15
IMUNISASI Imunisasi terdiri dari : I. WAJIB 1. BCG 2. DPT 3. POLIO 4. Hepatitis 5. Campak II. DIANJURKAN 6. MMR 7. TIPHOID III. MASIH DALAM PENELITIAN 8. Malaria 9. DHF 10. Influenza

IMUNISASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMUNISASI

IMUNISASI

Imunisasi terdiri dari :

I. WAJIB

1. BCG

2. DPT

3. POLIO

4. Hepatitis

5. Campak

II. DIANJURKAN

1. MMR

2. TIPHOID

III.MASIH DALAM PENELITIAN

1. Malaria

2. DHF

3. Influenza

Page 2: IMUNISASI

1. BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Adalah kuman yang sejak tahun 1920 selama 13 tahun dibiakkan

sampai 230 kali oleh Calmette dan Guerin, sehingga menghasilkan basil yang

attenuated.

a. Indikasi

Untuk imunisasi terhadap penyakit Tuberkulosa (TBC).

b. Dosis dan cara pemberian

Sesudah vaksin dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam

dan sisanya harus dibuang.

Penyuntikan harus intrakutan di daerah insersio M. deltoideus

dengan dosis :

Bayi < 1 tahun : 0,05 ml

Anak : 0,1 ml

Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan ke arah permukaan

( sangat superfisial ) sehingga terbentuk suatu lepuh ( wheal ) berdiameter

8-10 mm.

Dilarang menggunakan alkohol dan desinfektans lainnya pada

penyuntikan BCG.

Imunisasi ulangan dilakukan pada usia 5-7 tahun (usia masuk SD)

dan usia 12-15 tahun (usia tamat SD) dengan dosis masing-masing 0,1 ml,

bila uji tuberculin yang dilakukan sebelumnya negatif.

c. Reaksi

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum

seperti demam. Reaksi yang dapat terjadi adalah :

1). Lokal

Satu sampai dua minggu kemudian timbul indurasi dan eritema di

tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah

menjadi ulkus dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12

minggu, dengan meninggalkan cicatrik. Luka tersebut tidak

memerlukan pengobatan.

2). Regional

1

Page 3: IMUNISASI

Kadang-kadang terdapat pembesaran kelenjar axilla dan atau cervical,

terasa padat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini

adalah normal ( “BCG – it is“ / reaksi hipersensitivitas terhadap

BCG ), tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dalam

waktu 3-6 bulan.

d. Komplikasi

1). Abses di tempat suntikan dapat terjadi pada anak-anak > 1 tahun atau

dewasa. Hal ini disebabkan oleh suntikan terlalu dalam (subkutan).

Abses bersifat tenang (cold abses), tidak memerlukan pengobatan dan

akan menyembuh spontan sekalipun lambat. Bila abses sudah matang

( merah, fluktuasi, kulit tipis ) sebaiknya diaspirasi, tidak boleh diinsisi.

2). Limfadenitis supurativa dapat terjadi pada bayi atau anak-anak < 2

tahun disebabkan oleh suntikan yang terlalu dalam atau dosis terlalu

tinggi. Proses ini bersifat tenang, tidak memerlukan pengobatan dan

akan memnyembuh dalam waktu 2-6 bulan sesudah vaksinasi. Apabila

proses sudah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis) sebaiknya diaspirasi,

tidak boleh diinsisi atau diekstirpasi.

e. Kontra Indikasi

Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak, tetapi sebaiknya

vaksinasi BCG ditangguhkan bila ada penyakit akut dengan panas tinggi

dan penyakit kulit yang berat.

Khasiat BCG sedikit-dikitnya berlangsung 3 tahun. Hal ini dapat

diketahui dengan konversi uji tuberculin dari positif menjadi negatif. Namun

beberapa sarjana berpendapat bahwa walaupun uji tuberculin negatif,

kekebalan masih tetap ada. Beberapa sarjana lain menyatakan lamanya

kekebalan sesudah mendapat BCG tersebut adalah 9 tahun.

Wallgren (1956), menyatakan bahwa sesudah mendapat BCG,

seseorang anak masih dapat menderita infeksi tuberculosis primer, namun

2

Page 4: IMUNISASI

anak itu tidak akan mendapat komplikasi berat, seperti misalnya meningitis,

tuberculosis milier, dan lain-lain. Hal ini merupakan keuntungan terbesar dari

vaksinasi BCG.

WHO (1964) menganjurkan untuk melakukan vaksinasi BCG langsung

tanpa melakukan uji tuberculin terlebih dahulu, terutama di negara yang

sedang berkembang dengan resiko tinggi mendapa tinfeksi tuberculosis.

2. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)

Merupakan vaksin kombinasi antigen toksoid dan antigen kumannya

yang dimatikan. Setiap 1 ml dapat mengandung 32 milyar bakteri B. Pertusis

yang sudah dimatikan.

a. Indikasi

Imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri, tetanus dan

pertusis (batuk rejan).

b. Dosis dan cara pemberian

Imunisasi DPT diberikan intramuscular atau subkutan dalam,

dengan menggunakan alat suntik steril sekali pakai.Suntikan dianjurkan

pada anterolateral paha bagian atas ( M. vastus lateralis 1/3 atas ).

Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali, dimulai pada usia 3 bulan

dengan dosis masing-masing 0,5 ml dengan selang 4 minggu (1 bulan),

dan dapat diberikan bersamaan dengan jadwal vaksinasi BCG, campak,

polio, hepatitis B, hi-B, demam kuning, kemudian diperkuat dengan

imunisasi keempat yang diberikan 1 tahun setelah imunisasi ketiga.

Ulangan imunisasi berikutnya dilakukan pada usia 5 tahun – usia masuk

SD.

Selanjutnya ulangan imunisasi dilakukan setiap 5 tahun dengan

menggunakan DT.

c. Efek samping dan komplikasi

3

Page 5: IMUNISASI

Biasanya hanya berupa demam ringan ( satu persejuta ) yang

bersifat sementara seperti kemerahan dan pembengkaan pada lokasi

suntikan. Kadang-kadang terjadi demam tinggi dan iritabilitas dalam 24

jam setelah penyuntikan Panas mulai pada hari vaksinasi (1 – 2 hari), anak

menjerit lama, luka pada bekas suntikan. Dapat terjadi komplikasi

ensefalitis (anak menderita hiperpireksia, status konvulsivus dan

penurunan kesadaran). Oleh karena itu vaksinasi ini perlu ditangguhkan

bila bayi atau anak menderita kejang atau mempunyai alergi.

d. Kontra Indikasi

Pada gangguan cerebral, gangguan saraf terhadap komponen

pertusis. Apabila setelah pemberian dosis pertama vaksin DPT terjadi

reaksi yang berlebih, suntikan imunisasi berikutnya dianjurkan dengan DT.

Pasien virus HIV baik yang asimtomatis maipun simtomatis tidask boleh

diberikan vaksinasi ini.

3. Polio

Yang dipakai ialah : vaksin salk (killed, suntikan) dan vaksin sabin

(attenvated, oral). Vaksin salk disuntikkan sub kutan, yang pertama umur 3

bulan, yang kedua 4 minggu kemudian yang ketiga 6-7 bulan sesudah yang

kedua. Efek samping tidak ada. Vaksin sabin dapat berupa cairan atau tablet

dan harus disimpan dalam alat pendingin (freezer) dan yang lazim dipakai

ialah yang mengandung 3 tipe sekaligus (trivalent).

Manfaat vaksin Salk dan Sabin sebenarnya sama, namun untuk negara

yang sedang berkembang, vaksin Sabin lebih menguntungkan karena lebih

murah (tanpa suntikan), mudah didistribusikan dan mudah diberikan kepada

anak.

a. Indikasi

Imunisasi aktif terhadap polio.

b. Dosis dan cara pemberian

4

Page 6: IMUNISASI

Satu dosis terdiri dari 2 tetes (0,1 ml). Untuk imunisasi dasar polio

dimulai pada usia 3 bulan, diberikan 3 x (3 dosis), sebab ada kemungkinan

terdapatnya jenis-jenis enterovirus lainnya dalam saluran pencernaan yang

dapat menghambat berkembangbiaknya virus polio yang ada di dalam

vaksin, dengan selang waktu 8 minggu (8 bulan), masing-masing 2 tetes,

kemudian diperkuat 2x yaitu 1 tahun setelah imunisasi dasar selesai dan

pada saat usia masuk sekolah dasar (6-7 tahun), selanjutnya pemberian

keenam hanya dianjurkan bila didapatkan resiko kontak dengan virus

polio ganas.

c. Efek samping

Vaksin polio oral ini adalah salah satu vaksin yang paling aman

(Bull. WHO 60/2 : 231-242, 1982). Kemungkinan untuk terjadinya

paralisis kurang dari 0,3 : 1. 000.000 (Bull. WHO 66/6 : 739-746, 1986).

Oleh bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sejak 1962 telah

didistribusikan tablet anti polio trivalent Sabin ke seluruh Indonesia dan

belum pernah dilaporkan adanya efek samping maupun kasus polio pada

anak yang telah mendapat imunisasi. Tetapi pada anak dengan daya tahan

tubuh rendah, dapat terjadi diare.

d. Kontra Indikasi

Penderita leukemia dan disgamaglobulinemia.

4. Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus hepatitis B,

HbsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi

Hansenula Polymorpha dimurnikan denga metode ultrasentrifugasi,

kromatografi kolom dan diinaktivasi dengan formaldehid. Vaksisn Hepatitis B

rekombinan berbentuk suspensi steril berwarna keputihan.

a. Indikasi

5

Page 7: IMUNISASI

Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasikan untuk imunisasi

aktif melawan infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin

hepatitis B tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain

seperti virus hepatitis A, hepatitis C atau virus lain yang diketahui dapat

menginfeksi hati.

Vaksin hepatitis b rekombinan dapat diberikan pada semua usia.

Vaksinasi direkomendasikan pada orang yang mempunyai resiko tinggi

terkena infeksi virus hepatits B, termasuk :

- Petugas kesehatan

Ahli bedah mulut, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat, perawat gigi,

ahli kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dekat dengan

pasien, staf unit hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas

laboratorium yang menangani darah dan sampel klinis lain, petugas

pemakaman dan kamar mayat, petugas bank darah dan fraksinasi

plasma, ahli siropodis, petugas kebersihan yang menangani

pembuangan, petugas keadaan darurat dan pertolongan pertama,

petugas ambulans.

- Pasien

Pasien yang sering menerima transfusi darah seperti pada unit

hemodialisis dan onkologi, penderita thalasemia, sicle-sell anemia,

sirosis dan hemofilia.

- Petugas lembaga

Orang yang sering kontak dekat dengan kelompok beresiko tinggi :

narapidana dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk gangguan

mental.

- Penyalahgunaan obat suntik adiktif

- Orang dalam perjal;anan ke daerah endemis tinggi

- Keluarga yang kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi

- Hepatitis B akut atau kronik

- Bayi lahir dari ibu dengan HbsAg (+), apalagi bila HbeAg (+)

b. Dosis dan cara pemberian

6

Page 8: IMUNISASI

Pemberian imunisasi dengan dosis 0,5 cc secara intramuscular.

Pada orang dewasa, suntikan sebaiknya di M. deltoideus tetapi pada bayi

dan anak kecil lebih baik disuntikkan pada bagian anterolateral paha

karena ukuran otot deltoidnya masih kecil. Sebagai perkecualian, vaksin

hepatitis B dapat diberikan secara subkutan pada pasien dengan

kecendurangan perdarahan berat ( seperti hemofili ).

Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis :

Dosis pertama : pada tanggal yang dipilih

Dosis kedua : satu bulan kemudian

Dosis ketiga : enam bulan setelah dosis pertama

Kelompok Formulasi Dosis I Dosis 2 Dosis 3

Bayi & anak 10

thn

10 mcg/0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml

Vaksinasi dasar ini dapat memberikan perlindungan sampai beberapa

tahun

Vaksinasi ulang :

Dosis ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar

(0,5 ml/dosis untuk bayi dan anak ).

c. Efek samping

Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan adalah rasa sakit,

kemerahan dan pembengkaan di sekitar tempat penyuntikan seperti yang

terlihat pada vaksin DPT. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya

berkurang dalam 2 hari setelah vaksinasi.

Keluhan sistemik yang tidak umum seperti demam, sakit kepala,

mual, pusinf dan rasa lelah yang ditemukan belum dapat dibuktikan

disebabkan karena pemberian vaksin.

7

Page 9: IMUNISASI

d. Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadsap komponen vaksin. Seperti pada vaksin

lainnya, vaksin ini tidak diberikan pada orang terinfeksi demam berat.

Efek terhadap perkembangan janin belum diketahui dan oleh karena itu

vaksinasi pada wanita hamil tidak direkomendasikan. Tetapi vaksinasi pda

wanita hamil dapat dipertimbangakan untuk mencegah hepatitis B pada

keadaan resiko tinggi.

5. Campak

Vaksin ini mengandung virus campak suku “ CAM 70” yang masih

hidup, tetapi sudah dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin

ayam, kemudian dibeku-keringkan.

a. Indikasi

Untuk imunisasi terhadap penyakit campak

b. Dosis dan cara pemberian

Mirip DPT, diberikan dengan dosis 0,5 cc secara subkutan pada

M. deltoideus setelah dilarutkan dengan pelarutnya.. Di Indonesia,

vaksinasi campak diberikan pada usia 9-12 bulan cukup 1 dosis. Bila anak

baru datang pada usia di atas 12 bulan dan ia belum pernah menderita

penyakit campak, maka sebaiknya vaksinasi segera diberikan.

Dalam keadaan wabah, imunisasi dapat dilakukan mulai umur 6

bulan disusul dengan suntikan ulangan 6 bulan kemudian dengan 1 dosis

0,5 ml.

c. Efek samping

Bisa timbul efek samping berupa : diare, rash, conjungtivitis,

gejala-gejala kataral.

Efek samping vaksinasi campak mungkin akan timbul panas dan

ruam setelah masa inkubasi (1 – 2 minggu setelah vaksinasi).

8

Page 10: IMUNISASI

Komplikasi berat akibat campak umumnya terjadi pada masyarakat

golongan sosial ekonomi lemah atau rendah, yang tidak mampu

memanfaatkan pelayanan rumah sakit. Ada hubungan yang erat antara

campak dengan kwashiorkor, marasmus dan xeroftalmia.

d. Kontra Indikasi

- Anak dengan infeksi akut yang disertai demam

- Anak dengan defisiensi imunologik

- Anak dengan pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif

- Anak yang mempunyai kerentanan tinggi terhadap protein telur,

kanamisin dan eritromisin.

- Wanita hamil

BAGAN PEMBERIAN IMUNISASI YANG DIANJURKAN

IMUNISASI 1 2 3 4 5 6

BCG(Intrakutan)

Tiap umurSebaiknya

usia2 bulan0,05 ml

5 – 7*)tahun

0,10 ml

12 – 15*)tahun

0,10 ml

POLIO(oral)

3 bulan

2 tetes

5 bulan

2 tetes

7 bulan

2 tetes

1 ½ - 2tahun

2 tetes

5 tahun – usia masuk

SD2 tetes

10 tahun – usia tamat

SD2 tetes

DTP(intramuskular atau subkutan dalam)

3 bulan

0,50 ml

4 bulan

0,50 ml

5 bulan

0,50 ml

1 ½ - 2tahun

0,50 ml

5 tahun – usia masuk

SD0,50 ml

DT(intramuskular atau subkutan dalam)

Tiap 5 tahun

setelah DTP kelima

TIPA(subkutan)

15 bulan

0,25 ml

18 bulan

0,25 ml

21 bulan

0,25 ml

5 tahun – usia masuk

SD0,25 ml

10 tahun – usia tamat

SD0,50 ml 0,50 ml

CAMPAK(subkutan)

9 bulan atau lebih 0,50 ml

9