Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
INDEKS KEPATUHAN SYARIAH
ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT:
Teori dan Konsep
Pusat Kajian Strategis BAZNAS Dan
Kementerian Agama Republik Indonesia 2020
Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat : Teori dan Konsep ISBN : 978-623-6614-09-9
Kata Pengantar Ketua BAZNAS Kata Pengantar Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag RI Kata Pengantar Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Kata Pengantar Direktur Puskas BAZNAS Penyusun: Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional dan Direktorat Zakat Wakaf Kementerian Agama RI
Penyunting: Anggota BAZNAS Direktur Utama BAZNAS Sekretaris BAZNAS Direktur Pengumpulan BAZNAS Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Direktur Operasi BAZNAS Direktur Kepatuhan dan Audit Internal BAZNAS
Penerbit: Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS) Gedung Kebangkitan Zakat Jl. Matraman Raya No 134 Jakarta Phone Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237 Email: [email protected] ; www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com Desain Sampul dan Tata letak: Hidayaneu Farchatunnisa, S.E Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
i
TIM PENYUSUN
Penasihat : Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA, CA
Dr. Zainulbahar Noor, SE, MEc
Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA
Drs. Masdar Farid Mas’udi
Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail
drh. Emmy Hamidiyah, M.Si
Drs. Irsyadul Halim
Ir. Nana Mintarti, MP
Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA
Drs. Nuryanto. MPA
Drs. Astera Primanto Bhakti, M.Tax
M. Arifin Purwakananta
Drs. H. Jaja Jaelani, MM
Dr. Irfan Syauqi Beik
Wahyu Tantular Tunggul Kuncahyo
Drs. Mochammad Ichwan, Ak, MM, CA
H. Muhammad Fuad Nasar, M.Si
Penanggung Jawab : Dr. M. Hasbi Zaenal, Lc., MA
Supervisi : Dr. Muhammad Choirin, Lc., MA
Hj. Dewi Tri Wulandari, SE, M.Ak
Ketua : Abdul Aziz Yahya Saoqi, S.E.I, M.Sc
Anggota : Arwa Violaditya Rarasocta, SKPm
Hidayaneu Farchatunnisa, SE
Mukti
Suhartinah
ii
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS RI
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Bismillahirahmanirahim,
Sebagai bagian dari rukun Islam, Zakat memiliki kedudukan yang cukup penting, oleh karena
itu, zakat memiliki perhatian khusus dalam Islam mulai dari proses pengumpulan,
pengelolaan sampai pendistribusian dana zakat. Sebagai konsekuensinya, proses-proses
tersebut harus diatur secara ketat sesuai dengan hukum syariah.
Puji syukur alhamdulilah, atas izin Allah, pada tahun 2020, pusat kajian strategis
BAZNAS telah membuat sebuah kajian yang komperhensif yang digunakan sebagai alat ukur
untuk mengukur tingkat kepatuhan OPZ dalam hukum-hukum syariah, kajian ini dinamakan
Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat.
Kami berharap, hasil dari kajian dapat menjadi referensi bagi stakeholder zakat di
seluruh wilayah Indonesia dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang sesuai dengan
ketentuan syariah dan akuntabel. Kedepannya kami berharap seluruh Organisasi Pengelola
Zakat dalam diukur tingkat kepatuhannya terhadap hukum syariah sebagai bahan evaluasi
dan pengambilan keputusan.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan kajian ini. Semoga usaha kita dalam memajukan pengelolaan zakat di Indonesia
mendapatkan ridha dan pahala dari sisi Allah SWT
Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh
Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA, CA
Ketua BAZNAS RI
ii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF
KEMENTERIAN AGAMA RI
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Bismillahirahmanirahim,
Sebuah kado buat gerakan zakat Indonesia di tengah pandemi Covid 19 yang melanda bangsa
dan negara kita dapat kembali kami hadirkan, yaitu buku INDEKS KEPATUHAN SYARIAH
ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT: Teori dan Konsep. Semoga menjadi medium informasi,
edukasi dan komparasi mengenai pentingnya menegakkan prinsip-prinsip kepatuhan syariah
dalam pengelolaan zakat.
Buku ini lahir dari hasil penelitian yang dilakukan atas kerjasama Kementerian Agama
RI dan Pusat Kajian Strategis BAZNAS tahun 2020. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam pengukuran
Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat.
Mengutip dari Ringkasan Eksekutif yang ditulis oleh editor bahwa pengukuran tingkat
Kepatuhan Syariah OPZ menjadi sangat penting bagi pemangku kepentingan zakat.
Kepentingan yang dimaksud terutama untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan lembaga
zakat terhadap hukum-hukum syariah dan peraturan yang berlaku dari aktifitas pengelolaan
zakat. Indeks Kepatuhan Syariah OPZ dibangun untuk memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingan zakat dalam melakukan pengukuran secara ilmiah tingkat kepatuhan syariah
(shariah-compliance) pengelolaan zakat di semua tingkatan wilayah dan sampai ke tingkat
institusi berbasiskan parameter-parameter yang relevan. Pengukuran melibatkan 352
organisasi pengelola zakat (OPZ) yang tersebar di 33 Provinsi. Responden dari BAZNAS tingkat
Kabupaten dan Kota menjadi responden terbanyak yaitu sebanyak 277 OPZ. Kemudian,
responden dari BAZNAS tingkat provinsi sebanyak 29 OPZ. Lebih lanjut, responden OPZ dari
Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional sebanyak 12 OPZ. Selanjutnya, OPZ dari LAZ tingkat
Provinsi sebanyak 10 OPZ dan responden OPZ dari LAZ tingkat Kabupaten dan Kota sebanyak
23 OPZ.
Dalam spektrum ini perlu dipahami lebih jauh fungsi Audit Syariah sebagai medium
pengawasan Kementerian Agama terhadap pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial
iii
keagamaan lainnya oleh BAZNAS dan LAZ, selain karena tuntutan regulasi, secara obyektif
dibutuhkan guna memastikan pengelolaan zakat yang taat asas. Analoginya, pengawasan OJK
terhadap operasional perbankan guna mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan
memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui
apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank.
Badan dan lembaga amil zakat sebagai lembaga keuangan nirlaba penting memperhatikan hal
semacam itu.
Semoga bermanfaat dan menjadi amal shaleh bagi kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh
Muhammad Fuad Nasar
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI
iii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN
PENDAYAGUNAAN BAZNAS RI
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirahmanirahim,
Zakat sebagai bagian dari rukun Islam memiliki kedudukan yang cukup penting.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki potensi
zakat yang besar dan idealnya dapat digunakan untuk pemberdayaan fakir dan miskin. Total
pengumpulan zakat di Indonesia secara umum terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
menunjukan bahwa tingkat kesadaran membayar zakat masyarakat semakin baik. Oleh
karena itu, penting juga untuk setiap aktivitas dari Organisasi Pengelola Zakat sebagai
lembaga yang diamanahkan untuk mengelola zakat untuk diatur ketat sesuai dengan hukum
syariah agar terhindar dari aktivitas yang tidak sesuai syariah.
Dalam upaya meningkatkan kepatuhan syariah organisasi pengelola zakat di
Indonesia, pada tahun 2020 Pusat Kajian Strategis BAZNAS telah membuat sebuah konsep
untuk mengukur tingkat kepatuhan syariah OPZ terhadap hukum syariah yaitu kajian Indeks
Kepatuhan Syariah Organsiasi Pengelola Zakat: Teori dan Konsep. Pada pertengahan tahun
2020 ini, Puskas BAZNAS bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf
Kementerian Agama Republik Indonesia dalam melakukan survey Indeks Kepatuhan Syariah
OPZ di lebih dari 300 organisasi pengelola zakat di seluruh Indonesia.
Tentunya akan banyak temuan menarik dari penelitian yang telah dilakukan, dan hasil
dari penelitiannya dapat menjadi pertimbangan para stakeholder dalam pengambilan
keputusan dan membuat sebuah kebijakan dalam strategi optimalisasi pengelolaan zakat di
Indonesia.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami secara terbuka menerima kritik
dan saran konstruktif untuk menyempurnakan kajian ini sesuai dengan kebutuhan umat
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dr. Irfan Syauqi Beik
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS RI
iv
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS RI
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirahmanirahim,
Alhamdulillah atas rahmat Allah, pada tahun 2020 ini Puskas BAZNAS telah berhasil
melakukan penyusunan konsep Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat
(IKSOPZ). IKSOPZ ini merupakan hasil kerjasama bersama Direktorat Pemberdayaan Zakat dan
Wakaf Kementerian Agama RI.
Selain penyusunan konsep kajian, pada tahun ini Pusat Kajian Strategis BAZNAS juga
telah melakukan pengukuran indeks kepatuhan syariah di lebih dari 300 organisasi pengelola
zakat di seluruh Indonesia. Penyajian laporan indeks kepatuhan syariah tersebut akan dibagi
pada beberapa seri buku berdasarkan regional wilayah, yaitu laporan indeks kepatuhan
syariah Regional Sumatera, Regional Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Regional Kalimantan,
Regional Sulawesi, dan Regional Indonesia Bagian Timur.
Tidak ada yang sempurna kecuali kesempurnaan-Nya, meskipun dalam penyusunan
buku ini kami telah mencurahkan semua kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik
yang membangun dari pembaca. Sekian.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D
Direktur Pusat Kajian Strategis BAZNAS
v
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS RI ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF KEMENTERIAN AGAMA
RI ................................................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN BAZNAS RI ........... iii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS RI ....................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. 1
1. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2. Tujuan .......................................................................................................................... 6
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 7
2.1. Landasan Teori ............................................................................................................ 7
2.1.1. Definisi Zakat........................................................................................................ 7
2.1.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia .......................................................... 9
2.1.3. Tatakelola Syariah dalam Pengelolaan Zakat ................................................... 11
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 16
3. DATA DAN METODOLOGI ................................................................................................. 21
3.1. Jenis dan Sumber Data .............................................................................................. 21
3.2. Metode Penelitian ..................................................................................................... 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 25
4.1. Dimensi dan Variabel ................................................................................................ 25
4.2. Pembobotan Dimensi dan Variabel .......................................................................... 31
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 32
4.4. Tahapan Penghitungan ............................................................................................. 34
4.5. Kriteria Penilaian Indeks ............................................................................................ 36
5. PENUTUP .......................................................................................................................... 38
5.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 38
5.2. Rekomendasi ............................................................................................................. 39
vi
Referensi .................................................................................................................................. 40
Lampiran .................................................................................................................................. 42
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Instrumen Pendukung Regulasi Syariah dalam Pengelolaan Zakat di Indonesia . 5
Gambar 2.1. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia ............................................................... 9
Gambar 2.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia ......................................................... 10
Gambar 2.3. Shariah Governance Framework dalam Pengelolaan Zakat ............................... 17
Gambar 2.4. Sistem Tatakelola Syariah di Lembaga Zakat ...................................................... 18
Gambar 2.5. Dimensi Audit Syariah pada Lembaga Zakat ....................................................... 20
Gambar 3.1. Metode Indeksasi Sekaran .................................................................................. 23
Gambar 4.1. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ ........................................ 25
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Lembaga Zakat dan Perbankan Syariah ................................................ 12
Tabel 2. Komponen Tatakelola Syariah pada Lembaga Keuangan Komersial dan Sosial
Syariah ...................................................................................................................................... 15
Tabel 3. Dimensi dan Indikator ZCP Shariah Control dan Audit Internal ................................. 18
Tabel 4. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ ............................................... 26
Tabel 5. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Manajemen & Tatakelola ........................................ 27
Tabel 6. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Pengumpulan Dana Zakat ....................................... 28
Tabel 7. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Penyaluran Dana Zakat dan Regulasi Zakat ............ 29
Tabel 8. Hasil Pembobotan Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ ................ 31
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Pearson pada Indikator IKSOPZ ..................................................... 32
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha IKSOPZ ........................................................... 33
Tabel 11. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian Indeks Kepatuhan Syariah OPZ .................. 36
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat (IKSOPZ) merupakan suatu alat
ukur ilmiah yang telah dikembangkan oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS bekerjasama degan
Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI. IKSOPZ dapat
mengidentifikasi dan mengukur secara akurat tingkat kepatuhan syariah OPZ dalam
pengelolaan zakat melalui tiga dimensi, tiga belas variabel dan empat puluh dua indikator
hukum-hukum syariah dan peraturan yang berlaku.
Penyusunan dimensi, variabel dan indikator OPZ dilakukan melalui serangkaian grup
diskusi terarah bersama para pakar, praktisi dan akademisi dalam bidang keuangan sosial
syariah khususnya zakat. Di samping itu, IKSOPZ juga telah melalui serangkaian uji validitas
dan reliablitas serta pilot project di enam OPZ di tingkat nasional, kabupaten dan kota. Oleh
karena itu, IKSOPZ memiliki landasan yang sangat kuat dan reliabel untuk dapat
diimplementasikan lebih luas di seluruh OPZ di Indonesia.
Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
Manajemen & Tatakelola
Kebijakan Syariah
Pengawas Syariah
Keamilan
Transparansi
Pengumpulan Zakat
Sosialisasi Zakat
Objek Zakat
Penampungan dana ZIS & DSKL
Penyaluran Zakat
Kategori Penentuan Asnaf
Durasi Penyaluran Zakat
Prioritas Penyaluran
Mekanisme Penyaluran
Penentuan Hak Amil
Regulasi Zakat
Legalitas OPZ
2
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan konsep serta indikator Indeks
Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat adalah metode campuran (mixed method)
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kualitatif dalam kajian ini
digunakan dalam penyusunan konsep dan indikator Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi
Pengelola Zakat adalah dengan menggunakan teknik analisa konten dari peraturan-peraturan
zakat yang berlaku dan juga grup diskusi terarah/ FGD bersama para akademisi, pakar dan
praktisi zakat.
Selanjutnya, pada aspek pendekatan kuantitatif, penelitian ini melakukan
penghitungan indeksasi dengan metode sekaran (2003) dan juga menggunakan metode
penghitungan Multi-Stage Weighted Index yang telah dikembangkan oleh Puskas BAZNAS
(2017) dimana metode tersebut melakukan penghitungan indeks secara prosedural dan
bertahap yang dimulai dari penghitungan setiap variabel atau elemen i sampai pada tahapan
dimensi untuk kemudian mendapatkan nilai indeks.
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ ((𝑊𝐷𝑖 × 𝑊𝑉𝑛𝑖 × 𝑆𝑛
𝑖 ) ÷ 𝑘 )
𝑖
𝑛
Dimana:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Total nilai Indeks
𝑊𝐷𝑖 : Nilai pembobotan pada dimensi i
𝑊𝑉𝑛𝑖 : Nilai pembobotan pada variabel n di dimensi i
𝑆𝑛𝑖 : Nilai skala likert rata-rata pada indikator di variabel n di dimensi i
𝑘 : Jumlah skala likert yang digunakan
Rentang Nilai Kategori
0.00 – 0.20 Tidak Baik
0.21 – 0.40 Kurang Baik
0.41 – 0.60 Cukup Baik
0.61 – 0.80 Baik
0.81 – 1.00 Sangat Baik
Dalam Indeks Kepatuhan Syariah OPZ atau IKSOPZ, skala penilaian menggunakan skala 0
– 1, dimana 0 merupakan nilai terendah dan 1 adalah nilai tertinggi. Terdapat lima level
3
kategori penilaian dimana nilai 0.00 – 0.20 masuk dalam kategori tidak baik, 0.21 – 0.40 masuk
dalam kategori penilaian kurang baik, 0.41 – 0.60 masuk dalam kategori penilaian cukup baik.
Adapun rentang nilai di antara 0.61 – 0.80 masuk dalam kategori penilaian yang baik,
sedangkan rentang nilai yang masuk di antara 0.81 – 1.00 masuk dalam kategori penilaian
sangat baik.
4
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai bagian dari rukun Islam, Zakat memiliki kedudukan yang cukup penting. Dalam Al-
Quran, Allah SWT menyandingkan kata zakat bersama dengan solat sebanyak 82 kali
(Qardhawi, 1973). Hal ini mengindikasikan bahwa zakat memiliki keutamaan yang sangat
agung dalam ibadah kita kepada Allah sebagaimana halnya solat.
Oleh karena itu, zakat memiliki perhatian khusus dalam Islam mulai dari proses
pengumpulan, pengelolaan sampai pendistribusian dana zakat. Sebagai konsekuensinya,
proses-proses tersebut harus diatur secara ketat sesuai dengan hukum syariah. Hal ini sangat
penting dilakukan agar lembaga zakat bisa terhindar dari aktifitas yang tidak sesuai dengan
hukum syariah yang dapat berimplikasi kepada rusaknya reputasi lembaga zakat secara
sistemik (Hakim, 2019).
Dalam konteks pengelolaan zakat di Indonesia, Undang-Undang No.23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, Pemerintah telah mengatur beberapa aspek penting yang terkait
dengan implementasi hukum syariah dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Secara umum,
regulasi tersebut menekankan bahwa pengelolaan zakat harus dilakukan sesuai hukum-
hukum syariah seperti diharuskannya bagi organisasi pengelola zakat (OPZ) untuk memiliki
dewan pengawas syariah (DPS) dan diharuskannya bagi OPZ untuk dilakukan audit syariah
secara berkala (Undang-Undang Zakat, 2011).
Lebih lanjut, dalam standar minimum pengelolaan zakat pada Zakat Core Principles
(ZCP) yang diterbitkan oleh BAZNAS, Bank Indonesia dan IRTI-IsDB, ada 18 standar minimum
yang perlu diimplementasikan dalam pengelolaan zakat, diantaranya standar ke-15 yang
menekankan tentang pentingnya tata kelola syariah (Shariah Governance) yang harus dimiliki
oleh OPZ dengan tujuan untuk memastikan pengelolaan zakat sesuai dengan aturan-aturan
syariah yang berlaku (BAZNAS et al, 2017).
Di samping itu, Kementerian Agama Republik Indonesia dan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Republik Indonesia selaku regulator dan koordinator pengelolaan zakat di
Indonesia telah menerbitkan berbagai instrumen legal yang mengatur aspek-aspek syariah
dalam pengelolaan zakat baik melalui peraturan dan keputusan menteri agama maupun
melalui peraturan BAZNAS sehingga dalam lingkup best practice, OPZ di Indonesia telah
5
didukung oleh berbagai instrumen dan panduan hukum positif agar pengelolaan zakat di
Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan aturan-aturan syariah.
Gambar 1.1. Instrumen Pendukung Regulasi Syariah dalam Pengelolaan Zakat di Indonesia
Sumber: Diadopsi dari Nopiardo (2019)
Namun ada aspek penting lainnya yang harus dilakukan saat ini oleh otoritas atau
regulator perzakatan di Indonesia diantaranya adalah melakukan evaluasi secara
komprehensif sejauh mana OPZ telah mematuhi (compliance) hukum-hukum syariah yang
tercermin dalam peraturan zakat yang berlaku dalam setiap aktifitas pengelolaan zakat
seperti aktifitas pengumpulan atau penghimpunan dana zakat, sistem manajemen OPZ, dan
aktifitas penyaluran dana zakat.
Saat ini belum ditemukan alat ukur ilmiah untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan OPZ
terhadap hukum-hukum syariah dalam pengelolaan zakat. Maka, kajian ini bermaksud untuk
membangun sebuah alat ukur yang secara akurat mampu mengidentifikasi tingkat kepatuhan
OPZ terhadap hukum-hukum syariah dalam pengelolaan zakat.
Instrumen Pendukung Regulasi Syariah
Pengelolaan Zakat
UU No.23 Tahun 2011 &
PP No.14 Tahun 2014
Peraturan Menteri Agama
& Keputusan Menteri Agama
Peraturan BAZNAS RI
Zakat Core Principles
6
Hasil dari kajian ini tentunya dapat menjadi sebuah feedback yang valid bagi OPZ dan
juga otoritas zakat untuk memperbaiki pengelolaan zakat agar sesuai dengan regulasi
perzakatan dan hukum syariah (shariah-compliance) yang berlaku. Sehingga, dengan semakin
membaiknya tingkat kepatuhan OPZ terhadap hukum syariah dan peraturan yang berlaku,
maka tingkat kepercayaan publik kepada OPZ akan naik secara signifikan.
1.2. Tujuan
Berdasarkan hasil diskusi pada bagian sebelumya, ada beberapa tujuan yang akan dicapai
dalam kajian ini sebagaimana berikut:
a. Mengeksplorasi aspek-aspek teoritis yang berkaitan dengan regulasi serta hukum-
hukum syariah dalam pengelolaan zakat;
b. Membangun indikator-indikator yang menjadi komponen dalam Indeks Kepatuhan
Syariah OPZ;
c. Melakukan pembobotan pada indikator-indikator yang menjadi komponen dalam
Indeks Kepatuhan Syariah OPZ;
d. Menyusun metode penghitungan dan menentukan kriteria penilaian pada Indeks
Kepatuhan Syariah OPZ;
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bagian ini akan membahas beberapa kajian teoritis yang berkaitan dengan kepatuhan syariah
dalam pengelolaan zakat termasuk teori zakat dalam pandangan ilmu fikih, teori tentang
kepatuhan syariah dan kaitannya dengan pengelolaan zakat.
2.1.1. Definisi Zakat
Qardhawi (1973) menjelaskan definisi zakat ke dalam dua aspek baik itu aspek terminologis
atau bahasa maupun dari aspek epistimologis atau hukum syariah. Dalam konteks
terminologis, zakat memiliki makna sebagai an-nama> wa za>da wal barakatu wat-thah}a>ratu
yang bermakna tumbuh, bertambah, berkah dan mensucikan. Dalam konteks epistimologis,
Qardhawi (1973) mendefiniskan zakat sebagai berikut:
.للمستحقين رضهاا الهتيتطلق عل الحصة المقدرة من المال ال
“Zakat adalah istilah yang merujuk kepada bagian tertentu dari harta
yang diwajibkan untuk disampaikan kepada mustahik."
Sehingga dapat dikatakan bahwa zakat adalah suatu bagian dari harta yang telah
ditetapkan oleh Allah جل جلاله untuk diberikan kepada golongan yang telah ditetapkan dalam Al-
Quran surat at-Taubah ayat 103
ام وٱله تك سكن ل لام صدقة تطاضهم وتزكيام باا وصل عليام إن صلو مول عليمل خذ من أ سمي
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. 9:103)
Kemudian, berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang
dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat
juga termasuk dalam rukun Islam yang artinya wajib ditunaikan rangka pelaksanaan dua
kalimat syahadat serta digunakan sebagai sumber dana dalam pembangunan agama Islam.
8
Hafidhuddin (2002) menyebutkan bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Selain itu zakat juga
berarti suci, tumbuh, bertambah, dan berkah. Dengan demikian, zakat itu membersihkan diri
seseorang dan hartanya, pahalanya bertambah, harta tumbuh berkembang, dan membawa
berkat (Hasan, 2008).
Zakat disebutkan sebanyak 82 kali dalam Alquran, juga disebutkan di dalam kitab-kitab
hadits, dan kemudian dikembangkan oleh ijtihad ulama yang ketentuannya wajib
dilaksanakan oleh umat muslim (Ali, 2006). Berikut ini ayat-ayat yang berhubungan dengan
perintah zakat diantaranya ialah Q.S. Al-Baqarah (2:43) dan Q.S. At-Taubah (9:103)
كعين ٱلر كوة وٱركعوا م لوة وءاتوا ٱلز قيموا ٱلص ٤٣وأ
Yang artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku´lah beserta orang-orang yang ruku´ “Q.S.
Al-Baqarah (2:43)
رحام ٱل ولوا
ولئك منكم وأ
معكم رأ وجادوا من بعد وهاجضوا ين ءامنوا وٱل
بكل ش إن ٱله ول ببعض ف كتب ٱله ٧٥ءع عليم بعضام أ
Yang artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan harta mereka, dan berdoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Q.S. At-
Taubah (9:103)
Selain ketentuan zakat yang terdapat dalam Alquran dan hadits, peraturan
perundang-undangan juga diperlukan dalam pengelolaan zakat di Indonesia, hal ini karena
banyaknya institusi yang mengelola dana zakat sehingga perlu ada aturan yang mengikat agar
aktivitas pengelolaan zakat berjalan sesuai syariah.
9
Penelitian yang dilakukan oleh Nopiardo (2019) menyebutkan bahwa dari tahun 1951
sudah terdapat peraturan tentang pengelolaan zakat di Indonesia baik itu peraturan menteri,
peraturan presiden, hingga Undang-Undang. Pada perkembangannya Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 direvisi untuk mencapai optimalisasi pengelolaan zakat di Indonesia.
Hasil dari revisi tersebut adalah terbentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat. Disusul dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat.
Selain itu juga terbit Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/ Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga
Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,
dan Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat Nasional. Di samping itu juga lahir
beberapa peraturan lainnya tentang zakat seperti Peraturan Menteri Agama (PMA) dan
Peraturan BAZNAS (PERBAZNAS).
2.1.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia
Sejak disahkannya undang-undang Zakat nomor 23 tahun 2011, pengelolaan zakat
terkoordinasi mulai dilakukan di Indonesia. Saat ini Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
ditunjuk sebagai lembaga negara non-struktural yang bertanggung jawab dalam melakukan
koordinasi pengelolaan zakat nasional.
Gambar 2.1. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia
Sumber: BAZNAS (2015)
10
Sampai saat ini terdapat lebih dari 700 pengelola zakat yang terdiri dari BAZNAS
tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota. Disamping itu juga, dalam pengelolaan zakat di
Indonesia, lembaga zakat yang didirikan oleh masyarakat secara swadaya atau yang disebut
dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) menjadi bagian lembaga zakat yang ada di Indonesia
(BAZNAS, 2015)
Di samping itu, pengelolaan zakat di Indonesia juga tidak terlepas dari pemangku
kepentingan zakat lainnya yang membentuk menjadi sebuah ekosistem pengelolaan. Sudiana
(2019) mendefinisikan ekosistem pengelolaan zakat sebagai suatu tatanan kesatuan secara
utuh dan menyeluruh antara unsur lingkungan yang ada di dunia zakat dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya serta melibatkan interaksi timbal balik antara Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) dan lingkungan gerakan zakat.
Berdasarkan definisi tersebut, maka ekosistem pengelolaan zakat di Indonesia dapat
dikelompokan menjadi beberapa unsur berikut:
Gambar 2.2. Ekosistem Pengelolaan Zakat di Indonesia
Sumber: Dokumen Penulis
Ekosistem Zakat
Indonesia
Lembaga Pemerintah
Organisasi Pengelola
Zakat
Masyarakat & NGO
Perguruan Tinggi
Lembaga Stategis/
Riset
Lembaga Keuangan
Syariah
11
Dalam sistem ekosistem pengeloaan zakat di Indonesia setidaknya terdapat enam
unsur pemangku kepentingan/stakeholder zakat yang terdiri dari lembaga pemerintah,
organisasi pengelola zakat (OPZ), masyarakat dan NGO, perguruan tinggi, lembaga riset atau
strategis, dan lembaga keuangan syariah. Lembaga pemerintah memiliki kepentingan dalam
melakukan pengawasan serta koordinasi pengelolaan zakat nasional dalam hal ini diperankan
oleh Kementerian Agama RI, Badan Amil Zakat Nasional RI, dan Komite Nasional Ekonomi dan
Keuangan Syariah.
Lebih lanjut, OPZ yang terdiri lebih dari 700 lembaga menjadi pemain kunci dalam
pengelolaan zakat dimana OPZ memiliki wewenang dalam pengelolaan zakat setidaknya
dalam tiga hal yaitu pengumpulan dana zakat, penyaluran dana zakat dan pelaporan dana
zakat. Kemudian, masyarakat dan juga non-government organization menjadi bagian yang
penting dalam ekosistem pengelolaan zakat baik sebagai muzaki, mustahik ataupun sebagai
mitra dalam penyaluran dana zakat.
Perguruan tinggi menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam ekosistem
pengelolaan zakat. Perguruan tinggi berperan sebagai penyedia sumber daya manusia yang
unggul salam penyelengaraan pengelolaan zakat yang berkualitas. Di samping itu, lembaga
riset atau strategis juga melalui riset-riset zakat berperan penting dalam membantu
meningkatkan tatakelola zakat. Kemudian, lembaga keuangan syariah juga memiliki peran
yang cukup penting dalam pengelolaan zakat sebagai penyedia layanan lalu lintas
pembayaran dan penyaluran dana zakat.
2.1.3. Tatakelola Syariah dalam Pengelolaan Zakat
Bagian ini mencoba untuk mendiskusikan aspek-aspek teoritis yang berkaitan dengan
tatakelola syariah beserta komponen-komponen yang menjadi bagian penting dalam
kepatuhan syariah. Dalam berbagai literatur yang mendiskusikan pengelolaan zakat, belum
ditemukan pembahasan yang terperinci dan spesifik mengenai tatakelola syariah dalam
pengelolaan zakat.
Terminologi kepatuhan syariah saat ini masih banyak digunakan dalam literatur
keuangan komersial syariah seperti perbankan syariah maupun sektor lainnya. Oleh
karenanya, sangat penting dalam kajian ini untuk mengidentifikasi terlebih dahulu perbedaan
dan persamaan antara lembaga zakat dan perbankan syariah, bagaimana komponen-
12
komponen kepatuhan syariah dalam perbankan syariah dan seperti apa best practice
tatakelola syariah di lembaga zakat.
a. Lembaga Zakat dan Perbankan Syariah
Dalam lingkup ekonomi syariah secara umum, terdapat dua bentuk sektor keuangan
yakni sektor keuangan komersial syariah dan sektor keuangan sosial syariah. Bentuk
yang paling umum dari sektor keuangan komersial syariah pada umumnya adalah
bank syariah, adapaun bentuk umum dari sektor keuangan sosial syariah adalah
lembaga zakat (Ascarya, 2018) dan lembaga zakat menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam sistem ekonomi syariah yang komprehensif (Saad & Marina, 2014).
Walaupun keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari berbagai aspek,
namun dalam konteks pengelolaan dana publik, lembaga zakat lembaga zakat dan
juga perbankan syariah menjadi sama-sama memiliki fungsi sebagai mediator dalam
pengelolaan dana publik. Hakim et al (2018) menjabarkan lebih lanjut mengenai
perbandingan lembaga zakat dan perbankan syariah sebagaimana berikut:
Tabel 1. Karakteristik Lembaga Zakat dan Perbankan Syariah
Karakteristik Lembaga Zakat Perbankan Syariah
Landasan Hukum UU Zakat No.23 Tahun 2011 UU Perbankan Syariah No.21 2008
Jenis Badan Hukum Lembaga Pemerintah Non-Struktural (BAZNAS), Organisasi Kemasyarakatan atau Badan Hukum lainnya
Perseroan Terbatas (PT)
Prinsip Operasi Berdasarkan Hukum Negara dan Hukum Syariah
Berdasarkan Hukum Negara dan Hukum Syariah
Skala Operasi Nasional, Provinsi, Kota/ Kabupaten
Nasional, Kabupaten/Kota
Regulator BAZNAS dan Kementerian Agama
Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia
Struktur Organisasi Pimpinan (Anggota BAZNAS, Ketua dan Wakil Ketua BAZNAS Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Dewan Pimpinan LAZ) dan Manajemen
Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Manajemen
Jenis Kelembagaan Sosial Komersial-Sosial
13
Karakteristik Lembaga Zakat Perbankan Syariah
Orientasi Tujuan 1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan
1. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
2. Melakukan kegiatan keuangan komersial syariah untuk mencapai tujuan ekonomi makro, menunjang pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat (Lihat pasal 1 ayat 2, pasal 2 dan pasal 3).
3. Melakukan kegiatan keuangan sosial Islam atau ZISWAF (Lihat pasal 4 ayat 2 dan ayat 3).
Sifat Pengelolaan Dana Tidak terpusat (desentralisasi)
Terpusat (sentralisasi)
Operator Pengelolaan Dana
Amil Organisasi Pengelola Zakat
Pegawai Bank Syariah
Sumber Dana Masyarakat umum dan Muzakki
Masyarakat umum
Sifat Penghimpunan dana
Kewajiban dan kesukarelaan
Kesukarelaan
Produk Penghimpunan dan Penyaluran
Penghimpunan, Pembiayaan dan Jasa
Dana Talangan Talangan dana antar program
PUAS (Pasar Uang Antar Bank Syariah) dan Bank Indonesia
Jenis Akad pada Penghimpunan Dana
Zakat, Infak dan Sedekah Wadiah, Mudharabah
Jenis Akad pada Pembiayaan/Penyaluran dana
Hibah dan Qardhul Hasan Murabahah, Salam, Ijarah, Istisna, Musharakah, Mudharabah dan akad komersial syariah lainnya.
Objek Penyaluran Dana Terbatas hanya untuk Mustahik (8 golongan)
Masyarakat umum
Besarnya Pembayaran Keuntungan
- Variabel dan Tetap
Penjamin - Lembaga Penjamin Simpanan dan Lembaga Penjamin Pembiayaan
Waktu Penyaluran Dalam 1 tahun Tidak ada batasan
14
Karakteristik Lembaga Zakat Perbankan Syariah
Batasan Penyaluran ACR (Allocation to Collection Ratio), kecepatan penyaluran program produktif dan program konsumtif, dan Indeks Penyaluran pada IZN (Indeks Zakat Nasional)
Kondisi Kesehatan Bank, BMPP (Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan) dan FDR (Financing to Deposit Ratio)
Ketentuan Penghimpunan
Ada ketentuan nishab, kadar, haul (pada zakat tertentu) dan bebas dari pelanggaran hukum dan syariah
Dibatasi ketentuan LPS dan PPATK
Biaya Pengelolaan Dibatasi oleh ketentuan hak amil
Ditentukan mekanisme pasar
Pelaporan Sesuai ketentuan BAZNAS dan peraturan perundangan lainnya
Sesuai ketentuan OJK dan Bank Indonesia
Audit Audit Internal, Audit Eksternal (KAP – Kantor Akuntan Publik) dan Audit Syariah
Audit Internal, Audit Eksternal (KAP – Kantor Akuntan Publik), Audit Syariah dan Audit Otoritas
Pengawasan Kementerian Agama, BAZNAS, Gubernur, Bupati/Walikota dan masyarakat
OJK dan Bank Indonesia
Sumber: Hakim et al (2018)
Singkatnya, baik lembaga zakat maupun perbankan syariah merupakan satu
kesatuan yang integral dalam lingkup ekonomi syariah. Walaupun keduanya memiliki
perbedaan yang cukup signifikan dalam berbagai aspek, namun keduanya memiliki
kesamaan dalam hal mengumpulkan dana publik, mengelola dana publik dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka mendukung jalannya sistem
perekonomian (Hakim et al, 2018). Sehingga sangat logis jika lembaga zakat
mengadopsi dan memodifikasi sistem tatakelola syariah dalam perbankan syariah
dalam rangka menjaga kepatuhan lembaga zakat terhadap hukum-hukum syariah yang
berlaku.
15
b. Sistem Tatakelola Syariah dan Praktiknya di Lembaga Zakat
Islamic Financial Service Board (IFSB) menyusun sebuah standar tatakelola syariah pada
IFSB-10, dimana definisi dari tatakelola syariah dijabarkan sebagaimana berikut (IFSB,
2009):
“Shari`ah Governance System” refers to the set of institutional and organisational arrangements through which an Institution for Offering Islamic Financial Services (IIFS) ensures that there is effective independent oversight of Shari`ah compliance over each of the structures and processes in IIFS”
IFSB mendefinisikan sistem tatakelola syariah sebagai sebuah instrumen dalam
sebuah organisasi yang menyediakan layanan keuangan syariah yang bertujuan untuk
mengawasi dan memastikan secara independen aspek-aspek kepatuhan syariah yang
diimplementasikan dalam setiap struktur dan proses bisnis dalam institusi keuangan
syariah (IFSB, 2009). Sebagai bagian integral dari sistem ekonomi dan keuangan
syariah, lembaga zakat juga dapat mengadopsi definisi tata kelola syariah tersebut
dalam setiap aktifitas pengelolaan zakat. Lebih lanjut, sistem tatakelola syariah
memiliki beberapa komponen penting di dalamnya yang berfungsi sebagai pengawas,
unit kontrol internal dan unit kontrol eksternal
Tabel 2. Komponen Tatakelola Syariah pada Lembaga Keuangan Komersial dan Sosial Syariah
Fungsi Tipikal Lembaga Keuangan
Tambahan di lembaga Keuangan Komersial Syariah
Lembaga Keuangan Sosial Syariah
Tatakelola Jajaran Direksi Dewan Pengawas
Syariah
Komisioner/ Dewan
Pertimbangan/Pengaw
as Syariah
Kontrol Internal Auditor
Eksternal Auditor
Internal Shariah
Review Unit (ISRU)
External Shariah
Review
SKAI/ Internal Shariah
Review Unit (ISRU)
Kementerian Agama/
External Shariah
Review
Kepatuhan Departemen/Div
isi Kepatuhan
Internal Shariah
Compliance Unit
SKAI/ Unit Kepatuhan
Syariah
Sumber: diadopsi dari IFSB (2009) dan Hakim et al (2018)
Secara umum dalam lembaga keuangan komersial syariah dan keuangan sosial
syariah memiliki kesamaan dalam tiga fungsi pengawasan tatakelola syariah. Dalam
fungsi tatakelola syariah di lembaga keuangan komersial syariah, dewan pengawas
16
syariah berperan cukup sentral dalam mengawasi tatakelola syariah secara umum,
begitu juga dengan lembaga keuangan sosial syariah seperti lembaga zakat yang
memiliki fungsi sebagai pengawas tatakelola syariah secara umum di institusi adalah
komisioner atau dewan pertimbangan syariah atau dewan pengawas syariah.
Pada fungsi kontrol dalam tatakelola syariah, lembaga zakat pada umumnya
memiliki Satuan Kerja/Unit Kerja Audit Internal yang juga berfungsi untuk melakukan
proses pengendalian dalam tatakelola syariah. Kemudian, pada fungsi kepatuhan,
secara umum di beberapa lembaga zakat di Indonesia telah memiliki unit kerja khusus
yang berfungsi menjaga proses atau aktifitas pengelolaan zakat sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syariah yang berlaku.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang berkaitan dengan kepatuhan syariah dalam pengelolaan zakat, belum
banyak penelitian terdahulu yang secara spesifik membahas tentang aspek-aspek kepatuhan
syariah dalam pengelolaan zakat. Akan tetapi, ada beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki irisan dengan penelitian Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat,
seperti penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Amalia (2017), Hakim et al (2018), BAZNAS
dan Bank Indonesia (2017), dan Kementerian Agama (2018).
17
Gambar 2.3. Shariah Governance Framework dalam Pengelolaan Zakat
Sumber: Diadopsi dari Amalia (2017)
Amalia (2017) dalam penelitiannya yang membahas tentang landasan tatakelola
syariah di institusi zakat yang ditinjau dari instrumen hukum legal perzakatan di Indonesia.
Secara umum Amalia (2017) menjelaskan bahwa di dalam Undang-Undang Zakat Nomor 23
tahun 2011 telah menavigasi aspek-aspek syariah dalam pengelolaan zakat.
Aspek-aspek syariah dalam pengelolaan zakat dikelompokan oleh Amalia (2017) ke
dalam lima dimensi yaitu prinsip-prinsip syariah secara umum, fungsi koordinasi dan supervisi
pengelolaan zakat, pengawasan syariah dalam lembaga zakat, pelaporan lembaga zakat dan
audit syariah pengelolaan zakat. Seluruh dimensi-dimensi tersebut tercantum dalam Undang-
Undang Zakat Nomor 23 tahun 2011.
Shariah Governance Framework
Islamic Moral Ethics Decision Making Process (Shura Mechanbism)
Hisbah concept, disclosure and transparency
Book Keeping and Final Account
Religious Audit
1.The Law of Zakat
No.23/2011 article
2. 2.The Law of Zakat
No.23/2011 article
25. 3.The Law of Zakat
No.23/2011 article
26.
Dimensions
The
Implementation
of SGF in Zakat
Law
1.The Law of Zakat
No.23/2011 article
6. 2.The Law of Zakat
No.23/2011 article
7. 3.The Law of Zakat
No.23/2011 article
34.
The Core Principles
of Shariah
Governance
The Function of
Coordination,
Collection and
Supervision
Shariah
Supervision Reporting Shariah and
Financial Audits Principles
1.The Law of
Zakat
No.23/2011
article 8.
1.The Law of Zakat
No.23/2011
article 7
Paragraph 3 and
5. 2.The Law of Zakat
No.23/2011
article 19.
The Law of Zakat
No.23/2011
article 7
Paragraph 3
and 5. The Law of Zakat
No.23/2011
article 19.
Landasan Shariah Governance Framework bagi OPZ
for
18
Lebih lanjut, Hakim et al (2018) dalam penelitiannya tentang standar tatakelola
syariah di lembaga zakat menjelaskan bahwa setidaknya ada enam standar utama dan 57
standar turunan dari standar tatakelola syariah OPZ. Secara umum, standar tatakelola syariah
utama terdiri dari pendekatan umum, standar kompetensi, standar indepedensi, standar
kerahasiaan, standar kepatuhan syariah dan budaya kepatuhan syariah.
Gambar 2.4. Sistem Tatakelola Syariah di Lembaga Zakat
Sumber: Hakim et al (2018)
BAZNAS dan Bank Indonesia (2017) menyusun standar pengelolaan zakat yang diberi
nama Zakat Core Priciples (ZCP) yang berisikan prinsip-prinsip umum dalam pengelolaan zakat
dimana terdapat 18 standar minimum dalam pengelolaan zakat. Standar ZCP nomor 15
membahas tentang tatakelola syariah minimum yang harus dimiliki oleh lembaga zakat
dimana standar ke-15 ini merangkum beberapa komponen penting bagi lembaga zakat agar
tatakelola di lembaga zakat seusai dengan hukum-hukum syariah.
Tabel 3. Dimensi dan Indikator ZCP Shariah Control dan Audit Internal
No. Dimensions Indicators
1. Sharia Supervisory Board (SSB) 1. The SSB should consist of three (3)
independent members or more in odd
number.
Usulan Standar Shariah Governance System di OPZ
1. Pendekatan Umum
2. Standar
kompetensi 4. Standar
Kerahasiaan Standar
Utama
Penjabaran
Standar Utama
1.1. Struktur
SGS Harus
Sepadan
1.2. Kerangka
Kerja DPS
2.1. Kriteria
Pengawas SGS
2.2. Fasilitas
Pengembangan
Profesional bagi DPS
2.3. Penilaian
Efektifitas DPS
3.1. Pengawasan
yang kuat dan
Independen oleh
DPS
3.2. Penyediaan
informasi yang
relevan bagi DPS
3. Standar
Indepedensi
5. Standar
Kesesuaian/ Kepatuhan Syariah
4.1. Kewajiban
DPS untuk
menjaga
informasi rahasia
5.1. Implementasi
kerangka hukum
SGS yang kuat di
OPZ
Standar Shariah Governance System di OPZ
6. Budaya
Kepatuhan Syariah
6.1 Standar
Keterbukaan pada
SGS
6.2 Standar
Profesionlitas &
Kewajaran pada
SGS
19
No. Dimensions Indicators
2. SSB member must include at least a
person who is an expert in sharia law
particularly in fiqih muamalah and
zakat.
3. The existence of clear mandate and
responsibility for SSB.
2. Sharia Compliance and Regulation
1. The existence of sharia governance
policies.
2. The existence of internal sharia review
policies and procedures.
3. A well-defined sharia operating
procedures and chain of command.
4. A sound code of ethics to enhance the
integrity and professionalism of SSB
members.
5. The existence of procedures and
mechanisms for non-compliance.
3. Sharia Review 1. A sharia review is conducted to verify
that internal sharia compliance is
properly functioning.
2. A regular sharia review must be
performed to confirm a sound sharia
governance system.
3. Any finding in sharia compliant matters
must be reported to the SSB.
4. A sharia review report should be
reported to the governing board of
zakat organization.
Sumber: Technical Notes ZCP (2019)
Komponen yang menjadi pengawas sekaligus monitoring pelaksanaan tatakeola
syariah lembaga zakat dalam ZCP terdapat tiga komponen yaitu Sharia Supervisory Board
(SSB) atau Dewan Pengawas Syariah dalam lembaga zakat dimana unit ini bertugas untuk
mengawasi praktek tatakelola syariah mulai dari hulu sampai hilir. Kemudian, komponen yang
kedua adalah Shariah Compliance Unit and Regulation atau unit pelaksana kepatuhan syariah
20
yang memiliki peran sebagai penyedia standar tatakelola syariah dan juga menjadi pengelola
atas risiko-risiko yang muncul atas ketidakpatuhan OPZ terhadap hukum-hukum syariah.
Kementerian Agama RI (2018) telah menyusun pedoman audit syariah bagi organisasi
pengelola zakat, dimana komponen yang ada pada audit syariah yang didisain Kementerian
Agama RI betujuan untuk mengevaluasi tatakelola syariah di OPZ. Secara umum, terdapat
lima aspek besar yang diukur kinerjanya dalam sistem audit syariah yaitu kinerja lembaga
secara umum, kinerja Amil, kinerja pengumpulan, dan kinerja pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.
Gambar 2.5. Dimensi Audit Syariah pada Lembaga Zakat
Sumber: Kementerian Agama RI (2018)
Singkatnya, kajian terdahulu memaparkan komponen-komponen penting yang harus
dimiliki oleh lembaga zakat baik di tatanan manajerial, aktifitas pengumpulan dana zakat, dan
penyaluran dana zakat. Seluruh kajian dahulu bersepakat bahwa dewan pengawas syariah
memiliki peran yang sangat sentral dalam melakukan supervisi atas tatakelola syariah OPZ.
Audit Syariah Kementerian Agama
RI
Kinerja Lembaga
Kinerja Amil
KinerjaPengumpulan
KinerjaPendistribusian dan
Pendayagunaan
21
3. DATA DAN METODOLOGI
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penyusunan konsep serta indikator Indeks Kepatuhan
Syariah adalah data primer. Menurut Walliman (2006), data primer adalah data yang berasal
dari sumber pertama dan mendekati realitas dari objek yang sedang diteliti melalui beberapa
serangkaian kegiatan seperti observasi ataupun wawancara. Dalam penyusunan indikator
Indeks Kepatuhan Syariah, penelitian menggunakan data primer dengan melakukan observasi
atas peraturan yang berlaku dan juga melakukan diskusi terarah berkelompok atau focus
group discussion (FGD) dengan para akademisi, pakar dan juga praktisi perzakatan.
Dalam proses FGD, penelitian melibatkan sepuluh narasumber yang terdiri dari
akademisi, pakar dan praktisi yang memiliki pemahaman yang cukup kuat dalam pengelolaan
zakat baik secara teori dan praktik. Disamping itu, narasumber yang dilibatkan dalam
penelitian ini juga memiliki jabatan minimal setingkat kepala divisi sampai level direktur.
Narasumber-narasumber tersebut berasal dari Universitas Indonesia, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bank Indonesia, IPB University, BAZNAS Republik
Indonesia, BAZNAS Provinsi Jawa Barat, LAZNAS Al-Azhar, LAZNAS Inisiatif Zakat Indonesia,
LAZNAS Nahdatul Ulama, dan LAZNAS DT Peduli
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan konsep serta indikator Indeks
Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat adalah metode campuran (mixed method)
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Mixed Method, secara ilmiah mulai
diperkenalkan oleh Jick (1979) dalam sebuah jurnal yang berjudul Mixing Qualitative and
Quantitative Methods: Triangulation in Action. Jick (1979) menjelaskan bahwa dalam
penelitian sosial diperlukan lebih dari satu pendekatan metodologi penelitian (triangulation)
dengan menggunakan metodologi kualitatif dan kuantitatif untuk dapat menjawab serta
memvalidasi hasil dari sebuah penelitian sosial yang cukup kompleks.
Penelitian kualitatif dalam kajian ini digunakan dalam penyusunan konsep dan indikator
Indeks kepatuhan syariah organisasi pengelola zakat adalah dengan menggunakan teknik
analisa konten dari peraturan-peraturan zakat yang berlaku dan juga grup diskusi terarah/
22
FGD bersama para akademisi, pakar dan praktisi zakat. Selanjutnya, pada aspek pendekatan
kuantitatif, penelitian ini melakukan pengujian validitas dan reliabilitas indikator indeks
kepatuhan syariah OPZ menggunakan metode Pearson dan Cornbach Alpha yang melibatkan
15 pakar zakat. Secara matematis, formulasi penghitungan uji validitas Pearson dapat dilihat
sebagaimana berikut:
𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
√(𝑁 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2
) (𝑁 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦 )2
)
Dimana:
rxy = coefficient correlation antara variabel x and y
∑xy = jumlah total perkalian antara variabel x and y
∑x2= jumlah kuadrat dari nilai x
∑y2= jumlah kuadrat dari nilai y
(∑x)2= jumlah nilai x yang kemudian dikuadratkan
(∑y)2= jumlah nilai y yang kemudian dikuadratkan
Adapun rumus matematis dari pengujian reabilitas Cronbach Alfa dapat dilihat sebagaimana
berikut:
𝑟 = 𝑛
𝑛 − 1 (1 −
∑ 𝜎𝑖2
𝜎𝑡2 )
Dimana:
r = koefisien dari hasil uji reabilitas
n = jumlah pertanyaan
𝜎𝑖2 = nilai varians dari pertanyaan i
𝜎𝑡2 = nilai varians dari seluruh jumlah pertanyaan
23
Kemudian, dalam penyusunan dimensi, variabel serta indikator pada Indeks Kepatuhan
Syariah, penelitian ini menggunakan metode yang digunakan oleh Sekaran (2003) dimana
metode tersebut digunakan dalam menganalisa dan melakukan observasi atas sebuah
permasalahan yang sedang diamati dan kemudian, permasalahan tersebut diklasifikasikan ke
dalam beberapa dimensi yang bersifat luas dan umum. Setelah itu, dimensi-dimensi tersebut
diterjemahkan ke dalam beberapa elemen yang lebih spesifik sehingga permasalahan yang
sedang diamati dapat diukur secara akurat.
Gambar 3.1. Metode Indeksasi Sekaran
Sumber : (Sekaran, 2003)
Oleh karena itu, dalam rangka menganalisa serta melakukan observasi terhadap perilaku
kepatuhan syariah yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat (OPZ), metode indeksasi
yang digunakan Sekaran (2003) digunakan untuk mengidentifikasi lebih lanjut perilaku
tersebut yang kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa dimensi serta elemen-elemen
atau variabel yang relevan dan lebih spesifik.
Lebih lanjut dalam melakukan penghitungan pada setiap dimensi serta variabel dalam
penelitian Indeks Kepatuhan Syariah, penelitian ini menggunakan metode penghitungan
Multi-Stage Weighted Index yang telah dikembangkan oleh Puskas BAZNAS (2017) dimana
metode tersebut melakukan penghitungan indeks secara prosedural dan bertahap yang
dimulai dari penghitungan setiap variabel atau elemen i sampai pada tahapan dimensi untuk
kemudian mendapatkan nilai indeks. Disamping itu, metode ini juga menggunakan metode
Permasalahan yang diobservasi
Dimensi A
Elemen A.1
Elemen A.2
Elemen A.i
Dimensi B
Elemen B.1
Elemen B.2
Elemen B.i
Dimensi C
Elemen C.1
Elemen C.2
Elemen C.i
24
skala likert berjenjang yang pertama kali ditemukan oleh Rensis Likert (1932) dalam
melakukan penilaian pada setiap perilaku di setiap variabel atau elemen yang diobservasi.
Secara matematis, metode penghitungan pada Multi-Stage Weighted Index dapat
dirumuskan sebagaimana berikut:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ ((𝑊𝐷𝑖 × 𝑊𝑉𝑛𝑖 × 𝑆𝑛
𝑖 ) ÷ 𝑘 )
𝑖
𝑛
Dimana:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Total nilai Indeks
𝑊𝐷𝑖 : Nilai pembobotan pada dimensi i
𝑊𝑉𝑛𝑖 : Nilai pembobotan pada variabel n di dimensi i
𝑆𝑛𝑖 : Nilai skala likert rata-rata pada indikator di variabel n di dimensi i
𝑘 : Jumlah skala likert yang digunakan
25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Dimensi dan Variabel
Bagian ini akan membahas tentang hasil diskusi pada grup diskusi terarah dengan para pakar,
akademisi serta praktisi zakat tentang penyusunan indikator-indikator kepatuhan syariah bagi
organisasi pengelola zakat yang terdiri dari empat dimensi dan tiga belas variabel
sebagaimana berikut:
Gambar 4.1. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
Dalam Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat (IKSOPZ) terdapat empat
dimensi yaitu dimensi manajemen/tata kelola lembaga zakat, pengumpulan dana zakat,
penyaluran dana zakat dan dimensi legalitas lembaga zakat. Dalam dimensi
manajemen/tatakelola lembaga zakat terdapat empat variabel yaitu variabel kebijakan atau
regulasi syariah umum yang dimiliki lembaga zakat, pengawas syariah yang direpresentasikan
Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
Manajemen & Tatakelola
Kebijakan Syariah
Pengawas Syariah
Keamilan
Transparansi
Pengumpulan Zakat
Sosialisasi Zakat
Objek Zakat
Penampungan dana ZIS & DSKL
Penyaluran Zakat
Kategori Penentuan Asnaf
Durasi Penyaluran Zakat
Prioritas Penyaluran
Mekanisme Penyaluran
Penentuan Hak Amil
Regulasi Zakat
Legalitas OPZ
26
dengan keberadaan dewan pengawas atau pertimbangan syariah dalam lembaga zakat,
aspek-aspek yang berkaitan dengan amil lembaga zakat terutama profesionalisme amil dan
amilat, dan praktek transparansi lembaga zakat yang diukur melalui Indeks Transparansi
Organisasi Pengelola Zakat Puskas BAZNAS.
Lebih lanjut, pada dimensi kedua yaitu dimensi pengumpulan zakat terdapat tiga
variabel yaitu variabel sosialisasi atau kampanye zakat kepada masyarakat luas, objek-objek
harta benda zakat dimana lembaga zakat didorong untuk memiliki standar internal ataupun
eksternal dalam penentuan kadar dan nishab harta benda zakat, dan kepemilikan
penampungan atau rekening bank syariah bagi dana zakat, infak sedekah (ZIS) dan dana sosial
keagamaan lainnya (DSKL) di lembaga zakat.
Tabel 4. Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
Dimensi Landasan Variabel Landasan
Manajemen & Tatakelola (X1)
Amaliah (2017); ZCP (2017); Puskas
BAZNAS (2017); FGD IKSOPZ (2020)
Kebijakan Syariah (X1.1)
FGD IKSOPZ (2020)
Pengawas Syariah (X1.2)
UU Zakat No.23 Tahun 2011; Hakim et al (2019); ZCP (2017)
Keamilan (X1.3) Kementerian Agama RI (2018)
Transparansi (X1.4) Puskas BAZNAS (2019)
Pengumpulan Dana Zakat (X2)
Sosialisasi Pengumpulan Zakat (X2.1)
FGD IKSOPZ (2020)
Objek Zakat (X2.2) Qardhawi (1973); BAZNAS (2018)
Penampungan dana ZIS & DSKL (X2.3)
Kementerian Agama RI (2018)
Penyaluran Dana Zakat (X3)
Kategori Penentuan Asnaf (X3.1)
Qardhawi (1973); BAZNAS (2018)
Durasi Penyaluran Zakat (X3.2)
Kementerian Agama RI (2018)
Prioritas Penyaluran (X3.3)
Puskas BAZNAS (2018)
Mekanisme Penyaluran (X3.4)
FGD IKSOPZ (2020)
Hak Amil (X3.5) Qardhawi (1973); BAZNAS (2018)
Regulasi Zakat (X4) Legalitas OPZ (X4.1) FGD IKSOPZ (2020)
27
Kemudian, dalam dimensi ketiga yaitu dimensi penyaluran zakat terdapat lima
variabel yakni standar kategori penentuan asnaf yang berhak menerima zakat di lembaga
zakat, durasi penyaluran zakat konsumtif dan zakat produktif sejak zakat diterima oleh
lembaga zakat, prioritas penyaluran zakat yang dilakukan lembaga zakat, mekanisme
penyaluran zakat dimana IKSOPZ mencoba untuk memotret proses penyaluran zakat lembaga
zakat, dan penentuan hak amil yang dilakukan oleh lembaga zakat. Di samping itu, dalam
dimensi keempat IKSOPZ yaitu dimensi regulasi zakat, IKSOPZ mencoba untuk
mengidentifikasi kepatuhan lembaga zakat terhadap peraturan yang berlaku melalui variabel
legalitas operasional organisasi pengelola zakat (OPZ).
Tabel 5. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Manajemen & Tatakelola
Dimensi Variabel Indikator
Manajemen & Tatakelola
Kebijakan Syariah
OPZ memiliki kebijakan syariah
Roadmap renstra yang mengarah pada pencapaian tujuan syariah (maqasid syariah)
Pengawas Syariah
OPZ memiliki Dewan Pertimbangan/Pengawas Syariah yang tersertifikasi
OPZ Memiliki SOP pertimbangan pengawasan syariah
OPZ membuat laporan pengawasan syariah
Keamilan
OPZ memiliki Kode Etik amil zakat
Memiliki organ kelembagaan yang bertanggung jawab dalam menegakkan Kode Etik amil zakat
Transparansi OPZ memiliki hasil pengukuran Indeks Transparansi OPZ (Puskas BAZNAS)
Dalam dimensi manajemen dan tatakelola IKSOPZ, terdapat empat variabel yang
direpresentasikan melalui delapan indikator yaitu kepemilikan OPZ terhadap kebijakan
syariah, kepemilikan OPZ terhadap rencana strategis yang mengarah pada pencapaian tujuan
syariah atau Maqasid al-Shariah. Kemudian, pada variabel pengawas terdapat indikator
adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang telah tersertifikasi, terdapat standar operasional
28
prosedur (SOP) khusus yang mengatur DPS, dan OPZ melalui DPS memilki laporan hasil
pengawasan syariah secara berkala yang dilaporkankan kepada stakeholder zakat atau publik.
Selanjutnya dalam variabel keamilan terdapat indikator kepemilikan OPZ terhadap
kode etik amil zakat dan unit yang mengawasi serta menegakan kode etik amil zakat. Pada
variabel transparansi, IKSOPZ juga menggunakan Indeks Transparansi OPZ yang telah
diterbitkan oleh Puskas BAZNAS sebagai bagian dari komposit indeks pada IKSOPZ untuk
merepresentasikan praktek transparansi pengelolaan zakat di OPZ.
Tabel 6. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Pengumpulan Dana Zakat
Dimensi Variabel Indikator
Pengumpulan Dana Zakat
Sosialisasi/Kampanye Pengumpulan Zakat
OPZ memiliki kebijakan syariah dalam sosialisasi dan edukasi zakat
Objek Zakat
Dana zakat yang dikumpulkan dari muzaki sudah mencapai haul, nishab dan dimiliki penuh oleh Muzaki
Dana zakat yang dikumpulkan bersumber dari harta halal
Penghitungan nishab dan kadar zakat emas sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat pertanian sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat peternakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat perikanan sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penghitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sudah sesuai dengan ketentuan syariah
29
Dimensi Variabel Indikator
Penghitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah
Penampungan Dana Zakat, Infak, dan
Sedekah (ZIS) serta Dana Sosial Keagamaan
Lainnya (DSKL)
Penampungan dana zakat dan dana infak, sedekah serta DSKL dilakukan secara terpisah
Seluruh dana ZIS dan DSKL yang dikumpulkan ditampung di rekening Bank Syariah, kecuali rekening penampungan sementara dan dipindahbukukan dalam jangka waktu tertentu
Di sisi lain, pada dimensi pengumpulan dana zakat, terdapat tiga variabel yang
direpresentasikan oleh lima belas indikator-indikator yang relevan. Pada variabel sosialisasi
atau kampanye zakat direpresentasikan oleh sejauh mana OPZ memiliki regulasi syariah yang
mengatur aspek tersebut. Kemudian pada variabel objek zakat terdapat dua belas indikator
yang menjadi refleksi atas kepatuhan syariah dalam objek atau harta zakat seperti harta zakat
harus bersumber dari harta halal, harta zakat sudah mencapai nishab dan haul, dan harta
penentuan harta-harta yang menjadi objek zakat sudah memenuhi ketentuan syariah dan
peraturan yang berlaku.
Tabel 7. Indikator IKSOPZ pada Dimensi Penyaluran Dana Zakat dan Regulasi Zakat
Dimensi Variabel Indikator
Penyaluran Dana Zakat
Kategori Penentuan Asnaf
Penentuan kategori asnaf fakir sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah
30
Dimensi Variabel Indikator
Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah
Durasi Penyaluran Zakat
Durasi penyaluran zakat konsumtif kepada asnaf zakat
Durasi penyaluran zakat produktif kepada asnaf zakat
Prioritas Penyaluran Zakat
OPZ Memiliki dokumen perencanaan penyaluran
OPZ menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik
Mekanisme Penyaluran Zakat
Penyaluran zakat tidak dilakukan melalui PT atau lembaga komersial lainnya
Hak Amil
Penyaluran dana Zakat bagi amil paling banyak sebesar 12.5% dari total pengumpulan infak/sedekah pada tahun berjalan
Penyaluran dana Infak/Sedekah bagi amil paling banyak sebesar 20% dari total pengumpulan infak/sedekah pada tahun berjalan
Penyaluran dana CSR bagi amil paling banyak sebesar 15% dari total pengumpulan CSR pada tahun berjalan
Dalam hal dana hak amil tidakmencukupi, OPZ dapat menggunakan hak Fisabilillah dalam batas yang wajar
Penyaluran dana DSKL bagi amil paling banyak sebesar 12.5% dari total pengumpulan DSKL pada tahun berjalan
Regulasi Legalitas OPZ OPZ telah menyesuaikan aspek kelembagaannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pada dimensi berikutnya yaitu dimensi penyaluran dana zakat dan regulasi zakat,
terdapat sembilan belas indikator relevan yang merefleksikan setiap variabel yang ada pada
kedua dimensi ini seperti penentuan kategori delapan asnaf di OPZ, durasi penyaluran zakat
konsumtif dan produktif, kepemilikan rencana program penyaluran, validasi calon penerima
bantuan, mekanisme penyaluran, penentuan hak amil atas dana ZIS dan DSKL. Kemudian pada
31
dimensi regulasi, IKSOPZ berupaya untuk mengidentifikasi OPZ yang telah menyesuaikan
kelembagaanya dengan peraturan yang berlaku.
4.2. Pembobotan Dimensi dan Variabel
Pada bagian ini, hasil pembobotan pada setiap dimensi dan variabel IKSOPZ yang diberikan
para pakar, akademisi serta praktisi zakat akan didiskusikan. Dalam konteks dimensi, Hasil
pembobotan menunjukan bahwa dimensi manajemen & tatakelola lembaga zakat
mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.35 dari total 1. Sedangkan, dimensi pengumpulan
dana zakat mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.30 dari total 1. Adapun dimensi
penyaluran dana zakat mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.30 dari total 1. Lebih lanjut,
pada dimensi regulasi zakat, para pakar, akademisi dan praktisi zakat sepakat untuk
memberikan nilai pembobotan sebesar 0.05 dari total 1.
Tabel 8. Hasil Pembobotan Dimensi dan Variabel Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
Dimensi Nilai Bobot Variabel Nilai Bobot
Manajemen & Tatakelola (X1)
0.35 Kebijakan Syariah (X1.1) 0.35
Pengawas Syariah (X1.2) 0.25
Keamilan (X1.3) 0.25
Transparansi (X1.4) 0.15
TOTAL 1
Pengumpulan Dana Zakat (X2)
0.30 Sosialisasi Pengumpulan Zakat (X2.1) 0.30
Objek Zakat (X2.2) 0.40
Penampungan dana ZIS & DSKL (X2.3) 0.30
TOTAL 1
Penyaluran Dana Zakat (X3)
0.30 Kategori Penentuan Asnaf (X3.1) 0.20
Durasi Penyaluran Zakat (X3.2) 0.20
Prioritas Penyaluran (X3.3) 0.20
Mekanisme Penyaluran (X3.4) 0.20
Hak Amil (X3.5) 0.20
TOTAL 1
Regulasi Zakat (X4) 0.05 Legalitas OPZ (X4.1) 1
TOTAL 1 TOTAL 1
Dalam dimensi pertama, para pakar, akademisi, dan praktisi zakat sepakat untuk
memberikan nilai pembobotan 0.35 dari total 1 atas variabel kebijakan syariah. Kemudian
variabel pengawas syariah mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.25 dari total 1.
Selanjutnya, variabel ketiga yaitu variabel keamilan, nilai pemobotan diberikan sebesar 0.25
dari total 1. Lebih lanjut, untuk variabel terakhir dari dimensi pertama yaitu variabel
32
transparansi, para pakar, akademisi dan praktisi sepakat untuk memberikan nilai pembobotan
sebesar 0.15 dari total 1.
Kemudian, dalam dimensi kedua yaitu dimensi pengumpulan dana zakat, variabel
sosialisasi atau kampanye zakat mendapakat nilai pembobotan sebesar 0.30 dari total 1,
variabel objek zakat mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.40 dari total 1 dan pada
variabel penampungan dana ZIS dan DSKL, nilai pembobotan yang diberikan adalah sebesar
0.30 dari total 1.
Selanjutnya, untuk dimensi ketiga yakni dimensi penyaluran zakat, seluruh variabel
dalam dimensi ini yaitu variabel penentuan kategori asnaf zakat, durasi penyaluran zakat,
prioritas penyaluran zakat, mekanisme penyaluran zakat, penentuan hak amil masing-masing
mendapatkan nilai pembobotan sebesar 0.20 dari total 1. Pada dimensi terakhir, dimensi
regulasi zakat, variabel legalitas OPZ mendapatkan nilai pembobotan 1 dari total 1 di dimensi
tersebut.
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada bagian ini akan dibahas hasil pengujian tingkat validitas menggunakan uji Pearson dan
pengujian tingkat reliabilitas Cronbach Alpha dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS
statistic versi 23 pada setiap indikator yang ada pada variabel IKSOPZ yang melibatkan 15
pakar, akademisi serta praktisi zakat. Secara keseluruhan terdapat 41 indikator yang menjadi
bagian dalam seluruh variabel IKSOPZ.
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Pearson pada Indikator IKSOPZ
Indikator Variabel Sig. (2-tailed) Indikator Variabel Sig. (2-tailed)
Indikator 1 .057** Indikator 21 .000***
Indikator 2 .000*** Indikator 22 .209
Indikator 3 .373 Indikator 23 .331
Indikator 4 .441 Indikator 24 .000***
Indikator 5 .002*** Indikator 25 .000***
Indikator 6 .034** Indikator 26 .000***
Indikator 7 .515 Indikator 27 .000***
Indikator 8 .253 Indikator 28 .000***
Indikator 9 .527 Indikator 29 .000***
Indikator 10 .559 Indikator 30 .000***
Indikator 11 .001*** Indikator 31 .952
Indikator 12 .007*** Indikator 32 .000***
Indikator 13 .000*** Indikator 33 .057**
Indikator 14 .000*** Indikator 34 .046**
33
Indikator Variabel Sig. (2-tailed) Indikator Variabel Sig. (2-tailed)
Indikator 15 .000*** Indikator 35 .487
Indikator 16 .000*** Indikator 36 .006***
Indikator 17 .000*** Indikator 37 .042**
Indikator 18 .005*** Indikator 38 .014***
Indikator 19 .000*** Indikator 39 .046**
Indikator 20 .000*** Indikator 40 .074*
Indikator 41 .424
*. Correlation is significant at the 0.1 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ***. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil pengujian menunjukan 23 indikator-indikator kepatuhan syariah mendapatkan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0.01, dan 6 indikator lainnya mendapatkan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0.05. Disamping itu, terdapat satu indikator yang memiliki nilai signifikansi
lebih kecil dari 0.1. Adapun 11 indikator lainnya memiliki nilai signifikansi di atas 0.10
Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha IKSOPZ
Indikator Cronbach's
Alpha if Item Deleted
Indikator Cronbach's
Alpha if Item Deleted
Indikator 1 .942 Indikator 22 .943
Indikator 2 .938 Indikator 23 .944
Indikator 3 .944 Indikator 24 .939
Indikator 4 .948 Indikator 25 .941
Indikator 5 .940 Indikator 26 .941
Indikator 6 .942 Indikator 27 .938
Indikator 7 .948 Indikator 28 .938
Indikator 8 .943 Indikator 29 .938
Indikator 9 .945 Indikator 30 .938
Indikator 10 .944 Indikator 31 .945
Indikator 11 .941 Indikator 32 .940
Indikator 12 .941 Indikator 33 .942
Indikator 13 .940 Indikator 34 .942
Indikator 14 .938 Indikator 35 .950
Indikator 15 .938 Indikator 36 .941
Indikator 16 .938 Indikator 37 .942
Indikator 17 .938 Indikator 38 .941
Indikator 18 .941 Indikator 39 .942
Indikator 19 .940 Indikator 40 .942
Indikator 20 .938 Indikator 41 .946
Indikator 21 .938 Total 0.943
34
Kemudian, jika melihat hasil pengujian tingkat reliabilitas Cronbach Alpha terhadap
indikator-indikator IKSOPZ, seluruh indikator-indikator IKSOPZ mendapatkan skor di atas 0.60
yang berarti seluruh indikator IKSOPZ reliabel. Sehingga, selain mendapatkan validasi yang
kuat dari para pakar, akademisi dan praktisi zakat yang terlibat dalam seluruh rangkaian FGD
OPZ, indikator-indikator IKSOPZ juga dalam pengujian Uji Validitas Pearson dan Uji Reliabilitas
Cronbach Aplha, secara rata-rata indikator-indikator IKSOPZ memiliki tingkat validitas dan
reliabilitas yang cukup kuat.
4.4. Tahapan Penghitungan
Dalam proses penghitungan Indeks Kepatuhan Syariah OPZ menggunakan metode Multi-
Stage Weighted Index, terdapat beberapa tahap penghitungan yang dimulai dengan
penghitungan setiap variabel serta dimensi dan berakhir pada penghitungan nilai Indeks
secara keseluruhan. Adapun secara matematis tahapan penghitungan Indeks Kepatuhan
Syariah dapat dilihat sebagaimana berikut:
1. Penghitungan hasil nilai skala likert pada setiap variabel serta dimensi Indeks
Kepatuhan Syariah OPZ:
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 = ((𝑆11 × 𝑊𝑉1
1 × 𝑊𝐷1) + (𝑆12 × 𝑊𝑉1
2 × 𝑊𝐷1) + ⋯ + (𝑆1𝑖 × 𝑊𝑉1
𝑖 × 𝑊𝐷1))
÷ 5
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 = ((𝑆21 × 𝑊𝑉2
1 × 𝑊𝐷2) + (𝑆22 × 𝑊𝑉2
2 × 𝑊𝐷2) + ⋯ + (𝑆2𝑖 × 𝑊𝑉2
𝑖 × 𝑊𝐷2))
÷ 5
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 = ((𝑆31 × 𝑊𝑉3
1 × 𝑊𝐷3) + (𝑆32 × 𝑊𝑉3
2 × 𝑊𝐷3) + ⋯ + (𝑆3𝑖 × 𝑊𝑉3
𝑖 × 𝑊𝐷3))
÷ 5
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4 = ((𝑆41 × 𝑊𝑉4
1 × 𝑊𝐷4) ÷ 5
Dimana:
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi pertama
35
𝑆11 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada
variabel pertama di dimensi pertama 𝑊𝑉1
1 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di dimensi pertama
𝑆12 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada
variabel kedua di dimensi pertama 𝑊𝑉1
2 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel kedua di dimensi pertama
𝑆1𝑖 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada
variabel i di dimensi pertama 𝑊𝑉1
𝑖 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel i di dimensi pertama
𝑊𝐷1 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi pertama
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi kedua 𝑆2
1 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel pertama dimensi kedua
𝑊𝑉21 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di
dimensi kedua 𝑆2
2 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel kedua di dimensi kedua
𝑊𝑉22 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel kedua di
dimensi kedua 𝑊𝑉2
𝑖 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel i di dimensi kedua
𝑊𝐷1 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi kedua
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi ketiga 𝑆3
1 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel pertama dimensi ketiga
𝑊𝑉31 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di
dimensi ketiga 𝑆3
2 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel kedua di dimensi ketiga
𝑊𝑉32 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel kedua di
dimensi ketiga 𝑊𝑉3
𝑖 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel i di dimensi ketiga
𝑊𝐷3 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi ketiga
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada dimensi keempat 𝑆4
1 : Nilai rata-rata skala likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ pada variabel pertama dimensi keempat
36
𝑊𝑉41 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada variabel pertama di
dimensi keempat 𝑊𝐷4 : Nilai pembobotan yang dibubuhkan pada dimensi keempat
2. Penjumlahan nilai total indeks setiap dimensi Indeks Kepatuhan Syariah OPZ yang
secara matematis dapat dilihat sebagai berikut:
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 + 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 + 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 + 𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4
Dimana:
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 : Nilai total Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷1 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi pertama
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷2 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi kedua
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷3 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi ketiga
𝐼𝐾𝑆𝑂𝑃𝑍𝐷4 : Nilai Indeks Kepatuhan Syariah OPZ untuk dimensi keempat
4.5. Kriteria Penilaian Indeks
Dalam menilai hasil pengukuran dalam sebuah indeks, penentuan rentang nilai serta kategori
penilaian dari sebuah indeks sangat diperlukan untuk menidentifikasi nilai indeks yang
didapat. Bagian ini membahas tentang kriteria penilaian indeks pada Indeks Kepatuhan
Syariah Organisasi Pengelola Zakat.
Tabel 11. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
Rentang Nilai Kategori
0.00 – 0.20 Tidak Baik
0.21 – 0.40 Kurang Baik
0.41 – 0.60 Cukup Baik
0.61 – 0.80 Baik
0.81 – 1.00 Sangat Baik
Dalam Indeks Kepatuhan Syariah OPZ atau IKSOPZ, skala penilaian menggunakan skala 0
– 1, dimana 0 merupakan nilai terendah dan 1 adalah nilai tertinggi. Terdapat lima level
kategori penilaian dimana nilai 0.00 – 0.20 masuk dalam kategori tidak baik, 0.21 – 0.40 masuk
dalam kategori penilaian kurang baik, 0.41 – 0.60 masuk dalam kategori penilaian cukup baik.
Adapun rentang nilai di antara 0.61 – 0.80 masuk dalam kategori penilaian yang baik,
37
sedangkan rentang nilai yang masuk di antara 0.81 – 1.00 masuk dalam kategori penilaian
sangat baik.
38
5. PENUTUP
Bagian ini mendiskusikan tentang kesimpulan dari penelitian dalam penyusunan konsep
IKSOPZ. Kemudian, bagian ini juga menyediakan rekomendasi-rekomendasi yang relevan bagi
pemangku kebijakan zakat dalam melakukan supervisi dan peningkatan kualitas pengelolaan
zakat di Indonesia khususnya dalam tatakelola syariah dalam organisasi pengelola zakat.
5.1. Kesimpulan
Pengelolaan zakat telah diatur secara spesifik di dalam hukum syariah baik itu dalam Al-Quran
ataupun dalam Al-Hadist mulai dari tatacara pengumpulannya, pengelolaannya (manajerial)
sampai pada penyaluran dana zakat. Sebagai konsekuensinya, pengelolaan zakat di Indonesia
harus mematuhi setiap peraturan pengelolaan zakat dalam hukum syariah. Dalam
prakteknya, Pemerintah baik itu melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 2014, Peraturan Menteri Agama (PMA), Keputusan Menteri
Agama (KMA), Peraturan Badan Amil Zakat Nasional (PERBAZNAS) dan Surat Keputusan Ketua
BAZNAS telah mengatur aspek-aspek syariah yang harus dipatuhi dalam pengelolaan zakat.
Secara best practice, OPZ di Indonesia telah memiliki instrumen yang lengkap dalam
mendukung OPZ dalam mengimplementasikan aspek-aspek syariah dalam pengelolaan zakat.
Namun, proses implementasinya harus juga dievaluasi serta diukur agar regulator zakat
mendapatkan gambaran sejauh mana OPZ mematuhi aspek-aspek syariah dalam pengelolaan
zakat. Puskas BAZNAS bekerjasama dengan Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf
Kementerian Agama RI dalam menyusun konsep IKSOPZ.
IKSOPZ merupakan suatu alat ukur ilmiah yang dapat mengidentifikasi dan mengukur
tingkat kepatuhan syariah OPZ dalam pengelolaan zakat melalui tiga dimensi, tiga belas
variabel dan empat puluh dua indikator yang dapat menggambarkan tingkat kepatuhan OPZ
terhadap hukum-hukum syariah dan peraturan yang berlaku secara akurat. Penyusunan
dimensi, variabel dan indikator OPZ dilakukan melalui serangkaian grup diskusi terarah
bersama para pakar, praktisi dan akademisi dalam bidang keuangan sosial syariah khususnya
zakat. Di samping itu, IKSOPZ juga telah melalui serangkaian uji validitas dan reliablitas serta
pilot project di enam OPZ di tingkat nasional, kabupaten dan kota. Oleh karena itu, IKSOPZ
39
memiliki landasan yang sangat kuat dan reliabel untuk dapat diimplementasikan lebih luas di
seluruh OPZ di Indonesia.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan penyusunan dimensi, variabel dan indikator IKSOPZ yang telah memiliki landasan
yang sangat kuat, maka kajian ini merekomendasikan beberapa aspek-aspek penting bagi
pemangku kepentingan zakat di Indonesia baik itu sebagai regulator, pengelola zakat, dan
sebagai akademisi yang tertarik terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan dengan zakat.
1. Bagi regulator zakat di Indonesia, IKSOPZ dapat menjadi referensi utama dalam
melaksanakan proses evaluasi dan memetakan tingkat kepatuhan syariah dalam
pengelolaan zakat baik secara institusi, regional bahkan nasional. Sehingga, regulator
zakat di Indonesia dapat menentukan instrumen kebijakan yang tepat dalam
pengelolaan zakat nasional.
2. Bagi OPZ, IKSOPZ dapat menjadi salah satu referensi dalam melakukan pengukuran
secara mandiri tingkat kepatuhan OPZ terhadap hukum-hukum syariah dan peraturan
yang berlaku. Oleh karenanya, OPZ dapat mengetahui secara pasti sejauh mana
tatakelola syariah di OPZ telah berjalan.
3. Bagi akademisi, hasil kajian ini dapat menjadi salah satu referensi yang kuat dalam
penelitian yang terkait dengan tingkat kepatuhan syariah OPZ. Di sisi lain, para
akademisi juga dapat mengembangkan lebih lanjut IKSOPZ sesuai dengan kebutuhan
penelitian akademis untuk semakin memperkuat tatakelola syariah dalam
pengelolaan zakat di Indonesia.
40
Referensi
Ali, M. D. (2006). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf . Jakarta: UI Press.
Amalia, E. (2017). The Shariah Governance Framework for Strengthening Zakat Management
in Indonesia: A Critical Review of Zakat Regulations. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, Volume 162, 133-138.
Ascarya. (2018). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT): An Integrated Islamic Social and Commercial
Financial Institution in Indonesia. Kuala Lumpur: ISRA-THOMSON REUTERS IRTI Islamic
Commercial Law Report.
BAZNAS. (2015, Agustus 1). Profil Badan Amil Zakat Nasional. Retrieved from Website Resmi
BAZNAS: https://baznas.go.id/profil
BI, BAZNAS & IRTI-IsDB. (2016). Core Principles for Effective Zakat Operation and Principles.
Jakarta.
Hakim, C. M., Ascarya, Pramono, S. E., & Saoqi, A. A. (2019). Designing Shariah Standard for
Zakat Management Organization. Puskas Working Paper Series Volume 3.
Hanif, M. (2018). Shariah-Compliance Ratings of the Islamic Financial Services Industry: a
Quantitative Approach. ISRA International Journal of Islamic Finance Volume 10
Number 2, 162-184.
Hasan, A. M. (2008). Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial di Indonesia.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jick, T. D. (1979). Mixing Qualitative and Quantitative Methods: Triangulation in Action.
Administrative Science Quarterly Vol. 24, No. 4, 602-611.
Kementerian Agama RI. (2018). Pedoman Audit Syariah Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta:
Kementerian Agama RI.
Likert, R. (1932). A Technique for The Measurement Attitudes. Archieves of Phsycology
Volume 22, 5-55.
Nopiardo, W. (2019). Perkembangan Peraturan Tentang Zakat di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Syariah Volume 18 Nomor 1, 65-76.
Puskas-BAZNAS. (2017). Indeks Zakat Nasional. Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil
Zakat Nasional.
Qardhawi, Y. (1973). Fiqh Zakat: Dirasatu Muqaranatu al-Ahkamiha wa falsafatuha fi daifil
Quran was Sunnah. Beirut: Ar-risalah Foundation.
Republic of Indonesia. (2011). Indonesian National Zakat Act Number 23. Jakarta: Indonesia
Government.
41
Saad, R., & Marina, N. (2014). Islamic Accountability Framework in the Zakat Funds
Management. Procedia Social and Behavioral Sciences 164, 508-515.
Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. Carbondale:
John Willey & Sons Publisher.
Sudiana, N. (2019, 11 10). Fokus Amil pada Solusi, Bukan Hanya Prestasi. Retrieved from
https://republika.co.id/:
https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/ptokwa282/tradisi-ramadhan
Walliman, N. (2006). Social Research Methods. California: SAGE Publication.
42
Lampiran Skala Likert Indeks Kepatuhan Syariah OPZ
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
OPZ memiliki kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat
1 Tidak Memiliki Kebijakan Syariah dalam Pengelolaan Zakat
Melaksanakan Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat tetapi tidak memiliki landasan tertulis
Melaksanakan Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Memiliki dokumen Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat seperti SK/SOP tetapi belum disahkan
Memiliki dokumen Kebijakan syariah dalam pengelolaan zakat seperti SK/SOP yang sudah disahkan
Renstra yang dijabarkan dalam bentuk roadmapyang mengarah pada pencapaian tujuan syariah (maqasid syariah)
2 Tidak Memiliki Renstra
N.A Memiliki Renstra tapi tidak dijabarkan dalam bentuk roadmap maqasid shariah
N.A Memiliki dokumen renstra yang dijabarkan dalam bentuk roadmap syariah setiap lima tahun
OPZ memiliki Dewan Pertimbangan/Pengawas Syariah yang tersertifikasi
3 Tidak memiliki DPS N.A Memiliki DPS tetapi belum tersertifikasi
Memiliki DPS dan sekurang-kurangnya 1 orang telah tersertifikasi
Memiliki DPS dan seluruhnya telah tersertifikasi
OPZ Memiliki SOP pertimbangan pengawasan syariah
4 Tidak memiliki N.A Memiliki kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
N.A Memiliki SOP/SK
OPZ membuat laporan pengawasan syariah
5 Tidak Memiliki memiliki laporan pertimbangan syariah tetapi tidak dilaporkan secara periodik
memiliki laporan pertimbangan syariah setiap tahun tetapi tidak dipublikasikan
memiliki laporan pertimbangan syariah setiap 2 tahun dan dipublikasikan
memiliki laporan pertimbangan syariah setiap tahun dan dipublikasikan
43
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
OPZ memiliki Kode Etik amil zakat
6 Tidak memiliki kode etik amil zakat
N.A Memiliki kode etik amil zakat dalam bentuk kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
N.A Memiliki SOP/SK tentang Kode Etik Amil Zakat
Memiliki organ kelembagaan yang bertanggung jawab dalam menegakkan Kode Etik amil zakat
7 Tidak memiliki organ khusus yang menegakkan kode etik amil
Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil namun tidak tertuang dalam peraturan tertulis
Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil namun tidak tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan
Memiliki unit/organ khusus yang menegakkan Kode Etik Amil yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan
Hasil nilai Indeks Transparansi OPZ Puskas BAZNAS
8 Tidak Melakukan Pengukuran
Nilai Indeks Transparansi 0,00-0,25
Nilai Indeks Transparansi 0,26-0,50
Nilai Indeks Transparansi 0,51-0,75
Nilai Indeks Transparansi 0,76-1,00
OPZ memiliki kebijakan syariah dalam sosialisasi dan edukasi zakat
9 Melaksanakan edukasi dan sosialisasi pengumpulan zakat tetapi tidak didasarkan kepada hukum syariah
Melaksanakan edukasi dan sosialisasi berdasarkan hukum syariah tetapi tidak memiliki landasan kebijakan
Melaksanakan edukasi dan sosialisasi berdasarkan hukum syariah yang berlandaskan kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Memiliki dokumen hukum syariah dalam sosialisasi seperti SK/SOP tetapi belum disahkan
Memiliki dokumen hukum syariah dalam sosialisasi dan edukasi seperti SK/SOP yang sudah disahkan
Dana zakat yang dikumpulkan dari muzaki sudah mencapai haul, nishab dan dimiliki penuh oleh Muzaki
10 Tidak melakukan konfirmasi kepada Muzaki
Melakukan konfirmasi kepada Muzaki namun tidak memiliki dokumen pendukung
Melakukan konfirmasi kepada Muzaki namun berlandaskan kepada dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Melakukan konfirmasi kepada Muzaki dan berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang belum disahkan
Melakukan konfirmasi kepada Muzaki dan berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang sudah disahkan
44
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Dana zakat yang dikumpulkan bersumber dari harta halal
11 Tidak melakukan konfirmasi terkait sumber dana
Melakukan konfirmasi terkait sumber dana namun tidak memiliki dokumen pendukung
Melakukan konfirmasi terkait sumber dana namun berlandaskan kepada dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Melakukan konfirmasi terkait sumber dana dan berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang belum disahkan
Melakukan konfirmasi terkait sumber dana yang berlandaskan kepada dokumen SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat emas sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)
12 Perhitungan nishab dan kadar zakat emas tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat emas sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)
13 Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat uang dan surat berharga lainnya sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)
14 Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan
Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat perniagaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
45
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penghitungan nishab dan kadar zakat pertanian sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 653kg gabah, kadar: 10%: tanpa irigasi, 7.5%: air hujan dan irigasi, 5%: dengan irigasi)
15 Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertanian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat peternakan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab dan kadar sesuai dengan PMA No.69 tahun 2015)
16 Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat peternakan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat perikanan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)
17 Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat perikanan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
46
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Penghitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)
18 Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat pertambangan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sudah sesuai dengan ketentuan syariah (zakat usaha produksi nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%) (zakat usaha jasa nishab: 653kg gabah, kadar: 2.5%)
19 Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat perindustrian sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penghitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sudah sesuai dengan ketentuan syariah (nishab: 85 gram emas, kadar: 2.5%)
20 Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
47
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan syariah (zakat perusahaan nishab: 85 gram emas, kadar: 2,5% dari aktiva lancar yang telah dikurangi beban perusahaan selama satu tahun)
21 Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan tidak sesuai ketentuan syariah
Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah namun berlandaskan dokumen pendukung selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang belum disahkan
Perhitungan nishab dan kadar zakat perusahaan sesuai ketentuan syariah yang berlandaskan dokumen pendukung SOP/SK yang sudah disahkan
Penampungan dana zakat dan dana infak, sedekah serta DSKL dilakukan secara terpisah
22 Tidak melakukan pemisahan rekening
Melakukan pemisahan rekening namun tidak memiliki dokumen pendukung
Melakukan pemisahan rekening yang berlandaskan kepada kebijakan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Melakukan pemisahan rekening yang berlandaskan kepada kebijakan SOP/SK yang belum disahkan
Melakukan pemisahan rekening yang berlandaskan kepada kebijakan SOP/SK yang sudah disahkan
Seluruh dana ZIS dan DSKL yang dikumpulkan ditampung di rekening Bank Syariah, kecuali rekening penampungan sementara dan dipindahbukukan dalam jangka waktu tertentu
23 Tidak melakukan pemindahbukuan
Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu 6-12 bulan
Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu 3-6 bulan
Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu 1-3 bulan
Melakukan pemindahbukuan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan
Penentuan kategori asnaf fakir sesuai dengan ketentuan syariah
24 Penentuan kategori asnaf Fakir tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf Fakir sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf Fakir sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf Fakir sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf fakir sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
48
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah
25 Penentuan kategori asnaf miskin tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf miskin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Miskin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah
26 Penentuan kategori asnaf amil tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf amil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Amil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah
27 Penentuan kategori asnaf mualaf tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf mualaf sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Mualaf sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah
28 Penentuan kategori asnaf riqab tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf riqab sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Riqab sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
49
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah
29 Penentuan kategori asnaf gharimin tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf gharimin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Gharimin sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah
30 Penentuan kategori asnaf fisabilillah tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf fisabilillah sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Fii Sabilillah sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah
31 Penentuan kategori asnaf ibnu sabil tidak sesuai dengan ketentuan syariah
Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah namun tidak memiliki dokumen pendukung
Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan dokumen selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penentuan kategori asnaf ibnu sabil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang belum disahkan
Penentuan kategori asnaf Ibnu Sabil sesuai dengan ketentuan syariah berlandaskan SOP/SK yang sudah disahkan
Durasi penyaluran zakat konsumtif kepada asnaf zakat
32 Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan >12 bulan sejak dana zakat diterima
Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan 9-12 bulan sejak dana zakat diterima
Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan 6-9 bulan sejak dana zakat diterima
Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan 3-6 bulan sejak dana zakat diterima
Waktu penyaluran zakat konsumtif dilakukan dalam kurun 0-3 bulan sejak dana zakat diterima
Durasi penyaluran zakat produktif kepada asnaf zakat
33 Waktu penyaluran zakat dilakukan >12 bulan sejak dana zakat diterima
N.A Waktu penyaluran zakat dilakukan 6-12 bulan sejak dana zakat diterima
N.A Waktu penyaluran zakat dilakukan <6 bulan sejak dana zakat diterima
50
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
OPZ Memiliki dokumen perencanaan penyaluran
34 Tidak Memiliki perencanaan dalam penyaluran
Memiliki perencanaan penyaluran tapi tidak terdokumentasikan
Memiliki perencaan penyaluran yang terdokumentasikan tetapi tidak tertulis dalam RKAT
Memiliki perencaan penyaluran yang tertulis dalam RKAT namun belum disahkan
Memiliki perencaan penyaluran yang tertulis dalam RKAT dan sudah disahkan
OPZ menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik
35 Tidak menggunakan ukuran dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik
Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik namun tidak ada peraturan tertulis
Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik dan tercatat dalam dokumen selain SK/SOP atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik dan tercatat dalam dokumen berupa SK/SOP namun belum disahkan
Menggunakan had kifayah/alat ukur lainnya dalam memprioritaskan penyaluran kepada mustahik dan tercatat dalam dokumen berupa SK/SOP yang telah disahkan
Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersial lainnya
36 Seluruh Penyaluran zakat dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil
sebagian Penyaluran zakat dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil
Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil lainnya yang berlandaskan pada peraturan selain SK/SOP atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil dan memiliki landasan peraturan berupa SK/SOP namun belum disahkan
Penyaluran zakat tidak dilakukan dalam bentuk PT dan lembaga komersil dan tercatat dalam memiliki landasan peraturan berupa SK/SOP yang telah disahkan
Proporsi Hak Amil 12.5% 37 Proporsi Hak Amil melebihi 12,5%
Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% tetapi tidak tertuang dalam peraturan
Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK
Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan
Proporsi Hak Amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan
51
INDIKATOR SKALA
1 (tidak baik) 2 (kurang baik) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Penyaluran dana Infak/Sedekah bagi amil paling banyak sebesar 20% dari total pengumpulan infak/sedekah pada tahun berjalan
38 Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah melebihi 20%
Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% tetapi tidak tertuang dalam peraturan
Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan
Proporsi Hak Amil dari dana infaq/sedekah tidak melebihi 20% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan
Penyaluran dana CSR bagi amil paling banyak sebesar 15% dari total pengumpulan CSR pada tahun berjalan
39 Proporsi hak amil dari dana CSR melebihi 15%
Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% tetapi tidak tertuang dalam peraturan
Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan
Proporsi hak amil dari dana CSR tidak melebihi 15% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan
Dalam hal dana hak amil tidakmencukupi, OPZ dapat menggunakan hak Fisabilillah dalam batas yang wajar*
40 OPZ menggunakan dana fisabilillah dalam batas yang tidak wajar
N.A OPZ menggunakan dana fisabilillah dalam batas yang wajar
N.A OPZ tidak menggunakan dana fisabilillah
Penyaluran dana DSKL bagi amil paling banyak sebesar 12.5% dari total pengumpulan DSKL pada tahun berjalan
41 Proporsi dana DSKL bagi amil melebihi 12,5%
Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% tetapi tidak tertuang dalam peraturan
Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% yang tertuang dalam peraturan selain SOP/SK atau menginduk aturan BAZNAS Pusat dan/atau Kementerian Agama
Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang belum disahkan
Proporsi dana DSKL bagi amil tidak melebihi 12,5% dan tertuang dalam peraturan SOP/SK yang sudah disahkan
OPZ telah menyesuaikan aspek kelembagaannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
42 OPZ belum sesuai dengan aspek kelembagaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
N.A OPZ sedang proses penyesuaian aspek lembaga dengan undang-undang yang berlaku
N.A OPZ telah memiliki Izin operasional lembaga
52