3
EDISI 02 APRIL 2006 34 sehat anak Imunisasi Anak Imunisasi anak-anak pada masa pertumbuhannya adalah sangat penting untuk melindungi mereka dari penyakit, dan sekaligus membantu mengurangi penyebaran penyakit menular di lingkungan. Anak-anak adalah paling rawan terhadap infeksi dan penyakit menular, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna. Imunisasi pertama di dunia ditemukan oleh Edward Jenner pada tahun 1796 untuk menangkal penyakit cacar, yang telah membunuh jutaan orang di Eropa dan seluruh dunia. Ia menggunakan virus cacar sapi sebagai bahan untuk menimbulkan imunitas pada manusia, yang kemudian menjadi dasar dari vaksin cacar yang hampir memusnahkan virus cacar di dunia. Namun, seperti obat pada umumnya pengunaan vaksin dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada sebagian kecil orang (the benefits still outweigh the risks) . Iwan Darmansjah MD dalam situsnya (www.iwandarmansjah.web.id) menjelaskan bahwa suatu vaksin poliovirus oral yang bermutasi, justru telah menimbulkan poliomielitis sporadik. Vaksin cacar sendiri juga pernah menimbulkan penyakit cacar sehingga vaksin cacar selanjutnya dibuat dari virus vaccinia yang sifatnya mirip virus cacar. Fenomena tersebut selalu akan dijumpai pada program imunisasi yang dilakukan secara besar- besaran. Karena itu, bagaimana pun vaksinasi anak dapat menimbulkan risiko yang perlu menjadi perhatian. Imunisasi yang dianjurkan untuk melindungi anak akan berbeda pada beberapa negara, tergantung dari ancaman penyakit di lingkungan di mana mereka berada. Untuk Indonesia, menurut dr Hardiono D. Pusponegoro, SpA (K) jenis vaksin dan jadwal yang disarankan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Periode 2004 sesuai dengan revisi pada bulan September 2003, menyebutkan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan pemerintah dan gratis, adalah: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP dan Campak. Sedangkan Non PPI termasuk yang dianjurkan, yaitu: Hib, MMR,

Imunisasi Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imunisasi anak

Citation preview

Page 1: Imunisasi Anak

E D I S I 0 2 A P R I L 2 0 0 634

sehatanak Imunisasi Anak

Imunisasi anak-anak pada masa pertumbuhannya adalah sangat penting untuk melindungi mereka dari penyakit, dan sekaligus membantu mengurangi penyebaran penyakit menular di lingkungan. Anak-anak adalah paling rawan terhadap infeksi dan penyakit menular, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna.

Imunisasi pertama di dunia ditemukan oleh Edward Jenner pada tahun 1796 untuk menangkal penyakit cacar, yang telah membunuh jutaan orang di Eropa dan seluruh dunia. Ia menggunakan virus cacar sapi sebagai bahan untuk menimbulkan imunitas pada manusia, yang kemudian menjadi dasar dari vaksin cacar yang hampir memusnahkan virus cacar di dunia.

Namun, seperti obat pada umumnya pengunaan vaksin dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada sebagian kecil orang (the benefits still outweigh the risks) . Iwan Darmansjah MD dalam situsnya (www.iwandarmansjah.web.id) menjelaskan bahwa suatu vaksin poliovirus oral yang bermutasi, justru telah menimbulkan poliomielitis sporadik. Vaksin cacar sendiri juga pernah menimbulkan penyakit cacar sehingga vaksin cacar selanjutnya dibuat dari virus vaccinia yang sifatnya mirip virus cacar. Fenomena tersebut selalu akan dijumpai pada program imunisasi yang dilakukan secara besar-besaran. Karena itu, bagaimana pun vaksinasi anak dapat menimbulkan risiko yang perlu menjadi perhatian.

Imunisasi yang dianjurkan untuk melindungi anak akan berbeda pada beberapa negara, tergantung dari ancaman penyakit di lingkungan di mana mereka berada. Untuk Indonesia, menurut dr Hardiono D. Pusponegoro, SpA (K) jenis vaksin dan jadwal yang disarankan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Periode 2004 sesuai dengan revisi pada bulan September 2003, menyebutkan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan pemerintah dan gratis, adalah: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP dan Campak. Sedangkan Non PPI termasuk yang dianjurkan, yaitu: Hib, MMR,

Page 2: Imunisasi Anak

35

VaksinasiUmur pemberian Imunisasi

Bulan TahunLhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)

BCG

Hepatitis B 1 2 3Polio 0 1 2 3 4 5

DTP 1 2 3 4 5 6 dT atau TT

Campak 1 2Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)

Hib 1 2 3 4MMR 1 2Tifoid Ulangan, tiap 3 tahun

Hepatitis A Diberikan 2x, interval 6 - 12bl

Varisela

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004, Revisi pada September 2003.

Tifoid, Hepatitis A dan Varisela. Disarankan sebelum melakukan vaksinasi sebaiknya dibahas bersama dokter kapan saatnya yang tepat bagi anak Anda

Namun, setelah vaksinasi tersebut tidak selalu dapat dipastikan seseorang akan kebal. “Ada vaksin yang perlindungannya nyaris 100%, misalnya polio, dan ada pula yang efek perlindungannya kurang, misalnya BCG”, kata dr Hardiono pula. Lama perlindungan kekebalan itu pun berbeda, ada perlindungan seumur hidup misalnya untuk cacar air, sedangkan untuk vaksin typhus harus diulang setiap 3 tahun. Ada pula beberapa vaksin yang perlu diulang pemberiannya ketika anak sudah besar. Beberapa vaksin lainnya tidak diberikan sampai sistem kekebalan tubuh anak sudah berkembang, misalnya vaksin MMR.

Mengenai kontroversi dalam dunia kedokteran dari vaksinasi, dijelaskan oleh dr Hardiono bahwa hal itu memang pernah terjadi. Beberapa orang menduga bahwa autis disebabkan oleh pengawet thiomerosal di dalam vaksin, atau komponen campak dari vaksin MMR. “Hal itu sudah dibantah oleh berbagai penelitian”, tegas dr Hardiono lagi. Vaksin apa saja yang dianjurkanVaksin BCG, untuk memberi kekebalan terhadap penyakit tbc (tuberkulosis). Sebaiknya diberikan pada bayi baru lahir sampai dengan umur 3 bulan. Apabila akan diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu, dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

Vaksin hepatitis B, untuk melindungi anak dari virus hepatisis B, yang dapat menyebabkan penyakit radang hati yang berbahaya. HB-1

(dosis 1) mulai diberikan setelah kelahiran tergantung dari ibunya seropositif (status HBsAg-B ibu positif) atau seronegatif. Dengan dosis kedua diberikan minimal 1 bulan setelah dosis pertama. Bayi yang lahir dari ibu seropositif, sebaiknya menerima dosis pertama vaksin HB-1 dalam 12 jam setelah kelahiran bersamaan dengan pemberian HBIg (imunoglobulin hepatitis B) 0,5 ml. Apabila semula status anti HBs ibu tidak diketahui atau seronegatif, dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa HBsAg ibu positif, maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Setelah itu, dilanjutkan dengan HB-2 pada umur 1 bulan, dengan interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan, setelah itu HB-3 pada umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, dan terbaik 5 bulan.

Vaksin Polio, untuk melindungi anak dari kelumpuhan akibat penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus kepada bayi lain. Vaksinasi selanjutnya Polio-1 pada umur 2 bulan,

Page 3: Imunisasi Anak

36 E D I S I 0 2 A P R I L 2 0 0 6

Polio-3 umur 4 bulan, Polio-4 umur 18 bulan dan Polio-5 umur 5 tahun. Pemberian vaksin Polio-1,2,3,4 dan 5 dapat secara bersamaan dengan DTP-1,2,3,4 dan 5. Vaksin DTP untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri, Tetanus (kejang-kejang) dan Pertusis (batuk rejan). Ada 2 jenis vaksin yang tersedia yaitu DTaP (DTP dengan komponen acelluler pertussis) dan DTwP (DTP dengan komponen whole cell pertussis). Imunisasi dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (vaksin ini tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu). DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan. Vaksin ulangan DTP-4 diberikan setahun setelah DTP-3 yaitu pada usia 18 bulan dan DTP-5 diberikan saat anak masuk usia sekolah umur 5 tahun. Sejak tahun 1998, DTP-5 diberikan pada kegiatan BIAS (Bulan Imunisasai Anak Sekolah). Menjelang pubertas (atau pada usia 12 tahun), vaksin ulangan dT (adult dose) atau TT diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.

Vaksin campak, untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak. Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, Campak-2 merupakan program BIAS pada murid-murid SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, Campak-2 pada umur 5 tahun tidak perlu diberikan.

Vaksin Hib, untuk melindungi anak dari infeksi atau haemophillus influenzae tipe B, namun vaksinasi Hib ini di Indonesia tidak umum. Diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2 pada umur 4 bulan, selanjutnya Hib-3 pada umur 6 bulan. Apabila mempergunakan

Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan. Hib-4 (PRP-T atau PRP-OMP) diberikan pada umur 18 bulan

Vaksin MMR (measles, mumps, rubbella) untuk campak, gondong dan campak Jerman. Jika sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, imunisasi MMR diberikan pada umur 15-18 bulan Untuk anak yang belum mendapat MMR-1 diberikan MMR-2 untuk catch-up imunization pada umur 6 tahun.

Vaksin Tifoid polisakarida, disarankan untuk umur lebih dari 2 tahun dan perlu diulang setiap 3 tahun.

Vaksin Hepatitis A untuk mencegah infeksi disarankan pada umur lebih dari 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

Vaksin Varisela, diberikan pada umur 10 tahun.

PRP :Polyribosyribitol PhosphatePRP-T: Polyribosyribitol Phosphate TetanusBIAS:Bulan Imunisasi Anak SekolahDTwP: DTP dengan komponen Whole Cell PertusisDTaP: DTP dengan komponen Acellular PertusisHib:Haemophilus influenzae tipe b