Upload
vuongnguyet
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
IMPLIKASI PERALIHAN KEWENANGAN PENYELESAIAN
SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH DARI
MAHKAMAH KONSTITUSI KEPADA MAHKAMAH AGUNG
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA
I PUTU DEDY PUTRA LAKSANA
NIM. 1103005164
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
SKRIPSI
IMPLIKASI PERALIHAN KEWENANGAN PENYELESAIAN
SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH DARI
MAHKAMAH KONSTITUSI KEPADA MAHKAMAH AGUNG
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA
I PUTU DEDY PUTRA LAKSANA
NIM. 1103005164
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
IMPLIKASI PERALIHAN KEWENANGAN PENYELESAIAN
SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DARI
MAHKAMAH KONSTITUSI KEPADA MAHKAMAH AGUNG
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA
Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Udayana
I PUTU DEDY PUTRA LAKSANA
NIM. 1103005164
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
LembarPersetujuanPembimbing
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 25 JUNI2015
Pembimbing I
(Dr.Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H.)
NIP.195609021985032 001
(Komang Pradnyana Sudibya, SH., M.Si.)
NIP. 195805051983031 004
SKRIPSI INI TELAH DIUJI
PADA TANGGAL : 4 AGUSTUS 2015
`Panitia Penguji Skripsi
Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Nomor: 292/UN14.11.1/PP.05.02/2015 Tanggal: 27 Juli 2015
Ketua : Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H. (…………………....)
Sekretaris
: Komang Pradnyana Sudibya, S.H.,
M.Si.
(……………………)
Anggota
: 1. Dr. Gede Marhendra Wija Atmaja,
S.H.,M.Hum.
(……………………)
2. I Nenga2. I Nengah Suantra, S.H., M.H.
(……………………)
3. Ni Luh 3. Ni Luh Gede Astariyani, S.H., M.H.
(……………………)
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Dengan doa dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulisan skripsi dapat terselesaikan tepat
pada waktunya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, sehingga judul yang dipilih dalam penulisan
skripsi ini adalah : “PERALIHAN KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA
HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH DARI MAHKAMAH KONSTITUSI KEPADA
MAHKAMAH AGUNGBERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR,
BUPATI DAN WALIKOTA”
Keberhasilan penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan secara
moril maupun materiil oleh semua pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini saya sampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiarta, S.H., M.H., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, S.H., M.H., Pembantu Dekan II Fakutas Hukum
Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Suardana, S.H., M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
5. Ibu Adiwati, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademikyang telah memberikan
bimbingan dan menuntun semenjak awal Penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
6. Bapak Dr. I Gede Yusa,S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
7. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H.,M.H., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. BapakKomang Pradnyana Sudibya, S.H., M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak
memberikan ilmu serta wawasan yang lebih kepada Penulis.
10. Seluruh Staff Laboratorium Hukum, Perpustakaan, dan Tata Usaha Fakultas Hukum
Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan selama kuliah di Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
11. Keluarga tercinta,I Nengah Kadek Ardita (Ayah Kandung) sertaNi Wayan Mudita Adi (Ibu
Kandung), yang senantiasa memberikan dukungan kepada Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini..
12. Sahabat-sahabat Penulis, Gungde Manik, Indi, Tantry, Ciria, Sabo, Moje, Junet, Sule, Dinda,
Wahyu Weda, Cri Khrisna, Ela Suprisma, Dwika, Wasista, Dana Supartha, Agus Dana,
Surya, Arya, Dani, Galang, Angga Manuwangsa, Bonbon, Santa, Anugerah, Koling, Katos,
Arsad, Jangki, Ari Sujaneka, Ari Poyok, Adi Wiradana, Ngurah S.P., Agus Fahmi, Dedok,
Gus Alit, Degas, Ngurah Surya, Sontol, Odik dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama Penulis
belajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
13. Keluarga KKN PPM IX di Desa Buahan Kaja, Andre, Amy, Gung Wira, Danny, Gus Edo,
Dewa Edy, Ifham, Perri, Dodok, Utama, Suriansah, Dasri, Amaliarani, Dewi, Vita, Marcel,
Diah, Swanty, Ditha, Tari, Ve Damayanti, Desak, Putri Jayanthi, dan Widia yang telah
memberikan dukungan selama Penulis menyelesaikan skripsi ini.
Untuk dapat melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini, maka Penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Om Santi, Santi, Santi, Om.
Denpasar, 25 Juni 2015
Penulis
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini
merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan
penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun
plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat
yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik
dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada
paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.
Denpasar, 25Juni 2015
Yang menyatakan,
I Putu Dedy Putra Laksana
NIM. 1103005164
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM............................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... .iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... .iv
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................. .viii
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
ABSTRACT ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah ............................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ..................................................................... 12
1.3 RuangLingkupMasalah ............................................................. 13
1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................... 13
1.5 TujuanPenelitian ....................................................................... 15
a. TujuanUmum ..................................................................... 15
b. TujuanKhusus .................................................................... 16
1.6 ManfaatPenulisan ..................................................................... 16
a. ManfaatTeoritis ................................................................. 16
b. ManfaatPraktis ................................................................... 17
1.7 LandasanTeoritis ...................................................................... 17
1.8 MetodePenelitian ...................................................................... 27
1.8.1 JenisPenelitian ................................................................. 27
1.8.2 JenisPendekatan ............................................................... 27
1.8.3 SumberBahanHukum ...................................................... 28
1.8.4 TeknikPengumpulanBahanHukum .................................. 29
1.8.5 Teknik Analisis BahanHukum......................................... 29
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAIMAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH
AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH
2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi .................. 31
2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi ................................... 31
2.1.2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi ............................... 32
2.1.3. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan
Kepala Daerah oleh Mahkamah Konstitusi..................... 34
2.2.Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Agung ......................... 39
2.2.1. Pengertian Mahkamah Agung ........................................ 39
2.2.2. Kewenangan Mahkamah Agung .................................... 40
2.2.3. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan
Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung .......................... 40
2.3. Tinjauan Umum Mengenai Pemilihan Kepala Daerah ............. 42
2.3.1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah ............................. 42
2.3.2. Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah ...................... 44
BAB III LATAR BELAKANG YURIDIS KEWENANGAN PENYELESAIAN
SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH OLEH MAHKAMAH
AGUNG
3.1. Kewenangan Mahkamah Agung dalam Penyelesaian
Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah Menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 ............................................................................... 47
3.2. Kewenangan Mahkamah Agung
dalam Penyelesaian Sengketa Hasil
Pemilihan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang ............... 49
BAB IV IMPLIKASI PERALIHAN KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA
HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH DARI MAHKAMAH KONSTITUSI
KEPADA MAHAKAMAH AGUNGBERDASARKAN PERATURAN
PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA
4.1. Dasar Pertimbangan Peralihan Kewenangan
Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah
dari Mahkamah Konstitusi Kepada Mahkamah Agung ........... 55
4.2. Implikasi Peralihan Kewenangan Penyelesaian Sengketa
Hasil Pemilihan Kepala Daerah dari
Mahkamah Kosntitusi Kepada Mahkamah Agung
Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi
Terkait Dengan Sengketa Hasil
Pemilihan Kepala Daerah Yang Telah
Dikeluarkan Sebelumnya .......................................................... 55
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 67
5.2. Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN SKRIPSI
ABSTRAK
Dalam sistem demokrasi perwakilan, Pemilihan Umum adalah suatu kemestian dan suatu
lembaga yang sangat vital untuk demokrasi. Suatu pemilihan yang bebas berarti bahwa dalam
suatu jangka waktu tertentu rakyat akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya
terhadap garis-garis politik yang harus diikuti oleh negara dan masyarakat dan terhadap orang-
orang yang harus melaksanakan kebijakan itu. Dengan demikian pemilihan umum merupakan
salah satu ciri utama dari negara demokrasi modern dan cara yang demokratis untuk membentuk
dan mentransfer kekuasaan dari rakyat kepada otoritas negara. Peralihan kewenangan
penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dari Mahkamah Konstitusi kepada
Mahkamah Agung didasari oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XI/2013 tentang
Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa
kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menangani sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah
adalah inkonstitusional. Untuk menindaklanjuti putusan tersebut, kemudian Presiden
mengembalikan kewenangan mengadili sengketa Pilkada ke badan peradilan di bawah
Mahkamah Agung, melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupatin Dan Walikota.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis
normatif. Dimana peneliti menguraikan permasalah-permasalahan yang ada terkait dengan
peralihan kewenangan penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dari Mahkamah
Konstitusi kepada Mahkamah Agung, untuk selanjutnya dibahas dengan kajian yang berdasarkan
teori – teori hukum dan selanjutnya dikaitkan dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku dalam praktek hukum.
Dasar yuridis kewenangan Mahkamah Agung dalam menyelesaikan sengketa Pemilihan
Kepala Daerah disebutkan dalam Ketentuan Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian menurut Undang-Undang, kewenangan Mahkamah
Agung dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah diatur Dalam Pasal 157
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota. Meskipun dalam putusannya Mahkamah Konstitusi tidak lagi
berwenang mengadili dan memutus perselisihan hasil Pemilihan Kepala Daerah dan kewenangan
tersebut telah beralih ke Mahkamah Agung, namun tidaklah berarti bahwa segala putusan
Mahkamah mengenai perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah sejak tahun 2008
menjadi batal dan tidak berkekuatan hukum mengikat.
Kata Kunci: Demokrasi, Pemilihan Kepala Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi
ABSTRACT
In the system of representative democracy, the elections is a must and an institution that
is very vital for democracy. A free election means that within a certain period of time people
will get a chance to state his desire towards political lines to be followed by the State and
society and for those who have to implement that policies. the general election is one of the main
characteristics of modern democracies and democratic way to form and transfer the power from
the people to the State authorities. The transition of authority dispute resolution Regional Head
election results from the Constitutional Court to the Supreme Court based on the ruling of the
Constitutional Court the number 97/PUU-XI/2013 about testing Act No. 12 of 2008 about the
second amendment in the Law Number 32 of 2004 concerning regional and Government Act
No. 48 in 2009 about the powers of the Judiciary Against the Constitution of the Republic
of Indonesia in 1945. In an award the Court held that the authority of the Constitutional Court in
handling disputes election results Head Area was unconstitutional. To follow up the verdict,
then the President restore the authority of the judge of the elections dispute to the judiciary
under the Supreme Court, through a surrogate government regulations Act No. 1 2014 about the
election of Governors, Regents and Mayors.
Research methods in the writing of this thesis using the juridical normative research
methods. Where researchers outlining the problem-existing problems related to the transition
of authority dispute resolution Regional Head election results from the Constitutional Court to
the Supreme Court, then discussed with the research based on the theory – theory of law and
later associated with the laws applicable in the invitation – the practice of law.
The juridical basis of the authority of the Supreme Court in resolving the dispute over the
election of the head of the area mentioned in the provisions of article 24 A of paragraph (1) of
the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945. Then according to the legislation, the
powers of the Supreme Court in a dispute resolution Regional Head election results provided for
in Article 157 Substitute Government Regulations Act No. 1 2014 About the election of
Governors, Regents, and Mayors. Although in the award of the Constitutional Court are no
longer authorized to adjudicate dispute selection results and hang up the head of the region
and the authorities have been turning to the Supreme Court, however, does not
mean that any court ruling on the dispute the results of the elections of the head
of the region since the year 2008 be annulled and it is not a legal binding.
Keywords: Democracy, Election Districts, The Supreme Court, The Constitutional Court