Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
OLEH UNIT PELAKSANA PKH (UPPKH)
DINAS SOSIAL KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
IQBAL NUGRAHA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
OLEH UNIT PELAKSANA PKH (UPPKH)
DINAS SOSIAL KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
Oleh
IQBAL NUGRAHA
Kemiskinan merupakan hambatan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Kemiskinan juga terjadi di Kabupaten Lampung Timur dengan dengan jumlah
penduduk miskin tertinggi di Provinsi Lampung pada tahun 2016. Berbagai macam
program pengentasan kemiskinan telah di programkan pemerintah, salah satunya
Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah terimplementasi di Lampung Timur
Sejak tahun 2014. Dalam jangka panjang PKH diharapkan dapat memutus mata
rantai kemiskinan dengan peningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui
pendidikan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
implementasi Program Keluarga Harapan di Kabupaten Lampung Timur. Tipe
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berupa
hasil wawancara, dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
implementasi PKH di Kabupaten Lampung Timur secara umum sudah
terimplementasi, dengan terlihat perkembangan yang baik setiap tahunnya akan
tetapi masih terdapat Hambatan proses Implementasi meliputi kendala dalam
pelaksanaan penetapan Rumah Tangga Sasaran (RTS) akibat sumber data yang tidak
akurat, keterlambatan pelaksanaan kegiatan pemutahiran data akibat tidak
terpenuhinya sebagian prasyarat administratif, serta keterlambatan pelaksanaan
verifikasi komitmen akibat kinerja oknum petugas pendamping PKH yang kurang
optimal, serta koordinasi antar lembaga pendukung yang belum maksimal.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan Publik, Kemiskinan, dan Program Keluarga
Harapan.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF KELUARGA HARAPAN PROGRAM
BY IMPLEMENTER UNIT PKH (UPPKH) SOCIAL SERVICES OF
EAST LAMPUNG DISTRICT
By
IQBAL NUGRAHA
Poverty is an obstacle toward national development of Indonesia. Poverty as a
problem in East Lampung District present so that it is the district with highest
number of the poor in Lampung Province in 2016. Various poverty alleviation
program has been legalized, one of them is Keluarga Harapan program which has
been implemented on East Lampung district since 2014. For the long run, it is
expected to alleviate poverty by improving the human resource’s quality in terms
of education and health. The objective of this research is to find out how the
Keluarga Harapan Program in East Lampung District is implemented. The
research type is descriptive with qualitative approach. Data sources were of
interview, documentation, and observation results. The result shows that the
implementation of PKH on East Lampung District in general has been
implemented, with good visible developments every year but there are still
obstacles of program implementation are inaccuracy of datas as a base for
appointing Target Household, delayed update of data as the administrative
precondition is not completed, delayed Commitment Verification as the Escort
Officer’s performance is less optimal, and less maximum coordination between
supporting institutions.
Keywords: Implementation, Public Policy, Poverty, Keluarga Harapan Program
IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
OLEH UNIT PELAKSANA PKH (UPPKH)
DINAS SOSIAL KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
Oleh
IQBAL NUGRAHA
(Skripsi)
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Tulang Bawang, Kecamatan Bunga
Mayang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur pada Tanggal 21
September 1995. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan
Bapak A.D Zulfikar dan Ibu Martinawati dari empat bersaudara.
Penulis memulai Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Tulang
Bawang pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP
Negeri 2 Bunga Mayang pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan
di SMA Negeri 2 Martapura pada tahun 2013. Pada tahun 2013 Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Saat duduk di bangku kuliah Penulis
juga aktif berorganisasi, Penulis pernah menjadi anggota biro 3 Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
Taekwondo. Selama menjalani perkuliahan Penulisan mengikuti kegiatan survey
politik dari berbagai lembaga survey diantaranya: Lingkaran Survey Indonesia,
Indicator, Polmark, SMRC, Populi dan berbagi jenis kegiatan survei lainnya . Penulis
telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada tahun 2016 di Desa Sukosari
,Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.
MOTTO
“Sesungguhnya kenikmatan itu membuat kita terlena, sedangkan kesulitan
Membuat kita kuat. Maka dalam hidup lebih baik diuji dengan
Kesulitan, daripada dilenakan dengan kenikmatan”
“Ibadah adalah input, bukan output. Perbuatan sosial kita lah yang menjadi output
dari ibadah kita.”
(Emha Ainun Nadjib)
“Kita tidak akan pernah tau indahnya di puncak,
Jika tidak mengalami sulitnya mendaki.
Maka nikmatilah proses hidup, karena kesulitan saat ini
Akan indah diceritakan di masa depan.”
“Jika kamu tidak bisa menemukan sesuatu
untuk disyukuri, cobalah pegang denyut nadimu”
(Iqbal Nugraha)
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahiim
Alhamduillahirabbil’alamiin telah Engkau Ridhai Ya Allah langkah hambaMu,
Sehingga Skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan tepat waktu
Teriring Shalawat Serta Salam Kepada Nabi Muhammad SAW
Semoga Kelak Skripsi ini dapat Memberikan Ilmu yang Bermanfaat
dan
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
Ibunda tercinta Martinawati dan Ayahanda tercinta A.D Zulfikar sebagai
tanda bakti, hormat dan cintaku
Terimakasih atas doa, restu, dan dukungan yang telah kalian berikan
Kakak-kakakku Novita Zuliana S.Pd dan Zazuli, Adik-adikku Tias Adhyaksa dan
Dinda Aulia Pratiwi serta seluruh
keluarga besar yang telah mendukungku selama proses perkuliahan
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun skripsi yang berjudul “Implementasi Program Keluarga Harapan
Oleh Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Di Dinas Sosial
Kabupaten Lampung Timur” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai akibat dari keterbatasan yang ada pada
diri penulis.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala kebesaranNya yang telah memberikan hidayah dan
petunjuk kepada saya. Nabi Muhammad SAW karena telah memberikan petunjuk
dan kebenaran dalam menjalani hidup.
2. Kedua orang tuaku Ayahanda A.D Zulfikar, Ibunda Martinawati atas segala
kesabaran, dukungan, nasehat, perjuangan dan do’a yang tiada henti untuk penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala kasih sayang yang
terus diberikan kepada penulis sejak lahir hingga saat ini dan seterusnya, semoga
Bapak dan Ibuku selalu dalam lindungan Allah SWT.
3. Kakak-kakakku Novita Zuliana dan Zazuli, Adik-adikku Tias Adhyaksa dan Dinda
Aulia Pratiwi serta seluruh keluarga besar yang telah mendukungku selama proses
perkuliahan terimakasih telah member semangat yang tiada hentinya Semoga
kalian selalu sehat .
4. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung yang juga sebagai dosen pembimbing utama saya yang telah
bersedia membimbing saya dalam mengerjakan skripsi dengan memberikan saran
dan koreksinya sehingga saya dapat mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya.
5. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Dosen-dosen dan staf Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku dosen pembimbing saya yang telah
bersedia membimbing saya dalam mengerjakan skripsi dengan memberikan saran
dan koreksinya sehingga saya dapat mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya.
8. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si. selaku dosen penguji pada skripsi ini. Terimakasih
untuk koreksi dan saran-saran yang telah diberikan pada proses pembuatan skripsi
ini sehingga saya dapat memahami yang harus saya lakukan dalam pembuatan
skripsi ini.
9. Ibu Dwi Wahyu Handayani, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan wejangan kepada penulis agar tetap semangat menjalani proses
perkuliahan.
10.Seluruh pihak Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten Lampung
Timur, dinas Sosial Kabupaten Lampung Timur, Dinas pendidikan Kabupaten
Lampung Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur yang telah bersedia
memberikan izin penelitian serta memberikan banyak data yang dapat mendukung
penulisan skripsi ini.
11.Teman satu Angkatan 2013 ( ijal, evan, bima, rendra, tyas, qibil, tri, rosa, jawa,
riski aristoni, agung, ridwan, rangga, fina, tanti, adit, eka, citra, manda, eka
purnama, bobby, dayu, azizah, bustanul, dwi titiawati, lusita, anam, toto, abdi,
riski atika, fahmi, dani satria, alam, andi, agus burman, irwansah, alex, roby,
topik, dll.
12.Teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan (Ahmad Irfan, S.I.P., Yogi Noviantama,
S.IP., Danang Marhaens, S.I.P., Tri Hendra, S.I.P., Nurkalim, S.I.P., Restu Aditya
Putra, S.I.P., Rizko Afitrian Yahya, S.I.P., Indra Bangsawan, S.I.P., Danni
Pangaribowo, S.I.P., Yones Sepriansyah, S.I.P., Ardi Yanto, S.I.P., Rahma Adi
Putra, S.I.P., Vivi Alvionita, S.I.P., Restiani Damayanti, S.I.P., Kenn Sindy
Kirana Julia, S.I.P., Fina Ria Tisa, S.I.P. Winda Dwi Astuti Herman, S.I.P,M.I.P)
terimakasih kebersamaannya, terimakasih telah menjadi saksi perjalanan
menempuh studi di Jurusan Ilmu Pemerintahan, terimakasih atas segala
pengalaman yang telah dilalui bersama.
13. Teman sekelompok KKN Desa Sukosari yang sekaligus menjadi keluarga baru
(Agustina Fero Situmorang, S.H., Adib Naufal S.Kom., Lulu Nurachmi, S.SI.,
Vicka Andhini, S.SI., Shinta Aprilenisia, S.I.KOM., Reni Januati, S.E.)
terimakasih telah menjadi keluarga selama 40 hari, serta Bapak Lurah Sukosari
dan Ibu Lurah terimakasih telah membagi pelajaran baru di dalam kehidupan,
semoga silaturahmi kita tetap terjalin erat.
14. Keluarga baru yang selalu menemani dan selalu memberi dukungan kepada
Penulis (Nurul Fatia S.IP, Widya Putri Permatasari S.IP, Uzma Gustia S.E)
15. Teman satu Kost Griya Delicia Yang selalu direpotkan dan merepotkan ( Hekson
Yulian N, Brilian Haita, Ruli Sinaga, Briyan Akbar, Sabri Jabbari, Meka Nurhadi,
Arga, Riditia Istiawan, Elga Cahya Putra, Jalu Mahensa, Putra Andika, Pulung,
aji, aus) semoga kesuksesan selalu bersama kita.
16. Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama proses
perkuliahan di Universitas Lampung.
17. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhanan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, 26 Oktober 2018
Penulis,
Iqbal Nugraha
i
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik ............................................... 12
B. Tinjauan Tentang Kemiskinan ........................................................ 14
C. Implementasi Kebijakan Publik ...................................................... 16
D. Model- Model Implementasi Kebijakan ......................................... 18
E. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 26
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 31
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 32
C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 35
D. Instrument Penelitian ...................................................................... 37
E. Informan Penelitian ......................................................................... 37
F. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 38
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41
1. Wawancara ........................................................................... 41
2. Observasi .............................................................................. 42
3. Dokumentasi ........................................................................ 43
H. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 44
1. Editing .................................................................................. 44
2. Interpretasi Data ................................................................... 45
I. Teknik Analisis Data ........................................................................ 45
1. Reduksi Data ........................................................................ 46
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
ii
2. Display Data ......................................................................... 47
3. Verifikasi Data ..................................................................... 47
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur .............................. 49
B. Gambaran Umum Program Keluarga Harapan (PKH) ................... 59
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pembahasan
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 127
B. Saran ................................................................................................ 130
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................... 91
1. Proses Implementasi PKH…………………………………. 91
2. Analisis Pembahasan : Model Implementasi
Kebijakan Van Metter dan Van Horn dalam Implementasi
Program Keluarga Harapan Oleh Unit Pelaksana PKH Dinas
Sosial Kabupaten Lampung Timur ......................................... 96
3. Hambatan Pelaksanaan PKH................................................ 123
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Profil Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014 – 2017 ......... 2
Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin Di Sumatera Tahun 2017 .... 4
Gambar 3. Kerangka Pikir. .................................................................. 30
Gambar 4. Peta Kabupaten Lampung Timur ....................................... 52
Gambar 5. Kegiatan PKH .................................................................... 71
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Profil kemiskinan menurut kabupaten/kota di provinsi Lampung 5
Tabel 2 Jumlah Penduduk Miskin ............................................................ 6
Tabel 3 Penelitian Tedahulu ................................................................ 9
Tabel 4 Indikator Implementasi Model Van Metter dan Van Horn .... 33
Tabel 5 Jumlah penerima bantuan PKH per-kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur ................................................................................... 36
Tabel 6 Informan Penelitian ................................................................ 38
Tabel 7 Nama kecamatan, jumlah desa dan luas wilayah per-
Kecamatan ........................................................................................... 50
Tabel 8 Jumlah keluarga miskin Kabupaten Lampung Timur. ........... 54
Tabel 9 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Lampung
Timur ................................................................................................... 56
Tabel 10 Sarana Kesehatan di Kabupaten Lampung Timur. ............... 58
Tabel 11 Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lampung Timur ............... 58
Tabel 12 Kewajiban peserta PKH kesehatan ....................................... 69
Tabel 13 Kewajiban Peserta PKH Pendidikan .................................... 69
Tabel 14 Indeks Bantuan PKH ............................................................ 70
Tabel 15 Jumlah penerima bantuan di Kabupaten Lampung Timur ... 72
Tabel 16 Triangulasi Data Penelitian .................................................. 84
Tabel 17 Realisasi Penyaluran Bantuan PKH Kabupaten Lampung
Timur tahun 2014-2017 ....................................................................... 96
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan issue strategis dalam pembangunan disebuah Negara,
namun kemiskinan sering kali menjadi hambatan bagi negara berkembang dalam
proses pembangunan, seperti di Indonesia. Kemiskinan memang pekerjaan besar
bagi pemerintah kita, berbagai cara telah dilakukan tapi masih belum bisa
menyelesaikan permasalahan ini. Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai
oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan
kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan.
Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan
melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan,
perluasan kesempatan kerja dan sebagainya. Badan Pusat Statistik tahun 2017
menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27.77 juta
atau secara persentase sebesar 10.64%. Secara jumlah periode bulan September
2016 – Maret 2017 bertambah sejumlah 6.900 orang, namun secara prosentase
I. PENDAHULUAN
2
mengalami penurunan sebesar 0,06% dari Bulan September 2016 yaitu sebesar
10,7 persen menjadi 10.64%.
Kondisi tersebut hampir merata terjadi diseluruh provinsi dan kabupaten/kota di
Indonesia. Uraian lebih rinci tentang gambaran kemiskinan di Indonesia dapat
dilihat pada tabel profil kemiskinan di Indonesia tahun 2014 – 2017 berikut ini.
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
Gambar 1 Profil Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014 – 2017
Kemiskinan merupakan masalah publik yang kompleks, dan bersifat
multidimensi. Sebagaimana pendapat Wrihatnolo (2002: 121) yang menyatakan
bahwa multidimensional sifat kemiskinan tidak hanya disebabkan satu faktor,
melainkan berbagai faktor seperti; aspek ekonomi, sosiologis, antropologis,
kebijakan, teknologi serta perubahan global. Kemiskinan juga berimplikasi
terhadap pendidikan, kesehatan, kemampuan ekonomi, serta partisipasi politik
masyarakat dalam sebuah Negara.
0
5
10
15
20
25
30
2014
032014
092015
032015
092016
03 2016
092017
03
28,8827,7328,5928,51 28,01 27,76 27,77
11,2510,9611,2211,13 10,8610,07 10,64
Profil Kemiskinan di Indonesia
Jumlah Penduduk Miskin
(Juta Jiwa)
Persentase Penduduk
Miskin
3
Pendapat lain juga menyatakan bahwa persoalan kemiskinan mempunyai
dampak negatif yang bersifat menyebar (multiplier effects) terhadap tatanan
masyarakat secara menyeluruh, Suharto (2010: 142 – 143). Banyak studi yang
menunjukan bahwa kemiskinan merupakan muara dari masalah-masalah sosial
lainnya seperti; anak jalanan, pekerja anak, kekerasan rumah tangga, kebodohan,
pengangguran bahkan kerawanan sosial.
Data statistik menunjukan angka kemiskinan di Indonesia mengalami kenaikan
dan penurunan antara tahun 2014 - 2017, namun jumlah persentasenya tidak
terlalu tinggi hanya berkisar 1 - 1,5 % setiap tahunnya. Permasalahan kemiskinan
juga terjadi di Provinsi Lampung. Berdasarkan berita resmi statistik, BPS
Provinsi Lampung, No. 07/01/18/TH.VII, jumlah penduduk miskin di Provinsi
Lampung pada 2016 mencapai 1.169, 50 ribu orang, atau 13,69% dari total
jumlah penduduk Lampung. Dengan persentase penduduk miskin nasional yang
berada pada angka 12,49%. Lampung menempati urutan kesepuluh propinsi
termiskinan se-Indonesia, serta menduduki peringkat ke-tiga termiskin se-
Sumatra dengan persentase penduduk miskin tertinggi setelah NAD (16.89 %)
dan Bengkulu (16.45%). Dapat dilihat pada gambar berikut:
4
Sumber: bps.go.id
Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin Di Sumatera Tahun 2017
Jika dilihat dari keadaan Provinsi Lampung yang merupakan gerbang lalu lintas
kegiatan ekonomi antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera yang memiliki
potensi sebagai salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional yang
ditunjang dari Sumber Daya Alam yang di miliki oleh Provinsi Lampung.
Seharusnya potensi ini dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan juga
pendapatan Provinsi Lampung sehingga dapat menekan angka kemiskinan yang
tinggi. Tetapi realita yang terjadi Provinsi Lampung masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Pulau Sumatera.
Fenomena kemiskinan di provinsi lampung hampir tersebar merata keseluruh
kabupaten dan kota. Dapat dilihat pada tabel berikut :
16,89
16,45
13,69
13,19
10,22
8,19
7,78
6,87
6,065,2
Persentase Penduduk Miskin Di Sumatera
Aceh
Bengkulu
Lampung
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Kep. Riau
5
Tabel 1 Profil Kemiskinan menurut Kabupaten/kota di Provinsi Lampung
Sumber: BPS Provinsi Lampung
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung pada tahun 2016
penduduk miskin di Lampung Timur berjumlah 172.61 ribu, angka tersebut
menjadi yang paling tinggi di Lampung. Melihat fenomena ini tentu menjadi
tantangan bagi pemerintah provinsi dan pemerintah daerah untuk segera
mengentaskan kemiskinan di daerah tersebut, karena efek dari kemiskinan bisa
berdampak buruk bagi semua sektor terutama ekonomi dan keamanan.
Nama
Kabupaten/Kota
Tahun
2014 2015 2016
Lampung Barat 60.27 rb 42.20 rb 44.90 rb
Tanggamus 85.02 rb 81.60 rb 81.34 rb
Lampung Timur 170.73 rb 17.10 rb 172.61 rb
Lampung Selatan 161.79 rb 157.70 rb 158.38 rb
Lampung Tengah 161.55 rb 164.40 rb 165.67 rb
Lampung Utara 140.73 rb 140.40 rb 139.50 rb
Way Kanan 64.50 rb 63.10 rb 63.64 rb
Tulang Bawang 36.83 rb 44.20 rb 44.26 rb
Pesawaran 74.01 rb 75.40 rb 74.45 rb
Pringsewu 37.77 rb 45.60 rb 45.72 rb
Mesuji 12.79 rb 16 rb 15.74 rb
Tulang Bawang Barat 18.73 rb 21.80 rb 22.39 rb
Pesisir Barat - 24 rb 24.20 rb
Bandar Lampung 102.27 rb 100.80 rb 100.54 rb
Metro 16.95 rb 16.20 rb 16.26 rb
6
Tabel 2 Jumlah Penduduk Miskin
Tahun
Jumlah Penduduk
Miskin Kabupaten
Lampung Timur
Jumlah penerima bantuan
Program Keluarga Harapan
Kabupaten Lampung Timur
2014 170.73 rb 20.794
2015 170.11 rb 20.473
2016 172.61 rb 32.550
(Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur)
Implementasi Program Keluarga Harapan melalui dinas sosial di kabupaten
Lampung timur dimulai sejak tahun 2014 sampai tahun 2016. Berdasarkan data
tersebut bisa dikatakan terus meningkat karena setiap tahunnya terjadi
peningkatan dalam hal jumlah penerima bantuan yang artinya program tersebut
telah menjangkau masyarakat luas. Akan tetapi belum bisa menurunkan jumlah
angka kemiskina di kabupaten Lampung Timur. Banyak faktor yang turut
menyumbang tingginya angka kemiskinan tersebut jika ditinjau dari struktur
ekonomi terlihat bahwa perekonomian Lampung Timur masih bergantung pada
sektor pertanian.
Kontribusi sektor ini dalam perekonomian mencapai 44,16 persen diatas sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Data
tersebut mengindikasikan bahwa daerah yang masih mengandalkan sektor
pertanian seperti kabupaten lampung timur tergolong daerah rawan kemiskinan
karena masyarakatnya hanya menggantungkan pendapatan mereka pada kondisi
alam. Adapun komponen pembentuk IPM Lampung Timur yang tertinggal dari
7
kabupaten lainnya adalah angka melek huruf. Angka melek huruf Lampung
Timur sebesar 94,52 merupakan angka melek huruf terendah kedua setelah
Kabupaten Mesuji. (Data BPS kabupaten lampung Timur 2016).
Berdasarkan data tersebut, masalah pendidikan di Kabupaten Lampung Timur
telah menjadi fokus utama dari Pemerintah Provinsi Lampung seperti yang
disampaikan Gubernur Lampung :
Gubernur menilai hal lain yang perlu menjadi perhatian dan memerlukan
penanganan adalah tingkat pendidikan di Kabupaten Lampung Timur. Salah
satunya dengan meningkatkan angka partisipasi kasar dan partisipasi murni
di tingkat SMP dan SMA. “IPM Kabupaten Lampung Timur bernilai 66,42
persen, sama dengan capaian pembangunan manusia Provinsi Lampung yang
sebesar 66,42 persen. Hal ini berarti diperlukan perhatian khusus dan
memerlukan komitmen bersama untuk lebih fokus dalam meningkatkan
derajat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan masyarakat dalam rentang
waktu bersamaan, serta terhadap penanganan dan penanggulangan
kemiskinan,” kata Gubernur.
(sumber: http://www.suryaandalas.com/2016/03/pertumbuhan-ekonomi-
masyarakat-lampung.html. diakses 17 november 2017 pukul 21.03 wib)
Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang rendah sangat berpengaruh kepada
kecukupan gizi keluarga. Kekurangan gizi berhubungan dengan kemiskinan.
Tanda-tanda kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang sangat rendah
sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan perumahan;
kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah; sanitasi lingkungan yang jelek
dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan yang sangat
terbatas, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat pendidikan yang
rendah. Masyarakat yang tergolong miskin dan berpendidikan rendah merupakan
8
kelompok yang paling rawan gizi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
kemampuan untuk menjangkau pangan yang baik secara fisik dan ekonomis.
Salah satu program pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan
kemiskinan yang fokus terhadap pemenuhan kesehatan dan pendidikan anak
melalui partisipasi keluarga adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Program
keluarga harapan merupakan program perlindungan sosial yang bersifat
memberikan bantuan pada RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan
sebagai bentuk perlindungan sosial oleh pemerintah kepada masyarakat. Tujuan
umum PKH adalah untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap pelayanan
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam mendukung tercapainya
kualitas hidup keluarga miskin. PKH diharapkan dapat mengurangi beban
pengeluaran keluarga miskin dalam jangka pendek serta memutus rantai
kemiskinan dalam jangka panjang.1
Maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini. Berdasarkan
dengan penelitian ini maka peneliti menemukan sejumlah penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Berikut adalah penelitian
terdahulu yang peneliti sajikan dalam bentuk tabel.
1 Syahputra Adisanjaya Suleman & Risna Resnawaty.jurnal PROGRAM KELUARGA
HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN.volume 4. Universitas Padjajaran.
9
Tabel 3 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian
1 Sekar Ayu Palupi 2016 Hubungan Implementasi Program Keluarga
Harapan Dinas Sosial Dengan Peningkatan
Tingkat Pendidikan Di Desa Tanjung
Kesuma Kecamatan Purbolinggo
Kabupaten Lampung Timur
2 Slamet Riyadi 2016 Analisis Implemetasi Program Keluarga
Harapan (PKH) terhadap Keluarga Sangat
Miskin (KSM) Penerima Bantuan (Studi di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah)
3 Anggi Anggraini 2014 Implementasi Program Keluarga Harapan
(PKH) Bidang Kesehatan Di Kota Bandar
Lampung Tahun 2013
4 Rismala Waty 2017 Implementasi Program Keluarga Harapan
Tahun 2016 Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahan
Kawal Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Sumber: Diolah Peneliti
Perbedaan penelitian yang terdahulu adalah jika penelitian yang pertama hanya
menganalisis hubungan implementasi Program Keluarga Harapan Dinas Sosial
dengan peningkatan tingkat pendidikan menggunakan indikator tepat sasaran,
efisiensi, dan ketercapaian tujuan, dari program keluarga harapan yang
mempengaruhi tingkat pendidikan, menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian yang kedua menganalisis Implementasi PKH terhadap Keluarga
Sangat Miskin (KSM) Penerima Bantuan di Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah Dengan menggunakan model impementasi George
Edward III.
Sedangkan Penelitian ketiga melihat implementasi PKH hanya dibidang
kesehatan saja, menggunakan indikator dari Koontz dan O’Donnel (2001),
10
bahwa fungsi manajemen pemerintahan terdiri Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating), Penganggaran
(Budgeting), Pengawasan (controlling). Peneliti yang keempat Menggunakan
model Implementasi Van Metter dan Van Horn tetapi dalam cakupan wilayah
wilayah penelitian yang kecil yaitu hanya satu kelurahan saja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Proses Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Oleh Unit
Pelaksana PKH Dinas Sosial di Kabupaten Lampung Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk Mendeskripsikan dan Menganalisis proses Implementasi Program
Keluarga Harapan (PKH) yang dilakukan Oleh Unit Pelaksana PKH Dinas Sosial
di Kabupaten Lampung Timur.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat mencapai beberapa manfaat diantaranya untuk:
1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan kajian ilmu
pemerintahan terutama mengenai implementasi kebijakan publik.
11
2. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau referensi
bagi pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH), agar dapat meningkatkan
kualitas pelayanan.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Kebijakan Publik
Tinjauan ini bersumber dari beberapa referensi yaitu: Publik Policy oleh Riant
Nugroho tahun 2009, serta Good Governance; Telaah dari dimensi akuntabilitas
dan kontrol birokrasi pada era desentralisasi dan otonomi daerah oleh Joko
Widodo tahun 2001.
Secara umum, istilah kebijakan atau policy dimaknai sebagai perilaku seorang
aktor (pejabat, suatu kelompok, atau suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah
aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Untuk dapat memahami lebih dalam,
berikut beberapa pendapat ahli tentang konsep kebijakan publik.
Pendapat pertama, oleh Nugroho (2009: 51-52) yang menyatakan bahwa :
Kebijakan publik merupakan bagian atau interaksi politik, ekonomi, sosial,
dan kultural. Bahkan kebijakan publik adalah melting pot atau hasil sintesis
dinamika politik, ekonomi, sosial dan kultural tempat kebijakan itu sendiri
berada Kebijakan publik merupakan bentuk dinamika tiga dimensi
kehidupan setiap Negara bangsa yaitu dimensi politik, dimensi hukum dan
dimensi manajemen.
13
Pendapat kedua, oleh Laswell dalam Nugroho (2009: 85) menyatakan bahwa :
Kebijakan publik secara sederhana dimaknai sebagai keputusan yang dibuat
oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan
tujuan Negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk
mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa
transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan.
Pendapat ketiga, oleh Dye dalam Widodo (2001: 189) yang menyatakan bahwa :
Kebijakan publik merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan; apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah mengenai suatu
masalah, apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhi-nya, serta apa
pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut.
Pendapat keempat, oleh Kartasasmita masih dalam Widodo (2001: 180)
mengemukanan bahwa :
Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah katakan dan lakukan, atau
tidak lakukan. Kebijakan merupakan serangkaian tujuan dan sasaran dari
program-program pemerintah (what government say and do, or not to do. It
is the goals or purpose of government programs).
Pendapat kelima, oleh Edward III dalam Widodo (2001: 190) menyatakan
bahwa:
Kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku
guna memecahkan masalah tertentu.
Berdasarkan uraian pendapat pakar tersebut, dapat disimpulan bahwa yang
dimaksud kebijakan publik dalam penelitian ini adalah: serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Negara yang mempunyai tujuan tertentu, diikuti dan
dilaksanakan oleh Negara dalam rangka memecahkan masalah tertentu. Program
14
Keluarga Harapan (PKH) berdasarkan penjelasan tersebut, merupakan kebijakan
publik dalam rangka program pengentasan kemiskinan di Indonesia.
B. Tinjauan tentang Kemiskinan
Terdapat berbagai pendapat yang menjelaskan tentang konsep kemiskinan, pada
bagian ini akan dipaparkan beberapa pendapat ahli tentang konsep kemiskinan
yang relevan dengan penelitian. Pendapat pertama, oleh Tjokrowinoto dalam
Sulistiyani (2004: 27) yang menyatakan bahwa: Kemiskinan tidak hanya
menyangkut masalah kesejahteraan (welfare) semata, tetapi kemiskinan
menyangkut persoalan kerentanan (vulnerability), ketidakberdayaan (powerless),
tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar
penghasilannya untuk konsumsi, angka ketergantunga tinggi, rendahnya akses
terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang
diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Lebih lanjut, Sulistiyani (2004: 27-28) menyatakan bahwa: Kemiskinan
merupakan kondisi yang jauh dari keadaan yang disebut sejahtera. Sejahtera
merupakan kondisi dimana seseorang berada pada suatu kondisi telah mampu
memenuhi kebutuhan diluar kebutuhan dasar. Pendapat kedua, Suharto (2008:
132) menyatakan bahwa: Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena
Kemiskinan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
15
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup dasar seperti pangan,
sandang dan papan,
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya seperti
pendidikan, kesehatan, sanitasi, air bersih dan transportasi,
3. Ketiadaan jaminan masa depan,
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual atau massal,
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan keterbatasan sumber daya
alam,
6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat,
7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan,
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik atau mental,
9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial seperti anak terlantar,
janda miskin, kelompok marginal dan terpencil.
Kemiskinan yang dihadapi pemerintah menjadi masalah penting dan
memerlukan upaya untuk menanggulanginya, Program Keluarga Harapan
merupakan salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan dengan
melalui pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
di dalam upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, khususnya
di dalam bidang kesehatan dan pendidikan.2
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan
adalah suatu keadaan dimana seseorang atau suatu keluarga tidak mampu
memenuhi kebutuhan sandang, papan maupun pangan, ketidak mampuan ini
disebabkan oleh beberapa fakor seperti tidak adanya lapangan pekerjaan atau
sumber daya manusia yang rendah.
2 Eni Erdiyanti, dkk. 2017. Jurnal: IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN DI
KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNG PINANG. Prodi Ilmu Administrasi
Negara, FISIP UMRAH
16
C. Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan
karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak
akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang
terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi
upaya mengelola input, implementasi baru akan dimulai apabila tujuan, sasaran
telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap
untuk proses pelaksanaannya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau
tujuan kebijakan yang diinginkan. Menurut Abdullah (1988: 398), bahwa
pengertian dan unsur pokok dalam proses implementasi sebagai berikut:
1. Proses implementasi kebijakan ialah rangkaian kegiatan tindak lanjut
yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah yang strategis
maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program
atau kebijakan menjadi kenyataan, guna mencapai sasaran yang
ditetapkan semula.
2. Proses implementasi dalam kenyataan yang sesungguhnya dapat berhasil,
kurang berhasil ataupun gagal sama sekali ditinjau dari hasil yang dicapai
“outcomes” unsur-unsur yang pengaruhnya dapat bersifat mendukung
atau menghambat sasaran program.
3. Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang
penting dan mutlak yaitu:
17
a. Implementasi program atau kebijakan tidak mungkin dilaksanakan
dalam ruang hampa. Oleh karena itu faktor lingkungan (fisik, sosial
budaya dan politik) akan mempengaruhi proses implementasi
program-program pembangunan pada umumnya.
b. Target groups yaitu kelompok yang menjadi sasaran dan diharapkan
akan menerima manfaat program tersebut.
c. Adanya program kebijaksanaan yang dilaksanakan.
d. Unsur pelaksana atau implementor, baik organisasi atau perorangan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan
pengawasan implementasi tersebut.
Menurut Wahap dalam Sahya (2012: 530), implementasi kebijakan merupakan
aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Didukung oleh Nugroho
(2008: 501), yang berpendapat bahwa ukuran keberhasilan maupun kegagalan
dari suatu kebijakan sebagian besar ditentukan dari implementasi rencana adalah
20% keberhasilan, implementasi adalah 60%, sisanya 20% adalah bagaimana
kita mengendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang
paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam
konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsistensi
implementasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan
implementasi adalah salah satu proses dalam sebuah kebijakan publik yang
18
berisikan pencapaian-pencapaian dari tujuan kebijakan tersebut, implementasi
merupakan aspek utama dalam proses kebijakan publik dan memiliki peran yang
penting terhadap keberhasilan dari kebijakan publik.
D. Model – Model Implementasi Kebijakan
Nugroho (2009: 503-515) menyatakan bahwa, untuk memahami implementasi
sebuah kebijakan, terdapat sembilan model implementasi kebijakan yang dapat
dijadikan dasar teori yaitu model Edward, Van Mater dan Van Horn, Grindle,
Mazmania dan Sabatier, Hogwood dan Gunn, Goggin, Elmore dan Model
Jaringan. Namun dalam penelitian ini, hanya empat model yang dipaparkan
dalam tinjauan pustaka, mengingat empat model tersebut memiliki beberapa
kemiripan, dan sesuai dengan design penelitian ini.
1. Model Edwards III
Model ini dikemukakan oleh George C. Edwards. Model ini mengajukan
empat variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan
sebuah implementasi kebijakan. Empat faktor tersebut adalah faktor
komunikasi (communication), sumber-sumber (resources), kecenderungan-
kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku (dispotitions), serta serta
struktur birokrasi (bureaucratic stucture). Empat faktor tersebut bekerja
secara simultan dan berinteraksi satu dengan yang lain untuk membantu atau
menghambat implementasi kebijakan.
19
a. Komunikasi (Communication)
Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi
kebijakan yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan. Transmisi
berkaitan dengan bagaimana meneruskan putusan kebijakan terhadap
personil sebelum putusan-putusan tersebut dapat diikuti. Jika
kebijakan ingin diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka
petunjuk-petunjuk pelaksana harus jelas dan dapat difahami. Jika
petunjuk pelaksana tidak jelas, maka implementor akan kebingungan
dengan apa yang akan dilakukan. Beberapa hambatan dalam proses
transmisi meliputi pertentangan pendapat antara para pelaksana
dengan perintah yang dikeluarkan pengambil kebijakan, informasi
melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi, dan akhirnya terjadi
perbedaan persepsi terhadap isi komunikasi-komunikasi yang
sebenarnya.
Kejelasan yang dimaksud adalah berkaitan dengan instruksi-instruksi
kebijakan. Ketidak jelasan pesan dalam komunikasi mengakibatkan
menjadikan interpretasi yang salah bahkan bertentangan dengan
makna pesan awal. Sedangkan yang dimaksud dengan konsistensi
adalah adanya perintah yang jelas dan konsiten dalam implementasi
kebijakan. Perintah yang konsisten akan menghindari para pelaksana
kebijakan mengambil tindakan longgar dalam menafsirkan dan
mengimplementasikan kebijakan.
20
Lebih lanjut, Edwards menjelaskan bahwa semakin banyak yang
harus dijangkau dengan komunikasi-komunikasi, maka semakin besar
kemungkinan kehilangan beberapa diantaranya; dan semakin banyak
birokrasi yang dilewati, maka semakin besar pula peluang perintah
tersebut diabaikan dan terdistorsi.
b. Sumber-Sumber (Resources)
Sumber-sumber yang dimaksud meliputi staf yang memadai, dan
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka,
wewenang dan fasilitas untuk menterjemahkan usul-usul di atas kertas
guna melaksanakan pelayanan publik. Staf yang memiliki kecakapan
dan jumlah memadai akan mendorong implementasi berjalan baik,
namun sebaliknya jika kualitas staf rendah dan jumlah terbatas, maka
pelayanan menjadi terhambat.
Sumber selanjutnya adalah informasi. Informasi mempunyai dua
bentuk, yaitu informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu
kebijakan atau petunjuk pelaksana, dan kedua adalah informasi
tentang ketaatan personil-personil terhadap peraturan. Sumber
berikutnya adalah wewenang. Misalnya mengeluarkan surat
panggilan, mengeluarkan perintah, memberikan sanksi serta
menyediakan dana. Dan sumber yang terakhir adalah fasilitas.
Fasilitas menurut Edwards dapat berupa fasilitas fisik, seperti
21
bangunan, buku-buku atau perlengkapan lain yang mendukung
implementasi sebuah kebijakan.
c. Kecenderungan-Kecenderungan (Dispotitions)
Kecenderungan menurut Edwards dimaknai sebagai sikap baik serta
dukungan oleh pelaksana kebijakan untuk melaksanakan suatu
kebijakan. Kebijakan akan berjalan efektif jika mendapat dukungan
dari para pelaksana kebijakan, sebaliknya sebuah kebijakan akan
mengalami kendala dalam implementasi jika pelaksana kebijakan
tidak mendukung kebijakan tersebut. Salah satu cara untuk mendapat
dukungan pelaksana kebijakan adalah dengan memberikan insentif
terhadap pelaksana kebijakan.
d. Struktur Birokrasi (Bureaucratic Stucture)
Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan
secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi menurut
Edwards memiliki dua karakter yaitu prosedur-prosedur kerja,
ukuran-ukuran dasar atau Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
fragmentasi birokrasi. SOP menjadi sebuah pedoman bagi
implementor dalam bertindak.
2. Model Van Meter dan Van Horn
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam, Nugroho (2009: 503-515), terdapat
enam variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu: standar
22
dan sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan
penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana, dan kondisi sosial,
ekonomi dan politik, disposisi Implementor.
Selanjutnya variabel-variabel yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van
Horn tersebut dijelaskan secara rinci oleh Subarsono, (2013: 99), adalah
sebagai berikut:
a. Standar dan sasaran kebijakan.
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka
akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik di
antara para agen implementasi.
b. Sumber daya.
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik
sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-
manusia (non-human resources). Dalam berbagai kasus program
pemerintah, seperti Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk
kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan
kualitas aparat pelaksana.
c. Hubungan antar organisasi.
Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu
dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan
23
koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu
program.
d. Karakteristik agen pelaksana.
yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup
birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam
birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu
program.
e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi.
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi mendukung atau menolak,
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elite
politik mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor.
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: (a)
respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni
pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi
implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Kebijakan sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik
para partisipan.
24
3. Model Merilee S. Grindle (1980)
Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2013: 93), terdapat dua
variable besar yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu isi
kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of
implementation).
a. Variabel isi kebijakan
mencakup: (1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau
target groups termuat dalam isi kebijakan; (2) jenis manfaat yang
diterima oleh target group; (3) sejauh mana perubahan yang
diinginkan dari sebuah kebijakan; (4) apakah letak sebuah program
sudah tepat; (5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan
implementor dengan rinci; dan (6) apakah sebuah program didukung
oleh sumber daya yang memadai.
b. Variabel lingkungan kebijakan
mencakup: (1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi
yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa;
(3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
4. Model Mazmanian dan Sabatier
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2013: 94), dan Nugroho
(2008: 215), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi:
25
a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem).
Kategori tractability of the problem mencakup variabel-variabel yang
disebutkan oleh Subarsono (2013: 95): “(1) Tingkat kesulitan teknis
dari masalah yang bersangkutan. (2) Tingkat kemajemukan kelompok
sasaran. (3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi (4)
Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan”.
b. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturisasikan proses
implementasi (ability of statute to structure implementation).
Kategori ability of statute to structure implementation mencakup
variabel-variabel yang disebutkan oleh Subarsono (2013: 97), antara
lain: (1) Kejelasan isi kebijakan (2) Seberapa jauh kebijakan tersebut
memiliki dukungan teoritis (3) Besarnya alokasi sumberdaya finansial
terhadap kebijakan tersebut (4) Seberapa besar adanya keterpautan
dan dukungan antar instansi pelaksana (5) Kejelasan dan konsistensi
aturan yang ada pada badan pelaksana (6) Tingkat komitmen aparat
terhadap tujuan kebijakan (7) Seberapa luas akses kelompok-
kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.
c. Variabel di luar kebijakan/variabel lingkungan (non-statutory
variables affecting implementation).
Subarsono (2013: 98), menyebutkan kategori non-statutory variables
affecting implementation mencakup variabel yang terdiri dari: (1)
Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi
26
(2) Dukungan publik terhadap kebijakan (3) Sikap dari kelompok
pemilih (constituent groups) (4) Tingkat komitmen dan keterampilan
dari aparat dan implementor.
Berdasarkan model-model implementasi tersebut, peneliti memutuskan untuk
mengunakan Model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn adalah
model yang akan diadopsi oleh peneliti menjadi alat analisis dalam penelitian
ini. Alasan peneliti mengadopsi variabel-variabel tersebut, karena variabel-
variabel yang ada pada model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn
dengan komponen kunci implementasi Program Keluarga Harapan memiliki
esensi yang sama. Implementasi kebijakan menyangkut tiga hal yaitu: adanya
tujuan dan sasaran, adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, dan adanya
hasil kegiatan.
E. Kerangka Pikir Penelitian
Pemikiran awal yang melandasi penelitian ini adalah fakta masih tingginya
angka kemiskinan di Indonesia dalam satu dekade terakhir, Tjokrowinoto dalam
Sulistiyani (2004: 27) yang menyatakan bahwa: Kemiskinan tidak hanya
menyangkut masalah kesejahteraan (welfare) semata, tetapi kemiskinan
menyangkut persoalan kerentanan (vulnerability), ketidakberdayaan (powerless),
tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar
penghasilannya untuk konsumsi, angka ketergantunga tinggi, rendahnya akses
27
terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang
diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tingginya komitmen Pemerintah dalam penangulangan kemiskinan di Indonesia
melalui alokasi APBN yang terus meningkat setiap tahunnya. Namun faktanya,
capaian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan justru mengalami
perlambatan 1 - 1,5% setiap tahunnya. Hal tersebut tentunya tidak selaras dengan
besarnya alokasi anggaran yang telah dialokasikan untuk pengentasan
kemiskinan di Indonesia. Sebagai wujud perhatian pemerintah dalam pengetasan
kemiskinan diterbitkan beberapa peraturan diantaranya Inpres nomor 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1
tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan yang
bersumber pada Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan
Fakir Miskin.
Program Keluarga Harapan bertujuan untuk meningkatkan akses warga miskin
terhadap pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. Kedua komponen tersebut
dan kemiskinan memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berpengaruh.
Kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu negara.
Misalnya, kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu
hamil, persalinan, bayi dan balita dalam jangka panjang berpengaruh terhadap
kualitas SDM. Terganggunya kesehatan akan berdampak pada pengurangan
penghasilan keluarga, misalnya karena hilangnya penghasilan akibat sakit. Jika
28
kesehatan dan atau pendidikan terganggu akan mengakibatkan terganggunya
pendapatan rumah tangga sehingga mereka bisa menjadi miskin.
Berdasarkan Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan, telah diimplementasikan di Kabupaten Lampung Timur sejak
tahun 2014. Tetapi belum menunjukan hasil yang sejalan dengan tujuan Program
Keluarga Harapan, seperti permasalahan penetapan rumah tangga sasaran,
proses penyaluran bantuan, serta mempertahankan komitmen penerima bantuan
PKH.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mendapatkan gambaran
komprehensif mengenai bagaimana sesungguhnya Implementasi PKH oleh Unit
Pelaksana PKH Dinas Sosial di Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini
mencoba untuk mengambarkan hubungan antara desain PKH sebagai sebuah
kebijakan publik dengan realitas implementasi yang dilakukan oleh implementor
program di Kabupaten Lampung Timur.
Proses implementasi PKH tersebut meliputi kegiaan penetapan sasaran
(targeting), pertemuan awal dan validasi, pembentukan kelompok KSM,
penyaluran bantuan, verifikasi komitmen dan pemutahiran data KSM. Selain
siklus tersebut, terdapat beberapa kegiatan pendukung yang turut mempengaruhi
implementasi PKH, kegiatan tersebut meliputi koordinasi dan sosialisasi, rapat
koordinasi tingkat kabupaten dan kecamatan. Untuk menjelaskan hal tersebut,
29
penulis mengunakan model Implementasi Donald Van Metter dan Carl Van Horn
yang mengunakan enam indikator implementasi kebijakan publik. Indikator
tersebut meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik
organisasi pelaksana, komunikasi antar organsasi terkait dan kegiatan kegiatan
pelaksanaan, sikap para pelaksana dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.
30
Gambar 3 kerangka pikir
Standar dan Sasaran
kebijakan
Sumber Daya Hubungan antar
organisasi Pelaksana Karakteristik agen
pelaksana Lingkungan sosial,
ekonomi dan politik
Disposisi
Implementor
Implementasi Program (PKH) Oleh Unit Pelaksana PKH di Dinas Sosial Kabupaten
Lampung Timur
Model Implementasi Van Metter dan Van Horn
Program Keluarga Harapan
31
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
deskriptif, Arikunto (2005: 234) menyatakan bahwa penelitian deskriptif
merupkan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan. Metode ini relevan dan sesuai dengan
penelitian yaitu untuk memperoleh pemahaman mengenai implementasi PKH
dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Lampung Timur.
Penelitian kualitatif juga dapat mengungkap secara komprehensif bagaimana
proses kebijakan publik dari tahap awal hingga tahap akhir, Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2006: 4) menyatakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu yang diteliti secara holistik.
Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana dampak Program Keluarga
Harapan terhadap peningkatan keberdayaan Rumah Tangga Sangat Miskin
(KSM) penerima bantuan di Kabupaten Lampung Timur dalam bentuk kata-
32
kata tertulis atau lisan dari informan yang diteliti. Sehingga tujuan pemilihan
pendekatan kualitatif ini adalah untuk memahami bagaimana proses dan
mengungkap makna dari setiap fenomena PKH menurut persepsi masyarakat
dan pemerintah Kabupaten Lampung Timur maupun dengan dukungan
teoretik yang dibangun dalam kerangka pikir.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bersifat penting dalam suatu penelitian yang bersifat
kualitatif, hal ini untuk memandu dan mengarahkan penelitian. Moleong
(2006: 63) menyatakan bahwa fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi
studi kualitatif, sekaligus membatasi penelitian untuk memilih data yang
relevan, agar lebih spesifik dan tidak terlalu melebar ke permasalahan-
permasalahan yang tidak berkaitan dengan penelitian.
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus
membatasi penelitian untuk memilih data yang relevan dan data yang tidak
relevan. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif hal yang harus
diperhatikan adalah masalah dan fokus penelitian, karena fokus penelitian
memberikan batasan.
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada hubungan Program
Keluarga Harapan sebagai sebuah kebijakan publik dengan realitas
implementasi yang dilakukan oleh Implementor PKH (UPPKH) di Kabupaten
Lampung Timur Berdasarkan aspek implementasi PKH, yaitu: mulai dari
Penetapan Rumah Tangga Sasaran (Targetting), sampai penyaluran bantuan
33
dan verifikasi komitmen peserta PKH yang dilakukan oleh Unit Pelaksana
PKH Dinas Sosial di Kabupaten Lampung Timur, yang diukur dengan
menggunakan model implementasi Donald Van Metter dan Carl Van Horn
yang terdapat enam indikator implementasi kebijakan publik. Indikator
tersebut meliputi:
Tabel 4. Indikator Implementasi Model Van Metter dan Van Horn
No Variabel
Indikator Definisi Konsep Sub indicator
1. Standar dan
sasaran
kebijakan.
Standar dan sasaran
kebijakan harus jelas
dan terukur sehingga
dapat direalisasikan.
Apabila standar dan
sasaran kebijakan kabur,
maka akan terjadi multi
interpretasi dan mudah
menimbulkan konflik di
antara para agen
implementasi
1. Sasaran PKH adalah
Keluarga Miskin
●Penetapan Rumah tangga
Sasaran (targeting)
2. Memenuhi standard yang
sudah ditetapkan yaitu yang
memiliki:
●Komponen Kesehatan,
Komponen Kesehatan
terdiri dari ibu hamil/nifas
dan anak usia dibawah 6
tahun
●Komponen pendidikan
Komponen Pendidikan
terdiri dari Anak Sekolah
(SD, SMP, SMA)
2. Sumber Daya Implementasi kebijakan
perlu dukungan
sumberdaya baik
sumberdaya manusia
(human resources)
maupun sumber daya
non-manusia (non-
human resources).
1. Sumber daya manusia
Kualitas SDM yang
mempunyai pengetahuan,
kemampuan teknis, dan
pemahaman terhadap peran,
tugas dan fungsi
pendampingan PKH
dilapangan.
2. Fasilitas
●tersedianya fasilitas
kesehatan dan pendidikan
yang medukung lainnya
3. Anggaran
Rincian anggaran sesuai
sesuai dengan alokasi dana
program
34
3. Hubungan
antar
organisasi
pelaksana
Dalam implementasi
sebuah program perlu
dukungan dan
koordinasi dengan
instansi lain. Untuk itu,
diperlukan koordinasi
dan kerjasama antar
instansi bagi
keberhasilan suatu
program
1. Koordinasi dan kerja sama
antarorganisasiantar dinas
kesehatan dan dinas
pendidikan
2.koordinasi antar petugas
UPPKH
●pertemuan awal dan
validasi
●pembentukan kelompok
Keluarga Sangat Miskin
(KSM)
●Pemutakiran Data
4. Karakteristik
agen pelaksana
Prosedur-prosedur kerja
dan standar SOP
(Standard Operating
Procedure). Yang di
jalankan oleh
implementor
Prosedur-prosedur kerja dan
standar SOP ( Standard
Operating Procedure) sudah
dilaksanakan dengan baik oleh
aparatur Program Keluarga
Harapan dan Aparatur
mengerti akan tugas dan
tupoksinya.
5. Kondisi sosial,
politik, dan
ekonomi.
Kondusivitas
Lingkungan social,
Politik dan Ekonomi
baik di pusat maupun
di daerah.
1. Respon masyarakat terhadap
Program Keluarga Harapan
2. Dukungan dari tokoh-tokoh
masyarakat terhadap
penyelenggaraan PKH
6.
Disposisi
Implementor
Disposisi implementor
ini mencakup tiga hal
yang penting, yakni:
(a) respon implementor
terhadap kebijakan,
(b) kognisi, yakni
pemahaman dan
kesadaran peaksana
untuk merespon
program kearah
penerimaan atau
penolakan
(c) intensitas respon,
yakni preferensi nilai
yang dimiliki oleh
implementor. Kebijakan
sejauh mana kelompok-
kelompok kepentingan
memberikan dukungan
bagi implementasi
1. Respon implementor
terhadap kebijakan
●tugas, sikap dan tata cara
pengurus atau pelaksana
tidak memihak, cekatan
dan responsif
2. Pemahaman dan kesadaran
pelaksana untuk merespon
program kearah penerimaan
atau penolakan
●Sikap para pelaksana dalam
implementasi kebijakan
PKH secara keseluruhan
baik, dan tidak di dapati
ada ketidak cocokan
kebijakan, karakteristik dengan peserta.
3. Hal-hal yang
35
para partisipan. mempengaruhi intensitas
respon
●seperti bentuk dukungan
yang diterima oleh
aparatur program dari
Dinas sosial Kab.
Lampung Timur.
Sumber: data diolah peneliti tahun 2017
C. Lokasi Penelitian
Penetapan penelitian ditentukan secara purposive atau berdasarkan
pertimbangan dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam ruang
lingkup wilayah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung Timur,
dipilih dengan alasan Kabupaten Lampung Timur merupakan Kabupaten yang
telah menerapkan PKH sejak tahun 2014, selain itu jumlah penerima bantuan
di Kabupaten Lampung Timur merupakan penerima bantuan terbanyak di
Provinsi Lampung. Berdasarkan data Unit Pelaksana Program Keluarga
Harapan (UPPKH) jumlah penerima bantuan di Kabupaten Lampung Timur
sebanyak, 32.550 KSM pada tahun 2016 dengan rincian sebaran penerima
bantuan di Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut :
36
Tabel 5. Jumlah penerima bantuan PKH per-kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur
No Wilayah kecamatan Jumlah ksm/penerima
program PKH
Jumlah pendamping
PKH
1 Bandar Sribawono 669 3
2 Batang hari 1.380 6
3 Batanghari Nuban 1.444 6
4 Braja Slebah 632 3
5 Bumi Agung 431 2
6 Gunung Pelindung 852 4
7 Jabung 2.312 10
8 Labuhan Maringgai 3.645 16
9 Labuhan Ratu 1.255 6
10 Marga Sekampung 809 3
11 MargaTiga 1.500 7
12 Mataram Baru 1.016 4
13 Melinting 1.160 4
14 Metro Kibang 689 3
15 Pasir Sakti 1.842 8
16 Pekalongan 1.065 4
17 Purbolinggo 819 3
18 Raman utara 547 2
19 Sekampung 1.663 6
20 Sekampung Udik 2.184 10
21 Sukadana 2.491 10
22 Waway Karya 2.169 10
23 Way Bungur 581 2
24 Way Jepara 1.365 6
Jumlah
32.550 138
Sumber : Dokumen Penyaluran Bantuan UPPKH Kabupaten Lampung Timur, 2016
37
D. Instrument Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri
(human instrument), melalui wawancara yang bertindak sebagai perencana
dan pelaksana dalam pengumpulan data, melakukan analisis, menafsirkan dan
melakukan laporan implementasi PKH. Peneliti mewawancarai informan dan
mencatat berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah tentang
implementasi PKH di Kabupaten Lampung Timur. Selain peneliti (human
instrument) peneliti menggunakan beberapa alat untuk mendukung dan
memperlancar penelitian yaitu: pedoman wawancara, alat tulis kantor (ATK),
voice recorder, kamera, laptop.
E. Informan Penelitian
Menurut Moleong (2005: 133) pada dasarnya penelitian kualitatif mengambil
jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian
lainnya. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu menentukan informan dalam
memperoleh informasi yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan teknik
purpose sampling, yakni pengambilan informan secara tidak acak, tetapi
melalui pertimbangan dan kriteria. Pada penelitian informan yang akan
peneliti wawancara adalah: Koordinator Pelaksana program keluarga harapan
kabupaten Lampung Timur, pendamping kecamatan, dan masyarakat
penerima bantuan program keluarga harapan, Seperti tabel berikut ini :
38
Tabel 6. Informan Penelitian
No Nama Kelompok informan Jenis
kelamin
Jabatan /
pekerjaan
1. Ali Muslim UPPKH Kabupaten
Lampung Timur
Laki-laki Koordinator PKH
Kabupaten
Lampung Timur
2. Yusro UPPKH Kabupaten
Lampung Timur
Laki-Laki Ketua PPKH
Kabupaten
Lampung Timur
3. Wahyu Cahyo
Wibowo
UPPKH Kabupaten
Lampung Timur
Laki-Laki Pendamping
Kecamatan
4. Huda Rohani UPPKH Kabupaten
Lampung Timur
Laki-Laki Koordinator
Kecamatan Bumi
Agung
5. Ema Purwanti UPPKH Kabupaten
Lampung Timur
Perempuan Operator
Kabupaten
6. Sudarsono Dinas Pendidikan
Kabupaten Lampung
Timur
Laki-Laki Sekretaris Dinas
Pendidikan
Kabupaten
Lampung Timur
7. Gunadi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung
Timur
Laki-Laki Kasi (Kepala seksi
) Umum dan
Pelayanan
8. Agus Yasan UPPKH Kabupaten
Lampung Timur
Laki-Laki Koordinator
Kecamatan
Sekampung
9. Ponirah Masyarakat
Penerima Bantuan
PKH
Perempuan Ibu Rumah
Tangga
10. Sumarni Masyarakat
Penerima Bantuan
PKH
Perempuan Ibu Rumah
Tangga
11. Sri Utami Masyarakat
Penerima Bantuan
PKH
Perempuan Ibu Rumah
Tangga
12. Rukmini Masyarakat
Penerima Bantuan
PKH
Perempuan Ibu Rumah
Tangga
Sumber: Data Hasil Penelitian 2018
F. Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang
lebih menekankan pada aspek materi. Menurut Loftland dalam Moleong
(2002: 157), sumber data utama pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
39
tindakan, selebihnya data tambahan seperti sumber data tertulis. Data dalam
bentuk kata verbal sering muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud
sama atau sebaliknya. Dapat juga muncul dalam kalimat panjang lebar,
singkat dan banyak lagi ragamnya. Data verbal yang beragam tersebut perlu
diolah agar menjadi ringkas dan sistematis. Dalam penelitian ini
menggunakan dua macam data, menurut klasifikasi berdasarkan dari jenis dan
sumber datanya, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber pertama yang
diperoleh melalui wawancara terhadap informan yang ditemui di
lapangan. Dalam hal ini, berupa data dan informasi hasil wawancara
dengan pihak yang menjadi pelaksana PKH. Data primer diperoleh
dari informan melalui wawancara yang diharapkan informan tersebut
dapat memberikan data serta informasi yang jelas dan akurat tentang
“Implementasi PKH oleh UPPKH Dinas Sosial di Kabupaten
Lampung Timur.”
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive,
yaitu dilakukan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian
ini, data diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dengan
informan dan catatan di lapangan yang relevan dengan masalah
penelitian. Informan-informan yang dipilih tersebut meliputi :
a. Dua orang informan yang mewakili UPPKH Kabupaten Lampung
Timur
b. Satu orang petugas operator UPPKH Kabupaten Lampung Timur
40
c. Dua orang informan yang mewakili UPPKH Kecamatan
Sekampung
d. Dua orang petugas Pendamping PKH Kecamatan sekampung
e. Empat orang KSM penerima PKH
f. Satu orang mewakili dinas kesehatan (kepala bagian umum dan
pelayanan)
g. Satu orang mewakili dinas pendidikan kabupaten lampung timur
(sekretaris dinas pendidikan kabupaten lampung timur)
h. Satu orang mewakili dinas sosial kabupaten lampung timur (kepala
UPPKH Kabupaten Lampung Timur.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen,
arsip, serta data dan informasi lainnya yang ada hubungannya dengan
PKH. Data sekunder diperoleh dari hasil laporan tertulis (penelaahan
dokumen) instansi terkait dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Lampung Timur, pengumpulan literatur, karya-karya
tulis serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
permasalahan PKH.
Dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh berupa Inpres
nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan yang bersumber pada Undang-undang nomor 13
Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin. Peraturan Bupati
Kabupaten Lampung Timur, Pedoman umum pelaksanaan PKH dan
dokumen lainnya yang berkaitan dengan kebijakan PKH di Kabupaten
Lampung Timur.
41
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara yang dilakukan
secara mendalam (in deep interview), wawancara mendalam
merupakan Tanya jawab mengenai masalah implementasi PKH antara
peneliti dengan informan yang dilakukan secara terbuka. Untuk itu
pedoman wawancara yang bersifat terbuka sebagai instrument
penelitian Implementasi PKH digunakan untuk memberikan kebebasan
bagi informan untuk menyampaikan pendapatnya tentang
Implementasi PKH di Kabupaten Lampung Timur. Pada penelitian ini
yang menjadi informan adalah mereka yang ditentukan sesuai dengan
kepemilikan informasi yang kredibel tentang implementasi PKH.
Wawancara tersebut dilakukan dengan carabertemu secara langsung
dengan Bapak Ali Muslim Selaku Koordinator PKH Kabupaten
Lampung Timur, Berdasarkan petunjuk dari Bapak Ali Muslim
peneliti dirasa perlu mendatangi Ketua PPKH Kabupaten Lampung
Timur bapak Yusro, untuk mendapatkan tambahan informasi. Instansi
yang berkoordinasi dalam pelaksanaan PKH yaitu Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Timur serta Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Timur, peneliti mendapatkan informasi dari
bapak Sudarsono Selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten
42
Lampung Timur dan bapak Gunadi Selaku Kepala Seksi Umum dan
Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur.
Setelah menggali informasi di Dinas Peneliti juga mendatangi
Koordinator Kecamatan, yaitu Koordinator Kecamatan Sekampung
bapak Agus Yasan dan Koodinator Kecamatan Bumi Agung bapak
Huda Rohani Serta beberapa pendamping yang hadir saat itu. Selain
mewawancarai pihak instansi yang saling berkoordinasi dalam
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, peneliti juga mewawancarai
masyarakat yang menerima bantuan PKH untuk mendapatkan data
yang seimbang.
2. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengadakan pengamatan dan pencatatan
langsung terhadap suatu objek, dalam penelitian ini penulis
menggunakan observasi/ pengamatan langsung terhadap fenomena
atau gejala yang terjadi di lapangan. Observasi juga dimaksudkan
untuk lebih mengetahui kondisi di lapangan secara mendalam
mengenai proses pelaksanaan implementasi PKH yang dilakukan
secara langsung dan nyata. Pengamatan dilakukan terhadap berbagai
pihak yang menjalankan implementasi PKH, serta kegiatan-kegiatan
dalam Implementasi PKH di Kabupaten Lampung Timur.
43
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan dengan cara, peneliti
secara langsung berkunjung dalam beberapa kegiatan seperti kegiatan
verifikasi data komitmen dan penyaluran bantuan. Observasi sudah
mulai dilakukan sejak tanggal 13 februari 2018. Melalui observasi,
peneliti mencari informasi lebih banyak dengan melihat dan
merasakan sendiri kondisi fasilitas UPPKH Kabupaten Lampung
Timur baik itu di Dinas maupun dikecamatan Serta Mengikuti
berbagai kegiatan PKH sebagai objek yang sedang diteliti.
Ketika melakukan observasi peneliti juga mencocokkan informasi
yang telah didapat dengan informan setelah dilakukan wawancara.
Observasi dilakukan dengan cara berkeliling, mengamati dan
mendokumentasikan area objek yang sedang diteliti.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2013: 329), berpendapat bahwa dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen berupa studi
kepustakaan yakni menelusuri, mengumpulkan, dan mencatat data
tertulis dan keterangan ilmiah dari buku-buku, jurnal-jurnal dan
dokumen yang berisikan peraturan, hukum, pendapat-pendapat, teori-
teori dari para ahli yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Dokumen dalam penelitian tentang implementasi PKH dapat berupa
surat keputusan, foto, gambar, data-data mengenai implementasi PKH,
serta informasi mengenai implementasi PKH yang telah dilaksanakan
44
di dapat peneliti di kantor Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan
Dinas Sosial Kabupaten Lampung Timur.
H. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah mengolah data tersebut. Teknik pengolahan data menurut
Efendi dkk dalam Singarimbun (1995: 240) terdiri dari:
1. Editing
adalah kegiatan dalam penelitian yang dilaksanakan dengan
menentukan kembali daya yang berhasil diperoleh dalam rangka
menjamin validitasnya serta dapat untuk segera dipersiapkan pada
proses selanjutnya. Dalam proses ini, peneliti mengolah data hasil
wawancara dari UPPKH Kabupaten Lampung Timur dengan
disesuaikan pada pertanyaan-pertannyaan pada fokus pedoman
wawancara dan memilah serta menentukan data-data yang diperlukan
untuk penulisan.
Mengolah kegiatan observasi yaitu peneliti mengumpulkan data-data
yang menarik dari hasil pengamatan sehingga dapat ditampilkan
dengan baik. Tidak semua kutipan hasil wawancara, dan data yang
diperoleh dari dokumen yang didapatkan peneliti peneliti cantumkan,
namun hanya informasi yang diperlukan saja yang ditampilkan,
sementara keterangan lengkapnya disajikan sebagai transkrip
wawancara atau lampiran.
45
2. Interpretasi data
pada tahapan ini data penelitian yang telah dideskripsikan baik melalui
narasi maupun tabel selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat
ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Interpretasi penulisan juga
dilakukan peneliti dalam menampilkan data yang diperoleh dari cerita-
cerita yang bersifat rahasia, peneliti memilih kata-kata terbaik
sehingga tidak menimbulkan kesan yang dapat merugikan banyak
pihak. Hasil penelitian dijabarkan dengan lengkap pada lampiran.
Lampiran penulisan juga ditentukan agar relevan dengan hasil
penelitian.
Dalam penelitian ini, kutipan wawancara yang ditampilkan merupakan
penyederhanaan atau penafsiran terhadap maksud dan arti dari
informasi yang disampaikan. Interpretasi dilakukan dengan cara
menghubungkan hasil wawancara dengan informan dengan teori-teori
pada tinjauan pustaka dan dokumen lainnya, sehingga diperoleh
analisis yang tepat.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan teknik menghubungkan data yang diperoleh
peneliti sebelum, selama dan setelah dilaksanakan penelitian hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution dalam Sugiyono (2013: 336),
bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah
sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian.
46
Analisis data dalam penelitian ini adalah proses menyusun data yaitu,
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola atau kategori agar
dapat ditafsirkan, yang dilakukan melalui tiga macam kegiatan yang saling
berhubungan dan berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung
sebagaimana yang dikemukakan oleh Creswell (2010:153), yaitu:
1. Reduksi data
Mengumpulkan informasi yang didapat dan menyederhanakan
informasi tersebut, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-
hal penting, mencari tema atau pola dari laporan atau data yang
didapat di lapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan,
disamping mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang
diperoleh bila diperlukan.
Tahap mereduksi data merupakan proses berfikir yang sensitif serta
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman seorang
peneliti. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan tahap
reduksi data ini dilakukan dengan mendiskusikannya dengan teman
atau orang yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan
peneliti akan berkembang, sehingga hasil data yang dihasilkan
merupakan temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Tahap ini
dilakukan peneliti pada saat proses bimbingan skripsi terhadap dosen
pembimbing peneliti maupun kepada dosen pembahas.
47
2. Display data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
Penyajian data dilakukan berdasarkan data telah terkumpul dari semua
informan. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya kemudian
peneliti menganalisis untuk selanjutnya dikategorikan mana yang
diperlukan dan tidak diperlukan.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dan tabel yang
disajikan dengan sistematis untuk memberikan gambaran secara jelas
kepada pembaca. Setelah data diperoleh maka data tersebut disajikan
dalam bentuk informasi yang kemudian dikaitkan dengan dokumen
yang ada ataupun kerangka pemikiran yang menjadi panduan serta
teori yang digunakan. Sehingga semua informasi yang ditampilkan
mempunyai makna dan arti.
3. Verifikasi Data
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan
kesimpulan dapat diambil setelah melakukan analisis mendalam pada
hasil penelitian. Dengan melakukan verifikasi, dapat terlihat apakah
rumusan masalah penelitian sudah terjawab, dan tujuan penelitian
sudah tercapai.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran serta mencocokkan informasi yang ada untuk kemudian
48
diperoleh data yang valid dan jelas. Selain itu, penarikan kesimpulan
dilakukan untuk memberi deskripsi singkat dari banyaknya informasi
yang diperoleh serta mendapatkan informasi akhir.
49
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur
1. Profil Wilayah Kabupaten Lampung Timur
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Lampung. Dengan luas wilayah kurang lebih 5.325,03 km2 atau 532.503,00
hektar, atau sekitar 15% dari total wilayah Provinsi Lampung (total wilayah
Lampung seluas 35.376 km2), dengan batas wilayahnya adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Metro Raya
Kota Metro, serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung
Tengah.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa, Provinsi Banten dan DKI
Jakarta.
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbia, Seputih
Surabaya, dan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta
Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang,
Ketibung, Palas, dan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
50
Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12
Tahun 1999, yang secara resmi menjadi kabupaten pada tanggal 27 April
1999. Kabupaten Lampung Timur yang beribukota di Sukadana memiliki luas
433.789 km2 yang terbagi dalam 264 desa/kelurahan dan 24 kecamatan, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 7. Nama kecamatan, jumlah desa dan luas wilayah per-Kecamatan
No Nama Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Jumlah
Desa
Luas wilayah
Ha (%) total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Sukadana Sukadana 20 75.675,50 14.21
2 Batanghari Banar joyo 17 14.887,95 2.80
3 Sekampung Sumber
gede 17 14.834,39 2.79
4 Marga tiga Tanjung
harapan 13 25.072,94 4.71
5 Sekampung udik Pugung
raharjo 15 33.912,45 6.37
6 Jabung Negara batin 15 33.912,45 6.37
7 Pasir sakti Mulyo sari 8 19.393,83 3.64
8 Waway Karya Sumber rejo 13 21.107,32 3.96
9 Marga sekampung Peniangan 8 17.732,34 3.33
10 Labuhan
maringgai
Labuhan
maringgai 11 19.498,73 3.66
11 Mataram baru Mataram
baru 7 7.956,11 1.42
51
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
12 Bandar
Sribhawono Sribhawono 7 18.570,67 3.49
13 Melinting Wana 6 13.929,74 2.62
14 Gunung
pelindung Negri agung 5 7.852,25 1.47
15 Way jepara Braja sakti 15 22.926,92 4.31
16 Braja slebah Braja
hajosari 7 4.65
17 Labuhan ratu Labuhan
ratu 11 48.551,22 9.12
18 Metro Kibang Margototo 7 7.677,83 1.44
19 Bumi agung Donomulyo 8 7.317,47 1.37
20 Batanghari nuban Sukaraja
nuban 13 18.068,84 3.40
21 Pekalongan Pekalongan 12 10.012,81 1.88
22 Raman utara Kota raman 11 16.136,91 3.03
23 Purbolinggo Taman fajar 12 22.203,37 4.17
24 Way bungur Tambah
subur 8 37.638,19 7.07
Sumber: Dokumen BPS, luas wilayah Kabupaten Lampung Timur
52
Gambar 5 Peta Kabupaten Lampung Timur
2. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
Salah satu ciri pokok penduduk di negara berkembang seperti Indonesia,
selain jumlahnya besar, secara geografis penyebarannya tidak merata.
Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah sekitar 15% dari total
wilayah Provinsi Lampung memiliki ciri yang sama. Persebaran penduduk
yang tidak merata tidak terlepas dari adanya pengaruh geografis yaitu aspek
kultur, historis, dan ekologi, serta dukungan kualitas dan kuantitas
infrastruktur. Persebaran penduduk berorientasi pada potensi pertanian dan
53
bergeser ke agroindustri. Sehingga terjadi pola pergeseran yang kurang ideal
dengan kepadatan tertinggi pada daerah sentral daerah industri dan akses yang
lebih baik. Merujuk pada data Lampung Timur. Dalam Angka tahun 2017,
jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur tahun 2016 adalah 1.015.436
jiwa. Terdiri dari laki-laki sebanyak 520.844 jiwa dan perempuan sebanyak
494.592 jiwa. Dengan luas wilayah Kabupaten Lampung Timur yang sekitar
532.503 hektar atau 5.325,03 km2, dan didiami oleh 1.015.436 jiwa maka
rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Lampung Timur adalah
sebanyak 192 jiwa per kilometer persegi.
Jika dilihat dari jumlah penduduk per kecamatan maka jumlah penduduk
terbesar adalah Kecamatan Sekampung Udik dengan jumlah penduduk 72.893
jiwa dan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Bumi Agung dengan
jumlah penduduk 17.921 jiwa. Berdasarkan hasil perhitungan, pertumbuhan
penduduk per kabupaten Tahun 2017 adalah sebesar 1,09%. Laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Lampung Timur rata-rata adalah sebesar
1,09% per tahun. Dengan jumlah penduduk sebesar itu tentu menjadi potensi
yang besar bagi Kabupaten Lampung Timur. Namun jumlah penduduk yang
besar tersebut dapat juga menjadi beban dalam proses pembangunan jika
penduduk berkualitas rendah. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan
pembangunan, perlu dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
54
3. Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya
(didekati dengan pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan
untuk hidup layak di wilayah tempat tinggalnya. Kebutuhan untuk hidup layak
tersebut diterjemahkan sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi makanan setara 2100 kilo kalori sehari, perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain-lain.
Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan bahwa secara
keseluruhan pendapatan penduduk meningkat, sebaliknya meningkatnya
jumlah penduduk miskin mengindikasikan menurunnya pendapatan penduduk.
Dengan demikian jumlah penduduk miskin merupakan indikator yang cukup
baik untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk miskin
diwilayah kabupaten lampung timur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Lampung Timur
No Nama Kecamatan Jumlah penduduk miskin (KK)
(1) (2) (3)
1. Sukadana 6.684
2. Labuhan maringgai 7.191
3. Jabung 5.259
4. Batang Hari 4.043
5. Sekampung 4.257
6. Pekalongan 3.050
7. Way Jepara 3.674
8. Purbolinggo 3.021
9. Raman Utara 2.144
10. Metro Kibang 2.428
11. Marga Tiga 3.434
12. Sekampung Udik 6.083
13. Batanghari Nuban 3.643
14. Bumi Agung 1.283
15. Bandar Sribhawono 3.202
55
(1) (2) (3)
17. Mataram Baru 2.548
17 Melinting 2.827
18. Gunung Pelindung 2.297
19. Pasir sakti 3.901
20. Waway Karya 4.842
21. Labuhan Ratu 3.448
22. Braja Selebah 2.094
23. Way Bungur 1.769
24. Marga Sekampung 2.336
Sumber: Data Hasil Penelitian 2018
4. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor
utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Oleh sebab itu, Pemerintah
Kabupaten Lampung Timur secara terus menerus berupaya dengan berbagai
kebijakan maupun langkah-langkah inovatif untuk dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi
tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.
Dalam pengertian sehari-hari pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta memperluas wawasan. Pada
dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggung jawab
pemerintah tetapi juga masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan
pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar
seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari
pendidikan dasar hingga ke jenjang menengah dan tinggi.
56
Untuk fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Lampung Timur dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Lampung
Timur
No Nama Kecamatan Jumlah sarana pendidikan
Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs M
A
1. Sukadana 35 6 1 2 9 7 0
2. Labuhan Maringgai 26 8 1 2 9 6 2
3. Jabung 24 7 2 1 8 7 2
4. Batang hari 40 5 2 0 3 5 2
5. Sekampung 39 14 5 4 2 2 1
6. Pekalongan 28 6 3 2 1 2 0
7. Way Jepara 31 13 4 4 6 1 1
8. Purbolinggo 30 6 3 3 1 3 2
9. Raman Utara 32 3 2 0 3 3 2
10. Metro Kibang 17 4 1 0 1 2 0
11. Marga Tiga 31 6 3 0 3 2 2
12. Sekampung Udik 35 11 6 3 9 9 3
13. Batang Hari Nuban 28 3 0 1 1 3 0
14. Bumi Agung 13 4 0 0 1 2 1
15. Bandar Sribhawono 19 9 4 4 4 4 2
16. Mataram Baru 14 2 0 1 4 7 1
17. Melinting 14 3 1 1 5 3 1
18. Gunung Pelindung 12 5 2 2 3 1 1
19. Pasir Sakti 11 5 2 3 8 4 1
20. Waway Karya 17 7 1 1 7 18 1
21. Labuhan Ratu 19 7 1 1 1 3 1
22. Braja Slebah 12 5 2 3 3 3 2
23. Way Bungur 15 3 0 2 4 3 0
24. Marga Sekampung 16 6 0 2 3 1 0 Sumber: Dokumen BPS Fasilitas Pendidikan tahun 2016, Kabupaten Lampung Timur
Dari Tabel tersebut, terlihat jumlah Sekolah umum yaitu SD, SLTP, dan
SMA/SMK terbesar terdapat di Kecamatan Sekampung. Untuk sekolah
berbasis agama terbesar di Kecamatan Sekampung Udik dan sekolah berbasis
agama sama sekali belum ada di Kecamatan Metro Kibang, Braja Selebah dan
Marga Sekampung.
57
Dari Tabel tersebut, juga terlihat bahwa untuk fasilitas sekolah umum, seluruh
kecamatan telah memiliki fasilitas pendidikan mulai dari SD dan SMP.
Namun fasilitas pendidikan tengkat menengah atas (SMA) masih belum
tersedia di Kecamatan Marga Sekampung, Way Bungur, Mataram Baru, Bumi
Agung, dan Batanghari Nuban. Sedangkan untuk SMK belum tersedia di
Kecamatan Bumi Agung, Marga Tiga, Metro Kibang, Batanghari, dan Raman
Utara.
Jika dilihat dari Angka Partisipasi Murni (APM), berdasarkan data Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten Lampung Timur Tahun 2016, diperoleh
angka sebesar 90,0% untuk SD/sederajat, 75,4% untuk tingkat
SLTP/sederajat, dan 47,6% untuk tingkat SLTA/sederajat. APM merupakan
salah satu indikator proses pada bidang pendidikan, sedangkan salah satu
indikator output adalah tingkat pendidikan penduduk. Komposisi penduduk
menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan atau ijazah tertinggi yang
dimiliki memberikan gambaran tentang kualitas sumber daya manusia. Bila
jenjang pendidikan SLTP dan SLTA APMnya semakin meningkat, maka di
masa berikutnya tingkat pendidikan penduduk akan meningkat pula, demikian
pula sebaliknya.
5. Fasilitas Kesehatan
Sarana Rumah Sakit di Kabupaten Lampung Timur hanya terdapat 1 RSUD
Sukadana, sarana tersebut pada tahun 2016 berjumlah 28 Puskesmas tersebar
di 24 Kecamatan dari jumlah tersebut 25 Puskesmas rawat jalan dan 2
puskesmas rawat inap, Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk 1:32,478
58
atau tiap puskesmas melayani 32.478 penduduk. Disamping puskesmas
terdapat pula puskesmas pembantu sebanyak 90 buah, polides 103 buah,
Rumah Bersalin 14 buah, poliklinik 31 buah, 5 apotik serta 10 toko obat.
Tabel 10. Sarana Kesehatan di Kabupaten Lampung Timur
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. RSUD
1
2. Puskesmas
28
3. Puskesmas Pembantu
90
4. Polides
103
5. Rumah Bersalin
14
6. Poliklinik
31
7. Apotek
2
8. Toko Obat
10
Sumber: Dokumen BPS Jumlah Fasilitas Kesehatan tahun 2016, Kabupaten Lampung
Timur
Kesediaan Tenaga Medis di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2016
tercatat 4 dokter spesialis, 41 dokter umum, 9 dokter gigi, 2 apotik, 161
perawat dan 193 bidan. Rasio jumlah dengan jumlah penduduk 1:16.840 atau
1 orang Dokter menangani 16.840 orang. Seperti tabel berikut :
59
Tabel 11. Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lampung Timur
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. Dokter Spesialis
4
2. Dokter Umum
42
3. Dokter Gigi
9
4. Apotek
2
5. Perawat
161
6. Bidan
193
Sumber: Dokumen BPS Tenaga Kesehatan tahun 2016, Kabupaten Lampung Timur
B. Gambaran Umum Program Keluarga Harapan (PKH)
Tinjauan tentang Program Keluarga Harapan (PKH) bersumber dari Inpres
nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin
lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan dan dokumen -dokumen resmi Kementrian Sosial RI yang meliputi
Pedoman Umum PKH tahun 2012, 2013 dan 2015 serta Buku Saku
Pendamping tahun 2011 dan 2015.
1. Pengertian PKH
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan
tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin/Keluarga Sangat Miskin
(RTSM/KSM). Tujuan umum PKH adalah meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dan mengubah pandangan, sikap, serta perilaku RTSM/KSM
untuk lebih dapat mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang
diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan. Tujuan tersebut sekaligus
60
sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Gold’s
(MDG’s). Secara khusus tujuan PKH adalah:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah
dasar (anak pra sekolah atau disingkat apras) dari RTSM
2. Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi anak-anak RTSM
3. Meningkatnya taraf pendidikan anak-anak RTSM Program Keluarga
Harapan memiliki dua komponen utama yaitu pelayanan kesehatan
dan pelayanan pendidikan.
Dampak intervensi dalam program pendidikan dan kesehatan akan
berpengaruh terhadap kualitas SDM. Intervensi pendidikan akan berpengaruh
langsung pada aspek, yakni: (i) kemampuan belajar dan (ii) partisipasi anak
dalam pendidikan (terdaftar dan kehadiran di sekolah). Sedangkan intervensi
program kesehatan akan meningkatkan status kesehatan dan gizi yang
selanjutnya bias mempengaruhi partisipasi anak dalam pendidikan serta
kemampuan belajar bagi anak tersebut di lembaga-lembaga pendidikan.
Kedua jenis intervensi pendidikan dan kesehatan dalam jangka panjang akan
mempengaruhi kualitas SDM.
1. Penerima bantuan PKH
Penerima bantuan PKH yang selanjutnya disebut peserta PKH adalah
RTSM/KSM yang berdomisili di lokasi terpilih yang memiliki satu
atau beberapa kriteria:
a. Memiliki anak SD/Madrasah Ibtidaiyah/sederajat
61
b. Memiliki anak SMP/Madrasah Tsanawiyah/sedrajat
c. Memiliki anak usia 7-18 tahun yang belum menamatkan
pendidikan dasar
d. Memiliki ibu hamil/melahirkan/nifas, dan atau Memiliki anak
balita
e. Memilki anak usia 5-7 tahun (anak pra sekolah)
2. Syarat Penetapan Penerima Bantuan PKH
Calon penerima bantuan terpilih wajib menandatangani persetujuan
ada formulir validasi untuk mematuhi ketentuan PKH (sesuai yang
tercantum dalam pedoman umum) sebagai barikut:
a. Memeriksakan kandungan ibu hamil ke faslitas kehatan sesuai
dengan protokol pelayanan kesehatan dasar
b. Melakukan pemeriksaan pasca persalinan untuk ibu nifas
sesuai dengan protokol pelayanan kesehatan dasar
c. Mengantarkan anak usia 0-5 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai
dengan protokol pelayan kesehatan dasar
d. Mengantarkan anak usia lebih kecil dari 7 tahun yang belum
sekolah ke pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
e. Mendaftar dan menyekolahkan anak usia 7 -15 tahun serta
anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan
dasar 9 tahun.
3. Besaran Bantuan Yang Diterima Peserta PKH
Besaran bantuan yang diterima oleh peserta PKH bervariasi
berdasarkan jumlah anggota keluarga yang dihitung menurut
ketentuan penerima bantuan, baik komponen kesehatan maupun
pendidikan. Besaran bantuan akan bisa berubah di kemudian hari
sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta PKH tidak
dapat memenuhi syarat yang ditentukan. Bantuan terkait kesehatan
berlaku bagi peserta PKH dengan anak di bawah 7 tahun dan/atau ibu
hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak di hitung berdasarkan jumlah
anak.
62
4. Sanksi Bagi Peserta PKH yang Tidak Memenuhi Komitmen
Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya, maka berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengurangan bantuan adalah 10% setiap bulannya sebelum
pembayaran periode berikutnya
b. Peserta tidak akan menerima bantuan jika seluruh anggota
tidak memenuhi kewajiban selama 3 bulan berturut-turut.
2. Mekanisme dan Prosedur
Berdasarkan Buku Pedoman Umum Program Keluarga Harapan Tahun 2010,
Program Keluarga Harapan memiliki mekanisme dan prosedur yang terdiri
atas kegiatan sebagai berikut:
a. Pemilihan Peserta Program Keluarga Harapan
Target penerima bantuan PKH adalah keluarga sangat miskin (KSM).
Penetapan rumah tangga sebagai KSM dilakukan dengan
menggunakan metodologi dan indikator transparan. Sebuah rumah
tangga dikategorikan sebagai KSM jika rumah tangga tersebut
memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan
dari hasil model estimasi yang menggunakan faktor-faktor yang secara
statistik memiliki korelasi dengan kemiskinan multidimensi, seperti
antara lain kondisi demografi dan sosial ekonomi.
Indikator-indikator ini lebih lanjut dikembangkan ke dalam kuisioner
yang digunakan untuk memverifikasi status kemiskinan rumah tangga.
Verifikasi status kemiskinan rumah tangga dilakukan melalui survey
terhadap calon peserta. Dalam verifikasi, petugas terdiri atas undur
BPS, non BPS dan pengawas.
63
b. Pertemuan Awal
Tahap awal pelaksanaan PKH dimulai dengan pengiriman
pemberitahuan terpilihnya KSM sebagai peserta PKH, yang disertai
format perbaikan data KSM, pernyataan persetujuan memenuhi
ketentuan PKH, dan undangan untuk menghadiri pertemuan awal oleh
PT.POS. Pertemuan awal dikoordinasikan oleh UPPKH Kecamatan
dengan mengundang Petugas Puskesmas dan sekolah di Kecamatan
tersebut. Tujuan pertemuan awal adalah:
1) Menginformasikan tujuan dan ketentuan PKH;
2) Menyerahkan formulir validasi dan pemutakhiran data pada KSM
untuk diperbaiki dan ditandatangai oleh KSM sebagai tanda
kesediaan mengikuti komitmen yang ditetapkan dalam program;
3) Menjelaskan komitmen yang perlu dilakukan oleh peserta PKH
untuk dapat menerima bantuan;
4) Menjelaskan sanksi dan implikasi apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program;
5) Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH;
6) Memfasilitasi pembentukan kelompok ibu peserta PKH, termasuk
penunjukan ketua kelompok;
7) Menjelaskan hak dan kewajiban ibu peserta PKH;
8) Menerima pengaduan.
c. Pembayaran
Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada KSM yang telah terpilih
sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
program. Bukti kepesertaannya adalah kepemilikan Kartu PKH yang
tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak. Kartu PKH dikirim
ke setiap peserta oleh pendamping sebelum pembayaran pertama
dilakukan. Pembayaran bantuan dilakukan oleh PT. POS setiap tiga
bulan pada tanggal yang ditentukan oleh masing-masing kantor pos
untuk masing-masing desa.
64
d. Pendampingan
Program Keluarga Harapan membutuhkan pendamping agar program
ini dapat berjalan dengan efektif, hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1) Sebagian RTSM/KSM mempunyai keterbatasan kemampuan dalam
memperjuangkan haknya. Untuk itu dibutuhkan pendampingan,
dalam membantu mendapatkan haknya yang patut mereka peroleh
dari PKH.
2) Pendamping membantu tugas-tugas UPPKH mendeteksi segala
permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam waktu cepat.
Pendamping Program Keluarga Harapan adalah seorang yang
direkrut dan ditetapkan oleh Kementerian Sosial RI untuk
melaksanakan tugas-tugas pendampingan PKH, dan terikat dengan
Surat Keputusan Direktur Jaminan Sosial, Direktorat Jendral
Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial Republik
Indonesia. Untuk memberi jaminan dalam proses kerja di lapangan,
Kementerian Sosial mewajibkan setiap pendamping untuk
mengasuransikan diri dengan dana yang diberikan.
a. Nilai Etik Yang Menjadi Panutan Bagi Pendamping PKH
Nilai etik dalam pendampingan peserta PKH meliputi:
a. Bersikap sabar
b. Mendengarkan dan tidak mendominasi
c. Menghargai dan rendah hati
d. Mau belajar
e. Bersikap sederajat
f. Bersikap akrab dan melebur
g. Tidak menggurui
h. Berwibawa
i. Tidak memihak, menilai dan mengkritik
j. Bersikap terbuka dan positif
65
Setiap kecamatan memiliki pendamping yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah peserta PKH yang terdaftar disetiap kecamatan.
Sebagai acuan, setiap pendamping akan mendampingi antara 150 s/d
500 RTSM/KSM peertta PKH sesuai dengan kondisi geografis di
setiap daerah. Selanjutnya setiap kecamatan yang memiliki
pendamping lebih dari satu orang terdapat koordinator pendamping.
Jumlah rasio pendamping dapat berubah sesuai dengan
perkembangan yang ada. Lokasi kantor pendamping terletak di
UPPKH Kecamatan yang beradadi kantor Camat atau di tempat lain
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Pendamping PKH
memiliki beberapa tugas yang meliputi tugas pokok, tugas
pengembangan pendampingan PKH dan tugas penunjang.
3) Tugas Pokok meliputi:
Tugas persiapan program yaitu kegiatan yang dilaksanakan sebelum
pembayaran pertama diberikan kepada peserta PKH, yang terdir dari:
a. Sosialisasi program PKH tingkat kecamatan
b. Menyelenggarakan peremuan awal dengan seluruh calon
peserta PKH
c. Memperhatikan peserta pertemuan yang bukan calon peserta
PKH
d. Melakukan validasi yaitu proses pengecekan data calon peserta
PKH kedalam sistem aplikasi yang telah disiapkan
e. Membagi dan membentuk kelompok peserta PKH yang
beranggotakan 15-30 peserta PKH
f. Memfasilitasi pemilihan ketua kelompok peserta PKH
4) Tugas Rutin Pendamping PKH
Tugas rutin pendamping PKH adalah tugas keseharian yang harus
dilakukan secara intensif. Tugas rutin ini dialokasikan dalam empat
66
hari kerja antara lain hari senin s/d kamis. Tugas rutin pendamping
meliputi:
a. Melakukan pemutakhiran data
b. Memfasilitasi dan menyelesaikan kasus pengaduan
c. Mengunjungi rumah peserta PKH yang tidak bisa datang dan
tidak memenuhi komitmen
d. Melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi
pelayanan pendidikan dan kesehatan
e. Melakukan pertemuan bulanan dengan ketua kelompok dan
seluruh peserta PKH
f. Melakukan temu kunjung bulanan dengan petugas kesehatan
dan pendidikan di lokasi pelayanan
g. Memberikan motivasi kepada peserta PKH dalam menjalankan
komitmen
h. Melakukan upaya yang sinergis antara pendamping PKH
dengan pemberi pelayanan kesehatan dan pendidikan dalam
pengisian formulir verifikasi
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5) Tugas Pengembangan Pendamping PKH
Tugas pengembangan yang dilakukan pendamping PKH meliputi
kegiatankegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan tokoh-tokoh adat
atau keagaamaan dalam sesi-sesi komunikasi ritual
b. Melakukan kerjasama dengan tim penggerak PKK
c. Menumbuhkan semangat keirausahaan keluarga peserta PKH
melalui usaha ekonomi produktif
d. Memotivasi dan advokasi anggota keluarga PKH yang
mengalami disabilitas
e. Memfasilitasi ketersediaan media konsultasi bagi keluarga
peserta PKH yang mengalami ketidak-harmonisan
f. Menggugah kesadaran keluarga peserta PKH tentang
pentingnya menjaga lingkungan
g. Mengidentifikasi potensi dan sumber daya yang ada di wilayah
kerja pendamping
h. Pendamping dapat bersinergi dengan program kelompok usaha
bersama
i. Berperan serta dalam menunjang sosialisasi program keluarga
berencana.
67
6) Tugas Penunjang Pendamping PKH
Tugas penunjang pendamping PKH meliputi:
a. Mengembangkan kapasitas diri dalam berkomunikasi,
bernegoisasi, membangun relasi dan jejaring kerja
b. Mendokumentasikan setiap kegiatan penting terkait tugas dan
fungsi sebagai pendamping PKH
c. Melatih diri dalam kegiatan tulis menulis berkaitan dengan
pengalaman selama mendampingi peserta PKH sebagai
testimoni.
Berdasarkan uraian mengenai Program Keluarga Harapan yang telah
dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa PKH merupakan program dari
Kementerian Sosial Republik Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia dan mengurangi tingkat kemiskinan
melalui peningkatan kesehatan dan fasilitas pendidikan bagi Rumah Tangga
Sangat Miskin atau Keluarga Sangat Miskin. Dalam pelaksanaannya di
lapangan, program ini dibantu oleh seorang pendamping, yang bertugas untuk
membantu peserta PKH dalam mendapatkan haknya yang patut mereka
peroleh dari PKH dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
menyangkut PKH.
3. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)
Menurut Darwanto S. S (1992: 19) program adalah suatu tampilan yang dibuat
dalam suatu acara agar acara tersebut dapat menarik para pendengar.
Sedangkan menurut Sumar dalam Saleha (2005: 26) program didefinisikan
sebagai usaha-usaha jangka panjang yang mempunyai tujuan pada
meningkatnya pembangunan pada suatu sektor tertentu untuk mencapai
beberapa proyek. Program juga dapat dipahami sebagai kegiatan sosial yang
68
teratur mempunyai tujuan yang jelas dan khusus serta dibatasi atas proyek-
proyek pembangunan.
Menurut Suci Rahayu Ningrum (2009:23) program adalah suatu sajian yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan pembangunan dalam beberapa sektor
pembangunan. Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa program adalah suatu sajian atau tampilan mengenai kegiatan sosial
yang teratur dan mempunyai tujuan yang jelas dan khusus dalam rangka
meningkatkan pembangunan dalam sector pembangunan tertentu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Tujuan PKH diantaranya adalah
untuk meningkatkan akses warga miskin terhadap pelayanan dasar kesehatan
dan pendidikan. Kedua komponen tersebut dan kemiskinan memiliki
hubungan yang sangat erat dan saling berpengaruh. Kesehatan berpengaruh
pada pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu negara. Misalnya, kemudahan
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil, persalinan,
bayi dan balita dalam jangka panjang berpengaruh terhadap kualitas SDM.
Terganggunya kesehatan akan berdampak pada pengurangan penghasilan
keluarga, misalnya karena hilangnya penghasilan akibat sakit. Jika kesehatan
dan/atau pendidikan terganggu akan mengakibatkan terganggunya pendapatan
rumah tangga sehingga mereka bisa menjadi miskin.
1. Kewajiban peserta PKH
PKH mencakup dua komponen, yaitu pendidikan dan kesehatan.
Peserta PKH kesehatan wajib menggunakan layanan prenatal, proses
kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan layanna
69
postnatal (khusus ibu hamil), mengimunisasikan anak, dan melakukan
pemantauan tumbuh kembang anak. Sedangkan untuk PKH
pendidikan, anak-anak peserta program wajib terdaftar dan hadir di
sekolah minimal 85% dari jumlah hari sekolah. Seperti tabel berikut:
Tabel 12. Kewajiban Peserta PKH Kesehatan
Sasaran peserta Kewajiban
Ibu Menghadiri pertemuan awal untuk mengikuti sosialisasi
program, perbaikan data peserta, penandatanganan
perjanjian komitmen, dll
Ibu hamil Pemeriksaan Sekurangnya setiap 3 bulan sekali
Ibu melahirkan Harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
Ibu nifas Sekurangnya setiap 1 bulan setelah lahir selama dua bulan
Bayi usia 0-11 bulan Sekurangnya setiap 1 bulan sekali
Bayi usia 1-6 tahun Sekurangnya setiap 3 bulan sekali (sumber: Panduan Program Keluarga Harapan, 2009)
Tabel 13. Kewajiban Peserta PKH Pendidikan
Sasaran peserta Kewajiban
Ibu Menghadiri pertemuan awal untuk: mengikuti sosialisasi
program, perbaikan data peserta, penandatanganan
perjanjian komitmen, dll
Anak usia 7- 18 tahun Mendaftarkan anak ke satuan pendidikan Jika anak sudah
terdaftar di satuan pendidikan, anak harus mengikuti
kehadiran di kelas minimal 85% dari hari sekolah dalam
sebulan selama tahun ajaran berlangsung. (sumber: Panduan Program Keluarga Harapan, 2009)
Peserta PKH, rumah tangga sangat miskin, akan menerima bantuan sepanjang
anggota rumah tangga mematuhi kewajiban PKH. Sanksi berupa pengurangan
bantuan sampai dikeluarkan dari program akan diberlakukan jika peserta tidak
mematuhi komitmen kewajiban program. Berbeda dengan bantuan langsung
tunai (BLT), peserta PKH wajib melakukan aktifitas yang terkait dengan
pengembangan investasi SDM.
70
2. Besaran Bantuan PKH
Besaran bantuan tunai PKH yang diterima oleh KSM bervariasi antara
yang satu dengan yang lain, sesuai jumlah anggota keluarga yang
terhitung menurut ketentuan penerimaan bantuan PKH, baik
komponen pendidikan atau kesehatan.
Untuk mengukur keberhasilan dari program, Terdapat indikator-indikator
Program Keluarga Harapan dari masing-masing komponen kesehatan dan
pendidikan.
3. Kegiatan PKH
Kegiatan PKH merupakan tahapan pelaksanaan PKH yang meliputi
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seluruh komponen PKH dari
awal ditetapkan suatu lokasi PKH sampai dengan berakhirnya
program PKH. Berdasarkan panduan umum, kegiatan PKH meliputi
sebagai berikut:
a. Penetapan Sasaran (targeting)
b. Pertemuan Awal dan Validasi
c. Pembentukan Kelompok KSM
d. Penyaluran Bantuan
e. Verifikasi Komitmen
f. Pemutahiran Data KSM
71
Sumber: UPPKH Pusat
Gambar 5. Kegiatan PKH
Untuk mendukung terlaksananya siklus tersebut, maka dilakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut;
1. Koordinasi dan Sosialisasi,
2. Rekruitmen, dan Pelatihan,
3. Rapat koordinasi tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten/kota,
4. Bimbingan teknis pendamping dan operator (reguler) serta penyedia
layanan (service provider)
5. Pengaduan masyarakat,
6. Monitoring dan evaluasi
7. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) – Family
Development Sesion (FDS).
5. Sejarah singkat PKH di Lampung Timur
PKH diterapkan di Provinsi Lampung mulai tahun 2009, pada awal
penerapannya di provinsi Lampung, Program Keluarga Harapan (PKH) hanya
mencakup kabupaten tertentu, seiring berjalannya waktu PKH diterapkan di
berbagai kabupaten, termasuk Kabupaten Lampung Timur. Pemerintah
Daerah (Pemda) Lampung Timur telah mengajukan proposal PKH sejak tahun
2011, namun baru terealisasi di Lampung Timur pada tahun 2014.
72
6. Struktur kelembagaan PKH kabupaten Lampung Timur
a. Pengarah : Budi Yul Hartono, S.ip.,M.ip
b. Ketua UPPKH : Azwar, S.Sos,.MM
c. Sekretaris : Dra. Supiyah
d. Bidang :
- Data dan SPM : Sukamto
- Penyaluran bantuan : Aprilianto
- Verifikasi : Rizal Azmi, S.ip
e. Koordinator kabupaten : 1. Asep Hermawan, S.kom
2. Ali Muslim, S.sos
f. Operator Kabupaten : 1. Hartono
2. Hasrul Sani
3. Ardi Hendrimanto
Berdasarkan data Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH)
Jumlah penerima bantuan di Kabupaten Lampung Timur sebanyak, 32.550
KSM pada tahun 2016, dengan rincian sebaran penerima bantuan di
Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:
73
Tabel 15. Jumlah penerima bantuan di Kabupaten Lampung Timur
No Wilayah kecamatan Jumlah ksm/penerima
program PKH
Jumlah
pendamping PKH
1 Bandar Sribawono 669 3
2 Batang hari 1.380 6
3 Batanghari Nuban 1.444 6
4 Braja Slebah 632 3
5 Bumi Agung 431 2
6 Gunung Pelindung 852 4
7 Jabung 2.312 10
8 Labuhan Maringgai 3.645 16
9 Labuhan Ratu 1.255 6
10 Marga Sekampung 809 3
11 MargaTiga 1.500 7
12 Mataram Baru 1.016 4
13 Melinting 1.160 4
14 Metro Kibang 689 3
15 Pasir Sakti 1.842 8
16 Pekalongan 1.065 4
17 Purbolinggo 819 3
18 Raman utara 547 2
19 Sekampung 1.663 6
20 Sekampung Udik 2.184 10
21 Sukadana 2.491 10
22 Waway Karya 2.169 10
23 Way Bungur 581 2
24 Way Jepara 1.365 6
Jumlah
32.550 138
Sumber : Dokumen Penyaluran Bantuan UPPKH Kabupaten Lampung Timur, 2016
74
C. Kebijakan Program Keluarga Harapan
Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan
kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program
penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di pusat maupun di
daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam
TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik.
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program lintas Kementerian
dan Lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan,
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen
Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan
program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan
World Bank.
Program Keluarga Harapan (PKH) sebenarnya telah dilaksanakan di berbagai
negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang
bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash
Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat.
Program ini "bukan" dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi
Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga
miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan
penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun
sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.
75
1. Program Keluarga Harapan
Pada awalnya PKH di bawah Menkokesra, namun mulai tahun 2010 berada di
bawah sekretaris wakil Presiden (Sekwapres). PKH didasarkan pada Peraturan
Presiden (Perpres) No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan
kemiskinan, dan instruksi Presiden (Impres) No. 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang Berkeadilan. Peraturan Presiden (Perpres) No. 15
Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan memuat strategi
dan program percepatan penanggulangan kemiskinan. Strategi percepatan
penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan: (1) mengurangi pengeluaran
masyarakat miskin,(2) meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat
miskin (3) mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha makro dan
kecil (4) mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Sedangkan program kemiskinan terdiri dari kelompok program bantuan sosial
terpadu berbasis keluarga, kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat, kelompok penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, dan program-program
lain yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin. Instruksi Presiden (Inpres) No.
3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, memuat
pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan, meliputi
program pro rakyat, keadilan untuk semua (justice for all), dan pencapaian
tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals- MDGs).
76
2. Pengertian Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian uang tunai
kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) berdasarkan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajibannya. Program
semacam ini secara internasional dikenal sebagai program Conditional Cash
Transfers (CCT) atau program Bantuan Tunai Bersyarat. Persyaratan tersebut
dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (misalnya bagi anak usia
sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas kesehatan (misalnya bagi anak balita,
atau bagi ibu hamil).
3. Tujuan Program Keluarga Harapan
Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang
kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin.
Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian target
Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH adalah:
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan
bagi Peserta PKH
2. Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH
3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas,
bawah lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga
Sangat Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM).3
3 Sri Masita Laluhang.JURNAL: Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam
Rangka Penanggulangan Kemiskinan Di Desa Kendahe II Kecamatan Kendahe Kabupaten
Sangihe.
77
Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis Rumah Tangga, terhitung sejak saat
tersebut berubah menjadi berbasis Keluarga. Perubahan ini untuk
mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (ayah, ibu dan anak), orang tua
memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan
masa depan anak. Karena itu keluarga adalah unit yang sangat relevan dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam upaya memutus rantai
kemiskinan antar generasi. Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu
rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi yang
dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur.
4. Syarat Penerima Program Keluarga Harapan
PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Data keluarga yang
dapat menjadi peserta PKH didapatkan dari Basis Data Terpadu dan
memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut, yaitu:
a. Memiliki ibu hamil/nifas/anak balita,
b. Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak
pra sekolah), Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun),
c. Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15),
d. Anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk
anak dengan disabilitas.
Seluruh keluarga di dalam suatu rumah tangga berhak menerima bantuan tunai
apabila memenuhi kriteria kepesertaan program dan memenuhi kewajibannya.
Agar memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi
78
persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan
pendidikan anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak.
a. Kesehatan
KSM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH
diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam
protokol pelayanan kesehatan sebagai berikut:
1. Bayi baru lahir (BBL) harus mendapat IMD, pemeriksaan segera saat
lahir, menjaga bayi tetap hangat, Vit K, HBO, salep mata, konseling
menyusui.
2. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3
kali: pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua: 3-7 hari, ketiga: 8-28
hari. Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI eksklusif (ASI saja).
3. Anak usia 0–11 bulan harus di imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap
bulan.
4. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak
2 (dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus.
5. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan
ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.
6. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan
untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila
di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.
79
b. Ibu hamil dan ibu nifas:
1.Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di
fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu sekali pada usia kehamilan
sekali pada usia 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-6 bulan, dua kali
pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.
2.Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
3.Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan mendapat
pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV
dan VI setelah melahirkan.
c. Pendidikan
Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan dengan pendidikan
dan mengikuti kehadiran di satuan pendidikan/rumah singgah minimal 85%
dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung dengan
catatan sebagai berikut:
1. Peserta PKH yang memiliki anak usia 7-15 tahun diwajibkan untuk
didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar
(SD/MI/SDLB/Salafiyah Ula/Paket atau SMP/MTs/SMLB/Salafiyah
Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka) dan mengikuti kehadiran di
kelas minimal 85 % dari hari belajar efektif setiap bulan selama tahun
ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah
masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan
persyaratan pendidikan.
80
2. Bagi anak penyandang disabilitas yang masih mampu mengikuti
pendidikan regular dapat mengikuti program SD/MI atau SMP/MTs,
sedangkan bagi yang tidak mampu dapat mengikuti pendidikan non
reguler yaitu SDLB atau SMLB.
3. Peserta PKH yang memiliki anak usia 15-18 tahun dan belum
menyelesaikan pendidikan dasar; maka diwajibkan anak tersebut
didaftarkan /terdaftar ke satuan pendidikan reguler atau non-reguler
(SD/MI atau SMP/MTs, atau Paket A, atau Paket B).
4. Anak peserta PKH yang bekerja atau menjadi pekerja anak atau telah
meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut
harus mengikuti Program remedial ini adalah layanan rumah singgah atau
shelter yang dilaksanakan Kementerian Sosial untuk anak jalanan dan
Kemenakertrans untuk pekerja anak.
Bila kedua persyaratan di atas, kesehatan dan pendidikan, dapat dilaksanakan
secara konsisten oleh peserta PKH, maka mereka akan memperoleh bantuan
secara teratur. Meski Program Keluarga Harapan termasuk program jangka
panjang, namun kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. Kepesertaan
penerima bantuan PKH selama enam tahun selama mereka masih memenuhi
persyaratan yang ditentukan, apabila tidak ada lagi persyaratan yang mengikat
maka mereka harus keluar secara alamiah (Natural Exit). Untuk peserta PKH
yang tidak keluar alamiah, setelah enam tahun diharapkan terjadi perubahan
perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang pendidikan, kesehatan dan
peningkatan status sosial ekonomi. Pada tahun kelima kepesertaan PKH akan
dilakukan resertifikasi.
92
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasann Implementasi Program
Keluarga Harapan oleh Unit Pelaksana PKH Kabupaten Lampung Timur
dinilai menggunakan tolak ukur teori implementasi kebijakan yang
dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn secara umum sudah berjalan
meskipun masih terdapat banyak hambatan dalam Proses Implementasi.
Adapun variabel tersebut antara lain:
1. Standar dan tujuan kebijakan
Standar dan tujuan kebijakan tertuang dalam Buku Pedoman Keluarga
Harapan Kementrian Sosial Republik Indonesia dan Inpres nomor 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1
tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan serta
Keputusan Bupati Lampung Timur B.173/09/SK/2015 Dan Keputusan bupati
Lampung Timur No. B.484/09/SK/2016 Tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Teknis PKH kecamatan sekabupaten Lampung Timur, tersebut
standar/ukuran yang ditetapkan. Adapun tujuan dari kebijakan ini telah
dipahami oleh para pelaksana kebijakan yaitu ditujukan pada pengentasan
kemiskinan di Lampung Timur dengan memaksimalkan komponen kesehatan
dan pendidikan.
Terdapat juga hambatan pada penetapan Rumah Tangga Sasaran (Targeting),
yang mana dapat diselesaikan dengan menggunakan pola komunikasi lintas
sektor, serta optimalisasi struktur kelembagaan baik birokrasi baik UPPKH
atau Tim Koordinasi PKH kabupaten dan Pusat (Kementrian Sosial).
2. Sumber daya
Sumber Daya dalam implementasi Program Keluarga Harapan oleh Unit
Pelaksana PKH Kabupaten Lampung Timur, Terdapat Tiga Komponen yaitu:
Sumber Daya Manusia, Fasilitas pendukung dan Sumber Daya Finansial
(Pendanaan) dimana di masing-masing Komponen memiliki kekurangan atau
hambatan serta terdapat berbagai solusi teknis maupun nonteknis.
3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Dalam mengimplementasikan Program Keluarga Harapan oleh Unit
Pelaksana PKH Kabupaten Lampung Timur terjalin secara baik hal ini dapat
dilihat dari koordinasi yang dilakukan baik secara formal (sosialisasi)
maupun informal (diskusi) namun dengan intensitas yang kurang. Koordinasi
yang belum baik terjadi antar dinas terkait yaitu antara dinas kesehatan dan
dinas pendidikan.
128
Selain itu kurangnya koordinasi antara UPPKH kabupaten Dan PKH Pusat
(Kementrian Sosial) dalam Transfer data juga menjadi kendala dalam
penetapan data (targeting) dan pemutahiran data
4. Karakteristik Agen Pelaksana
Struktur birokrasi di Unit Pelaksana Pogram Keluarga Harapan terkoordinasi
dengan baik dalam menjalankan tugas untuk menopang pengentasan
kemiskinan di Kabupaten Lampung Timur baik itu secara internal maupun
eksternal.
5. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Kondisi lingkungan eksternal dalam pengimplementasian Program Keluarga
Harapan oleh Unit Pelaksana PKH Kabupaten Lampung Timur dalam arahan
pengentasan kemiskinan terlihat sangat mendukung, sehingga tidak ada lagi
alasan penentangan dari lingkungan eksternal kebijakan ini.
6. Sikap/kecenderungan para pelaksana
Sikap dari para pelaksana kebijakan Program Keluarga Harapan oleh Unit
Pelaksana PKH Kabupaten Lampung Timur dapat dikatakan sudah optimal
hal ini dilihat dari sikap penerimaan para pegawai tentang kebijakan yang
telah dirumuskan. Meskipun terdapat adanya komponen pendukung yang
dirasakan belum memenuhi kebutuhan dalam pengimplementasian
129
kebijakana yaitu kurangnya sumber daya keuangan dalam menjalankan
kebijakan tersebut terutama dalam hal fasilitas.
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur sudah seharusnya memberikan
perhatian yang lebih dalam mengembangkan Program Keluarga Harapan di
Kabupaten Lampung Timur dalam hal meningkatkan fasilitas untuk pegawai
Unit pelaksana PKH.
2. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur seharusnya meningkatkan kerja sama
dan koordinasi antar dinas yang terkait dengan Pelaksanaan PKH.
3. Perlu adanya peningkatan koordinasi dan keterpaduan program antar instansi
terkait dalam Program Keluarga Harapan oleh Unit Pelaksana PKH
Kabupaten Lampung Timur dengan mengadakan forum-forum dan
pembuatan laporan untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Program
Keluarga Harapan.
4. Pengentasan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai
bagian dari upaya membangun sistem perlindungan sosial bagi masyarakat
miskin telah menunjukan hasil positif. Implementasi PKH menunjukan
kecenderungan peningkatkan partisipasi peserta PKH terhadap Fasdik dan
Faskes. Peningkatan partisipasi tersebut, akan berimplikasi pada peningkatan
kualitas pendidikan dan kesehatan peserta PKH. Dalam jangka panjang
perubahan sikap tersebut, dapat berkontribusi memutus mata rantai
kemiskinan. Hendaknya Pemerintah memberikan prioritas terhadap perluasan
130
dan kesinambungan PKH dengan memperluas jumlah penerima, serta
peningkatan persentase indeks bantuan PKH.
5. Dalam rangka meningkatkan kualitas Program Keluarga Harapan (PKH),
Pemerintah Daerah diharapkan dapat memperkuat peran kelembagaan PKH
dalam berbagai tingkatan, serta berkomitmen untuk memenuhi ketentuan
dana dampingan (sharing) PKH minimal 5% yang bersumber dari APBD
Kabupaten/Kota guna mendukung sukses pelaksaanaan PKH. Dukungan
tersebut dapat dipergunakan untuk peningkatan kapasitas kelembagaan PKH
melalui pertemuan/rapat-rapat, peningkatan kapasitas pelaksana program
dalam berbagai tingkatan melalui kegiatan bimbingan teknis (bimtek),
pelatihan-pelatihan, serta kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
PKH.
131
97
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukur.M.1988.Perkembangan Pengantar Analisis Kebijakan Publik
Edisi Kedua. PT Buku Seru. Jakarta.
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta .2008.
Arikunto, Suharsini. 2005. Menejemen Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Bogdan dan Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Suatu
Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh
Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional
Creswell, J.W (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixes. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darwanto, SS. 1992. Manajemen Produksi Acara Siaran. Japan Internasional
Goperation Agency. (JICA) Multi Media Training Centre (MMTC).
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah
Mada University Perss.
Dye, Thomas. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: Rajawali Press.
Meleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Nawawi, Ismail, 2009. Public Policy, Surabaya: Putra Media Nusantara.
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Parsons, Wayne. 2001. Public Policy; Pengantar Teori dan Praktik Kebijakan.
Jakarta: Kencana
Rahayu Ningrum, Suci. 2009. Implementasi Program (FKPM) Forum Kemitraan
98
Ramadhan. Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijakan Dari Formulasi
Kebijaksanaan Implementasi Kebijakan Negara, Jakarta: Bumi Aksara.
Sahya, Anggara. 2012. Ilmu Administrasi Negara. Bandung: Pustaka Setia.
Saleha, Eha. 2005. Kebijakan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung
Sinambela, Lijan Poltak dkk.2008. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan
dan Implementasinya. Jakarta: Bumi Aksara
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. PT.
Pustaka LP3ES. Jakarta.
Subarsono. 2013. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2013.Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2008. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT. Refika
Aditama. Bandung.
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model Model Pemberdayaan.
Gava Media. Yogyakarta.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance; Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan
Cendikia. Surabaya.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan publik, Yogyakarta: CAPS .2005. Teori & Proses
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo
Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi: Teori, Proses, dan Studi
Kasus Komparatif. Jakarta: CAPS.
Dokomen
Syahputra Adisanjaya Suleman & Risna Resnawaty.jurnal PROGRAM
KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL
DAN PENGENTASAN KEMISKINAN.volume 4. Universitas Padjajaran.
99
Eni Erdiyanti, dkk. 2017. Jurnal: IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA
HARAPAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA
TANJUNG PINANG. Prodi Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH
Sri Masita Laluhang.JURNAL: Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)
Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan Di Desa Kendahe II
Kecamatan Kendahe Kabupaten Sangihe.
Inpres Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan Poin
lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin
lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan
Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai
Peserta Program Keluarga Harapan (PKH)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
Data Jumlah Penerima bantuan Kabupaten Lampung Timur tahun 2014-2016.
UPPKH Kabupaten Lampung Timur.
Naskah Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH).2009. Kementerian
Sosial RI
Keputusan Bupati Lampung Timur No B.173/09/SK/2015 Tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Teknis PKH kecamatan sekabupaten Lampung Timur
Keputusan bupati Lampung Timur No. B.484/09/SK/2016 Tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Teknis PKH kecamatan sekabupaten Lampung Timur
Website
http://keluargaharapan.com/program-keluarga-harapan-efektif-turunkan-
kemiskinan/ diakses 16 november 2017 pukul 20.08 wib
www.lampung.bps.go.id diakses 20 September 2017 pukul 21.03 wib
http://www.suryaandalas.com/2016/03/pertumbuhan-ekonomi-masyarakat-
lampung.html. diakses 17 november 2017 pukul 21.03 wib)
www.BPS.Lampungtimur.go.id/, 20 September 2017 pukul 19.03 wib