Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    1/14

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    2/14

    2

    Pendahuluan

    Peristiwa tumbuh kembang anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadinya

     pembuahan sampai masa dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup 2

     peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan yaitu pertumbuhan dan

     perkembangan. Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

     jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

    keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat serta keseimbangan

    metabolik. Sedangkan  perkembangan, merupakan proses bertambahnya kemampuan dalam

    struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dalam kemampuan

    gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian yang dapat

    diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Selama proses tumbuh kembang

     berlangsung, terdapat beberapa hal yang turut berpengaruh seperti misalnya status gizi, faktor

    sosial yaitu keluarga dan lingkungan sekitar, serta imunisasi dasar dan ulangan. Apabila salah

    satu hal atau aspek tersebut mengalami gangguan sehingga tidak dapat terpenuhi, maka

    tumbuh kembang anak menjadi terganggu. Terganggunya proses tumbuh kembang pada anak

    dapat mengakibatkan kemunduran pada sang anak baik secara fisik maupun mental. Selain

    itu, segi kognitif dan emosional anak pun akan menjadi tidak stabil. Bahkan, bukan tidak

    mungkin hal tersebut dapat mengakibatkan kematian pada sang anak.

    Definisi Imunisasi

    Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi merupakan

    usaha memberikan kekebalan pada bayi atau anak dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

    tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin itu

    sendiri merupakan bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang

    dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (vaksin BCG, DPT, Campak) dan melalui

    mulut (vaksin polio).1,2 

    Mekanisme imunisasi

    Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan

    anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap

    tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap

     berbagai kuman yang masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan tubuh

    nonspesifik dan pertahanan spesifik.3 

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    3/14

    3

    Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik, seperti

    komplemen dan makrofag. Komplemen dan makrofag ini yang pertama kali memberikan

     peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh  nammun sebelum itu masih ada

    mekanisme pertahanan fisik berupa kulit, selaput lendir, dan lain-lain. Setelah itu kuman

    harus mengahadapi pertahanan tubuh yang kedua, pertahanan tubuh spesifik yeng terdiri atas

    sistem pertahanan tubuh humoral dan seluler.3 

    Pertahanan tubuh humoral dilakukan oleh limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila

    mikroorganisme sampai di cairan tubuh. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat

    yang disebut immunoglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD). System pertahanan tubuh dilakukan

    oleh limfosit T dan bereaksi apabila virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang

    spesifik terutama sel B, selanjutnya akan mengasilkan suatu sel yang disebut cell memory.

    Sel ini akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah pernah masuk

    ke dalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip imunisasi.3,4

    Tujuan pemberian imunisasi

    Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit

    sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi

    kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

    3

     

    Jenis-Jenis Imunisasi

      Imunisasi Pasif

    Imunisasi pasif adalah pemberian immunoglobulin, yaitu suatu zat yang

    dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau

     binatang yanng digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh

    yang terinfeksi.3

      Imunisasi Aktif

    Imunisasi aktif adalah pembetian zat suatu antigen yang dapat memicu suatu

     proses infeksi buatan sehingga tubuh akan mengalami reaksi imunologi spesifik yang

    akan menghasilka respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori. Dalam

    imunisasi akif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yaitu :3

      Antigen adalah bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna

    terjadinya infeksi buatan berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan,

    atau bakteri yang dimatikan.3 

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    4/14

    4

      Pelarut yang berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.3 

      Preservatif , stabiliser, dan anti mikroba  yang berguna untuk mencegah

    tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.3 

      Adjuvans  yang terdiri atas garam alumunium  yang berfungsi untuk

    meningkatkan imunogenitas antigen.3 

      Imunisasi Wajib

      Imunisasi BCG

    Imunisasi BCG (basillus calmate guerin) merupakan imunisasi yang

    digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya

     penyakit TBC primer atau penyakit TBC yang ringan yang masih dapat terjadi

    walaupun sudah diakukan imunisasi BGC. TBC berat contohnya adalah TBC

     pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru atau TBC tulang. BCG

    diberikan 1 kali ketika anak berumur 2-3 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri

     Bacillus Calmette-Guerrin  hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000

     partikel/dosis. Vaksin BCG diberikan intradermal. Efek samping pemberian

    imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah yang disuntikan, limfadenitis

    regionalis, atau reaksi panas.2,3,5 

     

    Imunisasi hepatitis B

    Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk

    mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg

    dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan

     penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan

    melalui intramukular.2,3,5 

     

    Imunisasi polio

    Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

    terjadinya penyakit  poliomyelitis  yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada

    anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio

    diberikan melalui oral (OPV). Dibeberapa negara dikenal pula Tetravaccine,

    yaitu kombinasi DPT dan polio. Kombinasi polio dapat juga dilakukan bersamaan

    dengan BCG, hepatitis B dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan

    dengan imunisasi ulang DPT. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    5/14

    5

    dengan selang waktu kurang dari satu bulan. Imunisasi ulangan dapat diberikan

    sebelum anak masuk sekolah yaitu usia 5-6 tahun dan saat meninggalkan sekolah

    dasar sekitar usia 12tahun. Imunisasi polio diberikan dengan cara meneteskan

    vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan

    menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi polio

    digunakan untuk untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit

     polimielitis. Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada anak yang sedang

    menderita diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi adalah dapat berupa

    kejang-kejang, tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi.2,3,6 

    Di Indonesia, program eradiksi polio dilaksanakan sesuai kesepakatan pada

    WHA ke-41 pada tahun 1988 yang mengharapkan erakdiski polio di dunia

    sebelum tahun 2000. Ada empat strategi untuk pencapaian tujuan tersebut, yaitu

    imunisasi rutin OPV (oral polio virus) dengan cakupan tinggi, imunisasi

    tambahan, surveilans SFP dan investigasi laboratosium, serta mop-up  untuk

    memutus rantai pemularan terkahir. 2,3,6

      Imunisasi DTP

    Imunisasi DTP (diphtheria, tetanus, pertussis) merupakan imunisasi yangdigunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.

    Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang

    telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan

    zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit

    (tahap pengenalan)terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh

    membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang

    cukup. Imunisasi DPT diberikan intramuscular. Pemberian DPT dapat berefek

    samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri

     pada tempat suntikan dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat,

    kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,

    ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus

     perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat

    serta dapat meningkatkan angka kematian bayi dan balita. 2,3,6

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    6/14

    6

    Imunisasi Campak

    Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

    terjadinya penyakit campak pada anak. Penyakit campak ini termasuk penyakit

    menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak

    ini dapat memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi

    campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

    Vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun.  Imunisasi ini memiliki efek

    samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.  2,3,6 

      Imunisasi Dianjurkan 

      Imunisasi MMR

    Imunisasi MMR dapat memberi perlindungan terhadap gondongan

    ( Mumps), campak ( Measles),dan campak Jerman ( Rubella). Dalam imunisasi ini

    antigen yang dipakai adalah virus camak strain edmonson yang dilemahkan, virus

    rubela strain RA 27/3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan untyk bayi

    dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi

    maternal yang masih ada. Imunisasi ini dapat diberikan pada usia 9 bulan, namun

    dapat juga diberikan pada usia 12 bulan jika pada usia 9 bulan belum diberikan.

    Selanjutnya MMR ulangan dapat diberikan pada mur 5-7 tahun.Khusus pada

    daerah endemik sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu

     pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster atau ualngan dapat dilakukan

    MMR pada usia 15-18 bulan. Imunisasi MMR disuntikkan sebanyak 2 kali.2,3,6 

      Imunisasi HiB

    Imunisasi HiB (haemophilus influenzae  tipe b) merupakan imunisasi yang

    diberikan untuk mencegah terjadinya influenza tipe b. vaksin ini adalah bentuk

     polisakarida murni (PRP:  purified capsular polysacharida) kuman H. influenza

    tipe b. antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein

    lain, sperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D atau PRPCR50), atau

    dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal

    dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan vaksin

    PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian booster-nya

    dapat diberikan pada usia 18 bulan. 2,3,6

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    7/14

    7

      Imunisasi Varicella

    Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Vaksin

    varicella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan.

    Imunisasi varisela sudah dapat diberikan pada usia 12 bulan. 2,3,6 

      Imunisasi Pneumokokus Konjugata

    Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis

     bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat

    menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia

    (infeksi darah). Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga

    dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap

    terjadinya infeksi pneumokokus. 2,6 

      Imunisasi Typhus Abdominalis

    Imunisasi Typhus Abdominalis digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

    typhus abdominalis dengan cara mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid

    (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5

    tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Di Indonesia tersedia 3 jenis vaksin

    yaitu kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dan

    antigen capsular Vi polyisaccharida.  Vaksin kuman yang dimatikan dapat

    diberikan untuk bayi usia 6-12 bulan yaitu 0,1ml; untuk bayi 1-2 tahun 0,2ml; dan

    usia 2-12 tahun 0,5ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali

    dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Vaksin

    kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated

    sebelum makan pada hari pertama, kedua, dan kelima untuk anak di atas usia 6

    tahun. Vaksin oral pada umumnya diperlukan untuk turis yang akan berkunjung

    ke daerah endemis tifoid Antigen kapsular atau vaksin capsular Vi

     polyisaccharida diberikan untuk usia di atas 2 tahun dan dapat diulang setiap 3

    tahun. Kemasan dalam prefilled syringe 0,5 ml, pemberian secara intramuskular.   . 

    Pada imunisasi ini tidak terdapat efek samping.  2,3,6 

      Imunisasi Influenza

    Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan dengan

     pengulangan setiap 1 tahun. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga dewasa. 2,6

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    8/14

    8

      Imunisasi Retrovirus

    dilakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh retrovirus seperti

    diare pada anak. Retrovirus diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 2, 4 dan 6

     bulan. 2,6 

      HPV (Human Papiloma Virus)

    Imunisasi diperuntukkan untuk para remaja atau pra remaja dan para wanita

    dewasa yang sudah menikah maupun yang beresiko tinggi terkena penyakit ini.

    Imunisasi HPV cukup efektif untuk mencegah terjadinya kanker cervix karena

    diberikan hanya satu kali seumur hidup, diberikan dalam 3 kali suntikan yaitu bulan

    ke nol (mulai pertama disuntikkan) dilanjutkan bulan kedua dan terakhir bulan ke

    enam. 2,6 

    Kontraindikasi Imunisasi

    Imunisasi juga memiliki beberapa kontraindikasi. Semua jenis vaksin memiliki

    kontraindikasi pada orang yang memiliki reaksi anafilaksis terhadap vaksin tersebut dan juga

     penyakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam. Sementara itu vaksin DPT memiliki

    kontraindikasi terhadap penderita Ensefalopati, reaksi kontraindikasi tersebut dapat dilihat

    dalam tujuh hari pasca pemberian dosis DPT sebelumnya. Selanjutnya, vaksin Polio memiliki

    kontraindikasi terhadap penderita HIV atau gangguan imunodefisiensi seperti tumor

    hematologis dan padat, imunodefisiensi kongenital, dan pada orang yang melalukan terapi

    imunosupresi jangka panjang. Vaksin MMR juga memiliki kontraindikasi pada orang yang

    memiliki reaksi anafilaksis terhadap telur dan neomisin, pada kehamilan, serta pada penderita

    gangguan imunodefisiensi. Vaksin HiB diduga memiliki reaksi kontraindikasi namun tidak

    teridentifikasi. Selanjutnya, vaksin Hepatitis B memiliki reaksi kontraindikasi pada orang

    yang memiliki reaksi anafilaksis terhadap ragi roti biasa. Dan yang terakhir adalah vaksin

    Varicella memiliki reaksi kontraindikasi pada orang yang memiliki gangguan imunokompresi

    yaitu seperti orang yang mengalami imunodefisiensi kongenital, leukimia, limfoma, dll.

    Vaksin ini juga memiliki reaksi konraindikasi pada individu yang mendapat dosis

    kortikosteroid sistemik dosis tinggi akan mengalami reaksi anakfilaksis terhadap neomisin.3,6

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    9/14

    9

    Jadwal Imunisasi

    Tabel 1. Jadwal Imunisasi Bayi dan Anak Rekomendasi IDAI 2014

    (Sumber : https://www.google.co.id/) 

    Berikut keterangan jadwal imunisasi berdasarkan tabel di atas :

     

    Vaksin Hepatitis B paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan

    didahului dengan pemberian suntikan vitamin K. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg

     positif harus diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatiris B (HBIg)

     pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat

    menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.

      Vaksin polio harus diberikan secara oral pada saat bayi lahir atau saat bayi

    dipulangkan (OPV-0). Selanjtnya untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster

    dapat diberikan vaksin OPV atau IPV,namun sebaiknya paling sedikit mendapatsatu dosis vaksin IPV.

    https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/https://www.google.co.id/

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    10/14

    10

      Vaksin BCG dianjurkan diberikan sebelum usia bayi 3 bulan, atau paling optimal

     pada usia 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, maka perlu dilakukan

    uji tubekulin.

     

    Vaksin DTP  pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggudan dapatdikombinasi dengan DTwP atau DtaP atau dengan vaksin lainnya. Untuk anak

    umur lebih dari 7 tahun maka harus diberikan vaksin Td dan dibooster setiap 10

    tahun.

      Vaksin campak   pertama diberikan pada usia 9 bulan sedangkan vaksin kedua

    diberikan pada usia 24 bulan. Namun vaksin kedua tidak perlu diberikan apabila

     bayi sudah menerima imunisasi MMR pada usia 15 bulan.

      Vaksin pneumokokus (PCV) apabila diberikan pada usia 7-12 bulan maka harus

    diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan. Sedangkan pada usia 1 tahun diberikan 1

    kali. Namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur 12 bulan atau minimal 2

     bulan setelah dosis terakhir. Pada anak diatas umur 2 tahun PCV diberikan cukup 1

    kali.

      Vaksin rotavirus  monovalen diberikan 2 kali sedangkan vaksin rotavirus

     pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin ritavirus monovalen dengan dosis 1 diberikan

    umur 6-14minggu, dosis kedua diberikan dengan interval 4 minggu. Sebaiknya

    vaksin rotavirus monovalen selesia diberikan sebelum usia 16 minggudan tidak

    melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen dosis pertama diberikan

    umur 6-14 minggu, interval dosis kedua dna ketiga adalah 4-10 minggu dan dosis

    ketiga diberikan pada umur kurang dari 32 minggu dengan interval 4 minggu dari

    dosis kedua.

      Vaksin varisela dapat diberikan setelah anak berusia 12 bulan, terbaik pada usia

    sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari 12 tahub,

     perlu 2 dosis dengan interval 4 minggu.

      Vaksin influenza  diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun.

    Untuk imunisasi pertama kali pada anak kurang dari 9 tahun maka harus diberi 2

    kali dengan interval minila 4 minggu. Untuk anak 6 bulan sampai kurang dari 36

     bulan maka diberikan dosis 0,25ml.

      Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan

    kali dengan interval 0,1,6 bulan. Sedangkan vaksin HPV tetravalen dengan interval

    0,2,6.

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    11/14

    11

    Prosedur Imunisasi

    Pelayanan imunisasi dimulai dengan adanya petugas yang menuju lokasi pelayanan

    imunisasi, baik di Posyandu, sekolah yang ditentukan, dengan terlebih dahulu mengambil

     peralatan imunisasi dan vaksin di Puskesmas. Setelah proses penyuntikan vaksin selesai,

    kemudian dilakukan pencatatan di buku KIA, kohort bayi, dan register. Setelah pelaksanaan

    selesai pelayanan imunisasi vaksin yang masih utuh belum dibuka dikembalikan ke

    Puskesmas, sedangkan sisa atau wadah dibuang kedalam incinerator. Syarat keterampilan

     petugas imunisasi dapat berlatar belakang pendidikan dokter, bidan, serta perawat.

    Sedangkan jenis pelayanan imunisasi terdiri dari pelayanan imunisasi wajib, imunisasi rutin,

    tambahan, dan khusus. Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal, sedangkan imunisasi rutin

    merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal, terdiri

    atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Berikut adalah penjabarab dari prosedur

    imunisasi yang baik dan sesuai dengan SOP :7

      Prosedur Kerja 

    Prosedur kerja pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:7

      Penyiapan pelayanan imunisasi

      Persiapan tempat pelayanan imunisasi

      Pelaksanaan pelayanan imunisasi

      Pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)

    Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisas. Logistik

    yang dimaksud antara lain meliputi vaksin,  Auto Disable Syringe,  safety box,

    emergency kit , dan dokumen pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan

    untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang

    akan diimunisasi. Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan muniasi secara

    lengkap antara lain:7

      Termos/Vaksin carrier

      Cool Pack / Kotak dingin cair

      Vaksin, Pelarut dan penetes (dropper)

      Alat suntik

      Safety box (kotak pengaman)

      Pemotong/kikir ampul pelarut

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    12/14

    12

      Formulir

      Kapas dan wadah

      Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dan lainnya)

      Alat tulis (kertas, pensil dan pena)

      Kartu-kartu Imunisasi (KMS, kartu TT)

      Buku register bayi dan WUS

      Tempat sampah

      Sabun untuk cuci tangan

      Prosedur Pengeluaran vaksin dan pelarut dari lemari es 

      Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin yang

    dibutuhkan untuk pelayanan.7 

      Catat suhu di dalam lemari es.7 

      Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk VVM

    dan tanggal kedaluarsa (EEFO, FIFO).7 

      Prosedur pemeriksaan keamanan vaksin 

    Sebelum melakukan imunisasi, kita harus yakin bahwa vaksin telah aman untuk

    diberikan, dengan prosedur sebagai berikut:7

      Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunkan vaksin atau

     pelarut tersebut.

      Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C

    dan D jangan dipergunakan.

      Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal

    kadaluarsa telah lewat.

      Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es. Jika indikator ini menunjukkan

    adanya pembekuan atau anda menduga bahwa vaksin yang sensitif beku (vaksin-

    vaksin DTP, DT, TT, HepB, DTP-HepB ) telah membeku, anda sebaiknya

    melakukan tes kocok.

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    13/14

    13

    Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus

    diperhatikan pemeliharaan cold chain, dengan beberapa poin penting berikut:7

      Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine

    carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature

    20-80 C dan vaksin yang sensitive terhadap pembekuan tidak beku.

      Hindari vaccine carrier yang berisi vaccine dari cahaya matahari langsung.

      Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier

    yang tertutup rapat.

      Jangan membuka vaccine atau melarutkan vaccine bila belum ada sasaran datang.

      Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.

     

    Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama

    habis.

      Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari

    cahaya matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa

    yang terdapat diatas vaksin carrier (lihat gambar di bawah).

      Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.

      Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan

     bila telah ada anak yang hendak diimunisasi.

      Penyiapan Tempat Pelayanan Imunisasi 

    Beberapa persyaratan ruangan pelayanan imunisasi yang menetap (fasilitas

     pelayanan kesehatan), antara lain:7

      Mudah diakses

      Tidak terkena langsung oleh sinar matahari, hujan atau debu

      Cukup tenang

    Sedangkan syarat tempat pelayanan imunisasi lapangan (outreach) adalah :7

      Jika di dalam gedung maka harus cukup terang dan cukup ventilasi.

      Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca yang panas, tempat itu harus teduh.

    Dalam mengatur tempat imunisasi, kita juga harus memperhatikan beberapa hal

     berikut:7

  • 8/17/2019 Imunisasi Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia b13 Sk 3

    14/14

    14

      Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan

    keluar dari pelayanan dengan lebih cepat dan mudah;

      Tempat menunggu bersih, nyaman dan dalam cuaca yang panas tidak terkena

    sinar matahari;

     

    Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan

      Melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap

    yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi dan Gizi);

     

    Jumlah orang yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain dibatasi sehingga

    tidak penuh sesak;

      Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan

    meja imunisasi anda.

    Kesimpulan

    Pertumbuhan dan perkembanan anak merupakan masa yang paling penting, karena

    masa ini adalah masa dimana anak-anak mempunyai kesempatan untuk memiliki fisik,

    mental, emosi, dan intelektual yang baik dan sempurna. Proses ini juga dipengaruhi oleh

     beberapa factor, misalnnya keluarga, lingkungan serta gizi yang di dapat. Dalam

    memaksimalkan tumbuh kembang anak diperlukan usaha untuk mengukur tumbuh kembang

    anak dan melindungi anak dari penykit infeksi dengan imunisasi. 

    Daftar Pustaka

    1.  Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes Pediatrika. Ed ke-7. Jakarta: Erlangga;

    2005:h.1-233 .

    2.  Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi,

    cara ampuh cegah penyakit infeksi. Jakarta: Kanisius; 2010:h.1-169 .3.  Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:

    Salemba medika; 2008:h. 54-9.

    4.  Schwartz MW. Pediatric. Jakarta: EGC; 2005:h. 56-7.

    5.  Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatric. Jakarta: EGC; 2008:h. 105.

    6.  Arvin BK. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2004:h. 1259-60.

    7.  KESMAS. SOP Imunisasi. Edisi 15 September 2014. Diunduh dari

    http://www.indonesian-publichealth.com/2014/09/sop-imunisasi.html  , 10 Januari

    2016.

    http://www.indonesian-publichealth.com/2014/09/sop-imunisasi.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2014/09/sop-imunisasi.htmlhttp://www.indonesian-publichealth.com/2014/09/sop-imunisasi.html