Import 13-Apr-2014 142631

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

  • LAPORAN TUTORIAL

    TFC (Therapeutic Feeding Centre)

    PASIEN GIZI BURUK DI PUSKESMAS

    KECAMATAN KELAPA GADING

    Oleh :

    Mutiara Rachel, S.Ked 2010730074

    Rizki Ovianti, S.Ked 2010730093

    Bunga Kartika Yunus, S.Ked 2007730134

    Raditya Rezha Yanoura, S.Ked 2010730086

    Tika Nurfadilah, S.Ked 2010730106

    Andi Rizky Fatir, S.Ked 2010730122

    Novandra, S.Ked 2010730150

    Pembimbing:

    dr. Lidia Christina

    KEPANITERAAN KLINIK

    STASE IKAKOM I PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

    2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga

    Laporan Tutorial yang berjudul TFC Pasien Gizi Buruk di Puskesmas Kecamatan

    Kelapa Gading dapat diselesaikan.

    Laporan Tutorial ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan

    memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas I

    (IKAKOM I) di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara. Terima kasih

    penyusun ucapkan kepada :

    1. dr. Lidia Cristina sebagai pembimbing, yang telah membimbing kami

    selama menyusun laporan ini.

    2. Ibu Helmi Kepala Gizi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, yang telah

    membimbing kami dalam menyusun laporan ini

    3. Ibu Eni, Poli Gizi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading

    4. Pasein TFC yang telah koperatif selama pengambilan data dalam tutorial

    ini.

    Dalam pelaksanaannya, penyusunan Laporan Tutorial ini tidak semua dapat

    di kerjakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini mungkin dapat menjadi pembelajaran

    buat penulis ke depannya.

    Semoga informasi yang dimuat dalam Laporan Tutorial ini memberikan manfaat

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat. Kami

    menyadari Laporan Tutorial ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami

    memerlukan saran maupun kritik yang membangun guna penyempurnaannya.

    Jakarta, 5 April 2014

    Penulis,

    Dokter Muda

  • ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR............................................................................................... i

    DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang ................................................................................. 1

    B. Tujuan .............................................................................................. 2

    BAB II RIWAYAT PASIEN THERAPEUTIC FEEDING CENTER/ TFC 3

    A. Identitas Pasien ................................................................................. 3

    B. Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik ........................................ 3

    C. Pengkajian Keperawatan .................................................................. 4

    D. Gizi/ Nutrisi ...................................................................................... 7

    BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 17

    A. Gizi Buruk ...................................................................................... 17

    B. Pneumonia ....................................................................................... 28

    C. Tuberkulosis Paru .......................................................................... 29

    D. Hernia Inguinalis ............................................................................ 29

    BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 31

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 32

    LAMPIRAN

  • i

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi

    energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari. (Admin, 2008).

    Di Indonesia masalah gizi khususnya pada balita, menjadi masalah besar karena

    berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan serta

    angka kematian bayi dan balita lebih jauh lagi, kerawanan gizi dapat mengancam

    kualitas sumber daya manusia di masa mendatang (Ypha, 2007).

    Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat

    pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak,

    meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita

    malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi,

    terlebih zat gizi mikro (Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu

    Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ).

    Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas

    hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh.

    Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya

    pada anak balita diderita penyakit gizi buruk (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies.

    2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : RinekaCipta).

    Dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak

    menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain.

    Dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ. Penurunan perkembangan

    kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan

    penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademi di sekolah

    (Yetty, 2005).

    Menurut data Dinas Kesehatan RI pada tahun 2007 di Indonesia terdapat 8%

    balita mengalami gizi buruk, di Jawa Timur 2.6% balita mengalami gizi buruk,di

    kabupaten Kediri 0,8 % balita mengalami gizi buruk, menurut data dari Puskesmas dari

    2767 balita di wilayahnya terdapat 19 balita mengalami gizi buruk atau sekitar 0,7%.

  • 2

    B. Tujuan Tutorial

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan status gizi pasien gizi kurang.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui penyebab gizi buruk

    b. Mengetahui pengaruh tingkat ekonomi terhadap kemampuan daya beli yang

    mempengaruhi asupan makanan.

    c. Mengetahui pengaruh tingkat kesehatan keluarga dengan besarnya angka

    kejadian gizi buruk.

    d. Mengetahui faktor resiko terjadinya gizi buruk.

    e. Mengikuti perkembangan status gizi pasien gizi buruk dengan adanya

    intervrensi gizi.

    f. Mempelajari tanda-tanda vital dan keluhan penyakit penyerta pada pasien gizi

    buruk.

  • 3

    BAB II

    RIWAYAT PASIEN THERAPEUTIC FEEDING CENTER/ TFC

    A. FOLLOW UP PASIEN

    1. Identitas Pasien

    a. Nama pasien : An. L K

    b. Jenis Kelamin : Perempuan

    c. Usia : 31 bulan

    d. Nama Ayah/ Ibu : Tn. B I/ Ny.A

    e. Pekerjaan Ayah : Pedagang

    f. Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

    g. Alamat : Kodamar

    h. Agama : Islam

    i. Suku Bangsa : Jawa

    j. Pendidikan Ayah : SD

    k. Pendidikan Ibu : SLTA

    2. Riwayat Penyakit Dan Pemeriksaan Fisik

    Anamnesis

    Dilakukan Alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 4 April 2014,

    a. Keluhan Utama :

    Susah makan, berat badan tidak naik dalam 4 bulan terakhir.

    b. Perjalanan Penyakit :

    Sebelum masuk puskesmas os dibawa ke posyiandu dikarenakan demam, batuk,

    pilek, dan tidak masuk makan. Ketika ditimbang berat os adalah 8 kg, kemudian

    dirujuk ke puskesmas di Kec. Kelapa Gading. Saat di puskesmas ibu dari os,

    mengeluh anaknya batuk selama 2 hari, disertai sesak, serta tidak terdapat

    peningkatan berat badan sejak 4 bulan, lalu dari pihak medis diberi obat namun

    tidak membaik. Ibu OS melakukan kunjungan ulangan seminggu setelah

    kunjungan pertama, ibu OS juga mengeluhkan OS tampak sakit ketika

    melakukan BAK pada usia 24 bulan, pada selang satu bulan teraba benjolan pada

    pangkal paha kiri. BAB OS keras, pada saat mengedan, benjolan tersebut tampak

    lebih jelas. Selanjutnya puskesmas melakukan tindakan nebulizer dan memberi

  • 4

    obat kembali, dan dilakukan rawat inap di TFC Pusesmas Kecamatan Kelapa

    Gading.

    Pasien adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Diketahui kakak pertama dari

    OS memiliki berat badan yang rendah dan diketahui ada flek pada paru dan

    pernah dilakukan tes mantoux ketika usia 6 bulan, hasil tes mantoux tidak

    diketahui oleh ibu OS, kemudian dilakukan pengobatan selama 6 bulan. Ayah

    OS pernah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, dan seorang perokok aktif.

    Dalam sehari ayah OS sehari menghabiskan satu bungkus rokok.

    OS lahir pada usia kehamilan 32 minggu, dengan berat badal lahir sebesar 2200

    gram. OS minum ASI hingga sekarang. Sebelum pindah ke Jakarta OSdiketahui

    memiliki berat badan sebesar 7 kg, dan ketika di Jakarta diketahu ada kenaikan

    berat badan menjadi 8 kg.

    Perekonomian keluarga OS termasuk dalam kategori penghasilan rendah, ayah

    OS adalah pedagang dan ibu OS adalah seorang ibu rumah tangga.

    OS diketahui baru tinggal di Jakarta selama 10 bulan, menghuni rumah

    kontrakan dengan keadaan yang tidak memenuhi beberapa kriteria rumah sehat.

    c. Penyakit lain/ alergi : Tidak terdapat alergi

    d. Riwayat Penyakit Keluarga :

    Bapak ada riwayat batuk dengan pengobatan selama 6 bulan dan dikatan

    sembuh.

    Anak pertama pernah tes mantuk dan dilakukan pengobatan selama 6

    bulan.

    Anak pertama pernah mengalami berat badan rendah dan mempunyai flax

    pada paru.

  • 5

    e. Riwayat Imunisasi :

    Sesuai PPI (Program Pelaksanaan Imunisasi), dan tepat waktu.

    No Umur Bayi Umur Bayi

    1 < 7 hari Hepatitis B (HB) 0

    2 1 bulan BCG

    Polio 1

    3 2 bulan DPT-HB-Hib1

    Polio 2

    4 3 bulan DPT-HB-Hib 2

    Polio 3

    5 4 bulan DPT-HB-Hin 3

    Polio 4

    6 9 bulan Campak

    f. Riwayat Kebutuhan Sehari-hari

    a. Nutrisi (Makan/ Minum) :

    Makanan yang disukai : Nugget, bubur ayam, sayur sop

    Makanan yang tidak disukai : Makanan lunak

    Kebiasaan saat makan : Saat makan, diajak jalan-jalan

    Keluhan ketika sakit : Nafsu makan kurang

    b. Eliminasi (BAB/ BAK) :

    BAK : Terlihat terasa nyeri dan terdapat benjolan

    didaerah suprapubis

    BAB : BAB keras, dan terlihat tonjolan pada saat

    mengedan pada suprapubis

    c. Pola Istirahat/Tidur : Tidak ada permasalahan

    d. Pola Aktifitas/ Bermain : Tidak ada permasalahan

    e. Ling. rumah (safety issues) : Pengontrak

    Ukuran Rumah 9x2 m2

    Pertukaran udara/ Ventilasi kurang

    Sinar matahari kurang

    g. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

    Lahir pada 8 bulan (premature)

  • 6

    Berat Badan Lahir 2.200 gram (BBLR)

    Pemeriksaan Umum 4 April 2014

    a. Keadaan umum pasien : Compos mentis, sakit ringan

    b. Nadi : 134 x/ menit

    c. Pernapasan : 58 x/ menit

    d. BB : 8,0 Kg

    e. TB : 80 cm

    f. Suhu : 36,2 oC

    Pemeriksaan Fisik

    a. Kepala :

    Ubun-ubun tertutup, tidak tampak adanya trauma, rambut kering, tipis, dan

    kemerahan

    b. Mata :

    1) Conjungtiva anemis : Ananemis dextra-sinistra

    2) Sklera ikterus : Anikterik dextra-sinistra

    3) Mata Cekung : Kedua mata cekung

    c. Telinga : Inspeksi tampak sedikit serumen

    d. Hidung :

    Septum nasal : tidak deviasi, tidak perforasi

    Mukosa nasal : tidak adanya pembengkakan dan kemerahan.

    Palpasi sinus : frontalis dan maxilaris tidak ada nyeri tekan.

    e. Tenggorokan :

    tidak terlihat adanya kemerahan dan vaskularisasi pada uvula.

    f. Gigi-mulut :

    Bibir : pucat, tidak sianosis, mukosa lembab.

    Mukosa oral : stomatitis

    Gigi : incisifus (8), caninus (4), premolar (4)

    Lidah : tidak hiperemis, papilla lidah normal.

    g. Leher :

    Terdapat pembesaran KGB pada daerah preauricular, benjolan teraba lunak

    sebesar kacang hijau, mobile, permukaan halus.

  • 7

    h. Paru-paru :

    Inspeksi : tidak terlihat retraksi dada, kedua dada simetris

    Palpasi : vocal premitus kedua lapang paru sama.

    Perkusi : sonor kedua lapang paru

    Auskultasi : terdengar ronkhi dan wheezing kedua lapang

    paru

    i. Jantung :

    Inpeksi : Iktuskordis tidak tampak

    Auskultasi : Tidak ada bising tambahan (murmur, gallop)

    Perkusi : OS kurang koperatif

    j. Abdomen :

    Timpani seluruh kuadran perut, Peristaltik usus 14 kali/ menit, bising usus normal

    k. Extremenitas : Atrofi otot

    l. Genitalia :

    Terdapat benjolan pada suprapubis senistra, sebesar kacang tanah, mobile, lunak,

    licin, terdengar bising usus pada benjolan.

    h. Diagnosa Banding

    Gizi Buruk dengan Bronkopnemonia

    Gizi Buruk dengan TB Paru

    i. Pengobatan

    Bisolvon 5 ml/ 3 kali/ hari

    Cotrimoxazole 3sdt (240mg/5ml)

    Vit B Complex

    Vit C

    Preparat Fe

    Puyer (Paracetamol, GG, CTM)

    j. Diet

    Makanan lunak

    k. Pemeriksaan Penunjang

    a. Gula darah : 105 mmol/L

    b. Hemoglobin : 10,6 g/I

    c. Ro Thorax : Kesan Bronkopnemonia

  • 8

    3. GIZI/ NUTRISI

    1. Catatan Pola Makan ( Recall pola makan harian pasien)

    CATATAN POLA MAKAN

    No Bahan Makanan

    Tidak

    Pernah

    Setiap

    Hari

    Seminggu

    Sekali

    Sebulan

    Sekali Jarang

    1 Nasi v

    2 Jagung v

    3 Mie v

    36

    .6

    36

    .6 3

    6.7

    36

    .7

    36

    .7

    36

    .6

    36

    .6

    36

    .5 3

    6.6

    36

    .6

    36

    .6

    36

    .6

    36

    .6

    36

    .5 3

    6.6

    36

    .5 3

    6.6

    36

    .7

    36

    .6 3

    6.7

    36

    .6

    36

    .5

    36

    .5

    36

    .5

    PENGUKURAN SUHU

    PAGI SIANG MALAM

    7.7

    7.8

    7.9

    8

    8.1

    8.2

    8.3

    8.4

    8.5

    8.6

    8.7

    KARTU MONITORING BERAT BADAN

    Series 1

  • 9

    4 Roti v

    5 Biskuit/Roti v

    6 Kentang v

    7 Singkong/ubi v

    8 Tempe/tahu v

    9 Oncom v

    10 Kacang Kering v

    11 Ayam v

    12 Daging Sapi v

    13 Daging Awet v

    14 Bakso v

    15 Ikan Basah v

    16 Ikan Asin v

    17 Udang Segar v

    18 Telur Ayam v

    19 Sayuran Hijau v

    20 Sayur Kacangan v

    21 Sayur Tomat v

    22 Sayur Lain v

    23 Pisang v

    24 Pepya v

    25 Jeruk v

    26 Buah Segar Lain v

    27 Buah Awet v

    28 Susu Segar v

    29 Susu Kental v

    30 Tepung Susu v

    31 Tepung Susu v

    32 Es Krim v

    33 Keju v

    34 Minyak Goreng v

    35 Kelapa/Santan v

    36 Margarine v

    37 The Manis/Gula v

    38 Kua Basah v

    39 Sirop v

    40 Minuman Botol v

    2. Pemberian Cairan/ Makanan pasien selama di TFC

    PEMBERAN CAIRAN/ MAKANAN

    No Tanggal Jam Makanan Jumlah

  • 10

    1 29/03/2014 6:30 Bubur Nasi 0,5 porsi

    7:30 Susu F75 55 ml

    9:30 Susu F75 65 ml

    7:12 Susu F75 35 ml

    12:00 Nasi Tim 0,5 porsi

    13:00 Susu F75 65 ml

    15:30 Susu F75 65 ml

    16:00 Nasi Lunak 0,5 porsi

    17:30 Susu F75 65 ml

    19:30 Susu F75 40 ml

    21:30 Susu F75 55 ml

    23:30 Susu F75 Tidak mau minum

    2 30/03/2014 1:30 Susu F75 40 ml

    3:30 Susu F75 40 ml

    5:30 Susu F75 35 ml

    6:30 Bubur ayam 1 porsi

    7:30 Susu F75 35 ml

    11:00 Susu F75 80 ml

    11:45 Nasi Lunak 0,5 porsi

    14:00 Susu F75 90 ml

    17:00 Susu F75 80 ml

    17:30 Nasi Lunak 5 sdm

    20:00 Susu F75 40 ml

    23:00 Susu F75 Tidak mau minum

    3 31/03/2014 2:00 Susu F75 Tidak mau minum

    5:00 Susu F75 80 ml

    7:00 Nasi Lunak 1 porsi

    8:00 Susu F75 80 ml

    8:30 Susu F75 110 ml

    10:00 Jus Strawberry 100 ml

    11:00 Susu F75 70 ml

    12:00 Nasi lunak 0,5 porsi

    17:00 Nasi lunak 0,5 porsi

    18:00 Susu F75 60 ml

    4 01/04/2014 23:00 Susu F75 80 ml

    13:00 Susu F75 120 ml

    14:30 Susu F75 120 ml

    16:00 Susu F75 90 ml

    24:00. Susu F75 Tidak mau minum

    5 02/04/2014 4:00 Susu F75 Tidak mau minum

    6:00 Susu F100 100 ml

    6:30 Bubur Ayam 3/4 porsi

  • 11

    9:00 Jus Alpukat 50 ml

    10:00 Susu F100 70 ml

    13:00 Nasi lunak 3 sdm

    13:00 Tahu 0,5 potong

    13:30 Susu F100 70 ml

    17:30 Nasi Lunak 70 ml

    18:00 Susu F100 0,5 porsi

    20:30 Susu F100 80 ml

    6 03/04/2014 6:15 Susu F100 70 ml

    6:35 Nasi Lunak 0,5 porsi

    8:30 Susu F100 100 ml

    13:00 Nasi Lunak 3 sdm

    13:00 Sup Jagung Manis Kuah saja

    13:20 Susu F100 100 ml

    19:00 Susu F100 90 ml

    20:00 Susu F100 30 ml

    7 04/04/2014 6:00 Susu F100 100 ml

    6:30 Bubur Ayam 1 porsi

    3. Ringkasan Pemberian Susu Formula

    Tanggal Maret 2014 F 75 April 2014 F100

    29 30 31 1 2 3 4

    Pemberian

    dalam ml

    55 40 80 80 100 70 30

    65 40 80 120 50 100 100

    35 35 110 120 70 100 0

    65 35 100 90 70 90 0

    65 80 70 0 70 0 0

    65 90 60 0 80 0 0

    40 80 0 0 0 0 0

    55 40 0 0 0 0 0

    Total Harian 445 440 500 410 440 360 130

    4. Hasil Pemeriksaan dan Tindakan pada Anak Gizi Buruk

    a. Tanda Bahaya dan Tanda Penting

    Tanggal 28 Maret 2014

    TANDA

    BAHAYA &

    TANDA

    PENTING

    KONDISI

    I II III IV V

    Rejatan (ada) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

    Letargis (tidak

    sadar)

    Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

  • 12

    Muntah/Diare/

    Dehidrasi

    Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

    b. Perawatan Lanjutan pada Fase Stabilisasi

    1) Tanggal 29 Maret 2014

    Anamnesis Lanjutan Pemeriksaan Fisik

    Demam (-) BB 8 kg

    Batuk (-) TB 80 cm

    Pilek (-) Suhu 36,4 C

    Nafsu makan membaik Nadi 104 kali/menit

    Rambut tipis dan kering RR 38 kali/menit

    Dada Simetris, Mengi (+),

    Ronki kasar (+)

    Perut Bising usus normal

    Otot Atrofi

    Jaringan Lunak -

    Pemeriksaan Mata TAK

    Pemeriksaan Kulit TAK

    Pemeriksaan THT TAK

    Tindakan

    Vitamin A Tidak diberi

    Asam Folat Tidak diberi

    Multivitamin tanpa Fe Biolisin (5 ml/ 1 kali)

    Pengobatan Penyakit Penyulit Tidak diberi

    Stimulasi Tidak diberi

    2) Tanggal 30 Maret 2014

    Anamnesis Lanjutan Pemeriksaan Fisik

    Demam (-) BB 8 kg

    Batuk (-) TB 80 cm

    Pilek (-) Suhu 36,0 C

    Nafsu makan membaik Nadi 90 kali/menit

    Rambut tipis dan kering RR 28 kali/menit

    Dada Simetris, Mengi (+),

    Ronki kasar (+)

    Perut Bising usus normal

    Otot Atrofi

    Jaringan Lunak -

    Pemeriksaan Mata TAK

    Pemeriksaan Kulit TAK

    Pemeriksaan THT TAK

  • 13

    Tindakan

    Vitamin A Tidak diberi

    Asam Folat Tidak diberi

    Multivitamin tanpa Fe Biolisin (5 ml/ 1 kali)

    Pengobatan Penyakit Penyulit Tidak diberi

    Stimulasi Tidak diberi

    3) Tanggal 31 Maret 2014

    Anamnesis Lanjutan Pemeriksaan Fisik

    Demam (-) BB 8 kg

    Batuk (-) TB 80 cm

    Pilek (-) Suhu 36,3 C

    Nafsu makan membaik Nadi 80 kali/menit

    Rambut tipis dan kering RR 20 kali/menit

    Dada Simetris, Mengi (+),

    Ronki kasar (+)

    Perut Bising usus normal

    Otot Atrofi

    Jaringan Lunak -

    Pemeriksaan Mata TAK

    Pemeriksaan Kulit TAK

    Pemeriksaan THT TAK

    Tindakan

    Vitamin A Tidak diberi

    Asam Folat Tidak diberi

    Multivitamin tanpa Fe Biolisin (5 ml/ 1 kali)

    Pengobatan Penyakit Penyulit Tidak diberi

    Stimulasi Tidak diberi

    c. Perawatan Lanjutan pada Fase Transisi

    1) Tanggal 4 April 2014

    Pemeriksaan

    BB 8.3 kg

    TB 80 cm

    Nadi 88 kali/menit

    RR 36 kali/menit

    Suhu 36.2 C

    TB/U < -3 SD Sangat Pendek

    BB/U < -3 SD Sangat Kurus

  • 14

    Tindakan

    Makanan Tumbuh Kejar : Tidak diberi

    Multivitamin tanpa Fe : Biolisin

    Stimulasi : Tidak diberi

    Pengobatan penyakit

    penyulit : Tidak diberi

    Makanan Tumbuh Kejar

    6:00 9:00

    Makanan Bubur 1 porsi Bubur 1/2 porsi

    Monitoring Pemberian F100

    Interval Monitoring

    Waktu 6:00 9:00 15:30 18:00

    Pemberian F100 120 80 110 150

    2) Tanggal 8 April 2014

    Pemeriksaan

    BB 8.2 kg

    TB 80 cm

    Nadi 101 kali/menit

    RR 47 kali/menit

    Suhu 37, 4 C

    TB/U < -3 SD Sangat Pendek

    BB/U < -3 SD Sangat Kurus

    BB/TB

    Minus 3 SD - < -2

    SD

    Kurus (Gizi

    Kurang)

    Tindakan

    Makanan Tumbuh Kejar : Tidak diberi

    Multivitamin tanpa Fe : Biolisin

    Stimulasi : Tidak diberi

    Pengobatan penyakit penyulit : Cotrimoxazole 3sdt (240mg/5ml)

    Vit B Complex

    Vit C

    Fe

    Puyer (Paracetamol, GG, CTM)

    BB/TB Minus 3 SD - < -2 SD Kurus (Gizi Kurang)

  • 15

    Makanan Tumbuh Kejar

    Makanan

    7:30 12:00

    Nasi Lunak 1/2 porsi Nasi Lunak 1/4 porsi

    Telur Dadar 1/2 porsi Bola Daging 1 butir

    Monitoring Pemberian F100

    Interval Monitoring

    Waktu 6:00 9:00 10:30 13:30

    Pemberian F100 110ml 90ml 100ml 20ml

    d. Planing

    1) Melanjutkan pemberian Susu F100.

    2) Memonitoring penyakit pemberat gizi buruk.

    3) Mengatur pola diet dengan tepat agar asupan sesuai kebutuhan kalori

    tumbuh kejar per hari terpenuhi.

    5. Nilai Tukar Asupan Diet

    Tgl/ Waktu Asupan Yang

    diberikan

    Jumlah yang

    dikonsumsi Kal

    Karb

    (gr)

    Prot

    (gr)

    Lemak

    (gr)

    29/4/2014

    6,30 Bubur 1/2 Porsi 87,5 20 2

    7,30 F-75 55 ml 55

    9,30 F-75 65 ml 65

    Total 207,5 20 2

    30/4/2014

    6,30 Bubur 3/4 Porsi 132 30 3

    Telur Dadar 1/4 Porsi 18,7

    1,75 1,25

    7,30 F-75 100 ml 100

    11,00 F-75 80 ml 80

    12,00 Nasi Lunak 1/2 Porsi 87,5 20 2

    Lele Masak

    Kering 1/2 potong 50

    7 2

    14,00 F-75 90 ml 90

    16,00 Jus Jambu 1/2 gelas 25 6

    17,00 F-75 80 ml 80

    17,30 Nasi Lunak 1/2 Porsi 87,5 20 2

    F-75 40 ml 40

    19,00 Nasi Lunak 1 Porsi 175 40 4

    20,00 F-75 80 ml 80

    Total 1046 116 19,75 3,25

  • 16

    31/3/2014

    06,00 Bubur 3/4 Porsi 132 30 3

    Telur Dadar 3/4 Porsi 18,7

    1,75 1,25

    12,00 Nasi Lunak 1/2 Porsi 87,5 20 2

    Bola Daging 2 butir 150

    14 10

    Sop telur

    puyuh 2 butir 37,5

    3,5 2,5

    Jus Jambu 1/2 gelas 25 6

    16,00 Nasi Lunak 1/2 Porsi 87,5 20 2

    Bola Daging 2 butir 150

    14 10

    Sop telur

    puyuh 2 butir 37,5

    3,5 2,5

    Jus Jambu 1/2 gelas 25 6

    Total 750,7 82 43,75 26,25

    04/04/2014

    06,00 F-100 120 ml 110

    Bubur 1 Porsi 175 40 4

    09,00 F-100 80 ml 80

    Bubur 1/2 Porsi 87,5 20 2

    15,30 F-100 110 ml 110

    18,00 F-100 150 ml 150

    Total 712,5 60 6

    04/08/2014

    06,00 F-100 110 ml 110

    07,30 Nasi Lunak 1/2 Porsi 87,5 20 2

    Telur Dadar 1/2 Porsi 37,5

    3,5 5

    09,00 F-100 90 ml 90

    10,30 F-100 100 ml 100

    12,00 Nasi Lunak 1/4 Porsi 44 10 1

    Bola Daging 1 butir 75

    7 5

    13,30 F-100 20 ml 20

    Total 564 30 13,5 10

  • 17

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Gizi Buruk

    Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau

    nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,

    yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena

    kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua- duanya.

    Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan

    oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana

    seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya

    berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,

    karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang

    umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah

    bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.

    Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari

    pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).

    Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu

    standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar

    disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan

    bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat

    berat atau akut.

    1. Klasifikasi Gizi Buruk

    Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-

    kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis

    dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.

    a. Marasmus

    Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.

    Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak

    terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),

    rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan

    (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel

    dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.

  • 18

    Berikut adalah gejala pada marasmus adalah:

    1) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar

    lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit

    2) Wajah seperti orang tua

    3) Iga gambang dan perut cekung

    4) Otot paha mengendor (baggy pant)

    5) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa

    lapar

    b. Kwashiorkor

    Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),

    dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun

    dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak

    sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh

    tubuh

    1) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis

    2) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah

    dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut

    kepala kusam.

    3) Wajah membulat dan sembab

    4) Pandangan mata anak sayu

    5) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba

    dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang

    tajam.

    6) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan

    berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

    c. Marasmik-Kwashiorkor

    Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala

    klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup

    mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada

    penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari

    normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan

    rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.

  • 19

    2. Patofisiologi gizi buruk

    Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau

    anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti

    suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok

    dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena

    keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga

    mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan

    protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa

    membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk

    dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin,

    maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya

    yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu.

    Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.

    Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).

    Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella

    dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti

    gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan

    protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan

    lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL

    dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan,

    pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.

    Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema

    adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema

    disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular

    menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial.

    Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita

    kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium.

    Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita

    kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan,

    maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh

    membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena

    posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena

    pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik.

  • 20

    Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi

    karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti

    hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau

    malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara

    kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa

    faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga

    berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab

    marasmus adalah sebagai berikut :

    a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan

    kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang

    dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya

    pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

    b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama

    infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,

    pielonephiritis dan sifilis kongenital.

    c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit

    Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis

    pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas

    d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut

    pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat

    e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan

    yang cukup

    f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic

    hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance

    g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan

    bila penyebab maramus yang lain disingkirkan

    h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan

    tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus

    i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk

    timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan

    kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu

    manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu,

    dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan

  • 21

    menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

    3. Dampak Gizi Buruk

    Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja

    terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di

    samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk

    akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga

    sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain

    yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan sistem

    pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga

    mudah sekali terkena infeksi.

    Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa

    karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara

    lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia

    (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit

    dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan

    baik akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar ketinggalannya

    maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan

    maupun perkembangannya.

    Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan

    performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang

    diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap

    perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan

    waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap pertumbuhan otak ini

    menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak.

    Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk

    terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami

    gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak

    jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif,

    penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan

    rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak.

    4. Faktor Penyebab Gizi Buruk

    Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

  • 22

    a. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang

    dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita

    penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering

    diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.

    b. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,

    pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor

    kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah

    kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan

    kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama

    lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam

    memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah

    yang cukup baik maupun gizinya.

    Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang

    kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang

    disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan

    secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi seimbang,

    dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya

    lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling

    memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi

    malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan

    sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

    Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi

    ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang

    jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan

    berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal

    melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang berlebihan

    5. Tata Laksana Utama Balita Gizi Buruk di Rumah Sakit

    Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi,

    fase transisi dan fase rehabilitasi. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita

    kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor.

    a. Tahap Penyesuaian

    Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima

    makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein

  • 23

    (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, selama 1-2

    minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk

    menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg,

    makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah

    formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa

    +2% tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan

    makanan lembek. Bila ada, berikan ASI.

    Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti

    makanan untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan

    makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan

    ketentuan sebagai berikut:

    1) Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.

    2) Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.

    3) Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara

    bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap

    selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan 5%

    glukosa, dan

    4) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali

    sehari tiap 2-3 jam.

    Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi

    tambahan makanan lewat pipa (per-sonde).

    b. Tahap Penyembuhan

    Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik,

    secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga

    konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram

    protein/kg berat badan sehari.

    c. Tahap Lanjutan

    Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan

    memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada

    orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya

    tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan mengolahnya

    sesuai dengan kemampuan daya belinya. Suplementasi zat gizi yang

    mungkin diperlukan adalah :

  • 24

    1) Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat

    tanda-tanda hipoglikemia.

    2) KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.

    3) Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila

    terdapat hipomagnesimia.

    4) Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000

    SI peroral atau 100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat

    xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000 SI/kg

    berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.

    5) Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral.

    Zat besi (Fe) dan asam folat diberikan bila terdapat anemia

    yang biasanya menyertai KKP berat.

    6. Komplikasi Penyakit

    Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan

    mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang

    terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis

    gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem

    tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan

    tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.

    Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang

    disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang

    bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan

    sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon

    kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating

    Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut

    berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan

    kematian.

    Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita

    KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP

    berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali

    terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran

    cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena

    pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga

  • 25

    mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang

    lebih berat hingga mengancam jiwa.

    7. Perubahan Berat Badan

    Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada

    setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat

    badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada

    tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan

    dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan

    tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran

    objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif

    murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Indikator berat badan

    dimanfaatkan dalam klinik untuk:

    a. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut,

    maupun kronis, tumbuh kembang dan kesehatan

    b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit

    c. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.

    8. Penilaian status gizi secara Antropometri

    Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan

    penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi

    empat penilaian adalah antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan

    penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi

    makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

    a. Penilaian secara langsung

    1) Antropometri

    Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

    Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

    dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

    tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks

    antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur

    (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut

    tinggi badan (BB/TB).

    a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

    Merupakan pengukuran antropometri yang sering

  • 26

    digunakan sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana

    keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan

    kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran

    tentang massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat

    sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,

    misalnya terserang infeksi, kurang nafsu makan dan

    menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih

    menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang bersifat

    labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi

    seseorang saat ini (Current Nutritional Status)

    b) Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)

    Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi

    masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi.

    c) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

    Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi

    badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

    searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

    tertentu.

    2) Penilaian Secara Tidak Langsung

    a. survei konsumsi makanan,

    b. statistik vital dan

    c. faktor ekologi

    9. Terapi Penyakit

    Dalam proses pengobatan anak balita gizi buruk terdapat tiga fase yaitu

    fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Pengobatan rutin yang dilakukan di

    rumah sakit ada 10 langkah penting yaitu:

    a. Atasi/cegah hipoglikemi

    b. Atasi/cegah hiportemia

    c. Atasi/cegah dehidrasi

    d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

    e. Obati/cegah infeksi

    f. Mulai pemberian makanan

    g. Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth)

  • 27

    h. Koreksi defisiensi nutrient mikro

    i. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

    j. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

    Prinsip-prinsip yang harus ditekankan dalam pemberian makanan terapi gizi

    adalah :

    1) Makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energy yang

    diperkaya dengan vitamin dan mineral.

    2) Makanan untuk pemulihan Gizi diberikan kepadana anak gizi buruk

    selama masa pemulihan.

    3) Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa: F100, makanan/gizi siap

    saji dan maanan local. (Makanan local dengan bentuk mulai dari makanan

    bentuk cair, lumat, lembik, padat.)

    4) Bahan dasar utama Makanan untuk Pemulihan Gizi dalam formula F100

    dan makanan gizi siap saji adalah minyak, susu, tepung, gula, kacang-

    kacangan dan sumber hewani. Kandungan lemak sebagai sumber energy

    sebesar 30-60% dari toal kalori.

    5) Makanan local dengan kalori 200 kkal/lg B per hari, yang diperoleh dari

    lemak 30-60% dari total energy, protein 4-6g/kg BB per hari.

    6) Apabila akan menggunakan makanan lokal tidak dilakukan secara

    tunggal (makanan lokal saja) tetapi harus dikombinasikan dengan mkanan

    formula.

    Kemudian pemberianya pun harus bertahap yaitu :

    1. Anak gizi buruk dengan tanda klinis diberikan secara bertahap :

    Fase Rehabilitasi 150 kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali

    pemberian/hari. Diberikan selama satu minggu dalama bentuk

    makanan cair (Formula 100).

    Fase rehabilitasi lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari yang

    diberikan 5-7 kali pemberian/hari (Formula 100).

    2. Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi

    lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari yang diberikan 5-7 kali

    pemberian/hari (Formula 100).

  • 28

    B. Pneumonia

    Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-

    macam seperti kuman (bakteri, virus, jamur) dan benda asing

    1. Tanda dan Gejala

    a. Mendadak panas tinggi (demam)

    b. Nyeri kepala atau dada

    c. Batuk

    d. Sesak napas

    e. Napas cuping hidung

    f. Bibir dan kuku kebiruan

    g. Perut kembung

    h. Penurunan nafsu makan

    i. Jika terdapat gejala-gejala tersebut segera periksa ke dokter

    (puskesmas/rumah sakit)

    2. Penularan

    a. Doplet infection (infeksi tetes) melalui percikan mucus atau saliva.

    b. Makanan dan minuman yang terkontaminasi

    c. Peralatan pernapasan yang terkontaminasi

    d. Penggunaan alat bantu pernapasan secara bersama-sama

    3. Pencegahan Pneumonia

    a. Menghindari dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat keramain

    yang berpotensi penularan

    b. Hati-hati dan waspada apabila kontak dengan penderita ISPA

    c. Membiasakan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan kalori yang cukup

    d. Segera berobat jika anda mendapati atau mengalami panas, batuk, pilek

    terlebih jika disertai suara serak, sesak napas

    e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakan perbaikan dan

    segera kerumah sakit/puskemas jika kondisi memburuk

  • 29

    C. Tuberkulosis Paru

    1. Mycobacterium tuberculosis

    a. Batang (p: 1-4/um, t: 0,3-0,6/um)

    b. Dinding : as.lemak (lipid), peptidolikan, arabinomannan

    c. Dormant

    d. Hidup sitoplasma makrofag

    e. Aerob O2

    2. Gejala dan Tanda

    a. Demam

    b. Batuk/batuk berdarah

    c. Sesak napas

    d. Nyeri dada

    e. Malaise : keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau

    kulit yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun.

    f. Rongki basah kasar / nyaring

    g. Apex paru perkusi redup

    h. Kavitas perkusi hipersonor

    i. Efusi pleura ada bagian dada yang tertinggal

    3. Cara Penularan

    M. Tuberculosis lingkungan sangat padat (inhalasi basil) droplet nuclei :

    - menetap di udara bebas 1-2 jam tergantung ada nya sinar UV

    - ventilasi buruk & kelembapan, gelap bertahan berhari-hari atau berbulan-

    bulan

    M. Bovis susu yang kurang disterilkan dengan baik, terkontaminasi

    D. Hernia Inguinalis

    1. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas:

    a. Hernia kongenital : terjadi sejak lahir karena kelainan bawaan

    b. Hernia yang didapat : karena dipicu berbagai factor

    Keadaan ini timbul biasanya pada golongan menengah kebawah dimana gizi

    yang buruk dapat mempengaruhi perkembangan otot perut, insiden hernia

    inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%.

  • 30

    2. Diagnosis

    a. Benjolan timbul didaerah inguinal pada wakti pasien mengedan. Benjolan

    menghilang setelah pasien tidak mengedan lagi

    b. Pada pemeriksaan : pada bayi terlihat benjolan dilipat paha, sampai skrotum

    pada waktu menangis

    c. Untuk diagnosis hernia tidak diperlukan pemeriksaan diameter anulus

    inguinlais

    d. Isi hernia yang dapat masuk kembali ke rongga peritoneal disebut sebagai

    hernia inguinalis reponibilis

  • 31

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Banyak penyebab timbulnya gizi buruk pada anak, dengan mengetahui faktor

    penyebab gizi buruk tersebut, dapat dieliminasi faktor penyebabnya dengan

    penatalaksanaan yang baik. Pada pasien TFC telah mengalami peningkatan berat badan

    secara bertahap, pada tanggal 7 April 2014 terdapat peningkatan suhu tubuh pasien, dan

    hasil penimbangan berat badan pasien mengalami penurunan berat badan.

    Sehingga sangat lah penting untuk menjaga kesehatan dari pasien, agar tujuan dari

    perbaikan gizi pasien tercapai. Monitoring yang lebih rutin dilakukan dalam

    mengevaluasi asupan dan pemberian obat yang diberikan sangatlah penting. Membuat

    jadwal harian pasien dapat dilakukan untuk ketepatan dalam pemberian asupan,

    pemberian obat dan waktu istirahat yang cukup.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, M. 2007. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Diakses tanggal 6

    April 2014

    Aritonang, Evawany. 2000. Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition).

    http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmgizi-evewany.pdf

    Depkes RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

    Nelson, WE.2007. Malnutrition.In Nelson WE.(ed) Mitchel Nelson Text Book of

    Pediactrics 5thed. WB Saunders Co. Philadelphia & London.

    Supariasa, dkk 2002. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata

    M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V Jakarta:

    Interna Publishing; 2010. h. 2230-8.

    DEPKES. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I. Jakarta: 2006

  • 33

    LAMPIRAN

    Keadaan Rumah Pasien

  • 34

  • 35

    Rawat Inap di RS/Pusk

    PMT

    Pemulihan

    Jalan

    satu lebih

    :

    kurus

    pada

    /

    kaki

    11,5 cm <

    12,5 cm (untuk anak

    usia 6-59 bulan)

    (BB/TB < -2 SD

    s.d -3 SD)

    tidak ada edema

    dan

    nafsu makan baik

    klinis baik

    Gizi buruk

    Dengan

    Komplikasi

    Gizi buruk

    Tanpa Komplikasi Gizi kurang

  • 1

    Penentuan status gizi secara Klinis dan Antropometri (BB/TB-PB)

    *) Tabel BB/TB-PB dapat dilihat pada halaman 26 - 29

    **) Mungkin BB/TB-PB > -3 SD bila terdapat edema berat (seluruh tubuh)

    KLINIS ANTROPOMETRI

    (BB/TB-PB) *)

    Gizi Buruk

    Tampak sangat kurus dan atau

    edema pada kedua punggung kaki

    sampai seluruh tubuh

    < -3 SD **)

    Gizi Kurang Tampak kurus - 3 SD < - 2 SD

    Gizi Baik Tampak sehat - 2 SD 2 SD

    Gizi Lebih Tampak gemuk > 2 SD