi?
W2-1 W2-2 W2-3 W2-4 W2-5
3 Karakteristik agen pelaksana, meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.
a. Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Kebijakan?
b. Siapa yang mengawasi pelaksanaan Kebijakan?
W3-1
W3-2
4 Sikap/ kecenderungan (disposition), yaitu sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana.
a. Apakah pedagang dilibatkan dalam
pembuatan Kebijakan? b. Apa tanggapan dari pedagang terhadap
Kebijakan? c. Seberapa paham implementor terhadap
Kebijakan?
W4-1 W4-2 W4-3
89
5 Komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana, yaitu koordinasi dalam implementasi kebijakan publik.
a. Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
b. Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
W5-1 W5-2
6 Lingkungan eksternal, meliputi kondisi ekonomi dan politik.
a. Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda ?
b. Berapakah omset perhari? c. Apakah kebijakan ini mempengaruhi
pilihan politik lokal anda ? d. Adakah pihak lain (informal) yang
terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar?
W6-1 W6-2 W6-3 W6-4
4.4. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya, jika
ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang ada
di level pelaksana kebijakan. Artinya, jika suatu kebijakan itu dianggap terlalu
ideal dan kurang realistis, maka tidak mudah untuk merealisasikannya ditengah
tengah masyarakat. Sebuah kebijakan haruslah mempunyai ukuran dan tujuan
yang jelas, sehingga bisa diukur tingkat keberhasilannya.
Pertama, untuk ukuran kebijakan, untuk bisa dikatakan bahwa pelaksana
kebijakan itu berhasil ialah mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Didi S.Ip (I1-3), Kasi Pembinaan Pasar
Disperindagkop Kota Cilegon:
90
“Diukur dari target dan realisasi, kalau misalnya realisasi itu mencapai target berarti kan keberhasilan perda bisa diukur tingkat keberhasilan nya sejauh mana ”.(W1-2)
Menurut Ibu Nuratna, S.E (I1-2), Staff TU UPTD Pasar Baru Cilegon, ukuran keberhasilan kebijakan adalah:
“ Mengukurnya sih kalau menurut saya dari targetnya itu, targetnya itu kan istilahnya target dari disperindag sekian, itu gimana caranya kolektor mencapai target itu, dimana dimana dimulai dari kolektornya sih mas untuk mencapai target itu, bagaimana peran aktif kolektor ke pedagangnya”.(W1-2)
Kolektor (petugas pemungut retribusi ) pun berperan dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi pasar. Kolektor menjadi ujung tombak UPTD Pasar baru
dalam mencapai target yang telah ditentukan, sebagaimana yang dikatakan Bapak
Khalim (I2-1), salah seorang kolektor retribusi pelayanan pasar,“ Dikatakan
berhasil, ya dengan mencapai target”. Senada dengan Bapak Khalim, Gojali (I2-
2) yang juga kolektor retribusi pelayanan pasar berkata tentang ukuran
keberhasilan kebijakan, “ Kan dalam suatu wilayah itu ditarget, gimana caranya
untuk mencapai target”.( W1-2)
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menganalisis bahwa standar
kebijakan yang menjadi ukuran dalam pencapaian PAD pada kegiatan Retribusi
pelayanan pasar belum pernah mencapai target 100%. Hal tersebut dapat dilihat
dari data laporan tahunan retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru Cilegon pada
Tabel 1.3 pada bab sebelumnya. Hal ini juga sebagaimana dijelaskan dalam buku
Van Meter dan Van horn The Policy Implementation Process. A Conceptual
Framework. Administration and Society hal 465 (diakses dari
:http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.co.id/2013/10/the-policy implementation-
process.html, pada Tanggal 2 Maret 2016 Pukul 10:00 WIB):
91
“ In determining objective and standards one could use statement of policy makers as reflected in numerous documents such as program and guidelines wich spell out the criteria for an evalution of policy performance” (Dalam menentukan tujuan dan ukuran kebijakan bisa juga mengunakan statmen pembuat kebijakan yang mengacu pada sejumlah dokumen seperti progam dan pedoman pelaksanaan yang menjabarkan kriteria untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan).
Kedua, untuk tujuan kebijakan haruslah jelas dan realistis. Jangan sampai
sebuah kebijakan mempunyai tujuan yang sulit untuk diterapkan. Menurut Bapak
Muhibin Hasan, S.Ip (I1-1), Kasubag TU Pasar Baru Cilegon, tujuan kebijakan
adalah: “Tujuan tentang perda ini… mengoptimalisasi pendapatan asli daerah
melalui retribusi pelayanan pasar” (W1-1).
. Hal ini senada dengan yang dikatakan Ibu Nuratna, S.E (I1-2), Staff TU UPTD
Pasar Baru Cilegon, kepada peneliti,“ Intinya sih sama sih mas, untuk mencapai
pendapatan asli daerah salah satunya melalui retribusi pelayanan pasar juga.”.
(W1-1)
Sedangkan dari sudut para pedagang mempunyai persepsi yang lain ketika
ditanya tentang tujuan perda, bahkan kebanyakan menjawab tidak tahu.
Sebagaimana diungkapkan beberapa pedagang seperti Bapak Ade (I4-5), seorang
pedagang sayur : “ Buat pembangunan pasar, gaji gaji pegawai” (W-1-1).
Sedangkan menurut Bapak Hendri (I4-6), seorang pedagang sembako mengatakan:
“ Enggak tahu, itu kan setiap pasar juga ada” (W1-1). Ibu Elok (I4-8), seorang
pedagang sembako mengatakan: “Mungkin buat kas pasar, soalnya petugas nya
kalau ditanya buat apa ya buat retribusi” (W1-1). Bapak Ipul (I4-9), seorang
pedagang sayur menjawab dengan singkat: “Enggak tahu ya” (W1-1). Ibu Ina (I4-
4), seorang pedagang sembako pun juga menjawab: “ Belum tahu “(W1-1).
92
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menganalisis bahwa standar
kebijakan yang menjadi tujuan dalam pencapaian PAD (Pendapatan Asli Daerah)
pada kegiatan Retribusi Pelayanan Pasar adalah agar mengoptimalisasi
pendapatan asli daerah melalui retribusi pelayanan pasar. Pada kenyataannya
pencapaian reribusi pelayanan pasar belum cukup optimal. Hal ini bisa dilihat
berdasarkan data dari laporan target retribusi dengan realisasinya perhari yang di
dapat dari UPTD Pasar Baru Cilegon. Berikut adalah tabel pencapaian realisasi
retribusi pelayanan pasar rata rata perhari di Pasar Baru Cilegon.
Tabel. 4.3 Rata rata realisasi retribusi pelayanan pasar perhari di Pasar Baru dan
Berdasarkan kategori ramai dan sepi.
No. Kolektor Target Setoran (Rp)
Realisasi Setoran rata rata (Rp)
Blok Kategori wajib retribusi yang membayar
1 Johani 110.000 100.000 Los E (Ikan+Daging) Sepi 2 Khalim 120.000 115.000 Kios A Ramai 3 M. Ayuni 115.000 115.000 Auning I+AB+K5
Barat Ramai
4 Budin 205.000 205.000 Kios D+ Auning A+B+C+D
Ramai
5 Subhi 60.000 57.000 Auning E+G Ramai 6 M. Deni 90.000 90.000 K5 Selatan Ramai 7 Kurniadi 130.000 130.000 Pertokoan Ramai 8 Gojali 60.000 50.000 Kios C Sepi 9 Muktamar 90.000 90.000 Auning F+ K5
Emprakan Ramai
10 Johani* 75.000 55.000 Kios B Sepi Sumber: Diolah dari UPTD Pasar Baru Cilegon. *Orang yang sama dengan No.1
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, realisasi rata rata perhari retribusi
pelayanan pasar di bagi menjadi dua kategori, yaitu: ramai dan sepi. Pembagian
kategori ramai dan sepi ini dilihat dari kondisi wajib retribusi yang membayar
retribusi pelayanan pasar. Kategori ramai jika selisih kurang antara target dan
93
realisasinya kurang dari Rp 9.000, sedangkan kategori sepi jika selisih kurang
target dan realisasi lebih dari Rp.9.000. Dari tabel 4.2 diatas juga dapat diliihat
blok yang sepi wajib retribusi yang membayar adalah Kios Blok C dan Kios
Blok B. Kemudian dari hasil observasi peneliti ketika di lapangan, kurang lebih
ada sekitar 22 kios yang kosong di Kios Blok C. Ditambah lagi Kios blok C ini
letaknya bagian belakang pasar. Sedangkan untuk Kios Blok B letaknya agak di
dalam pasar dan yang kosong sekitar 5 kios. Kemudian jika melihat data tentang
rekapitulasi penjualan karcis retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru akan didapati
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Penjualan Karcis Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru
Cilegon
Tahun Karcis Rp.500
Karcis Rp.750
Karcis Rp.1000
Karcis Rp.2000 Karcis Rp.2500
2012 Rp.19.150.000 Rp.750.000 Rp.41.410.000 Rp.3.940.000 Rp.4.035.000
38.300 (lembar)
1.000(lembar)
41.410 (lembar)
1.970 (lembar)
1.630 (lembar)
2013 Rp.35.410.000
- Rp.91.125.000 Rp.2.190.000 Rp.24.195.000
70.820(lembar) - 91.125 (lembar) 1.095(lembar) 9.678 (lembar)
2014 Rp.66.075.000 - Rp.138.610.000
- Rp.36.027.500
132.150(lembar) - 138.610 (lembar) - 14.411 (lembar)
Sumber: UPTD Pasar Baru Cilegon
Merujuk pada Tabel 4.3 Rekapitulasi Penjualan Karcis Retribusi
Pelayanan Pasar Nampak pada Tahun 2013 pada kolom karcis Rp.750 kosong
sampai dengan Tahun 2014 pada tabel tersebut yang berarti karcis tersebut tidak
digunakan lagi pada pemungutan retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru Cilegon.
Hal ini menurut pengakuan UPTD Pasar Baru Cilegon di sela sela wawancara
94
dimaksudkan untuk mempermudah kolektor dalam menarik salaran retribusi
pelayanan pasar terhadap wajib retribusi. Karena pedagang kadang kesulitan
memberi uang Rp.50. Sedangkan untuk tarif Rp.2000,- ketika Mei 2015 sudah
aktif kembali untuk menggenjot pemasukan dari sektor retribusi pelayanan pasar.
Berdasarkan hasil observasi diatas dapat diperoleh informasi bahwa tidak
semua jenis karcis diberlakukan, dikarenakan kondisi pedagang yang kurang
mendukung. Jawaban dari pihak UPTD maupun Disperindakop tentang hal ini
menurut peneliti kurang lengkap untuk dijadikan argumentasi. Pada dasarnya
keputusan sebuah instansi pemerintah daerah harusnya mempunyai dasar hukum
yang jelas untuk untuk melakukan ataupun tidak melakukan poin poin kebijakan.
Ketiga, untuk sasaran kebijakan sendiri adalah pedagang yang
menggunakan tempat tertentu secara terus menerus, yang berada di wilayah Pasar
Baru Cilegon yang sudah ditentukan. Lain halnya untuk pedagang keliling
semisal pedagang batagor keliling, pedagang es cincau keliling, maka tidak
dikenai tarif retribusi. Sebagaimana dikatakan oleh Bapak Muhibin Hasan S.Ip
(I1-1), selaku Kasubag TU UPTD Pasar Baru Cilegon ketika ditanya sasaran
kebijakan: “Ya otomatis pedagang yang melakukan aktivitas berjualan…. kalau
tidak menetap, tidak kena..” (W1-3). Sedangkan menurut Bapak Supandi (I4-7),
pedagang sembako mengatakan: “Untuk pedagang-pedagang, semua yang
berjualan aja mau yang ngemprak juga, yang ngegelar-gelar, paling pagi-pagi”
(W1-3).
Berdasarkan hasil wawancara diatas diperoleh informasi bahwa sasaran
kebijakan adalah pedagang yang melakukan aktivitas berjualan di Pasar Baru
95
yang menetap di suatu tempat di dalam pasar tradisional. Hal itu berarti tukang
ojek, pedagang makanan atau minuman keliling seperti batagor keliling, es cincau,
bakso, dan sebagainya yang berjualan keliling di Pasar Baru tidak dikenai
pungutan retribusi pelayanan pasar.
Keempat, untuk seberapa sering diadakan sosialisasi kebijakan ke
masyarakat, dari sudut pandang Nurhasanah (I4-2), seorang pedagang pakaian di
Pasar Baru Cilegon adalah sebagai berikut. “Belum tahu, tapi di karcis sudah ada
penjelasannya” (W1-4).. Sedangkan menurut Ibu Tari (I4-3), yang juga seorang
pedagang pakaian di Pasar Baru Cilegon mengatakan, kalau sosialiasi biasanya
dilakukan dengan cara diberi tahu oleh petugas salaran (kolektor), akan tetapi
sosialisasi secara khusus belum pernah beliau jumpai, beliau berkata, “Dikasih
tahu melalui petugas salaran, tapi kalau sosialisasi khusus belum pernah” (W1-
4).. Hal ini hampir senada dengan apa yang dikatakan Ibu Nuratna S.E (I1-2), Staff
TU UPTD Pasar Baru Cilegon ketika berbicara tentang sosialiasi perda retribusi
pelayan pasar, beliau mengatakan:
“ Waktu awal awal sering ya.. sekarang sih pedagang pedagang udah pada tahu, dulu sih sering.. sosialisasi gitu ada himbauan kalau perkios itu bayar sekian, kalau untuk yang kios ya auwning itu sekian, beda lagi kalau yang punya dua…..pas awal awal ada perda (No.7 tahun 2012), kan dulu awal awal 2012 masih pake perda yang lama ( No.7 Tahun 2001), setelah itu distop ama pemda, jadi kosong selama 3 bulan karena Perda No.7 tahun 2012 masih digodog di DPRD perda nya itu, jadi pas mulai 1Mei 2012 mulai berlaku perda ini, itu udah mulai sosialisasi sih ke pedagang”. (W1-4).
Lebih jauh lagi ketika ditanya tentang bagaimana caranya UPTD memberi
tahu bahwa pedagang yang baru berjualan mempunyai kewajiban untuk
membayar retribusI, Ibu Nuratna (I1-2) melanjutkan,” Kalau itu mah sekedar
96
pemberitahuan aja, kalau surat edaran mah, pas awal awal terbitnya perda ini”.
Sedangkan Bapak Muhibin Hasan,S.Ip (I1-1) , yang menjabat sebagai Kasubag TU
UPTD Pasar Baru Cilegon berkata tentang sosialiasi kebijakan:
“.Sosialisasi kita kalau disini , di UPTD Pasar tiap awal bulan mengadakan sosialisasi.. bukan sama petugas kolektor aja dari keamanan dan kebersihan katakan itu evaluasi ya evaluasi kinerja bulanan, termasuk itu mah apa.. petugas retribusi juga ya. Walaupun bagaimana… walaupun kita dari recehan, ya sosialiasi tiap bulan kita lakukan. Kadang memang ya, pedagang itu tidak semua paham gimana ya, mengerti ya?.. ada yang kurang taat, mengerti ya? Tingkat kesadaran nya masih minim, bukan dalam hal tingkat mengerti terhadap perda. Ada yang punya lima kios, bayarnya 1 kios. Disini kan ada kanit pembinaan membawa kolektor itu kan, jadi kita yang kesana kasih arah sosialisasi ke pedagang.. pak bu yang namanya retribusi pasar wajib…(W1-4).”
Gambar. 4.3 Salah satu bentuk sosialisasi wajib retribusi
Berdasarkan hasil wawancara diatas sosialisasi Peraturan Daerah Kota
Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar kepada pedagang di
Pasar Baru Cilegon menggunakan surat edaran hanya ketika awal awal perda
tersebut diterbitkan, yaitu Bulan Mei tahun 2012. Sedangkan untuk pedagang
97
yang baru berjualan di pasar baru, sosialisasinya hanya dengan cara diberi tahu
saja oleh kolektor dan juga UPTD. Sosialiasi rutin juga dilakukan tiap bulan
sekali berbarengan dengan evaluasi yang dilakukan oleh UPTD Pasar Baru. Pada
intinya sosialiasi ini bertujuan memberi tahu kepada pedagang bahwa rertribusi
pelayanan pasar ini sifatnya wajib di bayar.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn dalam bukunya The Policy
Implementation Procces. A Conseptual Framework and Society hal 465, (diakses
dari :http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.co.id/2013/10/the-implementation-
policy-process.html, pada tanggal 2 Maret 2016 Jam 10.00 WIB):
“Policies furnish more than the standards and objectives against which to judge implementation: They also make available resources which facilitate their administration. These resources may include funds or other incentives in the program that might encourage or facilitate effective implementation”. (Kebijakan membutuhkan lebih dari sekedar ukuran dan tujuan untuk menilai keberhasilan implementasi. Hal itu juga dilihat dari sumberdaya yang ada sebagai pendukung administrasi. Sumberdaya yang dimaksud terdiri dari keuangan atau insentif lainnya yang dapat meningkatkan ataupun mendukung efektivitas implementasi).
Manusia adalah sumberdaya terpenting. Tahap tahap tertentu dari semua
proses implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas
sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah dibuat.
Jumlah seluruh kolektor yang ada di Pasar Baru Cilegon, pada saat wawancara
dilakukan berjumlah 15 orang, khusus untuk retribusi pelayanan pasar berjumlah
9 orang saja. Perlu diketahui salaran atau pungutan resmi yang dikenakan kepada
98
pedagang ada 3 macam, Yaitu: Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Kebersihan
dan Kemanan. Berikut ini akan ditampilkan profil kolektor retribusi pelayanan
pasar.
Tabel. 4.5 Profil Kolektor Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Baru Cilegon
No. Kolektor Domisili Pendidikan Terakhir
Status Pegawai
Target Setoran (Rp)
Blok
1 Johani Kabupaten Serang SMA PNS 110.000 Los E (Ikan+Daging) 2 Khalim Kabupaten Serang SMA PNS 120.000 Kios A 3 M. Ayuni Kabupaten Serang S1 Honorer 115.000 Auning I+AB+K5 Barat 4 Budin Cilegon SMA Honorer 205.000 Kios D+ Auning
A+B+C+D 5 Subhi Kota Serang SMA Honorer 60.000 Auning E+G 6 M. Deni Cilegon S1 Honorer 90.000 K5 Selatan 7 Kurniadi Cilegon SMA Honorer 130.000 Pertokoan 8 Gojali Kabupaten Serang SMA Honorer 60.000 Kios C 9 Muktamar Kabupaten Serang SMA Honorer 90.000 Auning F+ K5 Emprakan 10 Johani* Kabupaten Serang SMA PNS 75.000 Kios B
Sumber: Diolah dari UPTD Pasar Baru Cilegon. * Orang yang sama dengan No. 1
UPTD Pasar Baru tidak menggunakan sistem upah perhari dalam
menunaikan hak kolektor, melainkan menggunakan gaji perbulan. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Bapak Muhibin Hasan, S.Ip (I1-1), selaku Kasubag
TU UPTD Pasar Baru:
“Kalau dikatakan upah sih tidak, kita kan acuannya target dari retribusi pasar untuk 2015 ini (menyebutkan angka dan kurang jelas terdengar)…jadi kalau kita acuannya upah mah kita mah gak ada upah karena kita kan ada yg THL, TKK, otomatis kan udah ada honor. Jadi kalau upah kita mah acuannya gak kesana, tapi tidak menutup kemungkinan buat itu mah ada ya, dikit dikit mah ada.. ” (W2-2)..
Ketika ditanya tentang jumlah gaji kolektor perbulan, Kasubag TU
UPTD Pasar Baru Cilegon, Bapak Muhibin Hasan, S.Ip (I1-1), menjawab:
“Standar THL Rp.1.250.000,-, TKK Rp.2.000.000,-“ (W2-2).. Peneliti pun
mencoba bertanya kepada Gojali (I2-2), kolektor retribusi pelayanan pasar tentang
99
upah atau gaji kah yang ia terima, ia pun menjawab, ”Perbulan digaji… ya
lumayan lah buat beli kopi mah” (W2-2)... Lain halnya dengan Pak Khalim (I2-1),
kolektor retribusi pelayanan pasar yang sudah menjadi PNS berkata tentang gaji
nya perbulan,“ Kalau saya gaji perbulan, masih 2.400.000, iya kurang lebih”
(W2-2)..
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dketahui bahwa gaji kolektor
disesuaikan dengan status pegawainya, yaitu: PNS, TKK, THL. Para kolektor
sebenarnya tidak menerima upah, akan tetapi tidak menutup kemungkinan kalau
ada untuk uang rokok dan kopi. Namun bukan berarti hanya kolektor saja yang
perlu diperhatikan kesejahteraannya, honorer lainnya pun perlu diperhatikan
kesejahteraan hidupnya supaya tidak timbul kesenjangan sosial diantara pegawai.
Untuk realisasi perhari retribusi pelayanan pasar, peneliti hanya berhasil
mewawancarai dua orang kolektor retribusi pelayanan pasar saja, yaitu Pak
Khalim dan Gojali, dikarenakan waktu yang terbatas dan informasi kedua orang
tadi sudah mewakili sesama kolektor retribusi pelayanan pasar. Pak Khalim (I2-1)
berkata tentang realisasi setoran harian yang ia dapatkan: “Beda beda tergantung
pedagang, kalau pedagangnya gak ada, retribusinya juga gak tercapai… kadang
kadang nyampe 100.000 an”. (W2-4)..
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Pak Khalim (I2-1) diatas dapat
diketahui kalau realisasi retribusi pelayananan pasar dipengaruhi oleh jumlah
pedagang dan memang tiap blok dan kolektor berbeda beda target dan realisasi
retribusi pelayanan pasarnya.
100
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial pun mempunyai peran
yang penting dalam sebuah kebijakan. Bagaimana keuangan itu dikelola dengan
baik dan tepat agar sebuah kebijakan itu berjalan optimal, adalah salah satu
tanggung jawab pelaksana kebijakan. Untuk itu, dalam hal retribusi pelayanan
pasar Disperindagkop Kota Cilegon berkoordinasi dengan DPPKD Kota Cilegon
dalam mengelola keuangan retribusi pelayanan pasar. Kepala Seksi Perencanaan
dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon, Bapak Hendra Pradipta, S.Spt (I3-1),
berkata:
“Koordinasi dengan DPPKD ( Khusus Seksi Perencanaan dan pengendalian), tentu kita dalam hal awal perencanaan anggaran seberapa besar sih potensi yang ada di Pasar. “(W2-5).
Lebih lanjut lagi beliau berkata tentang pengelolaan keuangan retribusi
pelayanan pasar,
“….Seperti yang disampaikan di dalam perda , bahwa hasil pungutan retribusi ini dikelola oleh UPTD kemudian hasil dari apa yang dikumpulkan oleh pihak para pedagang itu dihimpun oleh bendahara penerimaan disperindag, dihimpun mungkin dalam waktu 1 x 24 jam langsung disetorkan ke kas umum daerah, dalam hali ini ada di BJB ya, dan tentu nya dilaporkan dari apa yang sudah disetorkan itu ke pihak akuntansi (DPPKD) dan ke pihak seksi pelaporan di bidang dana perimbangan”. (W2-5). Pihak Seksi Akuntansi Penerimaan DPPKD Kota Cilegon pun menjawab
melalui Kepala Seksinya, Ibu Puji Wahyuningsih, S.H (I3-2). Beliau berkata,
“Alur yang sudah dibuat oleh disperindag itu kalau saya lihat sudah cukup ya (sambil membaca copy-an Perwal Kota Cilegon No.18 Tahun 2012 ), mereka kan menyetorkan ya, yang perlu saya sampaikan itu dari UPTD setor ke bendahara penerimaannya, dari bendahara penerimaan mereka menyetorkan melalui ini.. ke bendahara umum milik kas daerah, dari kas daerah nanti ada petikannya atau pendikan ( kurang jelas terdengar) nya ke kami berupa ini..(menunjuk sebuah berkas)…” (W2-5).
101
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak DPPKD Kota Cilegon diatas,
dapat diketahui kalau pengelolaan keuangan retribusi pelayanan pasar antara
pihak Disperindagkop dan pihak DPPKD mengacu pada Petunjuk teknis dari
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar, yaitu Peraturan Walikota No.18 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar. Dari hasil
wawancara tersebut juga dapat diketahui dalam hal realisasi target retribusi
pelayanan pasar, pihak DPPKD hanya menerima laporan saja dari pihak
Disperindagkop yang pada tahapan sebelumnya pihak Disperindagkop
menyetorkan hasil dari realisasi retribusi pelayanan pasar terlebih dahulu ke Bank
Jabar Banten cabang Cilegon .
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Agen pelaksana yang dimaksud meliputi organisasi formal dan organisasi
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat
urgent karena proses implementasi kebijakan publik akan sangat banyak
dipengaruhi oleh ciri ciri yang tepat serta sesuai dengan para agen
pelaksanaannya. Adanya organisasi informal atau pun nonformal turut serta dalam
mempengaruhi sebuah kebijakan, apakah memberi pengaruh yang positif atau
negatif pada kebijakan.
Pertama, sikap pelaksana dalam melaksanakan kepada kebijakan, khusus
nya kolektor. Berikut akan ditampilkan dari sudut pandang pedagang terlebih
dahulu. Seorang pedagang pakaian , Bapak Achmad Djajuli (I4-1) berkata,“Sikap
102
dari petugas biasa, tidak pernah melihat ada penyimpangan” (W3-1). Di lain
tempat, Ibu Tari (I4-3) , seorang pedagang pakaian berkata:
“Familiar, sudah seperti kerabat sendiri. Sopan dan mengerti, jika ada pedagang yang sekali kali gak bayar, fleksibel pengertian. Tapi jika berturut turut akan ditindak dan ada balasannya ”. (W3-1).
Sedangkan menurut Bapak Hendri (I4-6) pedagang sembako, berkata
tentang sikap kolektor, “Biasa aja. Kadang becanda, selalu ngasih karcis. Kita
gak bayar, gak papa, lewat aja” (W3-1).. Lain lagi menurut Bapak Ade (I4-5) ,
seorang pedagang sayur. Beliau berkata, “Kadang dikasih (karcis), kadang
enggak seringnya enggak dikasih. Yang wajibnya 1000 dua, sopan (sikap
kolektor)”. (W3-1).
Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang diatas, dapat
diperoleh informasi bahwa sikap kolektor ketika memungut retribusi pelayanan
pasar dapat diterima dengan baik oleh para pedagang. Sikap sikap kolektor yang
disenangi oleh pedagang diantaranya; Kekeluargaan, mengerti kondisi pedagang
(fleksibel) dan sopan. Sebagaimana menurut Van Meter dan Van horn dalam
bukunya The Policy Implementation Process. A Conceptual Framework.
Administration and Society hal 471 yang memasukan komunikasi yang baik dari
pelaksana kebijakan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
impelementasi kebijakan (diakses dari :http://panjihitam diufuk timur. blogspot.
co.id /2013/10/the-policy implementation-process.html, pada tanggal 2 Maret
2016 Pukul 10:00 WIB) :
“ (e) the degree of open communication (ie., networks of communication with free horizontal and vertical communication, and relatively high degree of freedom in communication with persons outside organization) within an organization”.( (e) Tingkat dari komunikasi yang baik,
103
contohnya jaringan komunikasi yang bebas menyamping maupun keatas dan tingkat yang relatif tinggi dari kebebasan dalam komunikasi dengan pihak luar organisasi dengan organisasi).
Namun dari hasil wawancara diatas diperoleh informasi, kalau ada
pedagang yang jarang diberi karcis oleh kolektor ketika pedagang sudah
membayar retribusi. Hal ini dikarenakan ada oknum kolektor yang lalai dan
segelintir pedagang yang kurang peduli diberi karcis atau tidak yang penting bisa
berjualan di pasar.
Menurut Gojali (I2-2), kolektor retribusi pelayanan pasar, menjelaskan
walaupun pedagang acuh diberi karcis atau tidak, tetap saja karcisnya harus
ditaruh ditempat pedagangnya. Ia mengatakan:
“ Lupa ngasih ? kan gini ..pemberian karcis ya... ada yang mau dikasih, ada yang enggak, kalau yang mau, dikasih.. kalau dikasih bilangnya “ udah gak usah”, ya taruh lagi. Kadang saya juga ngerasa gimana kalau dia bayar saya juga harus memberikan karcis, udah aja taruh ditempat pedagangnya (W3-2).”.
Gojali juga menjelaskan bagaimana sikapnya dalam memungut retribusi
pelayanan pasar ke pedagang:
“ Berhadapan dengan orang itu gimana caranya saya sopan dia pun segan gitu tuh, gimana caranya bayar, ya dengan bahasa yang halus, kaya gitu lah, yang baik baik biar dia ngasih, nerima, kan enak( W3-2).”.
Pak Khalim (I2-1), kolektor yang lebih senior juga berkata bagaimana
sikapnya dalam memungut retribusi pelayanan pasar. Beliau mengatakan, ”Ya
sama sama (mengerti) ”. Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang bagaimana
cara nya menangani pedagang yang tidak mau bayar retribusi. Beliau mengatakan:
“ Saya bisa…. ( kurang jelas terdengar), yang namanya pedagang itu kan cari duit, nanti pas di lokasi bareng bareng bekerja disini biar bapak tercapai usaha dan saya tugas disini tercapai, biar bisa ngolah
104
berbicara, supaya dia kalau betul betul ada mah, bayar. Kalau enggak ada mah, ya terpaksa enggak bayar.” (W3-2).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kolektor di atas dapat
diperoleh informasi bahwa kolektor retribusi pelayanan pasar mencoba untuk
bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Kolektor juga mengerti
bagaimana caranya berkomunikasi dengan para pedagang. Kemampuan
komunikasi yang baik amat penting bagi kolektor supaya tidak timbul anggapan
negatif oleh pedagang.
Ibu Nuratna (I1-2), Staff Pelaksana TU UPTD Pasar Baru menjelaskan
tentang sikap kolektor yang menurutnya sudah ramah kepada pedagang. Beliau
mengatakan:
“Sebetulnya mah kolektor itu ..( berfikir sejenak)…ramah ke pedagang, ngasih tahu.. cuma pedagangnya aja yang terkadang susah ditarikin retribusinya itu kaya si kolektor kan ngasih tahu kalo yang punya 3 harus bayarnya 3 ribu cuma pedagang itu ngasihnya 1000, 3 tempat cuma bayar nya satu tempat. Itu kendalanya.. kendala kolektor disini mas.. (W3-2).”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh informasi adanya
pedagang yang membayar retribusi tetapi tidak sesuai dengan tarif yang berlaku.
Harusnya membayar 3 tempat tetapi hanya membayar satu tempat. Hal semacam
ini harusnya tidak boleh terjadi.
Kedua, ada kah pihak yang mengawasi kebijakan. Kepala Seksi
Pembinaan Pasar Disperindakop, Bapak Didi, S.Ip (I1-3) berkata:
“ Yang mengawasi UPTD, kepala UPTD. Artinya kan setelah kolektor itu menarik retribusi pelayanan pasar itu kan di setorkan ke UPTD, dari UPTD di setorkan kepada disperindag, dari sini kan ke DPPKD. Ada di SOP -nya”. (W3-2).
105
Lebih spesifik menurut Kasubag TU UPTD Pasar Baru, Bapak Muhibin Hasan, S.Ip (I1-1) , berkata: “ Disini ada 3 Kanit ya, 1. Kanit pembinaan dan pengembangan, membawahi mengawasi kolektor termasuk data kejadian apa potensi apa.. kanit penataan dan pemeliharaan mah kebersihan kalau kanit keamanan dan ketertiban membawahi keamanan”. (W3-2). Peneliti coba menanyakan juga tentang keberadaan pengawasan kanit
pembinaan dan Pengenbangan di lapangan, Bapak Muhibin Hasan, S.Ip (I1-1)
menjawab: “ Di lapangan juga apa apa kita Kanit Pembinaan dulu, sebetulnya
kanit pembinaan adanya di lapangan”. Sedangkan Ibu Nuratna S.E (I1-2), Staff
TU UPTD Pasar Baru menjawab: “Disini (Kantor)” (W3-2).. Disela sela
wawancara dengan beliau, peneliti mendapat informasi bahwa jabatan Kanit
Pembinaan dan Pengembangan ketika peneliti melakukan wawancara sedang
kosong. Peneliti juga mendapat informasi kalau posisi Kanit Pembinaan dan
Pengembangan sebelumnya dijabat oleh Pak Khalim yang merangkap juga
sebagai kolektor retribusi pelayanan pasar.
Peneliti pun coba bertanya tentang tugas Kanit Pembinaan dan
Pengembangan kepada Bapak Khalim (I2-1). Beliau pun mengatakan: “ Ya kanit
pembinaan itu kan …ada kemacetan di jalan atau ada pedagang yang tidak layak
itu bagian kanit pembinaan” (W3-2).. Peneliti juga bertanya tentang pengawasan
Kanit Pembinaan dan Pengembangan di lapangan, beliau pun menjawab: “ Ada,
tetep stand by aja disana” (W3-2)..
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak UPTD Pasar maupun pihak
Disperindagkop diatas dapat diketahui bahwa yang melakukan tugas pengawasan
retribusi pelayanan pasar di Pasar Baru adalah UPTD Pasar Baru, khusus di
106
lapangan adalah Kanit Pembinaan dan Peng;awasan. Akan tetapi ketika peneliti
sedang melakukan wawancara dengan pihak UPTD Pasar, jabatan Kanit
Pembinaan dan Pengawasan sedang kosong. Sebelumnya jabatan tersebut
dipegang oleh Pak Khalim (I2-1).
4. Sikap/ Kecenderungan (disposition)
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan
publik. Pertama, faktor yang mempengaruhi sikap kecenderungan adalah
dilibatkan atau tidaknya sasaran kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan.
Hampir seluruh responden yang peneliti wawancarai menjawab dengan hasil yang
sama, yaitu sasaran kebijakan dalam hal ini adalah pedagang, tidak dilibatkan
dalam pembuatan kebijakan, sisanya menjawab tidak tahu. Hal ini berarti
kebijakan tersebut bersifat Top-down.
Kedua, tanggapan pedagang kepada kebijakan. Hampir semua responden
dari pedagang yang peneliti wawancarai menanggapi dengan tanggapan yang
positif. Bapak Achmad Djajuli (I4-1) seorang pedagang kain, berkata, “Baik, dan
tidak ada masalah., saling membutuhkan” (W4-2).. Ibu Elok (I4-8) seorang
pedagang sembako berkata :
“ Sebenarnya mah sah sah aja asal jelas. Cuma disini yang kurang itu keamanan, soalnya disini ada yang kebobolan. Biasanya warung itu ada yang congkel” (W4-2).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh informasi bahwa para
pedagang memberi tanggapan yang positif . Disela sela wawancara pun mereka
mengatakan bahwa yang penting keamanan dan kebersihan di lingkungan pasar.
107
Pedagang juga berharap supaya angkutan kota masuk ke dalam pasar supaya
pembeli mudah mengakses pedagang yang berada di bagian dalam pasar, tidak
hanya berputar di bagian depan pasar saja.
Ketiga, seberapa paham implementor terhadap kebijakan. Hal ini penting
supaya implementor tidak salah paham terhadap kebijakan, sehingga kebijakan
menjadi salah sasaran. Bapak Muhibin Hasan (I1-1) , Kasubag TU UPTD Pasar
Baru Cilegon, berkata:
“Jadi ya.. kolektor itu ada copy-an perda No. 7 tahun 2012 yang memuat tentang retribusi pelayanan pasar, tau dibaca tau nggak si kolektor itu kan tetep kita… tolong dipelajari gini gini, secara praktek mah bagus.. jadi kita tidak terlalu memaksakan. Jangan terlalu dipaksakan walaupun memang itu udah peraturan daerah, kalau memang nggak ada, kita kan punya kebijakan lain. Tapi kalau emang kolektor mah paham” (W4-3). Menurut Pak Khalim (I2-1) , kolektor retribusi pelayanan pasar, ketika
ditanya tentang seberapa paham kolektor terhadap kebijakan, beliau
mengatakan:
“ Sepertinya hanya kolektor tahunya bagaimana caranya supaya target itu tercapai. Artinya terutama begini, memang saya sebagai kolektor masalah target… memang saya usahakan pengen tercapai, tapi tercapai dan tidak tercapai itu kan urusan pimpinan, karena kalau saya mah bagaimana pedagang kan, kalau pedagang nya bayar kan mungkin sampe target, kalau gak bayar ya mengurangi target”. (W4-3)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemahaman
kolektor menurut Kasubag TU UPTD Pasar Baru secara praktek sudah bagus,
walaupun tidak letterlijk. Namun masih ada anggapan pada diri kolektor kalau
pencapaian target adalah tugas pimpinan semata, sementara kolektor hanya tahu
memungut retribusi saja. Walaupun secara praktek sudah bagus, namun
108
pemahaman yang bagus juga perlu supaya implementasi kebijakan berjalan
optimal. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Van Mater dan Van Horn dalam
bukunya The Policy Implementation Process. A Conceptual Framework.
Administration and Society hal 473.(diakses dari :http://panjihitam diufuktimur
.blogspot.co.id /2013/10/the-policy implementation-process.html, pada tanggal 2
Maret 2016 Pukul 10:00 WIB):
“The impelementers understanding of the general intent as the well as the specific standards and objectives of the policy, is important. Moreover, successful implementation may be frustrated when officials are not aware that the are not in full compliance with policy”. (Pemahaman dari pelaksana kebijakan secara menyeluruh pada ukuran dan tujuan kebijakan secara spesifik adalah penting. Terlebih lagi, keberhasilan dari implementasi dapat memburuk ketika pelaksana tidak menyadari kurangnya mereka dalam hal kepatuhan terhadap kebijakan).
5. Komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh karena semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak pihak yang terlibat suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan akan sangat kecil terjadi. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Van Meter dan Van Horn dalam bukunya The Policy Implementation Process. A Conceptual Framework. Administration and Society hal 466. ( diakses dari :http://panjihitamdiufuktimur.blogspot .co.id/2013/10/the-policy implementation-process.html, pada Tanggal 2 Maret 2016 Pukul 10:00 WIB):
“Therefore, the prospect of effevective impelementation will be enhanced by the clarity with which standards and objectives are stated and by the accuracy and concistensy with which they are communicated”.( Oleh karenanya, sebuah peluang implementasi kebijakan yang efektif dapat ditingkatkan dengan kejelasan dari tujuan dan ukuran kebijakan yang telah ditetapkan dan juga ketepatan serta konsistensi yang mana hal itu dikomunikasikan).
Koordinasi yang terjadi antara Pedagang, Kolektor, UPTD, Disperindagkop
dengan DPPKD selama ini berjalan lancar. Sebagaimana dikatakan oleh Ibu Nila
109
Oktoria (I1-4), sebagai staff pelaksana Disperindagkop Kota Cilegon,
“Alhamdulillah sampe sekarang lancar, laporan laporan berjalan“(W5-1).
Sedangkan Ibu Nuratna S.E (I1-2), Staff TU UPTD Pasar Baru berkata:“ Baik ya
koordinasi mah”.
Koordinasi antara pedagang, kolektor dan UPTD saja, hanya terjadi ketika
realisasi jauh dari target. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Nuratna (I1-2),
sebagai Staff Pelaksana TU UPTD Pasar Baru Cilegon:
“ Kalau koordinasi antara Pedagang, Kolektor, UPTD dan Dinas biasa nya itu kalau pendapatan si targetnya itu belum tercapai, misalkan sampai agustus, ini kok masih jauh dari target mungkin nanti ada koordinasi dari kanit perdagangan biasanya, nanti kolektor itu dipanggil.” (W5-2) Koordinasi UPTD dengan Disperindagkop menurut Staff Pelaksana
Disperingkop Kota Cilegon, Ibu Nila Oktoria (I1-4), hanya sebulan sekali.
Sebagaimana dituturkan beliau: “ ……ada sebulan sekali koordinasi antara
UPTD Pasar Baru dengan disperindagkop”. (W5-2)
Pihak UPTD Pasar Baru tidak melakukan koordinasi dengan DPPKD
secara langsung, akan tetapi Disperindagkop lah yang berkoordinasi dengan
DPPKD. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ibu Nuratna (I1-2) : “Enggak,
Disperindagkop aja, jadi Disperindagkop ke DPPKD. Kita mah cuma pelaksana
aja sih mas.” (W5-2)
Koordinasi antara Disperindagkop Kota Cilegon dengan DPPKD Kota
Cilegon dalam hal retribusi pelayanan pasar adalah pada saat penentuan target
dan pada saat realisasi target. Sebagaimana yang dituturkan oleh Kasi
110
Perencanaan dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon Bapak Hendra Pradipta,
S.Spt (I1-3):
“Seperti yang saya sampaikan tadi, kaitan dengan koordinasi dalam hal penentuan target itu yang menentukan target DPPKD melakukan koordinasi dengan dinas (Perindagkop) untuk menentukan target 1 tahun anggaran, kemudian berkoordinasi dalam pencapaian target, setiap triwulan kita selalu mengadakan rekon dan termasuk juga melakukan evaluasi pencapaian target, apakah targetnya nanti bisa dirubah atau tidak, apabila mengalami peningkatan tentu akan dilakukan perubahan target anggaran sehingga menjadi meningkat. Tapi kalau memang hasil dari pencapaian target, tentu ada hal hal yang perlu di evaluasi.” (W5-2).
Beliau juga melanjutkan:
“Tentu berkoordinasi biasanya pada saat penyusunan anggaran, itu yang pertama. Kemudian pada saat tahap implementasi pelaksanaan itu kaitan pada jumlah setoran dari pedagang termasuk juga evaluasi evaluasi yang selalu muncul permasalahan permasalahan yang ada di lapangan”. (W5-2)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui jika Disperindagkop
mengadakan koordinasi juga dengan DPPKD Kota Cilegon dalam hal ini adalah
Kasi Perencanaan dan Pengendalian pada saat menentukan target retribusi
pelayanan pasar. Kemudian pihak Disperindagkop Kota Cilegon dan pihak
DPPKD Kota Cilegon melakukan rekonsiliasi setiap triwulan guna melakukan
evaluasi masalah masalah yang muncul di lapangan. Sedangkan koordinasi
Dipserindakop Kota Cilegon ketika implemementasi kebijakan adalah dengan
Kasi Akuntansi Penerimaan Disperindagkop Kota Cilegon yang juga sama sama
mengadakan rekonsiliasi setiap triwulan.
111
Gambar 4.4 Hasil Rekonsiliasi Disperindagkop dan DPPKD
6. Lingkungan Ekonomi, dan Politik.
Lingkungan ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang
keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karenanya upaya
mengimplementasikan sebuah kebijakan haruslah melihat latar belakang
ekonomi dan politik sasaran sebuah kebijakan. Menurut pendapat Donald Van
Metter dan Carl Van Horn dalam bukunya The Policy Implementation Process. A
Conceptual Framework. Administration and Society hal 471. ( diakses dari
:http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.co.id/2013/10/the-policy implementation-
process.html, pada Tanggal 2 Maret 2016 Pukul 10:00 WIB) hal ini menjadi studi
yang menarik bagi para ahli maupun pelajar :
“The impact of economic, social, and political conditions on public policy has been the focus of much attention during the past decade. Students of comparative state politics and public policy have been particurarly interested in identifying the influence of these environmental variables on policy output”. (Dampak dari ekonomi, sosial, dan kondisi politik dalam kebijakan pubik menjadi fokus yang banyak menarik perhatian selama dekade yang lalu. Pelajar dari jurusan perbandingan poltik negara dan kebijakan publik mempunyai ketertarikan dalam mengidentifikasi pengaruh dari variabel lingkungan terhadap hasil kebijakan).
112
Ketika di lapangan , pada saat wawancara, beberapa pedagang yang
kurang terbuka tentang jumlah omset yang mereka dapatkan perhari.
Sebagaimana yang disampaikan oleh seorang pedagang pakaian, Bapak Achmad
Djajuli (I4-1) : “Tidak menentu, kadang kadang lumayan. Lebih nyaman di lokasi
yang sekarang ( Kranggot)”. (W6-1). Sedangkan seorang pedagang ikan, Bapak
Romi (I4-10) berkata: “Ya lumayan lah”.
Lain halnya dengan beberapa pedagang lain yang cukup terbuka dengan
omset hariannya. Sebagaimana yang dikatakan Ibu Tari (I4-3), seorang pedagang
baju: “Tergantung kondisi pembeli, kalau menjelang lebaran rame banget
minimal 500 ribu, bisa nyampe 10 juta” (W6-1). Sedangkan Bapak Hendri (I4-7),
seorang pedagang sembako mengatakan: “Omset tergantung dagangannya kalau
kecil 3 juta setengah sehari, kalau lagi rame 10 juta juga nyampe” (W6-1).
Hasil dari wawancara diatas menunjukan kalau pedagang memang
kurang terbuka kepada peneliti tentang omset yang mereka dapatkan perhari. Hal
ini membuat peneliti beranggapan kalau menanyakan omset perhari adalah
masalah privasi pedagang. Dari wawancara diatas juga dapat ketika ketahui
bahwa omset pedagang fluktuatif sesuai dengan jumlah pengunjung pasar.
Menurut pedagang – pedagang yang peneliti wawancarai, kebijakan
tidak mengganggu omset mereka. Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Elok (I4-8),
pedagang sembako: “Enggak sih, soalnya paling berapa sih, paling seribu dua
ribu ” (W6-2). Namun pedagang juga mengakui kalau mereka pun kadang tidak
membayar retribusi pelayanan pasar jika sedang sepi pembeli. Sebagaimana
113
yang dikatakan oleh Bapak Ade (I4-5): “Enggak sih, tapi kalau lagi sepi mah kesel
juga kadang. Kalau sepi mah lewat”. (W6-2)
Hasil wawancara diatas menunjukan pengakuan pedagang kalau
kebijakan tidak mempengaruhi ataupun mengganggu omset mereka perhari. Tapi
disisi lain pedagang mengakui kalau mereka pun kadang tidak membayar retribusi
pelayanan pasar jika sepi pembeli. Hal ini menjadi indikasi bahwa kesadaran
wajib retribusi masih kurang ditambah lagi dengan alasan sepi pembeli. Masalah
ini harus ditemukan solusinya oleh UPTD Pasar Baru selaku Pelaksana kebijakan.
Lingkungan politik juga turut berperan dalam mempengaruhi keberhasilan
sebuah kebijakan. Semua informan pedagang yang peneliti wawancarai
mengatakan bahwa kebijakan tidak lah mempengaruhi pilihan politik lokal
mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Hendri (I4-7), pedagang sembako
berkata: “Enggak ada dorongan kaya gitu, dipasar mah siapa gua siapa elu mau
yang mimpinnya siapa, tetep aja pedagang mah dagang.” (W6-3). Sedangkan
Bapak Supandi (I4-7) , seorang pedagang sembako berkata: “Enggak berfikiran
kesitu”. (W6-3) Hal senada juga diungkapkan oleh Nurhasanah (I4-3), seorang
pedagang baju: “Enggak sih, tidak mempengaruhi” (W6-3).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukan kalau pemungutan
retribusi pelayanan pasar kepada pedagang tidak mempengaruhi pilihan politik
pedagang pada Pilkada yang akan datang, yaitu pada tanggal 9 Desember 2015.
Sebab pedagang beranggapan pemungutan retribusi pelayanan pasar tidak akan
mempengaruhi pilihan politik mereka siapa pun pemimpin daerahnya. Hal ini
114
berangkat dari anggapan pedagang kalau mereka hanya ingin berjualan di pasar
saja dan juga bahwa siapa pun pemimpinnya mereka tetap dikenai retribusi.
Gambar.4.5 Spanduk kampanye Pilkada yang berada di Pasar Baru
Peneliti mencoba bertanya kepada pedagang, apakah ada pihak selain dari
dinas yang terlibat dalan retribusi pelayanan pasar atau adakah preman – preman
yang mengambil pungutan liar. Pak Achmad Djajuli (I4-1) seorang pedagang
pakaian di Pasar Baru berkata, “Tidak ada pihak lain yang memaksa untuk
pemungutan retribusi pelayanan pasar, jika pun ada niatnya sedekah” (W6-4).
Lain hal nya dengan Bapak Ade (I4-5), seorang pedagang sayur di Pasar Baru
Cilegon,” Gak ada (pungli), tapi kalau kita berani, gak ada. Kalau kita gak
berani, ada” (W6-4). Sedangkan menurut Ibu Elok (I4-8), seorang pedagang
sembako di Pasar Baru Cilegon berkata, “Hari hari gini gak ada. Pas lebaran ada
yang maintain THR, dari dinas ada, dari orang-orang (selain dinas) juga ada”
(W6-5).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukan pedagang mengakui
bahwa memang ada pungutan untuk THR baik dari dinas maupun non dinas.
115
Untuk non dinas pedagang kurang terbuka kepada peneliti dan hanya menyebut
“orang orang sini”. Sedangkan Pungutan THR dari Dinas dalam hal ini UPTD
Pasar Baru diakui pedagang disela sela wawancara, bersifat tidak memaksa.
Peneliti lalu coba bertanya kepada Kepala Sub Bagian TU UPTD Pasar
Baru, Bapak Muhibin Hasan (I1-1), tentang surat edaran THR yang pungut oleh
dinas, dan beliau membetulkan, itupun sifatnya sukarela. Beliau berkata:
“ Itu sifatnya iya… betul itu dikeluarkan .. jadi THR -nya bukan untuk untuk PNS tapi untuk tenaga kerja kebersihan sama yang TKS TKS itu yang keamanan dan kebersihan, lagian dulu sama sekarang sepi sekarang, kalau sekarang mah cukup satu, gak timpa sana timpa sini dari kebersihan ya , keamanannya, iya cukup dari kemanan aja yang ngambil peruntukannya buat mereka (TKS Keamanan dan Kebersihan)”. (W6-4)
Peneliti pun bertanya juga tentang adakah oknum yang suka mengambil
pungutan liar di Pasar Baru, beliau menjawab:
“Kalau sekarang mah, karena saya termasuk orang lama juga sebetulnya mah sekarang alhamdulillah sudah tertib, kalau dulu mah ada satu dua cuman itu mah preman preman gitu tuh, mangkanya kita panggil preman premannya duduk bareng,: “tolong, ini bukan jamannya lagi berbuat begini”. Ya alhamdulillah sekarang mah sudah kondusif lah”. (W6-4) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh informasi bahwa
pihak UPTD Pasar Baru membenarkan bahwa memang ada pungutan THR dari
UPTD Pasar Baru, akan tetapi hal tersebut bersifat sukarela dan tidak memaksa.
Lebih lanjut, pihak UPTD Pasar Baru juga menjelaskan bahwa Pungutan THR itu
bukan untuk PNS tetapi untuk TKS Unit Kebersihan dan Unit Keamanan. Dari
hasil wawancara tersebut juga menunjukan pihak UPTD juga mengetahui kalau
dahulu ada oknum oknum tertentu yang melakukan pungli. Pihak UPTD pun
sudah melakukan upaya untuk menangkal premanisme di lingkungan pasar.
Namun pengakuan dari pihak UPTD bahwa sekarang sudah kondusif dari pungli
116
nampaknya bukan berarti tidak ada sama sekali, ketika wawancara beberapa
pedagang mengakui pernah terkena pungli, walaupun tidak sering.
4.5 Pembahasan
Pembahasan dan analisis hasil penelitian adalah isi dari hasil analisis data
dan fakta yang peneliti kumpulkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori
yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi
menurut Donal Van Metter dan Carl Van Horn dalam Agustino (2008: 141)
Dasar- dasar Kebijakan Publik yang mempunyai indikator dari Ukuran dan
Tujuan, Sumberdaya, Karakteristik Agen Pelaksana, Disposisi, Komunikasi antar
Organisasi dan Lingkungan Eksternal. Kemudian hasil dalam penelitian
mengenai Implementasi Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar diperoleh data berdasarkan data dilapangan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dan Tujuan
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan penelitian
mengenai indikator keberhasilan implementasi kebijakan publik dilihat
dari ukuran dan tujuan kebijakan tersebut sudah sesuai dengan kondisi
pedagang dan fasilitas-fasilitas yang ada di Pasar. Ukuran kebijakan ini
dilihat dari tercapainya realisasi terhadap target retribusi pelayanan pasar.
Secara global ukuran kebijakan ini sudah realistis dijalankan karena
menurut pelaksana kebijakan merasa mampu menjalankan kebijakan ini
serta pedagang menerima dan mendukung pelaksanaan kebijakan karena
masih dalam taraf yang wajar .
117
Tujuan dari kebijakan ini adalah bagaimana mengoptimalisasi
pendapatan asli daerah melalui retribusi pelayanan pasar. Dari hasil
wawancara dan data data yang peneliti peroleh, realisasi pendapatan
retribusi pelayanan pasar belum pernah mencapai target dengan persentase
100%. Hal ini berarti pemungutan retribusi pelayanan pasar masih belum
optimal dalam memberi sumbang asih kepada pendapatan asli daerah..
Sasaran kebijakan ini adalah pedagang yang melakukan aktivitas
dagang di sekitar pasar dengan cara menetap di sekitar pasar tradisional .
Untuk sosialisasi rutin diadakan sebulan sekali, belum cukup efektif untuk
meningkatkan kesadaran wajib retribusi.
2. Sumberdaya
Kemampuan memanfaatkan sumberdaya adalah hal terpenting dalam
menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahapan tertentu dari
keseluruhan proses menuntut adanya sumberdaya manusia yang mempunyai
kualitas yang bagus, sesuai dengan pekerjaan yang di tetapkan oleh kebijakan
yang telah dtetapkan secara politik. Pengelolaan finansial menjadi penunjang
penting dalam pelaksanaan kebijakan terutama dalam pengadaan sarana dan
prasanana serta untuk menjalankan tupoksi.
Berdasarkan data yang didapat di lapangan aspek sumberdaya manusia
belum sepenuhnya memadai. Hal ini bisa dilihat dari masih ada kolektor retribusi
pelayanan pasar yang menangani banyak blok. Di sela- sela wawancara pihak
UPTD pun mengakui kalau mereka kekurangan sumberdaya manusia. Hal ini
118
bisa saja diatasi dengan menambah jumlah sumber daya manusia baru yang
memiliki kualifikasi yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak DPPKD Kota Cilegon, yaitu
Bapak Hendra Pradipta, S.Spt selaku Kasi Perencanaan dan Pengendalian dan Ibu
Puji Wahyuningsih S.H, selaku Kasi Akuntansi Penerimaan, bahwa pengelolaan
keuangan retribusi pelayanan pasar mengikuti standard operational procedure
yang berlaku.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Ciri-ciri yang sesuai dengan para agen pelaksana juga berpengaruh besar
terhadap pelaksanaan kebijakan publik. Fokus perhatian pada agen pelaksana
meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam
pengimplementasian kebijakan publik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, khusus nya
pedagang, sikap dari kolektor dalam memungut retribusi bisa diterima oleh
pedagang. Penerimaan tersebut didasari dengan sikap kolektor yang sopan dan
fleksibel tapi juga tegas.
Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dengan para pedagang
mengatakan bahwa masih ada pedagang yang mengatakan kolektor jarang
memberi karcis kepadanya. Hal ini penting dicatat, mengingat karcis sebagai alat
bukti pembayaran sah dan mencegah terjadinya kemungkinan penyimpangan.
4. Sikap/ Kecenderungan (Diposisi)
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat
119
mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil aspirasi
warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka
rasakan. Tetapi kebijakan diambil secara Top-down yang mungkin saja para
pengambil keputusan kurang dalam mengetahui kondisi masyarakat.
Sesuai dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan para pedagang,
mereka mengatakan tidak kontra dengan kebijakan selagi dalam taraf yang wajar.
Walaupun diantara pedagang ada yang mengakui kalau mereka kadang kadang
tidak membayar retribusi pelayanan pasar ketika sepi pembeli. Hal ini cukup
mengejutkan, karena pedagang tidak dilibatkan dalam proses pembuatan
kebijakan yang berarti kebijakan tersebut bersifat Top-down.
Pemahaman pelaksana pun menjadi kunci bagi terlaksananya sebuah
kebijakan. Dari hasil wawancara dengan pihak dinas maupun kolektor, didapati
bahwa mereka memahami tugas pokok masing masing sesuai dengan tugas
pokoknya. Akan tetapi sangat disayangkan, masih ada mindset pada diri kolektor
bahwa pencapaian target adalah tugas pimpinan, padahal itu adalah tugas
bersama pelaksana sesuai dengan porsi nya masing masing. Ditambah lagi Kanit
Pengembangan dan Pembinaan yang membawahi kolektor kurang optimal dalam
mengawasi kinerja kolektor di lapangan. Terbukti adanya pedagang yang
mengakui kadang tidak diberi karcis oleh kolektor.
Pihak UPTD Pasar Baru mengatakan bahwa hambatan kolektor adalah
kurangnya kesadaran pedagang sebagai wajib retribusi. Pedagang kadang tidak
membayar retribusi dengan alasan sepi pembeli, atau misalnya membayar 3
120
tempat dengan tarif 1 tempat. Hal ini harusnya tidak boleh terjadi dan harus dicari
solusinya, namun tentu saja dengan mempertimbangkan kondisi pedagang.
5. Komunikasi antar Organisasi Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik komunikasi koordinasi diantara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kemungkinan
kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Berdasarkan keterangan para informan
penelitian, proses komunikasi dan koordinasi sudah berjalan baik dan laporan
laporan pun berjalan lancar. Setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
retribusi pelayanan pasar memahami tugasnya masing-masing sesuai dengan
peraturan yang berlaku. serta tahap-tahap atau alur pemungutan retribusi
pelayanan pasar pun sudah jelas. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
pelaksana kebijakan baik dengan dinas terkait maupun pedagang dilakukan secara
langsung dan tidak langsung, baik via telepon, datang langsung ke kantor dan
melakukan rapat koordinasi dengan seluruh pelaksana yang terlibat dalam
kebijakan.
6. Lingkungan Eksternal
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah
sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik
yang telah ditetapkan. Lingkungan ekonomi dan politik yang tidak kondusif bisa
menjadi faktor dari tidak berhasilnya kinerja implementasi kebijakan. Karena itu,
121
upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kondisi
lingkungan eksternal.
Berdasarkan wawancara sebelumnya mengenai pengaruh kondisi eksternal
yang menjadi penghambat dalam pelaksaanaan kebijakan biasanya timbul
masalah dari lingkungan ekonomi dan politik. Kehidupan ekonomi pedagang di
wilayah pasar baru mempunyai ketergantungan dengan jumlah pembeli atau
pengunjung yang berada disana. Hal ini membuat penghasilan sebagian pedagang
tidak menentu. Ketika ditanya tentang omset perhari pun kebanyak mereka
tertutup dalam menjawab. Walaupun begitu, beberapa dari informan pedagang
mengakui, jika dalam keadaan ramai atau hari hari tertentu omset mereka bisa
berlipat lipat dari biasanya. Pedagang juga mengatakan, kalau kebijakan tidak
mengganggu omset mereka perhari, karena masih adalam tarif yang wajar.
Mengenai latarbelakang kehidupan politik pedagang, berdasarkan
wawancara yang peneliti lakukan, didapati bahwa kebijakan tidaklah
mempengaruhi pilihan politik lokal mereka. Bagi pedagang, pilihan politik tidak
ada sangkut pautnya dengan wajib membayar retribusi pelayanan pasar.
Berdasarkan wawancara di lapangan, menurut pedagang adanya pungutan
THR dari dinas dan non dinas. Pihak UPTD membenarkan bahwa memang ada
pungutan THR resmi, tetapi bukan untuk PNS melainkan untuk TKS (Tenaga
Kerja Sukarela) unit kemanan dan kebersihan. Hal ini bersifat sukarela dan tidak
memaksa. Sedangkan untuk pungutan THR non dinas, pedagang tidak terbuka
dengan hal itu dan hanya menyebut dengan istilah “orang-orang sini”.
122
Tabel 4.6 Temuan Lapangan
No Dimensi Temuan Lapangan
1.
- Ukuran - Tujuan -Sasaran -Sosialisasi
1. Ukuran kebijakan adalah realisasi retribusi
pelayanan pasar yang mencapai target. Untuk
realisasi belum pernah mencapai target 100%.
2. Tujuan kebijakan adalah untuk
mengoptimalisasi pendapatan asli daerah dari
sektor retribusi pelayanan pasar. Banyak
pedagang yang tidak tahu tujuan perda, karena
sosialisasi belum cukup optimal.
3. Para pedagang yang melakukan aktivitas
dagang di sekitar pasar tradisonal dengan
menetap disebuah tempat yang sudah
ditentukan.
4. Khusus untuk sosialisasi berupa surat edaran
adalah ketika awal berlakunya Perda yaitu
Mei 2012. Sosialisasi ke pedagang yang baru
berjualan, hanya dengan cara diberi tahu saja
secara lisan. Sosialiasi rutin biasanya 1 bulan
sekali.
2.
Sumberdaya - Manusia -Finansial
1. Pelaksana kebijakan kekurangan sumber daya
manusia, khususnya kolektor dan staff TU UPTD
Pasar Baru
2. Gaji kolektor perbulan sudah sesuai standar
3. Alur pengelolaan keuangan sesuai dengan prosedur
yang berlaku
123
3 Karakter Pelaksana
1. Sikap kolektor dalam memungut retribusi
pelayanan pasar dapat diterima dengan baik oleh
pedagang.
2. Yang mengawasi kebijakan adalah UPTD Pasar
Baru Cilegon, khususnya unit pembinaan dan
pengembangan.
Sikap/ Disposisi Pelaksana
1. Pedagang tidak dilibatkan dalam pembuatan perda.
Hal ini berarti kebijakan bersifat Top-down
2. Tanggapan pedagang mendukung, walaupun
sebagian mereka mengakui kadang tidak membayar
salaran ketika sepi pembeli. . Bapak Achmad
Djajuli (I4-1) seorang pedagang kain, berkata,
“Baik, dan tidak ada masalah., saling
membutuhkan”
3. Menurut Pihak UPTD, hambatan kolektor adalah
kesadaran pedagang yang kurang untuk memenuhi
kewajibannya sebagai wajib retribusi.
4. Masih ada mindset pada diri kolektor, bahwa
pencapaian target adalah tugas pimpinan,
sedangkan tugas mereka memungut retribusi saja.
5. Ada pedagang yang mengakui kalau jarang diberi
karcis oleh kolektor.
5. Komunikasi antar Organisasi
1. Komunikasi selama ini berjalan, laporan laporan
lancar.
2. Koordinasi pihak dinas dan pedagang diadakan
jika ada perlu saja, misalnya jika realisasi jauh dari
target, ada pembongkaran, dsb.
3. Koordinasi antar dinas mengikuti Standard
Operational Procedure yang berlaku.
124
6. Lingkungan - Ekonomi - Politik
1. Pedagang kurang terbuka tentang jumlah
omset mereka perhari.
2. Pedagang mengatakan bahwa kebijakan tidak
mempengaruhi omset mereka perhari.
Walaupun ada juga pedagang yang mengaku
merasa kesal jika ditarik salaran ketika sepi
pembeli.
3. Semua informan pedagang yang diwawancarai
mengaku kalau kebijakan tidak mempengaruhi
pilihan politik lokal mereka.
4. Pedagang mengatakan ada pungutan THR dari
pihak dinas (UPTD) mau pun non dinas.
5. Pihak UPTD membenarkan dan menjelaskan
bahwa pungutan THR itu bukan untuk PNS
melainkan untuk TKS kebersihan dan
keamanan. Itu pun bersifat sukarela.
Sumber : Peneliti, 2015
125
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan mengenai
Implementasi Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pelayaan Pasar di Pasar Baru, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa impelementasi
kebijakan belum berjalan secara optimal. Hal ini secara garis besar disebabkan
oleh kurangnya kesadaran pedagang sebagai wajib retribusi pada retribusi
pelayanan pasar dan juga sikap atau kecenderungan pelaksana kebijakan yaitu
kolektor dalam hal ini ketegasan dalam memungut retribusi pelayanan pasar
masih kurang optimal.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa
rekomendasi sebagai berikut:
1. UPTD Pasar Baru Cilegon harus mengadakan rekrutmen pegawasi sesuai
kriteria, dalam hal ini adalah kolektor retribusi pelayanan pasar dan staff
TU UPTD pasar Baru Cilegon.
2. UPTD Pasar Baru Cilegon harus memberikan pemahaman pada semua
pegawainya bahwa tercapainya target retribusi adalah tugas bersama.
3. Harus ada sosialisasi yang benar benar efektif dari UPTD Pasar Baru
untuk meningkatkan kesadaran wajib retribusi kepada pedagang.
126
4. Harus ada upaya yang efektif dari UPTD Pasar Baru Cilegon guna
menarik pengunjung ke blok-blok yang sepi pembeli, sehingga tidak lagi
ada alasan tidak membayar retribusi karena sepi pembeli.
5. Kolektor diberi pemahaman agar jangan sampai tidak memberikan karcis
kepada pedagang yang membayar retribusi. Hal ini penting supaya
mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan. Dan kepada pedagang,
agar dihimbau untuk berhak meminta karcis ketika sudah membayar
retribusi.
6. Pengawasan di lapangan oleh Kanit Pembinaan dan Pengembangan UPTD
Pasar Baru Cilegon harus benar benar dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung. AIPI Bandung -----------------. 2008. Dasar –Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Nugroho, Riant.D. 2004. Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta. Elex Media Komputindo. Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Siahaan, Marihot P. 2008. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. -----------------------. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabeta. -------------------------.2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi. 2014. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. PT. Rineka Cipta -------------------------. 2010. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung. Refika Aditama Wachab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijakan ; Dari Formulasi ke
Penyusunan Model Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta. PT.Bumi Aksara.
---------------------------------. 2012. Analisis Kebijakan ; Dari Formulasi ke
Penyusunan Model Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta. PT.Bumi Aksara .
Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.
Yogyakarta. Graha Ilmu. Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik; Teori & Proses. Yogyakarta. Media
Presindo
Dokumen Lain: Undang Undang No.32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia No. 70 M-Dag/Per/12/2013
tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pertokoan dan Pusat Pembelanjaan
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar. Peraturan Walikota Cilegon No. 18 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar.
Rahmayanti (2013). Strategi Peningkatan Retribusi (jasa) Pasar Niaga Daya di
Kota Makassar.Unhas.[Internet]. Di dapat dari <http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4021/output.pdf>.
Ulfa (2013). Manajemen Retribusi Pasar Sentral Bulukumba dalam rangka
meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Bulukumba. Unhas. .[Internet]. Di dapat dari <http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3909/ULFA.pdf>.
Wibowowati (2010). Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar dan Kualitas Pelayanan Pasar di Pasar Serang Plaza Serang. Fisip Untirta. [Internet], Di dapat dari http://repository.fisip-untirta.ac.id/75/1/SKRIPSI_Bhakty_Lia_Wibowowati.pdf
Http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.co.id/2013/10/the-policy implementation-process.html
Pedoman Wawancara
No. Dimensi Informan 1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan, yaitu berkaitan
dengan sejauh mana kebijakan tersebut terealisasikan.
e. Apakah tujuan dari kebijakan? f. Bagaimana mengukur keberhasilan
kebijakan? g. Siapa menjadi sasaran kebijakan? h. Seberapa sering diadakan sosialisasi
mengenai kebijakan kepada pedagang?
I1, I2, I3 , I4,
2 Sumberdaya, meliputi sumberdaya manusia dan finansial.
f. Berapa jumlah tenaga kolektor? g. Berapa upah perhari untuk kolektor? h. Dimanakah domisili kolektor? i. Berapakah target perhari untuk retribusi? j. Bagaimana pengelolaan keuangan
retribusi?
I1, I2, I3
3 Karakteristik agen pelaksana, meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.
c. Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Kebijakan?.
b. Siapa yang mengawasi pelaksanaan Kebijakan?
I1, I2 ,I4
4 Sikap/ kecenderungan (disposition), yaitu sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana.
a. Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan Kebijakan?.
b. Apa tanggapan dari pedagang terhadap Kebijakan?.
c. Seberapa paham implementor terhadap Kebijakan?.
I1, I2 , I4
5 Komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana, yaitu koordinasi dalam implementasi kebijakan publik.
I1, I2, I3 , I4
c. Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
d. Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
6 Lingkungan eksternal, meliputi kondisi ekonomi dan politik.
e. Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda ?
f. Berapakah omset perhari? g. Apakah kebijakan ini mempengaruhi
pilihan politik lokal anda ? h. Adakah pihak lain (informal) yang terlibat
dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar?.
I1, I2, I4
PERTANYAAN DINAS: DISPERINDAGKOP Kota Cilegon, dan KEPALA UPTD PASAR
Q1:Apakah tujuan dari Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pelayanan Pasar?
Q2:Bagaimana mengukur keberhasilan Perda?
Q3:Siapa menjadi sasaran Perda?
Q4:Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
Q5:Berapa jumlah tenaga kolektor?
Q6:Berapa upah perhari untuk kolektor?
Q7:Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi
pelayanan pasar?
Q8:Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Perda?
Q9:Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan Perda?
Q10:Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda?
Q11Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan Perda?
Q12:Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q13:Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan
Pedagang?
Q14:Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan
Pedagang?
PERTANYAAN PEDAGANG
Q1: Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
Q2: Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini?
Q3: Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
Q4: Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda?
Q5: Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
Q6: Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q7: Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q8: Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q9: Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang?
Q10: Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
Q11:Berapakah omset anda perhari?
Q12: Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? Q13:Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
PERTANYAAN KOLEKTOR (PEGAWAI DISPERINDAGKOP)
Q1: Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
Q2: Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini?
Q3: Bagaimana cara mengukur standar keberhasilan dari Perda ini?
Q4:Berapa jumlah tenaga kolektor?
Q5:Berapa upah perhari anda?
Q6: Dimanakah domisili anda?
Q7: Berapakah target dan realisasi retribusi dalam sehari?
Q8:Bagaimana sikap anda dalam melaksanakan Perda?
Q9:Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda?
Q10:Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan Perda?
Q11:Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q12:Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan
Pedagang?
Q13:Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
PERTANYAAN DPPKD (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah)
Q1: Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
Q2: Siapakah yang menjadi sasaran dari Perda ini?
Q3: Bagaimana cara mengukur standar keberhasilan dari Perda ini?
Q4: Bagaimana keuangan yang terjadi dalam mengelola retribusi pelayanan pasar?
Q5: Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, dan Pedagang?
Q6: Seberapa sering koordinasi yang terjalin antara Dinas. UPTD dan Pedagang?
I1.1
Q1 Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang
Retribusi Pelayanan Pasar ?
“Tujuan tentang perda ini.. mengoptimalisasi pendapatan asli daerah melalui retribusi pelayanan pasar”
Q2 Bagaimana mengukur keberhasilan dari Perda Kota
Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar ?
“Pertama kita menyiapkan kolektor .. tujuan dari keberhasilan perda (berpikir sejenak)...ini menyangkut ukuran keberhasilan perda ya?” yang pertama itu yang kedua melakukan pendekatan persuasive kepada pedagang. Apa keluhan pedagang,dsb. Pedagang itu tidak hanya diambil uang nya, keluhan nya (pedagang), kolektor tuh didik harus begitu dengan begitu secara otomatis pedagang akan patuh terhadap peraturan daerah”. Jadi ukuran nya pedagang itu patuh terhadap perda?
“iya patuh terhadap peraturan daerah” Q3 Siapa sasaran dari Perda Kota Cilegon No.7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Ya otomatis pedagang yang melakukan aktivitas berjualan” Kalau pedagang keliling seperti pedagang siomay?
“Kalau tidak menetap, tidak kena..”. Q4 Ada sosialisasi perda tidak pak kepada pedagang?
“.Sosialisasi kita kalau disini ya di UPTD Pasar tiap awal bulan mengadakan sosialisasi.. bukan sama petugas kolektor
MATRIK HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Q
I
aja dari keamanan dan kebersihan katakan itu evaluasi ya evaluasi kinerja bulanan, termasuk itu mah apa.. petugas retribusi juga ya. Walaupun bagaimana… walaupun kita dari recehan ya sosialiasi tiap bulan kita lakukan. Kadang memang ya pedagang itu tidak semua paham gimana ya, mengerti ya?.. ada yang kurang taat, mengerti ya? Tingkat kesadaran nya masih minim, bukan dalam hal tingkat mengerti terhadap perda. Ada yang punya lima kios, bayarnya 1 kios. Disini kan ada kanit pembinaan membawa kolektor itu kan, jadi kita yang kesana kasih arah sosialisasi ke pedagang.. pak bu yang nama nya retribusi pasar wajib…”
Q5 Berapa tenaga kerja kolektor retribusi pelayaanan pasar.
yang ada di UPTD Pasar Baru Cilegon?
“Jumlah tenaga kolektor ada… kolektor pelayanan pasar sih ya secara keseluruhan ada 14 ,14 itu kan dengan kolektor kebersihan itu nya mah..(mencoba mengingat).. 8 lah”.
Q6 Upah perhari untuk kolektor berapa?
„‟ Kalau dikatakan upah sih tidak, kita kan acuan nya target dari retribusi pasar untuk 2015 ini (menyebutkan angka)jadi kalau kita acuan nya upah mah kita mah gak ada upah karena kita kan ada yg THL, PKK, otomatis kan uda ada honor. Jadi kalau upah kita mah acuan nya gak kesana, tapi tidak menutup kemungkinan buat itu mah ada ya dikit dikit mah ada ” Kalau boleh tahu, honor bulanan untuk kolektor berapa pak? “ Standar THL Rp.1.250.000,-, TKK Rp.2.000.000,-“
Q7 Pernah kah pedagang mengeluhkan ada nya pungli ke
UPTD ?
“Kalau sekarang mah, karena saya termasuk orang lama juga sebetulnya mah sekarang Alhamdulillah sudah tertib, kalau dulu mah ada satu dua cuman itu mah preman preman gitu tuh, mangka nya kita panggil preman preman nya duduk bareng,: “tolong, ini bukan jaman nya lagi berbuat begini”. Ya alhamdulillah sekarang mah sudah kondusif lah”. Waktu itu saya nanya ke padagang, pak katanya ada yang
suka maintain THR dan katanya ada surat edaran nya dari
sini (UPTD), itu bener pak?
“ Itu sifatnya iya… betul itu dikeluarkan ..jadi THR nya bukan untuk untuk PNS tapi untuk tenaga kerja kebersihan sama yang TKS TKS itu yang keamanan dan kebersihan, lagian dulu sama sekarang sepi sekarang, kalau sekarang mah cukup satu, gak timpa sana timpa sini dari kebersihan ya keamanan nya iya cukup dari kemanan aja yang ngambil peruntukan nya buat mereka (TKS Keamanan dan Kebersihan).
Q8 Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan
perda?
“ Memang kita harus banyak banyak…. harus banyak banyak mengadakan evaluasi untuk kolektor, keamanan dan kebersihan.. gimana cara nya kita disukai pedagang, pedagang suka sama kita, kita sebulan mengadakan evaluasi takut lalai doang. Jadi kemasyarakat pedagang itu yoh tadi itu keluhannya apa kalau memang ada yang.. Kadang kadang pedagang itu kan minta tolong nya ke Kolektor tolong jalan itu kurang, jalan agak diperlebar. Jadi Kolektor sebagai penyerap aspirasi pedagang juga
yak pak?
“ Sebelum jadi begini kita juga berangkat dari kolektor….jadi kita tahu keluhan.. minimal kita punya wawasan.. kalau kita baca surat kabar katakan surat kabar daerah, otomatis pedagang yang seputar pasar seputar Cilegon nanya nya kan ke Kolektor, jadi kolektor minimal bisa menjelaskan. Jadi kita tuh istilah nya jangan bisa mungut uang, minimal kita bisa menjelaskan begini begini..”
Q9 Apakah pedagang dilibatkan pada pembuatan perda?
“enggak”
Q10 Apa tanggapan pedagang terhadap Perda?
“Kalau khusus nya tanggapan (negative) terhadap Perda No.7 Tahun 2012 kaya nya enggak ada ya..kalo pedagang masukan
nya positif, cuman pedagang itu kadang “pak yang didepan itu tolong di tertibin pak biar masuk kedalem biar kita nya dagang disini rame”.
Q11 Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan
perda ?
“Jadi ya.. kolektor itu ada copy an perda no 7 tahun 2012 yang memuat tentang pelayanan pasar, tau dibaca tau nggak si kolektor itu kan tetep kita.. tolong dipelajari gini gini secara praktek mah bagus.. jadi kita tidak terlalu memaksakan. Jangan terlalu dipaksakan walaupun memang itu udah peraturan daerah, kalau memang nggak ada, kita kan punya kebijakan lain. Tapi kalau emang kolektor mah paham”.
Q12 Siapakah pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi
pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar ?
“ Disini ada 3 Kanit ya, 1. Kanit pembinaan dan pengembangan, membawahi mengawasi kolektor termasuk data kejadian apa potensi apa.. kanit penataan dan pemeliharaan mah kebersihan kalau kanit keamanan dan ketertiban membawahi keamanan”. Kalau di lapangan ada yang mengawasi tidak?
“ Di lapangan juga apa apa kita Kanit Pembinaan dulu, sebetulnya kanit pembinaan ada nya di lapangan”
Q13 Koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor,
dan Pedagang?
“ Koordinasi mah selama ini cukup baik”
. Q14 Seberapa sering diadakannya koordinasi Dinas,
UPTD,Kolektor dan Pedagang?
“Kita juga kan evaluasi dari ini dulu, dari kita dulu .. ada rencana dari dinas (disperindagkop) evaluasi juga kinerja kita realisasi 3 bulan ini yang tercapainya, ada laporan juga dari DPPKD masalah nya apa keluhan nya apa”
Keterangan : I1.1 = Kasubag TU UPTD Pasar Baru Cilegon: Muhibin Hasan, S.Ip (47 Tahun)
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis 25 Agustus 2015 jam 10:52 Wawancara dilakukan di kantor UPTD Pasar Baru Cilegon.
I1.2
Q1 Apakah tujuan dari Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Inti nya sih sama sih mas untuk mencapai pendapatan asli daerah salah satu nya melalui retribusi pelayanan pasar juga”
Q2 Bagaimana mengukur keberhasilan Perda? “ Mengukur nya sih kalau menurut saya dari targetnya itu, targetnya itu kan istilah nya target dari disperindag sekian, itu gimana cara nya kolektor mencapai target itu, dimana dimana dimulai dari kolektor nya sih mas untuk mencapai target itu, bagaimana peran aktif kolektor ke pedagangnya”
Q3 Siapa yang menjadi sasaran perda? “Pedagang” Kalau seperti pedagang es yang keliling tukang ojek kena tidak? “ Oh kalau itu nggak dia kan enggak netep disini, kadang dia kan kemana kemana. Tukang ojek nggak kena”. Perda ini khusus pasar tradisional saja atau modern? “ Kalau ini khusus pasar tradisional sih mas, kalau dulu sebelum ada perda ini ya dulu yang kaya matahari, Ramayana, edi itu ditarik retribusi pelayanan pasarnya tapi itu tiap bulan”.
Q
I
Q4 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang? “ Waktu awal awal sering ya.. sekarang sih pedagang pedagang udah pada tahu, dulu sih sering.. sosialisasi gitu ada himbauan kalau perkios itu bayar sekian, kalau untuk yang kios ya auning itu sekian, beda lagi kalau yang punya dua”. Pas awal awal maksud nya? “ Pas awal awal ada perda (No.7 tahun 2012), kan dulu awal awal 2012 masih pake perda yang lama ( No.7 Tahun 2001), setelah itu distop ama pemda, jadi kosong selama 3 bulan karena Perda No.7 tahun 2012 masih digodog di DPRD perda nya itu, jadi pas mulai 1Mei 2012 mulai berlaku perda ini, itu udah mulai sosialisasi sih ke pedagang”. Kalau untuk pedagang yang baru nempat itu gimana teh, diberi tahu tentang tarif retribusi nya? “Kalau itu mah sekedar pemberitahuan aja, kalau surat edaran mah pas awal awal terbitnya perda ini”
Q5 Berapa jumlah tenaga kolektor?
“ Itu di papan..(menunjuk papan struktur organisasi) kalau sekarang sekarang mah nambah sih ya, ada 16 (sambil mengingat dan menghitung) kalau buat yang retribusi pelayanan pasar ada 10..nanti dulu ya mas (mengambil dokumen)..10 mas kalo buat yang itu nya (Retribusi Pelayanan Pasar), jadi 15 semua nya”.
Kalau untuk rute kolektor nya kemana saja?
“Udah ada sih di SP (Surat Perintah),….. , semua nya sih ada 15 cuma yang ini ada yang masuk sih ada yang baru, ini kan dihitung nya dari Januari, sedangkan dia masuknya dari Agustus.., 15 semua nya, tapi dia udah jalan di Kios B. Tadi kan johani merangkap juga di kios B, sekarang Kios B nya diganti Firdaus Gusti”
Q6 Berapa upah perhari untuk kolektor?
“ Maksudnya upah gimana ya..?”( Kurang memahami pertanyaan) Kalau gaji? “ Oh kalau itu udah dari dinas, iya dari disperindagkop per bulan”
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam
pemungutan retribusi pelayanan pasar, misalkan pungli ? “ Untuk sekarang ini jarang ya, tapi pernah mah mungkin pernah (bukan retribusi pasar)”
Q8 Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Perda? “Sebetulnya nya mah kolektor itu ..( berfikir sejenak)…ramah ke pedagang, ngasih tahu.. cuma pedagang nya aja yang terkadang susah ditarikin retribusi nya itu kaya si kolektor kan ngasih tahu kalo yang punya 3 harus bayar nya 3 ribu cuma pedagang itu ngasih nya 1000, 3 tempat cuma bayar nya satu tempat. Itu kendala nya.. kendala kolektor disini mas..” Pedagang nya pada emang susah ditarik retribusi pelayanan pasar? “Iya, terutama yang kaya pedagang pakaian, alasan nya masih sepi belum laku, ya banyak aja alesan nya..”. Kemarin saya wawancara pedagang pakaian, katanya paling sepi itu kotor nya lima ratus ribu, itu bagaimana? “ Itu kan beda beda mas…, mungkin mas nanya kesitu dagangan nya lumayan, terkadang ada juga sih terutama di blok b, blok b , blok c banyak itu mas, yang kasarnya ditarikin retribusi nya susah.” Kalau yang bekas kebakaran itu gimana (Penarikan retribusi nya)? “ Oh kalau untuk blok D, blok A kan ada yang separuh.. kalo itu mah enggak sih , itu mah lumayan… yang susah itu blok C, karena kebanyakan konsumen itu mau nya yang didepan, dia kan paling ujung blok C itu, justru yang punya disini itu punya
didepan juga ada dia, ngemprak juga ada..karena yang didalem ini cuma buat gudang doang ”.
Q9 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan Perda?
“ Nggak, kalau buat perda nggak dilibatin” Langsung dari atas gitu? “ Iya, langsung dari atas”
Q10 Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda? “ Ada yang kasar nya menerima , ada yang tau sendiri lah sifat pedagang kan beda beda, ada yang ya…. udah tau kewajibannya, ada yang pura pura gak tau.”
Q11 Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan
Perda?
“ Kita mah dari UPTD ini lari nya ke kolektor juga mas, bagaimana pun juga si kolektor itu kan harus mempunyai target, udah diituin target targetnya, kamu sekian harus tercapai, karena kan di UPTD juga di audit juga di Dinas nya, sedangkan di Dinas gak tahu menahu, memang harus segitu setoran nya, dan target tahun 2015 sendiri harus tercapai ”. Bagaimana cara menentukan target retribusi pelayanan pasar, apakah dilihat dari fasilitas yang ada di pasar juga? “ Kalo diliat dari jumlah fasilitas yang ada, misalkan blok A 161, blok B sekian itu lebih dari 800 (ribu) mas sehari itu, mungkin kasar nya bisa sejuta setengah kalo kaya begitu, cuma kan kita dari UPTD dengan Dinas sering koordinasi bahwa disini itu kendala nya pedgang itu punya 3 kios bayar sering nya 1 kios, jadi nya agak diturunin (target retribusi). Kalau dulu sih pernah ya waktu awal awal pasar ini dimulai waktu 2009 target nya 360.000.000/tahun enggak tercapai, jauh”.
Q12 Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi
pelayanan pasar?
“ Kan ada kanit pembinaan dan pengembangan, jadi terkadang bisa sebulan sekali, 3 bukan sekali tergantung
setoran kolektor nya juga apakah ada penurunan, terus dilihat dari suasana pasar nya juga sih, misalkan kaya bulan puasa kan kondisi pas lagi dalam keadaan rame, misalkan setoran dari kolektor nya sekian, kok rame setoran nya segitu gitu aja mestinya diadakan evaluasi”. juga
Penempatan Kanit Pembinaan dan Pengembangan itu dimana? “Disini (Kantor)”
Q13 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “ Baik ya koordinasi mah”
Q14 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “ Kalau koordinasi antara Pedagang Kolektor, UPTD dan Dinas biasa nya itu kalau pendapatan si targetnya itu belum tercapai, misalkan sampai agustus ini kok masih jauh dari target mungkin nanti ada koordinasi dari kanit perdagangan biasa nya, nanti kolektor itu dipanggil.” Kalau UPTD sering koordinasi sengan DPPKD? “Enggak, disperindagkop aja, jadi disperindagkop ke DPPKD. Kita mah cuma pelaksana aja sih mas.” Kalau koordinasi Disperindagkop dengan DPPKD? “Tiap hari kan kita setoran nya ke Dinas (Perindagkop) dari dinas itu ke Bank BJB, dari Bank BJB baru ke DPPKD. Tiap hari rutin, libur nya cuma lebaran doang disini mah mas, sabtu minggu jalan, cuma setoran nya itu hari senin.. karena kan di dinas nya juga sabtu minggu libur bendahara dinas nya. ” Kalau sabtu minggu, UPTD libur ? “ Ada yang piket, masalahnya kalau nggak gitu, takutnya uang nya di pake dulu ama kolektor akhirnya setoran nya kurang….(tidak terdengar jelas)… biasa nya yang piket staff sini.”
Keterangan : I1.2 = Staff Kasubag TU: Nur Ratna, S.E (29 Tahun) Catatan Lapangan = Wawancara Hari Senin 31 Agustus 2015 jam 14:21 WIB. Wawancara dilakukan di Kantor UPTD Pasar Baru Cilegon. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
I1.3
Q1 Apakah tujuan dari Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“Tujuan nya 1. untuk penataan pasar, termasuk dalam bidang PAD”.
Q2 Bagaimana mengukur keberhasilan Perda? “ Diukur dari target dan realisasi, kalau misal nya realisasi itu mencapai target berarti kan keberhasilan perda bisa diukur tingkat keberhasilan nya sejauh mana ”
Q3 Siapa yang menjadi sasaran perda?
”Sasaran Perda ya, masyarakat terutama para pedagang yang ada di pasar. Karena bunyi perda ini kan, Perda Retribusi Pelayanan Pasar”.
Q4 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang? “ Kalau pedagang ini biasa nya disosialisasikan oleh UPTD”.
Q5 Berapa jumlah tenaga kolektor?
“ Waduh kalau kolektor nanya nya ke UPTD nih ya”.
Q6 Berapa upah perhari untuk kolektor? “ UPTD berarti yang tau ya”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam
Q
I
pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Oh, enggak ada karena ini pasar pemerintah jadi yang narik itu pemerintah, dinas perindustrian perdagangan terutama UPTD”.
Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Perda? “ Seharus nya sesuai dengan tupoksi dia ”.
Q9 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan Perda?
“Oh ya jelas tidak, pedagang tidak dilibatkan dalam pembuatan perda itu, pemerintah (kota) dengan DPR(D), tentu nya kan ada masukan dari uji lapangan seperti apa”.
Q10 Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda? “Sejauh ini belum ada tanggapan (negative) ya, yang jelas mereka itu ketika dipungut retribusi, bayar”. Ada yang kontra enggak pak? “ Enggak ada, dia tau kok, bahwa dagang disitu itu dipungut retribusi”. Jadi tanggapan nya positif ya? “Ya positif lah pedagang mah, enggak ada kendala pedagang mah”.
Q11 Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan
Perda?
“ Ya mereka menjalankan tugas sesuai dengan yang diberikan. Selain tugas mereka koletor, ya enggak ada lagi. Mereka punya tugas khusus nagih ke pedagang, setelah dia selesai melaksanakan. Kalau kolektor tidak akan berpikir seperti ini ya, dia hanya eksekutor setelah selesai ya sudah. ”.
Kalau UPTD menurut bapak seberapa paham? “Ya jelas paham geh, UPTD mah karena mereka kan sebagai pelaku pelaksana teknis, perda ini kan pelayanan pasar, teknis nya ada di UPTD, nah UPTD jelas jelas memahami betul isi dari perda tersebut. Kalau untuk yang merekrut kolektor dari mana pak? “ Dari Perindag, kalau UPTD mah kan hanya menerima, anggaran bayar apa bayar apa itu disperindag”.
Q12 Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi
pelayanan pasar?
“ Yang mengawasi UPTD, kepala UPTD. Artinya kan setelah kolektor itu menarik retribusi pelayanan pasar itu kan di setorkan ke UPTD, dari UPTD di setorkan kepada disperindag, dari sini kan ke DPPKD. Ada di SOP nya”.
Q13 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
Q14 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
Keterangan : I1.3 = Kasi.Pembinaan Pasar Disperindagkop Kota Cilegon: Pak Didi, S.Ip (44 Tahun) Catatan Lapangan = Wawancara Hari Jumat 4 September 2015 jam 11:47 WIB Wawancara dilakukan di Ruangan Tamu Kasi Pembinaan Pasar Disperindagkop Cilegon. Informan sempat mengira peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif ,sehingga beliau menjawab pertanyaan dengan singkat, meskipun pertanyaan terjawab semua. Menurut pengakuan informan kepada peneliti, informan sendiri baru menjabat menjadi Kasi Pembinaan Pasar terhitung Mei 2014. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
I1.4
Q1 Apakah tujuan dari Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012 ?
“Untuk pembangunan Kota Cilegon dan pemasukan pendapatan Kota Cilegon”.
Q2 Bagaimana mengukur keberhasilan Perda? ”Target dari pencapaian itu tercapai”
Q3 Siapa yang menjadi sasaran perda? “Untuk wajib retribusi pedagang, untuk yang menetap aja dari Auning sampai ke Kios”.
Q4 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang? “Awal-awalnya ada kali ya, sekarang juga ada sih sosialisasinya. Enggak sering sih kalau ada perlu perlu aja”.
Q5 Berapa jumlah tenaga kolektor?
“Enggak tau, itu UPTD nya yang tahu”.
Q6 Berapa upah perhari untuk kolektor?
“Enggak tahu”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “ HIPSI itu tidak menyatu dengan UPTD, Cuma kalau ada apa apa (aspirasi) nya ke HIPSI, tapi gak semua sih”.
Q8 Bagaimana sikap para pelaksana dalam melaksanakan Perda? “Harus tegas karena ada pedagang yang taat dan tidak taat”.
Q
I
Q9 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan Perda?
“Setahu ibu mah enggak, langsung dari atas”.
Q10 Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda? “Alhamdulillah bayar, walaupun ada beberapa geliintir pedagang yang tidak membayar, tapi tanggapannya positif”
Q11 Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan
Perda?
“Tidak letterlijk, tapi dalam implementasi nya bagus”
Q12 Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi
pelayanan pasar?
“ Kepala UPTD Pasar Baru, ada sebulan sekali koordinasi antara UPTD Pasar Baru dengan disperindagkop.
Q13 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “Alhamdulillah sampe sekarang lancar, laporan laporan berjalan “
Q14 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “Sebulan sekali, kalau laporan ada perbedaan langsung koordinasi”
Keterangan : I1.4 = Nila Oktoria (35 Tahun), Staff Pelaksana Disperindagkop Kota Cilegon Catatan Lapangan = Wawancara Hari Senin 4 September 2015 jam 10.00WIB Wawancara dilakukan di Kantor UPTD Pasar Baru Cilegon. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
I2.1
Q1 Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Buat menambah pemasukan anggaran daerah”
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Dikenakan nya ya terutama pedagang”
Q3 Bagaimana cara mengukur standar keberhasilan dari Perda ini?
“ Dikatakan berhasil ya dengan mencapai target”
Q4 Berapa jumlah tenaga kolektor?
“ Ada 14”
Kalau yang buat retribusi pelayanan pasar? “Ada 7”
Q5 Berapakah upah anda perhari?
“ Gak ada upah disini mah, ada nya gaji”,
Maaf, kalau bolek tahu gaji nya berapa pak?
“ Kalau saya gaji perbulan, masih 2.400.000, iya kurang lebih”
Q6 Dimanakah domisili anda?
“Kelurahan Umbul Tengah, Kecamatan Taktakan, Kabupaten Serang”
Q7 Berapakah target dan realisasi retribusi dalam sehari? “ Beda beda tergantung pedagang, kalau pedagang nya gak ada, retribusi nya juga gak tercapai.” Bapak ditugaskan di blok apa? “ Blok A”
Q
I
Realisasi ? “ Kadang kadang nyampe 100.000”
Q8 Bagaimana sikap anda dalam melaksanakan Perda? “ Ya sama sama (mengerti) ” Kalau ada pedagang yang tidak mau bayar? “ Saya bisa…. ( kurang jelas terdengar), yang nama nya pedagang itu kan cari duit, nanti pas di lokasi bareng bareng bekerja disini biar bapak tercapai usaha dan saya tugas disini tercapai, biar bisa ngolah berbicara, supaya dia kalau betul betul ada mah, bayar. Kalau enggak ada mah, ya terpaksa enggak bayar.”
Pernah tidak ada pedagang yang mengeluhkan kolektor yang lupa ngasih karcis? “enggak pernah”
Q9 Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda?
“Tanggapan pedagang ya gak papa sama sama membantu. Positif.”
Q10 Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan
Perda? “ Seperti nya hanya kolektor tahu nya bagaimana cara nya supaya target itu tercapai. Arti nya terutama begini, memang saya sebagai kolektor masalah target… memang saya usahakan pengen tercapai, tapi tercapai dan tidak tercapai itu kan urusan pimpinan, karena kalau saya mah bagaimana pedagang kan, kalau pedagang nya bayar kan mungkin sampe target, kalau gak bayar ya mengurangi target”.
Q11 Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“ Jadi gini untuk mengawasi mah pimpinan (Kasubag TU), saya sebagai kolektor mah enggak ada”. Kalau yang Kanit Pembinaan dan Pengawasan tugas nya apa pak?
“ Ya kanit pembinaan itu kan …ada kemacetan di jalan atau ada pedagang yang tidak layak itu bagian kanit pembinaan”. Kalau di lapangan ada yang mengawasi tidak pak? “ Ada, tetep stand by aja disana”.
Q12 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “Enggak tahu” Kalau koordinasi dari UPTD ke Pedagang? “ Ya sering, kadang ngasih arahan ke pedagang, gimana baik nya pedagang, jangan mengganggu aktifitas jalan, artinya UPTD juga tidak melarang aktifitas jualan gitu”.
Q13 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “ Boleh dikatakan rutin iya, kadang kadang dua hari juga turun”
Keterangan : I2.1 = Pak Khalim (52 Tahun), Kolektor Retribusi Pelayanan Pasar dan pernah merangkap menjadi Kanit Pembinaan dan Pengawasan UPTD Pasar Baru Cilegon (Kanit Pembinaan dan Pengawasaan pada waktu wawancara, belum ada yang menjabat). Informan cukup terbuka. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara di lakukan di Kantor UPTD Pasar Baru Cilegon hari Rabu, 2 September 2015 Jam 13:28.WIB.
I2.2
Q1 Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“Untuk menarik pembayaran retribusi pelayanan pasar untuk angsuran perkios itu seribu, punya dua, dua ribu”.
Kalau Pedagang keliling kena gak?
Q
I
“Nggak, nggak kena”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ nyalar itu buat yang dagang, kan saya di blok C (bilang ke pedagang) wajib harus bayar retribusi pasar” Kalau Pedagang keliling kena gak? “ Enggak, kalau enggak nempat mah, kalau jualan nya ditempat kena”.
Q3 Bagaimana cara mengukur standar keberhasilan dari Perda ini?
“ Kan dalam suatu wilayah itu ditarget, gimana cara nya untuk mencapai target”
Q4 Berapa jumlah tenaga kolektor?
“Kurang lebih 17”
Yang untuk retribusi pelayanan pasar?
“Pertempatkan 1 orang (untuk retribusi pelayanan pasar), jadi pertempat itu ada 3 , retribusi harian pasar, kebersihan, kemanan”
Q5 Berapakah upah anda perhari?
“Perbulan, digaji..”
Kalau boleh tau Gaji per hari nya berapa?
“Ya, lumayan buat beli kopi mah”
Q6 Dimanakah domisili anda?
“ Asli Serang, Kecamatan Taktakan, Kota Serang”.
Q7 Berapakah target dan realisasi retribusi dalam sehari? “Ditarget kalau diri pribadi saya aja Rp.50.000,-“ Yang nentuin target nya siapa? “ Dari kantor, ditarget dari kantor kita tinggal melaksanakan” Realisasi nya perhari biasa nya berapa tuh? “Mencapai paling 50 ribu -56 ribu, tergantung yang
dagang..(kurang jelas terdengar).. maksimal, paling maksimal ya.. 63 ribu” Penentuan target itu tiap blok beda ya? “ Beda, tergantung tempat dan kondisi, kaya nya retribusi pelayanan pasar yang paling terkecil saya sendiri”
Q8 Bagaimana sikap anda dalam melaksanakan Perda? “ Berhadapan dengan orang itu gimana cara nya saya sopan dia pun segan gitu tuh, gimana cara nya bayar ya dengan bahasa yang halus, kaya gitu lah, yang baik baik biar dia ngasih, nerima, kan enak”. Pernahkah ada pedagang yang tidak membayar? “ Ada.. ada juga, paling satu kali, dua kali, tiga kali enggak nurut, saya tegas, terus kalau enggak mau nurut juga, paling saya laporan ke kantor, dari kantor nanti ditindakin”. Setahu anda, pernah kah ada teman sesama kolektor yang lupa memberi karcis? “ Lupa ngasih ? kan gini ..pemberian karcis ya... ada yang mau dikasih, ada yang mau enggak, kalau yang mau, dikasih.. kalau dikasih bilang nya “ udah gak usah”, ya taruh lagi. Kadang saya juga ngerasa gimana kalau dia bayar saya juga harus memberikan karcis, udah aja taruh ditempat pedagang nya”. Tapi pernahkah ada pedagang yang protes ada kolektor yang lupa memberi karcis? “Alhamdulillah belum pernah, paling ngeluh nya dagangan nya sepi, kaya gitu gitu aja pedagang mah”.
Q9 Apa tanggapan dari pedagang terhadap Perda?
“ Kalau masalah tanggapan sih, tanggapan pedagang ya.. , ya.. selagi dia ada pasti bayar, kalau dia laku jualannya bayar, kalau enggak laku juga dia pasti berusaha ngasih, yang nama nya retribusi kan wajib”.
Q10 Seberapa paham implementor terhadap isi dan tujuan
Perda? “Belum , belum ngeliat (perda nya)” Apakah anda paham retribusi ini setoran nya kemana, alur nya bagaimana ? “Iya”.
Q11 Siapa yang mengawasi pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Kita disini ada koordinator nama nya..” Koordinator itu tugas nya untuk apa? “Kaya ada pengeluaran (Kurang jelas terdengar) gitu tuh, kalau ada pedagang yang tidak membayar, entar disamperin ama apa sih nama nya lupa..pembinaan dan pengembangan, “Pak saya lapor, kalau si A nih susah bayar”, nanti dikasih arahan.”
Q12 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD,
Kolektor dan Pedagang? “Ada”
Q13 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang? “Kurang lebih 1 tahun ada 4 kali”
Keterangan : I2.2 = Gojali (24 Tahun), Kolektor Retribusi Pelayanan Pasar UPTD Pasar
Baru Cilegon. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis 27 Agustus 2015 jam 12:14 WIB. Wawancara dilakukan di ruangan tamu Kantor UPTD Pasar Baru Cilegon. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
I3.1
Q1 Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar? “ Itu merupakan landasan hukum Pemerintah Kota Cilegon , terkait pungutan yang diberikan atau dilakukan oleh dinas perindagkop yang membawahi UPTD Pasar ini terkait dengan pelayanan yang ada di pasar, salah satu nya di mana, di Pasar Baru ya. Yaitu menjadi payung hukum bagi petugas untuk dalam hal memberikan pelayanan khusus nya pedagang harus memberikan kontribusi dalam hal ini, membayar retribusi sesuai dengan angka nominal yang tertuang dalam perda dan itu mungkin dilakukan oleh petugas UPTD yang ada dilapangan untuk memungut retribusi. Nah, dari hasil retribusi itu tentu nya akan dipergunakan untuk opersional, mungkin penunjang kegiatan yan ada di pasar dan tentunya melalui alur mekanisme masuk dulu ke kas umum daerah. Yaitu mekanisme nya sesuai dengan yang ada di perda, petugas UPTD memungut retribusi, dikumpulkan oleh kolektor, kemudian oleh bendahara penerimaan diperindagkop disetorkan kepada kas umum daerah. Untuk berapa sih target yang ditetapkan, tentu kita DPPKD berkoordinasi dengan pihak Disperindagkop berapa sih kira kira target yang bisa dicapai dalam 1 tahun anggaran. Misal nya, target tahun 2015 ini Disperindag, diberikan target retribusi pelayanan pasar itu sebesar Rp.432.564.000,-, nah ini dalam satu tahun yang ini mungkin ada beberapa titik pasar yang ada di Kota Cilegon”. Kemudian koordinasi dengan DPPKD( Khusus Seksi Perencanaan dan pengendalian), tentu kita dalam hal awal perencanaan anggaran seberapa besar sih potensi yang ada di Pasar.
Q2 Siapakah yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Tentu para pedagang yang melakukan usaha nya yang ada di Pasar tersebut, misalkan Pasar Baru Cilegon tentu yang dikenakan sebagai sasaran dari perda No.,7 tahun 2012 tentu nya adalah para pedagang yang berjualan disekitar pasar tersebut”.
Q
I
Q3 Bagaimana cara mengukur standar keberhasilan dari Perda
ini?
“Untuk mengukur keberhasilan dari perda tersebut, tentu nya seberapa banyak jumlah pedagang yang ada di pasar tersbut, kemudian juga seberapa banyak pedagang memberikan kontribusi nya melalui retribusi pelayanan pasar tentu nya dari target yang sudah ditentukan oleh Dinas Perindagkop ya.. ini akan melihat seberapa banyak sih jumlah pedagang yang berusaha di pasar tersebut, kemudian seberapa besar pendapatan yang diterima dari pembayaran retribusi tersebut. Biasa nya di akhir tahun bisa kelihatan itu dari target yang sudah ditetapkan itu akan terlihat dari realisasi yang realisasi yang sudah dicapai. Tentu dari target yang sudah dicapai sekitar 432 juta (Tahun 2015) dan di akhir tahun tercapai tentu berarti sasaran atau keberhasilan dari Perda No,7 Tahun 2012 ini betul betul efektif. ini mungkin ditunjang dari kesadaran sebagai pedagang untuk membayar retribusi dan juga kesadaran dari Petugas UPTD juga yang betul betul memungut sesuai dengan yang diterapkan oleh Perda”.
Q4 Bagaimana keuangan yang terjadi dalam mengelola retribusi pelayanan pasar?
“Seperti yang disampaikan di dalam perda , bahwa hasil pungutan retribusi ini dikelola oleh UPTD kemudian hasil dari apa yang dikumpulkan oleh pihak para pedagang itu dihimpun oleh bendahara penerimaan disperindag, dihimpun mungkin dalammungkin waktu 1 x 24 jam langsung disetorkan ke kas umum daerah, dalam hali ini ada di BJB ya, dan tentu nya dilaporkan dari apa yang sudah disetorkan itu ke pihak akuntansi dan ke pihak seksi pelaporan di apa bidang dana perimbangan”.
Q5 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD,
dan Pedagang?
“Seperti yang saya sampaikan tadi, kaitan dengan koordinasi dalam hal penentuan target itu yang menentukan target DPPKD melakukan koordinasi dengan dinas (Perindagkop) untuk menentukan target 1 tahun anggaran, kemudian berkoordinasi dalam pencapaian target, setiap triwulan kita selalu
mengadakan rekon dan termasuk juga melakukan evaluasi pencapaian target, apakah target nya nanti bisa dirubah atau tidak, apabila mengalami peningkatan tentu akan dilakukan perubahan target anggaran sehingga menjadi meningkat. Tapi kalau memang hasil dari pencapaian target, tentu ada hal hal yang perlu di evaluasi.”
Q6 Seberapa sering koordinasi yang terjalin antara Dinas.
UPTD dan Pedagang?
“Tentu berkoordinasi biasanya pada saat penyusunan anggaran, itu yang pertama. Kemudian pada saat tahap implementasi pelaksanaan itu kaitan pada jumlah setoran dari pedagang termasuk juga evaluasi evaluasi yang selalu muncul permasalahan permasalahan yang ada di lapangan”.
Keterangan : I3.1 = Hendra Pradipta (33 Tahun), Kasi Perencanaan dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Senin 9 September 2015 jam 15:01 Wawancara dilakukan di ruangan Kasi Perencanaan dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
I3.2
Q1 Apakah tujuan dari Perda No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“Seperti yang saya sampaikan tadi, perda ini kan yang spesifiknya perindag, tapi kalau menanyakan apa tujuan nya spesifik nya yang bisa menjawab perindag, karena mereka yang membuat”.
Q2 Siapakah yang menjadi sasaran dari Perda ini? “Kalau yang seperti saya sampaikan tadi, kalau yang kaitan dengan teknis nya ya retribusi ini.., karena mereka yang membuat, mereka yang lebih kompeten menjawab.Ini kan kalau dari perda bisa dilihat (Sambil membaca copy-an perda Kota Cilegon No.7 tahun 2012 )”. Dari sini kita bisa ambil ini lah, tapi lebih tepatnya (Dinas) Perindag lebih spesifiknya. Kalau di kami seperti yang sudah saya sampaikan, hanya penerimaan yang masuk ke kas daerah, nah itu bukti penerimaan kas daerah itu disampaikan tembusan nya ke kami
Q
I
itu untuk di sanding, atau dicocokan dengan pengakuan setoran dari Dinas Perindag yang mengelola retribusi pasar ini, kalau kami kapasitas nya sebatas itu aja, kita hanya menerima setoran dari kas daerah, lalu kita catat setoran itu nanti untuk dicompare dengan pengakuan yang sudah ditetapkan dari pihak disperindagkop itu sendiri, jadi kita hanya mencatat saja”. /
Q3 Bagaimana cara mengukur standar keberhasilan dari Perda ini?
“Kalau untuk pengukuran kan mereka yang tahu, apakah tingkat kepatuhan, apakah tingkat pencapaian target retribusi mereka yang tahu, kalau retribusi untuk mereka mungkin…pada saat retribusi itu ditetapkan dan itu tercapai dalam waktu 1 tahun, mungkin menurut mereka berhasil, untuk ini nya pencapaian retribusi nya, tapi belum tentu kepatuhan dari wajib retribusi nya itu, kalau mereka agak agak bandel atau apa, tapi nampaknya ukuran keberhasilan nya dilihat dari pencapaian target”.
Q4 Bagaimana keuangan yang terjadi dalam mengelola
retribusi pelayanan pasar?
“Alur yang sudah dibuat oleh disperindag itu kalau saya lihat sudah cukup ya (sambil membaca copy-an Perwal Kota Cilegon No.18 Tahun 2012 ), mereka kan menyetorkan ya, yang perlu saya sampaikan itu dari UPTD setor ke bendahara penerimaan nya, dari bendahara penerimaan mereka menyetorkan melalui ini.. ke bendahara umum milik kas daerah, dari kas daerah nanti ada petikan nya atau pendikan nya ke kami berupa ini..(menunjuk sebuah berkas).. bendahara penerimaan itu menyetorkan hasil pemungutan retribusi jadi artinya kalau pungutan nya tiap hari, mereka datang tiap hari, sudah betul mereka datang ke diperindag melalui BJB disertai dengan STS, itu sudah betul terus bendahara penerimaan tiap bulan nya itu dari setoran setoran harian ini mereka terus melaporkan… kalau anda lihat dari alur ini ( sambil membaca copy-an perwal) bendahara penerimaan ini menyerahkan hasil laporan dari hasil pemugutan retribusi ini dengan melakukan
rekonsiliasi. Mereka mempunyai bukti setor, bukti setor ini dicatet di registrasi seperti ini, ini secara performatif tersistem masuk ke dalam kas penerimaan daerah harian bendahara ini, jadi mereka menyetorkan dalam semacam seperti ini kemudian di compare dengan input-an kami.. nanti hasil inputan kami dengan mereka sama, nanti cocok gitu sehingga kami tuangkan ke dalam hasil rekonsiliasi bahwa kami dengan disperindag sama , tidak ada selisih, udah gitu aja kami mah.”
Q5 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD, dan Pedagang?
“Kalau di kami seperti yang sudah saya sampaikan, hanya penerimaan yang masuk ke kas daerah, nah itu bukti penerimaan kas daerah itu disampaikan tembusan nya ke kami itu untuk di sanding, atau dicocokan dengan pengakuan setoran dari Dinas Perindag yang mengelola retribusi pasar ini, kalau kami kapasitas nya sebatas itu aja, kita hanya menerima setoran dari kas daerah, lalu kita catat setoran itu nanti untuk dicompare dengan pengakuan yang sudah ditetapkan dari pihak disperindagkop itu sendiri, jadi kita hanya mencatat saja”.
Q6 Seberapa sering koordinasi yang terjalin antara Dinas. UPTD dan Pedagang?
*Ada di dokumen Keterangan : I3.2 = Ibu Puji Wahyuningsih (54 Tahun), Kasi Akuntansi Penerimaan
DPPKD Kota Cilegon Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Senin 9 September 2015 jam 15:28 WIB. Wawancara dilakukan di ruangan Kasi Akuntansi Penerimaan DPPKD Kota Cilegon. Informan sempat mempertanyakan alasan peneliti melakukan wawancara ke DPPKD Kota Cilegon, karena menurut yang bersangkutan akan lebih spesifik jika menanyakan Perda Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 ke Dinas Perindagkop, namun informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti. * Hanya beberapa poin saja yang sempat ditanyakan, mengingat waktu yang terbatas, namun jawaban informan sudah cukup mewakili keseluruhan pertanyaan.
1.4.1
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Menambah income daerah”
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “Para pedagang, toko, auning, yang dikenai sasaran retribusi pelayanan pasar”
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Ada, sosialisasi”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Baik, dan tidak ada masalah. Saling membutuhkan”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“Tidak tahu”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Sikap dari petugas biasa, tidak pernah melihat ada penyimpangan”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Tidak ada pihak lain yang memaksa untuk pemungutan retribusi pelayanan pasar. Jika pun ada niatnya sedekah”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Tidak ada pihak yang mengawasi (di lapangan). Kadang kadang orang pasar nya tidak peduli diberi karcis atau tidak peduli diberi karcis atau tidak”.
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Ada, koordinasi (dengan pedagang) tapi jarang”
Q
I
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Ada, tapi tidak sering. Tapi tidak tahu pasti nya”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Tidak menentu, kadang kadang lumayan. Lebih nyaman di lokasi yang sekarang ( Kranggot)
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Tidak mempengaruhi omset dan tidak mengganggu”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak. Tidak mempengaruhi”
Keterangan : I4.1 = Achmad Djajuli (55 Tahun) ,Pedagang Baju (Kios) Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Sabtu 29 Juli 2015 jam 13:30 Wawancara dilakukan di kios tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.2
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Untuk Fasilitas pasar”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Semua pedagang yang berjualan di pasar”
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Belum tahu, tapi di karcis sudah ada penjelasannya”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Tidak keberatan karena ada timbal balik positifnya dengan kita”
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“Tidak, diajak langsung dari kantor dinas”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan
Q
I
pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Sopan dan tidak memaksa juga pengertian kalau pedagang sedang belum dapet. Ditarik hanya dua karcis, keamanan dan kebersihan, tetapi lebih jelasnya Tanya bos”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Enggak ada sih”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Belum tahu”
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Ada dan berjalan. Biasanya perwakilan”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Kurang tahu”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Tergantung keadaan pasar kalau kita lagi rame, ya rame. Pas deket deket lebaran rame”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Tidak mengganggu, karena sedikit”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak sih, tidak mempengaruhi”.
Keterangan : I4.2= Nurhasanah (20 Tahun), pedagang baju di Pasar Baru Cilegon (Kios)
Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis 30 Juli 2015 jam 13:08 WIB Wawancara dilakukan di warung tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.3
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang
Q
I
Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Untuk membangun fasilitas jalan”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “Pedagang, selain pedagang tidak boleh ditarik”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?“ Dikasih tahu melalui petugas salaran, tapi kalau sosialisasi khusus belum pernah”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Tidak keberatan, tapi harus bertujuan jelas”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“Pedagang gak dilibatkan, kecuali nilai tariff nya besar, harus dilibatkan. Ada HIPSI, sebagai wadah aspirasi pedagang sebagai penghubung ke dinas”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Familiar, sudah seperti kerabat sendiri. Sopan dan mengerti, jika ada pedagang yang sekali kali gak bayar, fleksibel pengertian. Tapi jika berturut turut akan ditindak dan ada balasannya ”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Tidak ada pungli, karena ada HIPSI, tidak akan berani. HIPSI sendiri dalam naungan Disperindagkop”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Secara langsung dilapangan gak ada, kalau di kantor mungkin ada”.
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Ada perwakilan HIPSI, secara langsung pernah. Kecuali yang tidak bisa diwakilkan seperti perpanjangan kontrak”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Baru sekali, hanya perpanjangan kontrak. Kalau selain itu tidak ada mas”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Tergantung kondisi pembeli, kalau menjelang lebaran rame
banget minimal 500 ribu, bisa nyampe 10 Juta”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Engga berpengaruh”
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Tidak mempengaruhi”. Keterangan : I4.3 = Ibu Tari (47 Tahun) ,pedagang baju di Pasar Baru Cilegon (Kios) Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis 30 Juli 2015 jam 14:30 WIB. Wawancara dilakukan di warung tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.4
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Belum tau “
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “Setiap hari untuk pedagang, tergantung warungnya”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Enggak ada”
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Kalau lagi rame iya aja gak kerasa, tapi kalau lagi sepi ya.. gimana keadaan orang belanja”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“Enggak pernah, langsung dari atas”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Sopan. Setiap minta salaran langsung dikasih karcis nya. Tapi untuk retrribusi pelayanan pasar ada 2 orang datang masing masing 1000. Kalau dulu diminta 3 tapi sekarang 2 macam aja, kebersihan dan keamanan”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q
I
“Setahu saya enggak ada” Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan
pasar?
“Enggak ada”
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Berjalan baik”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Ada, tapi tidak sebulan sekali. Tidak pasti.”
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Sedang, gak besar, gak kecil‟.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak mengganggu”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak mempengaruhi”. Keterangan : I4.4 = Ibu Ina (35 Tahun), pedagang sembako di Pasar Baru Cilegon. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Sabtu 01 Agustus 2015 jam 14:43 WIB. Wawancara dilakukan di warung tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.5
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Buat pembangunan pasar, gaji gaji pegawai”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “Seluruh pedagang dari dalam dan dari luar”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Dulu pernah”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Untuk sementara ini mendukung, karena masih wajar”.
Q
I
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“Enggak. Pedagang sekedar jualan”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Kadang dikasih (karcis), kadang enggak sering nya enggak dikasih yang wajib nya 1000 dua, sopan (sikap kolektor).”
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Gak ada, tapi kalau kita berani gak ada. Kalau kita gak berani ,ada”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Mungkin di kantornya ada”.
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Kalau dulu mah ada, paling masalah tempat”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Enggak rutin. Paling kalau ada perlu, itu juga jarang”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Biasa, tergantung. Kalau hari minggu rame, kalau hari biasa sepi”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak sih, tapi kalau lagi sepi mah kesel juga kadang. Kalau sepi mah lewat”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak mempengaruhi”. Keterangan : I4.1 = Ade (37 Tahun), pedagang sayur di Pasar Baru Cilegon (Auning). Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Senin 3 Agustus 2015 jam 13:55 WIB. Wawancara dilakukan di warung tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.6
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Enggak tahu, itu kan setiap pasar juga ada”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Semua pedagang, gak ruko gak yang kios”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Enggak ada”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Biasa sih, setiap pasar juga ada”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“ Gak ada”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Biasa aja. Kadang becanda, selalu ngasih karcis. Kita gak bayar, gak papa, lewat aja”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Gak ada, pungli gak ada”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Gak ada”.
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Paling kalau ada perombakan atau apa”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Kalau ada perlu aja”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Omset tergantung dagangannya kalau kecil 3 juta setengah
Q
I
sehari, kalau lagi rame 10 juta juga nyampe”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak ada dorongan kaya gitu, dipasar mah siapa gua siapa elu mau yang mimpin nya siapa, tetep aja pedagang mah dagang”.
Keterangan : I4.6 = Hendri (38 Tahun) ,pedagang sembako di Pasar Baru Cilegon. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu 3 Agustus 2015 jam 14:21WIB. Wawancara dilakukan di warung tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.7
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“ Untuk pemasukan daerah.”
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “Untuk pedagang-pedagang, semua yang berjualan aja mau yang negmprak juga, yang ngegelar-gelar, paling pagi-pagi”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Pernah sih ada, jarang.”
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “Bagus-bagus aja untuk kesejahteraan pasar”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“.Belum pernah. Cuma ya udah aturan nya kaya gitu, ya kita ikutin aja”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
Q
I
“Pada sopan sih, pada salam terus. Kalau gak sopan gak kita ladeni kalau dalam keadaan sibuk, karcis nya juga dikasih terus”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “.Gak ada, gak ada pungli-pungli”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Gak ada kalau di lapangan”..
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Untuk masalah retribusi sih gak ada, tapi untuk yang lain ada”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“Setahun doang, itu pun masalah pembenahan pasar”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
.”Biasa aja”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak sih, bagi saya sih enggak. Asal kemananan kebersihan, itu aja.”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak berfikiran kesitu”. Keterangan : I4.7 = Supandi (40 Tahun) ,pedagang sembako di Pasar Baru Cilegon. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu 3 Agustus 2015 jam 14:35WIB. Wawancara dilakukan di tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.8
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“Mungkin buat kas pasar, soalnya petugas nya kalau ditanya
Q
I
buat apa ya buat retribusi”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Buat pedagang aja, disitu ( menunjuk ke emprakan) juga dimintain kok” .
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Enggak, kecuali ada yang pindah pindah, bongkar-bongkar”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “ Sebenarnya mah sah sah aja asal jelas. Cuma disini yang kurang itu keamanan, soalnya disini ada yang kebobolan. Biasanya warung itu ada yang congkel”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“ Enggak, mungkin sudah dipilih pilih sendiri tariff nya”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Biasa –biasa aja sih mas, pokok nya ngasih kertas (karcis), kita langsung bayar”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Hari hari gini gak ada. Pas lebaran ada yang maintain THR, dari dinas ada, dari orang-orang (selain dinas) juga ada”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Gak ada sih kaya nya, setahu saya sih enggak ada. Mungkin dikantornya ada”.
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Paling dikasih surat edaran. Paling kalau rapat pas mau dibongkar atau mau pindah ke sana”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“.Enggak ada rapat rutin, kita mah paling butuh nya jualan. Itu aja kan”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Alhamdulillah semua tercukupi”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak sih, soalnya paling berapa sih, paling seribu dua ribu.”
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak berpengaruh.” Keterangan : I4.8 = Elok (25 Tahun) , pedagang sembako di Pasar Baru Cilegon.
(Auning) Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis 4 Agustus 2015 jam 11:53 WIB. Wawancara dilakukan di warung tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.9
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“Enggak tahu ya”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Buat pedagang”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Kurang tahu, biasa nya bos itu mah. Saya mah anak buah”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “ .biasa aja. Ga untuk apa apa (yang negative)”.
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“ Langsung dari dinas nya”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Biasa aja. Jarang ( diberi karcis)”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Enggak ada”
Q
I
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan
pasar?
“Enggak ada”
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Berjalan dengan baik, biasa nya mau gusuran”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“ Kurang tahu, soalnya saya mah anak buah”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Biasa aja”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak sih”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Enggak mempengaruhi”. Keterangan : I4.9 = Ipul (25 Tahun), pedagang sayur di Pasar Baru Cilegon.(Emprakan) Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu 5 Agustus 2015 jam 13.30 WIB. Wawancara dilakukan di tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1.4.10
Q1 Apakah tujuan dari Perda No. 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
“Enggak tau ya”.
Q2 Siapa yang menjadi sasaran dari Perda ini? “ Pedagang yang di dalem, paling 1000”.
Q3 Seberapa sering diadakan sosialisasi mengenai Perda kepada pedagang?
“Enggak tau ya, kalau masalah itu”.
Q4 Bagaimana tanggapan anda terhadap Perda? “ .Biasalah, yang namanya di pasar, gitu ya.”
Q
I
Q5 Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan perda?
“ Enggak sih”.
Q6 Bagaimana sikap dari kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Baik, tidak memperhatikan (diberi karcis atau tidak) kalau lagi sibuk. Kalau lupa bayar gak dimintai tempat ikan mah”.
Q7 Adakah pihak lain (informal) yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar? “Resmi semua”.
Q8 Siapakah yang mengawasi pemungutan retribusi pelayanan pasar?
“Enggak tau”.
Q9 Bagaimana koordinasi yang terjalin antara Dinas, UPTD dan Pedagang? “Kemaren ada rapat mau ngebagusin”.
Q10 Seberapa sering diadakan koordinasi Dinas, UPTD, Kolektor dan Pedagang?
“ Enggak (rutin) sih, paling kalau mau lagi rapat”.
Q11 Berapakah omset anda perhari?
“Ya lumayan lah”.
Q12 Apakah kebijakan ini mempengaruhi omset anda? “Enggak sih”.
Q13 Apakah kebijakan ini mempengaruhi pilihan politik lokal anda ?
“Jadi seneng, wajar lah buat kebersihan”. Keterangan : I4.10 = Romli (35 Tahun) ,pedagang ikan di Pasar Baru Cilegon. Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Minggu 9 Agustus 2015 jam 10.00 WIB. Wawancara dilakukan di tempat usaha beliau. Informan cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan peneliti.
1. Ukuran dan Tujuan
Apakah tujuan dari Peraturan Daerah No.7 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Pasar?
I1.1 “Tujuan tentang perda ini.. mengoptimalisasi pendapatan asli daerah melalui retribusi pelayanan pasar”
I1.2 “ Inti nya sih sama sih mas untuk mencapai pendapatan asli
daerah salah satu nya melalui retribusi pelayanan pasar juga”
I1.3 “Tujuan nya 1. untuk penataan pasar, termasuk dalam bidang PAD”.
I1.4 “Untuk pembangunan Kota Cilegon dan pemasukan pendapatan Kota Cilegon”.
I2.1 “ Buat menambah pemasukan anggaran daerah” I2.2 “Untuk menarik pembayaran retribusi pelayanan pasar untuk
angsuran perkios itu seribu, punya dua, dua ribu”. Untuk pedagang keliling kena gak? “ Nggak, nggak kena”.
I3.1 “ Itu merupakan landasan hukum Pemerintah Kota Cilegon , terkait pungutan yang diberikan atau dilakukan oleh dinas perindagkop yang membawahi UPTD Pasar ini terkait dengan pelayanan yang ada di pasar, salah satu nya di mana, di Pasar Baru ya. Yaitu menjadi payung hukum bagi petugas untuk dalam hal memberikan pelayanan khusus nya pedagang harus memberikan kontribusi dalam hal ini, membayar retribusi sesuai dengan angka nominal yang tertuang dalam perda dan itu mungkin dilakukan oleh petugas UPTD yang ada dilapangan untuk memungut retribusi. Nah, dari hasil retribusi itu tentu nya akan dipergunakan untuk opersional, mungkin penunjang kegiatan yan ada di pasar dan tentunya melalui alur mekanisme masuk dulu ke kas umum daerah. Yaitu mekanisme nya sesuai dengan yang ada di perda, petugas UPTD memungut retribusi, dikumpulkan oleh kolektor, kemudian oleh bendahara penerimaan diperindagkop disetorkan kepada kas umum daerah. Untuk berapa sih target yang ditetapkan, tentu kita DPPKD berkoordinasi dengan pihak Disperindagkop berapa sih kira kira target yang bisa dicapai dalam 1 tahun anggaran. Misal nya, target tahun 2015 ini Disperindag, diberikan target retribusi pelayanan pasar itu sebesar Rp.432.564.000,-, nah ini dalam satu tahun yang ini
MATRIK HASIL WAWANCARA SESUDAH REDUKSI DATA
Q
I
mungkin ada beberapa titik pasar yang ada di Kota Cilegon”. Kemudian koordinasi dengan DPPKD( Khusus Seksi Perencanaan dan pengendalian), tentu kita dalam hal awal perencanaan anggaran seberapa besar sih potensi yang ada di Pasar”.
I3.2 “Seperti yang saya sampaikan tadi, perda ini kan yang spesifiknya perindag, tapi kalau menanyakan apa tujuan nya spesifik nya yang bisa menjawab perindag, karena mereka yang membuat”.
I4.1 “ Menambah income daerah” I4.2 “ Untuk Fasilitas pasar”. I4.3 “ Untuk membangun fasilitas jalan”. I4.4 “ Belum tau “ I4.5 “ Buat pembangunan pasar, gaji gaji pegawai”. I4.6 “ Enggak tahu, itu kan setiap pasar juga ada”. I4.7 “ Untuk pemasukan daerah.” I4.8 “Mungkin buat kas pasar, soalnya petugas nya kalau ditanya
buat apa, ya buat retribusi”. I4.9 “Enggak tahu ya”. I4.10 “Enggak tau ya”.
Apakah yang menjadi ukuran keberhasilan Kebijakan?
I1.1 “Pertama kita menyiapkan kolektor .. tujuan dari keberhasilan perda (berpikir sejenak)...ini menyangkut ukuran keberhasilan perda ya?” yang pertama itu yang kedua melakukan pendekatan persuasive kepada pedagang. Apa keluhan pedagang,dsb. Pedagang itu tidak hanya diambil uang nya, keluhan nya (pedagang), kolektor tuh didik harus begitu dengan begitu secara otomatis pedagang akan patuh terhadap peraturan daerah”. Jadi ukuran nya pedagang itu patuh terhadap perda? “iya patuh terhadap peraturan daerah”
I1.2 “ Mengukur nya sih kalau menurut saya dari targetnya itu, targetnya itu kan istilah nya target dari disperindag sekian, itu gimana cara nya kolektor mencapai target itu, dimana dimana dimulai dari kolektor nya sih mas untuk mencapai target itu, bagaimana peran aktif kolektor ke pedagangnya”
Q
I
I1.3 “ Diukur dari target dan realisasi, kalau misal nya realisasi itu mencapai target berarti kan keberhasilan perda bisa diukur tingkat keberhasilan nya sejauh mana “
I1.4 ”Target dari pencapaian itu tercapai” I2.1 “ Dikatakan berhasil ya dengan mencapai target” I2.2 “ Kan dalam suatu wilayah itu ditarget, gimana cara nya
untuk mencapai target” I3.1 “Untuk mengukur keberhasilan dari perda tersebut, tentu nya
seberapa banyak jumlah pedagang yang ada di pasar tersbut, kemudian juga seberapa banyak pedagang memberikan kontribusi nya melalui retribusi pelayanan pasar tentu nya dari target yang sudah ditentukan oleh Dinas Perindagkop ya.. ini akan melihat seberapa banyak sih jumlah pedagang yang berusaha di pasar tersebut, kemudian seberapa besar pendapatan yang diterima dari pembayaran retribusi tersebut. Biasa nya di akhir tahun bisa kelihatan itu dari target yang sudah ditetapkan itu akan terlihat dari realisasi yang realisasi yang sudah dicapai. Tentu dari target yang sudah dicapai sekitar 432 juta (Tahun 2015) dan di akhir tahun tercapai tentu berarti sasaran atau keberhasilan dari Perda No,7 Tahun 2012 ini betul betul efektif. ini mungkin ditunjang dari kesadaran sebagai pedagang untuk membayar retribusi dan juga kesadaran dari Petugas UPTD juga yang betul betul memungut sesuai dengan yang diterapkan oleh Perda”.
I3.2 “Kalau untuk pengukuran kan mereka yang tahu, apakah tingkat kepatuhan, apakah tingkat pencapaian target retribusi mereka yang tahu, kalau retribusi untuk mereka mungkin…pada saat retribusi itu ditetapkan dan itu tercapai dalam waktu 1 tahun, mungkin menurut mereka berhasil, untuk ini nya pencapaian retribusi nya, tapi belum tentu kepatuhan dari wajib retribusi nya itu, kalau mereka agak agak bandel atau apa, tapi nampaknya ukuran keberhasilan nya dilihat dari pencapaian target”.
Siapa sasaran kebijakan Peraturan Daerah Kota Cilegon
No.7 Tahun 2012 ?
I1.1 “ Ya otomatis pedagang yang melakukan aktivitas berjualan” Kalau pedagang keliling seperti pedagang siomay? “Kalau tidak menetap, tidak kena..”.
I1.2 “Pedagang”
Q
I
Kalau seperti pedagang es yang keliling tukang ojek kena tidak? “ Oh kalau itu nggak dia kan enggak netep disini, kadang dia kan kemana kemana. Tukang ojek nggak kena”. Perda ini khusus pasar tradisional saja atau modern? “ Kalau ini khusus pasar tradisional sih mas, kalau dulu sebelum ada perda ini ya dulu yang kaya matahari, Ramayana, edi itu ditarik retribusi pelayanan pasarnya tapi itu tiap bulan”.
I1.3 ”Sasaran Perda ya, masyarakat terutama para pedagang yang ada di pasar. Karena bunyi perda ini kan, Perda Retribusi Pelayanan Pasar”.
I1.4 “Untuk pembangunan Kota Cilegon dan pemasukan pendapatan Kota Cilegon”.
I2.1 “ Buat menambah pemasukan anggaran daerah” I2.2 “Untuk menarik pembayaran retribusi pelayanan pasar untuk
angsuran perkios itu seribu, punya dua, dua ribu”. Untuk pedagang keliling kena gak? “ Nggak, nggak kena”.
I3.1 “ Itu merupakan landasan hukum Pemerintah Kota Cilegon , terkait pungutan yang diberikan atau dilakukan oleh dinas perindagkop yang membawahi UPTD Pasar ini terkait dengan pelayanan yang ada di pasar, salah satu nya di mana, di Pasar Baru ya. Yaitu menjadi payung hukum bagi petugas untuk dalam hal memberikan pelayanan khusus nya pedagang harus memberikan kontribusi dalam hal ini, membayar retribusi sesuai dengan angka nominal yang tertuang dalam perda dan itu mungkin dilakukan oleh petugas UPTD yang ada dilapangan untuk memungut retribusi. Nah, dari hasil retribusi itu tentu nya akan dipergunakan untuk opersional, mungkin penunjang kegiatan yan ada di pasar dan tentunya melalui alur mekanisme masuk dulu ke kas umum daerah. Yaitu mekanisme nya sesuai dengan yang ada di perda, petugas UPTD memungut retribusi, dikumpulkan oleh kolektor, kemudian oleh bendahara penerimaan diperindagkop disetorkan kepada kas umum daerah. Untuk berapa sih target yang ditetapkan, tentu kita DPPKD berkoordinasi dengan pihak Disperindagkop berapa sih kira kira target yang bisa dicapai dalam 1 tahun anggaran. Misal nya, target tahun 2015 ini Disperindag, diberikan target retribusi pelayanan pasar itu
sebesar Rp.432.564.000,-, nah ini dalam satu tahun yang ini mungkin ada beberapa titik pasar yang ada di Kota Cilegon”. Kemudian koordinasi dengan DPPKD( Khusus Seksi Perencanaan dan pengendalian), tentu kita dalam hal awal perencanaan anggaran seberapa besar sih potensi yang ada di Pasar”.
I3.2 “Seperti yang saya sampaikan tadi, perda ini kan yang spesifiknya perindag, tapi kalau menanyakan apa tujuan nya spesifiknya yang bisa menjawab perindag, karena mereka yang membuat”.
I4.1 “Para pedagang, toko, auwning, yang dikenai sasaran retribusi pelayanan pasar”
I4.2 “ Semua pedagang yang berjualan di pasar” I4.3 “Pedagang, selain pedagang tidak boleh ditarik”. I4.4 “Setiap hari untuk pedagang, tergantung warungnya”. I4.5 “Seluruh pedagang dari dalam dan dari luar”. I4.6 “ Semua pedagang, gak ruko gak yang kios”. I4.7 Untuk pedagang-pedagang, semua yang berjualan aja mau yang
negmprak juga, yang ngegelar-gelar, paling pagi-pagi” I4.8 “ Buat pedagang aja, disitu ( menunjuk ke emprakan) juga
dimintain kok” . I4.9 “ Buat pedagang”. I4.10 “ Pedagang yang di dalem, paling Rp.1000,-”.
Seberapa Sering Sosilisasi Kebijakan kepada pedagang?
I1.1 “.Sosialisasi kita kalau disini ya di UPTD Pasar tiap awal bulan mengadakan sosialisasi.. bukan sama petugas kolektor aja dari keamanan dan kebersihan katakan itu evaluasi ya evaluasi kinerja bulanan, termasuk itu mah apa.. petugas retribusi juga ya. Walaupun bagaimana… walaupun kita dari recehan ya sosialiasi tiap bulan kita lakukan. Kadang memang ya pedagang itu tidak semua paham gimana ya, mengerti ya?.. ada yang kurang taat, mengerti ya? Tingkat kesadaran nya masih minim, bukan dalam hal tingkat mengerti terhadap perda. Ada yang punya lima kios, bayarnya 1 kios. Disini kan ada kanit pembinaan membawa kolektor itu kan, jadi kita yang kesana kasih arah sosialisasi ke pedagang.. pak bu yang nama nya retribusi pasar wajib…”
Q
I
I1.2 “ Waktu awal awal sering ya.. sekarang sih pedagang pedagang udah pada tahu, dulu sih sering.. sosialisasi gitu ada himbauan kalau perkios itu bayar sekian, kalau untuk yang kios ya auwning itu sekian, beda lagi kalau yang punya dua”. Pas awal awal maksud nya? “ Pas awal awal ada perda (No.7 tahun 2012), kan dulu awal awal 2012 masih pake perda yang lama ( No.7 Tahun 2001), setelah itu distop ama pemda, jadi kosong selama 3 bulan karena Perda No.7 tahun 2012 masih digodog di DPRD perda nya itu, jadi pas mulai 1Mei 2012 mulai berlaku perda ini, itu udah mulai sosialisasi sih ke pedagang”. Kalau untuk pedagang yang baru nempat itu gimana teh, diberi tahu tentang tarif retribusi nya? “Kalau itu mah sekedar pemberitahuan aja, kalau surat edaran mah pas awal awal terbitnya perda ini”.
I1.3 “ Kalau pedagang ini biasa nya disosialisasikan oleh UPTD”.
I1.4 “Awal-awalnya ada kali ya, sekarang juga ada sih sosialisasinya. Enggak sering sih kalau ada perlu perlu aja”.
I4.1 “Ada, sosialisasi”. I4.2 “Belum tahu, tapi di karcis sudah ada penjelasannya”. I4.3
“ Dikasih tahu melalui petugas salaran, tapi kalau sosialisasi khusus belum pernah”.
I4.4 “Enggak ada” I4.5 “Dulu pernah”. I4.6 “Enggak ada”. I4.7 “Pernah sih ada, jarang.” I4.8 “Enggak, kecuali ada yang pindah pindah, bongkar-bongkar”. I4.9 “Kurang tahu, biasa nya bos itu mah. Saya mah anak buah”. I4.10 “Enggak tau ya, kalau masalah itu”.
2. Sumberdaya
Berapakah jumlah tenaga kolektor?
I1.1 “Jumlah tenaga kolektor ada… kolektor pelayanan pasar sih ya secara keseluruhan ada 14 ,14 itu kan dengan kolektor kebersihan itu nya mah..(mencoba mengingat).. 8 lah”.
I1.2 “ Itu di papan..(menunjuk papan struktur organisasi) kalau sekarang sekarang mah nambah sih ya, ada 16 (sambil mengingat dan menghitung) kalau buat yang retribusi pelayanan pasar ada 10..nanti dulu ya mas (mengambil dokumen)..10 mas kalo buat yang itu nya (Retribusi Pelayanan Pasar), jadi 15 semua nya”.
Kalau untuk rute kolektor nya kemana saja?
“Udah ada sih di SP (Surat Perintah),….. , semua nya sih ada 15 cuma yang ini ada yang masuk sih ada yang baru, ini kan dihitung nya dari Januari, sedangkan dia masuknya dari Agustus.., 15 semua nya, tapi dia udah jalan di Kios B. Tadi kan johani merangkap juga di kios B, sekarang Kios B nya diganti Firdaus Gusti”
I.1.3 “ Waduh kalau kolektor nanya nya ke UPTD nih ya”. I1.4 “Enggak tau, itu UPTD nya yang tahu”. I2.1 “ Ada 14”
Kalau yang buat retribusi pelayanan pasar?
“Ada 7”
I2.2 “Kurang lebih 17”
Yang untuk retribusi pelayanan pasar?
“Pertempatkan 1 orang (untuk retribusi pelayanan pasar), jadi pertempat itu ada 3 , retribusi harian pasar, kebersihan, kemanan”
Q
I
Berapa upah perhari untuk kolektor ?
I1.1 „‟ Kalau dikatakan upah sih tidak, kita kan acuan nya target dari retribusi pasar untuk 2015 ini (menyebutkan angka)jadi kalau kita acuan nya upah mah kita mah gak ada upah karena kita kan ada yg THL, TKK, otomatis kan uda ada honor. Jadi kalau upah kita mah acuan nya gak kesana, tapi tidak menutup kemungkinan buat itu mah ada ya dikit dikit mah ada ” Kalau boleh tahu, honor bulanan untuk kolektor berapa pak? “ Standar THL Rp.1.250.000,-, TKK Rp.2.000.000,-“
I1.2 “ Maksudnya upah gimana ya..?”( Kurang memahami pertanyaan) Kalau gaji? “ Oh kalau itu udah dari dinas, iya dari disperindagkop per bulan”
I1.3 “ UPTD berarti yang tau ya”. I1.4 “Enggak tahu”. I2.1 “ Gak ada upah disini mah, ada nya gaji”,
Maaf, kalau bolek tahu gaji nya berapa pak?
“ Kalau saya gaji perbulan, masih 2.400.000, iya kurang lebih”
I2.2 “Perbulan, digaji..”
Kalau boleh tau Gaji per hari nya berapa?
“Ya, lumayan buat beli kopi mah”
Q
I
Dimanakah domisili kolektor ?
I2.1 “Kelurahan Umbul Tengah, Kecamatan Taktakan, Kabupaten Serang”
I2.2
“ Asli Serang, Kecamatan Taktakan, Kota Serang”. *Disela-sela wawancara peneliti pun mencoba menanyakan domisili kolektor lainnya
Berapakah target dan realisasi retribusi pelayanan pasar
perhari?
I2.1 “ Beda beda tergantung pedagang, kalau pedagang nya gak ada, retribusi nya juga gak tercapai.” Bapak ditugaskan di blok apa? “ Blok A” Realisasi ? “ Kadang kadang nyampe Rp.100.000,-”
I2.2 “Ditarget kalau diri pribadi saya aja Rp.50.000,-“
Yang nentuin target nya siapa? “ Dari kantor, ditarget dari kantor kita tinggal melaksanakan” Realisasinya perhari biasa nya berapa tuh? “Mencapai paling 50 ribu -56 ribu, tergantung yang dagang..(kurang jelas terdengar).. maksimal, paling maksimal ya.. 63 ribu” Penentuan target itu tiap blok beda ya?
“ Beda, tergantung tempat dan kondisi, kayanya retribusi pelayanan pasar yang paling terkecil saya sendiri”
Q
I
Q
I
Bagaimana pengelolaan keuangan retribusi pelayanan
pasar?
I3.1 “Seperti yang disampaikan di dalam perda , bahwa hasil pungutan retribusi ini dikelola oleh UPTD kemudian hasil dari apa yang dikumpulkan oleh pihak para pedagang itu dihimpun oleh bendahara penerimaan disperindag, dihimpun mungkin dalammungkin waktu 1 x 24 jam langsung disetorkan ke kas umum daerah, dalam hali ini ada di BJB ya, dan tentu nya dilaporkan dari apa yang sudah disetorkan itu ke pihak akuntansi dan ke pihak seksi pelaporan di apa bidang dana perimbangan”.
I3.2 “Alur yang sudah dibuat oleh disperindag itu kalau saya lihat
sudah cukup ya (sambil membaca copy-an Perwal Kota Cilegon No.18 Tahun 2012 ), mereka kan menyetorkan ya, yang perlu saya sampaikan itu dari UPTD setor ke bendahara penerimaan nya, dari bendahara penerimaan mereka menyetorkan melalui ini.. ke bendahara umum milik kas daerah, dari kas daerah nanti ada petikan nya atau pendikan nya ke kami berupa ini..(menunjuk sebuah berkas).. bendahara penerimaan itu menyetorkan hasil pemungutan retribusi jadi artinya kalau pungutan nya tiap hari, mereka datang tiap hari, sudah betul mereka datang ke diperindag melalui BJB disertai dengan STS, itu sudah betul terus bendahara penerimaan tiap bulan nya itu dari setoran setoran harian ini mereka terus melaporkan… kalau anda lihat dari alur ini ( sambil membaca copy-an perwal) bendahara penerimaan ini menyerahkan hasil laporan dari hasil pemugutan retribusi ini dengan melakukan rekonsiliasi. Mereka mempunyai bukti setor, bukti setor ini dicatet di registrasi seperti ini, ini secara performatif tersistem masuk ke dalam kas penerimaan daerah harian bendahara ini, jadi mereka menyetorkan dalam semacam seperti ini kemudian di compare dengan input-an kami.. nanti hasil input-an kami dengan mereka sama, nanti cocok gitu sehingga kami tuangkan ke dalam hasil rekonsiliasi bahwa kami dengan disperindag sama , tidak ada selisih, udah gitu aja kami mah.”
Q
I
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Bagaimana Sikap Pelaksana dalam menjalankan
kebijakan?
I1.1 “ Memang kita harus banyak banyak…. harus banyak banyak mengadakan evaluasi untuk kolektor, keamanan dan kebersihan.. gimana cara nya kita disukai pedagang, pedagang suka sama kita, kita sebulan mengadakan evaluasi takut lalai doang. Jadi kemasyarakat pedagang itu yoh tadi itu keluhannya apa kalau memang ada yang.. Kadang kadang pedagang itu kan minta tolong nya ke Kolektor tolong jalan itu kurang, jalan agak diperlebar. Jadi Kolektor sebagai penyerap aspirasi pedagang juga
yak pak?
“ Sebelum jadi begini kita juga berangkat dari kolektor….jadi kita tahu keluhan.. minimal kita punya wawasan.. kalau kita baca surat kabar katakan surat kabar daerah, otomatis pedagang yang seputar pasar seputar Cilegon nanya nya kan ke Kolektor, jadi kolektor minimal bisa menjelaskan. Jadi kita tuh istilah nya jangan bisa mungut uang, minimal kita bisa menjelaskan begini begini..”
I1.2 “Sebetulnya nya mah kolektor itu ..( berfikir sejenak)…ramah ke pedagang, ngasih tahu.. cuma pedagang nya aja yang terkadang susah ditarikin retribusi nya itu kaya si kolektor kan ngasih tahu kalo yang punya 3 harus bayar nya 3 ribu cuma pedagang itu ngasih nya 1000, 3 tempat cuma bayar nya satu tempat. Itu kendala nya.. kendala kolektor disini mas..” Pedagang nya pada emang susah ditarik retribusi pelayanan pasar? “Iya, terutama yang kaya pedagang pakaian, alasan nya masih sepi belum laku, ya banyak aja alesan nya..”. Kemarin saya wawancara pedagang pakaian, katanya paling sepi itu kotor nya lima ratus ribu, itu bagaimana? “ Itu kan beda beda mas…, mungkin mas nanya kesitu dagangan nya lumayan, terkadang ada juga sih terutama di blok b, blok b , blok c banyak itu mas, yang kasarnya ditarikin retribusi nya
Q
I
susah.” Kalau yang bekas kebakaran itu gimana (Penarikan retribusi nya)? “ Oh kalau untuk blok D, blok A kan ada yang separuh.. kalo itu mah enggak sih , itu mah lumayan… yang susah itu blok C, karena kebanyakan konsumen itu mau nya yang didepan, dia kan paling ujung blok C itu, justru yang punya disini itu punya didepan juga ada dia, ngemprak juga ada..karena yang didalem ini cuma buat gudang doang ”.
I1.3 “ Seharus nya sesuai dengan tupoksi dia ”. I1.4 “Harus tegas karena ada pedagang yang taat dan tidak taat”.
I2.1 “ Ya sama sama (mengerti) ”
Kalau ada pedagang yang tidak mau bayar? “ Saya bisa…. ( kurang jelas terdengar), yang nama nya pedagang itu kan cari duit, nanti pas di lokasi bareng bareng bekerja disini biar bapak tercapai usaha dan saya tugas disini tercapai, biar bisa ngolah berbicara, supaya dia kalau betul betul ada mah, bayar. Kalau enggak ada mah, ya terpaksa enggak bayar.”
Pernah tidak ada pedagang yang mengeluhkan kolektor yang lupa ngasih karcis? “enggak pernah”
I2.2 “ Berhadapan dengan orang itu gimana cara nya saya sopan
dia pun segan gitu tuh, gimana cara nya bayar ya dengan bahasa yang halus, kaya gitu lah, yang baik baik biar dia ngasih, nerima, kan enak”. Pernahkah ada pedagang yang tidak membayar? “ Ada.. ada juga, paling satu kali, dua kali, tiga kali enggak nurut, saya tegas, terus kalau enggak mau nurut juga, paling saya laporan ke kantor, dari kantor nanti ditindakin”. Setahu anda, pernah kah ada teman sesama kolektor yang lupa memberi karcis? “ Lupa ngasih ? kan gini ..pemberian karcis ya... ada yang mau
dikasih, ada yang mau enggak, kalau yang mau, dikasih.. kalau dikasih bilang nya “ udah gak usah”, ya taruh lagi. Kadang saya juga ngerasa gimana kalau dia bayar saya juga harus memberikan karcis, udah aja taruh ditempat pedagang nya”. Tapi pernahkah ada pedagang yang protes ada kolektor yang lupa memberi karcis? “Alhamdulillah belum pernah, paling ngeluh nya dagangan nya sepi, kaya gitu gitu aja pedagang mah”.
I4.1 “Sikap dari petugas biasa, tidak pernah melihat ada
penyimpangan”. I4.2 “Sopan dan tidak memaksa juga pengertian kalau pedagang
sedang belum dapet. Ditarik hanya dua karcis, keamanan dan kebersihan, tetapi lebih jelasnya Tanya bos”.
I4.3 “Familiar, sudah seperti kerabat sendiri. Sopan dan mengerti, jika ada pedagang yang sekali kali gak bayar, fleksibel pengertian. Tapi jika berturut turut akan ditindak dan ada balasannya ”.
I4.4 “Sopan. Setiap minta salaran langsung dikasih karcis nya. Tapi untuk retrribusi pelayanan pasar ada 2 orang datang masing masing 1000. Kalau dulu diminta 3 tapi sekarang 2 macam aja, kebersihan dan keamanan”.
I4.5 “Kadang dikasih (karcis), kadang enggak sering nya enggak dikasih yang wajib nya 1000 dua, sopan (sikap kolektor).”
I4.6 “Biasa aja. Kadang becanda, selalu ngasih karcis. Kita gak bayar, gak papa, lewat aja”.
I4.7 “Pada sopan sih, pada salam terus. Kalau gak sopan gak kita ladeni kalau dalam keadaan sibuk, karcis nya juga dikasih terus”.
I4.8 “Biasa –biasa aja sih mas, pokok nya ngasih kertas (karcis), kita langsung bayar”.
I4.9 “Biasa aja. Jarang ( diberi karcis)”. I4.10 “Baik, tidak memperhatikan (diberi karcis atau tidak) kalau
lagi sibuk. Kalau lupa bayar gak dimintai tempat ikan mah”.
Siapa yang mengawasi kebijakan?
I1.1 “ Disini ada 3 Kanit ya, 1. Kanit pembinaan dan pengembangan, membawahi mengawasi kolektor termasuk
Q
I
data kejadian apa potensi apa.. kanit penataan dan pemeliharaan mah kebersihan kalau kanit keamanan dan ketertiban membawahi keamanan”. Kalau di lapangan ada yang mengawasi tidak?
“ Di lapangan juga apa apa kita Kanit Pembinaan dulu, sebetulnya kanit pembinaan ada nya di lapangan”
I1.2 “ Kan ada kanit pembinaan dan pengembangan, jadi terkadang bisa sebulan sekali, 3 bukan sekali tergantung setoran kolektor nya juga apakah ada penurunan, terus dilihat dari suasana pasar nya juga sih, misalkan kaya bulan puasa kan kondisi pas lagi dalam keadaan rame, misalkan setoran dari kolektor nya sekian, kok rame setoran nya segitu gitu aja mestinya diadakan evaluasi”.
Penempatan Kanit Pembinaan dan Pengembangan itu dimana? “Disini (Kantor)”
I1.3 “ Yang mengawasi UPTD, kepala UPTD. Artinya kan setelah
kolektor itu menarik retribusi pelayanan pasar itu kan di setorkan ke UPTD, dari UPTD di setorkan kepada disperindag, dari sini kan ke DPPKD. Ada di SOP nya”.
I1.4 “ Kepala UPTD Pasar Baru, ada sebulan sekali koordinasi antara UPTD Pasar Baru dengan disperindagkop”.
I2.1 “ Jadi gini untuk mengawasi mah pimpinan (Kasubag TU),
saya sebagai kolektor mah enggak ada”. Kalau yang Kanit Pembinaan dan Pengawasan tugas nya apa pak? “ Ya kanit pembinaan itu kan …ada kemacetan di jalan atau ada pedagang yang tidak layak itu bagian kanit pembinaan”.
I2.2 “Kita disini ada koordinator nama nya..” Koordinator itu tugas nya untuk apa? “Kaya ada pengeluaran (Kurang jelas terdengar) gitu tuh, kalau ada pedagang yang tidak membayar, entar disamperin ama apa sih nama nya lupa..pembinaan dan pengembangan, “Pak saya lapor, kalau si A nih susah bayar”, nanti dikasih
arahan.”
I4.1 “Tidak ada pihak yang mengawasi (di lapangan). Kadang
kadang orang pasar nya tidak peduli diberi karcis atau tidak”. I4.2 “Belum tahu” I4.3 “Secara langsung dilapangan gak ada, kalau di kantor
mungkin ada”. I4.4 “Enggak ada” I4.5 “Mungkin di kantornya ada”. I4.6 “Gak ada”. I4.7 “Gak ada kalau di lapangan”.. I4.8 “Gak ada sih kaya nya, setahu saya sih enggak ada. Mungkin
dikantornya ada”. I4.9 “Enggak ada” I4.10 “Enggak tau”.
4. Kecenderungan Sikap Pelaksana
Apakah pedagang dilibatkan dalam pembuatan Peraturan
Daerah Kota Cilegon No.7 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pelayanan Pasar?
I1.1 “Enggak” I1.2 “ Nggak, kalau buat perda nggak dilibatin”
Langsung dari atas gitu?
“ Iya, langsung dari atas” I1.3 “Oh ya jelas tidak, pedagang tidak dilibatkan dalam pembuatan
perda itu, pemerintah (kota) dengan DPR(D), tentu nya kan ada masukan dari uji lapangan seperti apa”.
I1.4 “Setahu ibu mah enggak, langsung dari atas”. I4.1 “Tidak tahu”. I4.2 “Tidak, diajak langsung dari kantor dinas”. I4.3 “Pedagang gak dilibatkan, kecuali nilai tariff nya besar, harus
dilibatkan. Ada HIPSI, sebagai wadah aspirasi pedagang sebagai penghubung ke dinas”.“Enggak pernah, langsung dari atas”.
I4.4 ”.“Enggak pernah, langsung dari atas”. I4.5 “Enggak. Pedagang sekedar jualan”. I4.6 “ Gak ada”.
Q
I
I4.7 “.Belum pernah. Cuma ya udah aturan nya kaya gitu, ya kita ikutin aja”.
I4.8 “ Enggak, mungkin sudah dipilih pilih sendiri tariff nya”. I4.9 “ Langsung dari dinas nya”. I4.10 “ Enggak sih”.
Apakah tanggapan pedagang terhadap kebijakan ?
I1.1 “Kalau khusus nya tanggapan (negative) terhadap Perda No.7 Tahun 2012 kaya nya enggak ada ya..kalo pedagang masukan nya positif, cuman pedagang itu kadang “pak yang didepan itutolong di tertibin pak biar masuk kedalem biar kita nya dagang disini rame”.
I1.2 “ Ada yang kasar nya menerima , ada yang tau sendiri lah sifat pedagang kan beda beda, ada yang ya…. udah tau kewajibannya, ada yang pura pura gak tau.
I1.3 “Sejauh ini belum ada tanggapan (negative) ya, yang jelas mereka itu ketika dipungut retribusi, bayar”. Ada yang kontra enggak pak? “ Enggak ada, dia tau kok, bahwa dagang disitu itu dipungut retribusi”. Jadi tanggapan nya positif ya? “Ya positif lah pedagang mah, enggak ada kendala pedagang mah”.
I1.4 “Alhamdulillah bayar, walaupun ada beberapa gelintir pedagang yang tidak membayar, tapi tanggapannya positif”
I2.1 “Tanggapan pedagang ya gak papa sama sama membantu. Positif.”
I2.2 “ Kalau masalah tanggapan sih, tanggapan pedagang ya.. , ya..
selagi dia ada pasti bayar, kalau dia laku jualannya bayar,
Q
I
kalau enggak laku juga dia pasti berusaha ngasih, yang nama nya retribusi kan wajib”.
I4.1 “Baik, dan tidak ada masalah. Saling membutuhkan”. I4.2 “Tidak keberatan karena ada timbal balik positifnya dengan
kita” I4.3 “Tidak keberatan, tapi harus bertujuan jelas”. I4.4 “Kalau lagi rame iya aja gak kerasa, tapi kalau lagi sepi ya..
gimana keadaan orang belanja”. I4.5 “Untuk sementara ini mendukung, karena masih wajar”. I4.6 “Biasa sih, setiap pasar juga ada”. I4.7 “Bagus-bagus aja untuk kesejahteraan pasar”. I4.8 “ Sebenarnya mah sah sah aja asal jelas. Cuma disini yang
kurang itu keamanan, soalnya disini ada yang kebobolan. Biasanya warung itu ada yang congkel”.
I4.9 “ .biasa aja. Gak untuk apa apa (yang negative)”.
I4.10 “ .Biasalah, yang namanya di pasar, gitu ya.”
Seberapa paham implementor terhadap Kebijakan?.
I1.1 “Jadi ya.. kolektor itu ada copy-an perda no 7 tahun 2012 yang memuat tentang pelayanan pasar, tau dibaca tau nggak si kolektor itu kan tetep kita.. tolong dipelajari gini gini secara praktek mah bagus.. jadi kita tidak terlalu memaksakan. Jangan terlalu dipaksakan walaupun memang itu udah peraturan daerah, kalau memang nggak ada, kita kan punya kebijakan lain. Tapi kalau emang kolektor mah paham”.
I1.2 “ Kita mah dari UPTD ini lari nya ke kolektor juga mas,
bagaimana pun juga si kolektor itu kan harus mempunyai target, udah diituin target targetnya, kamu sekian harus tercapai, karena kan di UPTD juga di audit juga di Dinas nya, sedangkan di Dinas gak tahu menahu, memang harus segitu setoran nya, dan target tahun 2015 sendiri harus tercapai ”. Bagaimana cara menentukan target retribusi pelayanan pasar, apakah dilihat dari fasilitas yang ada di pasar juga?
Q
I
“ Kalo diliat dari jumlah fasilitas yang ada, misalkan blok A 161, blok B sekian itu lebih dari 800 (ribu) mas sehari itu, mungkin kasar nya bisa sejuta setengah kalo kaya begitu, cuma kan kita dari UPTD dengan Dinas sering koordinasi bahwa disini itu kendala nya pedgang itu punya 3 kios bayar sering nya 1 kios, jadi nya agak diturunin (target retribusi). Kalau dulu sih pernah ya waktu awal awal pasar ini dimulai waktu 2009 target nya 360.000.000/tahun enggak tercapai, jauh”.
I1.3 “ Ya mereka menjalankan tugas sesuai dengan yang diberikan. Selain tugas mereka koletor, ya enggak ada lagi. Mereka punya tugas khusus nagih ke pedagang, setelah dia selesai melaksanakan. Kalau kolektor tidak akan berpikir seperti ini ya, dia hanya eksekutor setelah selesai ya sudah. ”. Kalau UPTD menurut bapak seberapa paham? “Ya jelas paham geh, UPTD mah karena mereka kan sebagai pelaku pelaksana teknis, perda ini kan pelayanan pasar, teknis nya ada di UPTD, nah UPTD jelas jelas memahami betul isi dari perda tersebut. Kalau untuk yang merekrut kolektor dari mana pak? “ Dari Perindag, kalau UPTD mah kan hanya menerima, anggaran bayar apa bayar apa itu disperindag”.
I1.4 “Tidak letterlijk, tapi dalam implementasi nya bagus” I2.1 “ Seperti nya hanya kolektor tahu nya bagaimana cara nya
supaya target itu tercapai. Arti nya terutama begini, memang saya sebagai kolektor masalah target… memang saya usahakan pengen tercapai, tapi tercapai dan tidak tercapai itu kan urusan pimpinan, karena kalau saya mah bagaimana pedagang kan, kalau pedagang nya bayar kan mungkin sampe target, kalau gak bayar ya mengurangi target”.
I2.2 “Belum , belum ngeliat (perda nya)”
Apakah anda paham retribusi ini setoran nya kemana, alur nya bagaimana ? “Iya”.
5. Komunikasi Antar Organisasi
Bagaimana Koordinasi yang terjalin antara Pedagang,
Kolektor, UPTD, Disperindagkop dan DPPKD?
I1.1 “ Koordinasi mah selama ini cukup baik”
I1.2
“ Baik ya koordinasi mah” I1.3 *Tidak terjawab, karena keterbatasan waktu I1.4 “Alhamdulillah sampe sekarang lancar, laporan laporan
berjalan “
I2.1 “Enggak tahu” Kalau koordinasi dari UPTD ke Pedagang? “ Ya sering, kadang ngasih arahan ke pedagang, gimana baik nya pedagang, jangan mengganggu aktifitas jalan, artinya UPTD juga tidak melarang aktifitas jualan gitu”.
I2.2 “ada” I3.1 “Seperti yang saya sampaikan tadi, kaitan dengan koordinasi
dalam hal penentuan target itu yang menentukan target DPPKD melakukan koordinasi dengan dinas (Perindagkop) untuk menentukan target 1 tahun anggaran, kemudian berkoordinasi dalam pencapaian target, setiap triwulan kita selalu mengadakan rekon dan termasuk juga melakukan evaluasi pencapaian target, apakah target nya nanti bisa dirubah atau tidak, apabila mengalami peningkatan tentu akan dilakukan perubahan target anggaran sehingga menjadi meningkat. Tapi kalau memang hasil dari pencapaian target, tentu ada hal hal yang perlu di evaluasi.”
I3.2 “Kalau di kami seperti yang sudah saya sampaikan, hanya
penerimaan yang masuk ke kas daerah, nah itu bukti penerimaan kas daerah itu disampaikan tembusan nya ke kami itu untuk di sanding, atau dicocokan dengan pengakuan setoran dari Dinas Perindag yang mengelola retribusi pasar ini, kalau kami kapasitas nya sebatas itu aja, kita hanya
Q
I
menerima setoran dari kas daerah, lalu kita catat setoran itu nanti untuk dicompare dengan pengakuan yang sudah ditetapkan dari pihak disperindagkop itu sendiri, jadi kita hanya mencatat saja”.
I4.1 “Ada, koordinasi (dengan pedagang) tapi jarang” I4.2 “Ada dan berjalan. Biasanya perwakilan”. I4.3 “Ada perwakilan HIPSI, secara langsung pernah. Kecuali yang
tidak bisa diwakilkan seperti perpanjangan kontrak”. I4.4 “Berjalan baik”. I4.5 “Enggak rutin. Paling kalau ada perlu, itu juga jarang”. I4.6 “Kalau ada perlu aja”. I4.7 “Setahun (sekali) doang, itu pun masalah pembenahan pasar”. I4.8 “Paling dikasih surat edaran. Paling kalau rapat pas mau
dibongkar atau mau pindah ke sana”. I4.9 “ Kurang tahu, soalnya saya mah anak buah”. I4.10 “ Enggak (rutin) sih, paling kalau mau lagi rapat”.
Seberapa sering Koordinasi yang terjalin antara Pedagang, Kolektor, UPTD, Disperindagkop dan DPPKD?
I1.1 “Kita juga kan evaluasi dari ini dulu, dari kita dulu .. ada rencana dari dinas (disperindagkop) evaluasi juga kinerja kita realisasi 3 bulan ini yang tercapainya, ada laporan juga dari DPPKD masalah nya apa keluhan nya apa”
I1.2 “Kalau koordinasi antara Pedagang Kolektor, UPTD dan Dinas
biasa nya itu kalau pendapatan si targetnya itu belum tercapai, misalkan sampai agustus ini kok masih jauh dari target mungkin nanti ada koordinasi dari kanit perdagangan biasa nya, nanti kolektor itu dipanggil.” Kalau UPTD sering koordinasi sengan DPPKD? “Enggak, disperindagkop aja, jadi disperindagkop ke DPPKD. Kita mah cuma pelaksana aja sih mas.” Kalau koordinasi Disperindagkop dengan DPPKD? “Tiap hari kan kita setoran nya ke Dinas (Perindagkop) dari dinas itu ke Bank BJB, dari Bank BJB baru ke DPPKD. Tiap
Q
I
hari rutin, libur nya cuma lebaran doang disini mah mas, sabtu minggu jalan, cuma setoran nya itu hari senin.. karena kan di dinas nya juga sabtu minggu libur bendahara dinas nya. ” Kalau sabtu minggu, UPTD libur ? “ Ada yang piket, masalahnya kalau nggak gitu, takutnya uang nya di pake dulu ama kolektor akhirnya setoran nya kurang….(tidak terdengar jelas)… biasa nya yang piket staff sini.”
I1.3 *Tidak terjawab karena keterbatasan waktu I1.4 “Sebulan sekali, kalau laporan ada perbedaan langsung
koordinasi” I2.1 “ Boleh dikatakan rutin iya, kadang kadang dua hari juga
turun” I2.2 “Kurang lebih 1 tahun ada 4 kali” I3.1 “Tentu berkoordinasi biasanya pada saat penyusunan
anggaran, itu yang pertama. Kemudian pada saat tahap implementasi pelaksanaan itu kaitan pada jumlah setoran dari pedagang termasuk juga evaluasi evaluasi yang selalu muncul permasalahan permasalahan yang ada di lapangan”.
I3.2 *dijawab pada pertanyaan sebelumnya I4.1 “Ada, tapi tidak sering. Tapi tidak tahu pasti nya”. I4.2 “Kurang tahu”. I4.3 “Baru sekali, hanya perpanjangan kontrak. Kalau selain itu
tidak ada mas”. I4.4 “Ada, tapi tidak sebulan sekali. Tidak pasti.” I4.5 “Enggak rutin. Paling kalau ada perlu, itu juga jarang”. I4.6 “Kalau ada perlu aja”. I4.7 “Setahun doang, itu pun masalah pembenahan pasar”. I4.8 “.Enggak ada rapat rutin, kita mah paling butuh nya jualan. Itu
aja kan”. I4.9 “ Kurang tahu, soalnya saya mah anak buah”. I4.10 “ Enggak (rutin) sih, paling kalau mau lagi rapat”.
6.Lingkungan Ekonomi Politik
Apakah kebijakan ini mengganggu omset anda?
I4.1 “Tidak mempengaruhi omset dan tidak mengganggu”
I4.2 “Tidak mengganggu, karena sedikit”. I4.3 “Engga berpengaruh” I4.4 “Enggak mengganggu”. I4.5 “Enggak sih, tapi kalau lagi sepi mah kesel juga kadang. Kalau
sepi mah lewat”. I4.6 “Enggak”. I4.7 “Enggak sih, bagi saya sih enggak. Asal kemananan kebersihan,
itu aja.”. I4.8 “Enggak sih, soalnya paling berapa sih, paling seribu dua
ribu.” I4.9 “Enggak sih”. I4.10 “Enggak sih”.
Berapakah omset anda perhari?
I4.1 “Tidak menentu, kadang kadang lumayan. Lebih nyaman di lokasi yang sekarang ( Kranggot)”.
I4.2 “Tergantung keadaan pasar kalau kita lagi rame, ya rame. Pas deket deket lebaran rame”.
I4.3 “Tergantung kondisi pembeli, kalau menjelang lebaran rame banget minimal 500 ribu, bisa nyampe 10 Juta”.
I4.4 “Sedang, gak besar, gak kecil‟. I4.5 “Biasa, tergantung. Kalau hari minggu rame, kalau hari biasa
sepi”. I4.6 “Omset tergantung dagangannya kalau kecil 3 juta setengah
sehari, kalau lagi rame 10 juta juga nyampe”. I4.7 .”Biasa aja”. I4.8 “Alhamdulillah semua tercukupi”. I4.9 “Biasa aja”. I4.10 “Ya lumayan lah”.
Q
I
Q
I
Apakah kebijakan retribusi pelayanan pasar mempengaruhi pilihan politik lokal anda?
I4.1 “Enggak. Tidak mempengaruhi” I4.2 “Enggak sih, tidak mempengaruhi”. I4.3 “Tidak mempengaruhi”.
I4.4 “Enggak mempengaruhi” I4.5 “Enggak mempengaruhi” I4.6 “Enggak ada dorongan kaya gitu, dipasar mah siapa gua siapa
elu mau yang mimpin nya siapa, tetep aja pedagang mah dagang”.
I4.7 “Enggak berfikiran kesitu”. I4.8 “Enggak berpengaruh.” I4.9 “Enggak mempengaruhi”. I4.10 “Jadi seneng, wajar lah buat kebersihan”.
Apakah ada pihak informal yang terlibat dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar (Pungli/ Preman/ pihak informal lain nya)?
I1.1 “Kalau sekarang mah, karena saya termasuk orang lama juga sebetulnya mah sekarang Alhamdulillah sudah tertib, kalau dulu mah ada satu dua cuman itu mah preman preman gitu tuh, mangkanya kita panggil preman preman nya duduk bareng,: “tolong, ini bukan jaman nya lagi berbuat begini”. Ya alhamdulillah sekarang mah sudah kondusif lah”. Waktu itu saya nanya ke padagang pak, katanya ada yang suka maintain THR dan katanya ada surat edarannya dari sini (UPTD), itu bener pak?
“ Itu sifatnya iya… betul itu dikeluarkan ..jadi THR nya bukan untuk untuk PNS tapi untuk tenaga kerja kebersihan sama yang TKS TKS itu yang keamanan dan kebersihan, lagian dulu sama sekarang sepi sekarang, kalau sekarang mah cukup satu, gak timpa sana timpa sini dari kebersihan ya keamanan nya iya cukup dari kemanan aja yang ngambil peruntukan nya buat mereka (TKS Keamanan dan Kebersihan).
I1.2 “ Untuk sekarang ini jarang ya, tapi pernah mah mungkin
pernah (bukan retribusi pasar)”
Q
I
Q
I
I1.3 “Oh, enggak ada. Karena ini pasar pemerintah jadi yang narik itu pemerintah, dinas perindustrian perdagangan terutama UPTD”.
I1.4 “ HIPSI itu tidak menyatu dengan UPTD, Cuma kalau ada apa
apa (aspirasi) nya ke HIPSI, tapi gak semua sih”.
I4.1 “Tidak ada pihak lain yang memaksa untuk pemungutan retribusi pelayanan pasar. Jika pun ada niatnya sedekah”.
I4.2 “Enggak ada sih”. I4.3 “Tidak ada pungli, karena ada HIPSI, tidak akan berani. HIPSI
sendiri dalam naungan Disperindagkop”.
I4.4 “Setahu saya enggak ada” I4.5 “Gak ada, tapi kalau kita berani gak ada. Kalau kita gak berani
,ada”. I4.6 “Gak ada, pungli gak ada”. I4.7 “.Gak ada, gak ada pungli-pungli”. I4.8 “Hari hari gini gak ada. Pas lebaran ada yang maintain THR,
dari dinas ada, dari orang-orang (selain dinas) juga ada”.
I4.9 “Gak ada” I4.10 “Resmi semua”.
Lampiran Gambar
(Gambar Gerbang Pasar Baru Cilegon)
(Gambar Emprakan Sayur di Pasar Baru Cilegon)
(Gambar Los Semi Basah )
(Gambar Suasana Blok Kios D di Pasar Baru Cilegon)
(Gambar Auwning di Pasar Baru yang sudah tutup)
(Gambar dengan Kasi Akuntansi Penerimaan DPPKD Kota Cilegon)
(Gambar dengan Kasi Perencanaan dan Pengendalian DPPKD Kota Cilegon)
(Gambar dengan Kasi Pembinaan Pasar Disperindagkop Kota Cilegon)
(Gambar dengan Pedagang Pakaian di Pasar Baru Cilegon)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizki Hidayat
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 29 Juli1991
Agama : Islam
Alamat : Kp.Sukatani RT.03/RW.03 Ds. Ciputri Kaduhejo
Pandeglang
HP : 085882894170
Pendidikan Formal :
1998-2001 : SD Negeri Bujang Gadung Pulomerak
2001-2003 : SD Negeri 4 Cilegon
2003-2006 : SMP Negeri 1 Cilegon
2006-2009 : SMA Negeri 1 Kota Cilegon
2009-Sekarang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa