65
1

INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

1

Page 2: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

INDEKS KEPATUHAN SYARIAH

ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT:

Teori dan Konsep

Pusat Kajian Strategis BAZNAS Dan

Kementerian Agama Republik Indonesia 2020

Page 3: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat : Teori dan Konsep ISBN : 978-623-6614-09-9

Kata Pengantar Ketua BAZNAS Kata Pengantar Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag RI Kata Pengantar Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Kata Pengantar Direktur Puskas BAZNAS Penyusun: Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional dan Direktorat Zakat Wakaf Kementerian Agama RI

Penyunting: Anggota BAZNAS Direktur Utama BAZNAS Sekretaris BAZNAS Direktur Pengumpulan BAZNAS Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Direktur Operasi BAZNAS Direktur Kepatuhan dan Audit Internal BAZNAS

Penerbit: Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS) Gedung Kebangkitan Zakat Jl. Matraman Raya No 134 Jakarta Phone Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237 Email: [email protected] ; www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com Desain Sampul dan Tata letak: Hidayaneu Farchatunnisa, S.E Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

Page 4: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

i

TIM PENYUSUN

Penasihat : Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA, CA

Dr. Zainulbahar Noor, SE, MEc

Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA

Drs. Masdar Farid Mas’udi

Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail

drh. Emmy Hamidiyah, M.Si

Drs. Irsyadul Halim

Ir. Nana Mintarti, MP

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA

Drs. Nuryanto. MPA

Drs. Astera Primanto Bhakti, M.Tax

M. Arifin Purwakananta

Drs. H. Jaja Jaelani, MM

Dr. Irfan Syauqi Beik

Wahyu Tantular Tunggul Kuncahyo

Drs. Mochammad Ichwan, Ak, MM, CA

H. Muhammad Fuad Nasar, M.Si

Penanggung Jawab : Dr. M. Hasbi Zaenal, Lc., MA

Supervisi : Dr. Muhammad Choirin, Lc., MA

Hj. Dewi Tri Wulandari, SE, M.Ak

Ketua : Abdul Aziz Yahya Saoqi, S.E.I, M.Sc

Anggota : Arwa Violaditya Rarasocta, SKPm

Hidayaneu Farchatunnisa, SE

Mukti

Suhartinah

Page 5: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

ii

KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS RI

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Bismillahirahmanirahim,

Sebagai bagian dari rukun Islam, Zakat memiliki kedudukan yang cukup penting, oleh karena

itu, zakat memiliki perhatian khusus dalam Islam mulai dari proses pengumpulan,

pengelolaan sampai pendistribusian dana zakat. Sebagai konsekuensinya, proses-proses

tersebut harus diatur secara ketat sesuai dengan hukum syariah.

Puji syukur alhamdulilah, atas izin Allah, pada tahun 2020, pusat kajian strategis

BAZNAS telah membuat sebuah kajian yang komperhensif yang digunakan sebagai alat ukur

untuk mengukur tingkat kepatuhan OPZ dalam hukum-hukum syariah, kajian ini dinamakan

Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat.

Kami berharap, hasil dari kajian dapat menjadi referensi bagi stakeholder zakat di

seluruh wilayah Indonesia dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang sesuai dengan

ketentuan syariah dan akuntabel. Kedepannya kami berharap seluruh Organisasi Pengelola

Zakat dalam diukur tingkat kepatuhannya terhadap hukum syariah sebagai bahan evaluasi

dan pengambilan keputusan.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam

penyusunan kajian ini. Semoga usaha kita dalam memajukan pengelolaan zakat di Indonesia

mendapatkan ridha dan pahala dari sisi Allah SWT

Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA, CA

Ketua BAZNAS RI

Page 6: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

ii

KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF

KEMENTERIAN AGAMA RI

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Bismillahirahmanirahim,

Sebuah kado buat gerakan zakat Indonesia di tengah pandemi Covid 19 yang melanda bangsa

dan negara kita dapat kembali kami hadirkan, yaitu buku INDEKS KEPATUHAN SYARIAH

ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT: Teori dan Konsep. Semoga menjadi medium informasi,

edukasi dan komparasi mengenai pentingnya menegakkan prinsip-prinsip kepatuhan syariah

dalam pengelolaan zakat.

Buku ini lahir dari hasil penelitian yang dilakukan atas kerjasama Kementerian Agama

RI dan Pusat Kajian Strategis BAZNAS tahun 2020. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam pengukuran

Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat.

Mengutip dari Ringkasan Eksekutif yang ditulis oleh editor bahwa pengukuran tingkat

Kepatuhan Syariah OPZ menjadi sangat penting bagi pemangku kepentingan zakat.

Kepentingan yang dimaksud terutama untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan lembaga

zakat terhadap hukum-hukum syariah dan peraturan yang berlaku dari aktifitas pengelolaan

zakat. Indeks Kepatuhan Syariah OPZ dibangun untuk memenuhi kebutuhan pemangku

kepentingan zakat dalam melakukan pengukuran secara ilmiah tingkat kepatuhan syariah

(shariah-compliance) pengelolaan zakat di semua tingkatan wilayah dan sampai ke tingkat

institusi berbasiskan parameter-parameter yang relevan. Pengukuran melibatkan 352

organisasi pengelola zakat (OPZ) yang tersebar di 33 Provinsi. Responden dari BAZNAS tingkat

Kabupaten dan Kota menjadi responden terbanyak yaitu sebanyak 277 OPZ. Kemudian,

responden dari BAZNAS tingkat provinsi sebanyak 29 OPZ. Lebih lanjut, responden OPZ dari

Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional sebanyak 12 OPZ. Selanjutnya, OPZ dari LAZ tingkat

Provinsi sebanyak 10 OPZ dan responden OPZ dari LAZ tingkat Kabupaten dan Kota sebanyak

23 OPZ.

Dalam spektrum ini perlu dipahami lebih jauh fungsi Audit Syariah sebagai medium

pengawasan Kementerian Agama terhadap pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial

Page 7: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

iii

keagamaan lainnya oleh BAZNAS dan LAZ, selain karena tuntutan regulasi, secara obyektif

dibutuhkan guna memastikan pengelolaan zakat yang taat asas. Analoginya, pengawasan OJK

terhadap operasional perbankan guna mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan

memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui

apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank.

Badan dan lembaga amil zakat sebagai lembaga keuangan nirlaba penting memperhatikan hal

semacam itu.

Semoga bermanfaat dan menjadi amal shaleh bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Muhammad Fuad Nasar

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI

Page 8: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

iii

KATA PENGANTAR DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN

PENDAYAGUNAAN BAZNAS RI

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirahmanirahim,

Zakat sebagai bagian dari rukun Islam memiliki kedudukan yang cukup penting.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki potensi

zakat yang besar dan idealnya dapat digunakan untuk pemberdayaan fakir dan miskin. Total

pengumpulan zakat di Indonesia secara umum terus meningkat setiap tahunnya, hal ini

menunjukan bahwa tingkat kesadaran membayar zakat masyarakat semakin baik. Oleh

karena itu, penting juga untuk setiap aktivitas dari Organisasi Pengelola Zakat sebagai

lembaga yang diamanahkan untuk mengelola zakat untuk diatur ketat sesuai dengan hukum

syariah agar terhindar dari aktivitas yang tidak sesuai syariah.

Dalam upaya meningkatkan kepatuhan syariah organisasi pengelola zakat di

Indonesia, pada tahun 2020 Pusat Kajian Strategis BAZNAS telah membuat sebuah konsep

untuk mengukur tingkat kepatuhan syariah OPZ terhadap hukum syariah yaitu kajian Indeks

Kepatuhan Syariah Organsiasi Pengelola Zakat: Teori dan Konsep. Pada pertengahan tahun

2020 ini, Puskas BAZNAS bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf

Kementerian Agama Republik Indonesia dalam melakukan survey Indeks Kepatuhan Syariah

OPZ di lebih dari 300 organisasi pengelola zakat di seluruh Indonesia.

Tentunya akan banyak temuan menarik dari penelitian yang telah dilakukan, dan hasil

dari penelitiannya dapat menjadi pertimbangan para stakeholder dalam pengambilan

keputusan dan membuat sebuah kebijakan dalam strategi optimalisasi pengelolaan zakat di

Indonesia.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami secara terbuka menerima kritik

dan saran konstruktif untuk menyempurnakan kajian ini sesuai dengan kebutuhan umat

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dr. Irfan Syauqi Beik

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS RI

Page 9: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

iv

KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS RI

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirahmanirahim,

Alhamdulillah atas rahmat Allah, pada tahun 2020 ini Puskas BAZNAS telah berhasil

melakukan penyusunan konsep Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat

(IKSOPZ). IKSOPZ ini merupakan hasil kerjasama bersama Direktorat Pemberdayaan Zakat dan

Wakaf Kementerian Agama RI.

Selain penyusunan konsep kajian, pada tahun ini Pusat Kajian Strategis BAZNAS juga

telah melakukan pengukuran indeks kepatuhan syariah di lebih dari 300 organisasi pengelola

zakat di seluruh Indonesia. Penyajian laporan indeks kepatuhan syariah tersebut akan dibagi

pada beberapa seri buku berdasarkan regional wilayah, yaitu laporan indeks kepatuhan

syariah Regional Sumatera, Regional Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Regional Kalimantan,

Regional Sulawesi, dan Regional Indonesia Bagian Timur.

Tidak ada yang sempurna kecuali kesempurnaan-Nya, meskipun dalam penyusunan

buku ini kami telah mencurahkan semua kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa

masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik

yang membangun dari pembaca. Sekian.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D

Direktur Pusat Kajian Strategis BAZNAS

Page 10: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

v

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS RI ........................................................................................ ii

KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF KEMENTERIAN AGAMA

RI ................................................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN BAZNAS RI ........... iii

KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS RI ....................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. 1

1. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 4

1.2. Tujuan .......................................................................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 7

2.1. Landasan Teori ............................................................................................................ 7

2.1.1. Definisi Zakat........................................................................................................ 7

2.1.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia .......................................................... 9

2.1.3. Tatakelola Syariah dalam Pengelolaan Zakat ................................................... 11

2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 16

3. DATA DAN METODOLOGI ................................................................................................. 21

3.1. Jenis dan Sumber Data .............................................................................................. 21

3.2. Metode Penelitian ..................................................................................................... 21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 25

4.1. Dimensi dan Variabel ................................................................................................ 25

4.2. Pembobotan Dimensi dan Variabel .......................................................................... 31

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 32

4.4. Tahapan Penghitungan ............................................................................................. 34

4.5. Kriteria Penilaian Indeks ............................................................................................ 36

5. PENUTUP .......................................................................................................................... 38

5.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 38

5.2. Rekomendasi ............................................................................................................. 39

Page 11: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

vi

Referensi .................................................................................................................................. 40

Lampiran .................................................................................................................................. 42

Page 12: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Instrumen Pendukung Regulasi Syariah dalam Pengelolaan Zakat di Indonesia . 5

Gambar 2.1. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia ............................................................... 9

Gambar 2.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia ......................................................... 10

Gambar 2.3. Shariah Governance Framework dalam Pengelolaan Zakat ............................... 17

Gambar 2.4. Sistem Tatakelola Syariah di Lembaga Zakat ...................................................... 18

Gambar 2.5. Dimensi Audit Syariah pada Lembaga Zakat ....................................................... 20

Gambar 3.1. Metode Indeksasi Sekaran .................................................................................. 23

Gambar 4.1. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ ........................................ 25

Page 13: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Lembaga Zakat dan Perbankan Syariah ................................................ 12

Tabel 2. Komponen Tatakelola Syariah pada Lembaga Keuangan Komersial dan Sosial

Syariah ...................................................................................................................................... 15

Tabel 3. Dimensi dan Indikator ZCP Shariah Control dan Audit Internal ................................. 18

Tabel 4. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ ............................................... 26

Tabel 5. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Manajemen & Tatakelola ........................................ 27

Tabel 6. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Pengumpulan Dana Zakat ....................................... 28

Tabel 7. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Penyaluran Dana Zakat dan Regulasi Zakat ............ 29

Tabel 8. Hasil Pembobotan Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ ................ 31

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Pearson pada Indikator IKSOPZ ..................................................... 32

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha IKSOPZ ........................................................... 33

Tabel 11. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian Indeks Kepatuhan Syariah OPZ .................. 36

Page 14: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat (IKSOPZ) merupakan suatu alat

ukur ilmiah yang telah dikembangkan oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS bekerjasama degan

Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI. IKSOPZ dapat

mengidentifikasi dan mengukur secara akurat tingkat kepatuhan syariah OPZ dalam

pengelolaan zakat melalui tiga dimensi, tiga belas variabel dan empat puluh dua indikator

hukum-hukum syariah dan peraturan yang berlaku.

Penyusunan dimensi, variabel dan indikator OPZ dilakukan melalui serangkaian grup

diskusi terarah bersama para pakar, praktisi dan akademisi dalam bidang keuangan sosial

syariah khususnya zakat. Di samping itu, IKSOPZ juga telah melalui serangkaian uji validitas

dan reliablitas serta pilot project di enam OPZ di tingkat nasional, kabupaten dan kota. Oleh

karena itu, IKSOPZ memiliki landasan yang sangat kuat dan reliabel untuk dapat

diimplementasikan lebih luas di seluruh OPZ di Indonesia.

Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

Manajemen & Tatakelola

Kebijakan Syariah

Pengawas Syariah

Keamilan

Transparansi

Pengumpulan Zakat

Sosialisasi Zakat

Objek Zakat

Penampungan dana ZIS & DSKL

Penyaluran Zakat

Kategori Penentuan Asnaf

Durasi Penyaluran Zakat

Prioritas Penyaluran

Mekanisme Penyaluran

Penentuan Hak Amil

Regulasi Zakat

Legalitas OPZ

Page 15: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

2

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan konsep serta indikator Indeks

Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat adalah metode campuran (mixed method)

menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kualitatif dalam kajian ini

digunakan dalam penyusunan konsep dan indikator Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi

Pengelola Zakat adalah dengan menggunakan teknik analisa konten dari peraturan-peraturan

zakat yang berlaku dan juga grup diskusi terarah/ FGD bersama para akademisi, pakar dan

praktisi zakat.

Selanjutnya, pada aspek pendekatan kuantitatif, penelitian ini melakukan

penghitungan indeksasi dengan metode sekaran (2003) dan juga menggunakan metode

penghitungan Multi-Stage Weighted Index yang telah dikembangkan oleh Puskas BAZNAS

(2017) dimana metode tersebut melakukan penghitungan indeks secara prosedural dan

bertahap yang dimulai dari penghitungan setiap variabel atau elemen i sampai pada tahapan

dimensi untuk kemudian mendapatkan nilai indeks.

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ ((𝑊𝐷𝑖 × 𝑊𝑉𝑛𝑖 × 𝑆𝑛

𝑖 ) ÷ 𝑘 )

𝑖

𝑛

Dimana:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Total nilai Indeks

𝑊𝐷𝑖 : Nilai pembobotan pada dimensi i

𝑊𝑉𝑛𝑖 : Nilai pembobotan pada variabel n di dimensi i

𝑆𝑛𝑖 : Nilai skala likert rata-rata pada indikator di variabel n di dimensi i

𝑘 : Jumlah skala likert yang digunakan

Rentang Nilai Kategori

0.00 – 0.20 Tidak Baik

0.21 – 0.40 Kurang Baik

0.41 – 0.60 Cukup Baik

0.61 – 0.80 Baik

0.81 – 1.00 Sangat Baik

Dalam Indeks Kepatuhan Syariah OPZ atau IKSOPZ, skala penilaian menggunakan skala 0

– 1, dimana 0 merupakan nilai terendah dan 1 adalah nilai tertinggi. Terdapat lima level

Page 16: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

3

kategori penilaian dimana nilai 0.00 – 0.20 masuk dalam kategori tidak baik, 0.21 – 0.40 masuk

dalam kategori penilaian kurang baik, 0.41 – 0.60 masuk dalam kategori penilaian cukup baik.

Adapun rentang nilai di antara 0.61 – 0.80 masuk dalam kategori penilaian yang baik,

sedangkan rentang nilai yang masuk di antara 0.81 – 1.00 masuk dalam kategori penilaian

sangat baik.

Page 17: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

4

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai bagian dari rukun Islam, Zakat memiliki kedudukan yang cukup penting. Dalam Al-

Quran, Allah SWT menyandingkan kata zakat bersama dengan solat sebanyak 82 kali

(Qardhawi, 1973). Hal ini mengindikasikan bahwa zakat memiliki keutamaan yang sangat

agung dalam ibadah kita kepada Allah sebagaimana halnya solat.

Oleh karena itu, zakat memiliki perhatian khusus dalam Islam mulai dari proses

pengumpulan, pengelolaan sampai pendistribusian dana zakat. Sebagai konsekuensinya,

proses-proses tersebut harus diatur secara ketat sesuai dengan hukum syariah. Hal ini sangat

penting dilakukan agar lembaga zakat bisa terhindar dari aktifitas yang tidak sesuai dengan

hukum syariah yang dapat berimplikasi kepada rusaknya reputasi lembaga zakat secara

sistemik (Hakim, 2019).

Dalam konteks pengelolaan zakat di Indonesia, Undang-Undang No.23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat, Pemerintah telah mengatur beberapa aspek penting yang terkait

dengan implementasi hukum syariah dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Secara umum,

regulasi tersebut menekankan bahwa pengelolaan zakat harus dilakukan sesuai hukum-

hukum syariah seperti diharuskannya bagi organisasi pengelola zakat (OPZ) untuk memiliki

dewan pengawas syariah (DPS) dan diharuskannya bagi OPZ untuk dilakukan audit syariah

secara berkala (Undang-Undang Zakat, 2011).

Lebih lanjut, dalam standar minimum pengelolaan zakat pada Zakat Core Principles

(ZCP) yang diterbitkan oleh BAZNAS, Bank Indonesia dan IRTI-IsDB, ada 18 standar minimum

yang perlu diimplementasikan dalam pengelolaan zakat, diantaranya standar ke-15 yang

menekankan tentang pentingnya tata kelola syariah (Shariah Governance) yang harus dimiliki

oleh OPZ dengan tujuan untuk memastikan pengelolaan zakat sesuai dengan aturan-aturan

syariah yang berlaku (BAZNAS et al, 2017).

Di samping itu, Kementerian Agama Republik Indonesia dan Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) Republik Indonesia selaku regulator dan koordinator pengelolaan zakat di

Indonesia telah menerbitkan berbagai instrumen legal yang mengatur aspek-aspek syariah

dalam pengelolaan zakat baik melalui peraturan dan keputusan menteri agama maupun

melalui peraturan BAZNAS sehingga dalam lingkup best practice, OPZ di Indonesia telah

Page 18: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

5

didukung oleh berbagai instrumen dan panduan hukum positif agar pengelolaan zakat di

Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan aturan-aturan syariah.

Gambar 1.1. Instrumen Pendukung Regulasi Syariah dalam Pengelolaan Zakat di Indonesia

Sumber: Diadopsi dari Nopiardo (2019)

Namun ada aspek penting lainnya yang harus dilakukan saat ini oleh otoritas atau

regulator perzakatan di Indonesia diantaranya adalah melakukan evaluasi secara

komprehensif sejauh mana OPZ telah mematuhi (compliance) hukum-hukum syariah yang

tercermin dalam peraturan zakat yang berlaku dalam setiap aktifitas pengelolaan zakat

seperti aktifitas pengumpulan atau penghimpunan dana zakat, sistem manajemen OPZ, dan

aktifitas penyaluran dana zakat.

Saat ini belum ditemukan alat ukur ilmiah untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan OPZ

terhadap hukum-hukum syariah dalam pengelolaan zakat. Maka, kajian ini bermaksud untuk

membangun sebuah alat ukur yang secara akurat mampu mengidentifikasi tingkat kepatuhan

OPZ terhadap hukum-hukum syariah dalam pengelolaan zakat.

Instrumen Pendukung Regulasi Syariah

Pengelolaan Zakat

UU No.23 Tahun 2011 &

PP No.14 Tahun 2014

Peraturan Menteri Agama

& Keputusan Menteri Agama

Peraturan BAZNAS RI

Zakat Core Principles

Page 19: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

6

Hasil dari kajian ini tentunya dapat menjadi sebuah feedback yang valid bagi OPZ dan

juga otoritas zakat untuk memperbaiki pengelolaan zakat agar sesuai dengan regulasi

perzakatan dan hukum syariah (shariah-compliance) yang berlaku. Sehingga, dengan semakin

membaiknya tingkat kepatuhan OPZ terhadap hukum syariah dan peraturan yang berlaku,

maka tingkat kepercayaan publik kepada OPZ akan naik secara signifikan.

1.2. Tujuan

Berdasarkan hasil diskusi pada bagian sebelumya, ada beberapa tujuan yang akan dicapai

dalam kajian ini sebagaimana berikut:

a. Mengeksplorasi aspek-aspek teoritis yang berkaitan dengan regulasi serta hukum-

hukum syariah dalam pengelolaan zakat;

b. Membangun indikator-indikator yang menjadi komponen dalam Indeks Kepatuhan

Syariah OPZ;

c. Melakukan pembobotan pada indikator-indikator yang menjadi komponen dalam

Indeks Kepatuhan Syariah OPZ;

d. Menyusun metode penghitungan dan menentukan kriteria penilaian pada Indeks

Kepatuhan Syariah OPZ;

Page 20: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

7

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Bagian ini akan membahas beberapa kajian teoritis yang berkaitan dengan kepatuhan syariah

dalam pengelolaan zakat termasuk teori zakat dalam pandangan ilmu fikih, teori tentang

kepatuhan syariah dan kaitannya dengan pengelolaan zakat.

2.1.1. Definisi Zakat

Qardhawi (1973) menjelaskan definisi zakat ke dalam dua aspek baik itu aspek terminologis

atau bahasa maupun dari aspek epistimologis atau hukum syariah. Dalam konteks

terminologis, zakat memiliki makna sebagai an-nama> wa za>da wal barakatu wat-thah}a>ratu

yang bermakna tumbuh, bertambah, berkah dan mensucikan. Dalam konteks epistimologis,

Qardhawi (1973) mendefiniskan zakat sebagai berikut:

.للمستحقين رضهاا الهتيتطلق عل الحصة المقدرة من المال ال

“Zakat adalah istilah yang merujuk kepada bagian tertentu dari harta

yang diwajibkan untuk disampaikan kepada mustahik."

Sehingga dapat dikatakan bahwa zakat adalah suatu bagian dari harta yang telah

ditetapkan oleh Allah جل جلاله untuk diberikan kepada golongan yang telah ditetapkan dalam Al-

Quran surat at-Taubah ayat 103

ام وٱله تك سكن ل لام صدقة تطاضهم وتزكيام باا وصل عليام إن صلو مول عليمل خذ من أ سمي

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(QS. 9:103)

Kemudian, berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang

dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan

usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat

juga termasuk dalam rukun Islam yang artinya wajib ditunaikan rangka pelaksanaan dua

kalimat syahadat serta digunakan sebagai sumber dana dalam pembangunan agama Islam.

Page 21: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

8

Hafidhuddin (2002) menyebutkan bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan

persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan

kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Selain itu zakat juga

berarti suci, tumbuh, bertambah, dan berkah. Dengan demikian, zakat itu membersihkan diri

seseorang dan hartanya, pahalanya bertambah, harta tumbuh berkembang, dan membawa

berkat (Hasan, 2008).

Zakat disebutkan sebanyak 82 kali dalam Alquran, juga disebutkan di dalam kitab-kitab

hadits, dan kemudian dikembangkan oleh ijtihad ulama yang ketentuannya wajib

dilaksanakan oleh umat muslim (Ali, 2006). Berikut ini ayat-ayat yang berhubungan dengan

perintah zakat diantaranya ialah Q.S. Al-Baqarah (2:43) dan Q.S. At-Taubah (9:103)

كعين ٱلر كوة وٱركعوا م لوة وءاتوا ٱلز قيموا ٱلص ٤٣وأ

Yang artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan

ruku´lah beserta orang-orang yang ruku´ “Q.S.

Al-Baqarah (2:43)

رحام ٱل ولوا

ولئك منكم وأ

معكم رأ وجادوا من بعد وهاجضوا ين ءامنوا وٱل

بكل ش إن ٱله ول ببعض ف كتب ٱله ٧٥ءع عليم بعضام أ

Yang artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,

dengan zakat itu kamu membersihkan dan

menyucikan harta mereka, dan berdoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Q.S. At-

Taubah (9:103)

Selain ketentuan zakat yang terdapat dalam Alquran dan hadits, peraturan

perundang-undangan juga diperlukan dalam pengelolaan zakat di Indonesia, hal ini karena

banyaknya institusi yang mengelola dana zakat sehingga perlu ada aturan yang mengikat agar

aktivitas pengelolaan zakat berjalan sesuai syariah.

Page 22: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

9

Penelitian yang dilakukan oleh Nopiardo (2019) menyebutkan bahwa dari tahun 1951

sudah terdapat peraturan tentang pengelolaan zakat di Indonesia baik itu peraturan menteri,

peraturan presiden, hingga Undang-Undang. Pada perkembangannya Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 1999 direvisi untuk mencapai optimalisasi pengelolaan zakat di Indonesia.

Hasil dari revisi tersebut adalah terbentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat. Disusul dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat.

Selain itu juga terbit Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/ Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga

Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,

dan Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat Nasional. Di samping itu juga lahir

beberapa peraturan lainnya tentang zakat seperti Peraturan Menteri Agama (PMA) dan

Peraturan BAZNAS (PERBAZNAS).

2.1.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia

Sejak disahkannya undang-undang Zakat nomor 23 tahun 2011, pengelolaan zakat

terkoordinasi mulai dilakukan di Indonesia. Saat ini Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

ditunjuk sebagai lembaga negara non-struktural yang bertanggung jawab dalam melakukan

koordinasi pengelolaan zakat nasional.

Gambar 2.1. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia

Sumber: BAZNAS (2015)

Page 23: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

10

Sampai saat ini terdapat lebih dari 700 pengelola zakat yang terdiri dari BAZNAS

tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota. Disamping itu juga, dalam pengelolaan zakat di

Indonesia, lembaga zakat yang didirikan oleh masyarakat secara swadaya atau yang disebut

dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) menjadi bagian lembaga zakat yang ada di Indonesia

(BAZNAS, 2015)

Di samping itu, pengelolaan zakat di Indonesia juga tidak terlepas dari pemangku

kepentingan zakat lainnya yang membentuk menjadi sebuah ekosistem pengelolaan. Sudiana

(2019) mendefinisikan ekosistem pengelolaan zakat sebagai suatu tatanan kesatuan secara

utuh dan menyeluruh antara unsur lingkungan yang ada di dunia zakat dan saling

mempengaruhi satu sama lainnya serta melibatkan interaksi timbal balik antara Organisasi

Pengelola Zakat (OPZ) dan lingkungan gerakan zakat.

Berdasarkan definisi tersebut, maka ekosistem pengelolaan zakat di Indonesia dapat

dikelompokan menjadi beberapa unsur berikut:

Gambar 2.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia

Sumber: Dokumen Penulis

Ekosistem Zakat

Indonesia

Lembaga Pemerintah

Organisasi Pengelola

Zakat

Masyarakat & NGO

Perguruan Tinggi

Lembaga Stategis/

Riset

Lembaga Keuangan

Syariah

Page 24: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

11

Dalam sistem ekosistem pengeloaan zakat di Indonesia setidaknya terdapat enam

unsur pemangku kepentingan/stakeholder zakat yang terdiri dari lembaga pemerintah,

organisasi pengelola zakat (OPZ), masyarakat dan NGO, perguruan tinggi, lembaga riset atau

strategis, dan lembaga keuangan syariah. Lembaga pemerintah memiliki kepentingan dalam

melakukan pengawasan serta koordinasi pengelolaan zakat nasional dalam hal ini diperankan

oleh Kementerian Agama RI, Badan Amil Zakat Nasional RI, dan Komite Nasional Ekonomi dan

Keuangan Syariah.

Lebih lanjut, OPZ yang terdiri lebih dari 700 lembaga menjadi pemain kunci dalam

pengelolaan zakat dimana OPZ memiliki wewenang dalam pengelolaan zakat setidaknya

dalam tiga hal yaitu pengumpulan dana zakat, penyaluran dana zakat dan pelaporan dana

zakat. Kemudian, masyarakat dan juga non-government organization menjadi bagian yang

penting dalam ekosistem pengelolaan zakat baik sebagai muzaki, mustahik ataupun sebagai

mitra dalam penyaluran dana zakat.

Perguruan tinggi menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam ekosistem

pengelolaan zakat. Perguruan tinggi berperan sebagai penyedia sumber daya manusia yang

unggul salam penyelengaraan pengelolaan zakat yang berkualitas. Di samping itu, lembaga

riset atau strategis juga melalui riset-riset zakat berperan penting dalam membantu

meningkatkan tatakelola zakat. Kemudian, lembaga keuangan syariah juga memiliki peran

yang cukup penting dalam pengelolaan zakat sebagai penyedia layanan lalu lintas

pembayaran dan penyaluran dana zakat.

2.1.3. Tatakelola Syariah dalam Pengelolaan Zakat

Bagian ini mencoba untuk mendiskusikan aspek-aspek teoritis yang berkaitan dengan

tatakelola syariah beserta komponen-komponen yang menjadi bagian penting dalam

kepatuhan syariah. Dalam berbagai literatur yang mendiskusikan pengelolaan zakat, belum

ditemukan pembahasan yang terperinci dan spesifik mengenai tatakelola syariah dalam

pengelolaan zakat.

Terminologi kepatuhan syariah saat ini masih banyak digunakan dalam literatur

keuangan komersial syariah seperti perbankan syariah maupun sektor lainnya. Oleh

karenanya, sangat penting dalam kajian ini untuk mengidentifikasi terlebih dahulu perbedaan

dan persamaan antara lembaga zakat dan perbankan syariah, bagaimana komponen-

Page 25: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

12

komponen kepatuhan syariah dalam perbankan syariah dan seperti apa best practice

tatakelola syariah di lembaga zakat.

a. Lembaga Zakat dan Perbankan Syariah

Dalam lingkup ekonomi syariah secara umum, terdapat dua bentuk sektor keuangan

yakni sektor keuangan komersial syariah dan sektor keuangan sosial syariah. Bentuk

yang paling umum dari sektor keuangan komersial syariah pada umumnya adalah

bank syariah, adapaun bentuk umum dari sektor keuangan sosial syariah adalah

lembaga zakat (Ascarya, 2018) dan lembaga zakat menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan dalam sistem ekonomi syariah yang komprehensif (Saad & Marina, 2014).

Walaupun keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari berbagai aspek,

namun dalam konteks pengelolaan dana publik, lembaga zakat lembaga zakat dan

juga perbankan syariah menjadi sama-sama memiliki fungsi sebagai mediator dalam

pengelolaan dana publik. Hakim et al (2018) menjabarkan lebih lanjut mengenai

perbandingan lembaga zakat dan perbankan syariah sebagaimana berikut:

Tabel 1. Karakteristik Lembaga Zakat dan Perbankan Syariah

Karakteristik Lembaga Zakat Perbankan Syariah

Landasan Hukum UU Zakat No.23 Tahun 2011 UU Perbankan Syariah No.21 2008

Jenis Badan Hukum Lembaga Pemerintah Non-Struktural (BAZNAS), Organisasi Kemasyarakatan atau Badan Hukum lainnya

Perseroan Terbatas (PT)

Prinsip Operasi Berdasarkan Hukum Negara dan Hukum Syariah

Berdasarkan Hukum Negara dan Hukum Syariah

Skala Operasi Nasional, Provinsi, Kota/ Kabupaten

Nasional, Kabupaten/Kota

Regulator BAZNAS dan Kementerian Agama

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia

Struktur Organisasi Pimpinan (Anggota BAZNAS, Ketua dan Wakil Ketua BAZNAS Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Dewan Pimpinan LAZ) dan Manajemen

Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Manajemen

Jenis Kelembagaan Sosial Komersial-Sosial

Page 26: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

13

Karakteristik Lembaga Zakat Perbankan Syariah

Orientasi Tujuan 1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan

1. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

2. Melakukan kegiatan keuangan komersial syariah untuk mencapai tujuan ekonomi makro, menunjang pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat (Lihat pasal 1 ayat 2, pasal 2 dan pasal 3).

3. Melakukan kegiatan keuangan sosial Islam atau ZISWAF (Lihat pasal 4 ayat 2 dan ayat 3).

Sifat Pengelolaan Dana Tidak terpusat (desentralisasi)

Terpusat (sentralisasi)

Operator Pengelolaan Dana

Amil Organisasi Pengelola Zakat

Pegawai Bank Syariah

Sumber Dana Masyarakat umum dan Muzakki

Masyarakat umum

Sifat Penghimpunan dana

Kewajiban dan kesukarelaan

Kesukarelaan

Produk Penghimpunan dan Penyaluran

Penghimpunan, Pembiayaan dan Jasa

Dana Talangan Talangan dana antar program

PUAS (Pasar Uang Antar Bank Syariah) dan Bank Indonesia

Jenis Akad pada Penghimpunan Dana

Zakat, Infak dan Sedekah Wadiah, Mudharabah

Jenis Akad pada Pembiayaan/Penyaluran dana

Hibah dan Qardhul Hasan Murabahah, Salam, Ijarah, Istisna, Musharakah, Mudharabah dan akad komersial syariah lainnya.

Objek Penyaluran Dana Terbatas hanya untuk Mustahik (8 golongan)

Masyarakat umum

Besarnya Pembayaran Keuntungan

- Variabel dan Tetap

Penjamin - Lembaga Penjamin Simpanan dan Lembaga Penjamin Pembiayaan

Waktu Penyaluran Dalam 1 tahun Tidak ada batasan

Page 27: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

14

Karakteristik Lembaga Zakat Perbankan Syariah

Batasan Penyaluran ACR (Allocation to Collection Ratio), kecepatan penyaluran program produktif dan program konsumtif, dan Indeks Penyaluran pada IZN (Indeks Zakat Nasional)

Kondisi Kesehatan Bank, BMPP (Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan) dan FDR (Financing to Deposit Ratio)

Ketentuan Penghimpunan

Ada ketentuan nishab, kadar, haul (pada zakat tertentu) dan bebas dari pelanggaran hukum dan syariah

Dibatasi ketentuan LPS dan PPATK

Biaya Pengelolaan Dibatasi oleh ketentuan hak amil

Ditentukan mekanisme pasar

Pelaporan Sesuai ketentuan BAZNAS dan peraturan perundangan lainnya

Sesuai ketentuan OJK dan Bank Indonesia

Audit Audit Internal, Audit Eksternal (KAP – Kantor Akuntan Publik) dan Audit Syariah

Audit Internal, Audit Eksternal (KAP – Kantor Akuntan Publik), Audit Syariah dan Audit Otoritas

Pengawasan Kementerian Agama, BAZNAS, Gubernur, Bupati/Walikota dan masyarakat

OJK dan Bank Indonesia

Sumber: Hakim et al (2018)

Singkatnya, baik lembaga zakat maupun perbankan syariah merupakan satu

kesatuan yang integral dalam lingkup ekonomi syariah. Walaupun keduanya memiliki

perbedaan yang cukup signifikan dalam berbagai aspek, namun keduanya memiliki

kesamaan dalam hal mengumpulkan dana publik, mengelola dana publik dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka mendukung jalannya sistem

perekonomian (Hakim et al, 2018). Sehingga sangat logis jika lembaga zakat

mengadopsi dan memodifikasi sistem tatakelola syariah dalam perbankan syariah

dalam rangka menjaga kepatuhan lembaga zakat terhadap hukum-hukum syariah yang

berlaku.

Page 28: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

15

b. Sistem Tatakelola Syariah dan Praktiknya di Lembaga Zakat

Islamic Financial Service Board (IFSB) menyusun sebuah standar tatakelola syariah pada

IFSB-10, dimana definisi dari tatakelola syariah dijabarkan sebagaimana berikut (IFSB,

2009):

“Shari`ah Governance System” refers to the set of institutional and organisational arrangements through which an Institution for Offering Islamic Financial Services (IIFS) ensures that there is effective independent oversight of Shari`ah compliance over each of the structures and processes in IIFS”

IFSB mendefinisikan sistem tatakelola syariah sebagai sebuah instrumen dalam

sebuah organisasi yang menyediakan layanan keuangan syariah yang bertujuan untuk

mengawasi dan memastikan secara independen aspek-aspek kepatuhan syariah yang

diimplementasikan dalam setiap struktur dan proses bisnis dalam institusi keuangan

syariah (IFSB, 2009). Sebagai bagian integral dari sistem ekonomi dan keuangan

syariah, lembaga zakat juga dapat mengadopsi definisi tata kelola syariah tersebut

dalam setiap aktifitas pengelolaan zakat. Lebih lanjut, sistem tatakelola syariah

memiliki beberapa komponen penting di dalamnya yang berfungsi sebagai pengawas,

unit kontrol internal dan unit kontrol eksternal

Tabel 2. Komponen Tatakelola Syariah pada Lembaga Keuangan Komersial dan Sosial Syariah

Fungsi Tipikal Lembaga Keuangan

Tambahan di lembaga Keuangan Komersial Syariah

Lembaga Keuangan Sosial Syariah

Tatakelola Jajaran Direksi Dewan Pengawas

Syariah

Komisioner/ Dewan

Pertimbangan/Pengaw

as Syariah

Kontrol Internal Auditor

Eksternal Auditor

Internal Shariah

Review Unit (ISRU)

External Shariah

Review

SKAI/ Internal Shariah

Review Unit (ISRU)

Kementerian Agama/

External Shariah

Review

Kepatuhan Departemen/Div

isi Kepatuhan

Internal Shariah

Compliance Unit

SKAI/ Unit Kepatuhan

Syariah

Sumber: diadopsi dari IFSB (2009) dan Hakim et al (2018)

Secara umum dalam lembaga keuangan komersial syariah dan keuangan sosial

syariah memiliki kesamaan dalam tiga fungsi pengawasan tatakelola syariah. Dalam

fungsi tatakelola syariah di lembaga keuangan komersial syariah, dewan pengawas

Page 29: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

16

syariah berperan cukup sentral dalam mengawasi tatakelola syariah secara umum,

begitu juga dengan lembaga keuangan sosial syariah seperti lembaga zakat yang

memiliki fungsi sebagai pengawas tatakelola syariah secara umum di institusi adalah

komisioner atau dewan pertimbangan syariah atau dewan pengawas syariah.

Pada fungsi kontrol dalam tatakelola syariah, lembaga zakat pada umumnya

memiliki Satuan Kerja/Unit Kerja Audit Internal yang juga berfungsi untuk melakukan

proses pengendalian dalam tatakelola syariah. Kemudian, pada fungsi kepatuhan,

secara umum di beberapa lembaga zakat di Indonesia telah memiliki unit kerja khusus

yang berfungsi menjaga proses atau aktifitas pengelolaan zakat sesuai dengan

ketentuan-ketentuan syariah yang berlaku.

2.2. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang berkaitan dengan kepatuhan syariah dalam pengelolaan zakat, belum

banyak penelitian terdahulu yang secara spesifik membahas tentang aspek-aspek kepatuhan

syariah dalam pengelolaan zakat. Akan tetapi, ada beberapa penelitian terdahulu yang

memiliki irisan dengan penelitian Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat,

seperti penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Amalia (2017), Hakim et al (2018), BAZNAS

dan Bank Indonesia (2017), dan Kementerian Agama (2018).

Page 30: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

17

Gambar 2.3. Shariah Governance Framework dalam Pengelolaan Zakat

Sumber: Diadopsi dari Amalia (2017)

Amalia (2017) dalam penelitiannya yang membahas tentang landasan tatakelola

syariah di institusi zakat yang ditinjau dari instrumen hukum legal perzakatan di Indonesia.

Secara umum Amalia (2017) menjelaskan bahwa di dalam Undang-Undang Zakat Nomor 23

tahun 2011 telah menavigasi aspek-aspek syariah dalam pengelolaan zakat.

Aspek-aspek syariah dalam pengelolaan zakat dikelompokan oleh Amalia (2017) ke

dalam lima dimensi yaitu prinsip-prinsip syariah secara umum, fungsi koordinasi dan supervisi

pengelolaan zakat, pengawasan syariah dalam lembaga zakat, pelaporan lembaga zakat dan

audit syariah pengelolaan zakat. Seluruh dimensi-dimensi tersebut tercantum dalam Undang-

Undang Zakat Nomor 23 tahun 2011.

Shariah Governance Framework

Islamic Moral Ethics Decision Making Process (Shura Mechanbism)

Hisbah concept, disclosure and transparency

Book Keeping and Final Account

Religious Audit

1.The Law of Zakat

No.23/2011 article

2. 2.The Law of Zakat

No.23/2011 article

25. 3.The Law of Zakat

No.23/2011 article

26.

Dimensions

The

Implementation

of SGF in Zakat

Law

1.The Law of Zakat

No.23/2011 article

6. 2.The Law of Zakat

No.23/2011 article

7. 3.The Law of Zakat

No.23/2011 article

34.

The Core Principles

of Shariah

Governance

The Function of

Coordination,

Collection and

Supervision

Shariah

Supervision Reporting Shariah and

Financial Audits Principles

1.The Law of

Zakat

No.23/2011

article 8.

1.The Law of Zakat

No.23/2011

article 7

Paragraph 3 and

5. 2.The Law of Zakat

No.23/2011

article 19.

The Law of Zakat

No.23/2011

article 7

Paragraph 3

and 5. The Law of Zakat

No.23/2011

article 19.

Landasan Shariah Governance Framework bagi OPZ

for

Page 31: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

18

Lebih lanjut, Hakim et al (2018) dalam penelitiannya tentang standar tatakelola

syariah di lembaga zakat menjelaskan bahwa setidaknya ada enam standar utama dan 57

standar turunan dari standar tatakelola syariah OPZ. Secara umum, standar tatakelola syariah

utama terdiri dari pendekatan umum, standar kompetensi, standar indepedensi, standar

kerahasiaan, standar kepatuhan syariah dan budaya kepatuhan syariah.

Gambar 2.4. Sistem Tatakelola Syariah di Lembaga Zakat

Sumber: Hakim et al (2018)

BAZNAS dan Bank Indonesia (2017) menyusun standar pengelolaan zakat yang diberi

nama Zakat Core Priciples (ZCP) yang berisikan prinsip-prinsip umum dalam pengelolaan zakat

dimana terdapat 18 standar minimum dalam pengelolaan zakat. Standar ZCP nomor 15

membahas tentang tatakelola syariah minimum yang harus dimiliki oleh lembaga zakat

dimana standar ke-15 ini merangkum beberapa komponen penting bagi lembaga zakat agar

tatakelola di lembaga zakat seusai dengan hukum-hukum syariah.

Tabel 3. Dimensi dan Indikator ZCP Shariah Control dan Audit Internal

No. Dimensions Indicators

1. Sharia Supervisory Board (SSB) 1. The SSB should consist of three (3)

independent members or more in odd

number.

Usulan Standar Shariah Governance System di OPZ

1. Pendekatan Umum

2. Standar

kompetensi 4. Standar

Kerahasiaan Standar

Utama

Penjabaran

Standar Utama

1.1. Struktur

SGS Harus

Sepadan

1.2. Kerangka

Kerja DPS

2.1. Kriteria

Pengawas SGS

2.2. Fasilitas

Pengembangan

Profesional bagi DPS

2.3. Penilaian

Efektifitas DPS

3.1. Pengawasan

yang kuat dan

Independen oleh

DPS

3.2. Penyediaan

informasi yang

relevan bagi DPS

3. Standar

Indepedensi

5. Standar

Kesesuaian/ Kepatuhan Syariah

4.1. Kewajiban

DPS untuk

menjaga

informasi rahasia

5.1. Implementasi

kerangka hukum

SGS yang kuat di

OPZ

Standar Shariah Governance System di OPZ

6. Budaya

Kepatuhan Syariah

6.1 Standar

Keterbukaan pada

SGS

6.2 Standar

Profesionlitas &

Kewajaran pada

SGS

Page 32: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

19

No. Dimensions Indicators

2. SSB member must include at least a

person who is an expert in sharia law

particularly in fiqih muamalah and

zakat.

3. The existence of clear mandate and

responsibility for SSB.

2. Sharia Compliance and Regulation

1. The existence of sharia governance

policies.

2. The existence of internal sharia review

policies and procedures.

3. A well-defined sharia operating

procedures and chain of command.

4. A sound code of ethics to enhance the

integrity and professionalism of SSB

members.

5. The existence of procedures and

mechanisms for non-compliance.

3. Sharia Review 1. A sharia review is conducted to verify

that internal sharia compliance is

properly functioning.

2. A regular sharia review must be

performed to confirm a sound sharia

governance system.

3. Any finding in sharia compliant matters

must be reported to the SSB.

4. A sharia review report should be

reported to the governing board of

zakat organization.

Sumber: Technical Notes ZCP (2019)

Komponen yang menjadi pengawas sekaligus monitoring pelaksanaan tatakeola

syariah lembaga zakat dalam ZCP terdapat tiga komponen yaitu Sharia Supervisory Board

(SSB) atau Dewan Pengawas Syariah dalam lembaga zakat dimana unit ini bertugas untuk

mengawasi praktek tatakelola syariah mulai dari hulu sampai hilir. Kemudian, komponen yang

kedua adalah Shariah Compliance Unit and Regulation atau unit pelaksana kepatuhan syariah

Page 33: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

20

yang memiliki peran sebagai penyedia standar tatakelola syariah dan juga menjadi pengelola

atas risiko-risiko yang muncul atas ketidakpatuhan OPZ terhadap hukum-hukum syariah.

Kementerian Agama RI (2018) telah menyusun pedoman audit syariah bagi organisasi

pengelola zakat, dimana komponen yang ada pada audit syariah yang didisain Kementerian

Agama RI betujuan untuk mengevaluasi tatakelola syariah di OPZ. Secara umum, terdapat

lima aspek besar yang diukur kinerjanya dalam sistem audit syariah yaitu kinerja lembaga

secara umum, kinerja Amil, kinerja pengumpulan, dan kinerja pendistribusian serta

pendayagunaan zakat.

Gambar 2.5. Dimensi Audit Syariah pada Lembaga Zakat

Sumber: Kementerian Agama RI (2018)

Singkatnya, kajian terdahulu memaparkan komponen-komponen penting yang harus

dimiliki oleh lembaga zakat baik di tatanan manajerial, aktifitas pengumpulan dana zakat, dan

penyaluran dana zakat. Seluruh kajian dahulu bersepakat bahwa dewan pengawas syariah

memiliki peran yang sangat sentral dalam melakukan supervisi atas tatakelola syariah OPZ.

Audit Syariah Kementerian Agama

RI

Kinerja Lembaga

Kinerja Amil

KinerjaPengumpulan

KinerjaPendistribusian dan

Pendayagunaan

Page 34: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

21

3. DATA DAN METODOLOGI

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan konsep serta indikator Indeks Kepatuhan

Syariah adalah data primer. Menurut Walliman (2006), data primer adalah data yang berasal

dari sumber pertama dan mendekati realitas dari objek yang sedang diteliti melalui beberapa

serangkaian kegiatan seperti observasi ataupun wawancara. Dalam penyusunan indikator

Indeks Kepatuhan Syariah, penelitian menggunakan data primer dengan melakukan observasi

atas peraturan yang berlaku dan juga melakukan diskusi terarah berkelompok atau focus

group discussion (FGD) dengan para akademisi, pakar dan juga praktisi perzakatan.

Dalam proses FGD, penelitian melibatkan sepuluh narasumber yang terdiri dari

akademisi, pakar dan praktisi yang memiliki pemahaman yang cukup kuat dalam pengelolaan

zakat baik secara teori dan praktik. Disamping itu, narasumber yang dilibatkan dalam

penelitian ini juga memiliki jabatan minimal setingkat kepala divisi sampai level direktur.

Narasumber-narasumber tersebut berasal dari Universitas Indonesia, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bank Indonesia, IPB University, BAZNAS Republik

Indonesia, BAZNAS Provinsi Jawa Barat, LAZNAS Al-Azhar, LAZNAS Inisiatif Zakat Indonesia,

LAZNAS Nahdatul Ulama, dan LAZNAS DT Peduli

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan konsep serta indikator Indeks

Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat adalah metode campuran (mixed method)

menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Mixed Method, secara ilmiah mulai

diperkenalkan oleh Jick (1979) dalam sebuah jurnal yang berjudul Mixing Qualitative and

Quantitative Methods: Triangulation in Action. Jick (1979) menjelaskan bahwa dalam

penelitian sosial diperlukan lebih dari satu pendekatan metodologi penelitian (triangulation)

dengan menggunakan metodologi kualitatif dan kuantitatif untuk dapat menjawab serta

memvalidasi hasil dari sebuah penelitian sosial yang cukup kompleks.

Penelitian kualitatif dalam kajian ini digunakan dalam penyusunan konsep dan indikator

Indeks kepatuhan syariah organisasi pengelola zakat adalah dengan menggunakan teknik

analisa konten dari peraturan-peraturan zakat yang berlaku dan juga grup diskusi terarah/

Page 35: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

22

FGD bersama para akademisi, pakar dan praktisi zakat. Selanjutnya, pada aspek pendekatan

kuantitatif, penelitian ini melakukan pengujian validitas dan reliabilitas indikator indeks

kepatuhan syariah OPZ menggunakan metode Pearson dan Cornbach Alpha yang melibatkan

15 pakar zakat. Secara matematis, formulasi penghitungan uji validitas Pearson dapat dilihat

sebagaimana berikut:

𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)

√(𝑁 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2

) (𝑁 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦 )2

)

Dimana:

rxy = coefficient correlation antara variabel x and y

∑xy = jumlah total perkalian antara variabel x and y

∑x2= jumlah kuadrat dari nilai x

∑y2= jumlah kuadrat dari nilai y

(∑x)2= jumlah nilai x yang kemudian dikuadratkan

(∑y)2= jumlah nilai y yang kemudian dikuadratkan

Adapun rumus matematis dari pengujian reabilitas Cronbach Alfa dapat dilihat sebagaimana

berikut:

𝑟 = 𝑛

𝑛 − 1 (1 −

∑ 𝜎𝑖2

𝜎𝑡2 )

Dimana:

r = koefisien dari hasil uji reabilitas

n = jumlah pertanyaan

𝜎𝑖2 = nilai varians dari pertanyaan i

𝜎𝑡2 = nilai varians dari seluruh jumlah pertanyaan

Page 36: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

23

Kemudian, dalam penyusunan dimensi, variabel serta indikator pada Indeks Kepatuhan

Syariah, penelitian ini menggunakan metode yang digunakan oleh Sekaran (2003) dimana

metode tersebut digunakan dalam menganalisa dan melakukan observasi atas sebuah

permasalahan yang sedang diamati dan kemudian, permasalahan tersebut diklasifikasikan ke

dalam beberapa dimensi yang bersifat luas dan umum. Setelah itu, dimensi-dimensi tersebut

diterjemahkan ke dalam beberapa elemen yang lebih spesifik sehingga permasalahan yang

sedang diamati dapat diukur secara akurat.

Gambar 3.1. Metode Indeksasi Sekaran

Sumber : (Sekaran, 2003)

Oleh karena itu, dalam rangka menganalisa serta melakukan observasi terhadap perilaku

kepatuhan syariah yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat (OPZ), metode indeksasi

yang digunakan Sekaran (2003) digunakan untuk mengidentifikasi lebih lanjut perilaku

tersebut yang kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa dimensi serta elemen-elemen

atau variabel yang relevan dan lebih spesifik.

Lebih lanjut dalam melakukan penghitungan pada setiap dimensi serta variabel dalam

penelitian Indeks Kepatuhan Syariah, penelitian ini menggunakan metode penghitungan

Multi-Stage Weighted Index yang telah dikembangkan oleh Puskas BAZNAS (2017) dimana

metode tersebut melakukan penghitungan indeks secara prosedural dan bertahap yang

dimulai dari penghitungan setiap variabel atau elemen i sampai pada tahapan dimensi untuk

kemudian mendapatkan nilai indeks. Disamping itu, metode ini juga menggunakan metode

Permasalahan yang diobservasi

Dimensi A

Elemen A.1

Elemen A.2

Elemen A.i

Dimensi B

Elemen B.1

Elemen B.2

Elemen B.i

Dimensi C

Elemen C.1

Elemen C.2

Elemen C.i

Page 37: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

24

skala likert berjenjang yang pertama kali ditemukan oleh Rensis Likert (1932) dalam

melakukan penilaian pada setiap perilaku di setiap variabel atau elemen yang diobservasi.

Secara matematis, metode penghitungan pada Multi-Stage Weighted Index dapat

dirumuskan sebagaimana berikut:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ ((𝑊𝐷𝑖 × 𝑊𝑉𝑛𝑖 × 𝑆𝑛

𝑖 ) ÷ 𝑘 )

𝑖

𝑛

Dimana:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Total nilai Indeks

𝑊𝐷𝑖 : Nilai pembobotan pada dimensi i

𝑊𝑉𝑛𝑖 : Nilai pembobotan pada variabel n di dimensi i

𝑆𝑛𝑖 : Nilai skala likert rata-rata pada indikator di variabel n di dimensi i

𝑘 : Jumlah skala likert yang digunakan

Page 38: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Dimensi dan Variabel

Bagian ini akan membahas tentang hasil diskusi pada grup diskusi terarah dengan para pakar,

akademisi serta praktisi zakat tentang penyusunan indikator-indikator kepatuhan syariah bagi

organisasi pengelola zakat yang terdiri dari empat dimensi dan tiga belas variabel

sebagaimana berikut:

Gambar 4.1. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

Dalam Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat (IKSOPZ) terdapat empat

dimensi yaitu dimensi manajemen/tata kelola lembaga zakat, pengumpulan dana zakat,

penyaluran dana zakat dan dimensi legalitas lembaga zakat. Dalam dimensi

manajemen/tatakelola lembaga zakat terdapat empat variabel yaitu variabel kebijakan atau

regulasi syariah umum yang dimiliki lembaga zakat, pengawas syariah yang direpresentasikan

Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

Manajemen & Tatakelola

Kebijakan Syariah

Pengawas Syariah

Keamilan

Transparansi

Pengumpulan Zakat

Sosialisasi Zakat

Objek Zakat

Penampungan dana ZIS & DSKL

Penyaluran Zakat

Kategori Penentuan Asnaf

Durasi Penyaluran Zakat

Prioritas Penyaluran

Mekanisme Penyaluran

Penentuan Hak Amil

Regulasi Zakat

Legalitas OPZ

Page 39: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

26

dengan keberadaan dewan pengawas atau pertimbangan syariah dalam lembaga zakat,

aspek-aspek yang berkaitan dengan amil lembaga zakat terutama profesionalisme amil dan

amilat, dan praktek transparansi lembaga zakat yang diukur melalui Indeks Transparansi

Organisasi Pengelola Zakat Puskas BAZNAS.

Lebih lanjut, pada dimensi kedua yaitu dimensi pengumpulan zakat terdapat tiga

variabel yaitu variabel sosialisasi atau kampanye zakat kepada masyarakat luas, objek-objek

harta benda zakat dimana lembaga zakat didorong untuk memiliki standar internal ataupun

eksternal dalam penentuan kadar dan nishab harta benda zakat, dan kepemilikan

penampungan atau rekening bank syariah bagi dana zakat, infak sedekah (ZIS) dan dana sosial

keagamaan lainnya (DSKL) di lembaga zakat.

Tabel 4. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

Dimensi Landasan Variabel Landasan

Manajemen & Tatakelola (X1)

Amaliah (2017); ZCP (2017); Puskas

BAZNAS (2017); FGD IKSOPZ (2020)

Kebijakan Syariah (X1.1)

FGD IKSOPZ (2020)

Pengawas Syariah (X1.2)

UU Zakat No.23 Tahun 2011; Hakim et al (2019); ZCP (2017)

Keamilan (X1.3) Kementerian Agama RI (2018)

Transparansi (X1.4) Puskas BAZNAS (2019)

Pengumpulan Dana Zakat (X2)

Sosialisasi Pengumpulan Zakat (X2.1)

FGD IKSOPZ (2020)

Objek Zakat (X2.2) Qardhawi (1973); BAZNAS (2018)

Penampungan dana ZIS & DSKL (X2.3)

Kementerian Agama RI (2018)

Penyaluran Dana Zakat (X3)

Kategori Penentuan Asnaf (X3.1)

Qardhawi (1973); BAZNAS (2018)

Durasi Penyaluran Zakat (X3.2)

Kementerian Agama RI (2018)

Prioritas Penyaluran (X3.3)

Puskas BAZNAS (2018)

Mekanisme Penyaluran (X3.4)

FGD IKSOPZ (2020)

Hak Amil (X3.5) Qardhawi (1973); BAZNAS (2018)

Regulasi Zakat (X4) Legalitas OPZ (X4.1) FGD IKSOPZ (2020)

Page 40: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

27

Kemudian, dalam dimensi ketiga yaitu dimensi penyaluran zakat terdapat lima

variabel yakni standar kategori penentuan asnaf yang berhak menerima zakat di lembaga

zakat, durasi penyaluran zakat konsumtif dan zakat produktif sejak zakat diterima oleh

lembaga zakat, prioritas penyaluran zakat yang dilakukan lembaga zakat, mekanisme

penyaluran zakat dimana IKSOPZ mencoba untuk memotret proses penyaluran zakat lembaga

zakat, dan penentuan hak amil yang dilakukan oleh lembaga zakat. Di samping itu, dalam

dimensi keempat IKSOPZ yaitu dimensi regulasi zakat, IKSOPZ mencoba untuk

mengidentifikasi kepatuhan lembaga zakat terhadap peraturan yang berlaku melalui variabel

legalitas operasional organisasi pengelola zakat (OPZ).

Tabel 5. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Manajemen & Tatakelola

Dimensi Variabel Indikator

Manajemen & Tatakelola

Kebijakan Syariah

OPZ memiliki kebijakan syariah

Roadmap renstra yang mengarah pada pencapaian tujuan syariah (maqasid syariah)

Pengawas Syariah

OPZ memiliki Dewan Pertimbangan/Pengawas Syariah yang tersertifikasi

OPZ Memiliki SOP pertimbangan pengawasan syariah

OPZ membuat laporan pengawasan syariah

Keamilan

OPZ memiliki Kode Etik amil zakat

Memiliki organ kelembagaan yang bertanggung jawab dalam menegakkan Kode Etik amil zakat

Transparansi OPZ memiliki hasil pengukuran Indeks Transparansi OPZ (Puskas BAZNAS)

Dalam dimensi manajemen dan tatakelola IKSOPZ, terdapat empat variabel yang

direpresentasikan melalui delapan indikator yaitu kepemilikan OPZ terhadap kebijakan

syariah, kepemilikan OPZ terhadap rencana strategis yang mengarah pada pencapaian tujuan

syariah atau Maqasid al-Shariah. Kemudian, pada variabel pengawas terdapat indikator

adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang telah tersertifikasi, terdapat standar operasional

Page 41: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

28

prosedur (SOP) khusus yang mengatur DPS, dan OPZ melalui DPS memilki laporan hasil

pengawasan syariah secara berkala yang dilaporkankan kepada stakeholder zakat atau publik.

Selanjutnya dalam variabel keamilan terdapat indikator kepemilikan OPZ terhadap

kode etik amil zakat dan unit yang mengawasi serta menegakan kode etik amil zakat. Pada

variabel transparansi, IKSOPZ juga menggunakan Indeks Transparansi OPZ yang telah

diterbitkan oleh Puskas BAZNAS sebagai bagian dari komposit indeks pada IKSOPZ untuk

merepresentasikan praktek transparansi pengelolaan zakat di OPZ.

Tabel 6. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Pengumpulan Dana Zakat

Dimensi Variabel Indikator

Pengumpulan Dana Zakat

Sosialisasi/Kampanye Pengumpulan Zakat

OPZ memiliki kebijakan syariah dalam sosialisasi dan edukasi zakat

Objek Zakat

Dana zakat yang dikumpulkan dari muzaki sudah mencapai haul, nishab dan dimiliki penuh oleh Muzaki

Dana zakat yang dikumpulkan bersumber dari harta halal

Penghitungan nishab dan kadar zakat emas sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat pertanian sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat peternakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat perikanan sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penghitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Page 42: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

29

Dimensi Variabel Indikator

Penghitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah

Penampungan Dana Zakat, Infak, dan

Sedekah (ZIS) serta Dana Sosial Keagamaan

Lainnya (DSKL)

Penampungan dana zakat dan dana infak, sedekah serta DSKL dilakukan secara terpisah

Seluruh dana ZIS dan DSKL yang dikumpulkan ditampung di rekening Bank Syariah, kecuali rekening penampungan sementara dan dipindahbukukan dalam jangka waktu tertentu

Di sisi lain, pada dimensi pengumpulan dana zakat, terdapat tiga variabel yang

direpresentasikan oleh lima belas indikator-indikator yang relevan. Pada variabel sosialisasi

atau kampanye zakat direpresentasikan oleh sejauh mana OPZ memiliki regulasi syariah yang

mengatur aspek tersebut. Kemudian pada variabel objek zakat terdapat dua belas indikator

yang menjadi refleksi atas kepatuhan syariah dalam objek atau harta zakat seperti harta zakat

harus bersumber dari harta halal, harta zakat sudah mencapai nishab dan haul, dan harta

penentuan harta-harta yang menjadi objek zakat sudah memenuhi ketentuan syariah dan

peraturan yang berlaku.

Tabel 7. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Penyaluran Dana Zakat dan Regulasi Zakat

Dimensi Variabel Indikator

Penyaluran Dana Zakat

Kategori Penentuan Asnaf

Penentuan kategori asnaf fakir sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah

Page 43: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

30

Dimensi Variabel Indikator

Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah

Durasi Penyaluran Zakat

Durasi penyaluran zakat konsumtif kepada asnaf zakat

Durasi penyaluran zakat produktif kepada asnaf zakat

Prioritas Penyaluran Zakat

OPZ Memiliki dokumen perencanaan penyaluran

OPZ menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik

Mekanisme Penyaluran Zakat

Penyaluran zakat tidak dilakukan melalui PT atau lembaga komersial lainnya

Hak Amil

Penyaluran dana Zakat bagi amil paling banyak sebesar 12.5% dari total pengumpulan infak/sedekah pada tahun berjalan

Penyaluran dana Infak/Sedekah bagi amil paling banyak sebesar 20% dari total pengumpulan infak/sedekah pada tahun berjalan

Penyaluran dana CSR bagi amil paling banyak sebesar 15% dari total pengumpulan CSR pada tahun berjalan

Dalam hal dana hak amil tidakmencukupi, OPZ dapat menggunakan hak Fisabilillah dalam batas yang wajar

Penyaluran dana DSKL bagi amil paling banyak sebesar 12.5% dari total pengumpulan DSKL pada tahun berjalan

Regulasi Legalitas OPZ OPZ telah menyesuaikan aspek kelembagaannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pada dimensi berikutnya yaitu dimensi penyaluran dana zakat dan regulasi zakat,

terdapat sembilan belas indikator relevan yang merefleksikan setiap variabel yang ada pada

kedua dimensi ini seperti penentuan kategori delapan asnaf di OPZ, durasi penyaluran zakat

konsumtif dan produktif, kepemilikan rencana program penyaluran, validasi calon penerima

bantuan, mekanisme penyaluran, penentuan hak amil atas dana ZIS dan DSKL. Kemudian pada

Page 44: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

31

dimensi regulasi, IKSOPZ berupaya untuk mengidentifikasi OPZ yang telah menyesuaikan

kelembagaanya dengan peraturan yang berlaku.

4.2. Pembobotan Dimensi dan Variabel

Pada bagian ini, hasil pembobotan pada setiap dimensi dan variabel IKSOPZ yang diberikan

para pakar, akademisi serta praktisi zakat akan didiskusikan. Dalam konteks dimensi, Hasil

pembobotan menunjukan bahwa dimensi manajemen & tatakelola lembaga zakat

mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.35 dari total 1. Sedangkan, dimensi pengumpulan

dana zakat mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.30 dari total 1. Adapun dimensi

penyaluran dana zakat mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.30 dari total 1. Lebih lanjut,

pada dimensi regulasi zakat, para pakar, akademisi dan praktisi zakat sepakat untuk

memberikan nilai pembobotan sebesar 0.05 dari total 1.

Tabel 8. Hasil Pembobotan Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

Dimensi Nilai Bobot Variabel Nilai Bobot

Manajemen & Tatakelola (X1)

0.35 Kebijakan Syariah (X1.1) 0.35

Pengawas Syariah (X1.2) 0.25

Keamilan (X1.3) 0.25

Transparansi (X1.4) 0.15

TOTAL 1

Pengumpulan Dana Zakat (X2)

0.30 Sosialisasi Pengumpulan Zakat (X2.1) 0.30

Objek Zakat (X2.2) 0.40

Penampungan dana ZIS & DSKL (X2.3) 0.30

TOTAL 1

Penyaluran Dana Zakat (X3)

0.30 Kategori Penentuan Asnaf (X3.1) 0.20

Durasi Penyaluran Zakat (X3.2) 0.20

Prioritas Penyaluran (X3.3) 0.20

Mekanisme Penyaluran (X3.4) 0.20

Hak Amil (X3.5) 0.20

TOTAL 1

Regulasi Zakat (X4) 0.05 Legalitas OPZ (X4.1) 1

TOTAL 1 TOTAL 1

Dalam dimensi pertama, para pakar, akademisi, dan praktisi zakat sepakat untuk

memberikan nilai pembobotan 0.35 dari total 1 atas variabel kebijakan syariah. Kemudian

variabel pengawas syariah mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.25 dari total 1.

Selanjutnya, variabel ketiga yaitu variabel keamilan, nilai pemobotan diberikan sebesar 0.25

dari total 1. Lebih lanjut, untuk variabel terakhir dari dimensi pertama yaitu variabel

Page 45: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

32

transparansi, para pakar, akademisi dan praktisi sepakat untuk memberikan nilai pembobotan

sebesar 0.15 dari total 1.

Kemudian, dalam dimensi kedua yaitu dimensi pengumpulan dana zakat, variabel

sosialisasi atau kampanye zakat mendapakat nilai pembobotan sebesar 0.30 dari total 1,

variabel objek zakat mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.40 dari total 1 dan pada

variabel penampungan dana ZIS dan DSKL, nilai pembobotan yang diberikan adalah sebesar

0.30 dari total 1.

Selanjutnya, untuk dimensi ketiga yakni dimensi penyaluran zakat, seluruh variabel

dalam dimensi ini yaitu variabel penentuan kategori asnaf zakat, durasi penyaluran zakat,

prioritas penyaluran zakat, mekanisme penyaluran zakat, penentuan hak amil masing-masing

mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.20 dari total 1. Pada dimensi terakhir, dimensi

regulasi zakat, variabel legalitas OPZ mendapatkan nilai pembobotan 1 dari total 1 di dimensi

tersebut.

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada bagian ini akan dibahas hasil pengujian tingkat validitas menggunakan uji Pearson dan

pengujian tingkat reliabilitas Cronbach Alpha dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS

statistic versi 23 pada setiap indikator yang ada pada variabel IKSOPZ yang melibatkan 15

pakar, akademisi serta praktisi zakat. Secara keseluruhan terdapat 41 indikator yang menjadi

bagian dalam seluruh variabel IKSOPZ.

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Pearson pada Indikator IKSOPZ

Indikator Variabel Sig. (2-tailed) Indikator Variabel Sig. (2-tailed)

Indikator 1 .057** Indikator 21 .000***

Indikator 2 .000*** Indikator 22 .209

Indikator 3 .373 Indikator 23 .331

Indikator 4 .441 Indikator 24 .000***

Indikator 5 .002*** Indikator 25 .000***

Indikator 6 .034** Indikator 26 .000***

Indikator 7 .515 Indikator 27 .000***

Indikator 8 .253 Indikator 28 .000***

Indikator 9 .527 Indikator 29 .000***

Indikator 10 .559 Indikator 30 .000***

Indikator 11 .001*** Indikator 31 .952

Indikator 12 .007*** Indikator 32 .000***

Indikator 13 .000*** Indikator 33 .057**

Indikator 14 .000*** Indikator 34 .046**

Page 46: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

33

Indikator Variabel Sig. (2-tailed) Indikator Variabel Sig. (2-tailed)

Indikator 15 .000*** Indikator 35 .487

Indikator 16 .000*** Indikator 36 .006***

Indikator 17 .000*** Indikator 37 .042**

Indikator 18 .005*** Indikator 38 .014***

Indikator 19 .000*** Indikator 39 .046**

Indikator 20 .000*** Indikator 40 .074*

Indikator 41 .424

*. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ***. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil pengujian menunjukan 23 indikator-indikator kepatuhan syariah mendapatkan

nilai signifikansi lebih kecil dari 0.01, dan 6 indikator lainnya mendapatkan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0.05. Disamping itu, terdapat satu indikator yang memiliki nilai signifikansi

lebih kecil dari 0.1. Adapun 11 indikator lainnya memiliki nilai signifikansi di atas 0.10

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha IKSOPZ

Indikator Cronbach's

Alpha if Item Deleted

Indikator Cronbach's

Alpha if Item Deleted

Indikator 1 .942 Indikator 22 .943

Indikator 2 .938 Indikator 23 .944

Indikator 3 .944 Indikator 24 .939

Indikator 4 .948 Indikator 25 .941

Indikator 5 .940 Indikator 26 .941

Indikator 6 .942 Indikator 27 .938

Indikator 7 .948 Indikator 28 .938

Indikator 8 .943 Indikator 29 .938

Indikator 9 .945 Indikator 30 .938

Indikator 10 .944 Indikator 31 .945

Indikator 11 .941 Indikator 32 .940

Indikator 12 .941 Indikator 33 .942

Indikator 13 .940 Indikator 34 .942

Indikator 14 .938 Indikator 35 .950

Indikator 15 .938 Indikator 36 .941

Indikator 16 .938 Indikator 37 .942

Indikator 17 .938 Indikator 38 .941

Indikator 18 .941 Indikator 39 .942

Indikator 19 .940 Indikator 40 .942

Indikator 20 .938 Indikator 41 .946

Indikator 21 .938 Total 0.943

Page 47: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

34

Kemudian, jika melihat hasil pengujian tingkat reliabilitas Cronbach Alpha terhadap

indikator-indikator IKSOPZ, seluruh indikator-indikator IKSOPZ mendapatkan skor di atas 0.60

yang berarti seluruh indikator IKSOPZ reliabel. Sehingga, selain mendapatkan validasi yang

kuat dari para pakar, akademisi dan praktisi zakat yang terlibat dalam seluruh rangkaian FGD

OPZ, indikator-indikator IKSOPZ juga dalam pengujian Uji Validitas Pearson dan Uji Reliabilitas

Cronbach Aplha, secara rata-rata indikator-indikator IKSOPZ memiliki tingkat validitas dan

reliabilitas yang cukup kuat.

4.4. Tahapan Penghitungan

Dalam proses penghitungan Indeks Kepatuhan Syariah OPZ menggunakan metode Multi-

Stage Weighted Index, terdapat beberapa tahap penghitungan yang dimulai dengan

penghitungan setiap variabel serta dimensi dan berakhir pada penghitungan nilai Indeks

secara keseluruhan. Adapun secara matematis tahapan penghitungan Indeks Kepatuhan

Syariah dapat dilihat sebagaimana berikut:

1. Penghitungan hasil nilai skala likert pada setiap variabel serta dimensi Indeks

Kepatuhan Syariah OPZ:

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 = ((𝑆11 × 𝑊𝑉1

1 × 𝑊𝐷1) + (𝑆12 × 𝑊𝑉1

2 × 𝑊𝐷1) + ⋯ + (𝑆1𝑖 × 𝑊𝑉1

𝑖 × 𝑊𝐷1))

÷ 5

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 = ((𝑆21 × 𝑊𝑉2

1 × 𝑊𝐷2) + (𝑆22 × 𝑊𝑉2

2 × 𝑊𝐷2) + ⋯ + (𝑆2𝑖 × 𝑊𝑉2

𝑖 × 𝑊𝐷2))

÷ 5

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 = ((𝑆31 × 𝑊𝑉3

1 × 𝑊𝐷3) + (𝑆32 × 𝑊𝑉3

2 × 𝑊𝐷3) + ⋯ + (𝑆3𝑖 × 𝑊𝑉3

𝑖 × 𝑊𝐷3))

÷ 5

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4 = ((𝑆41 × 𝑊𝑉4

1 × 𝑊𝐷4) ÷ 5

Dimana:

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi pertama

Page 48: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

35

𝑆11 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada

variabel pertama di dimensi pertama 𝑊𝑉1

1 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di dimensi pertama

𝑆12 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada

variabel kedua di dimensi pertama 𝑊𝑉1

2 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel kedua di dimensi pertama

𝑆1𝑖 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada

variabel i di dimensi pertama 𝑊𝑉1

𝑖 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel i di dimensi pertama

𝑊𝐷1 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi pertama

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi kedua 𝑆2

1 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel pertama dimensi kedua

𝑊𝑉21 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di

dimensi kedua 𝑆2

2 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel kedua di dimensi kedua

𝑊𝑉22 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel kedua di

dimensi kedua 𝑊𝑉2

𝑖 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel i di dimensi kedua

𝑊𝐷1 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi kedua

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi ketiga 𝑆3

1 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel pertama dimensi ketiga

𝑊𝑉31 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di

dimensi ketiga 𝑆3

2 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel kedua di dimensi ketiga

𝑊𝑉32 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel kedua di

dimensi ketiga 𝑊𝑉3

𝑖 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel i di dimensi ketiga

𝑊𝐷3 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi ketiga

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi keempat 𝑆4

1 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel pertama dimensi keempat

Page 49: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

36

𝑊𝑉41 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di

dimensi keempat 𝑊𝐷4 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi keempat

2. Penjumlahan nilai total indeks setiap dimensi Indeks Kepatuhan Syariah OPZ yang

secara matematis dapat dilihat sebagai berikut:

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 + 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 + 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 + 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4

Dimana:

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Nilai total Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi pertama

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi kedua

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi ketiga

𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi keempat

4.5. Kriteria Penilaian Indeks

Dalam menilai hasil pengukuran dalam sebuah indeks, penentuan rentang nilai serta kategori

penilaian dari sebuah indeks sangat diperlukan untuk menidentifikasi nilai indeks yang

didapat. Bagian ini membahas tentang kriteria penilaian indeks pada Indeks Kepatuhan

Syariah Organisasi Pengelola Zakat.

Tabel 11. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

Rentang Nilai Kategori

0.00 – 0.20 Tidak Baik

0.21 – 0.40 Kurang Baik

0.41 – 0.60 Cukup Baik

0.61 – 0.80 Baik

0.81 – 1.00 Sangat Baik

Dalam Indeks Kepatuhan Syariah OPZ atau IKSOPZ, skala penilaian menggunakan skala 0

– 1, dimana 0 merupakan nilai terendah dan 1 adalah nilai tertinggi. Terdapat lima level

kategori penilaian dimana nilai 0.00 – 0.20 masuk dalam kategori tidak baik, 0.21 – 0.40 masuk

dalam kategori penilaian kurang baik, 0.41 – 0.60 masuk dalam kategori penilaian cukup baik.

Adapun rentang nilai di antara 0.61 – 0.80 masuk dalam kategori penilaian yang baik,

Page 50: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

37

sedangkan rentang nilai yang masuk di antara 0.81 – 1.00 masuk dalam kategori penilaian

sangat baik.

Page 51: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

38

5. PENUTUP

Bagian ini mendiskusikan tentang kesimpulan dari penelitian dalam penyusunan konsep

IKSOPZ. Kemudian, bagian ini juga menyediakan rekomendasi-rekomendasi yang relevan bagi

pemangku kebijakan zakat dalam melakukan supervisi dan peningkatan kualitas pengelolaan

zakat di Indonesia khususnya dalam tatakelola syariah dalam organisasi pengelola zakat.

5.1. Kesimpulan

Pengelolaan zakat telah diatur secara spesifik di dalam hukum syariah baik itu dalam Al-Quran

ataupun dalam Al-Hadist mulai dari tatacara pengumpulannya, pengelolaannya (manajerial)

sampai pada penyaluran dana zakat. Sebagai konsekuensinya, pengelolaan zakat di Indonesia

harus mematuhi setiap peraturan pengelolaan zakat dalam hukum syariah. Dalam

prakteknya, Pemerintah baik itu melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Peraturan

Pemerintah Nomor 14 tahun 2014, Peraturan Menteri Agama (PMA), Keputusan Menteri

Agama (KMA), Peraturan Badan Amil Zakat Nasional (PERBAZNAS) dan Surat Keputusan Ketua

BAZNAS telah mengatur aspek-aspek syariah yang harus dipatuhi dalam pengelolaan zakat.

Secara best practice, OPZ di Indonesia telah memiliki instrumen yang lengkap dalam

mendukung OPZ dalam mengimplementasikan aspek-aspek syariah dalam pengelolaan zakat.

Namun, proses implementasinya harus juga dievaluasi serta diukur agar regulator zakat

mendapatkan gambaran sejauh mana OPZ mematuhi aspek-aspek syariah dalam pengelolaan

zakat. Puskas BAZNAS bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf

Kementerian Agama RI dalam menyusun konsep IKSOPZ.

IKSOPZ merupakan suatu alat ukur ilmiah yang dapat mengidentifikasi dan mengukur

tingkat kepatuhan syariah OPZ dalam pengelolaan zakat melalui tiga dimensi, tiga belas

variabel dan empat puluh dua indikator yang dapat menggambarkan tingkat kepatuhan OPZ

terhadap hukum-hukum syariah dan peraturan yang berlaku secara akurat. Penyusunan

dimensi, variabel dan indikator OPZ dilakukan melalui serangkaian grup diskusi terarah

bersama para pakar, praktisi dan akademisi dalam bidang keuangan sosial syariah khususnya

zakat. Di samping itu, IKSOPZ juga telah melalui serangkaian uji validitas dan reliablitas serta

pilot project di enam OPZ di tingkat nasional, kabupaten dan kota. Oleh karena itu, IKSOPZ

Page 52: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

39

memiliki landasan yang sangat kuat dan reliabel untuk dapat diimplementasikan lebih luas di

seluruh OPZ di Indonesia.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan penyusunan dimensi, variabel dan indikator IKSOPZ yang telah memiliki landasan

yang sangat kuat, maka kajian ini merekomendasikan beberapa aspek-aspek penting bagi

pemangku kepentingan zakat di Indonesia baik itu sebagai regulator, pengelola zakat, dan

sebagai akademisi yang tertarik terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan dengan zakat.

1. Bagi regulator zakat di Indonesia, IKSOPZ dapat menjadi referensi utama dalam

melaksanakan proses evaluasi dan memetakan tingkat kepatuhan syariah dalam

pengelolaan zakat baik secara institusi, regional bahkan nasional. Sehingga, regulator

zakat di Indonesia dapat menentukan instrumen kebijakan yang tepat dalam

pengelolaan zakat nasional.

2. Bagi OPZ, IKSOPZ dapat menjadi salah satu referensi dalam melakukan pengukuran

secara mandiri tingkat kepatuhan OPZ terhadap hukum-hukum syariah dan peraturan

yang berlaku. Oleh karenanya, OPZ dapat mengetahui secara pasti sejauh mana

tatakelola syariah di OPZ telah berjalan.

3. Bagi akademisi, hasil kajian ini dapat menjadi salah satu referensi yang kuat dalam

penelitian yang terkait dengan tingkat kepatuhan syariah OPZ. Di sisi lain, para

akademisi juga dapat mengembangkan lebih lanjut IKSOPZ sesuai dengan kebutuhan

penelitian akademis untuk semakin memperkuat tatakelola syariah dalam

pengelolaan zakat di Indonesia.

Page 53: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

40

Referensi

Ali, M. D. (2006). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf . Jakarta: UI Press.

Amalia, E. (2017). The Shariah Governance Framework for Strengthening Zakat Management

in Indonesia: A Critical Review of Zakat Regulations. Advances in Social Science,

Education and Humanities Research, Volume 162, 133-138.

Ascarya. (2018). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT): An Integrated Islamic Social and Commercial

Financial Institution in Indonesia. Kuala Lumpur: ISRA-THOMSON REUTERS IRTI Islamic

Commercial Law Report.

BAZNAS. (2015, Agustus 1). Profil Badan Amil Zakat Nasional. Retrieved from Website Resmi

BAZNAS: https://baznas.go.id/profil

BI, BAZNAS & IRTI-IsDB. (2016). Core Principles for Effective Zakat Operation and Principles.

Jakarta.

Hakim, C. M., Ascarya, Pramono, S. E., & Saoqi, A. A. (2019). Designing Shariah Standard for

Zakat Management Organization. Puskas Working Paper Series Volume 3.

Hanif, M. (2018). Shariah-Compliance Ratings of the Islamic Financial Services Industry: a

Quantitative Approach. ISRA International Journal of Islamic Finance Volume 10

Number 2, 162-184.

Hasan, A. M. (2008). Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial di Indonesia.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Jick, T. D. (1979). Mixing Qualitative and Quantitative Methods: Triangulation in Action.

Administrative Science Quarterly Vol. 24, No. 4, 602-611.

Kementerian Agama RI. (2018). Pedoman Audit Syariah Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta:

Kementerian Agama RI.

Likert, R. (1932). A Technique for The Measurement Attitudes. Archieves of Phsycology

Volume 22, 5-55.

Nopiardo, W. (2019). Perkembangan Peraturan Tentang Zakat di Indonesia. Jurnal Ilmiah

Syariah Volume 18 Nomor 1, 65-76.

Puskas-BAZNAS. (2017). Indeks Zakat Nasional. Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil

Zakat Nasional.

Qardhawi, Y. (1973). Fiqh Zakat: Dirasatu Muqaranatu al-Ahkamiha wa falsafatuha fi daifil

Quran was Sunnah. Beirut: Ar-risalah Foundation.

Republic of Indonesia. (2011). Indonesian National Zakat Act Number 23. Jakarta: Indonesia

Government.

Page 54: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

41

Saad, R., & Marina, N. (2014). Islamic Accountability Framework in the Zakat Funds

Management. Procedia Social and Behavioral Sciences 164, 508-515.

Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. Carbondale:

John Willey & Sons Publisher.

Sudiana, N. (2019, 11 10). Fokus Amil pada Solusi, Bukan Hanya Prestasi. Retrieved from

https://republika.co.id/:

https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/ptokwa282/tradisi-ramadhan

Walliman, N. (2006). Social Research Methods. California: SAGE Publication.

Page 55: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

42

Lampiran Skala Likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

OPZ memiliki kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat

1 Tidak Memiliki Kebijakan Syariah dalam Pengelolaan Zakat

Melaksanakan Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat tetapi tidak memiliki landasan tertulis

Melaksanakan Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Memiliki dokumen Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat seperti SK/SOP tetapi belum disahkan

Memiliki dokumen Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat seperti SK/SOP yang sudah disahkan

Renstra yang dijabarkan dalam bentuk roadmapyang mengarah pada pencapaian tujuan syariah (maqasid syariah)

2 Tidak Memiliki Renstra

N.A Memiliki Renstra tapi tidak dijabarkan dalam bentuk roadmap maqasid shariah

N.A Memiliki dokumen renstra yang dijabarkan dalam bentuk roadmap syariah setiap lima tahun

OPZ memiliki Dewan Pertimbangan/Pengawas Syariah yang tersertifikasi

3 Tidak memiliki DPS N.A Memiliki DPS tetapi belum tersertifikasi

Memiliki DPS dan sekurang-kurangnya 1 orang telah tersertifikasi

Memiliki DPS dan seluruhnya telah tersertifikasi

OPZ Memiliki SOP pertimbangan pengawasan syariah

4 Tidak memiliki N.A Memiliki kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

N.A Memiliki SOP/SK

OPZ membuat laporan pengawasan syariah

5 Tidak Memiliki memiliki laporan pertimbangan syariah tetapi tidak dilaporkan secara periodik

memiliki laporan pertimbangan syariah setiap tahun tetapi tidak dipublikasikan

memiliki laporan pertimbangan syariah setiap 2 tahun dan dipublikasikan

memiliki laporan pertimbangan syariah setiap tahun dan dipublikasikan

Page 56: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

43

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

OPZ memiliki Kode Etik amil zakat

6 Tidak memiliki kode etik amil zakat

N.A Memiliki kode etik amil zakat dalam bentuk kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

N.A Memiliki SOP/SK tentang Kode Etik Amil Zakat

Memiliki organ kelembagaan yang bertanggung jawab dalam menegakkan Kode Etik amil zakat

7 Tidak memiliki organ khusus yang menegakkan kode etik amil

Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil namun tidak tertuang dalam peraturan tertulis

Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil namun tidak tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan

Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan

Hasil nilai Indeks Transparansi OPZ Puskas BAZNAS

8 Tidak Melakukan Pengukuran

Nilai Indeks Transparansi 0,00-0,25

Nilai Indeks Transparansi 0,26-0,50

Nilai Indeks Transparansi 0,51-0,75

Nilai Indeks Transparansi 0,76-1,00

OPZ memiliki kebijakan syariah dalam sosialisasi dan edukasi zakat

9 Melaksanakan edukasi dan sosialisasi pengumpulan zakat tetapi tidak didasarkan kepada hukum syariah

Melaksanakan edukasi dan sosialisasi berdasarkan hukum syariah tetapi tidak memiliki landasan kebijakan

Melaksanakan edukasi dan sosialisasi berdasarkan hukum syariah yang berlandaskan kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Memiliki dokumen hukum syariah dalam sosialisasi seperti SK/SOP tetapi belum disahkan

Memiliki dokumen hukum syariah dalam sosialisasi dan edukasi seperti SK/SOP yang sudah disahkan

Dana zakat yang dikumpulkan dari muzaki sudah mencapai haul, nishab dan dimiliki penuh oleh Muzaki

10 Tidak melakukan konfirmasi kepada Muzaki

Melakukan konfirmasi kepada Muzaki namun tidak memiliki dokumen pendukung

Melakukan konfirmasi kepada Muzaki namun berlandaskan kepada dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Melakukan konfirmasi kepada Muzaki dan berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang belum disahkan

Melakukan konfirmasi kepada Muzaki dan berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang sudah disahkan

Page 57: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

44

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

Dana zakat yang dikumpulkan bersumber dari harta halal

11 Tidak melakukan konfirmasi terkait sumber dana

Melakukan konfirmasi terkait sumber dana namun tidak memiliki dokumen pendukung

Melakukan konfirmasi terkait sumber dana namun berlandaskan kepada dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Melakukan konfirmasi terkait sumber dana dan berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang belum disahkan

Melakukan konfirmasi terkait sumber dana yang berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat emas sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)

12 Perhitungan nishab dan kadar zakat emas tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)

13 Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)

14 Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan

Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Page 58: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

45

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penghitungan nishab dan kadar zakat pertanian sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 653kg gabah, kadar: 10%: tanpa irigasi, 7.5%: air hujan dan irigasi, 5%: dengan irigasi)

15 Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat peternakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab dan kadar sesuai dengan PMA No.69 tahun 2015)

16 Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat perikanan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)

17 Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Page 59: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

46

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

Penghitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)

18 Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sudah sesuai dengan ketentuan syariah (zakat usaha produksi nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%) (zakat usaha jasa nishab: 653kg gabah, kadar: 2.5%)

19 Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penghitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)

20 Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Page 60: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

47

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (zakat perusahaan nishab: 85 gram emas, kadar: 2,5% dari aktiva lancar yang telah dikurangi beban perusahaan selama satu tahun)

21 Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan tidak sesuai ketentuan syariah

Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan

Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan

Penampungan dana zakat dan dana infak, sedekah serta DSKL dilakukan secara terpisah

22 Tidak melakukan pemisahan rekening

Melakukan pemisahan rekening namun tidak memiliki dokumen pendukung

Melakukan pemisahan rekening yang berlandaskan kepada kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Melakukan pemisahan rekening yang berlandaskan kepada kebijakan SOP/SK yang belum disahkan

Melakukan pemisahan rekening yang berlandaskan kepada kebijakan SOP/SK yang sudah disahkan

Seluruh dana ZIS dan DSKL yang dikumpulkan ditampung di rekening Bank Syariah, kecuali rekening penampungan sementara dan dipindahbukukan dalam jangka waktu tertentu

23 Tidak melakukan pemindahbukuan

Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu 6-12 bulan

Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu 3-6 bulan

Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu 1-3 bulan

Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan

Penentuan kategori asnaf fakir sesuai dengan ketentuan syariah

24 Penentuan kategori asnaf Fakir tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf Fakir sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf Fakir sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf Fakir sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf fakir sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Page 61: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

48

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah

25 Penentuan kategori asnaf miskin tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Miskin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah

26 Penentuan kategori asnaf amil tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Amil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah

27 Penentuan kategori asnaf mualaf tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Mualaf sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah

28 Penentuan kategori asnaf riqab tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Riqab sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Page 62: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

49

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah

29 Penentuan kategori asnaf gharimin tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Gharimin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah

30 Penentuan kategori asnaf fisabilillah tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Fii Sabilillah sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah

31 Penentuan kategori asnaf ibnu sabil tidak sesuai dengan ketentuan syariah

Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung

Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan

Penentuan kategori asnaf Ibnu Sabil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan

Durasi penyaluran zakat konsumtif kepada asnaf zakat

32 Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan >12 bulan sejak dana zakat diterima

Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan 9-12 bulan sejak dana zakat diterima

Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan 6-9 bulan sejak dana zakat diterima

Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan 3-6 bulan sejak dana zakat diterima

Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan dalam kurun 0-3 bulan sejak dana zakat diterima

Durasi penyaluran zakat produktif kepada asnaf zakat

33 Waktu penyaluran zakat dilakukan >12 bulan sejak dana zakat diterima

N.A Waktu penyaluran zakat dilakukan 6-12 bulan sejak dana zakat diterima

N.A Waktu penyaluran zakat dilakukan <6 bulan sejak dana zakat diterima

Page 63: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

50

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

OPZ Memiliki dokumen perencanaan penyaluran

34 Tidak Memiliki perencanaan dalam penyaluran

Memiliki perencanaan penyaluran tapi tidak terdokumentasikan

Memiliki perencaan penyaluran yang terdokumentasikan tetapi tidak tertulis dalam RKAT

Memiliki perencaan penyaluran yang tertulis dalam RKAT namun belum disahkan

Memiliki perencaan penyaluran yang tertulis dalam RKAT dan sudah disahkan

OPZ menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik

35 Tidak menggunakan ukuran dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik

Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik namun tidak ada peraturan tertulis

Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik dan tercatat dalam dokumen selain SK/SOP atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik dan tercatat dalam dokumen berupa SK/SOP namun belum disahkan

Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik dan tercatat dalam dokumen berupa SK/SOP yang telah disahkan

Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersial lainnya

36 Seluruh Penyaluran zakat dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil

sebagian Penyaluran zakat dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil

Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil lainnya yang berlandaskan pada peraturan selain SK/SOP atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil dan memiliki landasan peraturan berupa SK/SOP namun belum disahkan

Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil dan tercatat dalam memiliki landasan peraturan berupa SK/SOP yang telah disahkan

Proporsi Hak Amil 12.5% 37 Proporsi Hak Amil melebihi 12,5%

Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% tetapi tidak tertuang dalam peraturan

Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK

Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan

Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan

Page 64: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

51

INDIKATOR SKALA

1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)

Penyaluran dana Infak/Sedekah bagi amil paling banyak sebesar 20% dari total pengumpulan infak/sedekah pada tahun berjalan

38 Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah melebihi 20%

Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% tetapi tidak tertuang dalam peraturan

Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan

Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan

Penyaluran dana CSR bagi amil paling banyak sebesar 15% dari total pengumpulan CSR pada tahun berjalan

39 Proporsi hak amil dari dana CSR melebihi 15%

Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% tetapi tidak tertuang dalam peraturan

Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan

Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan

Dalam hal dana hak amil tidakmencukupi, OPZ dapat menggunakan hak Fisabilillah dalam batas yang wajar*

40 OPZ menggunakan dana fisabilillah dalam batas yang tidak wajar

N.A OPZ menggunakan dana fisabilillah dalam batas yang wajar

N.A OPZ tidak menggunakan dana fisabilillah

Penyaluran dana DSKL bagi amil paling banyak sebesar 12.5% dari total pengumpulan DSKL pada tahun berjalan

41 Proporsi dana DSKL bagi amil melebihi 12,5%

Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% tetapi tidak tertuang dalam peraturan

Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama

Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan

Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan

OPZ telah menyesuaikan aspek kelembagaannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

42 OPZ belum sesuai dengan aspek kelembagaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

N.A OPZ sedang proses penyesuaian aspek lembaga dengan undang-undang yang berlaku

N.A OPZ telah memiliki Izin operasional lembaga

Page 65: INDEKS KEPATUHAN SYARIAH ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

52