Upload
vodien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM DIKLAT PRAJABATAN
KARYAWAN PADA PUSAT KAJIAN DAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN APARATUR (PKP2A) I LEMBAGA ADMINISTRASI
NEGARA (LAN) BANDUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Ujian Sidang Diploma III Program Studi Manajemen Fakultas
Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : Indah sri Astining Asih
NPM : 0409U070
FAKULTAS BISNISDAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi Peringkat “B”
Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor: 006/BAN-PT/AK-V/DPL-IV/I/2009
BANDUNG
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci
keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini disadari karena berhasil tidaknya
pembangunan nasional tidak hanya tergantung oleh teknologi dan strategi yang
diterapkan tetapi sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan dalam
mengelola dan menjaga sumber daya manusianya dengan baik. Suatu organisasi
yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu bertahan
(survive) dan sebaliknya, apabila suatu organisasi tidak didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas kemungkinan besar akan tersingkir.
Kondisi saat ini banyak persoalan menunjukan bahwa SDM aparatur yang
ada masih jauh dari apa yang diharapkan. Potret SDM aparatur saat ini menunjukan
profesionalisme yang rendah, pelayanan kepada masyarakat yang berbelit-belit,
pegawai yang berkeliaran pada saat jam kerja, kurang kreatif dan inovatif, serta
masih banyak hal-hal lainnya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari
Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
“memperkirakan 40% dari 4,7 juta PNS di Indonesia memiliki kinerja buruk”
(http://www/ruanghati.com/2012/03/21/astaga-grafik-kinerja-turun-drastis-40-pns-
diminta-pensiun-dini/). Selain itu menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Azwar Abu Bakar “dari 4,7 juta PNS hanya 5% atau sekitar
240.000 orang yang memiliki kompetensi tertentu dan sisanya 95% memiliki
kompetensi umum. Dari porsi 95% itu, hanya separuhnya yang berkualitas, artinya
ada lebih dari dua juta PNS yang tidak berkualitas”
(http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana-merampingkan-pns/17958).
Begitu pula halnya dengan aparatur pemerintahan seringkali identik dengan
istilah birokrasi. Predikat yang disandang sebagai aparatur negara, abdi negara, dan
abdi masyarakat juga merupakan cerminan beban berat untuk dilaksanakan. Hal ini
3
menunjukan betapa pentingnya peran yang diemban PNS sehingga perlu selalu
diupayakan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya.
Sumber Daya Manusia Aparatur Negara mempunyai peranan yang
menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok
PNS yang mampu memainkan peranan tersebut adalah PNS yang memenuhi standar
kompetensi jabatan yang memungkinkannya mampu melaksanakan tugas jabatannya
secara profesional. Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur dan
untuk membentuk sosok PNS seperti tersebut diatas, salah satu upaya yang
dilakukan adalah melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat).
Mengacu pada Peraturan pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Diklat
Jabatan Pegawai Negeri Sipil, pelaksanaan Diklat Aparatur merupakan bagian
integral dari Pendayagunaan Aparatur Negara. Oleh karena itu Diklat harus menjadi
alat untuk tercapainya dayaguna dan hasilguna pelaksanaan tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan pula
jenis/jenjang Diklat salah satunya adalah Diklat Prajabatan CPNS. PKP2A I LAN
merupakan unsur pelaksanaan sebagian tugas dan fungsi LAN yang berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala LAN Pusat. PKP2A I LAN yang ditunjuk
sebagai Perwakilan LAN Daerah adalah instansi yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan kompetensi PNS yang dilaksanakan dengan pembinaan melalui jalur
pendidikan dan pelatihan (Diklat).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan membuat laporan tugas akhir tentang Pelaksanaan Program Diklat
Karyawan yang dilakukan oleh PKP2A I Lembaga Adiministrasi Negara. Adapun
judul yang diambil dalam tugas akhir ini adalah “Tinjauan Pelaksanaan Program
Diklat Prajabatan Karyawan Pada Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur (PKP2A) I Lembaga Administrasi Negara (LAN) Bandung”.
4
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dipaparkan dan untuk
memudahkan proses penelitian, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Metode dan materi apa yang digunakan oleh PKP2A I LAN dalam pelaksanaan
program Diklat prajabatan Karyawan.
2. Bagaimana pelaksanaan program Diklat Prajabatan Karyawan pada PKP2A I
LAN.
3. Hambatan apa saja yang dialami PKP2A I LAN saat pelaksanaan program Diklat
Prajabatan berlangsung.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh
data dan informasi sebagai bahan penyusunan Laporan Tugas Akhir, yang
selanjutnya akan digunakan sebagai syarat untuk menempih ujian siding akhir
diploma III.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode dan materi program diklat Prajabatan apa yang
digunakan oleh PKP2A I LAN Bandung untuk melatih karyawannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Diklat Prajabatan karyawan
pada PKP2A I LAN Bandung
3. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami PKP2A I LAN Bandung saat
melaksanakan program Diklat Prajabatan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Dalam menjalankan setiap kegiatannya manusia seharusnya mendasarkan
pada asas manfaat dan kegunaan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan
sekitarnya.Demikian pula penelitian ini sebagai suatu penelitian akademik maka
diharapkan akan mempunyai manfaat dan kegunaan bagi penulis khususnya dan
5
masyarakat luas pada umumnya. Secara ringkas penelitian ini diharapkan dapat
memberi kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi kepentingan akademis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya tentang pelaksanaan
pelatihan di masa yang akan datang.
2. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam
memberikan sumbangan pemikiran untuk pelaksanaan pelatihan selanjutnya
yang dilakukan oleh PKP2A I LAN Bandung
3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu proses
pembelajaran guna menambah serta mengembangkan wawasan, pengalaman,
serta pengetahuan dalam memahami masalah-masalah yang ada didalam
perusahaan menyangkut pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh
perusahaan.
1.5. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut
Zulganef (2008:11), “metode penelitian deskriftif adalah penelitian yang bertujuan
menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau
mencari faktor-faktor atau variabel tertentu.” Sedangkan menurut Sugiyono
(2009:21), Metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk mengambil kesimpulan secara luas.
Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang menggunakan satu variabel dengan memberikan gambaran sesuai
keadaan sebenarnya, menyajikan serta menganalisisnya, kemudian mengumpulkan
data dan informasi sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas pada objek
yang diteliti.
Adapun metode yang dipergunakan untuk memperoleh data tersebut:
6
1. Studi Lapangan
Studi Lapangan yaitu teknik mengumpulkan dan menyeleksi data yang akan
diperoleh dari lokasi penelitian secara langsung.
Menurut Sumadi Suryabrata (2011:80) Tujuan penelitian kasus dan penelitian
lapangan :“Adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok,
lembaga, atau masyarakat.”
Studi Lapangan dapat dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung dan pencatatan objek yang diteliti.
b. Wawancara
Menurut Estenberg (dalam Sugiono, 2009: 231):
“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.”
c. Metode Dokumentasi
Menurut Burhan Bungin ( 2007 : 121 ) “ Metode dokumentasi adalah salah
satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian
sosial untuk menelusuri data historis, dimana informasi disimpan atau
didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.”
2. Studi Kepustakaan
Menurut Brotowidkijb, Mika (2008: 120) mendefinisikan bahwa:
“Studi kepustakaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau
yang sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber
tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.”
7
1.6. Lokasi dan Waktu penelitian
Lokasi Penelitian yang akan dijadikan sebagai obyek pengambilan data
adalah Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (PKP2A) I Lembaga
Administrasi Negara (LAN) Bandung yang berlokasi di Jalan Kiara Payung Km 4,7
Jatinangor, Sumedang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai dari Bulan
Juli sampai dengan September 2012.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia didalam organisasi perusahaan merupakan kunci
keberhasilan perusahaan, karena pada dasarnya sumber daya manusia yang
merancang dan membuat organisasi dapat bertahan dan berhasil mencapai
tujuan. Mengelola SDM di era globalisasi bukanlah hal yang mudah, berbagai
macam suprastruktur dan infrastruktur perlu disiapkan untuk mendukukung
proses terwujudnya SDM yang berkualitas, loyal, dan berprestasi. Manajemen
Sumber Daya Manusia merupakan usaha untuk mengerahkan dan mengelola
sumber daya manusia didalam organisasi agar mampu berpikir dan bertindak
sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi, dan diharapkan dengan
pengelolaan SDM yang tepat dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan
dan sasarannya.
2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang
mempelajari hubungan dan peranan manusia didalam organisasi perusahaan.
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi,
karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan
organisasi.
Berikut pemaparan dari beberapa ahli mengenai definisi manajemen
sumber daya manusia:
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (2008:2) mendefinisikan bahwa:
“Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
9
pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia
agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.”
Menurut H. Buchari Alma (2008:193) mendefinisikan bahwa:
“Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan merencanakan, mengarahkan, dan mengkoordinasikan
semua pekerjaan yang menyangkut pegawai, mencari pegawai,
melatih atau mengorganisasikan dan melayani mereka.”
Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2008:2),
mendefinisikan bahwa:
“Manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai suatu
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu
(pegawai).”
Dari ketiga definisi diatas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat
disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu
kegiatan pengelolaan dan pendayagunaan individu (pegawai) meliputi kegiatan
perencanaan, pengarahan, dan pengkoordinasian karyawan untuk mencapai
tujuan perusahaan dan inividu.
2.1.2. Fungsi Operasional Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi merupakan kegiatan pokok yang dilakukan dalam suatu
perusahaan. Manajemen Sumber Daya Manusia secara fungsional memiliki
beberapa fungsi, dimana fungsi-fungsi tersebut terkait satu sama lainnya.
Menurut Suwatno dan Donni Juni Priatna (2011:32) menjelaskan
enam fungsi operatif/ fungsi teknis manajemen sumber daya manusia, meliputi:
1. Pengadaan (Recruitment)
Fungsi pengadaan adalah memperoleh jumlah dan jenis pegawai yang tepat
untuk mencapai tujuan organisasi, fungsi ini terutama berkaitan dengan
penentuan kebutuhan pegawai menyangkut mutu dan jumlah pegawai.
10
Sedangkan seleksi dan penempatan menyangkut masalah memilih dan
menarik pegawai, pembahasan formulir-formulir surat lamaran,
mengadakan tes psikologi, wawancara dan lain sebagainya.
2. Pengembangan (Development)
Fungsi pengembangan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
keterampilan melalui latihan yang diperlukan untuk dapat menjalankan
pekerjaannya dengan baik. Kegiatan ini dianggap semakin penting untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan semakin rumitnya tugas-
tugas pekerjaan.
3. Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah sebagai pemberian penghargaan kepada pegawai sesuai
dengan sumbangan mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Kompensasi
ini biasanya diterima pegawai dalam bentuk uang yang ditambah dengan
tunjangan-tunjangan lainnya.
4. Pengintegrasian (integration)
Pengintegrasian adalah penyesuaian sikap-sikap, keinginan pegawai
dengan keinginan perusahaan dan masyarakat. Dalam hal integrasi,
pegawai secara individu diminta mengubah kebiasaan dan sikap-sikap
lainnya yang kurang menguntungkan bagi perusahaan, dan disesuaikan
dengan keinginan dan tujuan perusahaan.
5. Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan berarti berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi yang telah ada. Apa yang sudah diterima dan dinikmati pegawai
hendaknya tetap dipertahankan, agar tidak menurunkan semangat dan
prestasi kerja pegawai.
6. Pemberhentian (Separation)
Fungsi separation berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja
seseorang dari suatu perusahaan. Separation ini dapat bersifat sementara
atau mungkin juga permanen yang dilakukan oleh perusahaan atas
permintaan pegawai atau karena kehendak pihak perusahaan.
11
2.1.3. Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Aktivitas-aktivitas sumber daya manusia merupakan program yang
dirancang dalam upaya menjawab tujuan-tujuan sumber daya manusia dan
dikelola untuk mencapai tujuan organisasi, individu, dan masyarakat.
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (2008:14-16), menjelaskan
kegiatan/ aktivitas-aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi:
1. Persiapan dan Penarikan
Kegiatan persiapan dan penarikan diantaranya menyangkut beberapa hal,
yaitu analisis pekerjaan dan jabatan. Analisis pekerjaan dan jabatan
berfungsi untuk mengetahui tugas-tugas pekerjaan dan jabatan, serta
persyaratan yang harus dimiliki oleh pegawai tempat dimana ia akan
bekerja. Selanjutnya adalah menentukan perencanaan sumber daya manusia
yang bertujuan memprediksi dan menentukan jumlah kebutuhan tenaga
kerja pada saat ini dan masa yang akan datang. Perencanaan meliputi jenis
pekerjaan, metode, cara penarikan, analisis jumlah kebutuhan tenaga kerja,
jenis keahlian, sampai saat kapan dilakukan penarikan.
2. Seleksi
Seleksi adalah proses memilih orang-orang yang memenuhi spesifikasi
kebutuhan organisasi. Proses ini sangat bervariasi untuk tiap organisasi,
masing-masing menerapkan kebutuhan yang berbeda dalam perlakuan
seleksi.
3. Pengembangan
Program pengembangan mengajarkan berbagai keterampilan baru kepada
para karyawan agar mereka tidak menjadi pusing dan untuk memenuhi
keinginan karier mereka akibat perubahan lingkungan kerja. Selanjutnya
pengembangan dapat dilakukan dengan bimbingan konseling, disiplin, serta
berlanjut pada pengembangan organisasi.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan dengan melihat prestasi kerja
pegawai. Tidak hanya sekedar dievaluasi, tetapi juga menunjukan seberapa
12
baik berbagai kegiatan personalia telah dilakukan. bila karyawan
melaksanakan pekerjaannya dengan baik, mereka harus menerima
kompensasi yang layak dan adil. Selain itu hubungan perburuhan harus
senantiasa dibina dengan tujuan memotivasi, memberdayakan pegawai
yang dilakukan melalui penataan pekerjaan yang baik.
2.2. Program Pendidikan dan Pelatihan
Pelatihan merupakan sarana penting dalam pengembangan sumber daya
manusia dan juga merupakan salah satu praktek manajemen sumber daya
manusia yang paling sering dibicarakan dan dilakukan di organisasi/perusahaan.
Menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan (2007:21) “Program adalah
suatu jenis rencana yang konkret karena didalamnya sudah tercantum sasaran,
kebijaksanaan, prosedur, anggaran dan waktu pelaksanaannya.”
Pelatihan yang efektif adalah pelatihan yang pelaksanaannya sesuai
dengan rancangan program pelatihan yag telah diterapkan oleh perusahaan.
Program pelatihan diharapkan membantu karyawan dalam memahami aspek
sosial, teknis, dan budaya organisasi.
2.2.1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yang disingkat diklat terdiri dari dua kata yang
mempunyai dua arti digabungkan menjadi satu. Berikut pemaparan para ahli
mengenai definisi pendidikan dan pelatihan.
Menurut Husein Umar (2008:13) menjelaskan:
“Pendidikan secara umum merupakan usaha yang sengaja diadakan dan
dilakukan secara sistematis serta terus menerus dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan tingkatannya, guna menyampaikan,
menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan,
atau keterampilan yang dikehendaki.”
13
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional yang dikutif
oleh Harsono (2011:162) menjelaskan:
“Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.”
Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (2008:110) mendefinisikan bahwa:
“Pelatihan merupakan wadah lingkungan bagi karyawan, dimana mereka
memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian,
pengetahuan dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.”
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2008:44) mendefinisikan
bahwa:
“Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non
managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam
tujuan terbatas.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan
(diklat) merupakan tempat dimana suatu kegiatan dirancang secara sistematis
dan terorganisir secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan tingkatannya guna menyampaikan, mendapatkan ataupun meningkatkan
pengetahuan, sikap, nilai, keterampilan dan kecakapan karyawan yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ditangani.
2.2.2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Henry Simamora (2008:274), Program pelatihan dirancang
untuk membatasi kemungkinan respon karyawan hanya pada perilaku yang
dikehendaki perusahaan, serta untuk membuat karyawan bereaksi dengan cara-
cara tertentu tanpa ragu-ragu. Berbeda dengan pendidikan menunjukan suatu
14
perluasan individu sehingga dia dapat dipersiapkan untuk menilai berbagai
situasi dan memilih respon yang paling tepat.
Menurut Harsono (2011: 163-164), Penyelenggaraan Diklat secara
umum bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan keterampilan
b. Menciptakan adanya pola berpikir sama
c. Menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang baik
d. Membina karier PNS
Menurut Agus M. Hardjana (2008:15), pelatihan dalam arti luas
mempunyai tujuan untuk membantu pekerja dalam:
a. Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru
b. Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah
dikuasai
c. Mendorong pekerja agar mau belajar dan berkembang
d. Mempraktekkan ditempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh
dalam pelatihan
e. Mengembangkan pribadi pekerja
f. Mengembangkan efektivitas lembaga
g. Member motivasi kepada pekerja untuk belajar dan berkembang
2.2.3. Metode dan Materi Pendidikan dan Pelatihan
1. Metode Pelatihan
Menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa (2011:113) Metode
pelatihan perlu diterapkan oleh perusahaan untuk dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan karyawan, dan berbagai faktor lainnya seperti waktu,
biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta,
dan lain sebagainya. Hal ini akan lebih menjamin berlangsungnya kegiatan
pelatihan karyawan yang efektif apabila sesuai dengan tujuan dan sasaran
pelatihan.
15
Menurut Husein Umar (2008:122-124), pelatihan dapat dilaksanakan
pada tiga tempat, yaitu On The Job Training (pelatihan di tempat kerja), On Site
Training tetapi bukan Off The Job Training, dan Off The Job Training
(pelatihan di luar tempat kerja).
1. On the Job Training
Pelatihan dengan cara seperti ini adalah dimana para peserta ditempatkan
dalam kondisi pekerjaan yang real dibawah bimbingan dan supervise dari
pegawai yang berpengalaman atau seorang supervisor. Berikut metode yang
termasuk dalam on the job training, meliputi:
a. Demontrasi
Metode demontrasi dilakukan dengan penguraian materi dan
memperagakan sesuatu melalui contoh-contoh langsung yang dilakukan
instruktur dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.
b. Magang (Apprenticeship)
Program magang dirancang untuk tingkat keahlian yang lebih tinggi.
Program ini menggabungkan pelatihan dan pengalaman pada pekerjaan
dengan instruksi dimana para peserta mendapatkan bimbingan umum dan
mereka dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.
c. Rotasi kerja
Metode ini dilakukan dengan melibatkan perpindahan peserta dari satu
divisi ke divisi lainnya/ dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya
dilakukan untuk meningkatkan wawasan karyawan akan pekerjaan-
pekerjaan yang berbeda pada setiap divisi dan sekaligus mengurangi
kejenuhan karyawan terhadap rutinitas kerja yang monoton.
d. Coaching
Adalah suatu bentuk pelatihan dengan mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan kepada pegawai bawahan.
2. On Site Training tetapi bukan Off the Job Training
a. Instruksi terpogram
16
Instruksi terpogram adalah suatu metode latihan on site, dimana bahan
pengajaran dipecah menjadi kerangka dan diprogram untuk komputer.
Masing-masing kerangka merupakan suatu komponen kecil dari seluruh
subjek yang akan dipelajari, dan masing-masing kerangka harus dipelajari
secara berhasil sebelum berikutnya dapat ditangani.
b. Videotape
Pada tingkat yang paling dasar, latihan video meliputi instruksi melalui
rekaman yang dapat diberhentikan dan dimulai setiap saat. Videotape
dapat digunakan on-site atau off-site dan umumnya menggantikan
pemakaian film untuk latihan organisasi.
3. Off the Job Training
Off the job training dilaksanakan pada lokasi yang terpisah. Program ini
memberikan individu-individu dengan keahlian dan pengetahuan yang
mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pada waktu yang terpisah
dari waktu kerja regular. Berikut metode yang termasuk dalam Off the Job
Training:
a. Ceramah
Metode dengan pemberian materi bersifat searah oleh pemberi materi
kepada karyawan, sehingga tidak terjadi umpan balik dari peserta.
Metode ini dikombinasikan dengan metode-metode lainnya seperti
diskusi atau Tanya jawab.
b. Studi kasus
Pada metode ini peserta diminta untuk mengidentifikasi uraian masalah-
masalah yang diberikan oleh instruktur dan diminta untuk menganalisis
serta merekomendasikan pemecahan akan masalah tersebut. Studi kasus
memungkinkan peserta untuk menerapkan keahlian-keahlian analitis dan
pengambilan keputusan dengan menelaah sebuah deskripsi tertulis dari
situasi nyata.
17
c. Role Play
Role play atau permainan peran menampilkan simulasi oleh para peserta
pelatihan dengan memerankan pelaku-pelaku yang ada dalam pekerjaan
di perusahaan.
d. Grup diskusi
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan materi-materi melalui
kegiatan diskusi dimana peserta pelatihan terlibat dan berkontribusi aktif
dalam proses pelatihan.
e. Pelatihan ditempat terbuka
Pelatihan ditempat terbuka adalah istilah umum guna menggambarkan
program-program pengembangan manajemen dan eksekutif yang
berlangsung di latar alam terbuka. Tujuannya bukanlah pengembangan
keahlian-keahlian teknis, namun lebih pada pengembangan dan
pengasahan keahlian-keahlian antarpribadi.
f. Pusat pengembangan
Metode pelatihan ini adalah dengan memanfaatkan adanya pusat
pengembangan, berarti karyawan mengikuti program-program pelatihan
yang sebelumnya telah disusun dan diadakan oleh pusat-pusat
pengembangan tersebut bekerjasama dengan instansi atau perusahaan
yang membutuhkan pelatihan.
g. Vestibule training
Merupakan bentuk latihan yang pelatihnya bukanlah atasan langsung
tetapi pelatih-pelatih khusus. Pelatihan biasanya dilakukan ditempat yang
dibuat seperti tempat kerja yang sesungguhnya yang dilengkapi fasilitas
peralatan yang sama dengan pekerjaan yang sesungguhnya.
h. Simulasi
Merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin
dengan situasi sebenarnya tetapi hanya merupakan tiruan saja.
18
2. Materi Pelatihan
Materi pada pelatihan harus relevan dengan kebutuhan peserta maupun
lembaga tempat kerja. Materi pelatihan tidak harus panjang dan berbelit tetapi
benar-benar merupakan bahan kajian dan latihan peserta. Materi pelatihan harus
dapat menciptakan pengalaman sehingga dapat diingat dan dengan mudah
diimplementasikan oleh peserta.
2.2.4. Langkah-Langkah Pelatihan
Langkah-langkah pelatihan adalah suatu proses untuk melaksanakan
pelatihan pada umumnya. Langkah-langkah pelatihan dapat berupa sebuah
model yang memperlihatkan bagaimana program-program pelatihan harus
disusun dan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan metode
yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan. Berikut gambar yang merupakan
model program pelatihan.
19
Gambar 2.1
Model Program Latihan
Sumber : Randall & Susan dikutif dari buku Development and Evaluation
(2008:331-356)
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam
pelaksanaan pelatihan adalah:
Tahap
Evaluasi
Tahap Latihan dan
Pengembangan Tahap
Penilaian
Menilai Kebutuhan
- Instruksi
-Organisasi
-Pekerjaan
-Individu
-Demografi
Mengembangkan
kriteria
Mencapai
Tujuan
Menguji peserta
latihan
terlebih dahulu
Menyeleksi
media
Latihan dan
prinsip belajar Memantau
latihan Melakukan
latihan
Mengevaluasi latihan
Membentuk
kondisi
Untuk
pemeliharaan Mengevaluasi
transfer
20
1. Menentukan Kebutuhan Pelatihan
Langkah pertama dan utama dalam program pelatihan adalah menentukan
apakah ada kebutuhan yang diperlukan untuk pelatihan. Analisis
kebutuhan dapat dilakukan melalui analisis kebutuhan organisasi, analisis
kebutuhan jabatan, survey sikap individu, ataupun analisis kebutuhan
demografis.
2. Menyusun Desain Pelatihan
Informasi dari hasil identifikasi kebutuhan pelatihan merupakan masukan
yang berharga untuk penyusunan desain pelatihan. Penyusunan desain
pelatihan setidaknya perlu mencakup tujuan program pelatihan, struktur
program pelatihan, peserta, pelatih/fasilitator, metode, dan penilaian hasil
akhir.
3. Mengembangkan Isi Program
Program latihan harus harus mempunyai isi yang sama dengan tujuan
belajarnya. Isi program mencakup keahlian/keterampilan, sikap,
pengetahuan yang merupakan pengalaman belajar pada pelatihan yang
diharapkan dapat menciptakan perubahan tingkah laku.
4. Memilih Media Pelatihan dan prinsip belajar
Usaha pencapaian tujuan pelatihan perlu ditunjang oleh penggunaan alat
bantu serta media yang tepat agar sesuai dengan karakteristik
penggunaannya. Prinsip-prinsip belajar merupakan petunjuk/ prosedur
tentang tata cara bagaimana peserta pelatihan dapat melakukan kegiatan
pembelajaran secara efektif dalam mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan.
5. Pelaksanaan latihan
Pelaksanaan pelatihan merupakan perwujudan tindakan nyata dari hal-hal
yang telah direncanakan. Pelaksanaan pelatihan meliputi tiga tahap, yaitu:
(1) Pra pelatihan adalah penentuan kriteria dan seleksi orang-orang yang
terlibat dalam latihan, metode yang digunakan, penetapan biaya dan
waktu pelatihan. (2) Pelaksanaan pelatihan, dalam hal ini hendaknya
dilakukan sesuai dengan ketentuan, aturan, dan persyaratan pelaksanaan
21
latihan. (3) Pasca pelatihan dilakukan melalui kegiatan penilaian terhadap
hasil belajar dengan pelaksanaan program latihan.
6. Mengevaluasi latihan
Pelaksanaan suatu pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri
peserta tersebut terjadi transformasi, dengan peningkatan kemampuan
dalam melaksanakan tugas dan perubahan perilaku yang tercermin pada
sikap, disiplin, dan etos kerja.
7. Transfer Pelatihan
Tujuan akhir setiap program pelatihan adalah bahwa pembelajaran yang
terjadi selama pelatihan ditransfer kembali ke dalam pekerjaan. Transfer
pelatihan adalah tingkat aplikasi pengetahuan, keahlian, kemampuan,
atau karakteristik lainnya yang dipelajari dalam pelatihan terhadap
pekerjaan.
2.2.5. Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan
Pelatihan dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
dari output yang dihasilkan. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu
program pelatihan, organisasi atau perusahaan perlu melakukan evaluasi
pelatihan.
Menurut Triton PB (2008:114), menyarankan beberapa kriteria penting
dalam melakukan evaluasi pelatihan, yaitu:
1. Reaksi peserta
Reaksi ini didasarkan pada pendapat peserta pelatihan mengenai program
pelatihan yang telah dilakukan. Sangat penting utnuk memperhatikan reaksi
peserta baik terhadap pelatihan, pelatih, maupun hal-hal lainnya. Reaksi
peserta yang negatif tentunya dapat berdampak kurang efektifnya hasil-hasil
kegiatan pelatihan.
2. Tingkat belajar
Sangat penting untuk melihat dan mengevaluasi bagaimana tingkat
perubahan pada karyawan setelah dilakukannya pelatihan. Ada dan tidaknya
22
perubahan positif pada tingkat pengetahuan, keahlian, dan sikap merupakan
hal yang menentukan berhasil atau tidaknya pelatihan.
3. Tingkat perilaku kerja
Memperhatikan ada dan tidaknya perubahan perilaku kerja karyawan setelah
mengikuti pelatihan.apabila perilaku karyawan tidak berubah kearah yang
positif maka kegiatan pelatihan perlu diperbaiki secara serius.
4. Tingkat organisasi
Tingkat organisasi dalam konteks ini adalah ada dan tidaknya efek pelatihan
terhadap peningkatan organisasi. Pelatihan yang efektif tentunya akan
berdampak positif terhadap kinerja organisasi.
5. Nilai akhir
Nilai akhir dapat dijadikan indikator apakah bermanfaat atau tidak pelatihan
yang diadakan bagi organisasi atau karyawan. Nilai akhir yang meningkat
dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya peningkatan skill atau
pengetahuan karyawan sebagai dampak positif diadakannya kegiatan
pelatihan bagi karyawan.
Menurut Hamalik (2008:106), Kegiatan evaluasi pelatihan dapat berupa:
1. Evaluasi proses pelatihan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-
langkah kegiatan selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi proses
dilakukan dengan mengungkapkan pendapat seluruh peserta tentang
fasilitator, peserta, materi/isi, dan proses pelatihan.
2. Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat-
akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai hasil akhir pelatihan:
1. Tes objektif, digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta
diklat, tes diberikan diawal dan diakhir pelaksanaan diklat.
2. Skala pengamatan digunakan untuk mengukur keterampilan kerja selama
peserta melakukan pekerjaan di perusahaan.
3. Daftar centang, digunakan untuk menilai kemampuan sendiri terutama
setelah mereka mendapat tanggungjawab penuh dalam satu bidang kegiatan.
23
4. Hasil kerja, yakni barang-barang yang dibuat oleh peserta selama
menempuh program praktek kerja dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan kerja para peserta dibidang-bidang kegiatan dilingkungan
perusahaan.
2.3. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Hambatan pelaksanaan pelatihan adalah suatu bentuk halangan atau
kendala dalam memutuskan proses pelaksanaan pelatihan. Hambatan ini dapat
berasal dari dalam organisasi ataupun lingkungan luar organisasi.
2.3.1. Hambatan Pelaksanaan Pelatihan
Hambatan didalam pelaksanaan program pelatihan biasanya merupakan
faktor penghalang bagi organisasi dalam melaksanakan rancangan program
pelatihan. Dilihat dari segi pentingnya pelatihan, hal ini sangat tidak diinginkan
oleh semua pihak yang terlibat didalam pelaksanaan pelatihan.
Menurut Moekijat (2008:68), Hambatan dalam proses pelaksanaan
pelatihan, antaralain:
1. Tidak adanya kebijaksanaan yang luas dan komprehensif yang bersifat
lengkap
2. Tidak adanya penilaian yang dilaksanakan yang bisa dijadikan dasar
perencanaan untuk pelatihan yang berikutnya
3. Penunjukan peserta tidak berdasarkan analisis kebutuhan
4. Tujuan program pelatihan tidak jelas akan kompetensi yang dicapai/terlalu
umum
5. Kurikulum pelatihan tidak jelas
6. Metodologi pelatihan kurang tepat alat peraga/media pembelajaran yang
kurang memadai
7. Bahan pelatihan banyak diadopsi dari luar negeri sehingga kadang-kadang
tidak sesuai dengan kebutuhan instansi/organisasi pengirim
24
8. Pelatih-pelatih kurang dikembangkan
9. Pelatih-pelatih yang baik kurang tertarik pada lembaga-lembaga pelatihan
karena tidak adanya pola karir
10. Dan suatu sistem tindak lanjut (follow-up) yang tepat tidak ada.
2.3.2. Solusi Mengatasi Hambatan Pelatihan
Menurut Moekijat (2008: 89), Untuk mengatasi atau meminimalisir
agar faktor-faktor penghambat tidak muncul dalam pelatihan, dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Materi pelatihan disertai dengan ujian umpanya pre tes maupun post tes.
Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan peserta latihan sebelum dan
sesudah pelatihan dilaksanakan, apakah mengalami perubahan kearah
peningkatan atau sama sekali tidak terjadi perubahan.
2. Tujuan pelatihan harus jelas dinyatakan secara khusus, meliputi:
a. Perilaku terakhir yang diharapkan dari peserta latih
b. Perilaku terakhir diharapkan terjadi
c. Hasil maksimum
3. Pelatih harus professional dan menguasai materi, metodologi pelatihan
sesuai dengan spesialisasinya
4. Isi program pelatihan harus direncanakan dan ditujukan kepada pencapaian
tujuan secara keseluruhan
5. Metodologi pelatihan relevan dengan tujuan pelatihan
6. Pelatihan bersifat kontinu dikembangkan
7. Pelatihan harus diintegrasikan dengan perubahan administrasi yakni
organisasi prosedur dan pegawao/peserta latih, artinya hasil pelatihan dapat
bermanfaat apabila lingkungan organisasi dapat mendukung adanya
perubahan.
25
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian tugas akhir pada laporan ini adalah Pusat
Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (PKP2A) I Lembaga Administrasi
Negara (LAN) yang berlokasi di Jalan Kiara Payung Km. 4.7 Jatinangor, Sumedang.
3.1.1. Sejarah Singkat PKP2A I LAN
1. Sejarah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Lembaga Adminstrasi Negara (LAN) didirikan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957 tertanggal 6 Agustus 1957 dan selanjutnya
susunan organisasi serta lapangan tugasnya diatur dalam Surat Keputusan Perdana
Menteri Nomor 283/P.M/1957. Pendirian Lembaga Adminstrasi Negara pada
waktu itu terutama didorong oleh kebutuhan Pemerintah yang sangat mendesak akan
pegawai negeri, lebih-lebih yang menduduki jabatan-jabatan pimpinan dalam
aparatur pemerintah, akan kecakapan dan keterampilan dalam bidang administrasi
dan manajemen yang akan mendukung kemampuannya dalam melaksanakan tugas.
Pendirian dan kedudukan Lembaga Administrasi Negara secara formal telah
ditetapkan dengan dikeluarkannya PP 30 / 1957, tetapi baru direalisasikan dan mulai
melakukan aktivitasnya sejak Tanggal 5 Mei 1958 dengan diangkatnya Prof. Dr.
Prajudi Atmosudirdjo, SH, sebagai direktur yang pertama dari Lembaga
Administrasi Negara.
Dalam masa-masa selanjutnya terlebih sejak dimulainya pelaksanaan
pembangunan lima tahun, maka tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi
Lembaga Administrasi Negara disesuaikan dengan tuntutan kemajuan. Oleh karena
itu, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1971, maka dicabutlah Peraturan
Pemerintah Nomor 30 tahun 1957 dan selanjutnya dengan beberapa kali perubahan
dikeluarkan Keppres Nomor 20 / 1989 tentang Lembaga Administrasi Negara.
26
2. Pembentukan PKP2A I Lembaga Adiministrasi Negara Bandung
Penggunaan Nomenklatur Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur (PKP2A I ) LAN dimulai sejak tanggal 10 Maret 2004, yaitu berdasarkan
Keputusan Kepala Nomor 4 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAN.
Berdasarkan Keputusan Kepala Nomor 171/IX/6/4/2001 tentang perubahan atas
keputusan Kepala LAN Nomor 104A/IX/6/4/2001 tentang Organisasi dan Tata kerja
LAN terhitung sejak tanggal 20 Maret 2001, dan sebelumnya bernama Kantor
Perwakilan LAN di daerah.
Sehubungan dengan pasal 7 ayat (2) “Sistem Administrasi Negara bukan
merupakan suatu urusan yang diserahkan kepada pemerintah daerah”, maka Kantor
Perwakilan LAN di daerah menyesuaikan dan diberi nama Pusat Kajian dan Diklat
Aparatur (PKDA) LAN, kemudian berdasarkan Keputusan Kepala LAN Nomor 4
Tahun 2004 berubah menjadi Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur,
dan disingkat menjadi PKP2A.
Perwakilan LAN di Jawa Barat didirikan tahun 1963 di Gedung Sate dan
tahun 1964 Gedung Pusat Pelatihan Kerja Jl. Gatot Soebroto, kemudian tahun 1966
pindah dirumah Jl. Cimandiri No. 14 yang diperoleh dari Sekretariat Negara (rumah
dinas), pada tahun 1968 memperoleh satu rumah lagi dari Sekretariat Negara Jl.
Cimandiri No. 16 Bandung. Pada tahun 1977 dengan bantuan Friedrick Nauman
Stiftung dibangun satu gedung berlantai 3. PKP2A I LAN Bandung menempati
gedung di jl. Cimandiri 34-38 Bandung.
Sejak tahun 2008 PKP2A I LAN Bandung pindah ke jl. kiara payung km. 4,7
Bumi Perkemahan Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Keberadaan gedung PKP2A I
LAN di Jatinangor - Sumedang - Jawa Barat didasarkan SK Gubernur Jawa Barat
yang telah meminjamkan lahan pemerintah propinsi Jawa Barat eks. pramuka kepada
LAN Bandung yang selanjutnya secara bertahap dibangun secara fisik pada saat
kepemimpinan LAN Bandung dijabat oleh Karhi Nisjar, Elis Kantiningsih, Achmad
Djuaeni Kadmasasmita, Desi Fernandha, Deddy Mulyadi dan LAN Pusat dijabat
oleh Prof.Dr.JB.Kristiadi, Prof.Dr.Musthofadidjaya, MPM., Sunarno, SH., M.Sc.
sehingga nampak secara permanen, aktivitas perkantorannya mulai 1 Februari 2008.
27
3.1.2. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai PKP2A I LAN Bandung
1. Visi
Sebagai bagian integral dari Lembaga Administrasi Negara, maka visi yang
dirumuskan oleh Perwakilan Lembaga Administrasi Negara Provinsi Jawa Barat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya adalah “Menjadi Institusi berkualitas
internasional yang menjadi rujukan dalam Pembangunan Sistem Administrasi
Negara untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik di Daerah.”
Pernyataan visi tersebut mengandung pengertian bahwa pada masa depan
PKP2A I LAN diharapkan dapat menghasilkan karya-karya dengan standar
tinggi, baik dalam kajian administrasi Negara maupun dalam kediklatan aparatur
Negara.
2. Misi
Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi yang
merupakan langkah-langkah operasional yang harus dilakukan. Dimana misi
yang dirumuskan adalah untuk membangun kepemerintahan daerah yang baik
dalam rangka pembangunan sistem administrasi Negara, melalui kegiatan:
a. Menyelenggarakan kajian, perkonsultasian dan advokasi yang berkualitas,
b. Menyelenggarakan diklat dan membina badan diklat secara berkualitas, dan
c. Menyelenggarakan pelayanan internal secara berkualitas
3. Nilai-Nilai PKP2A I LAN Bandung
Adapun lima nilai yang harus dipahami dan dimiliki oleh setiap pegawai yang
akan dijadikan sebagai dasar pengembangan organisasi PKP2A I LAN adalah
karakter seorang/lembaga/institusi yang professional, yaitu:
a. Expert, dituntut untuk bekerja dengan terampil dan kompeten.
b. Commited to Work, selalu berkomitmen, mencurahkan tenaga dan perhatian
untuk penyelesaian setiap tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
28
c. Building good Relationships with Stakeholders, membangun atau membina
hubungan baik dalam kehidupan sehari-harinya, baik didalam maupun diluar
lingkungan tempat kerja.
d. Autonomous, mengembangkan kreatifitasnya dalam bekerja dan bertindak
lebih proaktif untuk menghasilkan output kerja yang lebih berkualitas.
e. Enforcing Ethics, etika organisasi harus dipahami, ditegakkan dan
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh setiap pegawai PKP2A I
LAN tanpa kecuali.
3.1.3. Tugas dan Fungsi Pokok PKP2A I LAN Bandung
1. Tugas Pokok
Tugas pokok dari Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (PKP2A)
I Lembaga Administrasi Negara (LAN), yaitu:
“Menyelenggarakan kajian/penelitian dan pengembangan di bidang administrasi
negara dan pendidikan dan pelatihan aparatur negara sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara di Daerah.”
2. Fungsi Pokok
Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Apartur (PKP2A I LAN)
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur
pemerintahan di Daerah,
b. Penyelenggaraan pengkajian kebijakan administrasi negara yang meliputi
bidang pemerintahan umum, pembangunan, perekonomian negara, dan
manajemen pelayanan di Daerah,
c. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan sistem informasi dan otomasi
administrasi di Daerah,
d. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan diklat dan
Widyaiswara yang meliputi sosialisasi, bimbingan, dan perkonsultasian,
pemantauan dan pengendalian.
e. Pelaksanaan tugas lain yang terkait yang ditetapkan oleh Kepala.
29
3.2. Struktur Organisasi PKP2A I LAN Bandung
3.2.1. Struktur Organisasi PKP2A I LAN Bandung
PKP2A I LAN merupakan unsur pelaksanaan sebagian tugas dan fungsi LAN
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala LAN dan secara
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Umum, Pusat dipimpin oleh Kepala.
Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara tegas disebutkan dalam struktur
organisasi. Tingkatannya disebut Eselon yang disusun berdasarkan ringannya tugas,
tanggung jawab, maupun wewenang, dan hak.
Gambar 3.2.
Struktur Organisasi PKP2A I LAN
Sumber: PKP2A I LAN Bandung
Berdasarkan SK Kepala LAN No. 4 Tahun 2004 pasal 143 disebutkan
bahwa organisasi PKP2A I LAN terdiri di atas :
Kepala
PKP2A I LAN
Bagian
Tata Usaha
Subbag
Perencanaan dan
Pelaporan
Subbag
Kepegawaian dan
Umum
Subbag
Keuangan
Bidang
KKKSDA
Bidang
KMKPO
A
Bidang
Kajian Diklat
Bidang
PPKA
Kelompok Jabatan
Fungsional
30
1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Kajian Kinerja Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur.
3. Bidang Kajian Manajemen Kebijakan, Pelayanan dan Otomatis Administrasi
4. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
5. Bidang Pemetaan Potensi dan Kapasitas Aparatur
6. Kelompok Jabatan Fungsional
3.2.2. Deskripsi Jabatan
Berdasarkan SK Kepala LAN, maka dapat diuraikan wewenang jabatan
masing-masing bidang, yaitu:
1. Kepala LAN
Kepala LAN Daerah bertanggung jawab kepada Kepala LAN Pusat.
2. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha membawahi tiga bidang yang terdiri dari
a. Bagian Perencanaan dan Laporan
Memiliki tugas dalam melaksanakan perencanaan, pengendalian data,
pembinaan, evaluasi program dan kegiatan, menghimpun dan menyiapkan
bahan-bahan secara menyeluruh untuk penyusunan rencana kerja tahunan
secara periodik.
b. Bagian Kepegawaian dan Umum
Memiliki tugas menyusun program pengelolaan dan evaluasi kinerja SDM,
melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan dan umum, memberikan pelayanan
seperti naskah dinas, kearsipan, dan melaksanakan pengurusan perjalanan
dinas dan tugas-tugas urusan umum dan kepegawaian.
c. Bagian Keuangan
Memiliki tugas dalam melaksanakan pendayagunaan dan pengadministrasian
keuangan, mengkoordinasi penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan
Daerah, melaksanakan analisis keuangan, verifikasi, akuntansi, money
anggaran, dan pelaporan keuangan serta asset dinas.
31
3. Bidang Kajian terdiri dari:
a. Bidang Kajian Kinerja Kelembagaan Sumber Daya Aparatur
Secara organisatoris, kedudukannya berada dibawah deputi. Memiliki tugas
dalam melaksanakan penyusunan rencana, penelaahan kebijakan, pengkajian
dan evaluasi pelaksanaan program KajianManajemen Perekonomian Negara
serta pemberian bantuan teknis dan administratif kepada Pusat dan kelompok
jabatan fungsional. Personil dalam KKKSDA terdiri dari Kapus, Kabag.
Administrasi, Peneliti, dan Fungsional Umum.
b. Bidang Kajian Manajemen Kebijakan, Pelayanan dan Otomatis Administrasi
Kedudukannya berada dibawah Deputi Bidang Kajian KMKPOA. Memiliki
tugas yang sama seperti bidang KKKSDA.
4. Bidang Diklat
Bidang Diklat memiliki tugas dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan aparatur Negara sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala
LAN, serta pembinaan diklat dan Widyaiswara yang meliputi sosialisasi,
bimbingan, dan perkonsultasian, pemantauan dan pengendalian. SDM yang
terdapat dalam bidang Diklat terdiri dari Kepala Bidang Diklat, widyaiswara
muda & madya, dan Lektor, serta para pelaksana dan pembantu lainnya.
5. Bidang Pemetaan Potensi dan Kompetensi Aparatur
Bidang PKKA merupakan salah satu unit organisasi PKP2A I LAN dan satu-
satunya unit organisasi dilingkungan LAN yang dibentuk dengan mengemban
tugas pokok untuk menyelenggarakan penilaian kompetensi aparatur dalam
rangka mengakselerasi program pendidikan dan pelatihan yang menjadi tugas
pokok LAN.
6. Jabatan Fungsional
Adalah jabatan yang tidak secara tegas digambarkan dalam struktur organisasi.
Namun dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan dalam pelaksanaan
tugas-tugas pokok organisasi PKP2A I LAN.
32
3.3. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut
Zulganef (2008:11), “metode penelitian deskriftif adalah penelitian yang bertujuan
menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau
mencari faktor-faktor atau variabel tertentu.” Sedangkan menurut sugiyono
(2009:21), Metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk mengambil kesimpulan secara luas.
Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang menggunakan satu variabel dengan memberikan gambaran sesuai
keadaan sebenarnya, menyajikan serta menganalisisnya, kemudian mengumpulkan
data dan informasi sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas pada objek
yang diteliti.
Adapun metode yang dipergunakan untuk memperoleh data tersebut:
3. Studi Lapangan
Studi Lapangan yaitu teknik mengumpulkan dan menyeleksi data yang akan
diperoleh dari lokasi penelitian secara langsung. Menurut Sumadi Suryabrata
(2011:80) Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan :“Adalah untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat.”
Studi Lapangan dapat dilakukan dengan cara:
d. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung dan pencatatan objek yang diteliti.
e. Wawancara
Wawancara yaitu teknik mengadakan pengumpulan data dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait
terhadap observasi penelitian yang dianggap dapat mewakili.
33
Menurut Estenberg (dalam Sugiono, 2009: 231):
“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.”
f. Metode Dokumentasi
Menurut Burhan Bungin ( 2007 : 121 ) “ Metode dokumentasi adalah
salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi
penelitian sosial untuk menelusuri data historis, dimana informasi disimpan
atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.” Sedangkan Sugiyono (
2007 : 329 ) menyatakan bahwa Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang”.
4. Studi Kepustakaan
Menurut Brotowidkijb, Mika (2008: 120) mendefinisikan bahwa:
“Studi kepustakaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau
yang sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-
sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.”
34
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Metode dan Materi Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
4.1.1. Metode Pelaksanaan Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
Metode Diklat Prajabatan yang digunakan adalah metode yang sesuai dengan
tujuan dan program diklat bagi orang dewasa (andradogi). Diklat bagi orang dewasa
(andradogi) adalah proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan
penemuan-penemuan dari bidang ilmu pengetahuan berhubungan dengan latar
belakang sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan kesehatan
individual, organisasi, dan masyarakat.
Metode yang digunakan dalam program Diklat Prajabatan Golongan (I, II
dan III) adalah
1. Metode On the Job Training, dimana para peserta ditempatkan langsung pada
area kerja/kondisi yang real. Metode yang dipakai adalah demonstrasi dan
penulisan kertas kerja
2. Metode Off the Job Training, dimana pelatihan dilaksanakan diluar tempat kerja.
Dalam hal ini pelatihan diadakan langsung di PKP2A I LAN Bandung. Metode
yang diterapkan adalah
a. Ceramah yang dikombinasikan dengan Tanya jawab
b. Diskusi Kelompok
c. Simulasi/Permainan peran
d. Pelatihan tempat terbuka
4.1.2. Materi Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
Kurikulum Diklat PNS disusun berdasarkan kebutuhan kompetensi dasar dan
kompetensi bidang untuk suatu jabatan PNS. Materi atau kurikulum Diklat
Prajabatan ditetapkan oleh Instansi Pembina.
35
Sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan bagi PNS, maka
kurikulum Diklat Prajabatan disusun sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Materi Diklat Prajabatan Golongan I, II, dan III
No Mata Diklat
Golongan
I dan II Golongan III
Sesi JP Sesi JP
1 Dinamika Kelompok 4 12 4 12
2 Pola Pikir (Mind Setting) Pegawai Negeri Sipil 8 24 8 24
3 Sistem Penylenggaraan Negara Kesatuan
Republik Indonesia 3 9 4 12
4 Kepemerintahan Yang Baik 3 9 4 12
5 Manajemen Kepegawaian Negara 3 9 4 12
6 Etika Organisasi Pemerintahan 3 9 4 12
7 Pelayanan Prima 3 9 4 12
8 Budaya Kerja Organisasi Pemerintah 3 9 4 12
9 Percepatan Pemberantasan Korupsi 3 9 4 12
10 Manajemen Perkantoran Modern 3 9 4 12
11 Team Building 3 9 4 12
12 Komunikasi Yang Efektif 3 9 4 12
13
Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia 3 9 4 12
14 Program Ko-Kurikuler
Latihan Kesegaran Jasmani Seperti Senam,
Olahraga, Permainan, Lari/Jogging 6 18 7 21
Baris Berbaris 2 6 2 6
36
Tata Upacara Sipil 2 6 2 6
Pengarahan Program 1 3 2 6
Ceramah Umum Subtantif Lembaga 2 6 2 6
Ceramah Tentang Kesehatan Mental 1 3 1 3
Jumlah 59 177 72 216
Sumber : Sub. Diklat PKP2A I LAN
Keterangan :
JP = Jam Pelajaran, 1 (satu) sesi = 3 JP (1 JP = 45 menit)
Waktu Pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan I dan II dilaksanakan selama
19 (Sembilan Belas) hari 177 jam pelajaran diasramakan.
Waktu Pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan III dilaksanakan selama 24
(dua puluh empat) hari 216 jam pelajaran dan peserta diasramakan.
Dari struktur Kurikulum diatas, Golongan I dan II terdiri dari mata Diklat
yang sama. Perbedaannya terletak pada penekanan materi.
4.2. Pelaksanaan Program Diklat Prajabatan Karyawan Pada PKP2A I LAN
Bandung
4.2.1. Tujuan Pelaksanaan Diklat Prajabatan Karyawan Pada PKP2A I LAN
Bandung
Pelaksanaan Diklat Prajabatan yang dilakukan oleh PKP2A I LAN adalah
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan, Peraturan Kepala LAN RI Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan Prajabatan. Diklat Prajabatan
merupakan diklat yang diberikan kepada Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah
dinyatakan lulus dan diterima sebagai pegawai baru untuk diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil Golongan (I, II, dan III).
Menurut Pasal 7 PP 101/2000, Diklat Prajabatan diselenggarakan untuk
memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan,
37
kepribadian, dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sisitem
penyelenggaraan pemerintahan Negara, bidang tugas, dan budaya organisasinya agar
mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat.
4.2.2. Sasaran Pelaksanaan Diklat Prajabatan
Sasaran pelaksanaan Diklat Prajabatan CPNS adalah terwujudnya PNS
Golongan (I, II, dan III) yang memiliki kompetensi berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan persyaratan jabatan dan persayaratan pengangkatan untuk menjadi
PNS Golongan (I, II, dan III). Kompetensi yang dibangun dalam Diklat Prajabatan
ini adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas jabatannya sebagai pelayan
masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab PNS
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maka standar kompetensi
yang perlu dimiliki oleh PNS Golongan (I, II, dan III) adalah kemampuan dalam:
a. Menunjukan komitmen dan integritas moral serta tanggung jawab profesi sebagai
PNS
b. Mewujudkan disiplin dan etos kerja
c. Menjelaskan pokok-pokok sistem penyelenggaraan pemerintahan, wawasan
kebangsaan, dan masalah penyelenggaraan pemerintah Negara Republik
Indonesia
d. Menjelaskan posisi, peran, tugas fungsi, dan kewenangan instansi asal peserta
dan organisasi publik pada umumnya
e. Menjelaskan ketentuan-ketentuan kepegawaian berkaitan dengan hak dan
kewajiban PNS
f. Menerapkan prinsip-prinsip budaya organisasi pemerintah
g. Mengaplikasikan teknik manajemen perkantoran modern di unit kerjanya
h. Menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima sesuai dengan bidang tugasnya
i. Bekerjasama dengan kelompok melalui komunikasi yang saling menghargai
38
4.2.3. Sarana dan Prasarana, Penyelenggara Diklat Prajabatan
Menurut Pasal 28 KepLAN 193/2001, Sarana dan prasarana Diklat
merupakan alat bantu dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk menjamin
efektivitas agenda pembelajaran. Sarana Diklat adalah barang bergerak antara lain
meja, kursi belajar, laptop/notebook, papan tulis, flipchart, LCD, OHP dan Alat Tulis
Kantor (ATK). Prasarana adalah barang tidak bergerak antara lain aula, ruang kelas,
ruang diskusi, asrama, perpustakaan, tempat ibadah, dan poliklinik. Sarana ini dapat
dimiliki sendiri atau memanfaatkan sarana/prasarana lembaga diklat instansi lainnya
dengan memperhatikan kesesuaian persyaratan setiap jenis, jenjang, dan program
diklat sesuai program dan jumlah peserta diklat.
Adapun fasilitas Diklat pada PKP2A I LAN yang digunakan untuk Diklat
Prajabatan Golongan (I, II, dan III), terdiri dari:
1. Prasarana
a. Aula
b. Ruang Seminar
c. Ruang Fungsional
d. Ruang kelas dan/ atau Ruang diskusi
e. Ruang komputer atau laboratorium dan Ruang kantor
f. Asrama bagi peserta
g. Wisma tenaga kediklatan
h. Ruang kerja/ praktek
i. Ruang kebugaran
j. Perpustakaan
k. Unit kesehatan Diklat
l. Ruang Ibadah dan Ruang makan
m. Ruang rekreasi dan Ruang Olah raga
2. Sarana
a. Modul atau bahan ajar
b. Papan tulis
39
c. Flip chart
d. Overhead projector dan LCD projector
e. Sound system
f. TV dan video
g. Kaset, Perekam, Komputer atau Laptop
h. Jaringan Wi-fi
i. Buku referensi
j. Bank kasus
k. Teknologi multimedia
l. Sarana kerja/praktek
3. Penyelenggara dan Tenaga Diklat
a. Penyelenggaraan Diklat Prajabatan Golongan (I, II, dan III) dilakukan oleh:
1) Lembaga Diklat Pemerintah Terakkreditasi
Lembaga Diklat Pemerintah Terakreditasi adalah unit penyelenggara
Diklat Pemerintah yang mendapat pengakuan tertulis secara formal
(sertifikasi) dari instansi Pembina untuk menyelenggarakan Diklat.
2) Pola Kemitraan
Pola Kemitraan merupakan lembaga-lembaga yang ditunjuk oleh Instansi
Pembina untuk bekerjasama dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan.
b. Tenaga Kediklatan
Tenaga Kediklatan pada Diklat Prajabatan adalah mereka yang ditugaskan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi / Pimpinan Lembaga Diklat
Terakreditasi, yang terdiri dari terdiri dari:
1) Widyaiswara
Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh
pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk
mendidik, mengajar, dan atau melatih pada Lembaga Diklat Pemerintah.
2) Pengelola dan Penyelenggara Diklat Pemerintah
Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah adalah PNS yang bertugas pada
lembaga Diklat instansi pemerintah yang secara fungsional
40
merencanakan, melaksanakan mengawasi, mengendalikan, memonitoring
dan mengevaluasi Dikat.
3) Tenaga Kediklatan lainnya adalah pejabat atau seseorang yang bukan
Widaiswara, bukan pengelola lembaga diklat pemerintah tetapi karena
kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan
pencapaian tujuan diklat.
4.2.4. Proses Pelaksanaan Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
Bidang Diklat Aparatur PKP2A I LAN memiliki tugas dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan aparatur Negara yang merupakan salah
satu proses pembinaan jabatan PNS. Mekanisme penyelenggaraan Diklat Prajabatan
berdasarkan Peraturan Kepala LAN No. 18 Tahun 2010 tentang Diklat Prajabatan
CPNS. Penyelenggaraan Diklat Prajabatan terdiri dari empat tahapan, yaitu
1. Perencanaan Diklat Prajabatan
Perencanaan Diklat merupakan kegiatan pembinaan PNS yang berorientasi
pada peningkatan kompetensi jabatan PNS. Perencanaan Diklat didasarkan pada
kebutuhan Diklat dan rencana pembinaan karier PNS.
a. Perencanaan Diklat mencakup penetapan peserta, penentuan tujuan dan
sasaran spesifik, penentuan jenis dan jenjang Diklat, penetapan agenda
pembelajaran, penyiapan Widyaiswara serta sarana dan prasarana,
pembiayaan, evaluasi dan pelaporan.
b. Dilakukan oleh unit kerja (Biro/Bagian Kepegawaian), sedangkan dalam
penyusunan rencana kebutuhan Diklat dilibatkan Atasan Langsung, Unit
yang secara fungsional bertanggungjawab dalam pembinaan kepegawaian,
Tim Seleksi Peserta Diklat Instansi (TSPTDI) dan Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAT).
c. Identifikasi kebutuhan Diklat dilakukan melalui analisis dengan
membandingkan kompetensi yang dipersyaratkan dalam jabatan dengan
kompetensi yang dimiliki pegawai.
41
d. Setiap Lembaga Diklat Pemerintah yang bermaksud menyelenggarakan
Diklat Prajabatan Golongan I, II dan III diharuskan menyampaikan
perencanaan Diklat kepada Kepala Lembaga Administrasi Negara selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Diklat diselenggarakan.
e. Dalam rangka persiapan pelaksanaan Diklat Prajabatan Golongan (I, II, dan
III) perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan seperti terlihat pada Lampiran
4 (Daftar simak proses penyelenggaraan Diklat Prajabatan Golongan I, II,
dan III).
2. Pelaksanaan Diklat Prajabatan
Pelaksanaan Diklat adalah keseluruhan proses pembelajaran serta kegiatan
Widyaiswara, peserta dan penyelenggara sesuai posisi, tugas dan fungsi masing-
masing.
Pelaksanaan Diklat meliputi:
1) Kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran sesuai
jadwal, baik yang berkaitan dengan widyaiswara, peserta, media, dan
sarana/prasarana, juga terhadap pelayanan akomodasi dan konsumsi peserta
2) Penyelenggara membentuk organisasi peserta yang meliputi pengurus
angkatan/kelas, kelompok, dan pengururs lain yang diperlukan untuk
memperlancar komunikasi dan koordinasi.
Hasil pemantauan diatas disampaikan dalam bentuk laporan harian yang
berupa pertanggungjawaban tentang kinerja Diklat untuk ditindaklanjuti dalam
rangka penyempurnaan.
3. Pembinaan Diklat Prajabatan
Pembinaan terhadap pelaksanaan program Diklat Prajabatan secara
fungsional menjadi tanggungjawab Deputi Bidang Pembinaan Diklat Aparatur
Lembaga Administrasi Negara (LAN), melalui standarisasi, akreditasi, dan
sertifikasi, serta memonitoring dan evaluasi kinerja terhadap Lembaga Diklat
Penyelenggara Diklat Prajabatan.
42
4. Evaluasi dan Pelaporan Diklat Prajabatan
Evaluasi Diklat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Diklat
Instansi yang bersangkutan dan/atau Instansi Pembina untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan dan tingkat pencapaian kinerja penyelenggaraan
Diklat. Laporan Diklat merupakan bentuk pertanggungjawaban yang
mengemukakan informasi tentang perkembangan pelaksanaan dan tingkat
capaian kinerja disertai analisis keberhasilan yang dicapai ataupun kelemahan
yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan Diklat.
Adapun ketentuan ketentuan dalam penyelenggaraan pelaksanaan Diklat
Prajabatan Golongan I, II, dan III sebagai berikut:
1. Diklat diawali dengan acara pembukaan, pengarahan program, dan dinamika
kelompok, dan apabila keseluruhan proses pembelajaran telah selesai, Diklat
diakhiri dengan acara penutupan.
2. Untuk mengakomodasi peserta dari instansi yang tidak dapat memenuhi jumlah
yang dipersyaratkan, dapat diselenggarakan Diklat Prajabatan yang pesertanya
antar instansi dengan koordinasi Instansi Pembina
3. Jumlah peserta Diklat Prajabatan Pembekalan Kompetensi Dasar sebanyak-
banyaknya 40 orang setiap angkatan kelas dan seluruh peserta wajib
diasramakan.
4.2.5. Waktu Pelaksanaan Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000,
disebutkan bahwa CPNS wajib diikutsertakan dalam Diklat Prajabatan selambat-
lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengangkatan sebagai CPNS. Jadi waktu
pelaksanaannya bersifat relatif sepanjang masih dalam batas dibawah 2(dua) tahun,
dan waktu pelaksanaannya menjadi wewenang dari Pejabat Pembina Kepegawaian
masing-masing instansi.
43
4.2.6. Evaluasi Diklat Prajabatan
1. Evaluasi Awal
Evaluasi Diklat Prajabatan Golongan I, II, dan III meliputi evaluasi terhadap,
Peserta, Widyaiswara, dan Penyelenggara.
a. Peserta
Aspek-aspek yang dinilai terhadap peserta meliputi 2 (dua) aspek dengan bobot
sebagai berikut:
1) Sikap dan Perilaku memiliki bobot 60%
2) Penguasaan Materi memiliki bobot 40%
Bobot pada setiap aspek baik itu aspek sikap dan perilaku maupun aspek
penguasaan materi disesuaikan dengan standar SKP (Sasaran Kerja Pegawai)
Tahun 2010. Penentuan bobot tersebut telah ditentukan pada saat
pembahasan Rapat Kerja LAN setelah diadakannya Diklat di tahun
sebelumnya. Penentuan bobot yang lebih besar pada aspek sikap dan perilaku
dikarenakan melihat jabatan serta tugas PNS sebagai pelayan masyarakat
yang semakin berat.
44
Tabel 4.2.
Bobot (%) Aspek Sikap dan Perilaku, dan Aspek Penguasaan Materi
Bobot (%)
Aspek Unsur Golongan
I dan II
Golongan
III
Sikap dan Perilaku
Disiplin 30% 24%
Kepemimpinan - 12%
Kerjasama 20% 12%
Prakarsa 10% 12%
Penguasaan Materi Ujian Akhir 40% 40%
Sumber: Sub.DIklat PKP2A I LAN
3) Aspek Sikap dan Perilaku
Unsur sikap dan perilaku yang dinilai meliputi:
a) Disiplin
Pengamatan dan penilaian indikator disiplin menggunakan Lampiran
5.
b) Kepemimpinan
Pengamatan dan penilaian kepemimpinan menggunakan Lampiran 6.
c) Kerjasama
Pengamatan dan penilaian indikator disiplin menggunakan Lampiran
7.
d) Prakarsa
Pengamatan dan penilaian indikator prakarsa menggunakan Lampiran
8.
45
4) Kemampuan penguasaan materi
Unsur-unsur bidang kemampuan penguasaan materi mencakup bahan
ujian tertulis. Indikator penguasaan tersebut adalah angka yang dihasilkan
dari jawaban peserta dalam ujian tertulis, yang dilakukan setelah seluruh
mata Diklat dalam kurikulum diberikan. Penyelenggaraan ujian akhir
dilaksanakan oleh Lembaga Diklat. Hasil Penilaian Penguasaan
Materi/ujian tertulis direkap dengan menggunakan Lampiran 9.
5) Cara Penilaian
a) Nilai terendah adalah 0 (nol) sedangkan nilai tertinggi adalah 100
(seratus)
b) Nilai sikap dan perilaku merupakan nilai dari seluruh sikap unsur dan
perilaku, yang diperoleh dengan cara:
Setiap point nilai yang didapat dari setiap unsur aspek sikap dan
perilaku, point nilai tersebut dikalikan dengan bobot masing-masing
unsur. Jumlah point nilai aspek sikap dan perilaku direkap dalam
Lampiran 10.
c) Nilai penguasaan materi diperoleh dari:
Nilai hasil ujian dikalikan bobot aspek penguasaan materi, dan
direkap dalam Lampiran 11.
d) Jumlah nilai sikap dan perilaku ditambah nilai hasil ujian adalah nilai
akhir yang diperoleh peserta. direkap dalam Lampiran 12.
e) Penilaian terhadap peserta dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh
Kepala Lembaga Diklat Penyelenggara.
f) Kualifikasi kelulusan peserta ditetapkan sebagai berikut:
46
Tabel 4.3.
Kualifikasi Kelulusan
Kualifikasi Kelulusan Rentang Nilai Akhir
Lulus Sangat Memuaskan Skor : 92,5 – 100
Lulus Memuaskan Skor : 85,0 – 92,4
Lulus Baik Sekali Skor : 77,5 – 84,9
Lulus Baik Skor : 70,0 – 77,4
Tidak Lulus Skor : dibawah 70,0
Sumber: Sub.Diklat PKP2A I LAN
Tabel 4.4.
Hasil Penilaian Peserta/Kelas Diklat Prajabatan Golongan I dan II
Tahun 2011
Angkatan
Kelas Rata-rata Nilai Akhir
Rata-rata Nilai Indikator
Kualifikasi Kelulusan
1 A 75,381 18,8453 Lulus Baik
2 B 77,1626 19,2907 Lulus Baik
3 C 76,175 19,0438 Lulus Baik
4 D 82,7425 20,6856 Lulus Baik Sekali
5 E 79,0779 19,7695 Lulus Baik Sekali
6 F 80,2615 20,0654 Lulus Baik Sekali
7 G 76,3508 19,0877 Lulus Baik
8 H 80,12 20,03 Lulus Baik Sekali
9 I 76,8906 19,2227 Lulus Baik
10 J 77,2196 19,3049 Lulus Baik
11 K 77,824 19,456 Lulus Baik Sekali
47
Sumber : Sub. Diklat PKP2A I LAN
Keterangan :
Data Hasil Rekapitulasi Nilai Akhir peserta/kelas Golongan I dan II Diklat
Prajabatan Tahun 2011 terdapat pada Lampiran 13.
Dari tabel diatas, dari 17 kelas dengan jumlah peserta 40 orang per kelas
setiap angkatan, memiliki nilai akhir rata-rata 78,3349 dengan nilai indikator rata-
rata 19,5837 (lulus baik sekali). Secara keseluruhan Nilai akhir peserta tiap kelas
berada pada rentang skor antara 70,0 – 77,4 dan rentang skor antara 77,5 – 84,9
dengan kualifikasi kelulusan lulus baik dan lulus baik sekali.
12 L 78,59 19,6475 Lulus Baik Sekali
13 M 80,061 20.0153 Lulus Baik Sekali
14 N 80,5105 20,1276 Lulus Baik Sekali
15 O 79,27 19,8175 Lulus Baik Sekali
16 P 75,7236 18,9309 Lulus Baik
17 Q 78,334 19,5835 Lulus Baik Sekali
Rata-rata 78,33498 19,5837 Lulus Baik Sekali
48
Tabel 4.5.
Hasil Penilaian Peserta/Kelas Prajabatan Golongan III Tahun 2011
Angkatan Kelas Rata-rata Nilai Akhir
Rata-rata Nilai Indikator
Kualifikasi Kelulusan
1 A 79,357 15,8714 Lulus Baik Sekali
2 B 77,4138 15,4828 Lulus Baik
3 C 75,1056 15,0211 Lulus Baik
4 D 81,9625 16,3925 Lulus Baik Sekali
5 E 75,6195 15,1239 Lulus Baik
6 F 77,9583 15,5917 Lulus Baik Sekali
7 G 76,1016 15,2203 Lulus Baik
8 H 79,9097 15,9819 Lulus Baik Sekali
9 I 77,3153 15,4631 Lulus Baik
10 J 75,89 15,178 Lulus Baik
11 K 76,3393 15,2679 Lulus Baik
12 L 80,534 16,1068 Lulus Baik Sekali
13 M 78,5952 15,719 Lulus Baik Sekali
14 N 76,8742 15,3748 Lulus Baik
Rata-rata 77,784 15,5568 Lulus Baik Sekali
Sumber : Sub. Diklat PKP2A I LAN
Keterangan :
Data Hasil Rekapitulasi Nilai Akhir peserta/kelas Golongan III Diklat Prajabatan
Tahun 2011 terdapat pada Lampiran 14.
49
Dari tabel diatas, dari 14 kelas dengan jumlah peserta 40 orang per
kelas setiap angkatan, memiliki nilai akhir rata-rata 77,784 dengan nilai
indikator rata-rata 15,5568 (lulus baik sekali). Secara keseluruhan Nilai
akhir peserta tiap kelas berada pada rentang skor antara 70,0 – 77,4 dan
rentang skor antara 77,5 – 84,9 dengan kualifikasi kelulusan lulus baik
dan lulus baik sekali.
Nilai akhir para peserta Diklat Prajabatan Golongan I, II, dan III
diperoleh dari penilaian 2 (dua) aspek, yaitu aspek nilai sikap dan
perilaku dan aspek akademis atau penguasaan materi. Jumlah nilai sikap
dan perilaku setelah dikalikan dengan bobot (60%) ditambah dengan nilai
hasil ujian setelah dikalikan bobot (40%) merupakan nilai akhir yang
diperoleh peserta.
b. Tenaga Pengajar
Penilaian terhadap tenaga pengajar dilakukan oleh Tim peserta dan
pengelola Diklat. Hasilnya diolah dan disampaikan kepada Lembaga
Diklat dan Tenaga Pengajar yang bersangkutan. Aspek yang dinilai dari
kinerja Tenaga Pengajar, antara lain sebagai berikut:
1) Penguasaan materi
2) Sistematika penyajian
3) Kemampuan menyajikan
4) Ketepatan waktu dan kehadiran
5) Penggunaan metode dan sarana Diklat
6) Sikap dan perilaku
7) Cara menjawab pertanyaan dari peserta
8) Penggunaan bahasa
9) Pemberian motivasi kepada peserta
10) Pencapaian tujuan pembelajaran
11) Kerapian berpakaian
12) Kerjasama antar Widyaiswara, peserta dan penyelenggara
50
Penilaian terhadap Widyaiswara direkap dengan menggunakan
Lampiran 15.
c. Penyelenggara
Penilaian terhadap penyelenggara program dilakukan oleh tenaga
pengajar dan peserta, hasilnya disimpulkan oleh penyelenggara. Aspek
yang dinilai, antara lain sebagai berikut:
1) Efektivitas penyelenggaraan
2) Ketersediaan bahan diklat
3) Kesiapan sarana diklat
4) Kesesuaian pelaksanaan program dan rencana
5) Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana diklat
Penilaian terhadap Penyelenggara direkap dengan menggunakan
Lampiran 16.
2. Evaluasi akhir
a. Peserta
Evaluasi Akhir dilakukan untuk menentukan kualifikasi kelulusan peserta,
oleh suatu tim yang terdiri dari:
1) Kepala Lembaga Diklat
2) Penanggung jawab harian program Diklat yang berjalan
3) Seorang Pejabat Fungsional Kepegawaian Instansi Penyelenggara
4) Penanggung jawab evaluasi program Diklat
Tahapan- tahapan evaluasi akhir peserta, yaitu:
a) Penilaian terhadap peserta dilakukan oleh seorang Pejabat Fungsional
Kepegawaian, pihak penyelenggara atau Widyaiswara atau tenaga Diklat
lainnya.
b) Hasil penilaian peserta kemudian diserahkan kepada penanggungjawab
harian program Diklat.
51
c) Sebelum diserahkan kepada instansi masing-masing, maka hasil penilaian
evaluasi peserta diserahkan terlebih dahulu kepada Penanggungjawab
evaluasi program Diklat, kemudian baru ke Kepala Lembaga Diklat.
Evaluasi akhir dilakukan dengan memperhatikan hasil evaluasi
terhadap aspek sikap dan perilaku serta aspek akademis/penguasaan materi.
Nilai sikap dan perilau serta nilai akademis/penguasaan materi direkapitulasi
dengan pembobotan masing-masing, sehingga menghasilkan Nilai Akhir.
Evaluasi akhir ini dirumuskan berdasarkan hasil penilaian kinerja peserta,
widyaiswara penyelenggara dan atau observasi tersendiri.
b. Tenaga Diklat (Widyaiswara)
1) Penilaian terhadap tenaga Diklat dilakukan oleh peserta dan
pengelola/penyelenggara Diklat.
2) Hasil pengolahannya disampaikan oleh Penyelenggara kepada Kepala
Lembaga Diklat dan tenaga Diklat/Widyaiswara yang bersangkutan
sebagai masukan untuk peningkatan kinerjanya pada masa yang akan
datang.
c. Pengelola/Penyelenggara Diklat
1) Penilaian terhadap penyelenggara Diklat dilakukan oleh peserta dan
tenaga Diklat atau Widyaiswara.
2) Hasil penilaian diolah dan disimpulkan oleh Penyelenggara sebagai
bahan masukan untuk penyempurnaan program Diklat yang akan datang
dan bahan akreditasi Lembaga Diklat.
Hasil dari keseluruhan evaluasi dibuat dalam bentuk laporan yang
hasilnya diserahkan kepada Kepala Pusat Diklat. Kemudian Kepala Pusat Diklat
akan mempelajari, menyetujui, dan menetapkan laporan hasil evaluasi akhir
untuk selanjutnya akan dikirimkan kepada pihak-pihak yang terkait.
52
3. Pasca Diklat
Evaluasi Pasca Diklat dilakukan oleh Lembaga Diklat Penyelenggara
bekerjasama dengan Unit Kepegawaian Instansi. Mekanisme dan prosedur
evaluasi pasca Diklat adalah sebagai berikut:
a. Antara 6 (enam) sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah
penyelenggaraan Diklat berakhir, dilakukan evaluasi pasca Diklat untuk
mengetahui dan mengukur sejauh mana efektifitas kompetensi yang telah
dimiliki oleh peserta Diklat dapat dimanfaatkan dalam tempat kerja. Jika
terbukti bahwa yang bersangkutan sudah kompeten melakukan tugas-
tugasnya, maka barulah Diklat dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika ternyata
tugas-tugas belum dapat dilaksanakan dengan baik yang disebabkan karena
kurang kompetensinya, maka PNS yang bersangkutan perlu di-retraining
atau dilatih ulang.
b. Hasil evaluasi pasca Diklat disampaikan oleh Penyelenggara kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian Alumni, Pimpinan Instansi Alumni, Instansi Pembina
Diklat, dan Instansi Pengendali Diklat.
c. Instansi Pembina Diklat menggunakan hasil evaluasi Pasca Diklat sebagai
masukan untuk penyempurnaan program Diklat selanjutnya.
Seluruh peserta Diklat Prajabatan yang telah menyelesaikan seluruh program
Diklat Pembekalan Kompetensi dan dinyatakan lulus oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian masing-masing instansi diberikan Surat Keterangan telah lulus
mengikuti Diklat Parajabatan yang dikenal dengan istilah Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP).
53
4.3. Hambatan Dalam Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
4.3.1. Hambatan Dalam Diklat Prajabatan Pada PKP2A I LAN Bandung
Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program
Diklat Prajabatan Aparatur:
a. Penyampaian materi masih bersifat pemindahan dari teks buku. Metode yang
digunakan masih didominasi metode ceramah, meskipun di awal sudah mulai
memancing partisipasi peserta, keadaan tersebut sering menimbulkan kebosanan
dalam diri peserta Diklat.
b. Sebagian besar Tenaga Pengajar/Widyaiswara merupakan mantan atau pejabat
dari beberapa intansi pemerintah, sehingga dalam pengelolaan pembelajaran
meskipun telah diberikan pengayaan materi dengan berbagai metode
pembelajaran, masih ada Widyaiswara yang memperlakukan peserta Diklat
seperti bawahannya atau seperti anak-anak. Kondisi ini menghambat peserta
Diklat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Kurikulum/ Modul Diklat isinya hampir sama dengan kurikulum/Modul Diklat
pada tahun-tahun sebelumnya, hal ini seringkali membuat Widyaiswara
mempersingkat isi pembelajaran di kelas, sehingga materi pembelajaran tidak
dapat diserap dengan baik oleh peserta.
d. Pihak Widyaiswara, atau para Pembina Diklat kurang memberikan semangat
atau dorongan kepada peserta Diklat, sehingga saat pembelajaran dimulai
suasana tidak kondusif dan para peserta cenderung tidak bergairah untuk
mengikuti Diklat.
4.3.2. Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Diklat Prajabatan
Permasalahan dalam Diklat biasanya akan dibahas dalam Rapat Koordinasi
Nasional (RAKORNAS). Dari hasil RAKORNAS tahun sebelumnya setelah
dilakukannya rapat pleno dan diskusi kelompok, menghasilkan beberapa
rekomendasi permasalahan penyelenggaraan Diklat untuk Diklat Prajabatan
Golongan.
54
Tabel 4.6.
Rekomendasi Solusi Diklat Prajabatan Hasil RAKORNAS
No. Komponen Permasalahan Rekomendasi Solusi
1 Kurikulum Kurikulum terlalu banyak
bersifat teoritis
Muatan kurikulum ditambah
atau diperkaya dengan muatan
yang bersifat praktikal
2 Durasi Waktu Durasi Waktu terlalu panjang Durasi waktu agar dievaluasi
dan disesuaikan dengan pola
kurikulum Diklat.
3 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dominan
ceramah/tutorial
Persentase metode
pembelajaran selain ceramah
divariasikan dengan metode
pembelajaran lain.
4 Peserta
5 Widyaiswara Lembaga Diklat masih
melibatkan pengajar dari non
Widyaiswara
Perlu revisi kebijakan
akreditasi yang terkait dengan
pemberdayaan Widyaiswara.
Sumber: LAN RI
Namun PKP2A I LAN Bandung selaku perwakilan LAN Daerah sebagai
penyelenggara Diklat Prajabatan tidak menjadikan rekomendasi solusi yang
diberikan oleh LAN Pusat sebagai acuan untuk mengatasi setiap permasalahan
dalam pelaksanaan Diklat Prajabatan. Sampai saat ini Perwakilan LAN Daerah yaitu
PKP2A I LAN masih mencari solusi terbaik untuk mengatasi setiap hambatan yang
menjadi kendala dalam penyelenggaraan program Diklat Prajabatan. PKP2A I LAN
masih berpedoman pada SK Kepala LAN Nomor 193/10/6/2001 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Diklat Pegawai Negeri Sipil dalam setiap
penyelenggarakan Diklat.
55
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, penulis melihat bahwa Diklat
Prajabatan yang diselenggarakan oleh Bidang Diklat Aparatur PKP2A I LAN
memberikan hasil yang positif. Hasil akhir rata-rata peserta Diklat per kelas
menunjukkan rata-rata Nilai Akhir dengan kualifikasi kelulusan Lulus Baik Sekali.
Dengan pemberian materi Diklat yang sesuai dengan standar kompetensi yang
diperlukan bagi PNS seperti mata Diklat dinamika kelompok, pola pikir PNS,
Kepemerintahan yang baik, manajemen kepegawaian Negara, pelayanan prima,
budaya kerja organisasi pemerintah sampai dengan mata Diklat mengenai
pengetahuan dasar tentang wawasan penyelenggaraan pemerintahan Negara
Republik Indonesia. Dengan begitu, diharapkan setelah diadakannya Diklat
Prajabatan dapat menunjukkan SDM Aparatur kearah yang lebih baik. seperti seperti
pelayanan yang lebih mudah kepada masyarakat, PNS lebih disiplin dan taat pada
peraturan organisasi, tidak adanya PNS yang berkeliaran pada saat jam kerja, serta
semakin kreatif dan inovatif. Harapan lainnya yaitu para alumni/peserta Diklat dapat
menerapkan pengetahuan dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas
pekerjaan yang diembannya. Selain untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Aparatur Pemerintah, menambah ataupun memberikan pengetahuan, sekaligus
memperbaiki kinerja PNS agar lebih baik dari sebelumnya.
Apalagi sekarang dimana pemerintah akan segera mensahkan dan
memberlakukan Rancangan Undang-Undang Reformasi Birokrasi Tahun 2012 yang
realisasinya akan dilaksanakan di tahun 2013. Hasil yang diharapkan setelah
diberlakukannya RUU Reformasi Birokrasi tahun 2012 adalah penyelenggaraan
organisasi pemerintah yang bebas dari KKN, peningkatan kualitas pelayanan publik
kepada masyarakat dan meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Kondisi SDM Aparatur diharapkan dapat menunjukan dan memberikan hasil yang
menjadikan SDM Aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, profesional,
berkinerja tinggi, dan sejahtera.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Tinjauan
Pelaksanaan Program Diklat Prajabatan Karyawan Pada Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Aparatur (PKP2A) I Lembaga Administrasi Negara (LAN) Bandung”,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Diklat Prajabatan yang dilaksanakan oleh PKP2A I LAN Bandung,
menggunakan metode on the job training dan off the job training, dengan
pemberian materi yang sesuai dengan standar kebutuhan kompetensi dasar dan
kompetensi bidang untuk masing-masing jabatan.
2. Mekanisme pelaksanaan Diklat Prajabatan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu
perencanaan Diklat, pelaksanaan Diklat, pembinaan Diklat, dan tahap evaluasi
dan pelaporan Diklat. Dari data hasil evaluasi peserta Diklat tahun 2011,
menunjukkan perolehan rata-rata Nilai Akhir peserta/kelas dengan nilai
Kualifikasi Kelulusan Lulus Baik Sekali.
Meskipun hasil akhir yang dicapai dalam Diklat Prajabatan membuktikan
kualifikasi kelulusan yang baik, namun fakta menunjukan bahwa banyak
persoalan berkenaan dengan kualitas SDM aparatur yang kondisinya masih jauh
dari yang diharapkan. Penyebab kondisi tersebut adalah masih kuatnya budaya
dilayani bukan melayani, prosedur pelayanan yang belum jelas, kondisi
lingkungan, sanksi yang belum maksimal dan besarnya pengaruh kekuasaan dan
politik yang berkuasa pada masa ini .
3. Hambatan yang dialami pada saat pelaksanaan Diklat Prajabatan antara lain
berasal dari, materi/kurikulum Diklat, metode pengajaran, dan tenaga
pengajar/Widyaiswara.
57
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada bab sebelumnya, maka
penulis mengajukan saran untuk mengatasi permasalahan hambatan dalam
pelaksanaan Diklat Prajabatan yang dilaksanakan oleh PKP2A I LAN Bandung,
sebagai berikut:
1. Materi Diklat yang diberikan oleh Unit Penyelenggara Diklat sebagian besar
bersifat teoritis, padahal yang diharapkan peserta menginginkan materi diklat
yang bersifat praktis/ terdapat kegiatan praktikum. Jadi kenapa tidak mungkin
bila kurikulum Diklat sebaiknya mengurangi materi bersifat teoritis ataupun
antara materi yang bersifat teoritis dan bersifat praktis seimbang didalam
pembagian materinya.
2. Dalam penyusunan Materi Diklat/Kurikulum Diklat sebaiknya mengikutsertakan
Alumni peserta Diklat ataupun calon peserta untuk penyusunan rencana
kebutuhan peserta Diklat.
3. Menerapkan metode problem solving (pemecahan masalah) untuk
dikombinasikan dengan metode ceramah, karena dalam proses pembelajaran
penyampaian materi masih bersifat ekpositori (pemindahan informasi).
4. Bagian Tenaga Pengajar perlu Menerapkan dan memahami prinsip-prinsip
belajar andradogi (pembelajaran orang dewasa) agar pada saat proses
pembelajaran Tenaga Pengajar/Widyaiswara tidak ada yang memperlakukan
peserta Diklat seperti bawahannya/anak-anak.
5. Tenaga Penyelenggara Diklat/Tenaga Pengajar perlu memberikan
dorongan/motivasi serta berupaya untuk menciptakan suasana yang kondusif
agar peserta Diklat pada saat pembelajaran menjadi bergairah dan antusias
mengikuti Diklat.
6. Mencari dan segera merealisasikan solusi untuk mengatasi setiap masalah yang
menjadi hambatan dalam proses pelaksanaan Diklat.
58
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2008. Pengantar Bisnis, Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.
Brotowidkijb, Mika. 2008. Methodologi Penelitian dan Penulisan Karangan
Ilmiah. Yogyakarta: Liberty
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Hamalik oemar. 2008. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu “Pengembangan SDM”. Jakarta: Bumi Aksara
Hardjana, Agus M. 2008. SDM Yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius.
Harsono. 2011. Sistem Administrasi Kepegawaian. Bandung: Fokusmedia
Hasibuan, Melayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Moekijat. 2008. Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas.
Bandung: Mandar Maju
PB, Triton. 2009. Mengelola Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Oryza.
Priansa, Donni Juni, Suwatno. 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik
dan Bisnis. Bandung: Alfabeta
Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
C.V Andi Offset.
Schuler, Randal dan Jackson Susan. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Simamora, Henry. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN
59
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Umar, Husein. 2008. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sumber-Sumber Lain :
Peraturan Kepala LAN Nomor 18 Tahun 2010 tentang Diklat Prajabatan PNS
Peraturan pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil
http://www.ruanghati.com/2012/03/21/astaga-grafik-kinerja-turun-drastis-40-PNS-
diminta-pensiun-dini/. Diakses 16 Desember 2012 Pukul 21.00
http://www/suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/kinerja-dan-produktivitas-
birokrasi-indonesia-buruk/10863. Diakses 16 Desember Pukul 21.30