Upload
dothuy
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI PROGRAM DAERAH
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
GERAKAN PEMBANGUNAN UNTUK
MASYARAKAT (PDPM GERBANG UTAMA) DI
KECAMATAN BAROS
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Ulfah Fadilah
NIM. 6661120307
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
ABSTRAK
Ulfah Fadilah, 6661120307, 2017. Implementasi Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA) di Kecamatan Baros
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Gandung Ismanto, S.Sos., MM (Pembimbing 1)
dan Titi Stiawati S.Sos., M.Si (Pembimbing 2)
Kata Kunci : Implementasi, PDPM GERBANG UTAMA
Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pembangunan Untuk
Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) sesuai dengan Peraturan Bupati
Serang Nomor 7 tahun 2015 adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan bertujuan agar
tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan.
Masalah yang muncul dalam program ini adalah kurangnya kesadaran dari
masyarakat dalam pengembalian dana Simpan Piinjam Perempuan (SPP),
kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pelaporan administrasi, Sumber
Daya Kurang memadai, Keterlambatan dalam pencairan dana, kegiatan sarana
prasarana yang kualitasnya kurang bagus. Penelitian ini menggunakan teori
dari Van Metter dan Van Horn dalam Leo agustino (2006 : 161) , yang
mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik tersebut adalah yang
terdiri dari ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen
pelaksana, Sikap atau kecenderungan (Dispotition) para pelaku, komunikasi
antar organisasi, lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil
temuan lapangan penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA di kecamatan Baros sudah berjalan dengan baik
meskipun masih terdapat masalah yang menghambat dalam pelaksanaan
kebijakannya. Saran dari peneliti adalah Ketegasan dalam penerapan sanksi
program PDPM Gerbang Utama perlu dipatuhi dan ditegakan oleh semua
pihak mulai dari tingkat desa sampai dengan tingkat kabupaten dan
Pemerintah desa harus bisa memaksimalkan anggaran yang disediakan oleh
pemerintah kabupaten.
ABSTRACT
Ulfah Fadilah, 6661120307, 2017. Implementasi Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA) di Kecamatan Baros
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Gandung Ismanto, S.Sos., MM (Pembimbing 1)
dan Titi Stiawati S.Sos., M.Si (Pembimbing 2)
keywords : Implementation, PDPM GERBANG UTAMA
The Region Program Society Empowerment Development Movement for
Society (PDPM GERBANG UTAMA) based on the Serang Regent’s Rule No
7 year 2015 is a program that aimed to accelerate proverty tackling that all
integrated and sustainable aimed to achieve the prosperous and independently
of the poor people in the villages. There are some problems on this program
such as less awareness from the villagers to return the loan fund, less the
capability of the villagers to report the administration system, less resources,
delayed about the fund liquefaction so the quality of the infrastructure was
bad. This research is using the theory from Van Metter and Van Horn in Leo
Agustino (2006 : 161), the influence of public policy implementation consist
of the dimension and purpose of the policy, recources, characteristic of the
implementor, implementoor’s attitude or tendency, the communication
between organizations, the economical’s surrounding, social and political
situation. The method used descriptive method with qualitative approach. The
result of research concluded that the implementation of PDPM GERBANG
UTAMA in Baros Subdistrict already good but there is some problem that
obstruct on the implementation’s phase. Researcher’s advice is all people from
district until regency area must apply the punishment regulation based on the
Judgement and the village’s government have to maximize the fund that have
been prepared by the regency’s government.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan inayah-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul Implementasi Program Daerah Pembertdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di
Kabupaten Serang tanpa menemukan hambatan dan kesulitan yang berarti.
Dalam skripsi ini penulis berusaha menyampaikan beberapa hal mengenai
deskripsi beberapa permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian, landasan
teori, dan metode penelitian yang tertuang dalam proposal skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah memberikan arahan,
bimbingan, pelajaran, serta motivasi dan dukungan dalam upaya penyusunan
proposal skripsi ini. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. DR. Agus Sjafari S.Sos M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
7. Gandung Ismanto, S.Sos., MM selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang
selalu membimbing, memberikan ilmunya, memotivasi penulis serta
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
Terimakasih atas ilmu dan bantuannya.
8. Titi Stiawati, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang
selalu membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis
dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Terimakasih atas ilmu dan
bantuannya.
9. Anis Fuad, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis dari awal hingga akhir.
10. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan
(BKBPMP) Kabupaten Serang yang telah memberikan data dan informasi
kepada peneliti.
12. Pelaksana Program PDPM GERBANG UTAMA yang telah memberikan
data dan informasi kepada peneliti.
iii
13. Kedua orang tua yang selalu membimbing dan mengantarkan anaknya
sampai ke dalam tahap perguruan tinggi. Terimakasih banyak Mamah dan
Bapak. Dan kaka-kakaku Te wiwi, A eko, Bang Nurli.
14. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung yaitu Ngebet lulus, Scima,
Angels, dan sahabat yang sering menemani saat penelitian yaitu Glen,
Rahma, Andam, adiku Lita dan teman-teman seperjuangan Administrasi
Negara angkatan 2012. Semoga kami semua dapat berjuang dan sukses
bersama.
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh
karena itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
proposal skripsi ini terjadi kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penulis
melakukan penelitian. Terimakasih.
Serang, Juni 2017
Ulfah Fadilah
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 19
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 19
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 19
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 19
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 20
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 22
2.1.1 kebijakan Publik ................................................................................... 22
2.1.1.1 Tahap-tahap Kebijakan Publik ....................................................... 24
v
2.1.2 Implementasi Kebijakan ...................................................................... 26
2.1.2.1 Model-model Implementasi Kebijakan .......................................... 29
2.1.2.2 Implementasi Kebijakan publik model Donald Van Metter
Van Horn ......................................................................................... 32
2.1.3 Konsep Kemiskinan ............................................................................. 34
2.1.4 Konsep Pemberdayaan ......................................................................... 36
2.1.5 Konsep Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) .... 38
2.1.5.1 Tujuan PDPM GERBANG UTAMA .............................................. 40
2.1.5.2 Keluaran Program ........................................................................... 41
2.1.5.3 Prinsip Dasar PDPM GERBANG UTAMA ................................... 41
2.1.5.4 Sasaran PDPM GERBANG UTAMA ............................................ 42
2.1.5.5 Pendanaan ....................................................................................... 43
2.1.5.6 Ketentuan Dasar PDPM GERBANG UTAMA .............................. 44
2.1.5.7 Peran Pelaksana PDPM GERBANG UTAMA ............................... 48
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 58
2.3 Kerangka Berfikir ........................................................................................ 59
2.4 Asumsi Dasar .............................................................................................. 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .......................................................................................... 62
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................................ 64
3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 64
vi
3.4 Variabel Penelitian ........................................................................................ 65
3.4.1 Definisi Konsep ....................................................................................... 66
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................................ 67
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 69
3.6 Informan Penelitian ....................................................................................... 70
3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 72
3.7.1 Observasi ................................................................................................. 73
3.7.2 Wawancara .............................................................................................. 75
3.7.2.1 Macam-macam wawancara dalam penelitia kualitatif ..................... 75
3.7.3 Studi Dokumentasi .................................................................................. 79
3.8 Teknik Analisis Data dan Uji Keabsahan Data ............................................. 80
3.8.1 Teknik Analisis Data ............................................................................... 80
3.8.2 Uji Keabsahan Data ................................................................................ 83
3.9 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 85
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................ 87
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serang ...................................................... 87
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Baros ....................................................... 88
4.2. Deskripsi Data .............................................................................................. 89
4.2.1. Data Informan Penelitian ....................................................................... 92
4.4 Deskripsi dan Data Temuan Lapangan ......................................................... 94
vii
4.5 Implementasi Kebijakan Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat ......................................................... 94
4.5.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan ............................................................ 94
4.5.2 Sumber Daya ...................................................................................... 111
4.5.3 Karakteristik agen pelaksana .............................................................. 121
4.5.4 Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para Implementor ....................... 124
4.5.5 Komunikasi antar organisasi .............................................................. 129
4.5.6 Lingkungan ekonomi, social dan politik ............................................. 134
4.6 Pembahasan .................................................................................................. 139
4.6.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan ............................................................... 141
4.6.2 Sumberdaya ............................................................................................ 149
4.6.3 Karakteristik agen pelaksana .................................................................. 152
4.6.4 Sikap/ kecenderungan (disposisi) para implementor ............................. 153
4.6.5 Komunikasi antar organisasi .................................................................. 154
4.6.6 Lingkungan Ekonomi, sosial dan politik ............................................... 155
4.7 Temuan Lapangan ........................................................................................ 156
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 158
5.2 Saran ............................................................................................................. 162
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Pengembalian SPP ...................................................................... 12
Tabel 1.2 Daftar Fasilitator Kabupaten dan Kecamatan PDPM – GU ............... 14
Tabel 3.4.2 Definisi Operasional ........................................................................ 69
Tabel 3.6 Data Informan ..................................................................................... 73
Tabel 3.7.2.1 Pedoman Wawancara .................................................................... 77
Table 3.9 Jadwal Penelitian ................................................................................. 89
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 tahap-tahap kebijakan publik .......................................................... 24
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 62
Gambar 3.8 Komponen Dalam Analisis Data Mode Interaktif ........................... 85
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Peraturan Bupati No 7 Tahun 2015 tentang Program
Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA)
LAMPIRAN III Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN IV Data Pendukung Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan terus menjadi fenomena sepanjang sejarah Indonesia.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam
pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik,
kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan
tehadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah
kemiskinan membuat rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan
secara terbatas. Permasalahan kemiskinan membutuhkan keterlibatan semua
pihak secara bersama dan terkoordinasi agar cita-cita kesejahteraan dapat
tercapai dengan lebih dinamis.Hal ini sesuai denga Peraturan Presiden Nomor
15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan.
Kemiskinan sering dianalogkan dengan semua sifat kekurangan dan
ketidakberdayaan. Analog ini mengakibatkan definisi kemiskinan menjadi
sangat luas sehingga sulit untuk memahaminya dan kesulitan untuk
menentukan langkah kebijakan yang perlu dilakukan untuk menanggulangi
kemiskinan. Kemiskinan dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Ada
batasan sederhana yang mengkaitkan kemiskinan dengan standar minimal
yang dihitung berdasarkan pendapatan (income based poverty line). Mereka
yang dinyatakan miskin adalah individu, rumah tangga, masyarakat, atau
2
kelompok sosial lainnya yang memperoleh pendapatan dibawah standar
minimal. Batasan ini mengabaikan sumber daya tunai (non cash) yang tersedia
di masyarakat dan sulit digunakan dalam situasi setempat yang terbatas
(Soedijanto Padmowihardjo, 2004).
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa,
yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman
hidup.Pembangunan negara Indonesia seperti yang tercantum dalam Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur merata dalam materiil dan spiritual berdasarkan
pancasila.Untuk mencapai tujuan tersebut maka pembangunan di segala
bidang pun harus dilakukan.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.Adapun
bentuk pembangunan akan selalu diartikan mengandung unsur proses dan
adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk mencapai kemajuan
masyarakat. Karena ditujukan untuk masyarakat, itulah maka sewajarnya
masyarakatlah sebagai pemilik kegiatan pembangunan.Hal ini dimaksudkan
supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang diketahui dan
sebenarnya yang dikehendaki oleh masyarakat.Pemberdayaan masyarakat
adalah sebagai alternatif dari pembangunan masyarakat.
Hal tersebut membuat pemerintah semakin intensif menggulirkan
program. Kondisi tersebut membuat peranan pemerintah semakin besar.
3
Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan
program. Dalam hal ini pemerintah perlu membimbing dan memberi
pengarahan kepada masyarakat sampai masyarakat dinilai mampu, karena
seperti yang kita ketahui lemahnya tingkat pendidikan masyarakat miskin
mengakibatkan sulitnya untuk menerima bimbingan dan arahan. Maka dari itu
pemerintah juga harus melakukan pengawasan setiap bulannya. Agar program
yang pemerintah buat menjadi tepat sasaran dan terimplementasi dengan baik.
Dalam hal ini perlu ada kesiapan masyarakat dalam menerima program untuk
perubahan itu. Untuk itu masyarakat perlu terlibat sejak perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi hingga pemanfaatannya.Sehingga program
pemberdayaan yang dijalankan dapat memberdayakan masyarakat bukan
memperdayakan masyarakat.
Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam
(a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan;
(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa
yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto : 2005).
Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang rendah yang mengakibatkan masyarakat miskin
4
tidak mampu dan tidak tahu dalam hal pengembangan usaha.Ketidakmampuan
dan ketidaktahuan mengakibatkan produktivitas mereka rendah.Pemberdayaan
masyarakat tersebut harus ditujukan langsung kepada yang memerlukan,
dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan
kebutuhannya.Agar pemberdayaan masyarakat tersebut efektif sesuai dengan
kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan masyarakat
miskin.Selain itu sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan
pengalaman dalam merancang, mengelola, melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan
ekonominya.Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya
banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari
informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan usaha.
Peran Pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat pun
semakin terlihat ketika Pemerintah meluncurkan program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007 yang
dinyatakan dengan keputusan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009. Melalui program
tersebut dirumuskan kembali dirumuskan kembali mekanisme upaya
penanggulangan kemiskinan yang melibatkan masyarakat mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi.. Melalui proses
pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat,
terutama masyarakat miskin. Tujuannya agar masyarakat mampu berdaya dan
5
dapat ditumbuh kembangkan, sehingga mereka bukan hanya sebagai objek
melainkan sekaligus sebagai upaya penanggulangan kemiskinan tersebut.
Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah penyanggah Ibukota
Negara yang banyak memiliki potensi untuk pembangunan.Pembangunan di
berbagai sektor tentunya harus diimbangi dengan pemenuhan hak-hak
masyarakat.Penanggulangan kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai
program berbasis pemberdayaan masyarakat, karena kemiskinan merupakan
permasalahan bangsa yang mendesak.Yang menjadi sumber masalah tidak
terangkatnya masyarakat lapisan bawah adalah faktor utama ketidakberdayaan
maka pendekatan yang kemudian banyak digunakan oleh perspektif ini adalah
pemberdayaan masyarakat, Ketidakberdayaan tersebut diwujudkan dalam
bentuk kurangnya wewenang masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
kurangnya kapasitas untuk mengelola pembangunan secara mandiri..Dalam
hal ini pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebagai pemberdayaan yang
hanya sekedar pemenuhan kebutuhan manusia.Pemberdayaan masyarakat
lebih diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagai sumber, pelaku dan
yang menikmati hasil pembangunan. Dengan kata lain pembangunan dari,
oleh dan untuk masyarakat.
Kabupaten Serang sama dengan daerah lain memiliki persoalan
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga
pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan
antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya
kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk
6
menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang
berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang benar harus memadukan
aspek-aspek penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang tahun 2015,
ada 29.423 rumah tangga miskin, kemudian jumlah rumah tangga hampir
miskin sebanyak 29.424 rumah tangga miskin, sedangkan rumah tangga
sangat miskin sebanyak 12..860. sementara untuk kategori rumah tangga
miskin berdasarkan individu, yakni individu miskin berjumlah 125 ribu jiwa,
jumlah individu hampir miskin berjumlah 146 ribu jiwa, dan jumlah individu
sangat miskin sebanyak 81 ribu jiwa (BPS, 2015).
Seiring dengan itu pada Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Serang
melaksanakan Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PDPM-MPd) dilaksanakan di 15 kecamatan yang tidak mendapatkan bantuan
Program PNPM-MPd, sebagai inisiatif lokal untuk mendorong percepatan
dalam pembangunan perdesaan yang berbasis pemberdayaan masyarakat
melalui mekanisme perencanaan pembangunan secara partisipatif, dimana
masyarakat perdesaan diberikan hak dan keleluasaan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan di desa.
Dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah Daerah, penguatan
kelembagaan masyarakat, keberlanjutan pendampingan masyarakat, integrasi
program dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, maka Tahun
2015 Pemerintah Kabupaten Serang melaksanakan kembali Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
7
(PDPMGERBANG UTAMA) sesuai dengan Peraturan Bupati Serang Nomor
7 tahun 2015 tentang Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM Gerbang Utama) adalah
program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan
berkelanjutan, sebagai reflikasi dari PNPM MPd yang selama ini pelaksanaan
di Kabupaten Serang melaksanakan kembali Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) sebagai kelanjutan dari kebijakan pemerintah sebelumnya melalui
PNPM MPd yang dihentikan secara mendadak melalui surat Dirjen PMD
Tanggal 29 Desember Tahun 2014.
Konsep pemberdayaan masyarakat berpihak kepada lapisan
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan oleh kesenjangan
terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan, teknologi
keterampilan, ditambah oleh kemampuan sumber daya manusia, serta kegiatan
ekonomi lokal yang tidak kompetitif menunjang pendapatan masyarakat.selain
itu lembaga pemerintah belum optimal dalam meyalurkan dan
mengakomodasikan kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan
produktivitas yang mampu memberi nilai tambah usaha masyarakat Miskin.
Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Serang
dikarenakan Kabupaten Serang adalah satu-satunya kabupaten di Provinsi
banten yang melaksanakan program PDPM GERBANG UTAMA.
8
Sejalan dengan Visi PNPM MPd maka visi PDPM GERBANG
UTAMA adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat
miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk
memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses
sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut
untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PDPM GERBANG UTAMA
adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2)
pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan
peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana
sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; serta (5) pengembangan jaringan
kemitraan dalam pembangunan.
Dalam rangka melaksanakan visi dan misi PDPM GERBANG
UTAMA, strategi yang dikembangkan yaitu menjadikan rumah tangga miskin
(RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan
partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Dari
visi, misi, dan strategi maka Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA)
berupaya menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan
yang dipilih yaitu menuntaskan tahapan pelembagaan sistem pembangunan
partisipatif, setelah tahapan inisiasi dan internalisasitelah selesai dilakukan
oleh PPK dan PNPM MPd.
9
PDPM Gerbang Utama memiliki nilai-nilai dasar yang selalu menjadi
landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan
yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PDPM Gerbang
Utama. Nilai-nilai tersebut adalah :
1. Bertumpu pada pembangunan manusia
2. Otonomi
3. Desentralisasi
4. Berorientasi pada masyarakat miskin
5. Partisipasi
6. Kesetaraan dan keadilan gender
7. Demokratis
8. Transparansi dan akuntabel
9. Prioritas
10. Keberlanjutan
Alokasi anggaran Program PDPM Gerbang Utama yang perencanaannya
dintegrasikan dan disinergikan dengan perencanaan reguler SKPD pada Tahun
2015, yaitu sebesar Rp. 18.175.000.000.- (Delapan Belas Milyar Seratus Tujuh
Puluh Lima Juta Rupiah) yang bersumber dari APBD Kabupaten Serang
dialokasikan untuk 29 kecamatan yang direalisasikan pada 25% untuk Kegiatan
Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan 75% untuk Kegiatan sarana dan
Prasarana. Berikut kriteria dan jenis kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat
diperlakukan sama. Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan
untuk kegiatan yang memenuhi kriteria;
10
a. Diutamakan lokasi desa tertinggal
b. Lebih bermanfaat bagi RTM,
c. Berdampaklangsung dalam peningkatan kesejahteraan
d. Dapat dikerjakan oleh masyarakat,
e. Didukung oleh sumber daya yang ada,
f. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.
Besaran dana BLM disesuaikan dengan Alokasi pada masing-masing
Kecamatan ditetapkan berdasarkan tingkat kemiskinan di masing-masing
Kecamatan dan Desa serta disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah
sehingga jumlah penyaluran disetiap kecamatan berbeda.
Setelah peneliti melakukan observasi awal mengenai Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembagunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang, dan berdasarkan wawancara awal
peneliti dengan beberapa pihak terkait, maka terdapat beberapa masalah dalam
realisasi Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembagunan
Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang, antara
lain sebagai berikut.
Pertama, kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam pengembalian dana
Simpan Piinjam Perempuan (SPP). Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara pada
Hari Senin, 15 Februari 2016 pukul 14.00 WIB dengan Pak Usep dadang, usia 44
Tahun selaku fasilitator Kabupaten Kegiatan PDPM GERBANG UTAMA
Kabupaten Serang. pada pelaksanaannya program daerah ini juga bertujuan untuk
mengembangkan aset-aset yang telah di realisasikan program PNPM MPd,
11
diantara asset tersebut adalah adanya dana perguliran kelompok SPP yang pada
pelaksanaannya menerapkan sanksi lokal kepada desa-desa partisipan dengan cara
menentukan batas minimal pengembalian tiap tiap desa di tingkat kecamatan,
sehingga dengan diberlakukannya sanksi yang sama pada penyelenggaraan
program PDPM GU ini tidak semua desa dapat berpartisipasi karena tingkat
pengembalian SPP di desa masih rendah. Dalam hal ini masih ada paradigma
lama yang beranggapan bahwa dana dari pemerintah tidak usah dikembalikan.
Desa yang tingkat pengembalian SPP nya tidak mencapai batas minimal
sanksi lokal sehingga terancam tidak dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan
PDPM-GU, berupaya untuk membayar kekurangannya dengan menggunakan
dana talangan dan pembayarannya disinyalir menggunakan sebagaian dana
sarpras sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas.Adanya ketidak tegasan
dalam penerapan sanksi lokal oleh Pemerintah Desa, sehingga desa dengan
tingkat pengembalian SPP rendah/tidak memenuhi syarat minimal sanksi lokal
tetap dapat mengikuti MAD Prioritas dan MAD Penetapan Usulan, sehingga pada
pelaksanaannya terhambat oleh janji-janji Pemerintah Desa (Kades) yang tidak
direalisasikan, janji tersebut antara lain seperti :Berjanji akan
mengupayakan/mendorong kelompok SPP yang menunggak membayar sampai
dengan batas MAD Prioritas dan berlanjut minta kebijakan sampai MAD
Pendanaan dan setelah diberikan kesempatan tetap tidak merealisasikannya.
Berikut adalah data tingkat pengembalian dana SPP :
12
Tabel 1.1 Data Pengembalian SPP
NO Kecamatan Aset Dana
Bergulir Dana
Mengendap pinjaman Tunggakan
Tingkat Pengembalian
SPP SPP SPP
78,364,534,689
8,767,552,441
61,768,176,415
23,718,457,115 93%
1 . Cinangka 4,110,948,590
315,060,391
3,021,224,100
1,230,994,100 96%
2 Padarincang 4,263,536,146
39,421,446
4,179,623,200
1,861,979,767 90%
3 Ciomas 2,765,251,412
30,674,712
2,734,576,700
301,287,000 93%
4 Pabuaran 1,477,409,165
41,546,365
1,434,786,800
229,374,300 96%
5 Gunung Sari 2,496,782,788
616,316,088
1,862,036,700
1,138,333,700 85%
6 Baros 1,600,456,966
229,771,335
420,163,603
390,517,591 67%
7 Petir 3,900,879,040
168,479,012
2,409,698,225
513,302,450 97%
8 Tunjung Teja 2,633,787,988
252,998,363
2,376,979,625
1,016,656,525 92%
9 Cikeusal 6,495,804,835
314,066,014
6,136,884,421
662,122,200 99%
10 Pamarayan 3,165,316,065
631,393,377
2,533,922,688
894,868,371 94%
11 Bandung 1,553,962,225
155,150,173
1,398,812,052
704,640,142 88%
12 Jawilan 3,046,834,168
316,524,175
2,704,361,102
1,196,496,816 93%
13 Kopo 1,711,054,746
189,863,246
1,518,896,500
590,706,000 90%
14 Cikande 1,537,143,595
77,307,845
1,457,075,750
647,648,250 90%
15 Kibin 3,082,782,793
440,751,360
2,641,246,433
794,133,100 95%
16 Kragilan 2,265,775,247
99,483,797
2,019,791,450
768,523,700 76%
17 Waringinkurung 2,446,562,460
355,704,721
2,052,993,918
1,427,403,406 83%
18 Mancak 2,917,245,683
298,356,230
2,599,063,098
972,214,831 86%
19 Anyar 2,184,711,326
181,930,226
2,011,377,300
802,750,750 90%
20 Bojonegara 3,268,823,454 762,153,254 2,265,728,800 488,125,800 96%
13
21 Pulo Ampel 1,833,004,293
198,335,393
1,634,668,900
1,068,847,900 84%
22 Kramatwatu 2,720,949,559
667,530,659
2,053,418,900
655,542,600 95%
23 Ciruas 3,322,073,719
98,363,219
3,197,710,500
641,798,000 96%
24 Pontang 2,182,102,858
290,101,108
1,892,001,750
1,171,321,750 87%
25 Carenang 2,824,936,599
942,762,351
1,436,355,600
634,533,300 93%
26 Binuang 1,521,417,668
44,024,568
1,302,000,500
919,060,167 77%
27 Tirtayasa 3,079,523,557
130,479,696
2,472,777,800
1,184,576,600 91%
28 Tanara 3,894,229,834
867,146,614
2,852,997,500 791,168,000 84%
29 Lebak Wangi 41,231,188
11,856,703 29,237,000 19,530,000 78%
(Sumber : BKBPMP, 2016)
Dari data table diatas dapat dilihat bahwa kecamatan Baros yang memiliki
tunggakan persentase pembayaran SPP paling rendah sedangkan kecamatan
Cikeusal sebaliknya yaitu memiliki tunggakan persentase pembayaran SPP paling
tinggi diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Serang.
Kedua, kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pelaporan
administrasi. Hal ini dapat dilihat pada hasil wawacara pada Hari Senin, 15
Februari 2016 Pukul 14.00 WIB dengan Pak Usep dadang, Usia 44 Tahun
(Fasilitator Kabupaten Kegiatan PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten Serang)
mengemukakan adanya keterlambatan dalam penyusunan Laporan
Penanggungjawaban Dana (LPD). Hal ini dikarenakan pergantian tim pelaksana
kegiatan di tingkat Desa (Kader Pemberdayaan Masyarakat) karena pergantian
Kepala Desa. Akibatnya pergantian pelaksana kegiatan yang baru kurang
memahami cara, struktur pelaporan yang sebelumnya sudah dibimbing dan
14
disosialisasikan kepada pelaksana kegiatan yang lama (Usep dadang, 15 Februari
2016).
Ketiga, Sumber Daya masih kurang memadai baik Sumberdaya Mausia
ataupun Sumberdaya Lokal dalam pelaksanaan kegiatan.Pada saat itu peneliti
mengikuti kegiatan laporan Tahunan yang dilaksanakan pada tanggal 24
februarydi Rumah makan taktakan. Masyarakat mengeluhkan masih ada
Kecamatan yang tidak ada Fasilitator Teknik (FT)yang mengakibatkan
terlambatnya proses pelaksanaan. Sedangkan menurut Panduan Teknis
Operasional (PTO) PDPM GERBANG UTAMAdi setiap Kecamatan lokasi
PDPM GERBANG UTAMA ditugaskan 2 (Dua) orang pendamping yaitu
Fasilitator Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT).hal ini dapat dilihat
dari data sebagai berikut :
Tabel 1.2 DAFTAR
FASILITATOR KABUPATEN DAN KECAMATAN PDPM-GU
KABUPATEN SERANG
2015
NO
KABUPATEN /
N A M A
GENDER
P O S I S I KETERANGAN
KECAMATAN Laki-
laki Perempuan
A. KABUPATEN :
1 Serang Usep Dadang, SP. 1 Koordinator
Faskab.
2 Serang Amri Wahyu Jatmiko 1 Fastekab
3 Serang Ir. Muliadiy BU. 1 Fas.Keu
4 Serang Andes Widiansyah 1 FPPU
15
5 Serang Agus Setiawan 1 Assisten Faskab
6 Serang Tanjung TS. 1 Assisten
Fas.T.Kab
7 Serang Bintang Anugia Arraqi 1 Operator
JUMLAH TIM FASKAB. 8 0
B. KECAMATAN :
1 Anyar
Iwan Rohmawan 1 FK
2 Eka Yulidar
1 FT
3
Bandung
Edi Suardi 1 FK
4 Heri Mujiyanto 1 FT
5 Baros
Abdul Latif 1 FK
FT Kosong
6
Binuang
Andrianto 1 FK
7 Sani Selamet 1 FT
8 Bojonegara
Munira Ibnu Abbas 1 FK
9 Oliviani Husaeni 1 FT
10
Carenang
H.Emus Mulyadi 1 FK
11 Nur Azizahtul Khotimah 1 FT
12 Cikande
Rusma Permana 1 FK
9 FT Kosong
14
Cikeusal
Akhmad Yani 1 FK
Diah Mumpuni Aprianti 1 FT
15 Cinangka
Ernani Sanuyah 1 FK
15 Devi April Melia 1 FT
17 Ciomas Priyo Widiatmono 1 FK
18
FT Kosong
19 Ciruas Ratu Liana 1 FK
16
20 FT Kosong
21
Gunung Sari
Nina Kuniawati 1 FK
22 Akhlis Alfa Rezano 1 FT
23
Jawilan
Anton Suherman 1 FK
24 Hanny Nurhanifah M. 1 FT
25
Keragilan
FK Kosong
26 FT Kosong
27 Kibin
Prima Novirani 1 FK
28 Robert Eddy. S 1 FT
29
Kopo
Yudi Hartian Alentino 1 FK
30 Sigit Digdo Nugroho 1 FT
31 Kramatwatu
Ratu Aisah 1 FK
32 FT Kosong
33
Mancak
Indri Yani Sapitri 1 FK
34 FT Kosong
35 Pabuaran
Ahmad Jaenudin 1 FK
36 Tuti Handayani 1 FT
37
Padarincang
Ruy Fasya 1 FK
38 Omah Nurhamimah 1 FT
39 Pamarayan
Abdulah HPN. 1 FK
40 Ari Budiarto 1 FT
41
Petir
Mulyana 1 FK
42 FT Kosong
43 Pontang
Siti Umayati 1 FK
44 Etik Suhartanti 1 FT
45
Pulo Ampel
Ibnu Daroni 1 FK
46 FT Kosong
17
47 Tanara
FK Kosong
48 Hendra Hamami 1 FT
49
Tirtayasa
Cece Tajudin 1 FK
50 Nawang Dwi Retno 1 FT
51 Tunjungteja
Daimy Laffa 1 FK
52 FT Kosong
53 Waringinkurung
Yeli Kusmawati 1 FK
54 Devi Widyaningrum 1 FT
55
Lebak Wangi
Asep Sadeli 1 FK
56 Apriyadi Andeska 1 FT
JUMLAH FK DAN FT 26 20 46
TOTAL 34 20 54
(Sumber : BKBPMP : 2016)
Dari data table diatas Kecamatan Baros tidak mempunyai Fasilitator yang
lengkap, yait tidak terdapat fasilitator teknik. Sedangkan kecamatan Cikeusal
memiliki Fasilitator kegiatan dan fasilitator teknik yang lengkap.
Juga keterbatasan Sumber Daya Lokal, peneliti melakukan wawancara
kepada Pak Edi, Usia 46 Tahun (Kasi Pemerintahan Desa Kecamatan Baros) pada
Hari Selasa, 23 Februari 2015.Ketersedian material mengakibatkan terlambatnya
droping Material dan Pemberlian Material harus dari luar. Menurut Panduan
Teknis Operasional (PTO) PDPM GERBANG UTAMA dalam Peraturan Bupati
Nomor 07 Tahun 2015 terdapat tujuan salah satunya adalah Melembagakan
pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya
lokal. Namun pada kenyataannya keterbatasan Sumber Daya Alam di desa-desa
menyebabkan pengadaan material harus membeli dari luar desa.
18
Keempat, keterlambatan dalam pencairan dana BLM. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Epon, Usia 50 Tahun (Kabid BKBPMP) Kabupaten Serang,
pada Hari, Jumat 19 Februari pukul 11.00 WIBKeterlambatan dikarenakan dana
APBD Murni untuk PDPM GERBANG UTAMA dipakai untuk dana Desa
sehingga dana untuk program PDPM GERBANG UTAMA yang ditargetkan pada
Bulan April 2015 cair di APBD perubahan melalui dua tahap yaitu pada bulan
November dan Desember. Bulan Agustus 2015 progres tahapan pelaksanaan
PDPM Gerbang Utama seharusnya telah masuk pada tahapan pelaksanaan akan
tetapi menjadi stagnan karena harus menunggu ditetapkannya APBD Perubahan
Tahun 2015 yang menjadi sumber BLM PDPM-GU TA. 2015 pengganti BLM
alokasi APBD Murni yang terpakai untuk pemenuhan kekurangan alokasi dana
desa sebagai implementasi kebijakan UU Desa Tahun 2014.
Kelima, terdapat kegiatan sarana prasarana yang kualitasnya kurang bagus.
Pekerjaan fisik tidak sesuai dengan design perencanaan akhirnya harus dibongkar
dan memerlukan dana lebih. Berdasarkan laporan evaluasi tahunan Program
Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembagunan Untuk Masyarakat
yang sesuai sertifikasi kegiatan sarana dan prasarana yang tidak sesuai dengan
perencanaan, dari 29 Kecamatan yang terdiri dari 259 desa terdapat 90 desa yang
pembagunan sarana dan prasarananya tidak sesuai dengan perencanaan.
Dari beberapa permasalahan diatas, maka peneliti ingin mengetahui
“Implementasi Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat) di Kabupaten Serang” (studi kasus
Kecamatan Baros dan Kecamatan Cikeusal).
19
1.2 Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam pengembalian dana
Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
2. kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pelaporan administrasi
3. Sumber Daya Kurang memadai
4. Keterlambatan dalam pencairan dana
5. kegiatan sarana prasarana yang kualitasnya kurang bagus
1.3 Batasan Masalah
Supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada aspek yang
berkaitan dengan Implementasi Program daerah Pemberdayaan Masyarakat Dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA di
Kabupaten serang.
1.4 Rumusan Masalah
Bagaimana Implementasi Program daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di
Kabupaten Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Daerah
20
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
a) Manfaat Teoritis
1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan bagi perkembangan ilmu administrasi negara khususnya
mengenai implementasi kebijakan publik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang
lainnya.
b) Manfaat Praktis
1. Untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah
dalam pelaksanaan Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) di Kabupaten Serang.
2. Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan
penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama
mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini.
21
3. Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S-1 pada
Program Studi Ilmu Administrasi negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI
DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa
istilah yag berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti
menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya teori kebijakan publik, teori
implementasi, teori kemiskinan, teori pemberdayaan masyarakat.Dalam penelitian
kualitatif, teori digunakan sebagai indikator pedoman wawancara, sehingga
memudahka peneliti untuk mendapatkan informasi di lapangan. Teori bagi
peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks
sosial secara lebih luas dan mendalam. (Sugiyono, 2009: 47).
2.1.1 Kebijakan Publik
Eystone (1971) dalam Wahab (2012: 13) yang merumuskan dengan
pendek bahwa kebijakan publik ialah antar hubungan yang berlangsung diantara
unit/ satuan pemerintah dengan lingkungannya.
Demikian pula definisi dari Wilson (2006) dalam Wahab (2012 : 13) yang
merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:
“tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah
mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/ sedang diambil
(atau gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang
diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi)”.
23
Definisi lain yang tak kalah luasnya, dikemukakan oleh Thomas R. Dye
(1978) dalam Wahab (2012 : 14) yang menyatakan bahwa kebijaka publik ialah
“whatever governments choose to do or not to do”.
Pakar Ingrris, W.I. Jenkins (1978) dalam Wahab (2012 : 15) merumuskan
kebijakan publik sebagai berikut:
“serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang
aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih
beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi. Keputusan-keputan itu
pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari pada
aktor tersebut”.
Chief J. O. Udoji, seorang pakar dari Nigeria (1981) dalam Wahab (201 :
15) telah mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu tindakan bersanksi yang
mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan memengaruhi
sebagian besar warga masyarakat).
Pakar Prancis, Lemieux (1995) dalam Wahab (2012 : 15), merumuskan
kebijakan publik sebagai berikut:
“Produk aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan
masalah-masalah publik yang terjadi dilingkungan tertentu yang dilakukan oleh
aktor-aktor politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktifitas itu
berlangsung sepanjang waktu”.
Nugroho dalam bukunya yang berjudul kebijakan publik: Formulasi,
Implementasi dan Evaluasi (2003 : 54), mengatakan bahwa hal-hal yang
diputuskan oleh pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan. Untuk itu,
kebijakan publik tidak harus selalu berupa perundang-undangan, namun bisa
berupa peraturan-peraturan yang tidak tertulis namun disepakati.
Secara sederhana dapat dikatakan oleh Nugroho dalam bukunya Public
Policy (20011 : 96) bahwa
24
“kebijakan publik adalah “setiap keputusan yang dibuat oleh Negara,
sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari Negara. Kebijakan publik adlah
strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat
pada masa transisi, untuk menuju masyarkaat yang dicita-citakan.”
Dari perbincangan tentang definisi kebijakan publik diatas, kebijakan
publik adalah tindakan yang diambil oleh pemerintah dengan tujuan
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.kini kita menyadari
bahwa semua pembuatan kebijakan publik itu akan selalu melibatkan pemerintah,
dan masyarakat.
2.1.1.1 Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena
itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap.
Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita didalam mengaji
kebijakan publik (Charles Lindblom : 1986).
Namun demikian, bebrapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan
urutan yang berbeda. Seperti misalnya tap penilaian kebijakan seperti yang
tercantum dalam bagan dibawah ini bukan merupakan tahap akhir dari proses
kebijakan publik, sebab masih ada satu tahap lagi, yakni tahap perubahan
kebijakan dan terminasi atau penghentian kebijakan ( William Dunn : 1999).
Tahap-tahap kebijakan Publik adalah sebagai berikut :
1. Tahap penyusunan agenda. Para pejabat dipilih dan diangkat
menempatlan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-
masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam
agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda
kebijaka para perumusan kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah
25
mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain
ditetapkan menjadi focus pembahasan, atau ada pula masalah karena
alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
Gambar 2.1.1.1 Tahap-tahap Kebijakan Publik
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
2. Tahap formulasi kebijakan. Masalah yang telah masuk ke agenda
kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-
masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif
atau pilihan kebijakan (policy alternatives/ policy options) yang ada.
Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam
agenda kebijakan, dalam tahap perumusa kebijakan masing-masing
alternative bersaing untuk dpaat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan
“bermain” untuk mengusulkan pemecahan maslah terbaik.
3. Tahap adopsi kebijakan. Dari sekian banyak alternative kebijakan yang
ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari
alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
legislative, consensus antara direktur lembaga atau keputusan
peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan. Suatu program kebijakan hanya akan
menjadi catatan-catatan elite, jika program tersebut tidak
diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan
yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus
diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah
diambil dilaksanakan oleh unit-unti adminstrasi yang memobilisasikan
sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi itu
berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi
26
kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementators),
namun beberapa yag lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
5. Tahap evaluasi kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah
dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana
kebijaka yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan
publik pada dasaranya dibuat untuk meraih dampak yang diiinginkan.
Dalam hal ini memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh
karena itu ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang
menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan pubik telah meraih
dampak yang diinginkan.
2.1.2 Implementasi Kebijakan
Suatu kebijakan publik bukan hanya proses formulasi dan melegitimasi
kebijakan saja, tetapi terkait dengan implementasi dan evaluasinya. Sebaik apapun
suatu substansi kebijakan publik yang dibuat atau diformulasikan, tidak akan
berguna jika tidak terimplementasikan dengan baik dan suskes.
Suatu implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang digunakan
untuk mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Perlu kiranya disadari bahwa
mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami
apa yang senyatanya terjadi setelah program diberlakukan atau dirumuskan, yakni
peristiwa dan kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan publik.
Menurut Gordon dalam Pasolong (208 :58) :
“Implementasi berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada
realisasi program. Dalam hal ini administrator mengatur cara untuk
mengorganisir, menginterpretasikan dan menetapkan kebijakan yang telah
diseleksi. Mengorganisir berarti mengatur sumberdaya, unit-unit dan metode-
metode dan melaksanakan program.Melakukan interpretasi berkenaan dengan
mendefiniskan istilah-istilah program kedalam rencana-rencana dan petunjuk-
petunjuk yang dapat diterima dan feasible.Menerapkan berarti menggunakan
instrument-instrumen mengerjakan atau memberikan pelayanan rutin, melakukan
27
pembayaran-pembayaran. Atau dengan kata lain implementasi merupakan tahap
realisasi tujuan-tujuan program”.
Implementasi menurut teori Jones (1078) dalam Mulyadi (2015: 45)
proses mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya).
Implementasi kebijakan menurut Udoji (1981) dalam Wahab (2012 : 126):
“implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin
jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan
berupa impian atau rencana yang bagus, yag tersimpan rapi dalam arsip jika tidak
dapat diimplementasikan”
Pengertian implementasi menurut Grindle (1980) dalam Haedar, Akib;
Antonius menyatakan:
“implementasi merupakan proses umum tindakan administrative yang
dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Grindle (1980: 7) menambahkan
bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah
disalurkan untuk mencapai sasaran”.
Sementara itu, Grindle dalam Budi Winarno (2014 : 149) juga
memberikan pandangannya tentang Implementasi kebijakan dengan mengatakan
“bahwa secara umum tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan
(linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai
dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi
mencakup terbentuknya “a policy delivery system” dimana sarana-sarana tertentu
dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang
diinginkan.”
Sedangkan Van meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005 : 102)
merumuskan implementasi kebijakan publik sebagai
“tindakan-tindakan yang dilakukan oleh badan publik yang diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam serangkaian keputusan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai
perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan.”
28
Lester dan Stewart dalam Winarno (2014 : 147)
“Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,
merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undag-undang.
Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-
undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerjabersama-
sama untuk menjalankan kebijakanatau program-program.”
Ibid dalam Winarno (2014 : 147) Implementasi pada sisi lain merupakan
“Fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu
proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).”
Ripley dan Franklin dalam Winarno (2014 : 148) berpendapat bahwa
“Implementasi adalah apa yag terjadi setelah undang-undang ditetapkan
yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu
jenis keluaran yang nyata (Tangible output).Istilah implementasi menunjuk pada
sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan
program da hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat
pemerintah.Implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan)
oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat
program berjalan.”
Bardach dalam Agustino (2006:54) mengemukakan bahwa
“Implementasi kebijakan sebagai: “Adalah cukup untuk membuat sebuah
program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit
lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya
mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang
mendengarkannya.Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang
memuaskan orang”.
Mazmanian dan Sabatierdalam Agustino (2006:139)
“Implementasi kebijakan adalah: “Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-
perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,
menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai
cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.
Dari beberapa definisi teori implementasi menurut para ahli diatas
implementasi merupakan perwujudan atau pelaksanaan tindakan oleh pemerintah
29
dari suatu program atau kebijakan untuk mewujudkan tujuan dari program atau
kebijakan tersebut. implementasi kebijakan menyangkut (minimal) tiga hal yaitu:
(1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan, (2) adanya aktifitas atau kegiatan
pencapaian tujuan dan (3) adanya hasil kegiatan.
2.1.2.1 Model-model Implementasi Kebijakan Publik
A. Model Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan imlementasi menurut Merilee S. Grindle dalam Nugroho
(2006:634) dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan
kebijakan (content of implementation).Ide dasarnya adalah bahwa setelah
kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan
dilakukan.Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari
kebijakan tersebut.
Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut :
1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan;
2. Jenis manfaat yang dihasilkan;
3. Derajat perubahan yang diinginkan;
4. Kedudukan pembuat kebijakan;
5. Siapa pelaksana program;
6. Sumber daya yang dikerahkan.
Sedangkan lingkungan kebijakan (content of implementation) mencakup :
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat;
2. Karakteristik lembaga dan penguasa;
3. Kepatuhan dan daya tanggap;
Namun demikian, jika dicermati model Grindle dapat dipahami bahwa
keunikan model ini terletak pada pemahamannya yang komprehensif akan konteks
kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan implementor, penerima
implementasi, serta kondisi-kondisi sumberdaya yang diperlukan.
30
B. Model George C. Edward III (1980)
Selanjutnya George C. Edward III dalam Subarsono (2005)
mengemukakan bebrapa 4 (empat) variable yang mempengaruhi implementasi
kebijakan yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi.
Keempat variable tersebut saling berhubungan satu sama lain.
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas
atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
2. Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat terwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi
implementor, dan sumberdaya finansial.Sumberdaya adalah faktor
penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.Tanpa sumberdaya,
kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat
menjalankan kebijakan dengan baik sepertiapa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi
tidak efektif.
4. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikanterhadap implementasi
kebijakan.Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap
organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standar
operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap
implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang
akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape,
yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya
menyebabkan aktifitas organisasi tidak fleksibel.
31
C. Model Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier (1983)
Selanjutnya Mazmanian dan Sebatier dalam Subarsono (2005)
menjelaskan bahwa ada tiga kelompok variable yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi, yakni:
1. Karakteristik dari masalah (Tractability of the problems), indikatornya:
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan;
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran;
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi;
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.
2. Karakteristik kebijakan / undang-undang (ability of statute to structure
implementation), indikatornya :
a. Kejelasan isi kebijakan;
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis;
c. Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap kebijakan
tersebut;
d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana;
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana;
f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan;
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
dalam implementasi kebijakan;
3. Variable lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation)
indikatornya :
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan
teknologi;
b. Dukungan public terhadap sebuah kebijakan;
c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency groups);
d. Tingkat komitmen dan keterampilan dan keterampilan dari aparat
dan implementor.
D. Model Donald S. Van Meter dan Carl E.Van Horn
Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005) menjelaskan bahwa ada
6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu
32
1. Standar dan sasaran kebijakan
Standard an sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang menyebabkan terjadinya konflik
diantara para agen implementasi.
2. Sumber daya
Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya manusia maupun maupun
sumber daya non manusia
3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas
Dalam berbagai kasus, implementasi sebuah program terkadang perlu
didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai
keberhasilan yang diinginkan
4. Karakteristik agen pelaksana
Sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memeberikan dukungan
bagi implementasi kebijakan.Termasuk didalamnyakarakteristik para
partisipan yakni mendukung atau menolak, kemudian juga bagaimana
sifat opini publik yang ada dilingkungan dan apakah elite politik
mendukung implementais kebijakan.
5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Kondisi sosial, ekonomi dan politik mencakup sumberdaya ekonomi
lingkungan yang dapat mendukung ekonomi keberhasilan
implementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor
Disposisi implementor mencakup tiga hal penting, yaitu :
a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang akan
mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;
b. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan;
c. Intensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang
dimiliki oleh impelementor.
2.1.2.2 Implementasi kebijakan publik model Donald Van Metter dan Van
Horn
Implementasi kebijakan publik model Donald van Metter dan van Horn
yaitu model pendekatan top-down yang disebut dengan A model of the policy
implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstrak performanis
suatu implementasi kebijakan pada dasarnya secra sengaja dilakukan untuk
meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung
dalam hubungan sebagai variabel. Model ini mengandalkan bahwa implementasi
33
kebijaka secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksanaan, dan
kinerja kebijakan publik.
Ada enam variabel, menurut Van Metter dan Van Horn dalam Leo
agustino (2006 : 161) , yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan
publik tersebut adalah :
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijaka dapat diukur tingkat keberhasilannya
jika-dan-hanya.Jika ukuran da tujuan dari kebijakan memang realistis da
soiso-kultur yang mengada dilevel pelaksanaan kebijakan. Ketika ukuran
kebijakan atau tujuan kebijaka terlalu utopisi untuk dilaksanakan di level
warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga
titiik yang dapat dikatakan berhasil.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijaka sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia
merupakan sumberdaya yang pentin dalam menentukan suatu eberhasilan
proses implementasi. Tetpi diluar Sumber Daya Manusia (SDM),
sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah:
sumberdaya finansial dan sumber daya waktu. Karena mau tidak mau,
ketika sumberdaya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia
sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka akan
menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh
tujuan kebijaka publik. Demikian pula halnya dengan Sumberdaya waktu.
Saat sumberdaya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan
baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu, maka hal ini pun dapat
menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan
publik. Hal ini sagat penting karena kinerja implementasi kebijakan
(publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
cocok dengan para agen pelaksananya.
4. Sikap atau kecenderungan (Dispotition) para pelaku
Sikap menerima atau penolakan dari (agen) pelaksana aka
mempengaruhi keberhasilan-keberhasilan atau tindakan implementasi
kebijakan.Hal ini sagat mungkin terjadi oleh karena kebijaka yang
dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal
betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan
34
yang akan implementor pelaksana kebijakan “dari atas” (topdown) yang
sagat mungkin para pengambil keputusan tidak pernah mengetahui
(bahkan tidak mampu menyentuh) kebutha, keinginan atau permasalahan
warga yang ingin diselesaikan warga.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksanaan
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya
kesalahan-kesalahan akan sagat kecil untuk terjadi dan begitupula
sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Hal terakhir yang juga harus diperhatikan guna menilai kinerja
implementais kebijakan publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van
Metter da Van Horn adalah sejauhmana lingkungan eksternal turut
mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yag tidak kondusif dapat menjadi
biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu,
upaya untuk pengimplementasian kebijaka harus pula memperhatikan
kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
Teori Van Metter dan Van Horn ini merupakan kebijakan yang dilakukan
dan diputuskan tetap oleh para pembuat kebijakan dan dilakukan dengan sengaja
untuk mengukur kinerja implementasi yag tinggi dengan memperhatikan dan
mempertmbangkan keenam variabel diatas. Cara ini baik jika menjadi acuan tapi
pada dasarnyajika haya untuk mengukur implementasi masih ada keraguan
terhadap suatu tujua karena yang harus dipegang oleh para pelaku kebijakan
adalah tujuan tersebut.Selain itu mencegah terjadinya pelanggaran da
meminimalisisr konflik karena semuanya berpgenag pada tujuan.
2.1.3 Konsep Kemiskinan
Dalam setiap penanganan kemiskinan di Indonesia sering kali pemerintah
menanggulangi kemiskinan dengan mengeluarkan program yang berprioritas pada
35
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu program untuk mengatasi masalah
kemiskinan yaitu Program daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten
Serang, yang diharapkan sebagai inisiatif lokal untuk mendorong percepatan
dalam pembangunan perdesaan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui
mekanisme perencanaan pembangunan secara partisipatif, dimana masyarakat
perdesaan diberikan hak dan keleluasaan dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan di desa.
Menurut Seabrook (2002 : 20) mendefiniskan kemiskinan ialah “Suatu
keadaan kekurangan yang absolute dimana tidak adanya suatu kebutuhan pokok
yag menunjang untuk kebutuhan hidup”
Bappenas dalam sahdan (2005 : 02) mendefinisikan kemiskinan sebagai
berikut:
“kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok
orang laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk memepertahankan da mempertimbangkan kehidupan yang
bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumberdaya dan lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan sosial politik bagi perempuan maupun laki-laki.
Menurut Sar A. Levitan dalam Ala (1981:3) menyatakan “kemiskinan
adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan
untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.”
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial (2002:3-
4)“kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar minimum untuk hidup layak.”
36
Solehatul Mustofa (2005) berpendapat :
“Kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan berpartisipasi dalam
bermasyarakat secara ekonomi, sosial budaya dan politik. Pengertian ini melihat
kemiskinan bersipat multidemensi yang mencakup kemiskinan insani dan
martabat, konsep kemiskinan multidemensi melihat kemiskinan menjadi berapa
katagori yaitu kemiskinan pendapatan, kesehatan, pendidikan, ketenaga kerjaan,
ketimpangan struktur usaha, ketidakberdayaan, penyandang masalah kesejahtraan
sosial, ketimpangan gender dan kesenjangan antar golongan dan wilayah.”
Effendi, (1993:201-204) mengemukakan :
“Definisi kemiskinan dapat ditinjau dari tinjauan ekonomi, sosial dan
politik. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara sosial kemiskinan diartikan
kekurangan jaringan sosial dan struktur untuk mendapatkan
kesempatankesempatan meningkatkan produktivitas. Sedangkan secara politik
kemiskinan diartikan kekurangan akses terhadap kekuasaan.”
Tinjauan yang sama dengan dengan penjelasan berbeda
dikemukakanNugroho dan Dahuri (2004:165-166)
“Dari aspek ekonomi, kemiskinan merupakan kesenjangan antara
lemahnya daya pembelian (positif) dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan
dasar (normatif). Dari aspek sosial, kemiskinan mengindikasikan potensi
perkembangan masyarakat yang rendah. Sedangkan dari aspek politik, kemiskinan
berhubungan dengan rendahnya kemandirian masyarakat.”
2.1.4 Konsep Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu
dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan
keadilan.Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu
dan sosial.
37
Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto 2005).
Menurut Hikmat (2006) menyatakan “Pemberdayaan diartikan sebagai
pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial,
kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang.”
Sedangkan McArdle (1989) mengartikan
“Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang
yang secara konsekwen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang
telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan
merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan
akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka
mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan
eksternal.”
Dari beberapa definisi pemberdayaan menurut para ahli diatas maka
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan.maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya.
38
2.1.5 konsep Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembagunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA)
Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai
program berbasis pemberdayaan masyarakat, karena kemiskinan merupakan
permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah
penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu, dan menyeluruh dalam
rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat secara layak
melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan
kehidupan yang bermartabat.
Seiring dengan itu pada Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Serang
melaksanakan Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PDPM-MPd) dilaksanakan di 15 kecamatan yang tidak mendapatkan bantuan
Program PNPM-MPd, sebagai inisiatif lokal untuk mendorong percepatan dalam
pembangunan perdesaan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui
mekanisme perencanaan pembangunan secara partisipatif, dimana masyarakat
perdesaan diberikan hak dan keleluasaan dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan di desa.
Kabupaten Serang sama dengan daerah lain memiliki persoalan
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga
pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan
antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan
dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk
menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang
39
berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang benar harus memadukan aspek-
aspek penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah Daerah, penguatan
kelembagaan masyarakat, keberlanjutan pendampingan masyarakat, integrasi
program dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, maka Tahun
2015Pemerintah Kabupaten Serang melaksanakan kembali Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA). PDPM Gerbang Utama adalah program untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan,
sebagai reflikasi dari PNPM MPd yang selama ini pelaksanaan di Kabupaten
Serang dinilai berhasil. Di antara keberhasilan PNPM MPd adalah penyediaan
lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan
efektivitas kegiatan serta menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.
Sejalan dengan Visi PNPM MPd maka visi PDPM GERBANG UTAMA
adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan.
Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian
berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di
lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta
mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi
PDPM GERBANG UTAMA adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan
kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3)
pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan
40
kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; serta (5)
pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Dalam rangka melaksanakan visi dan misi PDPM GERBANG UTAMA,
strategi yang dikembangkan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM)
sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta
mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Dari visi, misi, dan strategi
maka PDPM GERBANG UTAMA berupaya menggarisbawahi pentingnya
pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih yaitu menuntaskan tahapan
pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, setelah tahapan inisiasi dan
internalisasitelah selesai dilakukan oleh PPK dan PNPM MPd.
2.1.5.1 Tujuan PDPM GERBANG UTAMA
Tujuan Umum PDPM GERBANG UTAMA adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan
mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi:
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan,
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal,
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif,
d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat,
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir,
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar
Desa.
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
41
2.1.5.2 KeluaranProgram
a. Terjadi peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM)
dankelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan
pelestarian,
b. Terlembagakannya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar
desa,
c. Terjadi peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pembangunan partisipatif,
d. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PDPM GERBANG
UTAMA bagi masyarakat,
e. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan
pelayanan sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM,
f. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan
pembangunan,
g. Terjadi peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku
kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
2.1.5.3 Prinsip Dasar PDPM GERBANG UTAMA
PDPM GERBANG UTAMA mempunyai prinsip ataunilai-nilai dasar
yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan
maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan
PDPM GERBANG UTAMA. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu
mendorong terwujudnya tujuan PDPM GERBANG UTAMA. Prinsip-prinsip itu
meliputi:
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu
pada pembangunan manusia adalah masyarakat lebih memilih
kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan
manusia daripada pembangunan fisik semata.
b. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki
hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung
jawab, tanpa intervensi negatif dari luar.
c. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan
ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan
pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas
masyarakat.
42
d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi
pada masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil
berpihak kepada masyarakat miskin.
e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan
secara aktif dalam setiap tahapan proses, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan
dengan memberikan tenaga, pikiran, dana, waktu maupun barang.
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan
keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan
dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga
dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.
g. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat
mengambil keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat.
h. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan
akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi
dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan
dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
i. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih
kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan
dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.
j. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam
setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan
kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.
2.1.5.4 Sasaran PDPM GERBANG UTAMA
a. Lokasi Sasaran :
Seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Serangyang selanjutnya
ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati serta lokasi penetapan desa
berdasarkan hasil pemrioritasan pada Musyawarah Antar Desa ditetapkan
dengan Surat Penetapan Camat (SPC)
b. Kelompok Sasaran :
1. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan,
2. Kelembagaan masyarakat di perdesaan,
3. Kelembagaan pemerintahan lokal./desa
43
2.1.5.5 Pendanaan
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk PDPM GERBANG UTAMA
pada setiap kecamatan ditentukan sebagai berikut :
Alokasi pada masing-masing Kecamatan ditetapkan berdasarkan tingkat
kemiskinan di masing-masing Kecamatan dan Desa serta disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah.
Data yang dipergunakan untuk menilai proporsi BLM Kecamatan adalah
a. Hasil pendataan Program Layanan Sosial (PPLS) Tahun 2011
yang menjadi dasar penentuan tingkat kemiskinan setiap
kecamatan yang dikeluarkan oleh TNP2K (Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan).
b. Hasil Rekapitulasi Pendataan Keluarga Tingkat Kabupaten
Serang Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh BKBPMP.
Perhitungan persentase penduduk miskin yaitu :
% Penduduk Miskin :
∑ Penduduk Miskin + Penduduk Sangat Miskin (PPLS 2011)
∑ Penduduk Kecamatan (Pendataan Keluarga 2013 BKBPMP).
44
2.1.5.6 Ketentuan Dasar PDPM GERBANG UTAMA
Ketentuan dasar PDPM GERBANG UTAMA merupakan ketentuan-
ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku
lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar PDPM GERBANG
UTAMA dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan
dasar meliputi :
1. Desa Berpartisipasi
Seluruh Desa di Kecamatan penerima PDPM GERBANG UTAMA berhak
untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan kecuali Desa dalam status
kena sanksi. Untuk dapat berpartisipasi dalam PDPM GERBANG UTAMA,
dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader
desa yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi
dan melaksanakan ketentuan dalam PDPM GERBANG UTAMA.
2. Kriteria dan Jenis Kegiatan
Kriteria dan jenis kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat diperlakukan
sama. Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan
yang memenuhi kriteria;
a. Diutamakan lokasi desa tertinggal
b. Lebih bermanfaat bagi RTM,
c. Berdampaklangsung dalam peningkatan kesejahteraan
d. Dapat dikerjakan oleh masyarakat,
e. Didukung oleh sumber daya yang ada,
f. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.
45
Jenis-jenis kegiatan yang dapat dibiayai melalui BLM PDPM
GERBANG UTAMA diarahkan kepada prioritas usulan yang mendukung
terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia melalui Indikator Daya Beli
Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal Kemiskinan dan kelaparan, antara lain :
a. Penambahan permodalan simpan pinjam untukKelompok Perempuan
(SPP)
b. Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana prasarana dasar yang dapat
memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM.
c. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan (non
formal) termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan
masyarakat/kelompok usaha berkaitan dengan produksi berbasis sumber
daya lokal (tidak termasuk penambahan modal)
d. Pembangunan/perbaikan Sarana dan Prasarana Fisik yang mendukung
terhadap akses perekonomian masyarakat desa, pendidikan dan kesehatan,
seperti :
1. Jalan poros Desa
2. Jembatan
3. Sarana dan prasarana air bersih
4. Sanitasi lingkungan, drainase, Polindes, Pustu,
5. Tempat pelelangan ikan
6. Tambatan perahu
7. Gedung PAUD/Madrasah
8. Saluran Irigasi
9. Dan lain-lain
3. Mekanisme usulan kegiatan
Untuk memanfaatkan dana BLM, setiap desa boleh mengajukan usulan
paling banyak 2 (dua) usulan di mana tiap usulan terdiri dari :
a. Satu usulan simpan pinjam kelompok khusus perempuan yang
ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan (MKP).
b. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar yang mendukung terhadap
pencapaian target IPM (Daya beli) dan target MDGs atau kegiatan
keterampilan masyarakat yang ditetapkan dalam musyawarah desa
berdasarkan skala prioritas desa yang terinventarisir dalam RPJMDes
hasil MUSRENBANGDES serta dapat didanai oleh BLM PDPM
GERBANG UTAMA.
c. Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai adalah sebesar
Rp. 100 juta.
46
d. Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan mempertimbangkan rencana
induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten
4. Swadaya Masyarakat dan Desa
Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PDPM GERBANG UTAMA. Orientasi
setiap pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan dari masyarakat
atau desa. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana (tidak
boleh dipotong dari kompensasi HOK/upah harus diterima secara utuh oleh setiap
pekerja kegiatan), maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan. Sekalipun
dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat, tetapi diutamakan swadaya bukan
berasal dari RTM. Tenaga kerja yang diperhitungkan dengan kompensasi HOK
diutamakan dari RTM, dengan mempertimbangkan penyerapan maksimal jumlah
RTM yang ada. Kompensasi HOK bagi tenaga kerja RTM tidak boleh diminta
untuk berkontribusi swadaya, karena kompensasi ini ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan mereka.
5. Keberpihakan Kepada Perempuan
Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan, upaya
pemihakan, dan upaya perlindungan. Kegiatan dilaksanakan juga mengutamakan
kepentingan dan kebutuhan kaum perempuan yang kurang beruntung, pemenuhan
kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta perlindungan dari penguasaan aset
produktif yang tidak seimbang.Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada
perempuan, PDPM GERBANG UTAMA mengharuskan adanya keterlibatan
perempuan dalam pengambilan keputusan pada semua tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara
47
memadai dalam setiap proses pengambilan keputusan, termasuk dalam
perencanaan melalui pertemuan kelompok perempuan dan keikutsertaan
perempuan dalam berbagai forum pengambilan keputusan.
6. Jenis Kegiatan yang dilarang (Negative list)
Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PDPM GERBANG
UTAMA adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau
angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/partai
politik,
b. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat
Ibadah,
c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan
lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat
terlarang dan lain-lain.),
d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan
perlengkapannya,
e. Pembiayaan gaji pegawai negeri,
f. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia
kerja,
g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau
penjualan barang-barang yang mengandung tembakau,
h. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas perlindungan alam pada
lokasi yang telah ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin
tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut,
i. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan terumbu karang,
j. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai
yang mengalir dari atau menuju negara lain,
k. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai,
l. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih
dari 50 Ha,
m. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha,
n. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan
kapasitas besar, lebih dari 10.000 meter kubik.
o. Kegiatan konstruksi dan pemanfaatan lahan di wilayah kawasan
konservasi dan hutan lindung tanpa izin tertulis dari instansi
pemangku kawasan/pihak yang berwenang, kecuali untuk desa-desa
yang sudah masuk dalam kawasan konservasi (enclave)
p. Kegiatan yang mengarah pada perdagangan tumbuhan dan satwa
yang dilindungi.
48
7. Sanksi
Sanksi adalah bentuk-bentuk pelaksanan peraturan terhadap pelanggaran
kesepakatan yang telah dibuat dalam PDPM GERBANG UTAMA. Sanksi
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam
pengelolaan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA,Sanksi dapat berupa :
a. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan
dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan
secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan.
b. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku,
c. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau
desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PDPM GERBANG
UTAMA dengan baik, seperti: menyalahi prinsip-prinsip,
menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil
kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan.
Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah
sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, serta
tidak dialokasikan untuk tahun berikutnya.
2.1.5.7 Peran Pelaksana PDPM GERBANG UTAMA
Masyarakat adalah pelaku utama PDPM GERBANG UTAMA pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya di
desa, kecamatan, kabupaten dan seterusnya berfungsi sebagai pelaksana,
fasilitator, pembimbing dan pembinaagar tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur dan
mekanisme PDPM GERBANG UTAMA tercapai dan dilaksanakan secara benar
dan konsisten.
49
1. Pelaku di Desa
Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan
dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di desa. Pelaku di desa
meliputi:
a. Kepala Desa (Kades)
Peran Kepala Desa adalah sebagai pembina dan pengendali
kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PDPM GERBANG
UTAMA di desa. Bersama BPD, kepala desa menyusun peraturan
desa yang relevan dan mendukung terjadinya proses pelembagaan
prinsip dan prosedur PDPM GERBANG UTAMA sebagai pola
pembangunan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset
PDPM GERBANG UTAMA yang telah ada di desa. Kepala desa
juga berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum
musyawarah atau badan kerja sama antar desa.
b. BPD (atau sebutan lainnya)
Dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA, BPD (atau
sebutan lainnya) berperan sebagai lembaga yang mengawasi
proses dari setiap tahapan PDPM GERBANG UTAMA, termasuk
sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa.
Selain itu juga berperan dalam melegalisasi atau mengesahkan
peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan
pelestarian PDPM GERBANG UTAMA di desa. BPD juga
50
bertugas mewakili masyarakat bersama Kepala Desa dalam
membuat persetujuan pembentukan badan kerja sama antar desa.
c. TPK
TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui
musyawarah desa yang mempunyai fungsi dan peran untuk
mengelola dan melaksanakan PDPM GERBANG UTAMA. TPK
terdiri dari Ketua sebagai penanggung jawab operasional kegiatan
di desa. Ketua mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan di lapangan,
dan pengelolaan administrasi serta keuangan program. Sekretaris
dan Bendahara membantu Ketua TPK terutama dalam masalah
administrasi dan keuangan.
d. TPU
TPU berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui
musyawarah desa. Peran Tim Penulis Usulan adalah menyiapkan
dan menyusun gagasan-gagasan kegiatan yang telah ditetapkan
dalam musyawarah desa dan musyawarah khusus perempuan.
Anggota TPU dipilih oleh masyarakat berdasarkan keahlian dan
ketrampilan yang sesuai dengan jenis kegiatan yang diajukan
masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, TPU bekerja sama
dengan kader-kader desa yang ada.
e. Tim Pemelihara
Tim Pemelihara berperan menjalankan fungsi pemeliharaan
terhadap hasil-hasil kegiatan yang ada di desa, termasuk
51
perencanaan kegiatan dan pelaporan. Keanggotaannya berasal dari
anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa.
Jumlah anggota tim pemelihara sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan saat musyawarah. Hasil laporan pemeliharaan
disampaikan saat musyawarah desa dan antar desa (jika
diperlukan). Dalam menjalankan fungsinya tim pemelihara
didukung dengan dana yang telah dikumpulkan atau yang berasal
dari swadaya masyarakat setempat.
f. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
KPMD adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi
ataumemandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan
tahapan PDPM GERBANG UTAMA di desa dan kelompok
masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
pemeliharaan. Sebagai kader masyarakat peran dan tugasnya
membantu pengelolaan pembangunan di desa diharapkan tidak
terikat oleh waktu. Jumlah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
minimal dua orang, satu orang laki-laki dan satu perempuan atau
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan
mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum
perempuan, kemampuan teknik, serta kualifikasi pendampingan
kelompok ekonomi dan sebagainya.
Kualifikasi kemampuan teknik berguna untuk memfasilitasi dan
membantu TPU membuat penulisan usulan dan membantu
52
pelaksanaan kegiatan prasarana infrastruktur yang diusulkan
masyarakat.
Kualifikasi keterlibatan kader dari perempuan adalah perwujudan
kebijakan untuk lebih berpihak, memberi peran dan akses dalam
kegiatan pembangunan untuk kaum perempuan, terutama
meningkatkan mutu fasilitasi musyawarah khusus perempuan.
Kualifikasi kemampuan pemberdayaan masyarakat terutama untuk
memfasilitasi dan membantu FK dalam tahapan kegiatan dan
pendampingan kelompok masyarakat.
g. Pokmas
Yang dimaksudkan dengan Pokmas adalah kelompok masyarakat
yang terlibat dan mendukung kegiatan PDPM GERBANG UTAMA,
baik kelompok sosial, kelompok ekonomi maupun kelompok
perempuan. Termasuk sebagai kelompok masyarakat misalnya
kelompok arisan, pengajian, pertemuan PKK, kelompok SPP,
kelompok UEP, kelompok pengelola air, kelompok pengelola pasar
desa, pengelola BUMDes dsb.
2. Pelaku di Kecamatan
a. Camat
Camat atas nama Bupati berperan sebagai pembina dan
pengendali pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA kepada desa-
desa di wilayah kecamatan. Selain itu camat juga bertugas untuk
membuat Surat Penetapan Camat (SPC) tentang usulan-usulan
53
kegiatan yang telah disepakai musyawarah antar desa untuk didanai
melalui PDPM GERBANG UTAMA.
b. Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK)
PjOK adalahseorang Kasi pemberdayaan masyarakat atau pejabat
lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di kecamatan yang
ditetapkan berdasar Surat Keputusan Bupati dan bertanggung jawab
atas penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh
kegiatan PDPM GERBANG UTAMA di kecamatan.
c. Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD)
BKAD adalah sebuah lembaga yang dibentuk atas dasar
kesepakatan antar desa di satu wilayah dalam satu kecamatan dan
atau antar kecamatan dengan tujuan untuk melindungi dan
melestarikan hasil-hasil program yang terdiri dari kelembagaan UPK,
sarana-prasarana, hasil kegiatan bidang pendidikan, hasil kegiatan
bidang kesehatan, dan perguliran dana.
BKAD berfungsi untuk melakukan tugas pokok sebagai lembaga
pengelola partisipasi masyarakat, kegiatan antar desa, aset produktif,
serta program-program dari pihak ketiga.
Dalam hubungan dengan lembaga-lembaga bentukan program PPK
(UPK, BP-UPK, TV, TPK, dan lain-lain) BKAD menjadi jalan
keluar dari masalah statuta dan payung hukum. BKAD menjelaskan
tentang status kepemilikan, keterwakilan, dan batas kewenangan.
54
Dalam kaitan dengan UPK, maka fungsi BKAD adalah merumuskan,
membahas, dan menetapkan rencana strategis untuk pengembangan
UPK dalam bidang micro finance, pelaksanaan program, dan
pelayanan usaha kelompok. BKAD juga berperan dalam
pengawasan, pemeriksaan, serta evaluasi kinerja UPK.
d. Tim Verifikasi (TV)
TV adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang
memiliki pengalaman dan keahlian khusus, di bidang teknik
prasarana, simpan pinjam, pendidikan, kesehatan atau pelatihan
ketrampilan masyarakat sesuai usulan kegiatan yang diajukan
masyarakat dalam musyawarah desa perencanaan. Peran TV adalah
melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa
peserta PDPM GERBANG UTAMA dan selanjutnya membuat
rekomendasi kepada musyawarah antar desa sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan. TV menjalankan tugas ini
berdasarkan penugasan yang diperoleh dari BKAD.
e. UPK
Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional
pelaksanaan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA di tingkat antar
desa termasuk mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan di
kecamatan. Pengurus UPK terdiri dari ketua, sekretaris dan
bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang
diajukan oleh desa berdasarkan hasil musyawarah desa dan
55
selanjutnya dipilih dalam musyawarah antar desa. UPK mendapatkan
penugasan BKAD untuk menjalankan tugas pengelolaan dana
program dan tugas pengelolaan dana perguliran.
f. BP-UPK
BP-UPK berperan dalam mengawasi pengelolaan kegiatan,
administrasi, dan keuangan yang dilakukan oleh UPK. BP-UPK
dibentuk melalui musyawarah antar desa, minimal tiga orang terdiri
dari ketua dan anggota. BP-UPK menjalankan tugas ini berdasarkan
penugasan yang diperoleh dari BKAD.
g. Pendamping Lokal (PL)
Pendamping lokal adalah tenaga pendamping dari masyarakat
yang membantu FK dan FT untuk memfasilitasi masyarakat dalam
melaksanakan tahapan dan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Di setiap
kecamatan akan ditempatkan minimal satu orang pendamping lokal.
h. Setrawan Kecamatan
Setrawan Kecamatan diutamakan dari pegawai negeri sipil di
lingkungan kecamatan yang dibekali kemampuan khusus untuk dapat
melaksanakan tugas akselerasi perubahan sikap mental di lingkungan
pemerintah kecamatan dan perubahan tata pemerintahan serta
mendampingi masyarakat, khususnya dalam manajemen
pembangunan partisipatif. Dalam hal tertentu pegawai negeri sipil di
lingkungan pemerintah daerah dapat ditugaskan di kecamatan
56
sebagai setrawan kecamatan. Dalam kaitan dengan PDPM
GERBANG UTAMA, setrawan melibatkan diri dalam proses
kegiatan pada perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan.
i. FK dan FT
Di setiap Kecamatan lokasi PDPM GERBANG UTAMA
ditugaskan 2 (Dua) orang pendamping yaitu Fasilitator
Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT). fasilitator yaitu
tenaga terlatih attau berpengalaman, yag memiliki
kompetensi/kecakapan substantive dan teknis serta memiliki
keterampilan menerapkan berbagai teknik dan instrument untuk
menunjag efektivitas pelaksanaan tugas memandu masyarakat da
pemerintah desa melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Pelaku di Kabupaten
a. Bupati
Bupati merupakan pembina Tim Koordinasi PDPM
GERBANG UTAMA Kabupaten, Penanggung jawab Operasional
Kegiatan (PjOK) dan Penanggung jawab Administrasi Kegiatan
(PjAK) serta bertanggung jawab atas pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA di tingkat kabupaten. Bersama DPRD, Bupati
bertanggung jawab untuk melakukan kaji ulang terhadap peraturan
daerah yang berkaitan dengan pengaturan desa sesuai komitmen
awal.
b. Tim Pengendali PDPM GERBANG UTAMA
57
Tim Pengendali PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten
dibentuk oleh Bupati untuk melakukan pembinaan pengembangan
peran serta masyarakat, pembinaan administrasi, dan fasilitasi
pemberdayaan masyarakat pada seluruh tahapan program. TP-PDPM
GERBANG UTAMA Kab juga berfungsi dalam memberikan
dukungan koordinasi program antar instansi, pelayanan dan proses
administrasi di tingkat kabupaten. Dalam melaksanakan fungsi dan
perannya, TP-PDPM GERBANG UTAMA Kab dibantu oleh
Sekretariat PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten.
c. Penanggung jawab Operasional Kabupaten (PjOKab)
PjOKab adalah seorang pejabat di lingkungan Badan Keluarga
Berencana,Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP)
atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di Kabupaten
yang berperan sebagai pelaksana harian TP PDPM GERBANG
UTAMA kabupaten. PjOKab ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Bupati.
d. Fasilitator Kabupaten (Faskab)
Fasilitator Kabupatenmerupakan mitra Satuan Kerja (Satker)
atau Tim Pengendali PDPM GERBANG UTAMA di tingkat
kabupaten, Fasilitator Kabupaten terdiri dari Fasilitator Kabupaten
Pemberdayaan yang bertindak sebagai Koordinator Faskab,
Fasilitator Kabupaten Teknik, Fasilitator Kabupaten Keuangan, dan
Fasilitator Kabupaten Perguliran dan Pengembangan Usaha.
58
Fasilitator Kabupaten dibantu oleh Asisten Faskab dan Asisten
Fastekab.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan pertimbangan dan dasar
pijakan dalam penyusunan skripsi ini. Beberapa penelitian terdahulu yang akan
mengarahkan penelitian ini diantaranya :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Andri Wijaya (2015) Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan
judul Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 13 tahun 2012 tentang Program
Gerakan Pembangunan kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) di
Kecamatan Kasemen Kota Serang. Masalah dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan program tidak memahami permasalahan di daerah karena tidak
melakukan sosialisasi tentang kebutuhan dari masing-masing daerah,
ketidakmampuanya pelaksana program dalam menentukan prioritas pembangunan
di daerah masing-masing, kurang ykelurahan. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan publik dari Edward III yaitu
komunikasi, sumber daya, disposisi, strukutur birokrasi. Adapun kesimpulan dari
penelitian yag berjudul Implementasi Peraturan Gubernur banten Nomor 13 tahun
2012 tentang Program Gerakan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU)
di Kecamatan Kasemen Kota Serang sudah berjalan dengan baik seperti yang
diharapkan.
Kedua, penelitian yag dilakukan oleh Imron Rosyadi (2014) Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul
59
Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Pedesaan (studi kasus Program Simpan Pinjam Perempuan di Kec. Sukamulya
Kab. Tangerang). Masalah dalam penelitian ini adalah pembagian dana program
PNPM Mandiri Pedesaan tidak merata dan tidak jelasnya alokasi waktu mengenai
anggaran dikeluarka oleh pemerintah pusat, adanya kesenjangan dalam pembagia
dana PNPM mandiri Pedesaan pada setiap desa, kurangnya kesadaran masyarakat
dalam pengembalian dana simpan pinjam perempuan (SPP) di kecamatan Suka
Mulya Kabupaten Tangerang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori Implementasi Kebijakan Publik dari Edward III yaitu komunikasi, sumber
daya, disposisi, strkutur birokrasi.Adapun kesimpulan dari hasil Penelitian tentang
Implementasi PNPM Mandiri Pedesaan (studi kasus Program Simpan Pinjam
Perempuan) di Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang belum berjalan
dengan baik.
2.3Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting.Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil
penelitian yang relevan. Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam
menjelaskan permasalahan peneliti, maka dibuatlah kerangka berfikir sebagai
berikut :
60
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir
Implementasi Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten
Serang (studi kasus Kecamatan Baros dan Kecamatan Cikeusal)
Input
Masalah :
1. Masyarakat kurang berpartisipatif, masih ada beberapa kelompok Simpan
Pinjam Perempuan (SPP) yang lambat dalam pengembaian dana SPP
2. Kurangnya kemampuan masyarakat dalam hal pelaporan administrasi
3. Sumber Daya Manusia Kurang memadai
4. Keterlambatan dalam pencairan dana
5. Keterbatasan Sumber Daya Lokal
6. Beberapa kegiatan sarana prasarana yang kualitasnya kurang bagus
Proses
Implementasi Program Van Metter dan Van Horn dalam Leo agustino (2006 :
161)
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
2. Sumberdaya
3. karakteristik agen pelaksana
4. Sikap atau kecenderungan (disposisi) para pelaku
5. Komunikasi antar organisasi dan pelaku
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Output
Terciptanya peran serta dan kerja sama yang baik dan sesuai para pihak-pihak
yang terkait dalam upaya penanggulangan kemisikinan perdesaan yang sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 07 tahun 2015 tentang Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang (kecamatan Baros dan
Kecamatan Cikeusal) agar berjalan secara optimal.
61
2.4 Asumsi dasar
Berdasarkan pada teori yang sudah disampaikan dan melalui hasil
observasi awal mengenai implementasi Program daerah pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) di Kabupaten serang maka peneliti memiliki asumsi dasar bahwa
Program daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembagunan Untuk
Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang masih belum
optimal.
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode peneltiian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah jenis-jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur – prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya.
Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat,
sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan
kekerabatan Staruss dan Corbin (1997) dalam Basrowi dan Suwandi (2008 : 1).
Bogdan dan Taylor (1992) dalam Basrowi dan Suwandi (2008 : 1)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang –
orang yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistic (utuh).Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keuthan. Rurchan (1992) dalam Basrowi dan Suwandi (2008 :
1) mengatakan melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek,
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari – hari.
Suatu penenlitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari suatu
fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian,
tempat dan waktu. Penelitian kualitatif adalah mengembangkan pertanyaan dasar
63
tentang apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian
tersebut, kapan terjadinya dan dimana tempat kejadiannya. Untuk mendapatkan
hasil penelitian kualitatif yag terpercaya masih dibutuhkan beberapa persyaratan
yag harus diikuti sebagai suatu pendekatan kualitatif, mulai dari syarat data,
cara/teknik pencarian, pengolahan dan analisisnya (Satori dan Komariah, 2010 :
23).
Penelitian kualitatif sendiri bersifat deskriptif.Langkah kerja untuk
mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting social terjawablah dalam
suatu tulisan yang bersifat naratif.Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk
kata atau gambar daripada angka-angka.Mendeskripsikan sesuatu berarti
menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam
menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan dari
data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh
dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori &
Komariah, 2010:28).
Metode penelitian digunakan peneliti dalam penelitian mengenai
“Implementasi Program daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di kabupaten
serang”, yaitu kualitatif deskriptif. Hal ini ditujukan untuk dapat memahami serta
menghayati segala kejadian yang terjadi dengan fokus penelitian, dan diharapkan
hasil dari penelitian dapat menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui
permasalahan yang terjadi lebih mendalam pada sasaran penelitian, serta
mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan mendalam.
64
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan bagian yang membatasi dan menjelaskan
substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini, fokus
penelitian digunakan sebagai batasan penelitian agar terfokus pada penelitian.
Dengan itu maka diharapkan dapat memudahkan peneliti untuk lebih fokus pada
penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai “Implementasi Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA) di Kabupaten serang”.
Pembatasan fokus penelitian sendiri didasarkan pada penjabaran yang
terdapat pada latar belakang masalah yang mana dipaparkan secara ringkas dalam
identifikasi masalah. Adapun, fokus dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
fenomena terkait bagaimana Implementasi Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) di Kabupaten serang secara mendalam.
3.3 Lokasi penelitian
Lokasi atau locus pada penelitian ini adalah di Kabupaten
serang.Kabupaten Serang sama dengan daerah lain memiliki persoalan
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga
pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan
antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan
dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk
menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang
65
berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang benar harus memadukan aspek-
aspek penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah Daerah, penguatan
kelembagaan masyarakat, keberlanjutan pendampingan masyarakat, integrasi
program dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, maka Tahun 2015
Pemerintah Kabupaten Serang melaksanakan kembali Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA) sesuai dengan Peraturan Bupati Serang Nomor 7 tahun
2015. PDPM Gerbang Utama adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, sebagai reflikasi
dari PNPM MPd yang selama ini pelaksanaan di Kabupaten Serang melaksanakan
kembali Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pembangunan
Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) sebagai kelanjutan dari
kebijakan pemerintah sebelumnya melalui PNPM MPd yang dihentikan secara
mendadak melalui surat Dirjen PMD Tanggal 29 Desember Tahun 2014.
Kabupaten Serang adalah satu-satunya kabupaten di Provinsi banten yang
melaksanakan program PDPM GERBANG UTAMA
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel
dalam penelitian tentang “Implementasi Program daerah Pemberdayaan
66
Masyarakat dan gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA)” dapat didefinisikan sebagai berikut:
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang
jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis
dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan kegiatan /aktivitas
yang mengacu pada pedoman-pedoman yang telah disiapkan sehingga
dari kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan tersebut memberikan
akibat/dampak bagi masyarakat.
2. Program daerah pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembaguna
Untuk Masyarakat
Adalah sebuah program yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten
Serang dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah Daerah,
penguatan kelembagaan masyarakat, keberlanjutan pendampingan
masyarakat, integrasi program dan mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik. program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, sebagai reflikasi dari
PNPM MPd yang selama ini pelaksanaan di Kabupaten Serang dinilai
berhasil.
67
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau objek penelitian
dalam rincian yang terukur berdasarkan indikator penelitian.Definisi operasional
penelitian menjabarkan pedoman wawancara penelitian yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan teori yang
digunakan.
Tabel 3.4.2
Definisi Operasional
Indikator Dimensi Penilaian
Ukuruan dan Tujuan
Kebijakan
- Tujuan PDPM GERBANG UTAMA di
Kabupaten Serang
- Dampak bagi masyarakat luas
- Kesesuaian kebijakan dengan kondisi
pelaksanan kebijakan
- Faktor penghambat kebijakan
- Tingkat keberhasilan program
Sumber Daya
- Jumlah sumber daya manusia dari para
implementor
- Latar belakang pendidikan para implementor
- Kemampuan kinerja para implementor
- Kondisi sarana dan prasarana tempat
pelaksanaan kebijakan/implementor
- Kecukupan waktu dalam menjalankan
kebijakan
Karakteristik Agen
Pelaksana
- karakteristik/peran dari masing-masing stake
holder
- kesesuaian implementor pada pelaksanaan
68
Teknis sesuai Petunjuk Teknis Operasional
dalam Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2015
tentang PDPM GERBANG UTAMA
Sikap/Kecendrungan
(Disposition) para
Pelaksana
- Respon pelaksana terhadap PDPM
GERBANG UTAMA
- Pemahaman para implementor akan Peraturan
Bupati Nomor 7 Tahun 2015 tentang Program
Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA)
- Kesesuaian pelaksanaan kegiatan oleh
implementor sudah sesuai dengan tupoksinya
Komunikasi Antar
Organisasi dan
Aktivitas Agen
Pelakasana
- Bentuk kordinasi yang terjalin antara stake
holder,siapa saja yang melakukan kordinasi,
dan kapan kordinasi dilakukan
- Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan
kapan sosialisasi dilakukan
Lingkungan Ekonomi,
sosial, dan politik
- Bagaimana kondisi ekonomi lingkungan
dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kabupaten Serang?
- Bagaimana kondisi sosial lingkungan dalam
PDPM GERBANG UTAMA di Kabupaten
Serang?
- Bagaimana dukungan kelompok-kelompok
kepentingan dan elite politik dalam
implementasi PDPM GERBANG UTAMA di
Kabupaten Serang?
- Bagaimana dukungan para partisipan
69
Kebijakan Program PDPM GERBANG
UTAMA di Kabupaten Serang (stakeholder),
yakni menolak atau mendukung?
Bagaimana Sifat opini publik yang ada di
lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kabupaten Serang?
(Sumber: Peneliti, 2016)
3.5 Instrumen Penelitian
Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian yang
diperoleh secara valid dan reliable dan ini sangat tergantung pada kualitas data
yang diperoleh dari sumber data yag tepat melalui pengungkapan (instrument)
yang berkualitas. Instrument dalam peneltiian kualitatif adalah yang melakukan
penelitian itu sendiri yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan
orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara
cerma, tertib dan leluasa, da bahkan ada yang menyebutnya sebagai key
instrument (Satori dan Komariah, 2010 : 61).
Konsep human instrumentdipahami sebagai alat yang dapat mengungkap
fakta – fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk
mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba (1985)
(Satori dan Komariah, 2010 : 62) menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument
pengumpula data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersifat fleksibel da
adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk
memahami sesuatu.
70
Pernyataan sebagai insttrumen kunci dikatan Bogdan dan Biklen (1982)
(Satori dan Komariah, 2010 : 62) berikut ini : penelitian kualitatif mempunyai
setting yang alami sebagai sumber langsung dari data dan peneliti itu adalah
instrument kunci. Maksud sebagai instrumen kunci adalah peneliti sebagai alat
pengumpul data utama. Dalam penelitian kualitatif, data masih belum diketahui
sumber data belum teridentifikasi secara past, cara – cara menggali, mengungkap
dan mengeksplorasi data belum teridentifikasi secara jelas sehingga keberadaan
alat pengumpul data utama sangat diandalkan. Peneliti kualitatif memliki
keleluasan yang bertanggungjawab untuk mengembangkan penelitia berdasarkan
etika dan feasibilitas kondisi lapanga yang terjewantahkan dalam rancangan yang
bersifat emergent.Hal ini karena penelitilah yang memiliki judgement yang tepat
untuk menilai apakah rancangan perlu direvisi sesuai kondisi lapangan atau batasi
eksplorasi unit analisis sesuai rancangan.
3.6 Informan Penelitian
Didalam penelitian ini peneliti merupakan instrument kunci yang sesuai
dengan karakteristik penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan
turun ke tengah – tengah masyarakat guna memperoleh data dan informan.
Informan diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian.
Adapun teknik yang digunakan untuk menenukan siapa saja yang menajdi
informan dalam penelitian Implementasi Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembaguna Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) Dimana dipilih secara purposive yang merupakan penentuan informan
yang berdasarkan informasi yang dibutuhkan, artinya teknik pengambilan
71
informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Informan tersebut ditentukan
dan ditetapkan tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan
berdasarkan fungsi dan peran informasi sesuai focus masalah penelitian
(Moeleong, 2006 : 217). Adapun informan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.6 Data Informan
Kode
Informan
Kategori
Informan
Spesifikasi Informan Peran dan Fungsi Informan
I1-1
Unsur
Pemerintah
1. Kepala Bidang Badan
Keluarga
Berencana,Pemberda
yaan Masyarakat dan
Perempuan
(BKBPMP)
Membantu Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintah
Kabupaten dalam Bidang Badan
Keluarga
Berencana,Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan
(BKBPMP) sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku juga sebagai
pelaksana harian PDPM
GERBANG UTAMA
kabupaten Serang.
11-2 2. Kepala Seksi
Pemberdayaan
Masyarakat atau
Kepala seksi
Pemerintahan Desa
Penanggung Jawab Operasional
Kegiatan Tingkat Kecamatan
72
Kecamatan Baros
I1-3
I1-4
3. Kepala Desa Baros
4. Kepala Desa Curug
Agung
Pembina pelaksanaan kegiatan
PDPM GERBANG UTAMA
I2-1 Unsur
pengelola
program
5. Koordinator
Fasilitator Kabupaten
Kegiatan PDPM
GERBANG UTAMA
Tim Pengendali PDPM
GERBANG UTAMA di tingkat
kabupaten.
I2-2
I2-3
I2-4
I2-5
6. Kepala UPT Desa
Curug Agung
7. UPK (Unit Pengelola
kegiatan)
8. KPMD ( Kader
Pemberdayaan
Masyarakat Desa)
9. FK (Fasilitator
Kegiatan)
Merupakan bidang yang
membantu pemerintah dalam
mengelola kegiatan PDPM
GERBANG UTAMA
13-1
13-2
Unsur
Penerima
Program
10. Tokoh Masyarakat
Kecamatan Baros
11. Masyarakat penerima
program
Sebagai penerima manfaat
program da penilai kebijakan
pemerintah
( Sumber : Peneliti, 2016)
3.7 Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2009 : 62).
73
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai data. Bila dilihat dari setting – nya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode
eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di
jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, da sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selajutnya bila
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuisioner (angket), dokumentasi.
3.7.1 Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian.Secara langsung adalah terjun ke lapangan terlibat
seluruh pancaindera. Secara tidak langsung adalah pengamatan yag dibantu
melalui media visual/ audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dll. Namun yang
terakhir ini dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai alat bantu karena yang
sesungguhnya observasi adalah pengamatan langsung pada natural setting bukan
setting yang sudah direkayasa. Dengan demikian pengertian observasi penelitian
kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui
74
keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan
data penelitian (Satori dan Komariah, 2010 : 105).
Dalam konteks penelitian kualitatif, observasi tidak untk menguji
kebenaran tetapi untuk mengetahui keebenaran yang berhubungan dengan aspek/
kategori sebagai aspek studi yag dikembangkan peneliti. Observasi ialah
kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehingga semua kegiatan yang
sedang berlangsung atau objek yang ada tidak luput dari perhatian dan dapat
dilihat secara nyata. Semua kegiatan, objek, serta kondisi penunjang yang ada
dapat diami dan dicatat (Satori dan Komariah, 2010 : 106).
3.7.2 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan
dalam penelitian kualitatif.Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan
interaksi komunikasi atau melakukan percakapan antara pewawacara (interviewer)
dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari
interviewee. Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang dari
padanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh (Satori dan Komariah, 2010 :
129).
Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap
muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau
penjawab (interviewee) (Sudjana, 2000 dalam Satori dan Komariah (2010 : 130).
Wawancara merupakan suatu pertemuan dua orang untk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan makna
75
dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002 dalam Satori dan Komariah, 2010 :
130).
3.7.2.1 macam-macam Wawancara Dalam Penelitian Kualitatif
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi
partisipasi.Peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian
terutama pada keterlibatannya dalam kehidupan informan. Wawacara
mendalam adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk
kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai
pewawancara dengan informan atau yang memberi informasi dalam
konteks observasi partisipasi.
2. wawancara bertahap
wawacara bertahap adalah wawancara yang mana peneliti
melakukannya dengan sengaja dating berdasarkan jadwal yag
ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan
peneliti tidak sedang observasi partisipasi, ia bisa tidak terlibat intensif
dalam kehidupan sosial informan, tetapi dalam kurun waktu terntentu,
peneliti bisa dating berkali-kali untuk melakukan wawancara. Sifat
wawancaranya tetap mendalam tetapi dipandu oleh pertanyaan-
pertanyaan pokok.
Table 3.7.2.1 pedoman wawancara
Dimensi Pedoman wawancara Informan
Ukuran dan
Tinjauan
Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM
GERBANG UTAMA partisipasi
seluruh masyarakat, khususnya
masyarakat miskin dan atau kelompok
perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelestarian pembangunan
meningkat?
b. Apakah dengan adanya PDPM
GERBANG UTAMA kesejahteraan
masyarakat miskin atau Rumah Tangga
Miskin dipedesaan di Kabupaten
Serang meningkat?
a. Kabid BKBPMP (
Badan Keluarga
Berencana
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Perempuan
b. Kepala Seksi Kepala
Seksi Pemberdayaan
Masyarakat atau
Kepala seksi
Pemerintahan Desa
Kecamatan
c. Kepala Desa
76
c. Apakah dengan adanya PDPM
GERBANG UTAMA pelembagaan
dana bergulir pelayanan sosial dasar
dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin
meningkat?
d. Apakah dengan adanya PDPM
GERBANG UTAMA sarana dan
prasarana di Kabupaten Serang
menjadi lebih baik?
e. Apakah dengan adanya PDPM
GERBANG UTAMA kesehatan dan
pendidikan di Kabupaten Serang
meningkat?
f. Apakah dengan adanya PDPM
GERBANG UTAMA dapat
membangun dan mengembangkan
modal sosial (social capital), seperti
kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok
dan pendampingan?
g. Apakah yang menjadi Faktor
penghambat kebijakan?
h. Apakah strategi yang digunakan
pelaksana kebijakan dalam menghadapi
hambatan program tersebut?
d. Koordinator Faskab
PDPM GERBANG
UTAMA
e. Ketua UPK
f. Ketua TPK
g. KPMD
h. FK
i. Masyarakat
Sumberdaya - Apakah Jumlah sumber daya manusia
dari para implementor sudah sesuai
dengan tupoksinya?
- Siapa saja yang terlibat dalam
- Kabid BKBPMP (
Badan Keluarga
Berencana
Pemberdayaan
77
menjalankan Program (organisasi
formal dan organisasi informal)?
- Bentuk dukungan seperti apa yang
diberikan terhadap pendamping
maupun operator PDPM GERBANG
UTAMA?
- Apakah Latar belakang pendidikan
para implementor?
- Bagaimana kemampuan kinerja para
implementor?
- Bagaimana pemerintah mencukupi
fasilitas (sarana/prasraana) untuk
menunjang pelaksanaan kebijakan
tersebut?
- Bagaimana pengelolaan pembangunan
partisipatif dengan mendayagunakan
sumber daya lokal?
- Bagaimana kecukupan waktu dalam
menjalankan program?
- Bagaimana pencapaian tugas dengan
sumber daya yang tersedia?
Masyarakat dan
Perempuan
- Kepala Seksi Kepala
Seksi Pemberdayaan
Masyarakat atau
Kepala seksi
Pemerintahan Desa
Kecamatan
- Kepala Desa
- Koordinator Faskab
PDPM GERBANG
UTAMA
- Ketua UPK
- Ketua TPK
- KPMD
- FK
Masyarakat
Karakteristik
agen pelaksana a. Bagaimana karakteristik Stake holder
(pelaksana program) dalam PDPM
GERBANG UTAMA?
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM
GERBANG UTAMA sejauh ini?
c. Apakah pelaksanaan teknis yang
dilakukan oleh para implementator
sudah sesuai dengan Peraturan Bupati
Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM
GERBANG UTAMA tersebut?
a. Kabid BKBPMP (
Badan Keluarga
Berencana
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Perempuan
b. Kepala Seksi Kepala
Seksi Pemberdayaan
Masyarakat atau
Kepala seksi
78
Pemerintahan Desa
Kecamatan
c. Kepala Desa
d. Koordinator Faskab
PDPM GERBANG
UTAMA
e. Ketua UPK
f. Ketua TPK
g. KPMD
h. FK
Sikap/
Kecenderungan
(Disposisi)
para
implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/
memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
b. Bagaimana pemahaman para implementor
mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
c. Bagaimana sistematika pembuatan
kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang
digunakan ? pola top down atau bottom up?
d.
a. Kabid BKBPMP
b. Kasi pemberdayaan
Masyarakat dan Kasi
PMD
c. Kepala Desa
d. Faskab PDPM
GERBANG UTAMA
e. Ketua UPK
f. Ketua TPK
g. KPMD
h. FK
Komunikasi
antar organisai
dan aktivitas
pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin
antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi,siapa saja yang
melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
b. Apakah dengan adanya koordinasi sudah
sesuai dengan manfaat dan tujuannya ?
c. Apakah ada sosialisasi yang
a. Kabid BKBPMP
b. Kasi pemberdayaan
Masyarakat dan Kasi
PMD
c. Kepala Desa
d. Faskab PDPM
GERBANG UTAMA
e. Ketua UPK
79
dilakukan?Bagaimana sosialisai yang
dilakukan, siapa pihak yang terlibat dalam
sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
d. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
f. Ketua TPK
g. KPMD
h. FK
Lingkungan
ekonomi,
sosial dan
politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan
politik dalam implementasi PDPM
GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros
Kabupaten Serang?
b. Bagaimana dukungan para partisipan
Kebijakan Program PDPM GERBANG
UTAMA di Kabupaten Serang
(stakeholder), yakni menolak atau
mendukung?
c. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di
lingkungan implementasi PDPM
GERBANG UTAMA di Kabupaten
Serang?
a. Kabid BKBPMP
b. Kasi pemberdayaan
Masyarakat dan Kasi
PMD
c. Kepala Desa
d. Faskab PDPM
GERBANG UTAMA
e. Ketua UPK
f. Ketua TPK
g. KPMD
h. FK
i. Masyarakat
(Sumber : Peneliti, 2016)
3.7.3 Studi Dokumentasi
Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan
dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-
macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan.Studi
dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara.Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan
dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu
ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel
80
atau dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan focus
penelitian. Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan
perkiraan. Metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan dokumen.Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal
dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap
bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
mendalam.Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian mengenai
“Implementasi Program daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten
Serang”, digunakan sebagai data pendukung terkait masalah penelitian.Dengan
adanya data pendukung tersebut ditujukan sebagai penguat argumentasi dari data-
data primer yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya.
3.8 Teknik Analisis Data dan Uji Keabsahan Data
3.8.1 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong 2010:248)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Dalam menganalisis data penelitian yang diperoleh dari hasil
81
penelitian di lapangan, maka peneliti menggunakan analisis data model Miles
&Huberman. Model interaktif Miles & Huberman dapat dipahami dengan gambar
dibawah ini:
Gambar 3.8
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
(Sumber: Miles dan Huberman (2009:20)
Berikut adalah penjelasan mengenai gambar analisis data menurut Miles &
Huberman (dalam Fuad & Nugroho, 2014:16-18), yang diantaranya:
1. Reduksi Data (Data Reduction), dimaknai sebagai proses memilah dan
memilih, menyederhanakan data yang terkait dengan kepentingan penelitian
saja, abstraksi dan transformasi data-data kasar dari catatan lapangan.
Reduksi data perlu dilakukan karena ketika peneliti semakin lama di kancah
penelitian akan semakin banyak data atau catatan lapangan yang peneliti
kumpulkan. Tahap dari reduksi adalah memilah dan memilih data yang
pokok, fokus pada hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai dengan
tema, membuat ringkasan, member kode, membagi data dalam partisi-partisi
dan akhirnya dianalisis sehingga terlihat pola-pola tertentu.
Data Collection Data Display
Data
Reduction
Verification
82
2. Penyajian Data (Data Display) berupa uraian singkat, bagan, hubungan
kausal dengan kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data dapat
membantu peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis
selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.
3. Menarik kesimpulan/ verifikasi (Conclusion: Drawing/Verifying), merupakan
langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman.
Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan dalam penyajian data,
terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data dan didukung dengan
teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian mendapatkan gambaran utuh
tentang fenomena yang diteliti dan kemudian dapat menyimpulkan fenomena
tersebut sebagai temuan baru.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian mengenai “Implementasi
Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk
Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang”, menggunakan
teknik analisis data Miles & Huberman. Teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan empat langkah analisis data, yaitu pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal ini digunakan sebagai alat
untuk mempermudah peneliti untuk menganalisis data yang didapat dari hasil
penelitian lapangan dan mendapatkan kesimpulan mengenai penelitian yang
dilakukan peneliti.
83
3.8.2 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan
kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah
tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan seperti seperti yang dikatakan Denzin
dengan “Triangulasi”. Istilah penggabungan metode ini dikenal lebih akrab di
kalangan pemula dengan istilah „meta-metode‟ atau „mix-method‟, yaitu metode
campuran, dimana metode kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama-sama
dalam sebuah penelitian Bungin (2010:257). Metode ini digunakan sebagai alat
untuk menguji apakah data hasil penelitian yang telah dikumpulkan terdapat
perbedaan atau tidak, sehingga dapat diketahui data tersebut dianggap absah atau
tidak.Penelitian mengenai “Implementasi Program daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) di Kabupaten Serang”, menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan
untuk menguji keabsahan data dari hasil penelitian lapangan.
1. Triangulasi sumber
Triagulasi sumber dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah
diperoleh dari berbagai sumber.Data dari berbagai sumber tersebut kemudian
dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks. Data dari sumber
yang berbeda dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama,
berbeda dan mana yang lebih spesifik dari sumber data tersebut.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yag sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi
84
Teknik dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari berbagai macam teknik
pengumpulan data.Misalnya dengan menggunakan teknik wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi.Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan, adakah
konsistensi.Jika berbeda, maka dapat dijadikan catatan dan dilakukan
pengecekkan selanjutnya mengapa data bisa berbeda (Fuad & Nugroho, 2014:19-
20).
Berdasarkan pemaparan tersebut, dalam menguji keabsahan data, peneliti
menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan.Dengan menggunakan teknik
triangulasi sumber, peneliti memperoleh dari sudut pandang pemerintah, dan
masyarakat.Sedangkan, teknik triangulasi teknik, peneliti melakukan cek data dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.Hal ini
dijadikan dasar oleh peneliti, untuk mengetahui apakah data yang didapatkan
terdapat perbedaan atau tidak.Dan jika terdapat perbedaan, maka selanjutnya
peneliti dapat melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, mengapa data yang diterima berbeda dan untuk
memastikan data mana yang diaggap benar.
3. member Check
Member check dilakukan dengan melakukan pengecekan data yang
diperoleh kepada informan penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh telah sesuai dengan apa yang telah diberikan
oleh informan penelitian, sehingga data yang didapat merupakan data yang valid
dan kredibel (dapat dipercaya) sesuai dengan yang telah disesuaikan dan
disepakati oleh informan penelitian yang kemudian ditandatangani sebagai bukti
85
autentik bahwa peneliti telah melakukan member check.tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi
data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila
perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus
menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuannya
member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yag dimaksud sumber data atau informan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode
pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan.
Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke
pemberi data, mungkin ada data yang disepakati, dtambah, dikurangi atau ditolak
oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka pemberi data diminta
untuk menandatangani, supaya lebih otentik.Selain itu juga sebagai bukti bahwa
peneliti telah melakukan member check.
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan
dilakukan proses penelitian (Sugiyono, 2009:286). Berikut ini merupakan
jadwalpenelitian Implementasi Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan
Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di
Kabupaten Serang :
86
Tabel 3.9
Tabel Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Tahun
2016 2017
Bulan Bulan bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1 Pengajuan
Judul
2 Observasi
Awal
3
Bimbingan
skripsi Bab I,
II, III
4 Seminar
Proposal
5
Revisi dan
Bimbingan
proposal
skripsi
6 Pengumpulan
Data
7
Pengolahan
,Analisis
Data dan
bimbingan
skripsi bab
IV, V
8 Sidang
Skripsi
9 Revisi
Skripsi
Keterangan Tabel :
1: Januari 4: April 7: Juli 10: Oktober
2: Februari 5: Mei 8: Agustus 11: November
3: Maret 6. Juni 9: September
87
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serang
Kabupaten Serang adalah salah satu Kabupaten dari 8 kota/kabupaten yang
ada di Provinsi Banten. Letak geografis yang demikian merupakan keuntungan
bagi Kabupaten Serang. Kabupaten Serang merupakan pintu gerbang atau
transit perhubungan darat antar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu
dengan posisinya yang hanya berjarak ± 70 km dari Kota Jakarta, Kabupaten
Serang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara.
Secara topografi, Kabupaten Serang merupakan wilayah dataran rendah
dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1.778 m di atas
permukaan laut. Sebagian besar dataran rendah memiliki ketinggian kurang
dari 500 meter, sementara dataran tinggi berupa rangkaian pegunungan yang
terdapat di perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Secara geografis terletak
posisi koordinat antara 105°7‟ – 105°22‟ bujur timur dan 5°50‟ – 6°21‟ Lintang
Selatan. Batas wilayah Kabupaten Serang terdiri dari :
1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Pandeglang
3. Sebelah Barat : Kota Cilegon dan selat sunda
4. Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang
88
Kabupaten Serang terdiri atas 29 kecamatan yaitu Anyar, Bandung, Baros,
Binuang, Bojonegara, Carenang, Cikande, Cikeusal, Cinangka, Ciomas,
Ciruas, Gunungsari, Jawilan, Kibin, Kopo, Kragilan, Kramatwatu, Mancak,
Pabuaran, Padarincang, Pamarayan, Petir , Pontang, Puloampel, tanara,
Tirtayasa, Tunjungteja, Lebakwangi dan Waringin Kurung.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Baros
Baros adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Serang, Propinsi Banten,
Indonesia dengan Ibu Kota Kecamatan yaitu Desa Baros. Menurut BPS
Kabupaten Serang (Kecamatan Baros Dalam Angka 2015) jumlah penduduk di
Kecamatan Baros, yaitu 48.996 jiwa dengan penduduk laki-laki 26.124 jiwa dan
penduduk perempuan 22.872 jiwa. 3653 Jiwa masyarakat Kecamatan Baros
berprofesi sebagai Petani. Wilayah Kecamatan Baros sebagian besar adalah
dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim
tropis. Luas daerah Baros 35,47 Km dengan pembagian daerah secara
administratif terdiri dari 14 Desa.
1. Desa Sukacai
2. Desa Sukamenak
3. Desa Tejamari
4. Desa Panyirapan
5. Desa Sindangmandi
6. Desa Curug Agung
7. Desa Sukamanah
8. Desa Sinarmukti
89
9. Desa Sidamukti
10. Desa Padasuka
11. Desa Baros
12. Desa Cisalam
13. Desa Suka Indah
Desa Tamansari Kecamatan Baros dengan ibu kota kabupaten Serang
(Kec. Ciruas) ialah 22 Km. Adapun batas wilayah kecamatan Baros, Yaitu :
Utara : Kecamatan Curug Kota Serang
Selatan : Kecamatan Cadasari Kab. Pandeglang
Barat : Kecamatan Pabuaran Kab. Serang
Timur : Kecamatan Petir Kab. Serang
Baros adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Serang, Propinsi Banten,
Indonesia dengan Ibu Kota Kecamatan yaitu Desa Baros. Menurut BPS
Kabupaten Serang (Kecamatan Baros Dalam Angka 2010) jumlah penduduk di
Kecamatan Baros, yaitu 48.996 jiwa dengan penduduk laki-laki 26.124 jiwa dan
penduduk perempuan 22.872 jiwa.3653 Jiwa masyarakat Kecamatan Baros
berprofesi sebagai Petani.Wilayah Kecamatan Baros sebagian besar adalah
dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim
tropis.
4.2. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang telah
diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data, baik data
kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan melakukan analisis
90
data berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada 11 (sebelas)
informan penelitian, yang terdiri dari pilar pemerintah dan pilar masyarakat.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan informan Purposive Sampling dan
Snowball Sampling. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian, yaitu
untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) di Kecamatan Baros Kabupaten Serang. Analisis data hasil penelitian
dilakukan dengan menggunakan model teori implementasi kebijakan dari Van
Metter dan Van Horn dalam Leo agustino (2006 : 161). Berdasarkan model
pendekatan implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Van Metter
dan Van Horn dikatakan bahwa isi kebijakan yang mempengaruhi di dalamnya
adalah ukuran dan tinjauan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana,
sikap atau kecenderungan (dispotition) para pelaku, komunikasi antar organisasi
dan aktivitas pelaksanaan, lingkungan sosial, ekonomi da politik. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisis datanya pun
peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam
bab sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini
menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman,
yaitu melakukan tiga kegiatan penting, yaitu reduksi data, penyajian data dan
menarik kesimpulan atau verifikasi hasil penelitian. Untuk mempermudah peneliti
dalam melakukan analisis data hasil penelitian tersebut, maka peneliti
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode tersebut ditentukan
91
berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan permasalahan
penelitian, diantaranya:
Tabel 4.1
Kode Penelitian
Kode Keterangan
I1-… Informan dari Pilar Pemerintah
I2-… Informan dari unsur Pengelola Program
I3-… Informan dari Pilar Masyarakat (penerima
program)
Sumber: Peneliti, 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat beberapa kode-kode penelitian,
yang terdiri dari Pertanyaan dan informan penelitian. Adapun kode informan
dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga bagian, yang mana kode informan I1-
1, I1-2, I1-3, I1-… merupakan kode untuk informan dari Pilar Pemerintah, kode
informan I2-1, I2-2, I2-3, I2-… merupakan kode untuk informan dari unsur pengelola
program, serta kode informan I3-1, I3-2, I3-3, I3-… merupakan kode untuk informan
dari Pilar Masyarakat. Kode informan tersebut ditujukan untuk memudahkan
peneliti menganalisis data hasil penelitian serta untuk mempermudah pembaca
dalam mengenali informan dalam penelitian mengenai “Implementasi Program
Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk
Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang (Kecamatan
Baros dan Kecamatan cikeusal)”.
92
4.2.1. Data Informan Penelitian
Data informan penelitian menjelaskan deskripsi informan yang menjadi
sumber data utama dalam penelitian mengenai “Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA) di Kabupaten Serang (Kecamatan Baros)”. Deskripsi informan
penelitian meliputi nama informan, usia, dan pekerjaan atau jabatan dari informan
penelitian tersebut. Penjelasan mengenai data informan penelitian tersebut dapat
menjelaskan bagaimana peran dari masing-masing informan dalam Implementasi
Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk
Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang (Kecamatan
Baros). Sesuai dengan pemilihan informan penelitian ini menggunakan teknik
purposive dan snowball, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informan penelitian
yang tepat dan kredibel. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah 11
(sebelas) informan yang terdiri dari 2 informan dari pilar pemerintah, 7 informan
dari pilar pelaksana program dan 2 informan dari pilar masyarakat. Berikut adalah
daftar deskripsi informan penelitian mengenai “Implementasi Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang (Kecamatan Baros)”, sebagai
berikut:
93
Tabel 4.2
Daftar Spesifikasi Informan
No
.
Nama Informan
Usi
a
Pekerjaan/Jabatan
Kode
Informan
Peran dan Fungsi
Informan dalam
Penelitian
1. Epon 50
Kepala Bidang Badan Keluarga
Berencana, Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan
I1-1 Key Informant
2. Edi 46
Kepala seksi Pemerintahan Desa
Kecamatan Baros
I1-2 Key Informant
3. Suhaeli 43 Lurah Curug Agung I1-3 Key Informant
4. Ahmad Suparlan 45 Lurah Baros I1-4 Key Informant
5. Usep Dadang 44 Koordinator fasilitator Kabupaten I2-1
6. Badri 52 Ketua UPT Desa Curug Agung I2-2 Key Informant
7. Bustomi 37 Ketua UPK I2-3 Key Informant
8. Edi R Supriyadi 40 KPMD I2-4 Key Informant
9. Latif 43 Fasilitator Kegiatan I2-5 Key Informant
10. Erwin Setiawan 54 Tokoh Masyarakat I3-1 Secondary
Informant
11. Shalihah 38 Masyarakat I3-2 Secondary
Informant
Sumber: Peneliti, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui deskripsi dari masing-masing
informan dalam penelitian mengenai “Implementasi Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang (Kecamatan Baros) ”.
Informan di atas merupakan informan peneliti anggap paling tepat untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan Implementasi Program
94
Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
(PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten Serang (Kecamatan Baros dan
Kecamatan Cikeusal). Hal ini ditujukan untuk dapat mencapai hasil penelitian
yang sesuai dan kredibel dalam mencapai hasil penelitian yang diharapkan.
4.4 Deskripsi dan Data Temuan Lapangan
Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan data dan fakta
yang peneliti dapatkan dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan yaitu menggunakan teori implementasi menurut Van Metter dan Van
Horn (Agustino, 2006: 141-144). Dalam teori Van Metter dan Van Horn, proses
implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu
implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk
meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung
dalam hubungan berbagai variabel. Menurut Metter dan Horn ada beberapa
variabel yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan, 1) Ukuran
dan Tujuan Kebijakan 2) Sumber-Sumber Kebijakan 3) Komunikasi Antar
Organisasi 4) Karakteristik Agen Pelaksana 5) Sikap atau Kecenderungan
(disposition) para pelaksana dan 6) Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik.
4.5 Implementasi Kebijakan Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat
dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat
4.5.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja Implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika
ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang
berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika ukuran
95
kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk
dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan
publik hingga bisa dikatakan efektif atau berhasil.
Kabupaten Serang sama dengan daerah lain memiliki persoalan
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga
pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan
antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan
dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk
menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang
berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang benar harus memadukan aspek-
aspek penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Dalam hal ini pemerintah perlu membimbing dan memberi pengarahan
kepada masyarakat sampai masyarakat dinilai mampu, karena seperti yang kita
ketahui lemahnya tingkat pendidikan masyarakat miskin mengakibatkan sulitnya
untuk menerima bimbingan dan arahan. Maka dari itu pemerintah juga harus
melakukan pengawasan setiap bulannya. Agar program yang pemerintah buat
menjadi tepat sasaran dan terimplementasi dengan baik. Dalam hal ini perlu ada
kesiapan masyarakat dalam menerima program untuk perubahan itu. Untuk itu
masyarakat perlu terlibat sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga
pemanfaatannya. Sehingga program pemberdayaan yang dijalankan dapat
memberdayakan masyarakat bukan memperdayakan masyarakat.
Forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan
prioritas kegiatan dari desa serta menyepakati kegiatan lintas Desa di kecamatan
96
tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja SKPD kabupaten pada tahun
anggaran berikutnya. Maka perlu adanya partisipasi dari masyarakat yaitu
membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang
dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil
yang telah ditetapkan. Juga mendorong dan memberi ruang bagi
pemanfaat/sasaran kegiatan untuk berperan secara aktif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian hasil kegiatan. diungkapkan oleh (I1-4) :
“meningkat tentunya, masyarakat sangat antusias dalam mengikuti
musyawarah perencanaan untuk program PDPM GERBANG UTAMA ini ada
semua terutama kelompok perempuan yang mendapat dana spp” (Wawancara :
Jumat, 30 September 2016, 01.50 WIB Kantor Desa Baros Kecamatan Baros
Kabupaten Serang).
Pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan perencanaan yang dibuat
oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai dengan tujuan umum
program tersebut yaitu memberdayakan masyarakat dan masyarakat yang menjadi
objek utama ukuran keberhasilan. Sehingga partisipasi masyarakat rumah tangga
miskin dan kelompok perempuan menjadi hal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
program karena harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
khususnya masyarakat Rumah Tangga Miskin dan Kelompok Perempuan.
Terutama kelompok perempuan yang mendapat dana spp karena ingin
mendapatkan kembali modal dari dana spp. Partisipasi masyarakat dalam
perencanaan program sangat baik karena masyarakat ingin menyampaikan apa
yang menjadi permasalahan dan kebutuhan di kampungnya masing-masing.
Misalnya permasalahan infrastruktur jalan yang sudah rusak dan sangat buth
97
perbaikan. Maka dari itu masyarakat memang harus ikut berpartisipasi dalam
proses perencanaan.
Peneliti mencoba menguatkan pendapat diatas dengan mewawancarai dari
pilar masyarakat yaitu sebagai penerima program. Masyarakat yang peneliti
wawancarai adalah kelompok perempuan yang menerima dana SPP (I3-2)
Mengatakan :
“Ya kami dilibatkan dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh desa baik
itu dalam perencenaan maupun saat pembangunan. Walaupun perempuan kami
juga turut membantu bapak-bapak yang sedang melakukan pembangunan dengan
menyiapkan makan, minum.‟ (wawancara : Rabu, 05 Oktober 2016, 12.25 WIB
Rumah Pak Erwin).
Berdasarkan hasil wawancara dengan (I3-2) dari pilar masyarakat sebagai
penerima program bahwasannya pemerintah ataupun pelaksana program memang
sudah menginformasikan kepada masyarakat agar mengikuti musyawarah untuk
pengambilan keputusan perencanaan. Masyarakat berpartisipasi dan bergotong
royong yaitu ibu-ibu warga Desa Baros menyediakan konsumsi untuk Bapak-
bapak yang sedang melaksanakan pembangunan.
Dari kesimpulan pendapat-pendapat diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai
dengan tujuan umum program tersebut. Sehingga partisipasi masyarakat rumah
tangga miskin dan kelompok perempuan menjadi hal yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan program karena harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat khususnya masyarakat Rumah Tangga Miskin dan Kelompok
Perempuan.
98
Sejalan dengan Visi PDPM GERBANG UTAMA adalah tercapainya
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan
berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu
mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya,
mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber
daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Indikator keberhasilan dalam
suatu kebijakan adalah adanya perubahan menjadi yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya atau adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana (I1-
3) menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
“Alhamdulillah dengan adanya program gerbang utama ini, khususnya di
desa curug agung jadi ada perubahan walaupun tidak meningkat yang
tinggi sekali.” (Wawancara : Kamis, 8 Oktober 2016, 09.50 WIB kantor
kelurahan Curug Agung).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa suatu kebijakan yang
dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan harapannya adalah adanya
peningkatan kesejahteran masyarakat dan adanya perubahan dari keadaan
sebelumnya.
Pendapat lainnya diungkapkan oleh (I2-2) sebagai berikut :
“kalau dilihat dari aspek pembangunan ada perubahan, itu kan bisa
termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mana membangun yang
menjadi kebutuhan masyarakat, untuk dana SPP pun walaupun tidak semua yang
mendapatkan pasti ada perubahan pada masyarakat nya.” (Wawancara : kamis, 8
Oktober 2016, 11.20 WIB kantor Kelurahan Curug Agung Kecamatan baros)
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa suatu kebijakan yang
dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan harapannya adalah adanya
99
peningkatan kesejahteran masyarakat dan adanya perubahan dari keadaan
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari aspek pembangunan karena dilakukannya
pembangunan adalah untuk perubahan menjadi lebih baik. Dan masyarakat yang
mendapat dana SPP pun mengalami perubahan keadaan atau peningkatan akses
ekonomi karena mendapat modal lebih dari program PDPM GERBANG UTAMA
ini walaupun tidak semua masyarakat yang mendapatkan.
Namun terdapat perbedaan pendapat dari (I1-2) sebagai berikut :
“kalau dikatakan kesejahteraan masyarakat miskin meningkat
keselurahan, tidak bisa dikatakan keseluruhan meningkat. Karena disini
anggaran untuk dana SPP saja hanya 25% dan otomatis tidak semua masyarakat
atau Rumah Tangga Miskin menerima dana SPP tersebut. (Wawancara : Senin,
12 Oktober 2016, 01. 35 WIB Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dalam program PDPM GERBANG UTAMA
ini terdpaat kegiatan program dana bergulir yaitu 25%. Dan menurut pendapat
diatas kesejahteraan masyarakat miskin di Baros tidak dapat dikataka meningkat
secara keseluruhan karena anggaran yang diberikan untuk dana SPP tersebut
terbatas dan tidak semua masyarakat miskin yang membutuhkan mendapatkannya.
Hal lain diungkapkan oleh (I2-1) menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
“kalau untuk ukuran kesejahteraan masyarakat memang tidak dapat
diukur dari satu faktor saja, namun dilihat dari berbagai faktor. PDPM
GERBANG UTAMA dalam upaya mensejahterakan masyarakat diantaranya
meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung masyarakat
dalam memfasilitasi pembangunan didesanya misalnya pembangunan jalan yang
menghubungkan satu desa dengan desa yang lainnya, dalam bidang kesehatan
dengan menyediakan air bersih. Dan yang kedua yaitu dengan memberikan dana
bergulir kepada masyarakat untuk modal usaha. Jadi harapan program memang
meningkat.” (wawancara : Selasa, 15 November 2016, 09.22 WIB Kantor
Fasilitator Kabupaten Taktakan Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa suatu kebijakan yang
dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
100
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan harapannya adalah adanya
peningkatan kesejahteran masyarakat dan adanya perubahan dari keadaan
sebelumnya. Ukuran keberhasilan tidak dapat dilihat hanya dari satu faktor saja,
dalam program ini bisa dilihat dari faktor meningkatnya ekonomi masyarakat dan
pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi lebih baik lagi. Harapan setiap
program memang adanya peningkatan dari keadaan sebelumnya. Hal ini dapat
dilihat dari fasilitas sarana dan prasarana masyarakat yang menjadi lebih baik, dan
memberikan modal usaha kepada masyarakat agar lebih maju.
Hal serupa juga diungkapkan oleh (I3-1) sebagai berikut :
„saya tidak merasa kesejahteraan perekonomian saya meningkat, karena
saya tidak menerima dana apapun, istri sayapun tidak mendapat dana dari
program tersebut. Namun kesejahteraan kan tidak dilihat dari program SPP saja,
dilihat dari sarana dan prasrana yang diperbaiki pun menjadi tolak ukur tingkat
kesejahteraan masyarakat.” ( Wawancara : Rabu, 5 Oktober 2016, 03.45 WIB
Rumah Tokoh Masyarakat Desa Sidamukti Kecamatan baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa suatu kebijakan yang
dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan harapannya adalah adanya
peningkatan kesejahteran masyarakat dan adanya perubahan dari keadaan
sebelumnya. Ukuran keberhasilan tidak dapat dilihat hanya dari satu faktor saja,
dalam program ini bisa dilihat dari faktor meningkatnya ekonomi masyarakat dan
pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi lebih baik lagi. Hal ini dapat
dilihat dari fasilitas sarana dan prasarana masyarakat yang lebih layak dan
menjadi lebih baik.
Dari kesimpulan pendapat-pendapat diatas dapat diketahui bahwa suatu
kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan
101
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan harapannya
adalah adanya peningkatan kesejahteran masyarakat dan adanya perubahan dari
keadaan sebelumnya. Ukuran keberhasilan tidak dapat dilihat hanya dari satu
faktor saja, karena program PDPM GERBANG UTAMA ini terbagi menjadi dua
aspek yaitu 25 % untuk kegiatan penguatan usaha ekonomi melalui pinjaman
bergulir Kelompok SPP dan 75% dialokasikan untuk pembangunan sarana dan
prasarana. Maka dari itu kesejahteraan masyarakat di Baros bisa dikatakan adanya
perubahan dari keadaan sebelumnya, karena terdapat pembangunan sarana dan
prasarana yang menjadi lebih baik lagi juga adanya program dana bergulir untuk
menambah modal usaha masyarakat. Seluruh Desa di Kecamatan penerima PDPM
GERBANG UTAMA berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur
tahapan kecuali Desa dalam status kena sanksi. Untuk dapat berpartisipasi dalam
PDPM GERBANG UTAMA, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa
dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan
menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya
kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PDPM
GERBANG UTAMA. Termasuk pelembagaan dana bergulir yang harus dituntut
adanya kesiapan dan rasa tanggung jawab dari masyarakat khususnya kelompok
perempuan yang mendapat dana SPP tersebut. Dana ini diberikan berupa
pinjaman kepada masyarakat dan harus dikembalikan sesuai waktu yang
ditentukan. Berjalannya dana bergulir (SPP) tersebut dapat dilihat dari lancarnya
pengembalian dari kelompok masyarakat penerima dana SPP kepada UPK. Hal ini
dapat dilihat dari ungkapan (I1-3) sebagai berikut :
102
”kalau sampai saat ini program spp sangat membantu masyarakat, karena
jadi ada penambahan modal untuk yang mempunyai usaha. Program spp pun ada
beberapa kelompok yang mandet untuk pengembaliannya.” (Wawancara : kamis,
8 Oktober 2016, 09.50 WIB kantor Kelurahan Curug Agung Kecamatan baros).
Berdasarkan pendapat diatas alokasi dana 25% untuk dana bergulir
Simpan Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG UTAMA yang
Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan belum optimal dengan tujuan umum
program tersebut yaitu meningkatkan ketersediaan akses ekonomi terhadap
Rumah Tangga miskin dikarenakan masih banyak kelompok perempuan yang
mandet dalam pengembaliannya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh (I1-2) yaitu sebagai berikut :
“kalau untuk pelembagaan dana bergulir masyarakat di kecamatan Baros
ini kurang, masih banyak paradigma masyarakat yang menganggap dana tersebut
tidak usah dikembalikan karena dana tersebut adalah uang pemerintah, jadi dana
bergulir tersebut mandet.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 01. 35 WIB
Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas alokasi dana 25% untuk dana bergulir
Simpan Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG UTAMA yang
Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan belum optimal dengan tujuan umum
program tersebut yaitu meningkatkan ketersediaan akses ekonomi terhadap
Rumah Tangga miskin dikarenakan masih banyak kelompok perempuan yang
mandet dalam pengembaliannya. Dalam hal ini masih ada paradigma lama yang
beranggapan bahwa dana dari pemerintah tidak usah dikembalikan.
Hal yang sama diungkapkan oleh (I3-2) yakni sebagai berikut :
103
“kalau saya pribadi sebagai ketua kelompok SPP, ibu-ibu yang mendapat
dana spp ada yang lancar ada juga yang tidak lancar dalam pengembaliannya,
kadang saya juga bingung harus bertanggung jawab, tapi dari masyarakatnya
mungkin usahanya kurang lancar, makanya tidak lancar dalam
pengembaliannya.” (wawancara : Rabu, 05 Oktober 2016, 12.25 WIB Rumah
warga masyarakat Desa Baros).
Berdasarkan pendapat diatas alokasi dana 25% untuk dana bergulir
Simpan Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG UTAMA yang
Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan belum optimal dengan tujuan umum
program tersebut yaitu meningkatkan ketersediaan akses ekonomi terhadap
Rumah Tangga miskin dikarenakan masih banyak kelompok perempuan yang
tidak tepat waktu dalam pengembaliannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan pendapat diatas alokasi dana 25% untuk dana bergulir Simpan
Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG UTAMA yang Pemerintah
Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan belum optimal dengan tujuan umum program
tersebut yaitu meningkatkan ketersediaan akses ekonomi terhadap Rumah Tangga
miskin dikarenakan masih banyak kelompok perempuan yang tidak tepat waktu
dalam pengembaliannya. Dalam hal ini masih ada paradigma lama yang
beranggapan bahwa dana dari pemerintah tidak usah dikembalikan.
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan desa tidak bisa lepas dari
maslaah kemiskinan masyarakat desa, ini membutuhkan solusi untuk
mengatasinya. Eksistensi desa langsung bersentuhan dengan seluruh aspek
104
kehidupan masyarakat. Sebagai unit pemerintahan terkecil, desa yang maju akan
menjadi landasan yang kokoh dalam pembangunan nasional. Pemerintah dengan
segenap kemampuannya akan terus mendorong, memajukan dan mengentaskan
ketertinggalan desa-desa, melalui program pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. program pembangunan itu antara lain dalam bentuk fasilitasi
pelaksanaan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana desa.
Harus dihindari melampirakan gambar-gambar desain dalam dokumen
penyelesaian tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Jika
terjadi perubahan di lapangan, di samping dilakukan perubahan pada gambar juga
harus dituangkan dalam berita acara revisi.
Sebagaimana pernyataan dari (I1-1) sebagai berikut :
“iya pasti menjadi lebih baik karena ada pembangunan, dan
pembangunannya pun masyarakat daerahnya sendiri yang menjalankan dari
mulai pelaksanaan pembangunan sampai merawatnya. Karena merasa memiliki
dari hasil kerjanya.” (Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB Kantor
BKBPMP Kabupaten Serang).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai
dengan tujuan umum program tersebut. Dimana pembangunan sarana dan
prasarana agar menjadi lebih baik dan layak untuk digunakan. Adanya perubahan
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya menjadi salah satu indikator
keberhasilan program pembangunan atau pemberdayaan.
Pembangunan sarana dan prasarana agar menjadi lebih baik dan layak
untuk digunakan. Adanya perubahan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya
105
menjadi salah satu indikator keberhasilan program pembangunan atau
pemberdayaan. Namun peningkatan sarana dan prasarana di Kecamatan Baros
tidak menyeluruh dikarenakan keterbatasan anggaran. Pernyataan yang sama juga
diungkapkan oleh (I1-2) sebagai berikut :
“kalau dilihat dari anggaran yang berdasarkan perengkingan, skala
prioritas dari tiap-tiap desa. Kalau di PDPM Gerbang utama ini ada
konsultannya yang mengontrol pekerjaan fisik yaitu fasilitator teknik dan
fasilitator kegiatan ditingkat kecamatan, jadi sarana dan prasarananyapun
menjadi lebih baik. Dari segi kualitas dan segi waktu itu tepat sasaran, kalau
dilihat dari anggaran tidak cukup namun karena dari keterlibatan masyarakatnya
tinggi jadi hasil sarana dan prasarananya pun semakin bagus.” (Wawancara :
kamis, 12 Oktober 2016, 01. 35 WIB Kantor Kecamatan Baros Kabupaten
Serang).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai
dengan tujuan umum program tersebut. Dimana pembangunan sarana dan
prasarana agar menjadi lebih baik dan layak untuk digunakan. Karena kegiatan
pembangunan diawasi langsung oleh ahli nya yaitu fasilitator kegiatan dan
fasilitator teknik. Partisipasi masyarakat pun sangat mempengaruhi kelancaran
dalam pembangunan sarana dan prasarana. Adanya perubahan menjadi lebih baik
dari keadaan sebelumnya menjadi salah satu indikator keberhasilan program
pembangunan atau pemberdayaan.
Sebagaimana pernyataan dari (I2-4) yaitu sebagai berikut : “Iya kalau ada
pembangunan tentunya menjadi lebih baik, namun kadang pembangunan tidak
sesuai dengan yang direncanakan.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016,
12.14 WIB Rumah warga).
106
Berdasarkan pernyataan diatas dengan adanya PDPM GERBANG
UTAMA yaitu adanya pembangunan fisik sarana dan prasarana di Kecamatan
Baros menjadi lebih baik. Namun terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan RKB.
Pada kegiatan pembangunan prasarana perincian volume dan biaya yang
tercantum pada format RKB harus sesuai dengan lapangan dan berkaitan erat
dengan gambar-gambar purnalaksana yang juga merupakan lampiran dalam
dokumen penyelesaian. Namun pendapat diatas menyatakan pada kenyataannya
pembangunan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
Hal lain diungkapkan oleh (I1-4) sebagai berikut : “kalau meningkat tidak,
karena tidak sebanding dana yang diberikan dengan luas wilayah.” (Wawancara
: jumat, 30 september 01.50 WIB Kantor Kelurahan Baros Kecamatan Baros
Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan pernyataan diatas dengan adanya PDPM GERBANG
UTAMA yaitu adanya pembangunan fisik sarana dan prasarana di Kecamatan
Baros tidak dapat dikatakan meningkat karena alokasi dana untuk sarana dan
prasarana tidak sebanding dengan luas wilayah. Akibatnya masih banyak sarana
dan prasarana yang memang harus diperbaiki namun belum terealisasi. Walaupun
kebutuhan yang diajukan oleh masyarakat tidak terpenuhi karena keterbatasan
anggaran. Jadi mengutamakan kegiatan yang harus diperbaiki.
Pendapat lain dari (I1-3) mengemukakan : “alhamduliilah meningkat,
misalnya sarana jalan yang tadinya tidak bisa dilewati roda dua jadi bisa
dilewati karena sudah layak.” ( Wawancara : kamis, 8 Oktober 2016,
107
09.50 WIB kantor kelurahan Curug Agung Kecamatan Baros Kabupaten
Serang).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai
dengan tujuan umum program tersebut. Dimana pembangunan sarana dan
prasarana agar menjadi lebih baik dan layak untuk digunakan. Adanya perubahan
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PDPM
GERBANG UTAMA yang mengalokasikan dana 75% terhadap pembangunan
sarana dan prasarana menjadi lebih baik dan layak untuk digunakan. kegiatan
perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai
dengan tujuan umum program tersebut. Kesehatan dan pendidikan merupakan dua
faktor penting dalam pembangunan yang berorientasi pada manusia.
Meningkatkan pendidikan dan kesehatan merupakan suatu tantangan yang
besar dalam pembangunan dan pemberdayaan. seperti hal nya PDPM GERBANG
UTAMA diarahkan kepada prioritas usulan yang mendukung terhadap
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia melalui Indikator Daya Beli
Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal Kemiskinan dan kelaparan, diantaranya
Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan (non formal).
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh (I2-3) yaitu sebagai berikut :
“Tidak ada alokasi untuk kesehatan atapun pendidikan, pernah ada
pengajuan pembangunan PAUD namun tidak disetujui karena ada pembangunan
108
yang memang harus diutamakan.” (Wawancara : Rabu, 12 Oktober 2016, 08.40
WIB kantor UPK Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas Kegiatan peningkatan bidang pelayanan
kesehatan dan pendidikan (non formal) di Kecamatan baros ini tidak ada anggaran
yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Pernah ada pengajuan untuk
pembangunan di bidang pendidikan yaitu PAUD, namun ternyata tidak disetujui
karena lebih mengutamakan pembangunan sarana dan prasarana yang lain.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan (I1-1) yakni :
“karena di Baros sudah dekat dengan perkotaan, untuk sekolah pun sudah
banyak. Jadi alokasi dana digunakan memang untuk pembangunan sarana dan
prasarana yang lain.” (Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB Kantor
BKBPMP kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas Kegiatan peningkatan bidang pelayanan
kesehatan dan pendidikan (non formal) di Kecamatan baros ini tidak ada anggaran
yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Pernah ada pengajuan untuk
pembangunan di bidang pendidikan yaitu PAUD, namun ternyata tidak disetujui
karena lebih mengutamakan pembangunan sarana dan prasarana yang lain. Hal ini
dilihat karena baros sudah dekat dengan perkotaan dan dekat dengan sekolah.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh (I3-1) yakni sebagai berikut :
“kalau dari musyawarah desa yang saya ikuti, tidak ada dana untuk
pendidikan ataupun kesehatan. Sempat ada yang mengajukan untuk
pembangunan PAUD namun ada pembangunan lain yang lebih diutamakan.”
(Wawancara : Rabu, 5 Oktober 2016, 03.45 WIB Tempat kediaman bapak ).
Berdasarkan pendapat diatas Kegiatan peningkatan bidang pelayanan
kesehatan dan pendidikan (non formal) di Kecamatan baros ini tidak ada anggaran
yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Pernah ada pengajuan untuk
pembangunan di bidang pendidikan yaitu PAUD, namun ternyata tidak disetujui
109
karena lebih mengutamakan pembangunan sarana dan prasarana yang lain. Hal ini
dilihat karena baros sudah dekat dengan perkotaan dan dekat dengan sekolah.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
yang dapat dibiayai melalui BLM PDPM GERBANG UTAMA diarahkan kepada
prioritas usulan yang mendukung terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia melalui Indikator Daya Beli Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal
Kemiskinan dan kelaparan, diantaranya Kegiatan peningkatan bidang pelayanan
kesehatan dan pendidikan (non formal) di Kecamatan baros ini tidak ada anggaran
yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Pernah ada pengajuan untuk
pembangunan di bidang pendidikan yaitu PAUD, namun ternyata tidak disetujui
karena lebih mengutamakan pembangunan sarana dan prasarana yang lain. Hal ini
dilihat karena baros sudah dekat dengan perkotaan dan dekat dengan sekolah.
Dalam sebuah kebijakan tentu terdapat hambatan-hambatan yang harus ditangani.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh (I2-1) yakni sebagai berikut:
“sebetulnya kebijakan ingin memberikan kelancaran dalam memberikan
program, yang sering menjadi kendala itu paradigma atau cara berpikir baik
pemerintahan desa maupun masyarakat yang diantaranya masih ada yang
berpikir kalau bantuan dari pemerintah tidak usah dikembalikan.” (Wawancara :
Selasa 15 November 2016, 09.22 WIB Kantor Fasilitator Kabupaten Taktakan
Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa hambatan dari
kebijakan adalah paradigma dari masyarakatnya itu sendiri yang kurang
memahami tentang dana pinjaman bergulir, dimana masyarakat menganggap dana
yang diberikan pemerintah tidak perlu dikembalikan. Seperti hal nya yang
disampaikan oleh (I1-1) yakni sebagai berikut :“Dalam program ini kan ada dana
SPP, yang menjadi penghambatnya adalah masyarakat yang kurang sadar dalam
110
pengembaliannya.” (Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB Kantor
BKBPMP Kabupaten Serang).
Pendapat diatas sama halnya dengan pendapat I3 yaitu mengenai
paradigma masyarakat yang masih banyak yang tidak bertanggung jawab dalam
pengembalian dana pinjaman bergulir.
Dalam setiap kebijakan pasti terdapat bermacam-macam hambatan yang
ada dalam setiap pelaksanaannya yang dikeluhkan oleh pelaksana kebijakan.
Seperti hal nya yang dikatakan (I1-3) sebagai berikut :
“menurut saya, berbelit-belit dalam hal administrasi. Memang bagus
administrasi agar jelas, namun untuk menjalankan programnya jadi terhambat
karena harus menunggu persetujuan dari administrasi yang banyak tangan.”
(Wawancara : jumat, 30 september 01.50 WIB Kantor Kelurahan Baros
Kecamatan baros Kabupaten Serang).
Menurut pendapat diatas hambatan yang dialami oleh (I1-3) adalah
mengenai system administrasi yang berbelit-belit yang menyebabkan proses
persetujuan menjadi lama. Karena persetujuan mengalami proses yang lama
akibatnya dana yang turun pun tidak akan cepat. Sebagaimana diungkapkan oleh
(I2-5) sebagai berikut:
“sistem pencairan dana yang diakhir, jadi kami harus menyediakan
material menggunakan uang yang ada di desa terlebih dahulu kemudian dana
baru disalurkan.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB
Kediaman rumah bapak latif).
Berdasarkan pendapat diatas dana untuk kegiatan pelaksanaan tidak berada
diawal kegiatan, menurut nya system keterlambatan dana ini menghambat
kegiatan pelaksanaan. Anggaran memang hal yang paling utama untuk
berlangsungnya suatu kegiatan pelaksanaan. Keterbatasan anggaran sering
111
menjadi permasalahan kebijakan karena menyebabkan bantuan tidak bisa
dirasakan secara keseluruhan. Seperti pendapat (I1-2) sebagai berikut :
“Faktor penghambatnya hanya di anggaran saja, keterbatasan anggaran
yang kurang yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Oleh karena itu tidak semua desa mendapatkan dana dari PDPM ini,
jadi hanya desa-desa yang sudah layak juga mendapat rangking saja yang
mendapatkan program bantuan PDPM.” ( Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016,
01. 35 WIB kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Dari pendapat diatas keterbatasan anggaran menjadi penghambat
kebijakan karena bantuan dana tidak dapat menyeluruh ke semua desa-desa yang
ada di Kecamatan Baros. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari (I2-4) sebagai
berikut :“keterbatasan anggaran yang membuat pembangunan dilakukan tidak
menyeluruh.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB Rumah
kediaman Bapak KPMD).
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
suatu kebijakan tidaka akan berjalan mulus begitu saja. Pasti terdapat kendala atau
hambatan selama pelaksanaan kegiatan. Setiap pelaksana kegiatan mengalami
hambatan atau kendala yang berbeda dalam setiap pelaksanaan. Hambatan-
hambatan tersebut adalah keterlambatan dalam pengembalian dana bergulir (SPP),
system administrasi yang berbelit-belit, system pencairan dana yang terlambat,
dan juga adanya keterbatasan anggaran.
4.5.2 Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Dalam kebijakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
adalah sumberdaya. Sumberdaya merupakan hal penting dalam suatu kebijakan,
salah satunya adalah sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang ada di
112
Kecamatan Baros Kabupaten Serang cukup mendukung agar Program ini
terlaksana dengan baik. Implementor di Kecamataan baros sudah ditempatkan di
bidangnya masing-masing sesuai dengan tupoksinya, namun implementor atau
pelaksana kebijakan yang ada di Kecamatan Baros ini kurang lengkap. Ada
beberapa implementor yang mengundurkan diri sebelum waktunya. Seperti yang
diungkapkan oleh (I2-3) yaitu sebagai berikut :
“Di UPK ini sekarang sudah 3 orang, ketua, bendahara dan sekretaris.
pernah hanya satu orang dan itu yang menyebabkan keterlambatan dalam
pelaporan karena pekerjaan dilakukan sendiri. namun akhirnya bertambah jadi
dua orang dan Alhamdulillah sekarang sudah 3 orang.” (Wawancara : Senin, 12
Oktober 2016, 08.40 WIB kantor UPK kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas jumlah sumberdaya manusia atau
implementor yang ada di kecamatan baros khususnya bidang UPK pernah
mengalami kekurangan sumberdaya manusia yang kemudian mengakibatkan
keterlambatan dalam pelaporan. Namun akhirnya sudah lengkap menjadi 3 orang.
Hal ini juga diungkapkan oleh (I1-2) yaitu:
“Di Baros ini tidak ada fasilitator teknik dikarenakan fasilitator teknik
mengundurkan diri sebelum waktunya. Jadi masih belum lengkap
impelementornya dan otomatis harus dilimpahkan kepada fasilitator kabupaten.”
(Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB Tempat kediaman Rumah
Bapak Latif).
Pendapat diatas dapat diketahui bahwa pelaksana kebijakan yang ada di
Kecamatan Baros masih belum lengkap sesuai tupoksinya dikarenakan adanya
implementor yang mengundurkan diri.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sumber
daya manusia di Kecamatan Baros kabupaten Serang belum memenuhi
tupoksinya. Terdapat beberapa implementor yang tidak menempati tupoksi yang
sudah ditetapkan dalam kebijakan PDPM GERBANG UTAMA. Hal ini
113
mengakibatkan tugas yang dilaksanakan tidak selesai tepat pada waktunya.
Namun implementor di Baros sudah bekerja dengan baik dan sesuai prosedur. Hal
ini dikarenakan adanya dukungan berupa pelatihan dan finansial atau gaji
terhadap para impelementor. Hal ini diungkapkan oleh (I2-4) sebagai berikut:
“Diberikan sosialisasi pemahaman dan pelatihan tentang PDPM GERBANG
UTAMA agar para implementor bekerja dengan baik.” (Wawancara : Kamis, 29
September 2016, 12.14 WIB tempat kediaman Rumah Bapak KPMD).
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat diketahui bahwa bentuk
dukungan yang diberikan kepada implementor adalah diberikannya pelatihan
khusus. Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi pemerintah desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan lain yang dapat
menunjang pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan diadakan di
antaranya meliputi: penyusunan peraturan desa, pengawasan terhadap
pelaksanaan, pemerintahan, dan pembangunan, pengelolaan penanganan masalah
dan perencanaan kegiatan pembangunan yang partisipatif. Juga diberikan
dukungan berupa gaji tehadap para pelaksana program. Bentuk dukungan seperti
ini sangat menunjang pelaksana program untuk bekerja dengan baik sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing. Sebagaimana yang diungkapkan oleh (I1-2)
sebagai berikut : “Tugas dan wewenang yang diberikan kepada para implementor
sudah dilaksanakan dengan baik.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 01. 35
WIB Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Implementor di Kecamatan Baros sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik, hal ini juga didukung karena pengalaman para implementor yang
114
kebanyakan sudah berpengalaman bekerja di program yang serupa yaitu
pemberdayaan masyarakat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh (I2-1) yaitu
sebagai berikut :
”kemampuan kinerja para implementor sudah tidak diragukan lagi,
karena memang para implementor mendapatkan pembinaan untuk menjalankan
program juga kebanyakan para implementor berpengalaman dalam program-
program seperti PDPM GERBANG UTAMA ini.” (Wawancara : Selasa, 15
November 2016, 09.22 WIB Kantor Fasilitator Kabupaten Serang).
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa pelaksana program atau
impelentor memang kemampuannya sudah tidak diragukan lagi, disamping
mendapatkan pembinaan pemahaman program para impelementor juga
kebanyakan sudah memiliki pengalam dalam program yang sama yaitu
pemberdayaan masyarakat. Hal ini diperkuat oleh ungkapan dari (I2-5)
“kalau untuk implementor disini saya rasa sudah menjalankan tugasnya
dengan baik. hal ini dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, meskipun
keilmuannya ada yang tidak sesuai dengan bidangnya, namun impelementor
dibekali pelatihan-pelatihan agar jadi pelaksana kebijakan yang sesuai dengan
yang diharapkan.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB
ditempat kediaman Rumah Bapak Latif).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa implementor sudah
melaksakan tugasnya dengan baik. Hal ini didukung oleh latar pendidikan para
impelementor. Meskipun ada implementor yang ditempatkan tidak sesuai dengan
bidangnya, namun implementor sudah dibekali ilmu dan pembinaan mengenai
pemahaman tentang PDPM GERBANG UTAMA.
Berdasarkan kesimpulan dari pendapat-pendapat diatas dapat diketahui
bahwa implementor sudah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan
prosedur PDPM GERBANG UTAMA. Kemampuan para impelementor tentu
115
didukung oleh latar belakang pendidikan nya juga. Sebagaimana diungkapkan
oleh (I2-1) yakni sebagai berikut :
“latar belakang pendidikan untuk yang ditingkat desa itu memang banyak
yang hanya lulusan SLTA, tetapi untuk ditingkat kabupaten, kecamatan, dan
fasilitator yang memang harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam hal
melaksanakan program tentunya berlatar belakang sarjana.” (Wawancara :
Selasa, 15 November 2016, 09.22 WIB kantor Fasilitator Kabupaten Serang).
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa para implementor PDPM
GERBANG UTAMA di tingkat desa memang banyak yang berlatar pendidikan
SLTA, karena para implementor dipilih dari daerahnya itu sendiri. namun untuk
ditingkat kecamatan, Kabupaten sudah banyak berlatar pendidikan Sarjana
dikarenakan implementor harus memiliki ilmu dan pengetahuan dalam
melaksanakan program sesuai dengan bidangnya. Latar belakang pendidikan para
implementor bermacam-macam ada yang hanya lulusan SMA dan ada yang
sarjana, dan untuk fasilitator memang harus sarjana yang memiliki ilmu sesuai
dengan bidangnya. Dan walaupun hanya lulusan SLTA tetapi sudah memiliki
kemampuan karena ada pembinaan sebelumnya. seperti yang diungkapkan oleh
(I1-1) yakni sebagai berikut :
“kalau untuk tingkat pendidikan alhamdulilah dalam program ini
sebagian lulusan sarjana sebagian lagi lulusan sma, walaupun lulusannya tidak
sesuai dengan keilmuannya, namun ada pembinaan terhadap para pelaksana
program, sehingga tidak kesulitan dalam menjalankan program.” (Wawancara :
Senin, 03 oktober 11.20 WIB Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas bahwa latar belakang pendidikan para
implementor memang ada yang hanya lulusan SMA namun sudah banyak juga
yang berlatar pendidikan sarjana, walaupun tidak sesuai dengan keilmuannya
116
namun pemerintah memberikan pembinaan terhadap para implementor agar tidak
kesulitan dalam menjalankan program. Hal ini diperkuat oleh ungkapan dari (I2-3)
yakni sebagai berikut :
“sudah banyak yang sarjana dan pastinya memiliki kemampuan
dibidangnya masing-masing. Kalau di UPK ini saya sendiri sarjana pendidikan,
bendaharanya sarjana ekonomi dan sekretarisnya sedang kuliah SI jurusan
bahasa inggris.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 08.40 WIB Kantor UPK
Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa implementor PDPM GERBANG
UTAMA khususnya di UPK berlatar belakang pendidikan sarjana dan masih ada
yang menjalankan pendidikan perkuliahan. Walaupun latar belakang pendidikan
tidak sesuai dengan bidangnya, namun sudah ada pembinaan sebelumnya dalam
pengelolaan keuangan.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa para implementor
PDPM GERBANG UTAMA memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-
beda. Ada yang hanya lulusan SMA dan sudah banyak juga yang sarjana, dan
tidak sedikit yang berlatar pendidikan yang tidak sesuai dengan bidangnya.
Implementor perangkat Desa memang banyak yang hanya lulusan SMA, dan
walaupun demikian para implementor sudah memiliki pengalaman dalam
program-program pemberdayaan masyarakat. Para implementor pun diberikan
pembinaan agar dapat menjalankan program dengan baik dan sesuai Petunjuk
Teknis Operasional PDPM GERBANG UTAMA.
117
2. Sumberdaya sarana dan prasarana
Dalam suatu Implementasi kebijakan fasilitas fisik juga merupakan faktor
penting dalam menjalankan suatu kebijakan. Memiliki imlementor yang sesuai
dengan tupoksinya, mengetahui apa yang menjadi tugasnya, tetapi tanpa adanya
fasilitas pendukung akan sulit untuk menjalankan suatu kegiatan pelaksanaan
program. Dalam pelaksanaan suatu kebijakan jika ingin pelaksanaan dan hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan maka pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan
terkait harus memiliki sarana dan prasanan yang medukung dan memadai dalam
pelaksanaan suatu kebijakan. Sebagaimana diungkapkan oleh (I1-1) beliau
mengatakan bahwa : “tentunya kami sudah menyediakan fasilitas yang menjadi
kebutuhan para pelaksana program untuk menjalankan program dengan baik.”
(Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB – Kantor BKBPMP Kabupaten
Serang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan (I1-1) tersebut dapat diketahui bahw
fasilitas sudah disediakan oleh dinas terkait untuk para pelaksana program agar
menjalankan program dengan baik. Hal ini juga diungkapkan (I1-4) beliau
mengakatakan bahwa “Pemerintah sudah menyediakan fasilitas apa saja yang
menjadi kebutuhan masing-masing kelurahan.” (Wawancara : Jumat, 30
september 01.50 WIB Kantor Kelurahan Baros Kec. Baros)
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pemerintah sudah
menyediakan fasilitas apa saja yang menjadi kebutuhan masing-masing
kelurahan/desa. hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh (I2-2) ”fasilitas
sudah ada, tinggal digunakan saja” (Wawancara : kamis, 8 Oktober 2016, 11.20
118
WIB Kantor Kelurahan Curug Agung Kec. Baros). Hal ini sesuai dengan apa yang
diutarakan oleh (I2-4) “fasilitas sudah ada dari pemerintah dan tidak ada
masalah.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB Rumah Bapak
KPMD Pak Edi R Supriyadi).
Berdasarkan hasil wawancara dengan (I2-2) dan (I2-4) dapat diketahui bahwa
fasilitas yang dibutuhkan pelaksana program sudah disediakan oleh pemerintah,
pelaksana program hanya tinggal menggunakan saja dan tidak ada masalah
mengenai pengadaan fasilitas. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari (I2-1)
yaitu :
“Pemerintah membantu menyediakan fasilitas dari segi mencukupi alat
pendukung yang dibutuhkan pelaksana program, dan fasilitas yang disediakan
sudah cukup untuk lancarnya dalam menjalankan program.” (Wawancara :
Selasa, 15 November 2016, 09.22 WIB Kantor Fasilitator Kabupaten Serang).
Dari pendapat diatss dapat diketahui bahwa pemerintah sudah
menyediakan fasilitas dari segi mencukupi alat pendukung yang dibutuhkan oleh
pelaksana program untuk lancarnya dalam menjalankan program.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan-informan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyediaan fasilitas dalam PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang sudah dipenuhi dengan baik.
Sehingga dapat membantu para pelaksana program menjalankan tugasnya dengan
lebih mudah, efektif dan efisien.
3. Sumberdaya lokal
Tujuan Umum PDPM GERBANG UTAMA adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan
mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
119
pembangunan. Kemandirian disini adalah diantaranya Melembagakan pengelolaan
pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh (I2-5) sebagai berikut :
“Dalam program PDPM ini memang bertujuan meningkatkan partisipatif
masyarakat, dengan memberdayakan masyarakat dalam setiap prosesnya. Dan
untuk pembangunan di daerah baros ini tidak membayar atau memakai tenaga
ahli bangunan, semua masyarakat baros yang ikut dalam pembangunan di desa
nya.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB ditempat kediaman
Rumah Bapak Latif).
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari PDPM
GERBANG UTAMA dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan
mendayagunakan pembangunan sumberdaya lokal sudah baik. Masyarakat Baros
ikut berpartisipasi dalam pembangunan di desa nya dan tidak membayar tenaga
ahli bangunan untuk menyelesaikan kegiatan pembangunan. Hal ini juga
diungkapkan oleh (I2-1) yakni sebagai berikut :
“memang dalam program ini mengutamakan sumberdaya yang ada di
Kecamatan Tersebut baik itu sumberdaya manusia maupun sumberdaya materil,
namun karena implementor harus memiliki keahlian atau harus yang
berkompeten jadi di kecamatan baros memiliki implementor diluar daerah baros.
Untuk sumberdaya materil diutamakan dari baros, namun apabila masih
kekurangan mau tidak mau harus membeli diluar. (Wawancara : Selasa, 15
November 2016, 09.22 WIB Kantor Fasilitator Kabupaten Serang)
Dari pendapat diatas bahwa PDPM GERBANG UTAMA mengutamakan
sumberdaya yang ada di daerah lokal baik sumberdaya manusia, maupun
sumberdaya alam (material). Namun pada kenyataannya fasilitator kecamatan
bukan dari daerah Baros karena memang harus memiliki keahlian khusus. Dan
untuk sumberdaya material nya pun apabila tidak ada di daerah lokal mau tidak
120
mau harus membeli dari luar daerah. Sebagaimana diungkapkan oleh (I1-2) sebagai
berikut :
“Dalam pengelolaan pembangunan semua masyarakat di Kecamatan
Baros terlibat, paling hanya tenaga ahli seperti fasilitator teknik dan fasilitator
kegiatan yang tidak berasal dari daerah Baros. Dari sumberdaya alamnya pun
sebagian memakai bahan material yang ada di Baros, namun pasti ada
kekurangan. Oleh karena itu membeli dari luar.” (Wawancara : Senin, 12
Oktober 2016, 01. 35 WIB Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Pendapat diatas juga mengungkapkan bahwa terdapat implementor dari
Baros yang bukan berasal dari Baros yaitu fasilitator Teknik dan Fasilitator
Kegiatannya. Dan untuk materialnya pun diutamakan mengambil dari daerah
lokal, tapi karena material tidak lengkap yang ada di Daerah lokal jadi membeli
dari luar Baros. Namun untuk yang melakukan pembangunan semua masyarakat
dari daerah Barosnya yang terlibat. Sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat
Baros nya sendiri (I3-1) yakni sebagai berikut :
“kami masyarakat ikut aktif terlibat dalam pembangunan, tidak membayar
tenaga kerja, disini seluruh masyarakat yang menjadi tenaga kerja nya.”
(Wawancara : Rabu, 5 Oktober 2016, 03.45 WIB Rumah Tokoh Masyarakat).
Pendapat diatas juga menjelaskan bahwa dalam pembangunan ini tidak
membayar tenaga kerja bangunan, pembangunan ini semua masyarakat lokal yang
berpartisipasi menjadi tenaga kerja.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
Umum PDPM GERBANG UTAMA dalam mendorong kemandirian dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Di Baros ini belum
optimal pencapaian tujuan Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif
dengan mendayagunakan sumber daya lokal nya. Hal ini dapat dilihat dalam
121
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan-informan yaitu sumberdaya
manusia untuk tenaga kerja dalam pembangunan memang dai daerah Baros nya
sendiri namun untuk sumberdaya manusia sebagai implementor berasal dari luar
daerah Baros. Dan untuk sumberdaya alamnya pun (material) tidak sepenuhnya
berasal dari Daerah Baros karena memang di Baros nya pun tidak lengkap semua
material ada.
4.5.3 Karakteristik agen pelaksana
Kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang
tepat dan cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks
kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana
yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang
demokratis dan persuasif.
Dalam Peraturan Bupati Serang ini terkait PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan Baros ini, setiap implementor memiliki karakteristik yang berbeda,
namun para implementor sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh (I2-1) yaitu sebagai berikut :
“Di kecamatan Baros ini karakteristiknya pelaksana programnya sudah
cukup baik dan bisa dilihat dari latarbelakang pendidikannya dan sudah sesuai
dengan bidangnya masing”. (Wawancara : Selasa, 15 November 2016, 09.22
WIB Kantor Fasilitator Kabupaten Serang).
Pendapat diatas mengungkapkan bahwa pelaksana program sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat dilihat dari latar belakang
pendidikan para implementor. Hal ini juga diungkapkan oleh (I2-4) yakni sebagai
berikut :
122
”kalau untuk pelaksana program disini saya rasa bisa dikatakan baik hal
ini dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, meskipun keilmuannya tidak
sesuai dengan bidangnya, namun dibekali ilmu melalui pelatihan-pelatihan agar
jadi pelaksana kebijakan yang mempunya kinerja yang baik.” (Wawancara :
Kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB Rumah Kediaman Bapak KPMD).
Pendapat diatas juga mengatakan bahwa implementor PDPM GERBANG
UTAMA kecamatan Baros sudah dikatakan baik. Meskipun keilmuannya ada
yang tidak sesuai dengan bidangnya namun terdapat pelatihan-pelatihan untuk
pelaksana kebijakan agar mampu melaksanakan tugas dengan baik.
Hal ini juga diperkuat oleh ungkapan dari (I2-3) yakni sebagai berikut :
“Pelaksana program bisa dikatakan baik dari segi disiplin dan
kepatuhannya terhadap prosedur yang ada. Dan memang disesuaikan dengan
bidangnya dan telah banyak pengalaman. (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016,
08.40 WIB Kantor UPK Kecamatan Baros).
Berdasarkan pendapat (I2-3) bahwa pelaksana Program sudah melaksanakan
tugasnya dengan baik sesuai topoksinya masing-masing. Pelaksana program sudah
baik dari segi kedisiplinan dan kepatuhannya terhadap prosedur. Kemudian
sebagian para implementor memang sudah memiliki banyak pengalaman dalam
program pemberdayaan.
Berbeda hal nya yang disampaikan oleh informan yang lainnya, bahwa
setiap stakeholder pasti memiliki paradigma yang berbeda-beda terkait kegiatan
pembangunan PDPM GERBANG UTAMA. Dalam kegiatan pembangunan masih
ada stakeholder yang mengutamakan pemberian dana kepada orang-orang
terdekat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh (I1-2) yakni sebagai berikut :
“Tentu ada perbedaan pendapat, keinginan dari setiap stakeholder.
Kemudian dari segi kemampuan dan pengetahuannya pun berbeda karena
dilatarbelakangi dari kultur dan pendidikan yang berbeda. Dari pandangan
saya, karena masih ada stakeholder yang mengutamakan pemberian dana
program ini kepada orang-orang terdekat. Jadi keluarga atau orang-orang
123
terdekat yang mendapatkan bantuan program terlebih dahulu. (Wawancara :
Senin, 12 Oktober 2016, 01. 35 WIB Kantor Kecamatan Baros Kabupaten
Serang).
Pendapat diatas menjelaskan bahwa setiap stakeholder pasti terdapat
perbedaan pendapat. Kemudian dari segi kemampuan dan pengetahuannya pun
berbeda karena dilatarbelakangi kultur dan pendidikan yang berbeda.
Berdasarkan informan masih ada stakeholder yang mengutamakan pemberian
dana program untuk orang-orang terdekat. karakteristik setiap orang
(implementor) pasti memiliki perbedaan karena sifat dan karakter setiap orang
berbeda jadi kadang terdapat selisih paham antara sesama stakeholder dalam
setiap pembangunan.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan semua informan
karakteristik agen pelaksana kebijakan PDPM GERBANG UTAMA
kecamatan Baros sudah dikatakan baik hal ini dapat dilihat dari latar belakang
pendidikan setiap implementor. Meskipun keilmuannya ada yang tidak sesuai
dengan bidangnya namun terdapat pelatihan-pelatihan untuk pelaksana
kebijakan agar mampu melaksanakan tugas dengan baik. Para pelaksana
program juga memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Masih ada
stakeholder yang mementingkan diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat
dalam hal pemberian dana PDPM GERBANG UTAMA.
Pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini dapat dikatakan baik
dan sudah sudah sesuai dengan prosedur yang ada, tentunya mengacu pada
Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA.
Hal ini diungkapkan oleh (I2-2) yakni sebagai berikut :
124
“Sesuai, karena tidak mungkin menyalahi peraturan yang sudah
ditentukan. Pelaksanaan teknis para impelementor harus sesuai dengan
perbup. Kalau menyalahi aturan ya ada sanksi nya.” (Wawancara : Kamis, 29
September 2016, 04.35 WIB Rumah Bapak Latif).
Pendapat diatas mengungkapkan bahwa pelaksana kebijakan sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG
UTAMA. Karena apabila menyalahi aturan PERBUP akan mendapatkan
sanksi. Hal ini juga ungkapan dari (I1-1) yaitu :
“Tentunya harus sesuai, para pelaksana kebijakan atau para impelementor melaksanakan tugasnya memang mengacu pada Peraturan Bupati tersebut. Karena memang sebelumnya sudah diberikan pemahaman mengenai Perbup ini.” (Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).
Pendapat diatas menjelaskan bahwa dalam setiap pelaksanaan kebijakan
para implementor harus mengacu pada Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015
tentang PDPM GERBANG UTAMA. Dan sebelumnya sudah diberikan
pemahaman tentang PERBUP tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan para informan-informan diatas dapat
disimpulkan bahwa pelaksaan kebijakan PDPM GERBANG UTAMA sudah
sesuai dengan prosedur yang ada yaitu mengacu pada Peraturan Bupati Nomor
7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA. Dalam hal ini implementor
tidak boleh menyalahi atau melanggar PERBUP dalam pelaksanaan kebijakan
tersebut.
4.5.4 Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para Implementor
1. Pengangkatan birokrasi
Disposisi atau sikap para pelaksana kebijakan akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil
125
yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan oleh pejabat-pejabat tinggi.
Karena itu pemilihan atau pengangkatan pelaksana kebijakan haruslah orang-
orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal
pelaksanaan kebijakan, memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah
ditetapkan, lebih khususnya lagi pada kepentingan masyarakat. Jadi dalam
pemilihan atau pengangkatan pelaksana kebijakan itu harus melalui seleksi
yang jelas agar kebijakan yang akan dijalankan berjalan dengan baik. Dalam
PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang ini
pengangkatan atau pemilihan pelaksanaan kebijakannya sudah cukup baik
dikarenakan melalui tahap musyawarah dan dipilih berdasarkan kemampuan
dan pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh (I2-1) yakni
sebagai berikut :
“Dalam pengangkatan pelaksana kebijakan di PDPM GERBANG UTAMA
ini sebenarnya kebanyakan orang-orang yang sudah berpengalaman di
program sebelumnya yaitu PNPM Mandiri Pedesaan, adapaun cara
pengangkatan atau pemilihan nya dengan cara musyawarah dan ditunjuk
langsung dengan melihat kemampuan yang dimiliki sesuai dengan bidangnya.”
(Wawancara : Selasa, 15 November 2016, 09.22 WIB Kantor Faislitator
Kabupaten Serang).
Pendapat diatas menjelaskan bahwa pelaksana kebijakan PDPM
GERBANG UTAMA memang kebanyakan adalah orang-orang yang
berpengalaman dalam program sebelumnya yang sama dalam hal
pemberdayaan masyarakat yaitu PNPM Mandiri Pedesaan. Adapun dalam
pengangkatan atau pemilihan personil pelaksana kebijakan adalah melalui
musyawarah desa dan ditunjuk langsung dengan melihat kemampuan yang
dimiliki sesuai dengan bidangnya. Hal ini juga diungkapkan oleh (I1-1) yaitu :
126
“Pelaksana program dipilih berdasarkan hasil keputusan masyarakat dan
memang hasil pertimbangan dan dilihat dari segi pengetahuan dan
kemampuannya tidak asal memilih.” (Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20
WIB kantor BKBPMP Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pelaksana program
dipilih berdasarkan hasil keputusan masyarrakat melalui musywarah desa yang
dilihat dari hasil pertimbangan dan dilihat berdasarkan pengetahuan dan
kemampuannya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh (I2-5) yakni sebagai berikut:
“Kalau dari perangkat desa dipilih berdasarkan hasil keputusan
masyarakat di musyawarah desa. Dan kalau untuk fasilitator kabupaten itu
penunjukan langsung dari pemerintah Kabupaten dan tentunya sudah
dipertimbangkan berdasarkan kemampuan di bidangnya. Termasuk saya juga
ditunjuk langsung oleh pemerintah Kabupaten untuk menjadi fasilitator di
Kecamatan Baros.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB
Rumah Bapak Latif).
Berdasarkan pernyataan informan diatas menyatakan bahwa untuk
perangkat desa dipilih berdasarkan hasil keputusan masyarakat di musyawarah
Desa. Tetapi ada juga pelaksana kebijakan yang diangkat dengan sistem
penunjukan langsung yang dipilih berdasarkan dilihat dari pengetahuan dan
kemampuannya. Hal ini juga diungkapkan oleh (I2-4) yakni sebagai berikut :
“Kalau untuk pemilihan pelaksana kebijakan perangkat desa dipilih pada saat
musyawarah desa.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB
Rumah KPMD). Hal demikian juga disampaikan oleh (I2-3) yakni sebagai
berikut: “kalau saya dipilih pada saat musyawarah desa dan pelaksana
kebijakan yang lain pun dipilih pada saat musyawarah desa. Dan tentunya
dilihat dari pengetahuan dan kemampuannya.” (Wawancara: Senin, 12
Oktober 2016, 08.40 WIB Kantor UPK Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
127
Berdasarkan pendapat kedua informan diatas dapat diketahui bahwa
pemilihan atau pengangkatan pelaksana kebijakan dipilih berdasarkan hasil dari
musyawarah Desa.
Berdasarkan wawancara dengan semua informan penelitian dapat
disimpulkan mengenai pengangkatan birokrat dalam PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang untuk perangkat Desa melalui
musyawarah Desa dan ada juga dengan penunjukan langsung yang dilihat dari
pengetahuan dan kemampuannya.
2. Partisipatif
Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui betul tentang
esensi yang terkandung dalam suatu kebijakan dengan memahami isi
kebijakannya sehingga para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya
dalam menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan kebijakan bisa
dipastikan berhasil dan tanpa mengalami kendala. Selain dari implementor,
partisipasi juga harusnya datang dari warga sekitar yang membantu dalam
pelaksanaannya. Seperti halnya dalam pembuatan kebijakan PDPM
GERBANG UTAMA seperti yang disampaikan oleh (I1-2) yaitu :
“sistematikanya bottom up yaitu sistematika usulan dari masyarakat.
Karena program ini melibatkan masyarakat dari proses perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016,
01. 35 WIB Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pembuatan kebijakan
merupakan usulan dari masyarakat, program ini memiliki system bottom up
yang melibatkan masyarakat sebagai penerima program terlibat dalam proses
128
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Hal demikian juga
diungkapkan oleh (I1-3) yaitu : “Dari pendapat masyarakat, masyarakat yang
terlibat, yang berpendapat dan melaksanakan kegiatan juga.” (Wawancara :
kamis, 8 Oktober 2016, 09.50 WIB Kantor Kelurahan Curug Agung).
Pendapat diatas menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan PDPM
GERBANG UTAMA merupakan hasil dari pendapat masyarakat dan
masyarakat juga terlibat dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal demikian juga
diungkapkan oleh (I2-1) yaitusebagai berikut :
“sistematika dari kebijakan program ini adalah bottom up planning,
maksudnya adalah kebijakan dari bawah keatas. Program ini mekanismenya
untuk usulan-usulan. Masyarakat dipersilahkan berpartisipasi langsung untuk
mengemukakan usulan-usulannya dalam musyawarah yang kemudian
dimusyawarahkan dampak dan tujuannya.” (Wawancara : Selasa, 15
November 2016, 09.22 WIB Kantor fasilitator Kabupaten Serang).
Hal serupa juga diungkapkan oleh (I1-4) yaitu : “pola di program ini yaitu
pola yang melibatkan masyarakat.” (Wawancara : Jumat, 30 september 01.50
WIB Kantor Kelurahan Baros Kecamatan Baros).
Pendapat kedua informan diatas menjelaskan bahwa sistematika kebijakan
PDPM GERBANG UTAMA ini adalah kebijakan dari bawah keatas.
Mekanismenya adalah usulan-usulan dari masyarakat. Masyarakat dilibatkan
dari mulai proses perencanaan yang membebaskan masyarakat untuk
mengemukakan pendapat atau usulannya mengenai apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat yang kemudian akan dimusyawarahkan mengenai
dampak dan tujuannya.
Berdasarkan wawancara dengan semua informan dapat disimpulkan
mekanisme kebijakan PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros
129
Kabupaten Serang ini memiliki pola dari bawah ke atas. Maksudnya disini
adalah yang menajadi objek dalam kebijakan ini adalah masyarakat. Jadi
masyarakat dilibatkan dari mulai proses perencananaan, pelaksanaan,
pelestarian pembangunan dan sampai dengan evaluasi melibatkan perwakilan
dari masyarakat.
4.5.5 Komunikasi antar organisasi
Komunikasi yang baik akan mendapatkan suatu impelemntasi yang baik
pula. Komunikasi diperlukan agar para pelaksana kebijakan akan semakin
konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam
masyarakat. pelaksanaan kebijakan publik bisa berjalan dengan baik jika di
dalamnya terdapat kegiatan komunikasi yang lancar. Menurut Van Metter dan
Van Horn (dalam agustino 2012) kebijakan publik bisa berjalan dengan baik
dan efektif jika implementor bisa memahami standard dan tujuan dari
kebijakannya. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada
para pelaksana kebijakan tentang apa yang menjadi standard dan tujuan harus
konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Disamping itu
koordinasi juga merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang
terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil,
demikian sebaliknya.
Komunikasi antara para pelaksana kebijakan dengan masyarakat sudah
berjalan dengan baik. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka
130
pelaksana kebijakan akan paham apa yang harus mereka lakukan. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh (I1-2) yaitu :
“koordinasi nya baik dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai tingkat
desa. Koordinasi dilakukan oleh semua pelaksana kebijakan sesuai dengan
tupoksinya masing-masing. Koordinasi dilakukan ketika memang ada masalah
yang perlu diselesaikan, namun koordinasi rutin dilaksanakan pada saat
musyawarah desa.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 01. 35 WIB Kantor
Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
Berdasarkan wawancara dengan informan diatas dapat diketahui bahwa
koordinasi antara pelaksana kebijakan sudah baik dari tingkat kabupaten
sampai dengan tingkat desa. komunikasi atau koordinasi juga sudah
dilaksanakan sesuai dengan tupoksinya. Koordinasi juga dilakukan ketika
terdapat masalah yang harus diselesaikan dan rutin melaksanakan komunikasi
saat musyawarah desa. hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh (I2-3)
yaitu:
“Komunikasi kita berjalan dengan baik dari tingkat kabupaten sampai
tingkat desa, adapun komunikasi yang dilakukan yaitu dengan cara sosialisasi
atau pelatihan yang diberikan kepada perangkat desa selaku implementor
utama dalam kebijakan ini.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 08.40
WIB Kantor UPK Kecamatan Baros).
Berdasarkan ungkapan informan diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi berjalan dengan baik. Komunikasi yang dilakukan dengan cara
sosialisasi dan pelatihan yang diberikan kepada perangkat desa selaku
implementor utama dalam kebijakan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh (I2-
1) yaitu sebagai berikut:
“koordinasi antara para impelementor kebijakan lancar, karena
memang sudah diatur sedemikian rupa melalui petunjuk teknis operasional
sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Menyelesaikan masalah yang ada
secara berjenjang, kalau memang permasalahan kecil masih bisa diselesaikan
diitngkat desa, cukup koordinasi ditingkat desa, kalau memang tidak bisa naik
131
ke tingkat kecamatan, dan kalau tidak bisa diselesaikan di kecamatan
diselesaikan diitingkat kabupaten.” (Wawancara : Selasa, 15 November 2016,
09.22 WIB Kantor Fasilitator Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat informan diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi antar implementor berjalan dengan lancar sesuai dengan
tupoksinya masing-masing, karena memang sudah diatur sedemikian rupa
melalui Petunjuk Teknis Operasional PDPM GERBANG UTAMA. Cara
komunikasi untuk menyelesaikan masalah dilakukan dengan cara berjenjang.
Maksudnya berjenajnag disini adalah, apabila masalah yang timbul di desa
masih bisa diselesaikan oleh perangkat desa cukup koordinasi tingkat desa,
namun kalau memang tidak bisa diselesaikan oleh perangkat desa maka yingkat
kecamatan akan turun, dan selanjutnya sampai dengan pelaksana kebijakan
tingkat kabupaten.
Berdasarkan pendapat informan-informan diatas dapat disimpulkan
komunikasi yang dilakukan para pelaksana kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA sudah berjalan dengan baik sesuai dengan petunjuk Teknis
Operasional yang ada. Komunikasi juga dilakukan padasaat musyawarah desa,
dan diadakannya sosialisasi. Seperti yang diungkapkan oleh (I1-4) yakni sebagai
berikut: “ada sosialisasi dari pihak kabupaten melakukan sosialisasi kepada
para pelaksana kebijakan dan masyarakat.” (Wawancara : Jumat, 30
september 01.50 WIB Kantor Kelurahan Baros).
Pendapat informan diatas mengungkapkan pihak kabupaten melakukan
sosialisasi kepada para pelaksana kebijakan dan masyarakat. Hal ini juga
diungkapkan oleh (I2-5) yaitu: “saat sosialisasi semua perangkat desa harus
132
mengikutinya, pemerintah kabupaten dan fasilitator kabupaten yang
mengarahkan sosialisasi.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 04.35
WIB Rumah Bapak Latif).
Berdasarkan pendapat informan diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi
diikuti oleh semua perangkat desa. dan yang mengarahkan sosialisasi adalah
pemerintah Kabupaten. Seperti yang diungkapkan oleh (I1-1) yaitu:
“Sosialisasi sangat penting dilakukan, selain untuk pemahaman
mengenai PDPM GERBANG UTAMA juga untuk pendekatan antara
stakeholder dengan stakeholder, stakeholder dengan masyarakat.”
(Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB Kantor BKBPMP Kabupaten
Serang).
Pendapat diatas menjelaskan bahwa sosialisasi sangat penting dilakukan
untuk pemahaman mengenai PDPM GERBANG UTAMA. Selain itu juga
untuk pendekatan antara sesame stakeholder dan stakeholder dengan
masyarakat. Hal ini juga diungkapkan oleh (I2-2) yaitu sebagai berikut: “ada,
sosialisasi untuk pembinaan kepada para pelaksana kebijakan.”(Wawancara :
kamis, 8 Oktober 2016, 11.20 WIB Kantor Kelurahan Desa Curug Agung).
Pendapat informan diatas menyatakan bahwa adanya sosialisasi untuk
pembinaan kepada para pelaksana kebijakan agar pelaksana kebijakan lebih
memahami tentang PDPM GERBANG UTAMA. Hal ini juga diungkapkan
oleh (I2-1) yakni sebagai berikut:
“Sosialisasi itu menjadi rencana kegiatan tindak lanjut dalam program
ini. sosialisasi untuk pemahaman terhadap isi kebijakan program agar
program berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Semua pihak terlibat
terutama masyarakat, karena program ini menjadikan masyarakat sebagai
pelaku pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
sampai evaluasi.” (Wawancara: Selasa, 15 November 2016, 09.22 WIB Kantor
Fasiliattor Kabupaten Serang).
133
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi itu harus
dilakukan karena menjadi rencana kegiatan tindak lanjut dalam program
tersebut. Sosialisasi dilaksanakan agar para pelaksana kebijakan dan
masyarakat lebih memahami tentang PDPM GERBANG UTAMA dan
program berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Peneliti mencoba mewawancarai pihak penerima program yang menjadi
objek program. Dalam hal ini masyarakat mengatakan “diadakan sosialisasi
dari pemerintah menjelaskan tentang program ini”. (Wawancara : Rabu, 05
Oktober 2016, 12.25 WIB Rumah Masyarakat). Hal ini juga diungkapkan oleh
tokoh masyarakat, beliau mengatakan bahwa: sosialisasi ada dilakukan, waktu
itu pun saya mendapat undangan pemberitahuannya, hanya saja tidak bisa
hadir dalam sosialisasi tersebut. (Wawancara : Rabu, 5 Oktober 2016, 03.45
WIB Rumah Tokoh masyarakat).
Berdasarkan pendapat kedua informan diatas dapat diketahui bahwa
pemerintah Kabupaten mengadakan sosialisasi kepada masyarakat untuk
pemahaman mengenai PDPM GERBANG UTAMA.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan-informan diatas
dapat disimpulkan bahwa sosialisasi ada dilakukan di kecamatan Baros.
Sosialisasi ini penting dilaksanakan karena selain untuk pemahaman mengenai
PDPM GERBANG UTAMA juga untuk pendekatan antara stakeholder dengan
stakeholder juga stakeholder dengan masyarakat. Sosialisasi ini juga agar
mengetahui masalah selama pelaksanaan program berjalan. Agar program berjalan
dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
134
4.5.6 Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif
dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.
Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan
eksternal yang kondusif.
Dalam kebijakan ini lingkungan ekonomi, social, dan politik sangat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya kebijakan ini. Seperti hal nya yang
dikatakan (I2-2) yaitu: “ekonomi, social dan politik sudah mendukung adanya
program.” (Wawancara: kamis, 8 Oktober 2016, 11.20 WIB Kantor Kelurahan
Curug Agung).
Berdasarkan pendapat informan diatas dapat diketahui bahwa lingkungan
ekonomi, sosial dan politik di Kecamatan Baros sudah mendukung adanya
program. Hal ini juga diungkapkan oleh (I2-1) yaitu:
“Kondisi lingkungan ekonomi, sosial, dan politik di Kecamatan Baros
sejauh ini sudah kondusif. Mengenai unsur politik semua program pasti akan
melewati politis, karena pasti dalam anggaran harus disetujui oleh pihak
legislative yaitu DPRD yang menyetujui anggaran yang harus dilkeluarkan untuk
mendukung adanya program ini.” (Wawancara: Selasa, 15 November 2016, 09.22
WIB Kantor BKBPMP Kabupaten Serang).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi, sosial,
dan politik sudah mendukung adanya program. Hal ini dapat dilihat dari unsur
politik yang memang sangat berperan dalam suatu kebijakan. Yaitu dukungan
DPRD yang mendukung adanya program.
135
Hal ini juga diungkapkan oleh (I1-4) yakni sebagai berikut: “kondisi
masyrakat yang kondusif baik itu dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik
sangat mempengaruhi kebijakan ini.” (Wawancara: Jumat, 30 september 01.50
WIB Kantor kelurahan Baros).
Pendapat informan diatas juga menyatakan bahwa kondisi ekonomi, sosial
dan politik yang kondusif sangat mempengaruhi kebijakan. Namun berbeda hal
nya dengan pendapat informan yang lain, yang menyatakan bahwa kondisi
ekonomi di Baros belum kondusif. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
(I1-2) yakni sebagai berikut:
“kondisi lingkungan ekonomi, sosial, dan politik di Kecamatan Baros sejauh
ini sudah mendukung adanya program. Dari segi ekonomi memang tidak terlalu
banyak oleh karena itu tidak semua desa di kecamatan baros merasakan program
ini.” (Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 01. 35 WIB Kantor Kecamatan
Baros).
Berdasarkan pendapat diatas dari segi kondisi ekonomi belum optimal
mendukung keberhasilan kebijakan, karena keterbatasan anggaran yang
mengakibatkan ketidakmerataan pemberian dana program ke semua desa. hal ini
juga diungkapkan oleh (I2-4) yaitu sebagai berikut :
“kondisi ekonomi belum menyeluruh semua desa mendapatkan dana, dan
untuk kondisi social dan politik sudah mendukung adanya program dan berjalan
dengan kondusif.” (Wawancara : Kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB Rumah
Pak Edi).
Berdasarkan pendapat informan doatas dapat diketahui bahwa kondisi sosial
dan politik di Kecamatan Baros sudah kondusif dan mendukung adanya program
136
meskipun kondisi ekonomi belum menyeluruh ke semua desa. hal demikian juga
diungkapkan oleh (I2-3) yaitu:
“kondisi ekonomi, sosial dan politik sangat mempengaruhi keberhasilan
kebijakan ini dan di Kecamatan Baros masyarakatnya dalam segi ekonomi belum
terlalu kondusif, misalnya masih banyak kelompok SPP yang lambat dalam
pengembalian dana. keadaan sosial dan politik karena dapat dilihat dari
dukungan masyarakat kepada kami dalam setiap kebijakan atau program yang
akan kami jalankan semua masyarakat sangat mendukung.” (Wawancara: Senin,
12 Oktober 2016, 08.40 WIB Kantor UPK Kecamatan Baros).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi di
Kecamatan Baros belum mendukung terhadap program ini. Karena masih ada
kelompok SPP yang masih lambat dalam pengembalian dana. Namun keadaan
sosial dan politik sudah mendukung adanya program. hal ini juga diungkapkan
oleh (I1-3) yakni sebagai berikut:
“Kondisi ekonomi memang belum kondusif, karena memang jumlah bantuan
dana harus dibatasi. Untuk kondisi social maupun poliitk sudah berjalan
kondusif.” (Wawancara: kamis, 8 Oktober 2016, 09.50 WIB Kantor Kelurahan
Curug Agung).
Berdasarkan pendapat diatas kondisi ekonomi Kecamatan Baros belum
optimal mendukung keberhasilan program. Karena memang pemberian bantuan
dana harus dibatasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan-informan diatas dapat
disimpulkan bahwa kondisi sosial dan politik di Kecamatan Baros sudah
mendukung adanya program. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan atau partisipasi
masyarakat dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA.
Dari unsur politik pun pemerintah sudah mendukung adanya program namun dari
segi ekonomi masih belum optimal mendukung keberhasilan program karena
137
keterbatasan anggaran yang membuat ketidakmerataan pemberian dana ke seluruh
desa di Kecamatan Baros.
Respon dari para penerima progran dalam suatu kegiatan merupakan hal
yang positif untuk berjalannya suatu kegiatan. Karena dengan adanya respon yang
baik maka kegiatan tersebut bisa dikatakan berhasil atau tepat sasaran namun
apabila sebaliknya maka perlu ada perbaikan. Dalam hal kegiatan PDPM
GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros respon dari masyarakat dan pelaksana
program PDPM GERBANG UTAMA sudah baik. Hal ini diungkapkan oleh (I1-4)
yaitu sebagai berikut: “Masyarakat menerima dengan baik dan merasa senang
karena ingin pembangunan yang lebih baik.” (Wawancara: Jumat, 30 september
01.50 WIB Kantor kelurahan Baros Kecamatan Baros).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa opini masyarakat sangat
menerima dengan baik terhadap adanya program. Hal demikian juga diungkapkan
oleh (I2-5) yaitu: “Tentunya masyarakat sangat antusias mengenai program
pemberdayaan, karena memang program ini untuk membantu kesejahteraan
masyarakat.” (Wawancara: Kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB Rumah
Bapak Latif).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa masyarakat sangat
antusias terhadap program karena untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini juga diungkapkan oleh (I1-3) yaitu: “Pada dasarnya tidak ada yang
menentang, sejauh ini masyarakat mendukung dan setuju dengan program ini.”
(Wawancara: kamis, 8 Oktober 2016, 09.50 WIB Kantor Kelurahan Curug
138
Agung). Hal demikian juga diungkapkan oleh (I2-2) yaitu: “kalau ada bantuan
tentunya masyarakat sangat menerima dengan senang.” (Wawancara: kamis, 8
Oktober 2016, 11.20 WIB Kantor Kelurahan Curug Agung).
Berdasarkan pendapat kedua informan diatas dapat diketahui bahwa
masyarakat sangat mendukung adanya program. Hal demikian juga diungkapkan
oleh (I8) yaitu sebagai berikut:
”kami sangat mendukung, asal sosialisai kepada kaminya benar-benar
sampai kami memahami isi kebijakan tersebut jangan hanya sekali atau dua kali
tapi sampai kami memahami agar kami dapat melaksanakan kebijakan dengan
baik.” (Wawancara: Kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB Rumah Pak Edi).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pelaksana program
sangat mendukung adanya program, pelaksana program membutuhkan sosialisasi
yang sering agar pemahaman terhadap isi kebijakan lebih baik agar dapat
menjalankan program dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
(I2-3) yaitu: “apapun kebijakannya kalau untuk kebaikan dan kesejahteraan
masyarakat pasti dukung sepenuhnya” (Wawancara: Senin, 12 Oktober 2016,
08.40 WIB Kantor UPK Kecamatan Baros).
Berdasarkan pendapat diatas daoat diketahui bahwa setiap kebijakan yang
memiliki tujuan untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat pasti akan
mendapat respon baik dan tentunya didukung sepenuhnya.
Peneliti mencoba mewawancarai masyarakat yang disini adalah penerima
program. (I3-1) mengatakan “Disini masyarakatnya sangat mendukung setiap
kebijakan atau kegiatan yang dilakukan desa untuk kebaikan masyarakat.”
(Wawancara: Rabu, 5 Oktober 2016, 03.45 WIB Rumah Tokoh Masyarakat). Hal
139
demikian juga diungkapkan oleh (I11) yaitu sebagai berikut: “Yang pasti saya
sebagai masyarakat disini mendukung program pemerintah asalkan programnya
sesuai dengan yang dibutuhkan dan tujuannya baik untuk kesejahteraan
masyarakat.” (Wawancara: Rabu, 05 Oktober 2016, 12.25 WIB).
Berdasarkan wawancara dengan kedua penerima program tersebut dapat
diketahui bahwa masyarakat sangat mendukung adanya program karena memang
untuk kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan informan-informan diatas dapat
disimpulkan bahwa respon dari pelaksana program dan penerima program sudah
baik terhdapap adanya program.
4.6 Pembahasan
Dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah Daerah, penguatan
kelembagaan masyarakat, keberlanjutan pendampingan masyarakat, integrasi
program dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pemerintah
Kabupaten Serang melaksanakan kembali Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG
UTAMA). PDPM Gerbang Utama adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, sebagai reflikasi
dari PNPM MPd yang selama ini pelaksanaan di Kabupaten Serang dinilai
berhasil.
PDPM GERBANG UTAMA ini diadakan dengan tujuan untuk tercapainya
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan
berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu
140
mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya,
mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber
daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang. dimana
berdasarkan mekanisme implementasi kebijakan menurut Donald Van Metter dan
Carl Van Horn ada enam faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan
bisa berjalan dengan baik, yaitu:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan: Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
2. Sumber-sumber Kebijakan: Manusia, Sarana dan Prasarana, lokal
3. Komunikasi Antar Organisasi
4. Karakteristik Agen Pelaksana: Birokrasi/Lembaga.
5. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana: pengangkatan birokrasi,
Partisipatif.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik: Ekonomi, Sosial, Politik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
pelaksanaan Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) masih belum
optimal, Dari hasil observasi dan didukung dengan hasil wawancara peneliti dari
berbagai sumber dan informan terdapat masalah-masalah teknis dalam
pelaksanaan Pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang.
Hal ini berdasarkan dari pambahasan dimensi-dimenasi yang peneliti gunakan
sebagai pedoman penelitian, yaitu:
141
4.6.1.Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Pelaksanaan kebijakan sangat membutuhkan
perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pencapaian yang baik, dimana
implementor yang bertugas sudah seharusnya mengetahui ukuran pelaksanaan dan
tujuan dari pelaksanaan tersebut agar bisa berjalan dengan sesuai perencanaan
dalam pelaksanaannya maupun tujuannya.
Dalam penelitian ini, ukuran dan tujuan kebijakan ini adalah bagaimana para
implementor memahami dan mengetahui ukuran dan maksud tujuan dari
dibuatnya Peraturan Bupati Serang no 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG
UTAMA ini sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa lembaga pemerintah, pelaksana program dan lapisan masyarakat yang
terkait dan mengetahui serta paham dengan maksud dan tujuan dari kebijakan ini.
Dari indikator tujuan kebijakannya adalah sejauh mana tercapainya kesejahteraan
dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran dan tujuan kebijakan sangat
positif karena dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja
masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Salah satu tujuan dari
program ini adalah Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya
masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Dalam
program ini pemerintah bermaksud melibatkan masyarakat dari proses
perencanaan kebijakan sampai dengan pelestarian pembangunan.
142
Peran Pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat pun
semakin terlihat ketika Pemerintah meluncurkan Peraturan Bupati No 7 Tahun
2015 tentang Peraturan Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kabupaten
Serang. Yang menjadi sumber masalah tidak terangkatnya masyarakat lapisan
bawah adalah faktor utama ketidakberdayaan maka pendekatan yang kemudian
banyak digunakan oleh perspektif ini adalah pemberdayaan masyarakat,
Ketidakberdayaan tersebut diwujudkan dalam bentuk kurangnya wewenang
masyarakat dalam pengambilan keputusan dan kurangnya kapasitas untuk
mengelola pembangunan secara mandiri.. Dalam hal ini pemberdayaan
masyarakat tidak hanya sebagai pemberdayaan yang hanya sekedar pemenuhan
kebutuhan manusia. Pemberdayaan masyarakat lebih diartikan sebagai upaya
menjadikan manusia sebagai sumber, pelaku dan yang menikmati hasil
pembangunan. Dengan kata lain pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Terkait dengan implementasinya salah satu tujuan kebijakan PDPM
GERBANG UTAMA yaitu Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari salah satu kecamatan di
Kabupaten Baros yang peneliti teliti yaitu Kecamatan Baros. Forum musyawarah
stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa
serta menyepakati kegiatan lintas Desa di kecamatan tersebut sebagai dasar
penyusunan Rencana Kerja SKPD kabupaten pada tahun anggaran berikutnya.
143
Maka perlu adanya partisipasi dari masyarakat yaitu membuka kesempatan yang
seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan
kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan.
Juga mendorong dan memberi ruang bagi pemanfaat/sasaran kegiatan untuk
berperan secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pelestarian hasil kegiatan. kegiatan perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai dengan tujuan umum program tersebut
yaitu memberdayakan masyarakat dan masyarakat yang menjadi objek utama
ukuran keberhasilan. Sehingga partisipasi masyarakat rumah tangga miskin dan
kelompok perempuan menjadi hal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program
karena harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat khususnya
masyarakat Rumah Tangga Miskin dan Kelompok Perempuan.
Gambar 4.6.1 partisipasi masyarakat |Baros dalam kegiatan PDPM
GERBANG UTAMA
(Sumber : Peneliti 2016)
144
Sejalan dengan Visi PDPM GERBANG UTAMA adalah tercapainya
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan
berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. suatu kebijakan yang dibuat
oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan harapannya adalah adanya
peningkatan kesejahteran masyarakat dan adanya perubahan dari keadaan
sebelumnya. Ukuran keberhasilan tidak dapat dilihat hanya dari satu faktor saja,
dalam program ini bisa dilihat dari faktor meningkatnya ekonomi masyarakat dan
pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi lebih baik lagi. Harapan setiap
program memang adanya peningkatan dari keadaan sebelumnya. Hal ini dapat
dilihat dari fasilitas sarana dan prasarana masyarakat yang menjadi lebih baik, dan
memberikan modal usaha kepada masyarakat agar lebih maju.
PDPM GERBANG UTAMA ini terbagi menjadi dua aspek yaitu 25 %
untuk kegiatan penguatan usaha ekonomi melalui pinjaman bergulir Kelompok
SPP dan 75% dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana. Maka dari
itu kesejahteraan masyarakat di Baros bisa dikatakan adanya perubahan dari
keadaan sebelumnya, karena terdapat pembangunan sarana dan prasarana yang
menjadi lebih baik lagi juga adanya program dana bergulir untuk menambah
modal usaha masyarakat. Seluruh Desa di Kecamatan penerima PDPM
GERBANG UTAMA berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur
tahapan kecuali Desa dalam status kena sanksi. Untuk dapat berpartisipasi dalam
PDPM GERBANG UTAMA, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa
dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan
145
menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya
kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PDPM
GERBANG UTAMA. Termasuk pelembagaan dana bergulir yang harus dituntut
adanya kesiapan dan rasa tanggung jawab dari masyarakat khususnya kelompok
perempuan yang mendapat dana SPP tersebut. Dana ini diberikan berupa
pinjaman kepada masyarakat dan harus dikembalikan sesuai waktu yang
ditentukan.
Tabel 4.6.1 Rekapitulasi Kegiatan PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan baros
BAROS kelompok kegiatan jenis kegiatan Nama Kegiatan
Baros Prasarana Umum Bangunan Pelengkap TPT
Baros Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Curug Agung Prasarana Umum Jalan Rabat Beton
Curug Agung Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Padasuka Prasarana Umum Bangunan Pelengkap TPT
Padasuka Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Panyirapan Prasarana Umum Jalan Rabat Beton
Panyirapan Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Sidamukti Prasarana Umum Bangunan Pelengkap Drainase
Sidamukti Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Sindangmandi Prasarana Umum Bangunan Pelengkap Drainase
Sindangmandi Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Sukacai Prasarana Umum Bangunan Pelengkap Drainase
Sukacai Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
Tejamari Prasarana Umum Jalan Perkerasan Aspal
Tejamari Simpan Pinjam Perempuan SPP
Simpan Pinjam Perempuan
146
(Sumber : BKBPMP Kabupaten Serang)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kegiatan pembangunan
dalam rangka mensejahterakan masyarakat pelaksanaan PDPM GERBANG
UTAMA sudah berjalan dan tentunya merubah dari keadaan sebelumnya.
Berjalannya dana bergulir (SPP) tersebut dapat dilihat dari lancarnya
pengembalian dari kelompok masyarakat penerima dana SPP kepada UPK. dana
bergulir Simpan Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG UTAMA yang
Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan belum optimal dengan tujuan umum
program tersebut yaitu meningkatkan ketersediaan akses ekonomi terhadap
Rumah Tangga miskin dikarenakan masih banyak kelompok perempuan yang
tidak tepat waktu dalam pengembaliannya. Dalam hal ini masih ada paradigma
lama yang beranggapan bahwa dana dari pemerintah tidak usah dikembalikan. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yang menunjukan bahwa tingkat pengembalian
dana SPP dio kecamatan Baros hanya 67%. Hal ini juga diperkuat oleh data
sebagai berikut :
Tabel laporan dana SPP
Kecamatan Asset dana bergulir Dana mengendap
Baros 1,600,456,966 229,771,335
(sumber : UPK Kecamatan Baros)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa masih ada dana yang
mengendap atau tidak lancar dalam pengembalian dari beberapa kelompok SPP.
PDPM GERBANG UTAMA juga mempunyai kegiatan meningkatkan
sarana dan prasarana menjadi lebih baik lagi. Sarana dan prasarana merupakan hal
147
yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan desa tidak bisa lepas dari maslaah kemiskinan masyarakat desa, ini
membutuhkan solusi untuk mengatasinya. Eksistensi desa langsung bersentuhan
dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sebagai unit pemerintahan terkecil,
desa yang maju akan menjadi landasan yang kokoh dalam pembangunan nasional.
Pemerintah dengan segenap kemampuannya akan terus mendorong, memajukan
dan mengentaskan ketertinggalan desa-desa, melalui program pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa. program pembangunan itu antara lain dalam
bentuk fasilitasi pelaksanaan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana desa.
PDPM GERBANG UTAMA yang mengalokasikan dana 75% terhadap
pembangunan sarana dan prasarana menjadi lebih baik dan layak untuk digunakan
sudah berjalan dengan baik di Kecamatan Baros. kegiatan perencanaan yang
dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang khususnya Badan Keluarga Berencana
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sudah sesuai dengan tujuan umum
program tersebut. Meskipun masih ada kekurangan karena masih ada
penyelesaian tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Jika
terjadi perubahan di lapangan, di samping dilakukan perubahan pada gambar juga
harus dituangkan dalam berita acara revisi.
Data Sarana dan Prasarana di Kecamatan Baros
No Desa Jenis Prasarana Kelompok Laporan
Tipe Konstruksi
Utama
Rencana Realisasi Fisik (100%)
Jumlah BA
Revisi
Fisik
Volume & Satuan/Ukuran
Utama (M;M2:M3:Unit)
(Volume & Satuan/Ukuran
Utama)
Vol Sat Vol Sat
148
3 BAROS 2
1 Baros Bangunan Pelengkap Prasarana Umum TPT 85 m 85 m
2 Curug Agung Jalan Prasarana Umum Rabat Beton 265 m 265 m
3 Padasuka Bangunan Pelengkap Prasarana Umum TPT 450 m 367 m 1
4 Panyirapan Jalan Prasarana Umum Rabat Beton 209 m 209 m
5 Sidamukti Bangunan Pelengkap Prasarana Umum Drainase 450 m 137 m 1
6 Sindangmandi Bangunan Pelengkap Prasarana Umum Drainase 150 m 150 m
7 Sukacai Bangunan Pelengkap Prasarana Umum Drainase 150 m 150 m
8 Tejamari Jalan Prasarana Umum
Perkerasan Aspal 300 m 300 m
(sumber : Kantor Kecamatan Baros kabupaten Serang)
PDPM GERBANG UTAMA juga diarahkan kepada prioritas usulan yang
mendukung terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia melalui
Indikator Daya Beli Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal Kemiskinan dan
kelaparan, diantaranya Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan
pendidikan (non formal). Namun di Kecamatan Baros tidak ada anggaran yang
dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Pernah ada pengajuan untuk pembangunan
di bidang pendidikan yaitu PAUD, namun ternyata tidak disetujui karena lebih
mengutamakan pembangunan sarana dan prasarana yang lain. Hal ini dilihat
karena baros sudah dekat dengan perkotaan dan dekat dengan sekolah.
Dalam setiap pelaksanaan kebijakan pasti terdapat kendala atau hambatan
selama pelaksanaan kegiatan. Setiap pelaksana kegiatan mengalami hambatan
atau kendala yang berbeda dalam setiap pelaksanaan. Di Kecamatan Baros ini
terdapat beberapa hambatan diantaranya tidak akan berjalan mulus begitu saja.
Hambatan-hambatan tersebut adalah keterlambatan dalam pengembalian dana
bergulir (SPP), system administrasi yang berbelit-belit, system pencairan dana
yang terlambat, dan juga adanya keterbatasan anggaran.
149
PROGRES PELAKSANAAN PDPM-GU TA. 2015
KABUPATEN SERANG
No. Kecamatan
Total
Penyaluran
Dana (Rp.)
Progres
Penyalur
an Dana
(%)
Progr
es
Fisik
(%)
Target Penyelesaian s.d. MD.
Serah Terima
Saldo Kas
UPK (RP)
Baros
323,286,824
48% 85% Minggu ke
3
Bulan Januari
2016 401,713,176
Kendala dan masalah Lambatnya penyusunan LPD oleh TPK dan hujan sehingga pekerjaan terhambat
(Sumber : BKBPMP Kabupaten Serang)
4.6.2 Sumberdaya
Indikator yang kedua yang juga mempengaruhi keberhasilan dari
implementasi kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal yang
penting, seperti yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van Horn bahwa sumber
daya kebijakan harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi
implementasi suatu kebijakan. Dalam penelitian ini ada dua indikator yang
mempengaruhi dari sumber daya yaitu, sumber daya manusia dan sumber daya
sarana dan prasarana.
Pertama yaitu Sumberdaya manusia, Sumberdaya manusia yang ada di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang cukup mendukung agar Program ini
terlaksana dengan baik. sumber daya manusia di Kecamatan Baros kabupaten
Serang belum memenuhi tupoksinya. Terdapat beberapa implementor yang tidak
menempati tupoksi yang sudah ditetapkan dalam kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA. Hal ini mengakibatkan tugas yang dilaksanakan tidak selesai tepat pada
waktunya. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.2 yang menunjukan bahwa masih ada
150
implementor yang kosong atau tidak ada pada tupoksi yang sudah ditentukjan
yaitu fasilitator teknik. Namun implementor di Baros sudah bekerja dengan baik
dan sesuai prosedur. Hal ini dikarenakan adanya dukungan berupa pelatihan dan
finansial atau gaji terhadap para impelementor.
Bentuk dukungan yang diberikan kepada implementor adalah diberikannya
pelatihan khusus. Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan
lain yang dapat menunjang pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan
diadakan di antaranya meliputi: penyusunan peraturan desa, pengawasan terhadap
pelaksanaan, pemerintahan, dan pembangunan, pengelolaan penanganan masalah
dan perencanaan kegiatan pembangunan yang partisipatif. Juga diberikan
dukungan berupa gaji tehadap para pelaksana program. Bentuk dukungan seperti
ini sangat menunjang pelaksana program untuk bekerja dengan baik sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing.
Para implementor PDPM GERBANG UTAMA memiliki latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang hanya lulusan SMA dan sudah banyak
juga yang sarjana, dan tidak sedikit yang berlatar pendidikan yang tidak sesuai
dengan bidangnya. Implementor perangkat Desa memang banyak yang hanya
lulusan SMA, dan walaupun demikian para implementor sudah memiliki
pengalaman dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Para
implementor pun diberikan pembinaan agar dapat menjalankan program dengan
baik dan sesuai Petunjuk Teknis Operasional PDPM GERBANG UTAMA.
151
Dalam suatu Implementasi kebijakan fasilitas fisik juga merupakan faktor
penting dalam menjalankan suatu kebijakan. Memiliki imlementor yang sesuai
dengan tupoksinya, mengetahui apa yang menjadi tugasnya, tetapi tanpa adanya
fasilitas pendukung akan sulit untuk menjalankan suatu kegiatan pelaksanaan
program. Dalam pelaksanaan suatu kebijakan jika ingin pelaksanaan dan hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan maka pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan
terkait harus memiliki sarana dan prasanan yang medukung dan memadai dalam
pelaksanaan suatu kebijakan. Penyediaan fasilitas dalam PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang sudah dipenuhi dengan baik.
Sehingga dapat membantu para pelaksana program menjalankan tugasnya dengan
lebih mudah, efektif dan efisien.
Salah satu tujuan Umum PDPM GERBANG UTAMA adalah
meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di
perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan. Kemandirian disini adalah diantaranya Melembagakan
pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya
lokal. Di Kecamatan Baros ini belum optimal pencapaian tujuan Melembagakan
pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya
lokal nya. Hal ini dapat dilihat dalam wawancara yang dilakukan peneliti terhadap
informan-informan yaitu sumberdaya manusia untuk tenaga kerja dalam
pembangunan memang dari daerah Baros nya sendiri namun untuk sumberdaya
manusia sebagai implementor berasal dari luar daerah Baros. Dan untuk
152
sumberdaya alamnya pun (material) tidak sepenuhnya berasal dari Daerah Baros
karena memang di Baros nya pun tidak lengkap semua material ada.
4.6.3 Karakteristik Agen Pelaksana
Kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang
tepat dan cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks
kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana
yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang
demokratis dan persuasif. Dalam Peraturan Bupati Serang ini terkait PDPM
GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros ini, setiap implementor memiliki
karakteristik yang berbeda, namun para implementor sudah melaksanakan
tugasnya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan setiap
implementor. Meskipun keilmuannya ada yang tidak sesuai dengan bidangnya
namun terdapat pelatihan-pelatihan untuk pelaksana kebijakan agar mampu
melaksanakan tugas dengan baik. Para pelaksana program juga memiliki sifat dan
karakter yang berbeda-beda. Masih ada stakeholder yang mementingkan diri
sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dalam hal pemberian dana PDPM
GERBANG UTAMA.
Pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini dapat dikatakan baik
dan sudah sudah sesuai dengan prosedur yang ada, tentunya mengacu pada
Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA.
153
4.6.4 Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para pelaksana
1. pengangkatan pelaksana program
Pelaksana yang tersedia dalam pelaksanaannya adalah pelaksana yang sudah
terpilih sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya, maka dari itu sebisa
mungkin pelaksana yang bertanggung jawab di lapangan ialah para pelaksana
yang sudah seharusnya paham akan tugas pokok dan fungsinya serta tidak ada
masalah ataupun penolakan dalam pemberian tugas menangani kebijakan ini.
Sikap atau kecenderungan (disposisi) para pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila
pelaksana kebijakan tidak melaksanakan kebijakan dengan baik. Karena itu,
pemilihan dan pengangkatan para pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khususnya
lagi pada kepentingan masyarakat. Jadi dalam pemilihan atau pengangkatan
pelaksana kebijakan itu harus melalui seleksi yang jelas agar kebijakan yang
akan dijalankan berjalan dengan baik. Dalam PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang ini pengangkatan atau pemilihan
pelaksanaan kebijakannya sudah cukup baik dikarenakan melalui tahap
musyawarah dan dipilih berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya.
pengangkatan birokrat dalam PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros
Kabupaten Serang untuk perangkat Desa melalui musyawarah Desa dan ada
juga dengan penunjukan langsung yang dilihat dari pengetahuan dan
kemampuannya.
154
2. Partisipatif
Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui betul tentang
esensi yang terkandung dalam suatu kebijakan dengan memahami isi
kebijakannya sehingga para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya
dalam menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan kebijakan bisa
dipastikan berhasil dan tanpa mengalami kendala. Selain dari implementor,
partisipasi juga harusnya datang dari warga sekitar yang membantu dalam
pelaksanaannya. mekanisme kebijakan PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang ini memiliki pola dari bawah ke atas.
Maksudnya disini adalah yang menajadi objek dalam kebijakan ini adalah
masyarakat. Jadi masyarakat dilibatkan dari mulai proses perencananaan,
pelaksanaan, pelestarian pembangunan dan sampai dengan evaluasi melibatkan
perwakilan dari masyarakat.
4.6.5 Komunikasi antar organisasi
Komunikasi merupakan suatu variabel yang tidak kalah penting dalam
pelaksanaan kebijakan, karena dengan adanya komunikasi yang lancar bisa
mewujudkan pelaksanaan yang baik dan lancar juga. Komunikasi yang baik
akan mendapatkan suatu impelemntasi yang baik pula. Komunikasi diperlukan
agar para pelaksana kebijakan akan semakin konsisten dalam melaksanakan
setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. pelaksanaan
kebijakan publik bisa berjalan dengan baik jika di dalamnya terdapat kegiatan
komunikasi yang lancar.
155
Dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros
Kabupaten Serang komunikasi antar implementor berjalan dengan lancar sesuai
dengan tupoksinya masing-masing, karena memang sudah diatur sedemikian
rupa melalui Petunjuk Teknis Operasional PDPM GERBANG UTAMA. Cara
komunikasi untuk menyelesaikan masalah dilakukan dengan cara berjenjang.
Maksudnya berjenjang disini adalah, apabila masalah yang timbul di desa
masih bisa diselesaikan oleh perangkat desa cukup koordinasi tingkat desa,
namun kalau memang tidak bisa diselesaikan oleh perangkat desa maka yingkat
kecamatan akan turun, dan selanjutnya sampai dengan pelaksana kebijakan
tingkat kabupaten.
Komunikasi juga dilakukan padasaat musyawarah desa, dan diadakannya
sosialisasi. bahwa sosialisasi ada dilakukan di kecamatan Baros. Sosialisasi ini
penting dilaksanakan karena selain untuk pemahaman mengenai PDPM
GERBANG UTAMA juga untuk pendekatan antara stakeholder dengan
stakeholder juga stakeholder dengan masyarakat. Sosialisasi ini juga agar
mengetahui masalah selama pelaksanaan program berjalan. Agar program
berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
4.6.6 Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong
keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang
tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja
implementasi kebijakan. Karena itu, upaya implementasi kebijakan
156
mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif. Dalam kebijakan ini
lingkungan ekonomi, social, dan politik sangat mempengaruhi berhasil atau
tidaknya kebijakan ini.
Dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros ini
mengenai kondisi sosial dan politik di Kecamatan Baros sudah mendukung
adanya program. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan atau partisipasi
masyarakat dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan PDPM GERBANG
UTAMA. Dari unsur politik pun pemerintah sudah mendukung adanya
program namun dari segi ekonomi masih belum optimal mendukung
keberhasilan program karena keterbatasan anggaran yang membuat
ketidakmerataan pemberian dana ke seluruh desa di Kecamatan Baros.
Respon dari para penerima progran dalam suatu kegiatan merupakan hal
yang positif untuk berjalannya suatu kegiatan. Karena dengan adanya respon
yang baik maka kegiatan tersebut bisa dikatakan berhasil atau tepat sasaran
namun apabila sebaliknya maka perlu ada perbaikan. respon dari pelaksana
program di dan penerima program di Kecamatan Baros sudah baik terhdapap
adanya program.
4.7 Tabel temuan Lapangan
Implementasi Van Meter Van Horn dalam Leo agustino (2006 : 161)
Dimensi Temuan lapangan
1. Ukuran dan
Tujuan
Kebijakan
a. Berjalannya dana bergulir (SPP) tersebut dapat dilihat
dari lancarnya pengembalian dari kelompok masyarakat
penerima dana SPP kepada UPK. dana bergulir Simpan
Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG
157
UTAMA yang Pemerintah Kabupaten Serang khususnya
Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat
dan Perempuan belum optimal dengan tujuan umum
program tersebut yaitu meningkatkan ketersediaan akses
ekonomi terhadap Rumah Tangga miskin dikarenakan
masih banyak kelompok perempuan yang tidak tepat
waktu dalam pengembaliannya. Dalam hal ini masih ada
paradigma lama yang beranggapan bahwa dana dari
pemerintah tidak usah dikembalikan
b. Ketidaksesuaian penyelesaian pembangunan sarana dan
prasarana dengan kondisi lapangan. masih ada
kekurangan karena masih ada penyelesaian tanpa
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan.
Jika terjadi perubahan di lapangan, di samping dilakukan
perubahan pada gambar juga harus dituangkan dalam
berita acara revisi.
c. PDPM GERBANG UTAMA juga diarahkan kepada
prioritas usulan yang mendukung terhadap Peningkatan
Indeks Pembangunan Manusia melalui Indikator Daya
Beli Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal
Kemiskinan dan kelaparan, diantaranya Kegiatan
peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan
(non formal). Namun di Kecamatan Baros tidak ada
anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
Pernah ada pengajuan untuk pembangunan di bidang
pendidikan yaitu PAUD, namun ternyata tidak disetujui
karena lebih mengutamakan pembangunan sarana dan
prasarana yang lain.
Sumberdaya a. sumber daya manusia di Kecamatan Baros kabupaten
Serang belum memenuhi tupoksinya. Terdapat beberapa
implementor yang tidak menempati tupoksi yang sudah
158
ditetapkan dalam kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA. Hal ini mengakibatkan tugas yang
dilaksanakan tidak selesai tepat pada waktunya.
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif
dengan mendayagunakan sumber daya lokal. Di
Kecamatan Baros ini belum optimal pencapaian tujuan
Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif
dengan mendayagunakan sumber daya lokal nya. Hal ini
dapat dilihat dalam wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap informan-informan yaitu sumberdaya manusia
untuk tenaga kerja dalam pembangunan memang dari
daerah Baros nya sendiri namun untuk sumberdaya
manusia sebagai implementor berasal dari luar daerah
Baros. Dan untuk sumberdaya alamnya pun (material)
tidak sepenuhnya berasal dari Daerah Baros karena
memang di Baros nya pun tidak lengkap semua material
ada.
Karakteristik
agen pelaksana
a. Kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi
oleh ciri yang tepat dan cocok dengan para agen
pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks
kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa
kebijakan dituntut pelaksana yang ketat dan disiplin.
Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang
demokratis dan persuasif. Dalam Peraturan Bupati
Serang ini terkait PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan Baros ini, setiap implementor memiliki
karakteristik yang berbeda, namun para implementor
sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari latar belakang pendidikan setiap
implementor. Meskipun keilmuannya ada yang tidak
sesuai dengan bidangnya namun terdapat pelatihan-
159
pelatihan untuk pelaksana kebijakan agar mampu
melaksanakan tugas dengan baik.
Sikap/
kecenderungan
agen pelaksana
a. pemilihan dan pengangkatan para pelaksana kebijakan
haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada
kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khususnya lagi
pada kepentingan masyarakat. Jadi dalam pemilihan atau
pengangkatan pelaksana kebijakan itu harus melalui
seleksi yang jelas agar kebijakan yang akan dijalankan
berjalan dengan baik. Dalam PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang ini
pengangkatan atau pemilihan pelaksanaan kebijakannya
sudah cukup baik dikarenakan melalui tahap
musyawarah dan dipilih berdasarkan kemampuan dan
pengetahuannya. pengangkatan birokrat dalam PDPM
GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten
Serang untuk perangkat Desa melalui musyawarah Desa
dan ada juga dengan penunjukan langsung yang dilihat
dari pengetahuan dan kemampuannya.
b. Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui
betul tentang esensi yang terkandung dalam suatu
kebijakan dengan memahami isi kebijakannya sehingga
para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam
menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan
160
kebijakan bisa dipastikan berhasil dan tanpa mengalami
kendala. Selain dari implementor, partisipasi juga
harusnya datang dari warga sekitar yang membantu
dalam pelaksanaannya. mekanisme kebijakan PDPM
GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten
Serang ini memiliki pola dari bawah ke atas. Maksudnya
disini adalah yang menajadi objek dalam kebijakan ini
adalah masyarakat. Jadi masyarakat dilibatkan dari mulai
proses perencananaan, pelaksanaan, pelestarian
pembangunan dan sampai dengan evaluasi melibatkan
perwakilan dari masyarakat.
Komunikasi
antar Organisasi
Dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang komunikasi antar
implementor berjalan dengan lancar sesuai dengan
tupoksinya masing-masing, karena memang sudah diatur
sedemikian rupa melalui Petunjuk Teknis Operasional
PDPM GERBANG UTAMA. Cara komunikasi untuk
menyelesaikan masalah dilakukan dengan cara
berjenjang. Maksudnya berjenjang disini adalah, apabila
masalah yang timbul di desa masih bisa diselesaikan oleh
perangkat desa cukup koordinasi tingkat desa, namun
kalau memang tidak bisa diselesaikan oleh perangkat
desa maka yingkat kecamatan akan turun, dan
161
selanjutnya sampai dengan pelaksana kebijakan tingkat
kabupaten.
Lingkungan
ekonomi, social
dan politik
mengenai kondisi sosial dan politik di Kecamatan
Baros sudah mendukung adanya program. Hal ini dapat
dilihat dari keterlibatan atau partisipasi masyarakat
dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA. Dari unsur politik pun pemerintah
sudah mendukung adanya program namun dari segi
ekonomi masih belum optimal mendukung keberhasilan
program karena keterbatasan anggaran yang membuat
ketidakmerataan pemberian dana ke seluruh desa di
Kecamatan Baros.
(Sumber : peneliti)
162
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan lapangan yang telah peneliti
uraikan pada BAB IV, berikut peneliti simpulkan hasil penelitian terkait
Implementasi Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kecamatan
Baros belum optimal, masih ada beberapa masalah yang menghambat dalam
pelaksanaan kebijakannya di Kecamatan Baros.
1. Dari Dimensi ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti menarik kesimpulan
bahwa ukuran dan tujuan kebijakan Implementasi Program Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk
Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA) di Kecamatan Baros sudah
baik meskipun masih terdapat kekurangan. Pertama, dana bergulir
Simpan Pinjam perempuan (SPP) dari PDPM GERBANG UTAMA
belum optimal dikarenakan masih banyak kelompok perempuan yang
tidak tepat waktu dalam pengembaliannya, juga tidak ada sanksi yang
tegas dari pemerintah. Dalam hal ini masih ada paradigma lama yang
beranggapan bahwa dana dari pemerintah tidak usah dikembalikan.
Kedua, dalam hal peningkatan sarana dan prasarana masih ada
kekurangan karena masih ada penyelesaian tanpa menyesuaikan dengan
kondisi yang terjadi di lapangan. Jika terjadi perubahan di lapangan, di
163
samping dilakukan perubahan pada gambar juga harus dituangkan dalam
berita acara revisi.Ketiga, dalam hal kegiatan peningkatan bidang
pelayanan kesehatan dan pendidikan (non formal). Namun di Kecamatan
Baros tidak ada anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
2. Untuk dimensi sumber daya bahwa pembuat kebijakan masih belum
memaksimalkan sumber-sumber kebijakan seperti Sumber daya
manusia, kualitas sumber daya manusia pelaksana kebijakan bisa
dibilang baik karena sudah banyak yang berpendidikan tinggi namun
sumber daya manusia di Kecamatan Baros kabupaten Serang belum
memenuhi tupoksinya. Terdapat beberapa implementor yang tidak
menempati tupoksi yang sudah ditetapkan dalam kebijakan PDPM
GERBANG UTAMA. Hal ini mengakibatkan tugas yang dilaksanakan
tidak selesai tepat pada waktunya. Lalu sumber daya anggaran juga
menjadi faktor yang membuat program PDPM GERBANG UTAMA ini
belum efektif karena anggaran ini masih minim untuk menampung
kebutuhan PDPM GERBANG UTAMA. Kemudian untuk sumberdaya
lokal yakni melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif
dengan mendayagunakan sumber daya lokal juga belum optimal karena
sumberdaya manusia sebagai implementor berasal dari luar daerah
Baros. Dan untuk sumberdaya alamnya pun (material) tidak sepenuhnya
berasal dari Daerah Baros karena memang di Baros nya pun tidak
lengkap semua material ada.
164
3. Dari Dimensi karakteristik agen pelaksana dalam pelaksanaan program
PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros, setiap implementor
memiliki karakteristik yang berbeda, namun para implementor sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari latar
belakang pendidikan setiap implementor. Meskipun keilmuannya ada
yang tidak sesuai dengan bidangnya namun terdapat pelatihan-pelatihan
untuk pelaksana kebijakan agar mampu melaksanakan tugas dengan
baik.
4. Untuk Dimensi Sikap/kecenderungan agen pelaksana ada 2 yaitu
pengangkatan birokrasi dan partisipatif. Dalam PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang ini pengangkatan atau
pemilihan pelaksanaan kebijakannya sudah cukup baik dikarenakan
melalui tahap musyawarah dan dipilih berdasarkan kemampuan dan
pengetahuannya dan ada juga dengan penunjukan langsung yang dilihat
dari pengetahuan dan kemampuannya. Partisipatif dalam penelitian ini
lebih kepada seberapa jauh masyarakat, pelaksana kebijakan, Dinas
Terkait, dan yang lainnya terlibat dalam penyusunan program-program,
pelaksanaan sampai dengan tahap evaluasi.
5. Untuk dimensi komunikasi antar organisasi dalam pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA ini komunikasi yang terjalin antara lembaga
pemerintah dan para pelaksana di lapangan sudah terjalin dengan baik.
PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang
komunikasi antar implementor berjalan dengan lancar sesuai dengan
165
tupoksinya masing-masing, karena memang sudah diatur sedemikian
rupa melalui Petunjuk Teknis Operasional PDPM GERBANG UTAMA.
6. Untuk dimensi Kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Dalam
pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan Baros ini
mengenai kondisi sosial dan politik di Kecamatan Baros sudah
mendukung adanya program. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan atau
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA. Dari unsur politik pun pemerintah sudah
mendukung adanya program namun dari segi ekonomi masih belum
optimal mendukung keberhasilan program karena keterbatasan anggaran
yang membuat ketidakmerataan pemberian dana ke seluruh desa di
Kecamatan Baros.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti berikan, maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai bahan masukan sebagai berikut :
1. Ketegasan dalam penerapan sanksi untuk sekelompok perempuan yang
tidak membayar dana bergulir SPP dengan tepat waktu perlu dipatuhi dan
ditegakan oleh semua pihak mulai dari tingkat desa sampai dengan tingkat
kabupaten karena telah diamanatkan dalam surat keputusan bupati serang
tahun 2015 sebagai PTO nya program PDPM Gerbang Utama. Kemudian
peningkatan pengawasan terhadap sektor pelaksanaan kebijakan dalam hal
pelaksanaan pembangunan. Mengingat di Kecamatan Baros masih ada
pelaksanaan pembangunan kegiatan sarana dan prasarana yang masih ada
166
penyelesaian tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemantauan secara intensif dari mulai
proses awal pembangunan sampai dengan pembangunan selesai. Dan perlu
adanya pembangunan untuk kesehatan dan pendidikan informal, karena
hal tersebut adalah salah satu kegiatan yang sudah ada dalam PTO PDPM
GERBANG UTAMA.
2. Diharapkan kepada Pemerintah agar dibuat suatu perjanjian tertulis untuk
pelaksanaan kebijakan agar bertanggung jawab penuh terhadap tugasnya
sampai dengan akhir masa jabatannya berakhir agar tidak ada implementor
yang berhenti ditengah masa jabatan. Kemudian lebih memanfaatkan
sumberdaya lokal baik dari segi SDM maupun material agar lebih efektif
dan efisien.
3. Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan pelatihan-pelatihan
program secara menyeluruh dan bertahap kepada para implementor
sehingga kinerja pegawai dan pelaksanaan tugas dan fungsi di Desa
berjalan dengan baik
4. Agar terjadi peningkatan kualitas diharapkan kepada pemerintah dalam
setiap perekrutan implementor agar sesuai dengan latar belakang
pendiidkan serta kemampuan yang dimilikinya.
5. Diharapkan kepada pemerintah dalam hal ini SKPD terkait seperti
BKBPMP perlu memberikan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan
kapasitas terhadap pelaksana-pelaksana kebijakan agar memahami
tupoksinya dan program berjalan sesuai dengan perencanaan. Pemerintah
167
kabupaten Serang dalam membuat setiap kebijakan harus
mensosialisasikannya dengan sungguh-sungguh dan memastikan bahwa
sosialisasi betul-betul sampai kepada Kepala Desa dan perangkatnya
paham tentang isi yang terdapat dalam kebijakan tersebut sehingga dapat
menjalankannya sesuai dengan isi yang terdapat dalam peraturan tersebut.
6. Adanya kebijakan perubahan penganggaran sebaiknya di prioritaskan pada
alokasi untuk masyarakat miskin agar anggaran untuk PDPM GERBANG
UTAMA lebih maksimal. Pemerintah desa harus bisa memaksimalkan
anggaran yang disediakan oleh pemerintah kabupaten untuk Pelaksanaan
PDPM GERBANG UTAMA di Kabupaten Serang dalam memenuhi
kebutuhan pelaksanaan kebijakan.
168
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijaka Publik. Bandung: IPI Puslit KPZW
lemlit Unpad.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA
Djaman Satori dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : ALFABETA
Miles B, Matthew dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyadi, Deddy. 2015 Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung :
Alfabeta
Nugroho D. Riant, 2003. Kebijakan Publik : Formulasi Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Nugroho D. Riant, 2011. Public Policy Edisi Ketiga. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sahdan, Gregorius. 2005. Ekonomi Rakyat dan Kemiskinan.
Seabrook, Jeremy. 2000. Kemiskinan Global. Yogyakarta : Resist book
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA
Dokumen:
Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2015 tentang Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM
GERBANG UTAMA) Kabupaten Serang.
Keputusan Bupati Serang Nomor : 147.34/Kep.789-Huk/2015 tentang Penetapan
Alokasi Dana Batuan Langsung Prpgram Daerah Pemberdayaan
Masyarakat dan Gerakan Pembanguna Untuk Masyarakat Kabupaten
Serang Tahun 2015.
169
Sumber lain :
https://serangkab.bps.go.id/
andri Wijaya. 2015. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun
2012 tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang
Imron Rosyadi. 2014. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Implementasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (studi kasus program simpan
pinjam perempuan di Kec. Sukamulya Kab. Tangerang).
MEMBER CHECK
Nama : Epon M. Si
Jabatan : Kepala Bidang (Kabid) Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan(BKBPMP)
Kabupaten Serang
Waktu Wawancara : Senin, 03 oktober 11.20 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor BKBPMP Kabupaten Serang
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Iya tentu meningkat, karena program ini dari masyarakat dan untuk masyarakat, dalam
program ini masyarakat jadi objek utama ukuran keberhasilan kebijakan ini, dalam
kebijakan ini masyarakat berperan dari mukai proses perencanaan, pelaksanaan.
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
setiap program pemberdayaan masyarakat ya memang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, kalau dikatakan meningkat yang signifikan tidak namun
pasti ada perubahan sebelum dan sesudah ada program ini.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Dalam program ini memang 25% dana dianggarkan untuk SPP yang sasarannya
adalah ibu-ibu yang sudah memiliki usaha. Dan yang seperti saya katakan tadi, pasti
ada perubahan sebelum dan sesudah menerima dana SPP ini, misalnya usaha jualan
warungnya semakin banyak dan penuh warungnya karena modalnya bertambah.
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di
Kecamatan baros Kabupaten Serang menjadi lebih baik?
Iya pasti menjadi lebih baik karena ada pembangunan, dan pembangunannya pun
masyarakat daerahnya sendiri yang menjalankan dari mulai pelaksanaan pembangunan
sampai merawatnya. Karena merasa memiliki dari hasil kerjanya.
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Karena di Baros sudah dekat dengan perkotaan, untuk sekolah pun sudah banyak. Jadi
alokasi dana digunakan memang untuk pembangunan sarana dan prasarana yang lain.
f. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Karena program ini sifatnya transparan, masyarakat terlibat dan tahu perencanaan,
anggaran, pelaksanaan, maka dari itu masyarakat pasti tumbuh rasa kepercayaan. Dan
sifat kegotongroyongannya pun terbangun, dapat dilihat pada saat pembangunan
semua masyarakat kami ajak terlibat untuk membangun daerahnya.
g. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
Sudah sesuai, karena secara procedural sudah berjalan sesuai kebijakan tidak ada yang
menyalahi aturan PTO (Petunjuk teknis Operasional).
h. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Dalam program ini kan ada dana SPP, yang menjadi penghambatnya adalah
masyarakat yang kurang sadar dalam pengembaliannya.
i. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Memberikan sanksi kepada kelompok SPP yang mengalami kemacetan dalam
pengembalian dengan tidak memberikan lagi dana nya.
2. Sumber Daya
a. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Sudah sesuai, para implementor bekerja bekerja sesuai dengan tupoksinya dan memang
sudah ditempatkan di bidang nya masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Hanya
saja di kecamatan baros terkadang ada pelaksana kebijakan yang mengundurkan diri
sebelum masa kerja nya habis.
b. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Semua terlibat baik dari masyarakat maupun pelaksana programnya, pelaksana
programnya pun diambil dari daerahnya sendiri karena mereka yang mengetahui apa
yang menjadi kebutuhan didaerahnya. Kalau organisasi formal saja yang menjalankan
program yang sudah disepakati dari hasil musyawarah desa.
c. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
Para pendamping kami berikan gaji sesuai dengan tugasnya, karena setiap pekerjaan
yang dilakukan harus ada imbalan agar kerjanya juga semangat.
d. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
Kalau untuk tingkat pendidikan alhamdulilah dalam program ini sebagian lulusan
sarjana sebagian lagi lulusan sma, walaupun lulusannya tidak sesuai dengan
keilmuannya, namun ada pembinaan terhadap para pelaksana program, sehingga tidak
kesulitan dalam menjalankan program
e. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Kualitas para implementor sudah cukup baik, karena memang sudah dibekali ilmu
terkait pemahaman dalam menjalankan program PDPM GERBANG UTAMA ini.
f. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Kami yang terus menerus mengajak masyarakat agar terlibat langsung baik dalam
pelaksanaan pembangunan maupun perencanaannya. Karena dalam program ini
masyarakat daerahnya sendiri yang melakukan pembangunan.
g. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Tentunya kami sudah menyediakan fasilitas yang menjadi kebutuhan para pelaksana
program untuk menjalankan program dengan baik.
h. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Sudah cukup dan sudah dipikirkan waktu yang ditentukan untuk menjalankan program
i. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Pelaksana program dalam menjalankan tugas sudah bagus berkualitas dan baik namun
harus terus belajar dan berlatih agar dapat menjalankan program lebih baik lagi.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
Karakteristik stakeholder sudah cukup baik dan mampu menjalankan tugasnya sesuai
dengan prosedur.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Sejauh ini program terlaksana dengan baik dan lancar, semua berjalan sesuai dengan
PTO.
c. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Tentunya harus sesuai, para pelaksana kebijakan atau para impelementor
melaksanakan tugasnya memang mengacu pada Peraturan Bupati tersebut. Karena
memang sebelumnya sudah diberikan pemahaman mengenai Perbup ini.
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Pelaksana program dipilih berdasarkan hasil keputusan masyarakat dan memang hasil
pertimbangan dan dilihat dari segi pengetahuan dan kemampuannya tidak asal memilih
b. Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang digunakan
? pola top down atau bottom up ?
Pola yang digunakan adalah bottom up, biasanya setiap kebijakan dibuat pola top down
yaitu dari atas kebawah. Namun dalam program ini menggunakan pola bottom up yaitu
dari bawah keatas, karena masyarakat yang mengetahui kebutuhannya jadi masyarakat
dilibatkan dari proses perencanaan sampai evaluasinya.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Koordinasi dan komunikasi berjalan dengan baik. Baik koordinasi antar stakeholder
maupun koordinasi stakeholder dengan masyarakat.
b. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Sangat bermanfaat, koordinasi dan sosialisasi dari pemerintah sudah jelas mengenai
arahan PDPM GERBANG UTAMA ini
c. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Sosialisasi sangat penting dilakukan, selain untuk pemahaman mengenai PDPM
GERBANG UTAMA juga untuk pendekatan antara stakeholder dengan stakeholder,
stakeholder dengan masyarakat.
d. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Iya tentunya harus rutin dilaksanakan, setiap tahun munsrenbang dilaksanakan untuk
menampung aspirasi-aspirasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar tercipta
pembangunan yang lebih baik dari segi ekonomi maupun sarana dan prasarana.
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik sejauh ini sudah mendukung adanya
program, seperti halnya dari segi politik seperti anggota DPRD yang memang
mendukung program-program pemberdayaan masyarakat, karena memang untuk
kesejahteraan rakyat.
b. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Tentunya semua sangat mendukung, sejauh ini tidak ada yang menentang atau menolak
program ini.
c. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Respon dari masyarakat sangat baik, apalagi program ini memang untuk
kepentingan masyarakat dan membantu kehidupan masyarakat.
Tanda Tangan
Epon, M.Si
MEMBER CHECK
Nama : Edi Sumardi S.Pd
Jabatan : Kepala Seksi Pemerintahan Desa
Waktu Wawancara : Senin, 12 Oktober 2016, 01. 35 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang
Hasil Wawancara :
7. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
j. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
masyarakat sangat berpartisipasi dalam program ini, baik dalam pengambilan
keputusan perencanaan terutama kelompok perempuan yang mendapat dana SPP
dilibatkan dalam perencanaan, dalam pelaksaannyapun Alhamdulillah keterlibatan
masyarakat di baros sangat berpartisipasi, misalnya dalam hal pembangunan sarana
dan prasarana mereka ikut bergotong royong dan perempuannya memberikan
makanan. Dan dalam pelestarian pembangunan tentu meningkat karena disini yang
membangun adalah masyarakatnya itu sendiri, jadi mereka merasa harus menjaganya”
(Wawancara: Kamis, 29 September 2016, 13.12 WIB. Kantor Kecamatan Baros Kabupaten Serang).
k. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
“kalau dikatakan kesejahteraan masyarakat miskin meningkat keselurahan, tidak bisa
dikatakan keseluruhan meningkat. Karena disini anggaran untuk dana SPP saja hanya
25% dan otomatis tidak semua masyarakat atau Rumah Tangga Miskin menerima dana
SPP tersebut.
l. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Jawab : “kalau untuk pelembagaan dana bergulir masyarakat di kecamatan Baros ini
kurang, masih banyak paradigma masyarakat yang menganggap dana tersebut tidak
usah dikembalikan karena dana tersebut adalah uang pemerintah, jadi dana bergulir
tersebut mandet.
m. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
Jawab : “kalau dilihat dari anggaran yang berdasarkan perengkingan, skala prioritas
dari tiap-tiap desa. Kalau di PDPM Gerbang utama ini ada konsultannya yang
mengontrol pekerjaan fisik yaitu fasilitator teknik dan fasilitator kegiatan ditingkat
kecamatan, jadi sarana dan prasarananyapun menjadi lebih baik. Dari segi kualitas
dan segi waktu itu tepat sasaran, kalau dilihat dari anggaran tidak cukup namun karena
dari keterlibatan masyarakatnya tinggi jadi hasil sarana dan prasarananya pun
semakin bagus.
n. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : “kalau dari sisi kesehatan dan pendidikan di kecamatan baros tidak ada
alokasi dana perencanaan anggaran untuk itu, karena anggarannya yang kurang.
o. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : “tentu, karena program PDPM GERBANG UTAMA ini melibatkan masyarakat
dai tahap perencanaan sampai pelestarian pembangunan. Jadi masyarakat pun percaya
dan bisa bekerja sama yang baik dengan para pendamping desa.
p. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Jawab : faktor penghambatnya hanya di anggaran saja, keterbatasan anggaran yang
kurang yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginan masyarakat. Oleh
karena itu tidak semua desa mendapatkan dana dari PDPM ini, jadi hanya desa-desa
yang sudah layak juga mendapat rangking saja yang mendapatkan program bantuan
PDPM.
q. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Jawab : Strategi untuk menutupi keterbatasan anggaran disini yaitu melibatkan semua
masyarakat, seperti pembangunan sarana dan prasarana masyarakat tidak mendapat
bayaran kecuali tenaga ahli nya saja. Jadi anggaran untuk kuli atau yang membangun
sarana dan prasarana bisa ditutupi.
8. Sumber Daya
j. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Jawab : kalau di Kecamatan Baros ini kurang, seperti pegawai UPK pada tahun 2015 1,
dan tahun 2016 ini 2
k. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Jawab : semua terlibat dari masyarakat, organisasi yang dibentuk seperti UPK,
kelompok SPP Perempuan, karena program ini memang melibatkan semua masyarakat.
l. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
“Jawab : bentuk dukungannya ya berupa finansial, para pendamping diberikan gaji.
Gaji nya itu sesuai kinerja, kalau memang kinerja nya tepat waktu maka akan diberikan
gaji nya. Kalau kinerja belum selesai, gaji nya pun di pending
m. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
“Jawab : Bermacam-macam, ada yang SLTA, yang sarjana juga sudah banyak seperti
fasilitator teknik, fasilitator kegiatan itu kan harus yang kompeten yang memiliki
kemampuan dalam mengontrol setiap kegiatan.
n. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Jawab : tugas dan wewenang yang diberikan kepada para implementor sudah
dilaksanakan dengan baik
o. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : Dalam pengelolaan pembangunan semua masyarakat di Kecamatan Baros
terlibat, paling hanya tenaga ahli seperti fasilitator teknik dan fasilitator kegiatan yang
tidak berasal dari daerah Baros. Dari sumberdaya alamnya pun sebagian memakai
bahan material yang ada di Baros, namun pasti ada kekurangan. Oleh karena itu
membeli dari luar.
p. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Jawab : fasilitas sudah ada dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing Desa
q. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Jawab : kalau waktu sebenarnya cukup dalam setahun, namun keterlambatan dalam
menjalankan program memang terjadi, misalnya pembangunan jalan karena
permasalahan cuaca, akibatnya proses pembangunan terhambat.
r. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Jawab : pencapaian tugas masih kurang dalam hal administrasi, sering terjadi
keterlambatan pelaporan. Ini terjadi karena sumberdaya manusia yang sering berganti
diwaktu yang belum ditentukan.
9. Karakteristik Agen Pelaksana
d. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : “Tentu ada perbedaan pendapat, keinginan dari setiap stakeholder. Kemudian
dari segi kemampuan dan pengetahuannya pun berbeda karena dilatarbelakangi dari
kultur dan pendidikan yang berbeda. Dari pandangan saya, karena masih ada
stakeholder yang mengutamakan pemberian dana program ini kepada orang-orang
terdekat. Jadi keluarga atau orang-orang terdekat yang mendapatkan bantuan program
terlebih dahulu.
e. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : sejauh ini pelaksanaan program PDPM GERBANG UTAMA dalam hal
kegiatan sarana dan prasarana cukup baik, dan dalam pemeliharaan dana bergulir
memang belum ada kesadaran masyarakat yang baik dalam hal pengembalian dana
bergulir.
f. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Jawab : sudah sesuai, karena setiap pelaksanaan mengacu pada Peraturan Bupati
tersebut.
10. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
c. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : pengangkatan atau pemilihan para pelaksana program ada yang dipilih melalui
musyawarah Desa untuk tingkat Desa, ada yang melalui penunjukan langsung oleh
pemerintah yang berwenang namun penunjukan langsung tersebut didasari pada
kemampuan para pelaksana program.
d. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : sudah paham pastinya tentang isi kebijakan, karena memang setiap kegiatan
yang dilakukan harus berpacu pada kebijakan tersebut.
e. Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang digunakan
? pola top down atau bottom up ?
Jawab : sistematikanya bottom up yaitu sistematika usulan dari masyarakat. Karena
program ini melibatkan masyarakat dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi.
11. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
e. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : koordinasi nya baik dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa.
Koordinasi dilakukan oleh semua pelaksana kebijakan sesuai dengan tupoksinya
masing-masing. Koordinasi dilakukan ketika memang ada masalah yang perlu
diselesaikan, namun koordinasi rutin dilaksanakan pada saat musyawarah desa.
f. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : tentu sangat sesuai dengan manfaatnya, karena sosialisasi dan koordinasi
penting untuk menjalankan program agar sesuai dengan apa yang diharapkan.
g. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : tentu ada sosialisasi untuk pemahaman terhadap isi kebijakan program agar
program berjalan optimal, pihak yang terlibat yaitu dari pemerintah kabupaten,
kecamatan, pelaksana program dan masyarakat.
h. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : rutin, dilaksanakan satu tahun sekali untuk membahas permasalahan-
permasalahan yang ada di masyarakat agar bisa terselesaikan.
12. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
d. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : kondisi lingkungan ekonomi, sosial, dan politik di Kecamatan Baros sejauh ini
sudah mendukung adanya program. Dari segi ekonomi memang tidak terlalu banyak
oleh karena itu tidak semua desa di kecamatan baros merasakan program ini.
e. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Jawab : tentunya sangat mendukung, karena program ini adalah untuk mensejahterakan
masyarakat.
f. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : Masyarakat sangat senang dan berpartisipasi terhadap program
PDPM GERBANG UTAMA. Karena program ini melibatkan masyarakat
dari mulai perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
Tanda Tangan
Edi Sumardi,
S.Pd
MEMBER CHECK
Nama : Suhaeli
Jabatan : Kepala Desa Curug Agung
Waktu Wawancara : kamis, 8 Oktober 2016, 09.50 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Desa Curug Agung
Hasil Wawancara :
13. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
r. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Ya masyarakat disini sangat berpartisipasi dan kami yang terus menerus mengajak
masyarakat agar terlibat langsung baik dalam pelaksanaan pembangunan maupun
perencanaannya.”
s. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Alhamdulillah dengan adanya program gerbang utama ini, khususnya di desa curug
agung jadi ada perubahan walaupun tidak meningkat yang tinggi sekali.
t. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
kalau sampai saat ini program spp sangat membantu masyarakat, karena jadi ada
penambahan modal untuk yang mempunyai usaha. Program spp pun ada beberapa
kelompok yang mandet untuk pengembaliannya
u. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
alhamduliilah meningkat, misalnya sarana jalan yang tadinya tidak bisa dilewati roda
dua jadi bisa dilewati karena sudah layak.
v. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
kelurahan curug agung pernah mengajukan untu pembangunan sekolah PAUD, namun
tidak terealisasi. Karena dana memprioritaskan yang lainnya.
w. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
itu pasti membangun kepercayaan, karena sekarang kalau tidak ada keterbukaan
masyarakat itu masyarakat sulit percaya dan diajak bekerjasama dengan pemerintah.
Tapi karena program ini melibatkan asyarakat dan sifatnya terbuka jadi menumbuhkan
kepercayaan masyarakat.
x. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
bisa dikatakan hamper sesuai, namun disetiap pelaksanaan kan pasti ada saja
kendalanya tidak mungkin berjalan dengan mulus saja
y. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
keterlambatan dalam pencairan dana
z. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
kalau strategi demi kelancaran kegiatan memilih orang-orang yang bisa diandalkan
14. Sumber Daya
s. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Semua sudah bekerja dengan tupoksinya masing-masing
t. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
semua organiusasi yang sudah dibentuk sesuai dengan PTO itu yang terlibat
menjalankan program.
u. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
Dukungan dari segi ilmu berupa pelatihan dan berupa finansial untuk para pelaksana
kebijakan
v. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
tergantung, dilihat dari tugasnya kalau untuk fasilitator harus yang mempunyai
kemampuan yang lebih, jadi ada yang memang sarjana, SLTA, bahkan SLTP kalau
ditingkat desa
w. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
para pelaksana kebijakan pasti bekerja dengan baik, karena kalau tidak bisa bekerja
tidak akan dipilih jadi pelaksana kebijakan
x. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
untuk sumberdaya manusia dalam pembangunan sarana dan prasarana melibatkan
seluruh warga kampung setempat, namun untuk material membeli dari luar karena
tidak ada disini.
y. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
fasilitas sudah cukup menunjang untuk menjalankan program
z. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
biasanya kalau waktu pelaksanaan sudah sesuai dan tepat dalam menjalankan kegiatan
paling kelebihan waktu 2-3 hari. Itu dari keterlambatan bahan material jika habis dan
cuaca
aa. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
karena semua masyarakat aktif terlibat dalam menjalankan kegiatan, jadi pencapaian
tugas dijalankan dengan baik
15. Karakteristik Agen Pelaksana
g. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
karena setiap manusia mempunyai karakter dan sifat yang berbeda, jadi ada saja selisih
faham dari setiap pelaksana kegiatan.
h. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Alhamdulillah untuk sejauh ini berjalan dengan baik walaupun tidak terlalu mulus,
karena pasti ada saja kendalanya.
i. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
sudah sesuai ya memang tidak boleh menyalahi peraturan bupati
16. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
f. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
ada yang penunjukan langsung diberi SK, ada juga yang dipilih dari hasil musyawarah
desa.
g. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
pasti memahami karena memang sudah dibekali ilmu-ilmu terkait tugas para
implementor sebelumnya.
h. Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang digunakan
? pola top down atau bottom up ?
dari pendapat masyarakat, masyarakat yang terlibat, yang berpendapat dan
melaksanakan kegiatan juga
.
17. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
i. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
semua pelaksana kebijakan melakukan koordinasi sesuai dengan tugasnya masing-
masing dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten.
j. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
pasti bermanfaat, koordinasi itu penting untuk mengetahui apa yang belum
terselesaikan dan mengetahui apa yang menjadi kekurangan agar dapat diselesaikan
bersama.
k. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
sosialisasi dilakukan oleh pihak kabupaten kepada para pelaksana kebijakan
sekecamatan dan perwakilan masyarakat
l. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
iya rutin karena dari musrenbang bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan yang
harus diutamakan.
18. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
g. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
kondisi ekonomi memang belum kondusif, karena memang jumlah bantuan dana harus
dibatasi. Untuk kondisi social maupun poliitk sudah berjalan kondusif.
h. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Sebetulnya bukan penolakan pada dasarnya tidak ada yang menentang, sejauh ini para
stakeholder mendukung dan setuju dengan program yang ada.
i. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
pada dasarnya tidak ada yang menentang, sejauh ini masyarakat
mendukung dan setuju dengan program ini.
Tanda Tangan
Suhaeli
MEMBER CHECK lurah baros
MEMBER CHECK
Nama : Ahmad Suparlan
Jabatan : Lurah Baros
Waktu Wawancara : Jumat, 30 september 01.50 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Kelurahan Baros
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
aa. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
meningkat tentunya, masyarakat sangat antusias dalam mengikuti musyawarah
perencanaan untuk program PDPM GERBANG UTAMA ini ada semua terutama
kelompok perempuan yang mendapat dana spp”
bb. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat
alhamdulilah, program ini kita mengutamakan yang sangat membutuhkan. Program ini
kan tidak lepas dari program SPP untuk bantuan masyarakat.
cc. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
ada perubahan yang diharapkan semakin meningkat, di desa baros ini sekarang sudah
lancar untuk program SPP nya.
dd. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
kalau meningkat tidak, karena tidak sebanding dana yang diberikan dengan luas
wilayah.
ee. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
idak ada pengajuan di pendidikan dan kesehatan.
ff. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
sifatnya disini gotong royong, masyarakat terlibat dari awalnya sampai akhir jadi pasti
tingkat kepercayaannya juga semakin baik karena sifatnya terbuka.
gg. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
disini kebijakan dari peraturan bupati itu sudah sesuai, misalnya di program spp kalau
spp macet diberi sanksi tidak akan diberikan lagi. Jadi sudah sesuai mengikuti
kebijakan yang ada.
hh. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
menurut saya, berbelit-belit dalam hal administrasi. Memang bagus administrasi agar
jelas, namun untuk menjalankan programnya jadi terhambat karena harus menunggu
persetujuan dari administrasi yang banyak tangan.
ii. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
mengikuti prosedur yang ada saja, tidak ada strategi.
2. Sumber Daya
bb. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
sudah sesuai, sudah memegang masing-masing pekerjaannya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
cc. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
organisasi ada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) itu dibentuknya sekampung dan
lain-lain. Itu dibentuk oleh masyarakat dan hasil musyawarah juga
dd. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
mendapatkan gaji tergantung tugas dan fungsinya
ee. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
sudah banyak yang sarjana, ada SLTA juga, walaupun SLTA tetap memiliki kemampuan
karena ada pembinaan sebelumnya.
ff. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
sudah bekerja dengan bagus, karena sudah berpengalaman dari PNPM. Kebanyakan
implementornya lanjutan dari program PNPM
gg. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
iya memang yang bisa digunakan di daerah baros ya pastinya menggunakan
sumberdaya yang ada di baros, kalau memang tidak ada harus membeli dari luar.
hh. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Pemerintah sudah menyediakan fasilitas apa saja yang menjadi kebutuhan masing-
masing kelurahan
ii. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
sudah cukup kalau waktunya, hanya itu tadi karena administrasi yang banyak tangan
jadi lambat untuk menjalankan programnya.
jj. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Jawab : tugas terlaksana dengan baik dengn sumberdaya yang ada
3. Karakteristik Agen Pelaksana
j. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
paradigma setiap orang pasti berbeda, ada yang suka dan tidak suka setiap adanya
pembangunan. Misalnya dalam setiap membangun sarana dan prasarana ada saja yang
saling menyalahkan.
k. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
sejauh ini dilaksanakan dengan bagus, para pelaksana bekerja dengan bagus dasn
bertanggung jawab
l. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
sesuai, tidak boleh keluar dari peraturan bupati tersebut. Harus mengikuti prosedurnya
.
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
i. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
untuk perekrutan pegawai di desa semuanya tergantung pada saat musyawarah Desa.
Yang penting perekrutannya harus sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan yang
dimilikinya asal jangan asal merekrutnya.”
j. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
sudah paham pastinya karena adanya sosialisasi terhadap para pelaksana kebijakan
k. Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang digunakan
? pola top down atau bottom up ?
pola di program ini yaitu pola yang melibatkan masyarakat
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
m. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
setiap pelaksana kebijakan mempunyai tupoksinya masing-masing dan koordinasinya
juga sesuai dengan PTO, siapa harus berkoordinasi dengan siapa. Koordinasi
dilakukan saat laporan pekerjaan dari pelaksana kebijakan dari tingkat desa sampat
pelaksana kebijakan tingkat kabupaten
n. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
karena memang harus ada komunikasi yang baik untuk menjalankan kegiatan, jadi pasti
bermanfaat.
o. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
ada sosialisasi dari pihak kabupaten melakukan sosialisasi kepada para pelaksana
kebijakan dan masyarakat
p. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
rutin, karena menyangkut permasalahan desa. Agar mengetahui apa yang dibutuhkan
dan harus diutamakan
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
j. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
kondisi masyrakat yang kondusif baik itu dari segi ekonomi, keadaan sosial dan politik
sangat mempengaruhi kebijakan ini.
k. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
semua mendukung, karena mensejahterakan semuanya.
l. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
masyarakat menerima dengan baik dan merasa senang karena ingin
pembangunan yang lebih baik.
Tanda Tangan
Ahmad Suparlan
MEMBER CHECK Fasilitator Kegiatan
Nama : Usep dadang S.T
Jabatan : coordinator Fasilitator kegiatan Kabupaten Serang
Waktu Wawancara : Selasa, 15 November 2016, 09.22 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor Fasilitator Kabupaten
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : dalam program ini memang masyarakat adalah sebagai pelaku pembangunan.
Maksudnya adalah masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pelestarian pembangunan. Maka dari itu partisipasi masyarakat miskin,
kelompok perempuan pun meningkat. Karena program ini membuka usulan-usulan
masyarakat agar mengemukakan apa yang menjadi kebutuhannya.
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : “kalau untuk ukuran kesejahteraan masyarakat memang tidak dapat diukur dari
satu faktor saja, namun dilihat dari berbagai faktor. PDPM GERBANG UTAMA dalam
upaya mensejahterakan masyarakat diantaranya meningkatkan sarana dan prasarana
dalam rangka mendukung masyarakat dalam memfasilitasi pembangunan diidesanya
misalnya pembangunan jalan yang menghubungkan satu desa dengan desa yang lainnya,
dalam bidang kesehatan dengan mnyediakan air bersih. Dan yang kedua yaitu dengan
memberikan dana bergulir kepada masyarakat untuk modal usaha. Jadi harapan program
memang meningkat.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : Pelembagaan dana begulir memang memiliki tujuan agar akses ekonomi
terhadap rumah tinggi miskin meningkat, dengan memberikan modal dan masyarakat
bisa mempunyai modal tambahan untuk usahanya. Walaupun tidak semua rumah tangga
miskin di Baros mendapatkannya karena anggaran dana yang terbatas.
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang menjadi lebih baik?
Jawab : sudah pasti dengan adanya pembangunan akan menjadi lebih baik,
meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung masyarakat dalam
memfasilitasi pembangunan didesanya misalnya pembangunan jalan yang
menghubungkan satu desa dengan desa yang lainnya, dalam bidang kesehatan dengan
menyediakan air bersih dan pembangunan yang lainnya.
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : sudah pasti, karena program ini memang melibatkan masyarakat dari proses
perencanan hingga evaluasi, maka dari itu tingkat transparansi dan kegotoongroyongan
pun lebih baik. Masyarakat harus
f. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan di Kecamatan
Baros?
Jawab : secara keseluruhan sudah sesuai, hanya saja dalam pengumpulan dokumen
sering terlambat tidak sesuai waktu yang sudah ditentukan Petunjuk Teknis
Operasional.
g. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Jawab : Pemerintah membantu menyediakan fasilitas dari segi mencukupi alat
pendukung yang dibutuhkan pelaksana program, dan fasilitas yang disediakan sudah
cukup untuk lancarnya dalam menjalankan program.
h. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Jawab : sebetulnya kebijakan ingin memberikan kelancaran dalam memberikan
program, yang sering menjadi kendala itu paradigma atau cara berpikir baik
pemerintahan desa maupun masyarakat yang diantaranya masih ada yang berpikir kalau
bantuan dari pemerintah tidak usah dikembalikan.
i. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Jawab : PDPM GERBANG UTAMA ini memiliki konsultan atau fasilitator yang
memang memiliki tugas untuk mensosialisasikan bahwa program ini bukan hanya miliki
elit-elit politik saja, bukan hanya milik pemerintah baik dari tingkat desa sampai
kabupaten saja, namun program ini adalah program yang mengharuskan masyarakat
harus terlibat dalam pembangunan agar program ini berjalan optimal. Strategi yang lain
adalah musyawarah melalui pendekatan religi yaitu apabila hutang tetap hutang sampai
kapanpun harus dibayar.
2. Sumber Daya
a. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Jawab : Implementor sudah sesuai dengan tupoksinya, namun karena pertengahan
jabatan ada yang berhenti sebelum waktunya, akibatnya ada implementor yang kosong
atau tidak ada.
b. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Jawab : kalau dalam menjalankan program hanya organisasi yang sudah dibentuk saja
dalam hal ini organisasi formal sesuai Petunjuk Teknis Operasional.
c. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
Jawab : “semua implementor atau pelaksana kegiatan mendapat gaji dalam hal ini
dukungan finansial yang berbeda sesuai dengan tugas dan fungsinya.
d. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
“Jawab : “latar belakang pendidikan untuk yang ditingkat desa itu memang banyak yang
hanya lulusan SLTA, tetapi untuk ditingkat kabupaten, kecamatan, dan fasilitator yang
memang harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam hal melaksanakan
program tentunya berlatar belakang sarjana.”
e. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Jawab : kemampuan kinerja para implementor sudah tidak diragukan lagi, karena
memang para implementor mendapatkan pembinaan untuk menjalankan program juga
kebanyakan para implementor berpengalaman dalam program-program seperti PDPM
GERBANG UTAMA ini.
f. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : memang dalam program ini mengutamakan sumberdaya yang ada di Kecamatan
Tersebut baik itu sumberdaya manusia maupun sumberdaya materil, namun karena
implementor harus memiliki keahlian atau harus yang berkompeten jadi di kecamatan
baros memiliki implementor diluar daerah baros. Untuk sumberdaya materil diutamakan
dari baros, namun apabila masih kekurangan mau tidak mau harus membeli diluar.
g. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Jawab : kalau waktu dalam setahun itu sudah efisien dan memang sudah diperhitungkan
agar program berjalan dengan baik.
h. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia di Kecamatan Baros?
Jawab : pencapaian tugas dalam sarana dan prasarana sudah tepat waktu. Namun dalam
pencapaian tugas dalam hal pelaporan tidak tepat waktu ini karena adanya pergantian
pengurus yang mengakibatkan dokumen tidak utuh dan lambat dalam pengumpulan
dokumen.
4. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros?
Jawab : Di kecamatan Baros ini karakteristiknya pelaksana programnya sudah cukup
baik dan bisa dilihat dari latarbelakang pendidikannya dan sudah sesuai dengan
bidangnya masing”.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini di Kecamatan
Baros?
Jawab : sejauh ini pelaksanaan program PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan
Baros, memang belum terlalu optimal. Seperti dalam hal pelaporan, kelengkapan
dokumen sangat lambat. Ini dikarenakan sering adanya pergantian petugas sebelum
masa jabatannya habis. Dalam hal pengembalian dana nya pun di Kecamatan Baros
masih kurang, masih sering terjadi penunggakan.
c. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Jawab : iya, sudah sesuai karena para implementor melaksanakan tugasnya sesuai
dengan Petunjuk Teknis Operasional.
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : Dalam pengangkatan pelaksana kebijakan di PDPM GERBANG UTAMA ini
sebenarnya kebanyakan orang-orang yang sudah berpengalaman di program sebelumnya
yaitu PNPM Mandiri Pedesaan, adapaun cara pengangkatan atau pemilihan nya dengan
cara musyawarah dan ditunjuk langsung dengan melihat kemampuan yang dimiliki
sesuai dengan bidangnya.
b. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : para implementor dipilih tidak sembarangan terutama dipihak Kabupaten,
tentunya orang-orangnya memang sudah memiliki pengalaman dan paham terhadap isi
kebijakan PDPM GERBANG UTAMA. Juga terdapat pembinaan terhadap para
implementor tentang isi daroi kebijakan program.
c. Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang digunakan
? pola top down atau bottom up ?
Jawab : sitematika dari kebijakan program ini adalah bottom up planning, maksudnya
adalah kebijakan dari bawah keatas. Program ini mekanismenya untuk usulan-usulan.
Masyarakat dipersilahkan berpartisipasi langsung untuk mengemukakan usulan-
usulannya dalam musyawarah yang kemudian dimusyawarahkan dampak dan tujuannya.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : koordinasi antara para impelementor kebijakan lancar, karena memang sudah
diatur sedemikian rupa melalui petunjuk teknis operasional sesuai dengan tupoksinya
masing-masing. Menyelesaikan masalah yang ada secara berjenjang, kalau memang
permasalahan kecil masih bisa diselesaikan diitngkat desa, cukup koordinasi ditingkat
desa, kalau memang tidak bisa naik ke tingkat kecamatan, dan kalau tidak bisa
diselesaikan di kecamatan diselesaikan diitingkat kabupaten.
b. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : koordinasi dan sosialisasi dalam program PDPM GERBANG UTAMA ini
sudah terjadwalkan dengan baik melalui Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (RKTL), jadi
sudah ada alur-alurnya.
c. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : sosialisasi itu menjadi rencana kegiatan tindak lanjut dalam program ini.
sosialisasi untuk pemahaman terhadap isi kebijakan program agar program berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Semua pihak terlibat terutama masyarakat, karena
program ini menjadikan masyarakat sebagai pelaku pembangunan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian sampai evaluasi.
Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : pastinya harus rutin, karena memang setiap permasalahan yang ada harus
dimusyawarahkan yang kemudian masyarakat bisa usulkan apa yang menjadi kebutuhan
dari desanya. Yang kemudian bisa dimusyawarahkan usulan mana yang harus
diutamakan.
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : kondisi lingkungan ekonomi, sosial, dan politik di Kecamatan Baros sejauh ini
sudah kondusif. Mengenai unsur politik semua program pasti akan melewati politis,
karena pasti dalam anggaran harus disetujui oleh pihak legislative yaitu DPRD yang
menyetujui anggaran yang harus dilkeluarkan untuk mendukung adanya program ini.
b. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Jawab : pastinya semua pihak mendukung program yang memang untuk kesejahteraan
masyarakat.
c. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : sejauh ini saya lihat respon masyarakat sangat baik terhadap
program ini, dapat dilihat dari partisipasi masyarakat yang baik.
Tanda Tangan
Usep Dadang S.T
MEMBER CHECK
Nama : Badri
Jabatan : Kepala UPT Desa Curug Agung Kecamatan Baros
Waktu wawancara : Kamis, 8 oktober 2016, 11.20 WIB
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Jawab : iya, karena dalam program ini masyarakat dilibatkan dari awal
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : dikatakan kesejahteraan meningkat yang mendapat dana spp pasti ada
perbedaan sebelum mendapatkan dana tersebut misalnya yang punya warung jadi penuh
barang jualannya.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Jawab : untuk dana SPP dikecamatan baros ini masih kurang lancar dalam
pengembaliannya
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
Jawab : pastinya menjadi lebih baik karena ada pembangunan
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : kalau dana untuk kesehatan dan pendidikan tidak menjadi pengajuan di
kecamatan baros ini.
f. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : iya, karena kegiatannya melibatkan masyarakat lebih terbuka
g. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
Jawab : sejauh ini sudah sesuai
h. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Jawab : hanya di keterlambatan dalam pengembalian dana SPP saja sejauh ini
i. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Jawab : ada sanksi yang diberikan kepada anggota penerima bantuan dana SPP
2. Sumber Daya
a. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Jawab : iya, saya sudah lama di TPK sejak program PNPM, kerjanya bagus dan bareng-
bareng
b. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Jawab : organisasi yang sudah diformalkan oleh pemerintah saja.
c. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
“Jawab : mendapat gaji, agar yang bekerja semangat
d. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
“Jawab : ada yang SMA ada juga yang sarjana, tapi kalau fasilitator memang sarjana
karena harus memiliki ilmu yang sesuai dengan bidangnya.
e. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Jawab : bekerja dengan baik karena saya dan teman-teman pelaksana yang lain
kebanyakan memang sudah berpengalaman dari program sebelumnya yaitu PNPM MPd.
f. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : untuk pembangunan sarana dan prasarana semua masyarakat di Kecamatan
Baros bergotong royong, tenaga ahli seperti fasilitator teknik dan fasilitator kegiatan
yang tidak berasal dari daerah Baros. Dari sumberdaya alam ada yang dari baros ada
yang dari luar, kalau dari luar semacam beli batu, pasir, sewa molen.
g. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Jawab : fasilitas sudah ada, tinggal digunakan saja
h. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Jawab : waktu yang ditentukan sudah pas untuk menjalankan program
i. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Jawab : sudah baik, sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : karakteristik setiap orang-orang pastinya tidak akan sama dan pasti ada
perbedaan pendapat. Juga akan lebih mengutamakan diri sendiri dan orang-orang
terdekatnya.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : sudah baik dan lancar
c. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Jawab : tentunya harus sesuai tidak boleh keluar dari aturan kebijakan yang sudah
ditentukan
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : dipilih pada saat musyawarah
b. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : sudah memahami karena isi kebijakannya juga tidak beda jauh dengan program
sebelumnya.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : koordinasi berjalan dengan baik dari pihak kabupaten sampai desa
b. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : sudah pasti, tanpa koordinasi dan sosialisasi yang baik, program tidak akan
berjalan dengan baik
c. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : ada, sosialisasi untuk pembinaan kepada para pelaksana kebijakan
d. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : rutin, karena penting untuk menampung aspirasi masyarakat
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : ekonomi, social dan politik sudah mendukung adanya program
d. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Jawab : sangat mendukung
e. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : kalau ada bantuan tentunya masyarakat sangat menerima dengan
senang
Tanda Tangan
Badri
MEMBER CHECK
Nama : Bustomi S.Pd
Jabatan : Ketua UPK Kecamatan Baros
Waktu wawancara : Senin, 12 oktober 2016, 08.40 WIB
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Jawab :“Iya pasti melibatkan masyarakat, dalam kebijakan ini masyarakat berperan
dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : iya pasti meningkat kalau dana bergulir atau SPP lancar berarti ada peningkatan
karena pengembaliannya lancar dan otomatis usaha yang dijalankan juga ada
peningkatan.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Jawab : untuk dana bergulir di kecamatan baros ini masih ada beberapa kelompok yang
tidak tepat waktu dalam pengembaliannya. Karena masih banyak yang berpikir uang
pemerintah memang untuk membantu masyarakat dan tidak dikembalikanpun tidak
masalah.
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
Jawab : iya menjadi lebih baik, sayangnya tidak menyeluruh karena keterbatasan
anggaran.
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : tidak ada alokasi untuk kesehatan atapun pendidikan, pernah ada pengajuan
pembangunan PAUD namun tidak disetujui karena ada pembangunan yang memang
harus diutamakan.
f. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : masyarakat baros memang pernah dikecewakan karena pernah ada
penyelewengan pada saat program sebelumnya yaitu PNPM. Namun dalam program ini
karena sifatnya terbuka diharapkan masyarakat bisa kembali percaya kepada
pemerintah. Dan sifat gotong royong Alhamdulillah masyarakat disini sangat
bekerjasama dalam pembangunan untuk daerahnya.
g. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
Jawab : iya sudah sesuai, pelaksanaan mengikuti prosedur yang ada.
h. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Jawab : anggaran yang minim, akibatnya yang mendapat dana untuk SPP khususnya
tidak semua.
i. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Jawab : iya paling dananya digilir setiap tahunnya, agar semuanya kebagian.
2. Sumber Daya
a. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Jawab : Di UPK ini sekarang sudah 3 orang, ketua, bendahara dan sekretaris. Pada tahun
2015 pernah hanya satu orang dan itu yang menyebabkan keterlambatan dalam
pelaporan karena pekerjaan dilakukan sendiri. namun akhirnya bertambah jadi dua
orang dan Alhamdulillah sekarang sudah 3 orang.
Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Jawab : hanya organisasi yang sudah diformalkan saja pada saat musyawarah desa dan
sudah ada di PTO.
b. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
Jawab : adanya pelatihan, pembinaan, sosialisasi dan pemahaman mengenai program
PDPM GERBANG UTAMA
c. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
Jawab : sudah banyak yang sarjana dan pastinya memiliki kemampuan dibidangnya
masing-masing. Kalau di UPK ini saya sendiri sarjana pendidikan, bendaharanya sarjana
ekonomi dan sekretarisnya sedang kuliah SI jurusan bahasa inggris.
d. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Jawab : “kalau untuk pegawai disini saya rasa bisa dikatakan baik hal ini dapat dilihat
dari latarbelakang pendidikannya, meskipun keilmuannya tidak sesuai, paling tinggal
butuh pelatihan-pelatihan agar jadi implementor yang sesuai dengan yang diharapkan.”
e. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : untuk sumberdaya manusia memang rata-rata asli daerah baros, namun
fasilitator teknik dan fasilitator kegiatannya bukan dari daerah baros. Tapi kalau untuk
pembangunan tidak memakai tenaga kerja dari luar karena semua masyarakat baros
bergotong royong
f. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Jawab : “Disini untuk fasilitas sudah memadai, kami punya komputer, printer jadi saya
rasa untuk sarana dan prasarana sudah mendukung untuk kebijakan ini.”
g. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Jawab : sebenarnya waktu yang ditentukan dalam menjalankan program sudah cukup,
namun pernah ada keterlambatan dalam pelaporan karena kekurangan sumberdaya
manusia.
h. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Jawab : kalau untuk pencapaian tugas karena sekarang sudah ada 3 orang pegawai di
UPK semoga tidak ada keterlambatan lagi.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : “Pelaksana program bisa dikatakan baik dari segi disiplin dan kepatuhannya
terhadap prosedur yang ada. Dan memang disesuaikan dengan bidangnya dan telah
banyak pengalaman.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : semakin kesini semakin baik dari implementornya, masyarakatnya juga.
c. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Jawab : sudah sesuai mengacu pada Peraturan Bupati tersebut.
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : kalau saya dipilih pada saat musyawarah desa dan pelaksana kebijakan yang
lain pun dipilih pada saat musyawarah desa. Dan tentunya dilihat dari pengetahuan dan
kemampuannya.
b. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : sudah memahami karena diadakan sosialisasi, pelatihan dan pembinaan
tentang PDPM GERBANG UTAMA.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : “Komunikasi kita berjalan dengan baik dari tingkat kabupaten sampai tingkat
desa, adapun komunikasi yang dilakukan yaitu dengan cara sosialisasi atau pelatihan
yang diberikan kepada perangkat desa selaku implementor utama dalam kebijakan ini.”
b. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : “sudah ada manfaatnya dengan melakukan sosialisasi, para implementor akan
melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar sesuai dengan isi kebijakan.
c. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : sosialisasi dilakukan oleh fasilitator dari kabupaten dan semua pelaksana
kebijakan tingkat desa, kecamatan mengikutinya.
d. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : Alhamdulillah rutin untuk membahas masalah bersama dan tentunya untuk
pemecahan masalah
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab: kondisi ekonomi, sosial dan politik sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan
ini dan di Kecamatan Baros masyarakatnya dalam segi ekonomi belum terlalu kondusif,
misalnya masih banyak kelompok SPP yang lambat dalam pengembalian dana. keadaan
sosial dan politik karena dapat dilihat dari dukungan masyarakat kepada kami dalam
setiap kebijakan atau program yang akan kami jalankan semua masyarakat sangat
mendukung.”
b. Bagaimana dukungan para partisipan Ke\]\bijakan Program PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau
mendukung?
Jawab : sejauh ini tidak ada yang menolak, semua mendukung karena ini bersifat positif
c. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : ”apapun kebijakannya kalau untuk kebaikan dan kesejahteraan
masyarakat pasti dukung sepenuhnya”
Tanda Tangan
Bustomi, S.Pd
MEMBER CHECK
Nama : Abdul Latif
Jabatan : Fasilitator kegiatan Kecamatan Baros
Waktu Wawancara : kamis, 29 September 2016, 04.35 WIB
Lokasi Wawancara : Rumah kediaman Bapak abdul latif
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Jawab : “iya masyarakat dilibatkan dengan mengikuti musrenbang yang mana disitu
seluruh aspirasi masyarakat bisa ditampung, dan masyarakat baros sangat berpartisipasi
dalam pembangunan daerahnya.”
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : lebih cocoknya dikatakan ada perubahan pastinya dari sebelumnya.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Jawab : iya ada perubahan ketersediaan akses ekonomi tentunya, bisa dikatakan
meningkat atau ada perubahan kalau memang kelompok perempuan itu lancar dalam
pengembalian, berarti usaha yang dijalani juga lancar.
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
Jawab : tentunya menjadi lebih baik karena ada pembangunan walaupun tidak semua
sarana dan prasarana yang masyarakat ajukan dapat dipenuhi.
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : sepertinya tidak ada dana untuk kesehatan ataupun pendidikan yang menjadi
skala prioritas utama di baros ini.
f. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab :
g. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
Jawab : kadang tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan di musrenbang,
seperti pembangunan yang semula sudah disepakati begini pada hasil akhirnya malah
tidak sesuai.
h. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Jawab : system pencairan dana yang diakhir, jadi kami harus menyediakan material
menggunakan uang yang ada di desa terlebih dahulu kemudian dana baru disalurkan.
i. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Jawab : paling hanya sebisa mungkin mempunyai anggaran desa yang cukup untuk
membeli kebutuhan material dan yang lainnya.
2. Sumber Daya
a. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Jawab : Di Baros ini tidak ada fasilitator teknik dikarenakan fasilitator teknik
mengundurkan diri sebelum waktunya. Jadi masih belum lengkap impelementornya dan
otomatis harus dilimpahkan kepada fasilitator Kabupaten
b. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Jawab : hanya organisasi yang sudah tertera di PTO saja yang terlibat menjalankan
program.
c. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
Jawab : dukungan berupa ilmu pemahaman mengenai PDPM GERBANG UTAMA,
pelatihan, dan dukungan berupa finansial tentunya untuk meningkatkan semangat kerja
d. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
Jawab : berbeda-beda, ada yang hanya tamatan SLTA kalau untuk impelementor
ditingkat desa, namun sudah banyak yang sarjana dan sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Seperti saya fasilitator berlatar pendidikan teknik sipil kan sesuai dengan bidang
yang saja kerjakan.
e. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Jawab : “kalau untuk implementor disini saya rasa bisa dikatakan sudah menjalankan
tugasnya dengan baik. hal ini dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, meskipun
keilmuannya ada yang tidak sesuai dengan bidangnya, namun impelementor dibekali
pelatihan-pelatihan agar jadi pelaksana kebijakan yang sesuai dengan yang diharapkan.”
f. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : Dalam program PDPM ini memang bertujuan meningkatkan partisipatif
masyarakat, dengan memberdayakan masyarakat dalam setiap prosesnya. Dan untuk
pembangunan di daerah baros ini tidak membayar atau memakai tenaga ahli bangunan,
semua masyarakat baros yang ikut dalam pembangunan di desa nya.
g. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Jawab : fasilitas yang dibutuhkan sudah cukup untuk menjalankan program
h. Bagaimana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Jawab : sudah sangat cukup waktu yang sudah ditentukan untuk menjalankan program.
Hanya tinggal sumberdaya manusianya saja yang memang harus tepat waktu agar
program berjalan sesuai yang ditentukan.
i. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Jawab : pencapaian tugas masih kurang dalam hal administrasi, sering terjadi
keterlambatan pelaporan. Ini terjadi karena sumberdaya manusia yang sering berganti
diwaktu yang belum ditentukan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : “pelaksana program sudah bekerja dengan baik sesuai dengan tupoksinya
masing-masing. Mereka sudah memiliki kemampuan dibidangnya karena memang
banyak pelaksana program yang sudah berpengalaman dalam program yang sama
mengenai pemberdayaan.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : untuk pembangunan berjalan lancar sebagaimana mestinya, meski ada yang
tidak sesuai dengan perencanaan namun bisa diselesaikan. Dan terdapat masalah di
program dana bergulir (SPP) kecamatan baros ini termasuk yang rendah dalam
pengembalian dana yang tepat waktu.
c. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Jawab : sesuai, karena tidak mungkin menyalahi peraturan yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan teknis para impelementor harus sesuai dengan perbup. Kalau menyalahi
aturan ya ada sanksi nya.
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : kalau dari perangkat desa dipilih berdasarkan hasil keputusan masyarakat di
musyawarah desa. Dan kalau untuk fasilitator kabupaten itu penunjukan langsung dari
pemerintah Kabupaten dan tentunya sudah dipertimbangkan berdasarkan kemampuan di
bidangnya. Termasuk saya juga ditunjuk langsung oleh pemerintah Kabupaten untuk
menjadi fasilitator di Kecamatan Baros.
b. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : karena dari awal sudah diberikan pelatihan dan pemahaman mengenai kebijakan
PDPM GERBANG UTAMA pastinya mereka sudah paham. dan diberikan buku
panduan kebijakan, agar para implementor lebih memahaminya.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : sejauh ini komunikasi atau koordinasi antara stakeholder berjalan dengan baik.
Apalagi jaman sekarang sudah modern jadi tidak sulit untuk komunikasi.
b. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : sudah sesuai, dengan adanya koordinasi dan sosialisasi selain memahami antar
stakeholder juga memudahkan kebijakan berjalan sebagaimana mestinya.
c. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : saat sosialisasi semua perangkat desa harus mengikutinya, pemerintah
kabupaten dan fasilitator kabupaten yang mengarahkan sosialisasi.
d. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : rutin, dan memang sudah ada di Rencana Pembangunan jangka Menengah
daerah Kabupaten.
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : kondisi sosial, dan politik sejauh ini sudah kondusif. Pemerintah dan masyarakat
bekerjasama dengan baik untuk keberhasilan kebijakan. Namun kondisi ekonomi belum
terlalu mencukupi dan menyeluruh.
b. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Jawab : sejauh ini tidak ada yang menentang ataupun menolak terhadap program ini.
Masyarakat dan stakeholder sangat berpartisipasi dalam program ini.
c. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : tentunya masyarakat sangat abntusias mengenai program
pemberdayaan, karena memang program ini untuk membantu
kesejahteraan masyarakat.
Tanda Tangan
Abdul Latif
MEMBER CHECK
Nama : Edi Supriyadi
Jabatan : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD
Waktu Wawancara : kamis, 29 September 2016, 12.14 WIB
Lokasi Wawancara : Rumah kediaman Bapak Edi
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Jawab : “Sangat meningkat, masyarakat Rumah Tangga Miskin dan Kelompok
Perempuan ada dan berpartisipasi dalam proses perencanaan karena setiap kampung
ingin menyampaikan apa yang menjadi permasalahan di kampungnya .”
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : kalau dilihat dari aspek pembangunan ada perubahan, itu kan bisa termasuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mana membangun yang menjadi
kebutuhan masyarakat, untuk dana SPP pun walaupun tidak semua yang mendapatkan
pasti ada perubahan pada masyarakat nya.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Jawab : menurut saya biasa saja, karena memang yang mendapatkan dana SPP tidak
semua masyarakat miskin medapatkannya. Dan kelompok yang mendapatkan dana SPP
tidak digilir, seharusnya kelompok yang sudah pernah mendapatkan tidak
mendapatkannya lagi, bergilir dengan ibu-ibu yang lain.
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di Kabupaten
Serang menjadi lebih baik?
Jawab : iya kalau ada pembangunan tentunya menjadi lebih baik, namun kadang
pembangunan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : Di Kecamatan Baros tidak ada anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan atau
pun pendidikan.
f. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : karena masyarakat terlibat dalam setiap proses dari PDPM ini maka menurut
saya membangun sifat kegotongroyongan, tingkat kepercayaan nya pun menjadi lebih
percaya karena sifatnya terbuka.
g. Bagaimana kesesuaian kebijakan dengan kondisi pelaksanan kebijakan?
Jawab : sejauh ini sudah sesuai dengan kebijakan
h. Apakah yang menjadi Faktor penghambat kebijakan?
Jawab : keterbatasan anggaran yang membuat pembangunan dilakukan tidak
menyeluruh
i. Apakah strategi yang digunakan pelaksana kebijakan dalam menghadapi hambatan
program tersebut?
Jawab : dengan merengking dan mengutamakan desa yang memang benar-benar sangat
membutuhkan
2. Sumber Daya
a. Apakah Jumlah sumber daya manusia dari para implementor sudah sesuai dengan
tupoksinya?
Jawab : implementor sudah bekerja sudah sesuai dengan tupoksinya namun jumlah
implementor di Baros masih ada yang kosong dan otomatis dibebankan kepada yang
lain.
b. Siapa saja yang terlibat dalam menjalankan Program (organisasi formal dan organisasi
informal)?
Jawab : yang terlibat hanya organisasi formal yang sudah tercantum dalam PTO.
c. Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan terhadap pendamping maupun operator
PDPM GERBANG UTAMA?
Jawab : diberikan sosialisasi pemahaman dan pelatihan tentang PDPM GERBANG
UTAMA agar para implementor bekerja dengan baik.
d. Apakah Latar belakang pendidikan para implementor?
Jawab : untuk implementor perangkat desa memang banyak yang hanya lulusan SLTA,
dan untuk implementor tingkat kecamatan dan kabupaten memang memiliki gelar
sarjana.
e. Bagaimana kemampuan kinerja para implementor?
Jawab : para implementor sejauh ini bekerja dengan baik, kemampuannya sudah tidak
diragukan lagi karena memang sebelumnya sudah dibekali pelatihan dan sosialisasi
pemahaman kebijakan.
f. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : dalam program ini memang mmeberdayakan sumberdaya lokal baik dalam
sumberdaya manusia, sumberdaya material, kalau untuk pembangunan semua
masyarakat baros yang terlibat dalam pembangunan, kami tidak membayar tenaga ahli
bangunan, namun untuk material karena tidak ada di Baros otomatis harus membeli dari
luar untuk kelengkapan bahan material.
g. Bagaimana pemerintah mencukupi fasilitas (sarana/prasraana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Jawab : fasilitas sudah ada dari pemerintah dan tidak ada masalah
h. Bagaimanana kecukupan waktu dalam menjalankan program?
Jawab : sudah cukup waktu yang ditentukan
i. Bagaimana pencapaian tugas dengan sumber daya yang tersedia?
Jawab : kurang tepat waktu, karena keterlambatan dalam administrasi. Karena untuk
pengajuan pembangunan harus ada dokumen pengajuan terlebih dahulu, dan semakin
cepat proses administrasi maka semakin cepat untuk persetujuan pembangunan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana karakteristik Stake holder (pelaksana program) dalam PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : ”kalau untuk pelaksana program disini saya rasa bisa dikatakan baik hal ini
dapat dilihat dari latarbelakang pendidikannya, meskipun keilmuannya tidak sesuai
dengan bidangnya, namun dibekali ilmu melalui pelatihan-pelatihan agar jadi pelaksana
kebijakan yang mempunya kinerja yang baik.
b. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : sejauh ini program sudah berjalan dengan baik meskipun masih ada kekurangan
misalnya dalam hal keterlambatan administrasi tadi, keterlambatan dalam pengembalian
dana SPP.
c. Apakah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh para implementator sudah sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 7 tahun 2015 tentang PDPM GERBANG UTAMA
tersebut?
Jawab : memang harus sesuai dan tidak boleh ada yang melaksanakan kegiatan apapun
diluar peraturan Bupati tersebut. Karena Perbup tersebut sebagai acuan dari pelaksanaan
kebijakan
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : kalau untuk pemilihan pelaksana kebijakan perangkat desa dipilih pada saat
musyawarah desa.
b. Bagaimana pemahaman para implementor mengenai isi kebijakan PDPM GERBANG
UTAMA?
Jawab : kalau mengenai pemahaman terhadap kebijakan sudah tidak diragukan lagi
karena memang sudah ada sosialisasi dan pelatihan yang berguna untuk pemahaman
para implkementor terhadap isi kebijakan.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : komunikasi sudah berjalan dengan baik, karena memang harus terjalin
komunikasi yang baik agar program tersebut berjalan dengan semestinya.
b. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : sangat bermanfaat, karena tanpa adanya sosialisasi dan koordinasi tidak akan
ada hubungan yang baik antara para pelaksana kebijakan, antara pemerintah dengan
pelaksana kebijakan, dan pemerintah dengan masyarakat
c. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : pasti ada sosialisasi untuk pemahaman kepada para pelaksana kebijakan juga
masyarakat.
d. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : tentu, untuk pendekatan antara pemerintah dengan masyarakat salah satunya
melalui musrenbang. Karena pemerintah bisa mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat.
6. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik dalam implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : kondisi ekonomi belum menyeluruh semua desa mendapatkan dana, dan untuk
kondisi social dan politik sudah mendukung adanya program dan berjalan dengan
kondusif.
b. Bagaimana dukungan para partisipan Kebijakan Program PDPM GERBANG UTAMA
di Kecamatan Baros Kabupaten Serang (stakeholder), yakni menolak atau mendukung?
Jawab : tidak ada yang menolak, semua mendukung program ini untuk kesejahteraan
masyarakat
c. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : ”kami sangat mendukung, asal sosialisai kepada kaminya benar-
benar sampai kami memahami isi kebijakan tersebut jangan hanya sekali
atau dua kali tapi sampai kami memahami agar kami dapat melaksanakan
kebijakan dengan baik.”
Tanda tangan
Edi supriyadi
MEMBER CHECK
Nama : Erwin Setiawan
Jabatan : Tokoh Masyarakat
Waktu Wawancara : Senin, 03 oktober 03.45 WIB
Lokasi Wawancara : Rumah kediaman Bapak Erwin
Hasil Wawancara :
1. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
a. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Jawab : Ya kami ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh desa
baik dalam perencanaan di musyawarah desa, aspirasi kami ditampung dan dalam
pembangunannyapun kami dilibatkan.
b. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : saya tidak merasa kesejahteraan perekonomian saya meningkat, karena saya
tidak menerima dana apapun, istri sayapun tidak mendapat dana dari program tersebut.
Namun kesejahteraan kan tidak dilihat dari program SPP saja, dilihat dari sarana dan
prasrana yang diperbaiki pun menjadi tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
c. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang menjadi lebih baik?
Jawab : iya kalau ada pembangunan ya pasti menjadi lebih baik dari sebelumnya,
misalnya jalan yang tadinya rusak jadi lebih bagus.
d. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : kalau dari musyawarah desa yang saya ikuti, tidak ada dana untuk pendidikan
ataupun kesehatan. Sempat ada yang mengajukan untuk pembangunan PAUD namun
ada pembangunan lain yang lebih diutamakan.
e. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : dikatakan percaya sepenuhnya sih tidak, namun program ini sifatnya terbuka
dari anggaran yang digunakan untuk apa saja. Jadi menumbuhkan rasa kepercayaan
masyarakat.
2. Sumber Daya
a. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : kami masyarakat ikut aktif terlibat dalam pembangunan, tidak membayar tenaga
kerja, disini seluruh masyarakat yang menjadi tenaga kerja nya.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : lancar-lancar saja yang saya ketahui, dari pembangunannya pun tidak ada
hambatan apapun. Dana yang ada juga digunakan dengan transparan.
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : Dipilih saat musyawarah Desa, ada juga yang dipilih secara penunjukan
langsung, mendapat SK untuk menjadi pelaksana kebijakan.
5. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
a. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : sosialisasi ada dilakukan, waktu itu pun saya mendapat undangan
pemberitahuannya, hanya saja tidak bisa hadir dalam sosialisasi tersebut.
b. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : kalau musenbang rutin dilaksanakan dan memang penting untuk menampung
aspirasi seluruh masyarakat.
c. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : “Yang pasti saya sebagai masyarakat disini mendukung program
pemerintah asalkan programnya sesuai dengan yang dibutuhkan dan
tujuannya baik untuk kesejahteraan masyarakat”
Tanda Tangan
Erwin Setiawan
MEMBER CHECK
Nama : Shalihah
Jabatan : Masyarakat
Waktu Wawancara : Rabu, 05 Oktober 2016, 12.25
Lokasi Wawancara : Rumah kediaman Bapak ErwinIbu Shalihah
Hasil Wawancara :
19. Ukuran dan Tinjauan Kebijakan
jj. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA partisipasi seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan
keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
meningkat?
Jawab : “Ya kami dilibatkan dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh desa baik itu
dalam perencenaan maupun saat pembangunan. Walaupun perempuan kami juga turut
membantu bapak-bapak yang sedang melakukan pembangunan dengan menyiapkan
makan, minum.
kk. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesejahteraan masyarakat miskin
atau Rumah Tangga Miskin dipedesaan di Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : kalau dikatakan meningkat tidak juga, Cuma ada perubahan saja dilihat dari
sarana dan prasarana ada yang diperbaiki yang mempermudah akses masyarakat
misalnya jalan.
ll. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA pelembagaan dana bergulir
pelayanan sosial dasar (Simpan Pinjam Perempuan) dan ketersediaan akses ekonomi
terhadap rumah tangga miskin meningkat?
Jawab : kalau saya pribadi sebagai ketua kelompok SPP, ibu-ibu yang mendapat dana
spp ada yang lancar ada juga yang tidak lancar dalam pengembaliannya, kadang saya
juga bingung harus bertanggung jawab, tapi dari masyarakatnya mungkin usahanya
kurang lancar, makanya tidak lancar dalam pengembaliannya.
mm. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA sarana dan prasarana di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang menjadi lebih baik?
Jawab : biasa saja, karena tidak keseluruhan juga dilakukan pembangunan.
nn. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA kesehatan dan pendidikan di
Kecamatan Baros meningkat?
Jawab : yang saya ketahui tidak ada bantuan dana untuk kesehatan dan pendidikan.
oo. Apakah dengan adanya PDPM GERBANG UTAMA dapat membangun dan
mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan
kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan?
Jawab : iya, jadi lebih percaya karena kami terlibat langsung dari mulai perencanaan
sampai evaluasi nya. Jadi kami mengetahui anggaran digunakan untuk apa saja.
20. Sumber Daya
kk. Bagaimana pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal?
Jawab : iya disini semua masyarakat barosnya sendiri yang bergotongroyong dalam
membangun sarana dan prasarana yang ada di Baros.
21. Karakteristik Agen Pelaksana
m. Bagaimana Pelaksanaan dari PDPM GERBANG UTAMA sejauh ini?
Jawab : sejauh ini tidak ada masalah yang serius, kalau dulu saat program PNPM
sebelum PDPM GERBANG UTAMA pernah ada penyelewengan. Dana SPP yang
dibawa kabur oleh pendamping lokalnya.
22. Sikap/ Kecenderungan (Disposisi) para implementor
a. Bagaimanakah pemerintah mengangkat/ memilih pelaksana kebijakan untuk diberi
wewenang melaksanakan kebijakan?
Jawab : dipilih pada saat musyawarah desa, karena saya pun dipilih menjadi ketua
kelompok SPP pada saat musyawarah Desa.
23. Komunikasi antar organisai dan aktivitas pelaksana
q. Bagaimana bentuk kordinasi yang terjalin antara pihak – pihak yang terlibat dalam
proses implementasi, siapa saja yang melakukan kordinasi, dan kapan kordinasi
dilakukan?
Jawab : kalau saya melakukan koordinasi dengan UPK untuk melaporkan dan menyetor
uang SPP.
r. Apakah dengan adanya koordinasi dan sosialisasi sudah sesuai dengan manfaat dan
tujuannya ?
Jawab : “sudah ada manfaatnya dengan melakukan koordinasi, agar mengetahui yang
menajdi hambatan dalam SPP ini.
s. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan? Bagaimana sosialisai yang dilakukan, siapa
pihak yang terlibat dalam sosialisai, dan kapan sosialisasi dilakukan?
Jawab : diadakan sosialisasi dari pemerintah menjelaskan tentang program ini
t. Apakah Musrenbang rutin dilaksanakan?
Jawab : iya, setahun sekali saya mengikuti musrenbang. Karena saya ingin
menyampaikan aspirasi saya, apa yang menjadi kebutuhan di desa saya.
24. Lingkungan Ekonomi, sosial dan Politik
a. Bagaimana Sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi PDPM GERBANG
UTAMA di Kecamatan Baros Kabupaten Serang?
Jawab : “Disini masyarakatnya sangat mendukung setiap kebijakan atau
kegiatan yang dilakukan desa untuk kebaikan masyarakat.”
Tanda Tangan
Shalihah
1
BAB. I
KEBIJAKAN POKOK
1.1. LATAR BELAKANG
Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai program berbasis
pemberdayaan masyarakat, karena kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang
mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik,
terpadu, dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar
masyarakat secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan
untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat.
Seiring dengan itu pada Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Serang melaksanakan Program
Daerah Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PDPM-MPd) dilaksanakan di 15
kecamatan yang tidak mendapatkan bantuan Program PNPM-MPd, sebagai inisiatif lokal
untuk mendorong percepatan dalam pembangunan perdesaan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat melalui mekanisme perencanaan pembangunan secara partisipatif, dimana
masyarakat perdesaan diberikan hak dan keleluasaan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan di desa.
Kabupaten Serang sama dengan daerah lain memiliki persoalan kemiskinan dan
pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan
alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran
lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di
perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin
yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang benar harus memadukan aspek-
aspek penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah Daerah, penguatan kelembagaan
masyarakat, keberlanjutan pendampingan masyarakat, integrasi program dan mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik, maka Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Serang
melaksanakan kembali Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Gerakan
Pembangunan Untuk Masyarakat (PDPM GERBANG UTAMA). PDPM Gerbang Utama
adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan
berkelanjutan, sebagai reflikasi dari PNPM MPd yang selama ini pelaksanaan di Kabupaten
Serang dinilai berhasil. Di antara keberhasilan PNPM MPd adalah penyediaan lapangan
kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan serta
menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.
Sejalan dengan Visi PNPM MPd maka visi PDPM GERBANG UTAMA adalah tercapainya
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber
daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Misi PDPM GERBANG UTAMA adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat
dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan
fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana
sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; serta (5) pengembangan jaringan kemitraan
dalam pembangunan.
2
Dalam rangka melaksanakan visi dan misi PDPM GERBANG UTAMA, strategi yang
dikembangkan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran,
menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja
sama antar desa. Dari visi, misi, dan strategi maka PDPM GERBANG UTAMA berupaya
menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih yaitu
menuntaskan tahapan pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, setelah tahapan
inisiasi dan internalisasi telah selesai dilakukan oleh PPK dan PNPM MPd.
1.2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4309);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588);
9. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembangunan Yang Berkeadilan.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.
12. Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor PER 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
13. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pembentukan Peraturan Desa.
14. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa.
15. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kecamatan di Kabupaten Serang
16. Peraturan Bupati Nomor 42 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
3
Kecamatan 17. Surat Keputusan Bupati Serang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pelimpahan
Sebagian Wewenang Bupati kepada Camat. 1.3. ACUAN TEKNIS
1. Surat Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri Nomor : 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa.
2. Surat Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri Nomor : 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei 2010 tentang Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan.
3. Surat Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri Nomor 414.2/8509/PMD tanggal 16 Desember 2013 tentang Penetapan Lokasi PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN TA. 2014.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan di desa dan kelurahan.
1.4. PENGERTIAN
1. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
3. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan untuk melakukan penilaian terhadap hasil-hasil kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan.
5. Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman, yang memiliki kompetensi/kecakapan substantif dan teknis serta memiliki keterampilan menerapkan berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas memandu masyarakat dan pemerintah desa melaksanakan tugas-tugasnya.
6. Forum SKPD (Forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.
7. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/ Daerah untuk mencapai tujuan.
8. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa adalah laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD mengenai seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APB-Desa, yang disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.
4
9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
10. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah.
11. Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.
12. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa serta menyepakati kegiatan lintas Desa di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja SKPD kabupaten pada tahun anggaran berikutnya.
13. Partisipasi adalah membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan.
14. Partisipatif adalah mendorong dan memberi ruang bagi pemanfaat/sasaran kegiatan untuk berperan secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian hasil kegiatan.
15. Pengintegrasian adalah penyatupaduan proses perencanaan partisipatif kedalam mekanisme reguler.
16. Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
17. Pengelolaan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara optimal dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki, baik dalam perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut serta pengendalian maupun dalam pelestarian pembangunan.
18. Perencanaan adalah rangkaian kegiatan untuk merumuskan program dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada identifikasi masalah, pemetaan wilayah dan analisis para pelaku dengan menggunakan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan/hasil yang telah ditetapkan.
19. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
20. Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.
21. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
22. Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan desa/daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
5
23. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.
24. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran.
25. Setrawan adalah pegawai negeri sipil yang dibekali kemampuan khusus untuk dapat melaksanakan tugas akselerasi perubahan sikap mental dikalangan lingkungan pemerintah dan perubahan tata keperintahan serta mendampingi masyarakat, khususnya dalam manajemen pembangunan partisipatif.
26. Sinergi adalah keterpaduan dan keselarasan pendekatan, arah dan atau kebijakan untuk mencapai tujuan secara tepat.
27. Strategi adalah rumusan langkah dan cara yang tepat dan efektif untuk mewujudkan visi dan misi.
28. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
29. Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan visi.
30. NPBSD adalah Naskah Perjanjian Bantuan Sosial Daerah
1.5. TUJUAN
Tujuan Umum PDPM GERBANG UTAMA adalah meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi:
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau
kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pelestarian pembangunan,
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber
daya lokal,
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi pengelolaan
pembangunan partisipatif,
d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh
masyarakat,
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir,
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar Desa.
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan.
1.6. KELUARAN PROGRAM
a. Terjadi peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan kelompok perempuan
mulai perencanaan sampai dengan pelestarian,
6
b. Terlembagakannya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa,
c. Terjadi peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pembangunan
partisipatif,
d. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PDPM GERBANG UTAMA bagi
masyarakat,
e. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan sosial dasar
dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM,
f. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan pembangunan,
g. Terjadi peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
1.7. PRINSIP DASAR PDPM GERBANG UTAMA
PDPM GERBANG UTAMA mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi
landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan
diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PDPM GERBANG UTAMA. Nilai-nilai dasar
tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PDPM GERBANG UTAMA. Prinsip-
prinsip itu meliputi:
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada
pembangunan manusia adalah masyarakat lebih memilih kegiatan yang berdampak
langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata.
b. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi
negatif dari luar.
c. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih
luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kapasitas masyarakat.
d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada
masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat
miskin.
e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif
dalam setiap tahapan proses, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan tenaga, pikiran, dana, waktu
maupun barang.
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender
adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam
perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati manfaat kegiatan
pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat
situasi konflik.
g. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil keputusan
pembangunan secara musyarawah dan mufakat.
h. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah
masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan
keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
7
i. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang
diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk
pengentasan kemiskinan.
j. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap
pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan
sistem pelestariannya.
1.8. SASARAN PDPM GERBANG UTAMA
1.8.1. Lokasi Sasaran :
Seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Serang yang selanjutnya ditetapkan
dengan Surat Keputusan Bupati serta lokasi penetapan desa berdasarkan hasil
pemrioritasan pada Musyawarah Antar Desa ditetapkan dengan Surat
Penetapan Camat (SPC)
1.8.2. Kelompok Sasaran :
a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan,
b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan,
c. Kelembagaan pemerintahan lokal./desa
1.9. PENDANAAN
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk PDPM GERBANG UTAMA pada setiap
kecamatan ditentukan sebagai berikut :
1.9.1. Alokasi pada masing-masing Kecamatan ditetapkan berdasarkan tingkat
kemiskinan di masing-masing Kecamatan dan Desa serta disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah.
1.9.2. Data yang dipergunakan untuk menilai proporsi BLM Kecamatan adalah :
a. Hasil pendataan Program Layanan Sosial (PPLS) Tahun 2011 yang
menjadi dasar penentuan tingkat kemiskinan setiap kecamatan yang
dikeluarkan oleh TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan).
b. Hasil Rekapitulasi Pendataan Keluarga Tingkat Kabupaten Serang Tahun
2013 yang dikeluarkan oleh BKBPMP.
1.9.3. Perhitungan persentase penduduk miskin yaitu :
% Penduduk Miskin :
∑ Penduduk Miskin + Penduduk Sangat Miskin (PPLS 2011)
∑ Penduduk Kecamatan (Pendataan Keluarga 2013 BKBPMP)
1.9.4. Klasifikasi Tingkat Kemiskinan untuk lokasi PDPM GERBANG UTAMA
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :
8
% Penduduk Miskin
Tingkat kemiskinan
< 10 %
Tidak Miskin
10 % - 20 %
Sedang
20 % - 30 %
Miskin
< 30 %
Sangat Miskin
1.9.5. Alokasi BLM GERBANG UTAMA ditentukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Tingkat Kemiskinan
Alokasi BLM (Rp)
< 40.000
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Sangat Miskin
400.000.000,-
500.000.000,-
600.000.000,-
700.000.000,-
40.000 – 60.000
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Sangat Miskin
425.000.000,-
525.000.000,-
625.000.000,-
725.000.000,-
60.000 – 70.000
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Sangat Miskin
450.000.000,-
550.000.000,-
650.000.000,-
750.000.000,-
> 70.000
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Sangat Miskin
475.000.000,-
575.000.000,-
675.000.000,-
775.000.000,-
1.9.6. Ketentuan penggunaan dana Bantuan Langsung Masyarakat terdiri dari :
a. Maksimal 25 % untuk kegiatan penguatan usaha ekonomi melalui
pinjaman bergulir Kelompok SPP.
b. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas
hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan), dan peningkatan
kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi yang mendukung
terhadap Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia, melalui Indikator
Daya Beli Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal kemiskinan dan
kelaparan.
9
c. Peruntukkan BOP Tingkat Kecamatan yang dikelola oleh UPK sebesar
3% dari BLM dengan rincian sebagai berikut :
Honor Pengelola Dana Program sebesar Rp. 850.000,- selama tujuh
bulan
Pendamping Lokal (PL) sebesar Rp. 700.000,- selama tujuh bulan
Verifikasi Usulan sebesar Rp. 2.000.000,-
MAD Penetapan Usulan sebesar Rp. 2.000.000,-
Operasional lainnya disesuaikan dengan sisa alokasi BOP 3%
d. Peruntukan BOP Tingkat Desa yang dikelola oleh TPK sebesar 3 % dari
BLM yang diterima Desa, dengan rincian sebagai berikut :
Honor Pengurus TPK
Desain RAB dan SPPB
Biaya Laporan
Biaya Laporan Akhir
e. Besaran dana APBD yang disalurkan ke masyarakat, dikenakan pajak
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.9.7. Dana BOP Satker Kabupaten akan diatur melalui Belanja Langsung pada
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam membangun desa
melalui kegiatan Fasilitasi pemberdayaan masyarakat PDPM Gerbang
Utama, yang diarahkan untuk :
Honor-honor Tim Kabupaten
Biaya-biaya Pelatihan
Rapat Koordinasi dan Evaluasi
Biaya perjalanan dinas dalam rangka Monev dan supervisi
Dana BLM ini harus mampu meningkatkan swadaya masyarakat minimal
10 % dari total BLM dalam bentuk Tenaga, Material, Bahan, dan Hibah
tanah yang dikonversi.
1.10. MEKANISME PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA BLM PDPM GU
Mekanisme Pencairan Dana BLM APBD GERBANG UTAMA dibagi dalam 2 (Dua)
Tahapan, yang ditransfer melalui rekening kolektif yang ada di UPK dengan nama
“Bantuan PDPM Gerbang Utama Kec......” pada Bank pemerintah termasuk Bank
Pemerintah Daerah yang ada atau terdekat dengan lokasi kecamatan sesuai
keputusan masyarakat. Rekening tersebut dibuka dengan specimen Tanda Tangan:
(1). Ketua UPK; (2). Sejumlah dua orang fasilitator kecamatan yang bertugas sebagai
fasilitator kecamatan pemberdayaan dan fasilitator kecamatan teknik; dan (3). Salah
satu wakil masyarakat yang telah ditetapkan dalam Musyawarah Antar Desa (MAD).
Apabila terjadi pergantian fasilitator kecamatan, maka sambil menunggu penetapan
dapat dilakukan pergantian specimen sementara dengan mengalihkannya kepada
fasilitator kabupaten. Selanjutnya Nomor Rekening Dilaporkan kepada Satker
Kabupaten Serang melalui Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pada
BKBPMP Kabupaten Serang.
10
1.10.1 Mekanisme Pencairan dana
Pencairan dana BLM dari Kas Daerah ke rekening bersama yang dikelola oleh
UPK dilakukan melalui 2 (dua) tahap sebagai berikut:
a. Tahap pertama 50 %, dengan cara : UPK bersama PJOK mengajukan
surat permohonan kepada Satker Kabupaten, yang ditandatangani oleh
PJOK dan diketahui oleh Camat dengan melampirkan Proposal
Pengajuan Dana Pencairan yang berisi :
Ringkasan kontrak
Surat Perjanjian Pendanaan
Berita Acara Penggunaan Dana
Berita Acara Pembayaran
Surat Pernyataan Kesiapan Penggunaan Dana
Rencana Penggunaan Dana
Surat Penetapan Camat (SPC) tentang Alokasi Desa dan Dana
Nomor Rekening Bersama
Kwitansi
Contoh Specimen tanda tangan
Copy Surat Keputusan Pengurus UPK
Copy Surat Penetapan PJOK
Berita Acara MAD Penetapan Pendanaan dan Daftar Hadir
NPBSD (Naskah Perjanjian Bantuan Sosial Daerah)
b. Tahap kedua 50 %, dengan cara UPK dan PJOK melalui Camat
mengajukan Surat Permohonan Pencairan tahap Kedua dengan dilampiri
selain kelengkapan dokumen tersebut pada point (a) ditambah dengan
Laporan Penggunaan dana (LPD) dan bukti-bukti pengeluaran yang sah,
Slip penarikan dari bank, serta Surat Pernyataan Kesiapan
Menyelesaikan Pekerjaan.
c. Setiap tahapan pengajuan dokumen proposal terlebih dahulu
disampaikan kepada Faskab untuk diverifikasi.
1.10.2 Mekanisme Penyaluran Dana Ke Tingkat Desa
a. Sebelum penyaluran dana ke desa dilakukan, maka dibuat Surat
Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) antara UPK dan TPK yang diketahui oleh camat dan tiap-tiap kepala desa. SPPB memuat jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
Lampiran dokumen kegiatan prasarana sarana meliputi : - Gambaran umum desa; - Peta desa yang menunjukkan lokasi kegiatan; - Hasil verifikasi usulan desa; - Gambar rencana teknis yang dinyatakan layak oleh Fasilitator
Kecamatan atau Fasilitator Kabupaten.; - Formulir masalah dampak lingkungan; - Rencana Anggaran Biaya Detail; - Foto 0% dari prasarana yang akan dibangun/direnovasi; - Jadwal pelaksanaan;
11
- Surat pernyataan sanggup memelihara prasarana yang akan dibangun.
Lampiran dokumen kegiatan simpan pinjam, yaitu: - Hasil pemetaan RTM; - Peta sosial desa dan lokasi penerima manfaat; - Daftar penerima manfaat, besarnya nilai manfaat, dan jangka waktu
pengembalian pinjaman (SPP); - Jadwal pengembalian untuk kegiatan simpan pinjam; - Sanksi yang telah disepakati baik dalam musyawarah kelompok,
Musdes maupun MAD; b. Dokumen pengajuan tersebut diperiksa kelengkapan dan keabsahannya
oleh UPK dan Fasilitator Kecamatan. Kemudian UPK menyiapkan slip penarikan dari rekening kolektif dan Kuitansi-2 (KW-2).
c. Penyaluran dana dari UPK ke TPK harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan jadwal pelaksanaan kegiatan desa. Kebutuhan dan jadwal pelaksanaan kegiatan desa selanjutnya dituangkan dalam Rencana Penggunaan Dana (RPD) yang disiapkan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan TPK tiap-tiap desa untuk selanjutnya diverifikasi oleh UPK dan Fasilitator Kecamatan di kecamatan.
d. Proses pembayaran kepada pemasok/suplier yang telah disepakati dan dituangkan dalam surat perjanjian kerjasama (SPK) antara TPK dengan pemasok/suplier harus dilakukan melalui transfer langsung dari UPK kepada pemasok. Mekanisme penyaluran dana dari UPK ke pemasok/suplier diatur sebagai berikut: - TPK membuat surat yang memberikan kuasa kepada UPK untuk
mentransfer sejumlah dana untuk pembayarak kepada pemasok/suplier, sesuai dengan yang tercantum dalam RPD.
- TPK Mengajukan RPD kepada UPK dengan melampirkan SPK, copy buku rekening pemasok/suplier yang namannya harus sama dengan pihak pembuat perjanjian yang tercantum dalam SPK, surat jalan sebagai bukti penerimaan material dan alat, dan surat kuasa.
- UPK menyiapkan KW-2 yang berisi total dana yang akan disalurkan kepada TPK sesuai dengan RPD.
- Selain menyiapkan KW 2, UPK menyiapkan 2 slip yang terdiri dari slip penarikan dana kolektif untuk penyaluran ke TPK sesuai dengan KW 2 dan slip setoran yang berisi sejumlah dana yang akan ditransfer langsung kepada pemasok (supplier) sesuai yang tercantum di dalam SPK dan RPD
- Berdasarkan KW 2, sisa dana tunai yang tidak ditransfer kepada pemasok (supplier), diserahkan kepada TPK
- TPK menandatangani KW 2 dengan terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap bukti transfer untuk memastikan sisa dana tunai yang akan diterima dari UPK. Bukti transfer ke pemasok (supplier) yang asli diserahkan kepada TPK, sedangkan UPK mengarsip salinannya.
- Pencatatan administrasi di UPK dicatat seperti halnya penyaluran dana ke desa.
- Pencatatan adminstrasi di TPK : dicatat sebagai penerimaan dari UPK dengan jumlah sesuai yang tercantum dalam KW 2 dan dicatat sebagai pengeluaran dalam buku kas TPK sejumlah dana yang ditransfer ke pemasok (supplier) oleh UPK (slip transfer yang asli sebagai bukti transaksi)
12
e. Setiap pengajuan penyaluran dana, TPK harus menyampaikan Laporan Penggunaan Dana (LPD) dari RPD sebelumnya disertai dengan bukti-bukti pertanggungjawabannya.
f. Sebelum penyaluran dana terakhir, TPK membuat Surat Kesanggupan Menyelesaikan Pekerjaan (SKMP) yang ditandatangani oleh TPK dan Kepala Desa.
g. Setelah kegiatan selesai 100 persen dan sebelum dilaksanakan Musyawarah Desa Serah Terima (MDST), terlebih dahulu harus dilakukan sertifikasi oleh Fasilitator Kecamatan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
h. Sebelum dilakukan MDST, dokumen-dokumen pencairan dan penggunaan dana harus sudah lengkap, diisi dengan benar sesuai dengan fakta penggunaannya.
1.11. KETENTUAN DASAR PDPM GERBANG UTAMA
Ketentuan dasar PDPM GERBANG UTAMA merupakan ketentuan-ketentuan pokok
yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam
melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pelestarian. Ketentuan dasar PDPM GERBANG UTAMA dimaksudkan untuk
mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi :
1.11.1 Desa Berpartisipasi
Seluruh Desa di Kecamatan penerima PDPM GERBANG UTAMA berhak
untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan kecuali Desa dalam
status kena sanksi. Untuk dapat berpartisipasi dalam PDPM GERBANG
UTAMA, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan
menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya
kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PDPM
GERBANG UTAMA.
1.11.2 Kriteria dan Jenis Kegiatan
Kriteria dan jenis kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat diperlakukan
sama. Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk
kegiatan yang memenuhi kriteria;
a. Diutamakan lokasi desa tertinggal
b. Lebih bermanfaat bagi RTM,
c. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan
d. Dapat dikerjakan oleh masyarakat,
e. Didukung oleh sumber daya yang ada,
f. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.
Jenis-jenis kegiatan yang dapat dibiayai melalui BLM PDPM GERBANG
UTAMA diarahkan kepada prioritas usulan yang mendukung terhadap
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia melalui Indikator Daya Beli
Masyarakat dan Tujuan MDGs untuk goal Kemiskinan dan kelaparan, antara
lain :
a. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan
(SPP)
13
b. Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana prasarana dasar yang
dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM.
c. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan (non
formal) termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan
masyarakat/kelompok usaha berkaitan dengan produksi berbasis
sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal)
d. Pembangunan/perbaikan Sarana dan Prasarana Fisik yang mendukung
terhadap akses perekonomian masyarakat desa, pendidikan dan
kesehatan, seperti :
1. Jalan poros Desa
2. Jembatan
3. Sarana dan prasarana air bersih
4. Sanitasi lingkungan, drainase, Polindes, Pustu,
5. Tempat pelelangan ikan
6. Tambatan perahu
7. Gedung PAUD/Madrasah
8. Saluran Irigasi
9. Dan lain-lain
1.11.3 Mekanisme usulan kegiatan
Untuk memanfaatkan dana BLM, setiap desa boleh mengajukan usulan
paling banyak 2 (dua) usulan di mana tiap usulan terdiri dari :
a. Satu usulan simpan pinjam kelompok khusus perempuan yang
ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan (MKP).
b. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar yang mendukung terhadap
pencapaian target IPM (Daya beli) dan target MDGs atau kegiatan
keterampilan masyarakat yang ditetapkan dalam musyawarah desa
berdasarkan skala prioritas desa yang terinventarisir dalam RPJMDes
hasil MUSRENBANGDES serta dapat didanai oleh BLM PDPM
GERBANG UTAMA.
c. Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai adalah sebesar
Rp. 100 juta.
d. Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan mempertimbangkan
rencana induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten.
1.11.4 Swadaya Masyarakat dan Desa
Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PDPM GERBANG UTAMA.
Orientasi setiap pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan
dari masyarakat atau desa. Swadaya bisa diwujudkan dengan
menyumbangkan tenaga, dana (tidak boleh dipotong dari kompensasi
HOK/upah harus diterima secara utuh oleh setiap pekerja kegiatan), maupun
material pada saat pelaksanaan kegiatan. Sekalipun dasar keswadayaan
adalah kerelaan masyarakat, tetapi diutamakan swadaya bukan berasal dari
RTM. Tenaga kerja yang diperhitungkan dengan kompensasi HOK
14
diutamakan dari RTM, dengan mempertimbangkan penyerapan maksimal
jumlah RTM yang ada. Kompensasi HOK bagi tenaga kerja RTM tidak boleh
diminta untuk berkontribusi swadaya, karena kompensasi ini ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan mereka.
1.11.5 Keberpihakan Kepada Perempuan
Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan, upaya
pemihakan, dan upaya perlindungan. Kegiatan dilaksanakan juga
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan kaum perempuan yang kurang
beruntung, pemenuhan kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta
perlindungan dari penguasaan aset produktif yang tidak seimbang.
Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PDPM
GERBANG UTAMA mengharuskan adanya keterlibatan perempuan dalam
pengambilan keputusan pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai dalam
setiap proses pengambilan keputusan, termasuk dalam perencanaan melalui
pertemuan kelompok perempuan dan keikutsertaan perempuan dalam
berbagai forum pengambilan keputusan.
1.11.6 Jenis Kegiatan yang dilarang (Negative list)
Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PDPM GERBANG UTAMA
adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau
angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik,
b. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat
Ibadah,
c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan
lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang
dan lain-lain.),
d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya,
e. Pembiayaan gaji pegawai negeri,
f. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia
kerja,
g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan
barang-barang yang mengandung tembakau,
h. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas perlindungan alam pada lokasi
yang telah ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin tertulis dari
instansi yang mengelola lokasi tersebut,
i. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan terumbu karang,
j. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai
yang mengalir dari atau menuju negara lain,
k. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai,
l. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih
dari 50 Ha,
m. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha,
15
n. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan
kapasitas besar, lebih dari 10.000 meter kubik.
o. Kegiatan konstruksi dan pemanfaatan lahan di wilayah kawasan
konservasi dan hutan lindung tanpa izin tertulis dari instansi pemangku
kawasan/pihak yang berwenang, kecuali untuk desa-desa yang sudah
masuk dalam kawasan konservasi (enclave)
p. Kegiatan yang mengarah pada perdagangan tumbuhan dan satwa yang
dilindungi.
1.11.7 Sanksi
Sanksi adalah bentuk-bentuk pelaksanan peraturan terhadap pelanggaran
kesepakatan yang telah dibuat dalam PDPM GERBANG UTAMA. Sanksi
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait
dalam pengelolaan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA,
Sanksi dapat berupa :
a. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan
dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan
secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan.
b. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku,
c. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau
desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PDPM GERBANG
UTAMA dengan baik, seperti: menyalahi prinsip-prinsip,
menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil
kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan.
Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah
sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, serta
tidak dialokasikan untuk tahun berikutnya.
1.11.8 Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintahan Lokal
Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal
menuju kemandirian, maka :
a. Di setiap desa dipilih, ditetapkan, dan dikembangkan: Badan Kerjasama
Desa (BKD), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD dengan
kualifikasi teknik dan pemberdayaan), Tim Penulis Usulan (TPU), Tim
Pengelola Kegiatan (TPK) dan Tim Pemelihara.
b. Di kecamatan dibentuk dan dikembangkan : Badan Kerja sama Antar
Desa (BKAD), Tim Verifikasi, UPK, Badan Pengawas UPK (BP-UPK) dan
Pendamping Lokal (PL),
c. Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi pemerintah desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan lain yang
dapat menunjang pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan
diadakan di antaranya meliputi: penyusunan peraturan desa, pengawasan
terhadap pelaksanaan, pemerintahan, dan pembangunan, pengelolaan
16
penanganan masalah dan perencanaan kegiatan pembangunan yang
partisipatif,
d. Dilakukan kategorisasi tingkat perkembangan kelembagaan UPK di desa
dan kecamatan. Kategorisasi meliputi tahapan pembentukan dan tahapan
pengakaran. Tahapan pembentukan untuk mengetahui hubungan antara
dinamika kolektifitas dan strategi pendampingan. Tahapan pengakaran
untuk mengetahui dinamika kolektifitas dan statuta.
Masyarakat dan pemerintahan lokal dalam melaksanakan PDPM
GERBANG UTAMA mendapatkan bantuan pendampingan dari fasilitator
kecamatan. Peran pendampingan ditujukan bagi penguatan atau
peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal dalam
mengelola pembangunan secara mandiri di wilayahnya. Fasilitator yang
akan mendampingi masyarakat dan pemerintahan lokal adalah sebagai
berikut:
a. Di setiap kecamatan diperbantukan Fasilitator Kecamatan (FK),
Fasilitator Teknik (FT) dan Setrawan yang bertugas selaku
pendamping PDPM Gerbang Utama.
b. Di setiap kecamatan ada Penanggungjawan Operasional Kegiatan
(PjOK),
c. Di Kabupaten disediakan PJO Kab sebagai Koordinator dan 1 (satu)
orang Koordinator Faskab, 3 (tiga) orang Faskab (Keuangan, Teknik,
dan Perguliran dan Pengembangan Usaha), serta 2 (dua) orang
Asisten Faskab, yang membantu fasilitasi dan kelancaran teknis
PDPM GERBANG UTAMA.
1.11.9 Penataan dan Pengembangan Kelembagaan Desa serta Antar Desa
dalam rangka PDPM GERBANG UTAMA
Salah satu komponen penting dalam kelembagaan lokal adalah tentang
penataan organisasi kerja. Peran organisasi kerja dalam pelembagaan sistem
adalah sebagai pendorong dan pelaksana kegiatan kolektif masyarakat.
Fungsi organisasi kerja adalah menjalankan dan mengembangkan relasi
fungsional antar komponen di masyarakat. Organisasi Kerja juga menjalankan
tugas mengembangkan kepemilikan, keterwakilan dalam delegasi, dan
pengambilan keputusan kolektif masyarakat. Organisasi kerja menyediakan
lahan bagi para pelaku untuk mematangkan kebiasaan dan merumuskan
kesepakatan.
Organisasi kerja pada awalnya adalah lembaga-lembaga yang dibentuk untuk
kebutuhan fungsional program. Dalam perkembangannya kini, organisasi
kerja diharapkan mampu menjalankan dan mengelola tindakan teknis-
mekanis untuk dilakukan transformasi menjadi kesadaran fungsional dan
kesadaran kritis di masyarakat. Untuk mencapai kemampuan ini perlu
dilakukan kebijakan penataan kelembagaan. Kebijakan penataan
menyesuaikan perkembangan yang terjadi di lapangan dan kebijakan serta
peraturan perundangan yang ada.
17
Penataan sebagaimana di atas memadukan aspek statuta dan payung
hukum. Statuta menuntaskan status hak milik, keterwakilan dalam delegasi,
serta batas kewenangan.
Pokok-pokok kebijakan penataan organisasi kerja/kelembagaan masyarakat
desa dan antar desa dalam kaitan PDPM GERBANG UTAMA adalah sebagai
berikut:
a. Kebijakan diarahkan kepada kebutuhan pelestarian dan pengembangan
hasil-hasil program, terutama menegaskan kedudukan UPK dalam wadah
Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD), hubungan UPK dalam bentuk
kesepakatan kerja sama antar desa melalui BKAD, hubungan BKAD
dengan lembaga-lembaga lain di desa dan antar desa, dan penguatan
organisasi UPK dalam menjalankan peran dan fungsinya.
b. Dengan strategi ini diharapkan BKAD dapat menjalankan empat fungsi
manajemen pokoknya, yakni manajemen pembangunan partisipatif,
manajemen kegiatan antar desa, manajemen aset produktif, serta
manajemen program untuk masyarakat. Sebagian dari empat fungsi ini
secara „teknis‟ didelegasikan kepada UPK atau lembaga penunjang lain,
sesuai kebutuhan.
c. BKAD dibentuk berdasarkan peraturan perundangan dan kebijakan
pelestarian dan pengembangan hasil-hasil PNPM Mandiri Perdesaan atau
PPK sebelumnya. Proses pembentukan BKAD dilakukan secara
partisipatif melalui beberapa tahapan pokok yakni sosialisasi kepada
masyarakat, Statuta dan fungsi BKAD secara operasional diatur dan
ditetapkan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) mengacu pada Pedoman Umum PNPM Mandiri Perdesaan dan
PTO PDPM GERBANG UTAMA.
d. UPK dan BP-UPK dalam menjalankan fungsinya wajib mempunyai
standar prosedur operasional. Standar prosedur dibuat dan
dikembangkan mengacu kepada AD-ART BKAD yang telah ditetapkan
oleh MAD sesuai dengan fungsi yang dijalani. UPK memiliki fungsi pokok
dan fungsi pengembangan. Fungsi pokok UPK adalah dalam hal
pengelolaan perguliran dan pengelolaan teknis program. Fungsi
pengembangan UPK adalah dalam hal pembinaan kelompok,
penanganan pinjaman bermasalah. BP-UPK memiliki fungsi sebagai
pengawas teknis dan pemeriksa keuangan UPK, TPK dan kelompok SPP.
e. Kelompok SPP merupakan langkah penguatan kapasitas lembaga
kelompok usaha ekonomi/SPP.
f. Penguatan aspek kelembagaan pokmas meliputi komponen statuta dan
payung hukum. Penguatan ini dilaksanakan dalam bentuk strategi
pendampingan dengan sifat partisipatif, kolektif, dan representatif.
18
BAB. II
PERAN PELAKU-PELAKU
Masyarakat adalah pelaku utama PDPM GERBANG UTAMA pada tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya di desa, kecamatan,
kabupaten dan seterusnya berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator, pembimbing dan
pembina agar tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme PDPM GERBANG
UTAMA tercapai dan dilaksanakan secara benar dan konsisten.
2.1. Pelaku di Desa
Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan dalam
pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di desa. Pelaku di desa meliputi:
2.1.1. Kepala Desa (Kades)
Peran Kepala Desa adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta
keberhasilan pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di desa. Bersama BPD,
kepala desa menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung terjadinya
proses pelembagaan prinsip dan prosedur PDPM GERBANG UTAMA sebagai
pola pembangunan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset
PDPM GERBANG UTAMA yang telah ada di desa. Kepala desa juga berperan
mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawarah atau badan kerja
sama antar desa.
2.1.2. BPD (atau sebutan lainnya)
Dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA, BPD (atau sebutan lainnya)
berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PDPM
GERBANG UTAMA, termasuk sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
pelestarian di desa. Selain itu juga berperan dalam melegalisasi atau
mengesahkan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan
pelestarian PDPM GERBANG UTAMA di desa. BPD juga bertugas mewakili
masyarakat bersama Kepala Desa dalam membuat persetujuan pembentukan
badan kerja sama antar desa.
2.1.3. TPK
TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa
yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengelola dan melaksanakan PDPM
GERBANG UTAMA. TPK terdiri dari Ketua sebagai penanggung jawab
operasional kegiatan di desa. Ketua mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan di
lapangan, dan pengelolaan administrasi serta keuangan program. Sekretaris
dan Bendahara membantu Ketua TPK terutama dalam masalah administrasi
dan keuangan.
2.1.4. TPU
TPU berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa.
Peran Tim Penulis Usulan adalah menyiapkan dan menyusun gagasan-
gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan
19
musyawarah khusus perempuan. Anggota TPU dipilih oleh masyarakat
berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan jenis kegiatan yang
diajukan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, TPU bekerja sama dengan
kader-kader desa yang ada.
2.1.5. Tim Pemelihara
Tim Pemelihara berperan menjalankan fungsi pemeliharaan terhadap hasil-hasil
kegiatan yang ada di desa, termasuk perencanaan kegiatan dan pelaporan.
Keanggotaannya berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui
musyawarah desa. Jumlah anggota tim pemelihara sesuai dengan kebutuhan
dan kesepakatan saat musyawarah. Hasil laporan pemeliharaan disampaikan
saat musyawarah desa dan antar desa (jika diperlukan). Dalam menjalankan
fungsinya tim pemelihara didukung dengan dana yang telah dikumpulkan atau
yang berasal dari swadaya masyarakat setempat.
2.1.6. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
KPMD adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu
masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PDPM GERBANG
UTAMA di desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pemeliharaan.
Sebagai kader masyarakat peran dan tugasnya membantu pengelolaan
pembangunan di desa diharapkan tidak terikat oleh waktu. Jumlah Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa minimal dua orang, satu orang laki-laki dan
satu perempuan atau jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan
mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum perempuan,
kemampuan teknik, serta kualifikasi pendampingan kelompok ekonomi dan
sebagainya.
Kualifikasi kemampuan teknik berguna untuk memfasilitasi dan membantu TPU
membuat penulisan usulan dan membantu pelaksanaan kegiatan prasarana
infrastruktur yang diusulkan masyarakat.
Kualifikasi keterlibatan kader dari perempuan adalah perwujudan kebijakan
untuk lebih berpihak, memberi peran dan akses dalam kegiatan pembangunan
untuk kaum perempuan, terutama meningkatkan mutu fasilitasi musyawarah
khusus perempuan.
Kualifikasi kemampuan pemberdayaan masyarakat terutama untuk
memfasilitasi dan membantu FK dalam tahapan kegiatan dan pendampingan
kelompok masyarakat.
2.1.7. Pokmas
Yang dimaksudkan dengan Pokmas adalah kelompok masyarakat yang terlibat
dan mendukung kegiatan PDPM GERBANG UTAMA, baik kelompok sosial,
kelompok ekonomi maupun kelompok perempuan. Termasuk sebagai kelompok
masyarakat misalnya kelompok arisan, pengajian, pertemuan PKK, kelompok
SPP, kelompok UEP, kelompok pengelola air, kelompok pengelola pasar desa,
pengelola BUMDes dsb.
20
2.2. Pelaku di Kecamatan
2.2.1. Camat
Camat atas nama Bupati berperan sebagai pembina dan pengendali
pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA kepada desa-desa di wilayah
kecamatan. Selain itu camat juga bertugas untuk membuat Surat Penetapan
Camat (SPC) tentang usulan-usulan kegiatan yang telah disepakai musyawarah
antar desa untuk didanai melalui PDPM GERBANG UTAMA.
2.2.2. Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK)
PjOK adalah seorang Kasi pemberdayaan masyarakat atau pejabat lain yang
mempunyai tugas pokok sejenis di kecamatan yang ditetapkan berdasar Surat
Keputusan Bupati dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional
kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PDPM GERBANG UTAMA di
kecamatan.
2.2.3. Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD)
BKAD adalah sebuah lembaga yang dibentuk atas dasar kesepakatan antar
desa di satu wilayah dalam satu kecamatan dan atau antar kecamatan dengan
tujuan untuk melindungi dan melestarikan hasil-hasil program yang terdiri dari
kelembagaan UPK, sarana-prasarana, hasil kegiatan bidang pendidikan, hasil
kegiatan bidang kesehatan, dan perguliran dana.
BKAD berfungsi untuk melakukan tugas pokok sebagai lembaga pengelola
partisipasi masyarakat, kegiatan antar desa, aset produktif, serta program-
program dari pihak ketiga.
Dalam hubungan dengan lembaga-lembaga bentukan program PPK (UPK, BP-
UPK, TV, TPK, dan lain-lain) BKAD menjadi jalan keluar dari masalah statuta
dan payung hukum. BKAD menjelaskan tentang status kepemilikan,
keterwakilan, dan batas kewenangan.
Dalam kaitan dengan UPK, maka fungsi BKAD adalah merumuskan,
membahas, dan menetapkan rencana strategis untuk pengembangan UPK
dalam bidang micro finance, pelaksanaan program, dan pelayanan usaha
kelompok. BKAD juga berperan dalam pengawasan, pemeriksaan, serta
evaluasi kinerja UPK.
2.2.4. Tim Verifikasi (TV)
TV adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki
pengalaman dan keahlian khusus, di bidang teknik prasarana, simpan pinjam,
pendidikan, kesehatan atau pelatihan ketrampilan masyarakat sesuai usulan
kegiatan yang diajukan masyarakat dalam musyawarah desa perencanaan.
Peran TV adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan
semua desa peserta PDPM GERBANG UTAMA dan selanjutnya membuat
rekomendasi kepada musyawarah antar desa sebagai dasar pertimbangan
pengambilan keputusan. TV menjalankan tugas ini berdasarkan penugasan
yang diperoleh dari BKAD.
21
2.2.5. UPK
Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan
kegiatan PDPM GERBANG UTAMA di tingkat antar desa termasuk
mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan di kecamatan. Pengurus UPK terdiri
dari ketua, sekretaris dan bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota
masyarakat yang diajukan oleh desa berdasarkan hasil musyawarah desa dan
selanjutnya dipilih dalam musyawarah antar desa. UPK mendapatkan
penugasan BKAD untuk menjalankan tugas pengelolaan dana program dan
tugas pengelolaan dana perguliran.
2.2.6. BP-UPK
BP-UPK berperan dalam mengawasi pengelolaan kegiatan, administrasi, dan
keuangan yang dilakukan oleh UPK. BP-UPK dibentuk melalui musyawarah
antar desa, minimal tiga orang terdiri dari ketua dan anggota. BP-UPK
menjalankan tugas ini berdasarkan penugasan yang diperoleh dari BKAD.
2.2.7. Pendamping Lokal (PL)
Pendamping lokal adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu
FK dan FT untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan tahapan dan
kegiatan PDPM GERBANG UTAMA pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pelestarian. Di setiap kecamatan akan ditempatkan minimal satu orang
pendamping lokal.
2.2.8. Setrawan Kecamatan
Setrawan Kecamatan diutamakan dari pegawai negeri sipil di lingkungan
kecamatan yang dibekali kemampuan khusus untuk dapat melaksanakan tugas
akselerasi perubahan sikap mental di lingkungan pemerintah kecamatan dan
perubahan tata pemerintahan serta mendampingi masyarakat, khususnya
dalam manajemen pembangunan partisipatif. Dalam hal tertentu pegawai
negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah dapat ditugaskan di kecamatan
sebagai setrawan kecamatan. Dalam kaitan dengan PDPM GERBANG
UTAMA, setrawan melibatkan diri dalam proses kegiatan pada perencanaan,
pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan.
2.2.9. FK dan FT
Di setiap Kecamatan lokasi PDPM GERBANG UTAMA ditugaskan 2 (Dua)
orang pendamping yaitu Fasilitator Pemberdayaan (FK) dan Fasilitator Teknik
(FT).
2.3. Pelaku di Kabupaten
2.3.1. Bupati
Bupati merupakan pembina Tim Koordinasi PDPM GERBANG UTAMA
Kabupaten, Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK) dan Penanggung
jawab Administrasi Kegiatan (PjAK) serta bertanggung jawab atas pelaksanaan
PDPM GERBANG UTAMA di tingkat kabupaten. Bersama DPRD, Bupati
22
bertanggung jawab untuk melakukan kaji ulang terhadap peraturan daerah yang
berkaitan dengan pengaturan desa sesuai komitmen awal.
2.3.2. Tim Pengendali PDPM GERBANG UTAMA
Tim Pengendali PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten dibentuk oleh Bupati
untuk melakukan pembinaan pengembangan peran serta masyarakat,
pembinaan administrasi, dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada seluruh
tahapan program. TP-PDPM GERBANG UTAMA Kab juga berfungsi dalam
memberikan dukungan koordinasi program antar instansi, pelayanan dan
proses administrasi di tingkat kabupaten. Dalam melaksanakan fungsi dan
perannya, TP-PDPM GERBANG UTAMA Kab dibantu oleh Sekretariat PDPM
GERBANG UTAMA Kabupaten.
2.3.3. Penanggung jawab Operasional Kabupaten (PjOKab)
PjOKab adalah seorang pejabat di lingkungan Badan Keluarga
Berencana,Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) atau
pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di Kabupaten yang berperan
sebagai pelaksana harian TP PDPM GERBANG UTAMA kabupaten. PjOKab
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati.
2.3.4. Fasilitator Kabupaten (Faskab)
Fasilitator Kabupaten merupakan mitra Satuan Kerja (Satker) atau Tim
Pengendali PDPM GERBANG UTAMA di tingkat kabupaten, Fasilitator
Kabupaten terdiri dari Fasilitator Kabupaten Pemberdayaan yang bertindak
sebagai Koordinator Faskab, Fasilitator Kabupaten Teknik, Fasilitator
Kabupaten Keuangan, dan Fasilitator Kabupaten Perguliran dan
Pengembangan Usaha. Fasilitator Kabupaten dibantu oleh Asisten Faskab dan
Asisten Fastekab.
23
BAB. III
ALUR KEGIATAN
Alur kegiatan PDPM GERBANG UTAMA meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pelestarian kegiatan. Sebelum memulai tahap perencanaan, hal penting yang harus
dilakukan adalah melakukan orientasi atau pengenalan kondisi yang ada di desa dan
kecamatan. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengenalan desa diantaranya adalah:(1)
mengidentifikasi potensi dan sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan PDPM
GERBANG UTAMA di tingkat desa,(2) inventarisasi dokumen rencana pembangunan desa
(tahunan atau jangka menengah);(4) inventarisasi data kependudukan, dll. Dalam masa
pengenalan kondisi desa sekaligus juga dilakukan sosialisasi PDPM GERBANG UTAMA
secara informal kepada masyarakat. Pada tahap ini harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh
pelaku PDPM GERBANG UTAMA di semua tingkatan sebagai upaya untuk mendorong
partisipasi dan pengawasan dari semua pihak, sehingga semua pelaku PDPM GERBANG
UTAMA memiliki pemahaman atau persepsi yang sama terhadap program. Pada dasarnya
sosialisasi dapat dilakukan pada setiap saat atau kesempatan oleh pelaku-pelaku PDPM
GERBANG UTAMA.
Sistem kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat seperti: pertemuan
keagamaan; (pengajian, yasinan, persekutuan gereja,dll), pertemuan adat istiadat; (gotong
royong, arisan, upacara adat dan lain-lain) merupakan alternatif untuk menyebarluasan
informasi PDPM GERBANG UTAMA dan media penerapan prinsip transparansi. Media
cetak, seperti koran dan tabloid, serta media elektronika, seperti radio dan TV, dapat
digunakan untuk menyebarluaskan informasi PDPM GERBANG UTAMA.
3.3 Perencanaan Kegiatan
Secara umum perencanaan dapat dikategorikan sebagai perencanaan di desa, di
kecamatan, dan di kabupaten. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan musdes
perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa (MMDD).
Perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai
dengan MAD penetapan usulan. Perencanaan kegiatan di kabupaten adalah
perencanaan koordinatif dan terintegrasi dimulai dari keterlibatan utusan kecamatan
dalam forum SKPD sampai dengan musrenbang kabupaten.
3.1.1. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi
MAD sosialisasi merupakan pertemuan antar desa untuk sosialisasi tentang
tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan
PDPM GERBANG UTAMA serta untuk menentukan kesepakatan-kesepakatan
antar desa dalam melaksanakan PDPM GERBANG UTAMA.
Hasil yang diharapkan dalam MAD sosialisasi adalah sebagai berikut :
a. Dipahaminya informasi pokok PDPM GERBANG UTAMA meliputi tujuan,
prinsip, kebijakan, pendanaan, organisasi, proses, dan prosedur yang
dilakukan,
b. Dipahaminya kebijakan tentang pemetaan RTM, BKAD, penanganan
masalah, pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi, pola penyampaian
informasi,
24
c. Dipahaminya panduan penyusunan RPJMDes dengan menggunakan pola
MMDD, serta rencana program/proyek kabupaten atau pihak lain yang akan
dilaksanakan di kabupaten,
d. Disepakatinya waktu tahapan perencanaan,
e. Disepakatinya mekanisme musyawarah antar desa meliputi terpilihnya
ketua rapat, pokok-pokok kesepakatan dalam penyelenggaraan
musyawarah, dan penetapan anggota tim perumus,
f. Disepakatinya jadwal kegiatan musyawarah desa sosialisasi dari tiap desa
dan rencana pelaksanaan musyawarah antar desa prioritas usulan,
g. Disepakatinya waktu penyusunan detail desain dan RAB usulan kegiatan
(apakah dilakukan sebelum atau sesudah MAD Prioritas Usulan),
h. Tersosialisasikannya tugas, kewenangan, dan kategori kinerja lembaga
UPK dan BP- UPK kepada peserta yang hadir.
i. Disampaikannya hasil evaluasi pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA
yang telah berjalan sebelumnya terutama berkaitan dengan kegiatan
pelestarian sarana prasarana yang telah dibangun, serta pengelolaan
kegiatan perguliran.
Peserta MAD Sosialisasi terdiri dari:
a. Enam orang wakil per desa: Kepala desa, 2 orang wakil dari BPD/nama lain
yang sejenis (jika sudah ada), dan 3 orang tokoh masyarakat (minimal 3 dari
keenam wakil tersebut adalah perempuan) untuk desa di kecamatan yang
telah ditetapkan.
b. Secara umum unsur-unsur yang hadir dalam MAD adalah:
Camat dan staf terkait,
Wakil dari seluruh instansi sektoral kecamatan (ISK),
Kades di lingkungan kecamatan,
BPD atau sebutan lainnya,
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM),
Wakil RTM dari setiap desa,
Wakil perempuan dari setiap desa,
Komite sekolah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Organisasi Massa (ormas),
Tokoh masyarakat, tokoh agama,
Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
Sebagai narasumber dalam pertemuan MAD Sosialisai adalah: Tim Koordinasi
PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten, Camat dan Instansi tingkat kecamatan
terkait. Sedangkan fasilitator pertemuan adalah: PjOK, UPK dan FK dan FT./
Setrawan
Sumber pendanaan berasal stimulan dana operasional kecamatan dari PDPM
GERBANG UTAMA dan swadaya desa dan/atau kecamatan.
3.1.2. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi
Musdes sosialisasi merupakan pertemuan masyarakat desa sebagai ajang
sosialisasi atau penyebarluasan informasi PDPM GERBANG UTAMA di desa.
Hasil yang diharapkan dalam musdes sosialisasi adalah sebagai berikut:
25
a. Tersosialisasinya informasi pokok PDPM GERBANG UTAMA meliputi :
tujuan, prinsip, kebijakan, pendanaan, organisasi, proses dan prosedur yang
dilakukan kepada masyarakat desa,
b. Dipahaminya kebijakan tentang pemetaan RTM, BKAD, penanganan
masalah, pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi, pola penyampaian
informasi,
c. Tersosialisasinya keputusan yang dihasilkan dalam musyawarah antar desa
sosialisasi,
d. Adanya pernyataan kesanggupan atau kesedian desa untuk mematuhi dan
melaksanakan ketentuan PDPM GERBANG UTAMA,
e. Terpilihnya Pengurus TPK terdiri dari; Ketua, Sekretaris, dan Bendahara,
f. Tersosialisasinya konsep, kebijakan, dan rencana kegiatan dalam rangka
Menggagas Masa Depan Desa (MMDD),
g. Disosialisasikannya pola pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi,
h. Ditetapkannya BPD (jika sudah terbentuk) atau terpilihnya Tim Monitoring
Desa (jika belum terbentuk BPD) sebagai lembaga pengawas pelaksanaan
PDPM GERBANG UTAMA di desa.
i. Dibentuk tim monitoring masyarakat di lokasi-lokasi kegiatan seperti tim
checker yang melakukan pengecekan kuantitas dan kualitas setiap barang
yang datang ke lokasi,
j. Dipilih dan ditetapkannya kader desa dan kader teknik yang akan
memfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan proses PDPM
GERBANG UTAMA,
k. Disepakati dan ditetapkannya jadwal musyawarah desa perencanaan,
l. Disepakati pembuatan dan lokasi pemasangan papan informasi PDPM
GERBANG UTAMA dan media informasi lainnya,
Peserta Musdes Sosialisasi terdiri dari:
a. Kepala desa dan aparat desa,
b. BPD atau sebutan lainnya,
c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM),
d. Wakil RTM desa,
e. Wakil perempuan,
f. LSM/ormas,
g. Tokoh masyarakat, tokoh agama,
h. Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
Fasilitator dalam musdes sosialisasi adalah FK dan FT atau PjOK dan
Setrawan. Sedangkan pendanaan atas penyelenggaraan musdes berasal dari
swadaya desa atau masyarakat.
3.1.3. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
KPMD yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi, akan memandu
serangkaian tahapan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA yang diawali dengan
proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat.
Sebelum melakukan tugasnya, KPMD akan mendapat pelatihan. Hasil yang
diharapkan dalam pelatihan KPMD adalah:
26
a. Dipahaminya latar belakang, tujuan, prinsip, kebijakan dan tahapan atau
mekanisme PDPM GERBANG UTAMA,
b. Dipahaminya peran dan tugas KPMD,
c. Bertambahnya keterampilan melakukan teknik-teknik fasilitasi pertemuan
masyarakat dalam tahapan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA, termasuk
perencanaan secara partisipatif,
d. Bertambahnya keterampilan memberikan pendampingan dan
pembimbingan kepada masyarakat agar mampu mengelola PDPM
GERBANG UTAMA secara mandiri,
e. Bertambahnya kemampuan administrasi dan pelaporan yang diperlukan,
f. Bertambahnya kemampuan KPMD dalam menyusun rencana kerja,
g. Dipahaminya langkah-langkah fasilitasi dalam rangka Menggagas Masa
Depan Desa.
h. Dipahaminya instrumen pemetaan RTM basis dusun secara partisipatif,
i. Dipahaminya materi diagram Venn kelembagaan masyarakat,
j. Dipahaminya pola penyampaian informasi,
k. Dipahaminya pola penanganan pengaduan dan masalah,
l. Dipahaminya pola pemantauan dan evaluasi.
3.1.4. Pertemuan Kelompok untuk Penggalian Gagasan
Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahap penggalian gagasan
sampai dengan musdes perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas
Masa Depan Desa (MMDD). Ada 2 tahap yang harus dilakukan dalam
pertemuan kelompok untuk penggalian gagasan yakni pertemuan dusun untuk
pembuatan peta sosial dan musyawarah penggalian gagasan itu sendiri.
Kelompok yang dimaksud dalam proses sosialisasi dan penggalian gagasan di
sini adalah sekumpulan warga masyarakat (kelompok laki-laki, perempuan,
atau campuran) yang tergabung dalam:
1. Ikatan kemasyarakatan yang berlatar belakang wilayah (misalnya RW/ RK/ RT/ Dusun/ Kampung atau yang lainnya).
2. Kelompok–kelompok yang sudah ada (kelompok arisan, kelompok usaha bersama, kelompok keagamaan, dan lain lain).
3. Pengelompokan masyarakat lainnya sesuai kondisi setempat.
3.1.5. Musyawarah Desa Khusus Perempuan
MDKP dihadiri oleh kaum perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas
gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan menetapkan
usulan kegiatan yang merupakan keinginan khusus dari kelompok perempuan.
Usulan yang disampaikan perlu mempertimbangkan hasil penggalian gagasan
yang telah dilakukan sebelumnya. Usulan hasil musyawarah tersebut
selanjutnya dilaporkan ke musyawarah desa perencanaan untuk disahkan
sebagai bagian dari usulan desa. Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah
peta semua dusun, rekap data RTM dusun, diagram venn kelembagaan dusun,
rekap gagasan semua dusun, rekap masalah semua dusun.
Hasil yang diharapkan melalui pertemuan ini adalah :
27
a. Ditetapkannya usulan kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan, jika
ada gagasan yang diusulkan,
b. Ditetapkannya usulan yang merupakan keinginan perempuan selain usulan
kegiatan simpan pinjam,
c. Terpilihnya calon-calon wakil perempuan yang akan hadir di musyawarah
antar desa prioritas usulan.
MDKP dilakukan untuk mendapatkan usulan dari kelompok perempuan. Ada
kecenderungan gagasan perempuan lebih nyata menggambarkan kegiatan
yang berkaitan langsung dengan kondisi kemiskinan, karena merekalah yang
seringkali merasakan sehari-hari dalam kehidupan rumah tangganya.
Metode yang digunakan dalam MKP adalah analisis penyebab kemiskinan
dengan tujuan:
a. Mengajak perempuan mencari permasalahan penyebab kemiskinan yang
seringkali dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menganalisis
dan mencari akar permasalahannya,
b. Menentukan kegiatan apa saja yang diperkirakan dapat mengatasi
permasalahannya dari sudut pandang kelompok perempuan.
3.1.6. Musrenbang Desa/Musdes perencanaan
Musrenbang Desa/Musdes perencanaan merupakan pertemuan masyarakat di
desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari
proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun. Bahan-bahan yang
harus disiapkan adalah peta desa hasil penggabungan semua peta dusun,
rekap data RTM dusun, diagram Venn kelembagaan, rekap gagasan semua
dusun, rekap masalah semua dusun, dan usulan kelompok perempuan.
3.1.7. Penulisan Usulan Desa
Penulisan usulan merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis
gagasan-gagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan
desa yang akan diajukan pada MAD. Proses ini dilakukan oleh TPU yang telah
dipilih dalam forum musyawarah desa perencanaan. Sebelum melakukan
penulisan, TPU akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu
dari FK dan FT.
Hasil yang diharapkan dari proses penulisan usulan adalah dokumen usulan
kegiatan desa yang telah disetujui dalam musyawarah desa perencanaan dan
musyawarah desa khusus perempuan, termasuk data dan isian formulir
pendukungnya.
Pengajuan usulan oleh desa harus disertai dengan desain sederhana, yaitu
berupa gambar dari usulan kegiatan secara umum dengan perkiraan besaran
pembiayaannya. Desa juga dapat mengajukan usulan dengan dilengkapi desain
detail dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
28
3.1.8. Verifikasi Usulan
Verifikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa
dan menilai kelayakan usulan kegiatan dari setiap desa untuk didanai PDPM
GERBANG UTAMA. Verifikasi usulan kegiatan dilakukan oleh Tim Verifikasi
yang dibentuk di kecamatan dengan beranggota 5 - 10 orang yang memiliki
keahlian sesuai usulan kegiatan. Sebelum menjalankan tugasnya TV akan
mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dulu dari FK dan FT atau
Fasilitator Kabupaten.
Tim Verifikasi akan menilai setiap usulan kegiatan untuk melihat kesesuaian
usulan dengan kriteria penilaian usulan kegiatan yang meliputi:
a. diutamakan lokasi desa tertinggal
b. Lebih bermanfaat bagi RTM
c. Berdampak meningkatkan kesejahteraan RTM
d. Dapat dikerjakan oleh masyarakat
e. Memiliki potensi pengembangan dan keberlanjutan cukup tinggi
f. Didukung oleh sumber daya yang ada di masyarakat
TV harus memberi umpan balik di desa sebelum menyusun rekomendasi
kelayakan usulan. Rekomendasi penilaian kelayakan usulan diperiksa oleh FK
dan FT, terutama yang berkaitan dengan aspek teknis usulan kegiatan.
Selanjutnya, TV membuat rekomendasi hasil penilaian disertai dengan catatan
hasil pemeriksaan oleh FK dan FT. Rekomendasi TV akan menjadi dasar
pembahasan dalam MAD Prioritas Usulan.
3.1.9. Musrenbang Kecamatan/MAD Prioritas Usulan
MAD prioritas usulan adalah pertemuan di kecamatan yang bertujuan
membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan. Penyusunan peringkat
didasarkan atas kriteria kelayakan sebagaimana yang digunakan oleh TV dalam
menilai usulan kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari MAD Prioritas Usulan adalah:
a. Disepakati cara memeriksa dan menilai (sesuai kriteria yang digunakan TV)
usulan kegiatan yang diajukan desa,
b. Ditetapkannya urutan atau peringkat usulan kegiatan sesuai skala prioritas
kelayakan dan kebutuhan masyarakat,
c. Dipilih dan ditetapkannya pengurus UPK (Ketua, Sekretaris, Bendahara),
d. Disampaikan laporan pertanggungjawaban tahunan UPK (bila UPK sudah
terbentuk),
e. Disampaikan laporan kemajuan penanganan masalah beserta rencana
tindak lanjut,
f. Disepakatinya sanksi-sanksi yang akan diterapkan selama pelaksanaan
PDPM GERBANG UTAMA di kecamatan tersebut,
g. Disampaikannya keputusan desa-desa yang bersepakat untuk membentuk
BKAD sekaligus deklarasi pembentukan BKAD. Setelah keputusan ini maka
29
F-KEC memfasilitasi penyusunan AD/ART BKAD secara partisipatif dengan
melibatkan wakil-wakil desa. Bagi kecamatan yang sudah terbentuk BKAD
agendanya adalah Perumusan Rencana Kerja BKAD/Prioritas
Pembangunan Kecamatan berdasarkan dari hasil perumusan visi desa-
desa,
h. Disampaikannya usulan-usulan desa yang akan diajukan dan didanai dari
sumber lain (APBD, ADD, dan pihak ketiga lain). Usulan ini dapat
disampaikan melalui musrenbang kecamatan dan musyawarah antar desa
tahap selanjutnya.
i. Dirumuskannya dokumen prioritas kegiatan pembangunan kecamatan dari
hasil dokumen prioritas kegiatan pembangunan desa yang telah dihasilkan
pada Musdes Perencanaan.
Peserta MAD Prioritas Usulan terdiri dari:
a. Enam orang wakil per desa : Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua LPM, dan 3
orang wakil perempuan dari semua desa di kecamatan. Terhadap enam
wakil per desa ini mempunyai hak memberikan suara/pendapat pada saat
pengambilan keputusan.
b. Secara umum unsur-unsur yang hadir dalam MAD adalah:
Camat dan staf terkait,
Wakil dari seluruh instansi sektoral kecamatan (ISK) / UPTD
Kades di lingkungan kecamatan,
BPD atau sebutan lainnya,
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM),
Wakil RTM dari setiap desa,
Wakil perempuan dari setiap desa,
Komite sekolah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Organisasi Massa (ormas),
RT/RW.
Tokoh masyarakat, tokoh agama,
Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
30
PROSES PENENTUAN KEGIATAN
DALAM MAD PRIORITAS USULAN
PLENO BAHAS HASIL DISKUSI
KELOMPOK
KELOMPOK
DISKUSI
PERTEMUAN MUSYAWARAH
ANTAR DESA
DAFTAR URUTAN PRIORITAS
USULAN KEGIATAN
TIM
VERIFIKASI
KELOMPOK
DISKUSI
KELOMPOK
DISKUSI
31
3.1.10. Disain dan RAB
Langkah berikutnya setelah MAD Prioritas Usulan adalah Penyusunan Desain
dan RAB yaitu:
a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan, Desain, dan RAB
TPU bersama KPMD dengan dibimbing oleh FK dan FT melakukan survei
dan pengukuran lokasi serta survei harga material. Bila TPU dan KPMD
sudah mampu, selanjutnya berdasarkan atas hasil survei dibuatkan desain,
gambar teknis (rencana prasarana) atau rencana pelaksanaan kegiatan,
dan RAB-nya. Proses pembuatan desain dan RAB tetap mengacu kepada
kaidah dan spesifikasi teknis sehingga terjamin mutu kegiatan.
b. Pemeriksaan Desain dan RAB
Setiap desain dan RAB yang telah selesai dibuat oleh tim desa harus
diperiksa oleh FT-Kec. Sedangkan desain dan RAB yang pembuatannya
difasilitasi oleh FT-Kec harus diperiksa oleh Fasilitator Teknis Kabupaten.
Khusus untuk usulan kegiatan prasarana termasuk rencana pelaksanaan
kegiatan dan rencana pengadaan bahan yang diajukan, harus memenuhi
beberapa kriteria teknis dan aspek lingkungan serta memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
i. Komponen RAB yang menyertakan dana swadaya dilampiri dengan
surat pernyataan kesanggupan memberikan swadaya senilai yang
tercantum dalam RAB,
ii. Setiap kegiatan yang akan dilakukan dimungkinkan adanya sumbangan
lahan atau aset lain dari masyarakat. Sumbangan ini dapat bersifat
sukarela demi kepentingan umum dan dapat pula bersifat sumbangan
dengan kompensasi. Oleh sebab itu, masyarakat wajib diberi penjelasan
yang lengkap dan tepat tentang persyaratannya, serta prosesnya
didokumentasikan dengan baik,
iii. Apabila diberikan kompensasi, maka prosesnya mengikuti ketentuan
yang berlaku dan layak sesuai kondisi setempat. Biaya kompensasi
tersebut tidak boleh dialokasikan dari dana BLM, tetapi berasal dari
sumber lain yang tidak mengikat.
iv. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan maka proses pemberian
kompensasi harus sudah diselesaikan,
v. Rencana pemeliharaan harus sudah dibuat mencakup tugas tim
pemelihara, persiapan pelatihan, dan identifikasi sumber dana yang
akan digunakan,
vi. Setiap pelaksanaan kegiatan harus meminimalkan pengaruh buruk
sosial ekonomi masyarakat sekitar.
Revisi desain atau RAB adalah perubahan oleh FT-Kec / setelah melakukan
pemeriksaan berkaitan dengan kebutuhan teknis semata, perubahan ini
terkait dengan dimensi, spesifikasi, perlengkapan (misal: proyek jalan
kemudian ditambah gorong-gorong, drainase, dan lain-lain), harga, dan
volume. Revisi dalam kaitan ini masih dalam satu jenis proyek (misal:
jembatan tetap jembatan dan sebagainya). Revisi perlu disetujui oleh TPK,
PjOK,dan Fasilitator sebelum revisi dilaksanakan.
32
c. Sosialisasi Desain dan RAB
Sosialisasi desain dan RAB di desa bertujuan untuk menjelaskan kepada
masyarakat terutama kelompok pengusul tentang pokok-pokok rencana
yang telah disusun sesuai kaidah teknis dan sesuai dengan standar
lingkungan. Sosialisasi dilakukan dalam musyawarah desa yang difasilitasi
oleh TPU dibantu F-KEC dan atau FT-Kec. Desain dan RAB ini juga harus
ditempelkan pada papan informasi yang telah disediakan.
3.1.11. Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan
MAD penetapan usulan merupakan musyawarah untuk mengambil keputusan
terhadap usulan yang akan didanai melalui PDPM Gerbang Utama. Keputusan
pendanaan harus mengacu pada peringkat usulan yang telah dibuat pada saat
MAD prioritas usulan. Jika pada saat MAD prioritas usulan, seluruh usulan telah
selesai dibuat berikut detail desain dan RABnya, maka keputusan penetapan
usulan yang akan dibiayai melalui PDPM Gerbang Utama bisa langsung
diselenggarakan setelah agenda MAD prioritas usulan diselesaikan. Namun jika
belum selesai desain dan RABnya, maka MAD penetapan usulan dilakukan
pada waktu yang berbeda.
Hasil yang akan dicapai dari MAD Penetapan Usulan adalah:
a. Ditetapkannya pendanaan usulan sesuai dengan keputusan MAD Prioritas
Usulan,
b. Disetujuinya ketetapan tentang pemberlakuan sanksi lokal,
c. Disampaikannya rancangan jadwal pelaksanaan kegiatan di kecamatan,
d. Disepakatinya rancangan jadwal pelaksanaan kegiatan setiap desa,
e. Ditetapkannya rancangan AD-ART BKAD menjadi ketetapan AD/ART
BKAD. Penyusunan AD-ART BKAD ini sendiri dilakukan setelah MAD
prioritas usulan. Bagi kecamatan yang sudah mempunyai AD-ART BKAD,
agendanya adalah pembahasan Rencana Kerja BKAD/Prioritas
Pembangunan Kecamatan berdasarkan dari hasil perumusan pada MAD
prioritas usulan,
f. Disampaikannya usulan-usulan desa yang akan diajukan dan didanai dari
sumber lain (APBD, ADD, atau pihak ketiga lain), yang dapat disampaikan
melalui musrenbang kecamatan sekaligus ditetapkannya penunjukan wakil
MAD/BKAD untuk memproses pada tahapan berikutnya di kabupaten
(forum SKPD) sebagai bagian dari utusan kecamatan.
g. Ditetapkannya prioritas kegiatan pembangunan kecamatan yang dapat
diajukan sebagai renstra kecamatan, serta utusan kecamatan yang nantinya
mewakili masyarakat dalam Forum SKPD.
Peserta MAD Penetapan Usulan terdiri dari:
a. Enam orang wakil per desa: Kepala desa, Ketua BPD, Ketua LPM dan 3
orang wakil perempuan (BKD) dari semua desa di kecamatan.
b. Secara umum unsur-unsur yang hadir dalam MAD adalah:
Camat dan staf terkait,
33
Wakil dari seluruh instansi sektoral kecamatan (ISK),
Kades di lingkungan kecamatan,
BPD atau sebutan lainnya,
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM),
Wakil RTM dari setiap desa,
Wakil perempuan dari setiap desa,
Komite sekolah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Organisasi Massa (ormas), RT
dan RW
Tokoh masyarakat, tokoh agama,
Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
Sedangkan pendanaan atas penyelenggaraan MAD berasal dari operasional
kecamatan, swadaya desa atau masyarakat.
3.1.12. Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD
Musdes ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil
penetapan alokasi dana PDPM Gerbang Utama yang diputuskan dalam MAD
penetapan usulan. Musyawarah desa informasi hasil MAD dilaksanakan di
desa yang mendapatkan dana maupun yang tidak mendapatkan dana PDPM
Gerbang Utama.
3.1.13. Pengesahan Alokasi Bantuan oleh Camat
Hasil dari keputusan MAD penetapan usulan disahkan oleh Camat atas nama
Bupati menjadi Surat Penetapan Camat (SPC) yang berisi tentang daftar
alokasi bantuan PDPM GERBANG UTAMA di Kecamatan yang bersangkutan.
SPC berikut lampirannya, mencantumkan nama desa, jenis kegiatan termasuk
jumlah alokasi dananya, dikirimkan oleh PjOK kepada Tim Koordinasi PDPM
GERBANG UTAMA Kabupaten dengan tembusan kepada Bupati, FK, FT dan
Fasilitator Kabupaten.
3.1.14. Pengesahan Dokumen SPPB
Ketua TPK, PjOK dan Ketua UPK akan membuat SPPB, yang diketahui Kades
dan Camat atas nama Bupati. Pengesahan SPPB dilakukan langsung segera
sesudah diterbitkan SPC, dan tidak perlu menunggu persetujuan dari
kabupaten.
Kelengkapan dokumen sebagai lampiran SPPB, terdiri dari:
a. Usulan kegiatan,
b. RAB detail per kegiatan,
c. Jadwal pelaksanaan,
d. Formulir Penanganan Masalah Dampak Lingkungan,
e. Komitmen sumbangan dari masyarakat,
f. Foto 0 % dari kegiatan yang akan dibangun/dikerjakan.
34
3.2 Pelaksanaan Kegiatan
Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan yang tetap mengacu pada prinsip dan
mekanisme PDPM GERBANG UTAMA, maka perlu adanya persiapan pelaksanaan
yang matang dan terencana. Persiapan pelaksanaan ini lebih ditujukan kepada
penyiapan aspek sumber daya manusia, termasuk masyarakat, TPK, UPK, dan seluruh
pelaku PDPM GERBANG UTAMA lainnya. Karena itu, TPK dan UPK perlu
mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan yang didanai
PDPM GERBANG UTAMA. Pelatihan UPK, BP-UPK, TPK, dan pelaku desa lainnya
dilakukan dalam masa setelah penandatanganan SPPB oleh Camat, sampai dengan
masa persiapan pelaksanaan.
3.2.1 Persiapan Pelaksanaan
a. Rapat Koordinasi Awal di Kecamatan
Rapat koordinasi ini difasilitasi oleh PL, Fasilitator, Setrawan dan PjOK. Rapat
dihadiri oleh pengurus UPK, Kades, dan TPK setiap desa penerima dana
PDPM GERBANG UTAMA. Waktu penyelenggaraan rapat, diharapkan tidak
lebih dari satu minggu setelah pelaksanaan pelatihan bagi TPK dan UPK.
Hasil yang diharapkan:
Disepakati mekanisme koordinasi dan rapat-rapat lain selama periode
pelaksanaan,
Penyamaan persepsi dan langkah dari seluruh unsur yang ada di kecamatan
terhadap pelaksanaan program, termasuk dalam hal evaluasi dan pelaporan,
Terjadi tukar pendapat dan pemberian saran antar desa terhadap rencana
setiap desa,
Dibahas dan disepakati tentang mekanisme penyelesaian kendala dan
masalah yang muncul.
b. Rapat Persiapan Pelaksanaan di Desa
Pengurus TPK bersama Kades secepatnya mengadakan rapat persiapan
pelaksanaan di desa sebelum memulai pelaksanaan kegiatan. Rapat persiapan
di desa difasilitasi oleh KPMD. Hasil rapat persiapan pelaksanaan menjadi
acuan langkah kerja selanjutnya.
Hasil yang diharapkan :
Dibahas dan disepakati tentang peran, fungsi dan pembagian tugas tiap
pengurus TPK dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di desa,
Menyusun rencana kerja detail termasuk penjadwalannya, seperti rencana
pendaftaran tenaga kerja, pengadaan bahan dan alat, pembuatan contoh
dan trial pekerjaan,
Disepakati jadwal, tata cara, dan sanksi-sanksi pertemuan rutin mingguan
atau bulanan TPK untuk evaluasi pelaksanaan.
3.2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah
disepakati dalam pertemuan MAD penetapan usulan dan musdes informasi hasil
MAD serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut:
35
Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan pelaksanaan dan
tanggung jawab ada pada masyarakat,
Masyarakat desa mendapat prioritas untuk turut bekerja dalam pelaksanaan
kegiatan, terutama bagi RTM,
Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh masyarakat
sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil atau ahli dari luar
sepanjang disepakati dalam musdes, dan kebutuhan tersebut di atas harus
diperhitungkan dalam RAB kegiatan,
Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai hasil
yang memuaskan serta selesai tepat waktu.
a. Penyaluran Dana
Untuk penyaluran dana bantuan PDPM GERBANG UTAMA, mengikuti
proses dan prosedur yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
Perbendaharaan, Kemenkeu.
b. Pengadaan Tenaga Kerja
TPK mengumumkan adanya rencana pelaksanaan kegiatan kepada
masyarakat dan kebutuhan tenaga kerjanya, serta upah dan hari kerja
yang dibutuhkan sesuai RAB dan desain teknisnya. Pengumuman
kebutuhan tenaga kerja ini terbuka bagi warga desa termasuk bagi kaum
perempuan dan diutamakan bagi RTM. Pengumuman disampaikan
melalui papan informasi di tempat strategis dimana masyarakat biasa
berkumpul, sehingga setiap warga masyarakat tahu bahwa ada
pembangunan di desanya. Calon tenaga kerja mengisi Format
Pendaftaran satu kali sebelum mulai bekerja, akan tetapi boleh
mendaftarkan diri sampai pelaksanaan selesai.
c. Pengadaan Bahan dan Alat
Proses pengadaan bahan dan alat harus dilaksanakan secara transparan
dan tetap menggunakan bahan serta alat sesuai spesifikasi yang telah
dicantumkan dalam desain teknis dan RAB.
d. Rapat Evaluasi TPK
Rapat dimaksudkan untuk mengevaluasi perkembangan pelaksanaan
kegiatan di lapangan untuk penyiapan bahan dan rencana kerja periode
berikutnya. Rapat evaluasi dilaksanakan secara periodik (mingguan dan
bulanan).
Hasil yang diharapkan:
Laporan kemajuan target pekerjaan dibandingkan rencana yang sudah
dibuat,
Adanya pembahasan tentang kendala dan masalah yang terjadi serta
mencari penyelesaian atau tindak lanjut yang diperlukan,
Evaluasi kinerja setiap pengurus TPK,
Tersusunnya laporan penggunaan dana (LPD).
Tersusunnya rencana kerja detail untuk periode berikutnya,
36
3.2.3 Musdes Pertanggungjawaban
Musdes ini dimaksudkan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan oleh TPK kepada masyarakat. Musyawarah
pertanggungjawaban ini dilakukan secara bertahap minimal dua kali yaitu setelah
memanfaatkan dana PDPM GERBANG UTAMA tahap pertama dan tahap kedua.
Hasil yang diharapkan dari musdes pertanggungjawaban adalah:
a. Penyampaian laporan dari TPK tentang penerimaan dan penggunaan dana,
status atau kemajuan dari tiap kegiatan, tingkat partisipasi, dan keterlibatan
perempuan dan RTM,
b. Pernyataan diterima atau ditolaknya laporan pertanggungjawaban dari TPK,
berdasarkan hasil voting tertutup dari seluruh peserta pertemuan,
c. Evaluasi terhadap kinerja TPK serta upaya peningkatan pada periode
selanjutnya,
d. Kesepakatan tentang penyelesaian masalah atau keluhan yang timbul di
masyarakat,
e. Pembuatan rencana kerja dan pendanaan untuk periode berikutnya,
f. Penyampaian kemajuan penanganan masalah dan rencana tindak lanjutnya.
3.2.4 Sertifikasi
Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan dan kegiatan berdasarkan
spesifikasi teknis oleh FK dan FT. Tujuan sertifikasi adalah untuk mendorong
peningkatan kualitas pekerjaan. Jenis kegiatan sertifikasi meliputi sertifikasi
terhadap penerimaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan. Sertifikasi dilakukan oleh
FK dan FT pada saat melakukan kunjungan lapangan. Hasil sertifikasi
disampaikan di papan informasi agar dapat diketahui seluruh masyarakat.
Terhadap semua kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh FK dan FT maka
Fasilitator kabupaten berkewajiban melakukan pengujian baik terhadap dokumen
maupun realisasinya di lapangan secara acak, sebagai bagian tindakan
pengendalian.
3.2.5 Revisi
Revisi adalah perubahan terhadap rencana kegiatan dan desain/RAB. Revisi
kegiatan hanya dapat dilakukan dengan syarat tidak menambah dana BLM.
Penetapan suatu kondisi dinyatakan bencana alam/force majeur ditetapkan
melalui MD atau MAD. Revisi kegiatan dibuat oleh TPK berdasarkan keputusan
musyawarah desa yang dituangkan dalam berita acara revisi dan mendapatkan
persetujuan PJOK dan Fasilitator. Berita acara revisi harus diumumkan melalui
papan informasi.
Revisi desain/RAB juga dapat dilakukan atas saran Faste-Kab berdasarkan
pertimbangan teknis hasil kunjungan lapangan. Pertimbangan teknis tersebut
harus disampaikan secara terbuka kepada masyarakat. Setiap bentuk revisi
desain/RAB harus dituangkan dalam Berita Acara Revisi.
37
3.2.6 Dokumentasi Kegiatan
Seluruh kegiatan dari PDPM GERBANG UTAMA harus didokumentasikan oleh FK
dan FT. Meskipun demikian, untuk kepentingan desa dan kecamatan, maka TPK
dan UPK juga harus mengelola dokumentasi kegiatan.
Pada akhir periode pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA, FK dan FT harus
memastikan adanya dokumentasi foto yang disusun dalam satu album khusus,
dengan ketentuan :
a. Foto-foto yang ditampilkan merupakan foto PDPM GERBANG UTAMA di
Kecamatan yang bersangkutan. Bukan kumpulan foto dari setiap desa
penerima PDPM GERBANG UTAMA, namun sudah merupakan hasil seleksi
dari semua arsip foto yang ada. Tetapi tidak boleh hanya foto dari satu desa
saja.
b. Setiap foto perlu diberikan catatan atau keterangan ringkas.
c. Foto yang ditampilkan meliputi :
Foto kondisi 0%, 50%, dan 100% yang diambil dari sudut pengambilan
yang sama.
Foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja secara beramai-ramai.
Foto yang memperlihatkan peran serta perempuan dalam kegiatan
prasarana.
Foto yang memperlihatkan pembayaran insentif secara langsung kepada
masyarakat.
3.2.7 Penyelesaian Kegiatan
Penyelesaian kegiatan yang dimaksud disini adalah penyelesaian dari tiap jenis
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bagian dari pertanggungjawaban TPK di
desa. Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dan diselesaikan,
meliputi:
a. Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K) memuat pernyataan
bahwa seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan (100%) serta siap
diperiksa oleh PjOK. Untuk kegiatan SPP (yang dananya ada pada
masyarakat) pelaporannya hanya sampai dengan tanggal dibuatnya laporan.
LP2K ditandatangani oleh TPK dan FK dan FT. Pada saat LP2K
ditandatangani, seluruh administrasi baik pertanggungjawaban dana maupun
jenis administrasi lainnya sudah dilengkapi dan dituntaskan, termasuk
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB). LP2K yang sudah ditandatangani
diserahkan pada PjOK dengan tembusan kepada PJO Kab untuk
ditindaklanjuti berupa pemeriksaan di lapangan.
b. Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)
Untuk kejelasan tentang apa saja yang telah dilaksanakan di lapangan serta
penggunaan dana bantuan PDPM GERBANG UTAMA di desa, TPK
bersama KPMD yang dibantu oleh FK dan FT harus membuat rincian
realisasi kegiatan dan biaya berikut rekapitulasinya. Di dalam realisasi
kegiatan dan biaya dibuat secara terpisah antara setiap kegiatan. Realisasi
Kegiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat sesuai dengan kondisi terlaksana di
38
lapangan dan menunjukkan target akhir dari pelaksanaan PDPM GERBANG
UTAMA di desa. Harga-harga satuan, volume, jumlah HOK terserap,
besarnya, dan distribusi dana dari setiap kegiatan di luar prasarana harus
berdasar kepada kondisi aktual di lapangan dan sesuai dengan catatan yang
ada pada buku kas umum. Harus dihindari sikap yang hanya menyalin atau
menulis ulang RAB awal tanpa melihat realisasi yang setelah terjadi di
lapangan. Pembuatan RKB hanyalah merekap atau merangkum seluruh
catatan penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan yang dibuat selama
pelaksanaan. Jika terdapat kontribusi swadaya masyarakat selama periode
pelaksanaan, perlu dicantumkan dalam RKB.
RKB merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari LP2K, sehingga
harus sudah dapat diselesaikan sebelum LP2K ditandatangani. RKB juga
akan banyak manfaatnya untuk menjelaskan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang muncul pada saat pemeriksaan atau audit. Pada kegiatan
pembangunan prasarana perincian volume dan biaya yang tercantum pada
format RKB harus sesuai dengan lapangan dan berkaitan erat dengan
gambar-gambar purnalaksana yang juga merupakan lampiran dalam
dokumen penyelesaian. Gambar-gambar yang dilampirkan dalam dokumen
penyelasaian, yaitu denah atau lay out, peta situasi, detai konstruksi dan
gambar lain-lain yang juga merupakan bagian dari RKB, harus dibuat sesuai
dengan kondisi yang ada atau terlakasana di lapangan. Harus dihindari
melampirakan gambar-gambar desain dalam dokumen penyelesaian tanpa
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Jika terjadi
perubahan di lapangan, di samping dilakukan perubahan pada gambar juga
harus dituangkan dalam berita acara revisi.
c. Musyawarah Desa Serah Terima (MDST)
MDST merupakan bentuk pertanggungjawaban seluruh pengelolaan dana
dan kegiatan oleh TPK kepada masyarakat setelah pekerjaan/kegiatan
selesai dilaksanakan. Tujuan musyawarah ini untuk menghindari
kesalahpahaman di kemudian hari sehingga hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat diterima oleh masyarakat. Hasil MDST dituangkan dalam
berita acara.
Jika hasil pelaksanaan kegiatan yang disampaikan TPK belum dapat
diterima oleh MDST, TPK diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
pekerjaan dan dokumen yang dipersyaratkan, yang akan disampaikan
melalui MDST berikutnya.
Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K) disahkan
setelah masyarakat menerima hasil pekerjaan/kegiatan dalam musyawarah
desa tersebut.
Hasil yang diharapkan dari MDST:
Penjelasan kepada masyarakat bahwa setelah Surat Pernyataan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K) disahkan maka berakhir
sudah tanggung jawab TPK terhadap kegiatan di lapangan,
Laporan hasil pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan, termasuk
pertanggungjawaban seluruh penerimaan dan penggunaan dana.
39
Hasil evaluasi terhadap pekerjaan, kinerja TPK, dan penggunaan dana.
Serah terima hasil pekerjaan kepada masyarakat agar dapat
dimanfaatkan dan dilestarikan, serta ditetapkannya Tim Operasional dan
Pemeliharaan.
Ditetapkannya rencana pemeliharaan terhadap kegiatan yang telah
diserahterimakan, mencakup tugas tim pemelihara, persiapan pelatihan,
dan identifikasi sumber dana yang akan digunakan.
d. Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K)
Secara resmi pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA di desa dinyatakan
selesai jika telah diserahterimakan kepada masyarakat dalam MDST dan
setelah ditandatangani SP3K oleh Ketua TPK dan PjOK serta diketahui
Kepala Desa dan Camat atas nama Bupati. Kegiatan tambahan atau
lanjutan yang bersumber dana dari luar PDPM GERBANG UTAMA baru
dapat dimulai setelah diterbitkan SP3K, misalnya: pengaspalan ruas jalan
melalui dana APBD lainnya, pemasangan dinding pasangan batu oleh
pengairan pada saluran irigasi, tambahan modal dari bank terhadap
kegiatan simpan pinjam dan lain-lain. PjOK harus memastikan bahwa
kegiatan yang diserahterimakan atau yang tercantum dalam SP3K benar-
benar telah memenuhi syarat, sesuai dengan RKB, gambar-gambar
purnalaksana sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, dan catatan-
catatan tentang kegiatan sesuai dengan data di masyarakat.
Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemui adanya kekurangan dalam
pelaksanaan termasuk dalam hal administrasi maka PjOK dapat
memberikan kesempatan waktu kepada TPK untuk melakukan perbaikan
terlebih dahulu. Baru kemudian SP3K dapat ditandatangani. Termasuk
syarat dalam pengesahan SP3K bahwa pekerjaan diterima masyarakat
dan TPK sudah membuat dan merumuskan bersama masyarakat
mengenai rencana pelestarian.
e. Pembuatan Dokumen Penyelesaian
Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar
berisi tentang Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan
Kegiatan(SP3K), Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K),
rincian realisasi penggunaan biaya dan lampiran pendukung lainnya.
Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh TPK bersama FK
dan FT dan KPMD untuk didistribusikan oleh PjOK selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sejak tanggal ditandatanganinya LP2K. Jika sampai batas
waktu tersebut Dokumen Penyelesaian belum dituntaskan maka Ketua
TPK, FK , FT, Setrawan dan PjOK harus membuat Berita Acara
Keterlambatan dan Kesanggupan Penyelesiannya untuk disampaikan
kepada TK-PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten.
Pendistribusian dari dokumen penyelesaian ini dilaksanakan oleh PjOK
dan Setrawan dibantu oleh FK dan FT. Biaya pembuatan dari dokumen
penyelesaian seluruhnya dimasukan pada biaya umum dari alokasi dana
40
PDPM GERBANG UTAMA di desa, sehingga sejak tahap perencanaan
sudah dialokasikan besarnya biaya ini secara wajar.
f. Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (kondisi khusus)
Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata kegiatan
pembangunan prasarana belum dapat diselesaikan atau dana belum
disalurkan seluruhnya, maka Ketua TPK , FK dan FT dengan diketahui
oleh Kades membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)
sebagai pengganti LP2K. BASPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan
kegiatan yang dicapai pada saat itu. Jika sudah dibuat BASPK maka tidak
perlu lagi dibuat LP2K. SP3K tetap harus dibuat setelah seluruh kegiatan
telah dituntaskan (100%) sebagai bukti selesainya pekerjaan. Lampiran
yang harus dibuat jika muncul BASPK, sama dengan LP2K, yaitu realisasi
kegiatan dan biaya hingga saat itu maupun gambar-gambar purnalaksana
hingga saat itu.
3.3 Pelestarian Kegiatan
Pengelolaan kegiatan PDPM GERBANG UTAMA harus dijamin dapat memberi
manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable). Di samping manfaat
dari hasil kegiatan, aspek pemberdayaan, sistem dan proses perencanaan, aspek
good governance, serta prinsip-prinsip PDPM GERBANG UTAMA harus memberi
dampak perubahan positif secara berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk dapat
mencapai hal itu maka semua pelaku PDPM GERBANG UTAMA harus mengetahui
dan mampu memahami latar belakang, dasar pemikiran, prinsip, kebijakan, prosedur,
dan mekanisme PDPM GERBANG UTAMA secara benar.
3.3.1 Hasil Kegiatan
Hasil-hasil kegiatan PDPM GERBANG UTAMA yang berupa prasarana, simpan
pinjam, dan kegiatan bidang pendidikan dan kesehatan merupakan aset bagi
masyarakat yang harus dipelihara, dikembangkan, dan dilestarikan. Sebagaimana
sanksi yang ditentukan dari pemerintah, bahwa jika hasil kegiatan tidak dikelola
dengan baik seperti tidak terpelihara atau bahkan tidak bermanfaat atau
pengembalian macet maka desa atau kecamatan tidak akan mendapat dana
PDPM GERBANG UTAMA untuk tahun berikutnya.
3.3.2 Proses Pelestarian
Pelestarian kegiatan merupakan tahapan pascapelaksanaan yang dikelola dan
merupakan tanggung jawab masyarakat. Namun demikian dalam melakukan
tahapan pelestarian, masyarakat tetap berdasarkan atas prinsip PDPM GERBANG
UTAMA.
Hasil yang diharapkan dari upaya pelestarian kegiatan adalah:
Keberlanjutan proses dan penerapan prinsip PDPM GERBANG UTAMA
dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif di masyarakat,
Menjamin berfungsinya secara berkelanjutan prasarana/sarana yang telah
dibangun, kegiatan yang menunjang kualitas hidup masyarakat bidang
41
pendidikan–kesehatan, serta pengembangan kegiatan simpan pinjam
kelompok perempuan dengan kemampuan masyarakat sendiri,
Menjamin kelanjutan sistem dan mekanisme pengelolaan dana masyarakat,
Meningkatkan berfungsinya kelembagaan masyarakat di desa dan kecamatan
dalam pengelolaan program,
Menumbuhkan dan meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan.
3.3.3 Komponen Pendukung Pelestarian
Guna mendukung upaya pelestarian maka diperlukan beberapa komponen :
Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial yang harus dimiliki oleh
kelompok-kelompok masyarakat, TPK, serta pelaku-pelaku lain PDPM
GERBANG UTAMA di desa dan kecamatan,
Penyediaan sistem dan mekanisme monitoring, evaluasi, perencanaan, dan
pengendalian secara partisipatif yang memungkinkan anggota masyarakat
dapat mengetahui serta ikut mengontrol kegiatan yang direncanakan, sedang
berjalan, maupun yang sudah selesai dilaksanakan,
Penguatan lembaga-lembaga masyarakat di kecamatan dan desa, termasuk
lembaga pengelola prasarana/sarana.
Selama tahap pelestarian peran kader desa dan teknik secara berkelanjutan
sangat diharapkan, mengingat yang bersangkutan telah memperoleh alih
pengetahuan dan ketrampilan dari para Fasilitator.
3.3.4 Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan PDPM GERBANG UTAMA diarahkan kepada adanya
perawatan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang ada,
sehingga dapat secara terus-menerus dimanfaatkan oleh masyarakat secara
efektif dan efisien.
Untuk menjamin terjadinya pemeliharaan, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
Rencana pemeliharaan sudah dimasukkan dalam usulan kegiatan. Tim
Pemelihara segera dibentuk dan dilatih paling lambat setelah MAD Penetapan
Usulan. Tim Pemelihara selanjutnya dilibatkan dalam memantau pekerjaan
yang dilakukan oleh TPK.
Untuk setiap jenis prasarana tertentu, telah dibuat daftar penanggung jawab
dan penetapan iuran,
Untuk jenis kegiatan lain, ditetapkan kelompok pengelola dan pemeliharaan.
PjOK akan dilibatkan dalam rangka pemantauan pemeliharaan rutin.
Pada dokumen penyelesaian harus sudah disediakan garis besar rencana
pemeliharaan yang diwajibkan sebagai lampiran SP3K.
3.3.5 Pelatihan Pemeliharaan
FK dan FT dibantu Fasilitator Kabupaten wajib memberikan pelatihan kepada
anggota Tim Pemelihara atau yang ditunjuk pada waktu pelaksanaan program
hampir selesai. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat diberi penjelasan mengenai
kepentingan pemeliharaan, organisasi pengelola dan pemeliharaan, dan teknik-
42
teknik yang digunakan seperti: teknik membuat inventarisasi masalah dan teknik
memperbaikinya. Di samping itu akan dilakukan praktik di lapangan agar materi
pelatihan lebih
43
MAD
Sosialisasi
Musdes
Sosialisasi
PKD/
PENGGALIAN GAGASAN
Pelatihan Kader
Pember-dayaan
Masyarakat Desa
Musy. Desa Khusus
Perempuan
Musrenbang Desa/
Musdes Perencanaan
Musrenbang Kec/MAD
Prioritas Usulan
Penulisan Usulan dng/tanpa desain
RAB
Verifikasi Usulan
Musdes Informasi
Hasil MAD
Musdes Pertanggungjawaban
(2X)
Musdes
Serah Terima
Persiapan Pelaksanaan (Pendaftaran
tenaga, pelatihan TPK, UPK , dan
pelaku desa lainnya)
Supervisi Pelaksanaan dan Kunjungan Antar
Desa
Pencairan Dana dan Pelaksanaan
Kegiatan
Supervisi Pelaksanaan,
Kunjungan Antar Desa, Pelatihan Tim Pemliharaan
Operasional Pemeliharaan
Evaluasi
MAD Penetapan
Usulan
ALUR TAHAPAN PDPM GERBANG UTAMA
Desain & RAB, Verifikasi
Teknis SPP
Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan
ORIENTASI DAN
PENGAMATAN LAPANG
Musrenbang
Kab
Forum SKPD
Form;
survey dusun
criteria
kesejahteraan
pemetaan RTM
diagram
kelembagaan
kalender musin
peta sosial
Form;
survey dusun
criteria kesejahteraan
pemetaan RTM
diagram kelembagaan
peta sosial
1. Visi Desa
2. Peta Sosial Desa
3. Usulan Desa
(BLM, ADD, PJM, Lainnya)
4. PJM (RKP Des, RPJMDes)
-Rangking Usulan -Renstra Kecamatan
Penetapan Pendanaan,
-utusan kecamatan
44
BAB. IV
PENGENDALIAN
Pengendalian PDPM GERBANG UTAMA dilakukan melalui kegiatan pemantauan,
pengawasan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjutnya.
Pengendalian terhadap pelaksanaan seluruh proses dan kegiatan PDPM GERBANG
UTAMA bertujuan :
a. Menjaga setiap proses PDPM GERBANG UTAMA selalu sesuai dengan aturan, prinsip,
dan kebijakan PDPM GERBANG UTAMA,
b. Menjaga bahwa hasil-hasil dalam seluruh tahapan kegiatan diperoleh melalui proses dan
mekanisme yang benar,
c. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan,
d. Menjaga kualitas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan agar memuaskan dan
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan,
e. Mengendalikan pemanfaatan dana PDPM GERBANG UTAMA agar sesuai dengan yang
direncanakan dan dikelola secara transparan.
f. Mengendalikan agar setiap pelaku PDPM GERBANG UTAMA dapat menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Strategi dasar dalam pengendalian PDPM GERBANG UTAMA adalah :
a. Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu memberikan
umpan balik terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,
b. Pelaku PDPM GERBANG UTAMA di semua tingkatan menjalankan mekanisme
pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat, dan efektif termasuk
temuan kendala dan masalah,
c. Harus ada pemerikasaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang
ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan,
d. Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap
tahapan yang dilaksanakan,
e. Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan aturan
dengan pemberian sanksi.
4.1. Pemantauan dan Pengawasan
Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati
perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
memastikan apakah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan pemantauan dan pengawasan juga untuk
memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prinsip dan prosedur PDPM
GERBANG UTAMA, melihat kinerja semua pelaku PDPM GERBANG UTAMA, serta
melakukan identifikasi dan mengantisipasi timbulnya permasalahan.
Pemantauan dan pengawasan adalah proses yang terus menerus dilakukan sepanjang
tahapan PDPM GERBANG UTAMA termasuk pelatihan, sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian. Hasil dari kegiatan pemantauan dan pengawasan
digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap
perencanaan. Hasil pemantauan ini menjadi masukan untuk evaluasi terhadap
45
pelaksanaan program maupun dasar pembinaan kepada pelaku PDPM GERBANG
UTAMA dan masyarakat.
Pemantauan dan pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh setiap pelaku PDPM GERBANG UTAMA, yaitu: masyarakat, aparat pemerintahan
di berbagai tingkatan, konsultan, fasilitator, LSM, wartawan, lembaga donor, dan lain-
lain.
Jenis Kegiatan pemantauan dalam PDPM GERBANG UTAMA meliputi:
4.1.1. Pemantauan dan pengawasan Partisipatif oleh Masyarakat
Adalah pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Masyarakat adalah pemilik proses dari
suatu kegiatan program, dan mereka bertanggung jawab untuk memantau dan
mengawasi proses kegiatan program. Masyarakat diberi kesempatan untuk
memilih dan membentuk kelompok/tim khusus yang akan melakukan
pemantauan dan pengawasan melalui forum musyawarah desa. Semua
anggota kelompok berasal dari masyarakat desa dan bekerja secara sukarela
demi kepentingan masyarakat. Diharapkan anggota tim ini terdiri dari warga
dusun yang ada serta merupakan tokoh agama/adat/masyarakat setempat.
Mereka mewakili masyarakat untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan PDPM
GERBANG UTAMA di desanya. Dalam pelaksanaan PDPM GERBANG
UTAMA, musyawarah desa juga menetapkan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) berperan dalam pemantauan dan pengawasan kegiatan PDPM
GERBANG UTAMA di desa.
4.1.2. Pemantauan dan Pemeriksaan oleh Pemerintah
Dana PDPM GERBANG UTAMA adalah bagian dari anggaran belanja daerah,
sehingga pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa PDPM
GERBANG UTAMA berjalan sesuai prinsip dan prosedur serta dipakai
sebagaimana mestinya. Semua pegawai pemerintah yang terlibat dalam PDPM
GERBANG UTAMA (Tim Koordinasi, Bupati, Camat, Kepala Desa, PjOK, dan
lain-lain) mempunyai tugas untuk memantau PDPM GERBANG UTAMA.
Pegawai pemerintah harus sering mengunjungi lapangan, baik secara rutin
maupun mendesak untuk membantu memfasilitasi penyelesaian masalah.
Mereka bisa melihat dan memeriksa masalah-masalah ataupun isu yang ada
atau memeriksa beberapa hal yang jmenjadi tugas pemantauan dan
pemeriksaan fasilitator.
4.1.3. Pemantauan dan Pemeriksaan Berjenjang
Tim Koordinasi PDPM dan PJO Kab Wajib Memantau kegiatan sesuai dengan
rencana dan apakah prinsip maupun prosedur PDPM GERBANG UTAMA
diterapkan dengan benar.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh fasilitator meliputi:
a Pemeriksaan terhadap penerapan prinsip dan prosedur PDPM GERBANG
UTAMA.
b Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan penggunaan dana PDPM
46
c Pemeriksaan terhadap poses pelaksanaan kegiatan termasuk pengelolaan
dokumen dan administrasi.
d Pemeriksaan terhadap kualitas proses pelaksanaan dari setiap tahapan
kegiatan.
4.1.4. Pemantauan oleh Pihak Lain
Pemantauan yang dilakukan secara independen, oleh organisasi atau pihak lain
sehingga program bisa menerima sudut pandang yang berbeda, yaitu pihak
independen yang mungkin memiliki pandangan lebih obyektif atau sudut
pandang yang berbeda dari para pelaksana program. Pemantauan eksternal
dilakukan antara lain oleh DPR/DPRD, LSM, dan wartawan. Dengan adanya
keberadaan pemantau dari pihak lain bersama pelaku-pelaku PDPM
GERBANG UTAMA, diharapkan akan terjadi sinergi yang mendorong terjadinya
forum lintas pelaku dalam rangka pembelajaran program pemberdayaan
masyarakat.
4.1.5. Audit dan Pemeriksaan Keuangan
a. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilakukan oleh FK dan FT pada setiap kunjungan ke
desa untuk memeriksa proses pelaksanaan kegiatan. serta pengelolaan
dananya. Hasil pemeriksaan rutin dibahas bersama Tim Pengelola
Kegiatan, kemudian mereka diberi saran-saran perbaikan yang ditulis dalam
buku bimbingan.
b. Pemeriksaan Eksternal Struktural
Pemeriksaan eksternal struktural secara resmi akan dilaksanakan oleh
Inspektorat Kabupaten. Untuk kegiatan pemeriksaan ini, Inspektorat
mengeluarkan petunjuk pemeriksaan terhadap PDPM GERBANG UTAMA
sebagai acuan pemeriksaan.
4.2. Evaluasi
Evaluasi dalam PDPM GERBANG UTAMA dapat dilakukan pada saat selesainya
suatu tahapan kegiatan atau pada saat berakhirnya satu fase program. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan
berikut kualitasnya, termasuk di dalamnya adalah kinerja para pelaku PDPM
GERBANG UTAMA. Sedangkan pada akhir program, evaluasi lebih ditujukan untuk
melihat dampak program. Hasil dari pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan
dapat dijadikan dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di desa maupun di
kecamatan. Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap
kelemahan dan mengatasi hambatan yang terjadi.
Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari rencana,
kriteria, atau standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan ke lapangan,
melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya.
Sementara itu, kegiatan evaluasi juga dapat dilakukan pada saat tertentu (bisa
dilakukan di pertengahan atau pada akhir tahun program atau siklus). Hasil kegiatan
47
evaluasi yang dilakukan perlu diketahui juga oleh pelaku-pelaku di lapangan.
Indikator yang dipakai dalam evaluasi adalah sebagai berikut:
Indikator sukses: Dirumuskan dari tujuan spesifik yang ingin dicapai dari setiap
jenis kegiatan dalam PDPM GERBANG UTAMA, misalnya tingkat partisipasi,
tingkat perkembangan kelembagaan, dan jumlah prasarana sarana yang
terbangun
Indikator kinerja : Dirumuskan dari tujuan khusus PDPM GERBANG UTAMA,
misalnya adakah peningkatan partisipasi masyarakat, adakah peningkatan
kualitas kelembagaan, dan adakah peningkatan anggaran yang pro poor dari
Pemda.
Indikator dampak : Dirumuskan dari tujuan umum PDPM GERBANG UTAMA.
Mengenai indikator, parameter, dan mekanisme evaluasi untuk ketiga hal tersebut di
atas akan dijabarkan dalam panduan tersendiri.
4.3. Pelaporan
Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai
perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala atau
permasalahan yang terjadi, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan
PDPM GERBANG UTAMA.
Mekanisme pelaporan dalam pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA dilakukan
melalui jalur struktural dan jalur fungsional, sebagai upaya untuk mempercepat proses
penyampaian data dan atau informasi dari lapangan atau desa ke tingkat Kecamatan
dan Kabupaten.
Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang disajikan
minimal harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting, yaitu :
a. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan,
b. Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan,
c. Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan,
d. Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan,
e. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya,
f. Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program.
Sistem laporan dari Tim Pengelola Kegiatan dalam PDPM GERBANG UTAMA dibuat
sesederhana mungkin, mengingat keterbatasan kemampuan administratif TPK. Sistem
laporan mengutamakan informasi yang akurat.
4.3.1. Pelaporan Jalur Struktural
Pelaporan jalur struktural melibatkan beberapa pihak baik sebagai pembuat
maupun penerima laporan seperti Ketua TPK, PjOK, Camat, TK-PDPM
GERBANG UTAMA Kabupaten, kepada Bupati,
Mekanisme untuk pelaporan jalur struktural dilakukan secara berjenjang
sebagai berikut:
a. Ketua TPK dengan bimbingan dari fasilitator kecamatan membuat laporan
bulanan yang ditujukan kepada PjOK.
b. PjOK dengan bantuan FK dan FT menelaah dan mengambil langkah-
langkah yang diperlukan setelah menerima laporan dari ketua TPK.
48
Selanjutnya PjOK menyusun dan membuat laporan bulanan yang ditujukan
kepada Bupati c.q Tim Koordinasi PDPM GERBANG UTAMA Kabupaten
dengan tembusan kepada Camat dan arsip.
c. Ketua Tim Koordinasi PDPM GERBANG UTAMA kabupaten berdasarkan
laporan dari PjOK, hasil-hasil rapat evaluasi, dan kunjungan atau monitoring
ke lapangan menyusun dan membuat laporan triwulan yang disampaiakn
kepada Bupati.
4.3.2. Pelaporan Jalur Fungsional
Pelaporan jalur fungsional akan melibatkan beberapa pihak baik sebagai
pembuat maupun penerima laporan seperti fasilitator kecamatan,
FK dan FT membuat satu laporan bulanan tentang perkembangan pelaksanaan
kegiatan PDPM GERBANG UTAMA di kecamatannya yang dibuat dalam 3
(tiga) rangkap. Laporan ditujukan kepada PJOK setiap bulan pada setiap
tanggal 1 dengan tembusan kepada PjOKab kabupaten dan arsip.
4.4. Penanganan Pengaduan dan Masalah
Penanganan pengaduan dan masalah merupakan bagian dari tindak lanjut hasil
kegiatan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan. Setiap pengaduan dan
keluhan yang muncul dari masyarakat atau pihak manapun yang berkompeten
melakukan pemantauan, pengawasan, dan pemeriksaan harus segera ditanggapi
secara serius dan proposional serta cepat. Munculnya pengaduan terhadap
pelaksanaan kegiatan merupakan wujud pengawasan oleh masyarakat. Pengaduan
terhadap pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA dapat dilakukan melalui
Surat/berita langsung kepada FK dan FT, PJO Kab.Kabupaten
Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip :
a Rahasia. Iidentitas yang melaporkan (pelapor) pengaduan harus dirahasiakan.
b Berjenjang, Semua pengaduan ditangani pertama kali oleh pelaku PDPM
GERBANG UTAMA setempat. Jadi bila permasalahan muncul di tingkat desa,
maka pertama kali yang bertanggung jawab untuk menanganinya adalah
masyarakat desa tersebut difasilitasi oleh PjoK, F-Kec, pendamping lokal, Kader
Desa, dan Kepala Desa. Pelaku di jenjang atasnya memantau perkembangan
penanganan. Bila pelaku di tempat tidak berhasil menangani pengaduan, maka
pelaku di jenjang atasnya memberi rekomendasi penyelesaian atau bahkan turut
memfasilitasi proses penyelesaiannya.
c Transparan dan Partisipatif.Sejauh mungkin masyarakat harus diberitahu dan
dilibatkan dalam proses penanganan pengaduan terhadap masalah yang ada di
wilayahnya dengan difasilitasi oleh fasilitator. Sebagai pelaku utama
pelaksanaan PDPM GERBANG UTAMA, masyarakat harus disadarkan untuk
selalu mengendalikan jalannya kegiatan.
d Proporsional. Penanganan sesuai dengan cakupan kasusnya. Jika kasusnya
hanya berkaitan dengan prosedur, maka penanganannya pun harus pada
tingkatan prosedur saja. Jika permasalahannya berkaitan dengan prosedur dan
pengaduan dana, maka masalah atau kasus yang ditangani tidak hanya masalah
prosedur atau penyalahgunaan dana saja.
49
e Objektif. Sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan, ditangani secara
objektif. Artinya pengaduan-pengaduan yang muncul harus selalu diuji
kebenarannya, melalui mekanisme uji silang. Sehingga tindakan yang dilakukan
sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan bukan
berdasarkan pemihakan salah satu pihak, melainkan pemihakan pada prosedur
yang seharusnya.
BAGAN ALIR PENANGANAN PENGADUAN DAN TEMUAN MASALAH
Keterangan:
Garis Alur Penanganan
Garis Pemantauan
Pengaduan / Masalah
Uji Silang / Klarifikasi
Benar Tidak
Tindak Turun Tangan
Jenjang Pelaku
di Atasnya
Selesai Tidak Selesai
Diseminasi Hasil Penanganan kepada
Masyarakat
Pelaku Pada
Jenjang Masalah
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65