Upload
vandiep
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
EFISIENSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT (OPZ) DALAM
MENGELOLA DANA ZAKAT DI INDONESIA
(Studi Kasus : Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Yayasan Baitul Maal BRI
(YBM BRI), Aksi Cepat Tanggap (ACT), Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS), dan BAZIS DKI Jakarta Periode 2013-2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Nur Najmi Muthia
1113046000131
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2017
Nur Najmi Muthia
v
ABSTRAKSI
Nur Najmi Muthia. Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat dalam Mengelola
Dana Zakat di Indonesia. Skripsi Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf,
Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) pada BMH, YBM BRI, ACT, BAZNAS dan BAZIS DKI
Jakarta pada periode 2013-3015 dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dan Pendekatan Intermediasi.
Metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis
(DEA) dengan pendekatan Intermediasi. Variabel Input yang digunakan adalah
Penerimaan Dana Zakat, Biaya Operasional dan Gaji Karyawan. Variabel output
yang digunakan adalah Distribusi Zakat, Asset Tetap dan Asset Lancar.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
dengan pendekatan intermediasi menunjukan bahwa pada BMH,ACT, dan BAZIS
DKI Jakarta secara berturut-turut pada tahun 2013 hingga 2015 mengalami efisiensi
100% yang artinya bahwa ketiga OPZ tersebut telah efisien pada tahun 2013-2015.
Sedangkan pada YBM BRI mengalami Inefisiensi pada tahun 2014 dan 2015
dengan nilai efisien 85,27% dan 90,95% dan BAZNAS mengalami inefisien pada
tahun 2013 dan 2015 dengan nilai efisien 91,32% dan 82,45%. Untuk
meningkatkan tingkat efisien terdapat tiga cara yaitu, pertama dengan cara
mengurangi nilai input dan mempertahankan tingkat outputnya, Kedua, mengacu
pada Efficient Reference Set, yaitu menggunakan angka pengganda (multiplier),
ketiga dengan mempertahankan tingkat input dan meningkatkan tingkat outputnya,
Keempat, dengan melihat table of target values dan tanpa menghitung
Kata Kunci : Efisiensi, Data Envelopment Analysis (DEA), OPZ, Pendekatan
Intermediasi
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFISIENSI
ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT (OPZ) DALAM MENGELOLA DANA
ZAKAT DI INDONESIA (Studi Kasus : Baitul Maal Hidayatullah (BMH),
Yayasan Baitul Maal BRI (YBM BRI), Aksi Cepat Tanggap (ACT), Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), dan BAZIS DKI Jakarta Periode 2013-2015” dengan
baik. Skripsi ini di susun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar
Sarjana Ekonomi.
Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dah Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dan Dr. M. Arief Mufraini,Lc, M.Si Selaku Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. AM Hasan Ali MA selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yogi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Abdurrouf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Endra Kasni Laila Yuda, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
7. Mohamad Mujibur Rohman, S.Ag., MA selaku pembimbing dan penasihat
akademik yang telah memberikan arahan selama menyelesaikan skripsi dan
perkuliahan.
8. Dr. Sofyan Rizal, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, masukan, saran, kritik dan motivasi selama menyelesaikan skripsi.
9. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum
dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis.
10. Kepada kedua orang tuaku, Ubaidillah dan Syamsiyah yang dengan sangat
tulus memberikan dukungannya baik berupa materil maupun nonmateril dan
telah sabar menunggu penulismeyelesaikan skripsi ini dan menjadi sarjana.
Semoga selalu di rahmati Allah SWT.
11. Sahabat-Sahabat Seperjuangan ZISWAF 2013 terima kasih telah memotivasi
penulis dan selalu memberikan senyuman untuk penulis terutama neng
rahma,ulfa, al, asma,ifa dan zaima.
12. Kepada Sahabat Tercinta Astiti Chandra, Naila Rizkia,Nisa Kusumawardhani
dan Gina Khoirunnisa yang telah menemani penulis dari awal hingga akhir
skripsi. Semoga kalian diberikan kemudahan juga untuk menyusun skripsi.
13. Kepada teman-teman Muamalat 2013 yang telah menemani penulis dari
semester awalhingga akhir.
14. Kepada seluruh Pengurus LDK Syahid 20 yang telah berjuang bersama penulis
dalam dakwah kampus.
viii
15. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi
ini,sehingga dibutuhkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.
Penulis berharap penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan penelitian ini.
Penulis, April 2017
Nur Najmi Muthia
ix
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG...........................................................
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................
ABSTRAKSI...................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
BAB I...............................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Identifikasi Masalah...........................................................................
C. Pembatasan Masalah..........................................................................
D. Perumusan Masalah...........................................................................
E. Tujuan Penelitian...............................................................................
F. Manfaat Penelitian.............................................................................
G. Review Studi Terdahulu....................................................................
H. Kerangka Pemikiran..........................................................................
I. Metode Penelitian...............................................................................
J. Sistematika Penulisan.........................................................................
BAB II..............................................................................................................
LANDASAN TEORI......................................................................................
A. Zakat....................................................................................................
B. Pengelolaan Zakat..............................................................................
C. Organisasi Pengelolaan Zakat...........................................................
D. Laporan Keuangan.............................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
1
1
1
8
9
9
9
10
11
17
19
20
22
22
22
24
25
27
x
E. Konsep Efisiensi..................................................................................
BAB III............................................................................................................
METODE PENELITIAN...............................................................................
A. Objek Penelitian.................................................................................
B. Jenis dan Sumber Data......................................................................
C. Populasi dan Sampel ..........................................................................
D. Metode Analisis Data..........................................................................
E. Pendekatan Pengukuran Efisiensi dengan DEA..............................
BAB IV.............................................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................
A. Variabel Input dan Output OPZ.......................................................
B. Analisis Efisiensi OPZ........................................................................
BAB V..............................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
31
36
36
36
41
42
43
43
45
45
45
47
65
65
65
66
68
71
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 1.1 Data Zakat,Infaq, dan sedekah di Indonesia....................
Tabel 1.1 Review Studi Terdahulu ...............................................................
Tabel 2.1. Organisasi Pengelola Zakat.........................................................
Tabel 3.1. Nama Lembaga Amil Zakat.........................................................
Tabel 4.1 Variabel Input dan Output 2013..................................................
Tabel 4.2 Variabel Input dan Output OPZ Periode 2014...........................
Tabel 4.3 Variabel Input dan Output Periode 2015....................................
Tabel 4.4 Efisiensi OPZ..................................................................................
Tabel 4.5 Hasil Pengurangan nilai efisiensi.................................................
Tabel 4.6 Target YBM BRI Periode 2014 Hasil DEAWIN........................
Tabel 4.7. Target YBM BRI Periode 2015 Hasil DEAWIN.......................
Tabel 4.8 Hasil Pengurangan nilai efisiensi..................................................
Tabel 4.9. Target BAZNAS Periode 2013 Hasil DEAWIN........................
Tabel 4.10. Target BAZNAS Periode 2015 Hasil DEAWIN......................
3
11
26
36
45
46
47
48
49
55
56
58
63
64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang berpenduduk
249,9 juta jiwa. Namun, hingga bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen),
bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September
2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik
menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk
miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014
menjadi 14,21 persen pada Maret 2015.1
Pemerintah telah berupaya untuk mengentaskan kemiskinan ini
dengan menggelontorkan dana untuk program penanggulangan kemiskinan
sebesar Rp 136,5 Triliun pada tahun 2013 dan Rp 134,5 Triliun pada tahun
2014. Dengan sedikit penyederhanaan, kita bisa mengatakan bahwa
anggaran sekitar Rp 136,5 triliun hanya berhasil menurunkan angka
kemiskinan 0,19 persen.2
1 Data BPS http://bps.go.id/brs/view/1158/ di akses pada 04 Januari 2017 2 Eka Luthfy Pratiwi, Upaya Pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia, https://pratiwiekaluthfy.wordpress.com/2014/06/07/upaya-pemerintah-dalam-menangani-masalah-kemiskinan-di-indonesia/ di akses pada 04 Januari 2016.
2
Salah satu Instrumen yang Islam tawarkan dalam pengentasan
kemiskinan adalah Zakat. Islam telah mengatur segala sisi kehidupan
manusia dengan sebaik-baiknya. Semua aturan itu telah tercantum dalam
kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an. Dari mulai hal ibadah maupun
muamalah, semua telah dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga
seharusnya terjadi keharmonisan dalam kehidupan manusia. Dan pada
akhirnya Islam bertujuan menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi
seluruh umat manusia.
Zakat merupakan merupakan kewajiban maliyah (materi) dan salah
satu rukun Islam yang hanif. Ia juga diperhitungkan sebagai salah satu
pondasi sistem keuangan ekonomi Islam, yang mana zakat
merepresentasikan diri sebagai sumber utama dalam pembiayaan adh-
dhaman al ijtima’i (jaminan sosial), jihad dalam jalan Allah, sebagaimana
ia juga ikut andil dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dan keunggulan
politik. Ketika para pemimpin umat Islam menyingkirkan penerapan zakat
dan orang-orang kaya tidak mau membayarnya, Allah SWT memberi bala’
kepada mereka dengan menghapus barakah dan hidup yang sempit.
Sebagaimana Rasulullah SAW memberi peringatan terhadap orang yang
menolak membayar zakat.beliau bersabda :3
3 Husayn Syahatah. Akuntansi Zakat Panduan Praktis Penghitungan Zakat Kontemporer. Pustaka Progresif. 2004. h.3
3
Artinya : “Dan mereka enggan membayar zakat kecuali daerah
tersebut dihalangi dari hujan. Kalaulah bukan karena binatang mereka
tidak akan diberi hujan” (HR Ibn Majah, al Bazzar dan al Baihaqi)
Sejak disahkannya UU No. 38 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan
UU No. 32 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat meniupkan angin segar
dalam dunia perzakatan di Indonesia sebab zakat merupakan instrument
islam yang dapat mengentaskan kemiskinan yang selalu menjadi
permasalahan di setiap Negara, terutama Indonesia. Dalam lima tahun
terakhir penerimaan zakat melalui lembaga resmi zakat di Indonesia
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Menurut Data BPS Pada Tahun 2015, Persentase Muslim di
Indonesia sekitar 85% yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk. Fakta ini
menyiratkan bahwa zakat memiliki potensi besar dan dapat berkontribusi
dalam mengurangi kemiskinan. Data zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) di
Indonesia menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah penghimpunan
zakat dari tahun 2002 hingga 2015 lihat Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Data Zakat,Infaq, dan sedekah di Indonesia
Tahun Rupiah
(Miliar)
USD (Juta) Pertumbuhan
(%)
Pertumbunan
(GDP)
2002 68.39 4.98 - 3.7
2003 85.28 6.21 24.70 4.1
2004 150.09 10.92 76.00 5.1
2005 295.52 21.51 96.90 5.7
2006 373.17 27.16 26.28 5.5
2007 740 53.86 98.30 6.3
2008 920 66.96 24.32 6.2
2009 1200 87.34 30.43 4.9
2010 1500 109.17 25.00 6.1
2011 1729 125.84 15.30 6.5
4
2012 2200 160.12 27.24 6.23
2013 2700 196.51 22.73 5.78
2014 3300 240.17 22.22 5.02
2015 3700 269.29 21.21 4.79
Sumber : Badan Amil Zakat Nasional (2016)
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa penghimpunan dana ZIS
mengalami peningkatan sebesar 5310,15 persen dalam kurun waktu 13
tahun. Pada tahun 2005 dan tahun 2007, terjadi kenaikan penghimpunan ZIS
hampir 100 persen yang diprediksi karena adanya bencana nasional di tanah
air (tsunami Aceh dan gempa bumi Yogyakarta). Jika dirata-ratakan dari
tahun 2002 sampai 2015,maka pertumbuhan penghimpunan ZIS mencapai
angka kenaikan sebesar 39.38 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
terdapat peningkatan kesadaran masyarakat yang cukup tinggi untuk
berzakat melalui organisasi pengelola zakat (OPZ). Tren pertumbuhan ini
juga mengindikasikan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat
terhadap kinerja OPZ, baik BAZNAS maupun LAZ.4
Hal penting lainnya yang dapat ditunjukan oleh tabel 1.1 adalah
tingginya pertumbuhan penghimpunan ZIS jika dibandingkan dengan
pertumbuhan PDB sebagai tolok ukur pertumbuhan ekonomi nasional. Pada
tahun 2009, terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 1.3
persen sebagai konsekuensi dari krisis finansial global. Namun,
pertumbuhan zakat di tahun yang sama justru meningkat sebesar 6.11
persen. Jika dilihat dari rata-ratanya, kenaikan rata-rata pertumbuhan zakat
4 Outlook Zakat Indonesia 2017.Pusat Kajian Strategis BAZNAS.hal.2
5
dari tahun 2002 sampai 2015 (39.28 persen) juga lebih besar dibandingkan
rata-rata pertumbuhan PDB yang hanya mencapai 5.42 persen. Hal ini
menunjukan bahwa pertumbuhan zakat tidak terlalu dipengaruhi oleh krisis
global sehingga kedepannya sangat berpotensi untuk berkontribusi dalam
pembangunan nasional.5
Potensi zakat nasional pada tahun 2015 menurut penelitian yang
diadakat oleh BAZNAS mencapai 286 triliun. Namun, potensi zakat
tersebut belum didukung oleh penghimpunan zakat di lapangan. Data terkini
menunjukan bahwa ada kesenjangan yang tinggi antara potensi zakat
dengan penghimpunan dana zakatnya. Hal ini dapat dilihat dari data aktual
penghimpunan zakat,infaq, dan sedekah nasional oleh OPZ resmi pada
tahun 2015 yang baru mencapai Rp 3.7 triliun atau kurang dari 1.3 persen
potensinya.6
Tabel 1.2 Pertumbuhan Penghimpunan Tahun 2010-2015
Tahun BAZNAS BAZNAS
Provinsi
BAZNAS
Kab/Kota
LAZ Nasional Pertumb
uhan
2010 33.125.920
.074
306.512.258.082 525.608.580.693 634.917.482.126 1.500.164.
240.975
2011 40.403.967
.865
204.482.157.749 824.014.964.426 659.963.269.358 1.728.864.
359.398
15.25%
2012 50.212.435
.875
253.252.821.349 1.179.716.104.080 729.217.590.043 2.212.398.
951.344
27.97%
2013 59.238.304
.066
1.645.482.867.203 281.687.974.612 653.194.923.848 2.639.604.
069.729
19.31%
2014 82.293.545
.780
415.451.020.092 1.422.364.285.476 1.379.891.148.652 3.300.000.
000.000
25.02%
2015 94.068.893
.820
642.797.514.841 885.309.169.850 2.028.193.434.453 3.650.369.
012.964
10.62%
Sumber : Dokumen Statistik BAZNAS (2016)
5 Outlook Zakat Indonesia 2017.Pusat Kajian Strategis BAZNAS.hal.2 6 Outlook Zakat Indonesia 2017.Pusat Kajian Strategis BAZNAS.hal.6
6
Jumlah dana zakat yang terkumpul secra nasional tahun 2010 sampai
2015 mengalami peningkatan. Namun, pertumbuhan tersebut tidak selalu
meningkat di setiap tahunnya,seperti pada tahun 2013 dan 2015.
Peningkatan pada tahun2013 (19.31 persen) lebih rendah daripada
peningkatan di tahun 2012 (27.97 persen). Begitu pula pada tahun 2015
(10.62 persen) yang lebih rendah dari peningkatan di tahun 2014 (25.02
persen).7
Zakat sebagai salah satu instrumen dalam pengetasan kemiskinan
akan lebih efektif jika pengelolaanya dikelola oleh suatu lembaga yang ahli
dalam mengelola zakat8. Maka dari itu diperlukan alat untuk mengukur
tingkat efisiensi kinerja suatu Organisasi Pengelola Zakat.
Hingga saat ini, pertumbuhan Organisasi Pengelola Zakat dari tahun
ke tahun menunjukan kemajuan yang signifikan. Menurut FOZ (Forum
Zakat), ada 19 Organisasi Pengelola Zakat yang resmi dan dikukuhkan di
tingkat pusat, terdiri dari 1 BAZNAS milik pemerintah dan 18 Lembaga
Amil Zakat yang dikelola oleh swasta.9
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) tersebut terbentuk melalui
berbagai macam, ada yang terbentuk melalui Perbankan, Pemerintah,
Swasta, Lembaga Kemanusiaan dan Organisasi Masyarakat (Ormas). Salah
7 Outlook Zakat Indonesia 2017.Pusat Kajian Strategis BAZNAS.hal.14 8 Nida Muslihah. ANALISIS DAMPAK PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT SEBAGAI
PENGURANG KEMISKINAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CIBEST(Kasus: LAZ PM Al
Bunyan Kota Bogor). Institut Pertanian Bogor.2016.hal. 4.
9 http://www.forumzakat.net, Artikel diakses pada 19 Juli 2016
7
satu sampel OPZ yang terbentukdari perbankan yaitu YBM BRI, yang
terbentuk dari Pemerintah yaitu BAZIS untuk Badan Amil Zakat Wilayah
DKI Jakarta dan BAZNAS sebagai Badan Amil Zakat tingkat Nasionalnya,
OPZ bentukan Swasta sebagai sampel ada Baitul Maal Hidayatullah dan
OPZ bentukan Lembaga kemanusiaan sebagai sample yaitu Aksi Cepat
Tanggap (ACT).
Meskipun begitu, masih terdapat kendala dan kekurangan yang
harus diperbaiki. Suatu LAZ dan /BAZ dapat dikatakan efektif dan efisien
apabila program-program yang dirancang dapat berjalan dan berhasil
mencapai tujuan perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya,
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi.10 Oleh karena itu, dibutuhkan
optimalisasi potensi zakat, salah satunya dengan efisiensi.
Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan
sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.11 Dalam ilmu
ekonomi, efisiensi digunakan untuk merujuk sebuah konsep yang terkait
pada pemanfaatan sumber daya untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Efisiensi merupakan salah satu instrument dalam mengukur kinerja
perusahaan atau lembaga yang memiliki laporan keuangan, dalam hal ini,
LAZ memiliki pedoman tersendiri, yaitu PSAK 109.
10 Achmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, (Jakarta: Yayasan Bermula dari Kanan, 2009), h.40. 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.352.
8
Lembaga zakat dapat dikatakan sehat, kredibel, efektif, dan efisien
apabila memenuhi berbagai indikator-indikator, diantaranya; pertama,
tujuan dan kegiatan lembaga sesuai dengan kebutuhan masyarakat; kedua,
program-program yang dilakukan sejalan dengan misi dan rencana strategis;
ketiga, mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memastikan bahwa
setiap program bisa mencapai sasaran dan tujuannya.12
Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan di atas, perlu
dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut seberapa efisien Lembaga
Amil Zakat dalam mengalokasikan berbagai sumber input untuk
menghasilkanberbagai output. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah
“EFISIENSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT NASIONAL
DALAM MENGELOLA DANA ZAKAT DI INDONESIA (Studi
Kasus Baitul Maal Hidayatullah, ACT, YBM BRI, BAZNAS dan
BAZIS DKI Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut :
1. Belum sesuainya potensi zakat (286 triliun) dengan realisasi zakat (3.7
triliun) yang ada di Indonesia.
12 Devani Sukma, “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi Nirlaba”, Artikel diakses pada tanggal 26 Oktobel 2012 dari http://www.keuanganIsm.com/../daftar-perencanaan.
9
2. Lebih rendahnya penghimpunan dana zakat pada tahun 2013 dan 2015
dibandingkan tahun sebelumnya.
3. Perlu adanya pengukuran efisiensi kinerja Badan atau Lembaga Amil
Zakat.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan
mendalam mka penulis memandang perlunya pembatasan permasalahan.
Oleh sebab itu, penulis memberikan batasan-batasan penelitian yaitu :
1. Penelitian ini akan mengukur tingkat efisiensi BAZNAS, Baitul Maal
Hidayatullah, BAZIS DKI Jakarta, ACT dan YBM BRI pada periode
2013-2015.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada BAZNAS pusat, Baitul Maal
Hidayatullah, BAZIS DKI Jakarta, ACT dan YBM BRI.
3. Penelitian ini dilakukan dari periode 2013 sampai dengan 2015.
Pertimbangannya adalah periode tersebut masih relevan untuk diteliti
saat ini.
D. Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat efisiensi BAZNAS, YBM BRI, Baitul Maal
Hidayatullah, ACT dan BAZIS DKI Jakarta pada periode 2013-2015?
10
2. Bagaimana cara mengoptimalkan efisiensi Organisasi Pengelola Zakat
di BAZNAS, YBM BRI, Baitul Maal Hidayatullah, ACT dan BAZIS
DKI Jakarta pada periode 2013-2015?
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis tingkat efisiensi dari BAZNAS, YBM BRI, Baitul Maal
Hidayatullah, ACT dan BAZIS DKI Jakarta pada periode 2013-2015.
2. Mengetahui cara mengoptimalisasi efisiensi Kinerja Organisasi
Pengelola Zakat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan digunakan untuk :
1. Secara teoritis
a. Untuk Akademisi
Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian efisiensi kinerja Organisasi Pengelola Zakat.
2. Secara Praktis
a. Untuk OPZ
Sebagai acuan dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan OPZ di masa yang akan datang,sehingga ZIS dapat
dikelola dengan baik.
b. Untuk Pemerintah
Sebagai acuan dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan pemerintah di masa yang akan datang, sehingga posisi
11
OPZ yang jelas dapat memudahkan pengelolaan dana
masyarakat.
c. Untuk Masyarakat
d. Menjadi sumber informasi bagi para donatur maupun calon
donatur untuk mengetahui tingkat efisiensi OPZ, yang dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan donatur terhadap lembaga.
G. Review Studi Terdahulu
Beberapa hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang ada hubungannya dengan tema penulisan penelitian ini
diantaranya :
Tabel 1.3 Review Studi Terdahulu
No. Sumber Deskripsi Penelitian Hasil Perbedaan
1. Lulu Meutia.
Analisis Pengukuran
Kinerja OPZ
Berdasarkan
Klasifikasinya: Studi
Kasus 3 LAZNAS.
Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas
Indonesia, Depok.
Tahun 2012
Skripsi ini membahas
pengukuran kinerja
dengan melakukan
analisis efektivitas dan
efisiensi 3 OPZ
berdasarkan
klasifikasi lembaga
pembentuknya, yaitu
BAMUIS BNI, BMH
dan DPU-DT pada
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa sebagian
besar kinerja
keuangan dan
non keuangan
OPZ ini sudah
baik dan efisien
namun harus
membenahi
Penulis
menggunakan
metode
kualitatif
deskriptif
dengan objek
3 LAZNAS
yaitu
BAMUIS
BNI, BMH
12
periode 2009-2010.
Metode yang
digunakan adalah
kualitatif deskriptif.
pendokumentasi
an data
keuangan dan
non keuangan
sesuai PSAK
109
dan DPU-DT
dengan
periode 2009-
2010.
2. Annisa Rahmayanti.
Efisiensi Lembaga
Amil Zakat dalam
Mengelola Dana
Zakat di Indonesia
(Studi Kasus :
PKPU, Rumah Zakat
dan BAMUIS BNI).
Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2014.
Penelitian ini
ditujukan untuk
mengukur tingkat
efisiensi LAZ,
mengetahui apakah
LAZ yang diteliti
telah menjalankan
tugasnya dengan
benar, dan untuk
bahan evaluasi kinerja
LAZ yang
bersangkutan
penelitian ini
menggunakan metode
non parametrik DEA.
Dari hasil
penelitian ini
diketahui
bahwa LAZ
PKPU dan
BAMUIS BNI
telah mencapai
tingkat efisiensi
maksimal 100%
dan tidak terjadi
inefisiensi.
Sedangkan
Rumah Zakat
memiliki nilai
efisiensi rata-
rata tahunan
yang kurang
Penulis
menggunakan
objek
penelitian
PKPU,
BAMUIS
BNI dan
Rumah Zakat
dan
menganalisis
faktor-faktor
yang
menyebabkan
inefisiensi
lembaga.
13
dari ketetapan,
yaitu 94,09%
dan inefisiensi
5,91%.
3. Nasher Akbar.
Analisis Efisiensi
Organisasi
Pengelola Zakat
Nasional dengan
Pendekatan Data
Envelopment
Analysis.
Jurnal Islamic
Finance $ Business
Review Vol.4, 2009.
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui tingkat
efisiensi OPZ secara
relatif menggunaka
DEA.
Hasilnya
menunjukan
bahwa efisiensi
OPZ pada 2005
masih lebih
baik dari 2006
dan 2007 baik
secara teknis
(94,52%), skala
(75%), dan
overall
(71,27%).
Perhitungan
terhadap 9 OPZ
tahun 2007
dengan asumsi
CRS,
menunjukkan
hanya 2 OPZ
Penulis
menggunakan
sampel 9
OPZ dan juga
menganalisis
faktor-faktor
penyebab
inefisiensi
pada periode
2005-2006.
14
yang efisien,
yakni BMM
dan Bamuis
BNI. Penyebab
utama
inefisiensi
adalah dana
tersalurkan dan
dana terhimpun,
yakni
menyumbang
43,1% dan
36%.
Sedangkan
pengukuran
dengan
orientasi input
menyatakan
bahwa sumber
inefisiensi
adalah biaya
operasional lain
sebesar 34,9%
15
dan biaya
sosialisasi
sebesar 31,1%.
4. Ikka Nur Wahyuni.
Analisis Efisiensi
Organisasi
Pengelola Zakat
Nasional Dengan
Metode DEA (Studi
di BAZNAS, Dompet
Dhuafa, Lazis NU
Periode 2013)
Penelitian ini
bertujuan
untukmengetahui
tingkat efisiensi
Organisasi Pengelola
Zakat Nasional pada
periode 2013 dengan
menggunakan metode
DEA dan pendekatan
produksi serta
intermediasi.
Hasil penelitian
ini menunjukan
bahwa OPZ
Nasional
denganpendekat
an intermediasi
menunjukan
kinerja
BAZNAS,
Dompet
Dhuafa, dan
Lazis NU yang
efisien.
Sedangkan pada
pendekatan
produksi
terdapat
inefisiensi pada
Dompet Dhuafa
denga 0,51.
Penulis
menggunakan
metode
Efisiensi
intermediasi
dan produksi
pada 3 OPZ
Yaitu
BAZNAS,
Dompet
dhuafa dan
Lazis NU
16
5. Arum Novia M.
Analisis Efisiensi
Lembaga Amil Zakat
di Indonesia
menggunakan DEA
Periode 2012-2013
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui tingkat
efisiensi Lembaga
Amil Zakat di
Indonesia, baik dalam
kinerjanya
menyalurkan dana
maupun
mengumpulkan dana
zakat.
Objek penelitian
meliputi 3 lembaga
amil zakat yaitu
Rumah Zakat, Dompet
Dhuafa, dan Pos
Keadilan Peduli Umat
(PKPU) pada periode
2012-2013. Metode
yang digunakan
adalah Data
Envelopment Analysis
(DEA) yang
Berdasarkan
hasil
perhitungan
DEA, Lembaga
Amil Zakat
sebagai
lembaga
penyalur dana
pada tahun
2012-2013
terdapat 1
lembaga yang
tidak efisien
pada tahun
2013
yaitu Rumah
Zakat.
Sedangkan
lembaga
lainnya sudah
efisien. Dan
lembaga amil
zakat sebagai
Penulis
menggunaka
objek
penelitianPK
PU, Dompet
dhuafa dan
Rumah Zakat
periode 2012-
2013
17
menganalisis tingkat
efisiensi antara
penggunaan input dan
output yang dihasilkan
dengan menggunakan
data sekunder yang
diperoleh dari laporan
keuangan yang telah
dipublikasikan di situs
resmi masing-masing
lembaga amil zakat.
lembaga
pengumpul
dana tahun
2012-2013
masih terdapat
lembaga yang
tidak efisien
yaitu
Rumah Zakat
dari tahun 2012
sampai 2013.
Sedangkan 2
lembaga
lainnya selalu
mengalami
efisien.
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir ini dibangun untuk mengukur tingkat efisiensi
Organisasi Pengelola Zakat seperti BAZNAS, YBM BRI, BAZIS DKI
18
Jakarta, ACT dan Baitul Maal Hidayatullah pada periode 2013-2015.
Pengukuran efisiensi pada penelitian ini dilakukan pendekatan intermediasi.
Analisis ini menjelaskan interaksi input dan output yakni variabel
dana zakat yang diterima, biaya personalia, biaya operasional, dana zakat
yang disalurkan, aktiva tetap dan aktiva lancar. Seperti yang ditampilkan
pada Gambar di bawah ini
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
Organisasi Pengelola Zakat
Badan Amil Zakat (BAZ) Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Pendekatan Intermediasi :
Input
-Penerimaan Zakat
-Biaya Pegawai
Biaya Operasional
Output
-Penyaluran Zakat
-Aset Tetap
-Aset Lancar
EFISIENSI OPZ
19
Pada Pendekatan Intermediasi, Input dibandingkan dengan Variabel
Output berupa jumlah dana ziswaf yang disalurkan, aktiva tetap dan aktiva
lancar.
I. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Laporan Keuangan dari BAZNAS,
Baitul Maal Hidayatullah, BAZIS DKI Jakarta, ACT dan YBM BRI
Periode 2013-2015
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan peelitian yang bersifat kuantitatif.
Kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-
teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data prosedur statistik.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan
dipublikasikan oleh BAZNAS, Baitul Maal Hidayatullah, BAZIS DKI
Jakarta, ACT dan YBM BRI dariperiode 2013-2015 serta literatur-
literatur yang berkenaan dengan pengukuran efisiensi.
4. Teknik Pengumpulan Data
20
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. dokumentasi ini adalah proses pengumpulan data dengan
mempelajari dan menganalisis dokumen-dokumen terkait seperti
Laporan Keuangan periode 2013 hingga 2015 dari Organisasi
Pengelola Zakat yang diteliti.
5. Metode Analisa Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode non-parametrik
DEA (Data Enevlopment Analysis) yang merupakan metode yang telah
terstandarisasi sebagai alat pengukuran kinerja suatu aktifitas unit,
dimana proses pengolahannya menggunakan perankat lunak
DEAWIN. Selain itu peneliti juga menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excel sebagai perangkat pendukung.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan
karya ilmiah Fakultas Syariah dan Hukum.
J. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab
yang memuat ide-ide pokok dan kemudia dibagi lagi menjadi sub-sub bab
yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi
kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
21
BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai
acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi
global skripsiyang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II, merupakan Landasan teori. Bab ini berisi tentang konsep
zakat yang meliputi pengertian, dasar hukum serta teori pengelolaan zakat.
Gambaran umum Organisasi Pengelola Zakat dan laporan keuangan.
Konsep efisiensi meliputi pengertian, pehitungan dan pengukuran efisiensi
dengan DEA. Dan yang terakhir adalah efisiensi pengelolaan zakat.
BAB III, berisi tentang metode penelitian yang meliputi sumber
data input dan output yang digunakan dalam penulisan ini, serta metode
analisisnya untuk menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan
pendekatan Data Envlopment Analysisi (DEA).
BAB IV, menjabarkan analisis dan pembahasan yang berisi tentang
perhitungan dan data-data yang diperoleh dari penelitian hingga diketahui
hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis terhadap hasil guna
mendapatkan kesimpulan.
BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi tentang keimpulan yang
diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk lembaga dalam
mengoptimalkan penyaluran dana zakat agar hasilnya lebih efisien.
Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
22
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat
1. Pengetian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zaka yang berarti berkah, bersih, dan baik.13 Sesuatu itu
zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka. Berarti
orang itu baik.
Menurut Lisan al Arab arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari
sudut bahasa adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Semuanya
digunakan di dalam Al-qur’an dan Hadits.
Zakat dari segi istilah fikih berarti “sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di
amping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.”14
Adapun persyaratan harta yang wajib dizakati itu adalah;
pertama, harta itu harus dikuasai secara penuh, dimiliki secara sah, dan
didapatkan dengan cara yang halal. Kedua, harta yang dapat
berkembang atau memiliki potensi untuk berkembang seperti
perdagangan, pertanian, peternakan, dan sebagainya. Ketiga, telah
melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan
13 Mu’jam Wasith, juz 1 hal 398. 14 Zamakhsyari berkata dalam al-Fa’iq, jilid 1:536, cetakan pertama.
24
seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya untuk
kelansungan hidupnya. Keempat, telah mencapai nisab atau batas
ukuran tertentu yang membuat harta menjadi wajib dizakati. Kelima,
telh mencapai haul atau batas waktu tertentu yang membuat harta
menjadi wajib dizakati.15
2. Dasar Hukum Zakat
Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an menjadi dasar kewajiban
untuk menunaikan zakat.
a. QS. At-Taubah ayat 103
يهم بها وصل عليهم إن صلتك سكن لهم وللا س ي خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزك
عليم
Artinya : “ Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan diri dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar Maha
Mengetahui”.
b. QS. Al-Baqarah ayat 43
اكعين كاة واركعوا م الر لة وآتوا الز وأقي وا الص
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku’lah
bersama orang-orang yang rukuk”.
15 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 2008). H.14.
25
c. QS. Al-Hajj ayat 78
ين من حرج ملة أبيكم حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم في الد إبراهيم وجاهدوا في للا
اكم سول شهيدا عليكم وتكونوا شهداء على هو س ال سل ين من قبل وفي هذا ليكون الر
هو موالكم فنعم ال ولى ونعم النص كاة واعتص وا بالل لة وآتوا الز ير الناس فأقي وا الص
Artinya : “dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam
(Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik
pelindung dan sebaik-baik Penolong.
B. Pengelolaan Zakat
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, yang dimaksud pengelolaan zakat adalah
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta
26
pendayagunaan zakat. Sedangkan tujuan dari pengelolaan zakat
adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat serta meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan.16
C. Organisasi Pengelolaan Zakat
Saat ini keberadaan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di
Indonesia menurut Undang Undang Nomer 38 Tahun 1999, terdiri
dari Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di
Ibukota Negara dibentuk oleh Presiden atas usulmenteri,sedangkan
Badan AmilZakat Daerah (BAZDA) berkedudukan di Ibu kota
Provinsi,Kabupaten dan Kecamatan dibentuk oleh Gubernur,
Bupati/Walikota dan Camat atas usul kepala kantor Departemen
Agama setempat.
Selain BAZ, pengelolaan zakat juga dilakukan oleh masyarakat
dalam bentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang didirikan oleh
masyarakat. Keberadaan LAZ dikukuhkan oleh pemerintah setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Di Indonesia, berdasarkan keputusan Menteri Agama R.I Nomor 581
Tahun 1999, demi transparansi dan profesionalitas pengelolaan
zakat, LAZ harus memiliki persyaratan teknis antara lain:
16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
27
1. Berbadan hukum
2. Memiliki data muzaki dan mustahik
3. Memiliki program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang baik
5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.
Menurut Undang-Undang, OPZ yang Legalitasnya diakui
pemerintah, khususnya Ditjen Pajak ada 19, antara lain
Tabel 2.1. Organisasi Pengelola Zakat
No. Nama Badan/Lembaga
1. Badan Amil Zakat Nasional
2. Dompet Dhuafa
3. YBM BRI
4. Lazis Nahdlatul Ulama
5. Lazis Muhammadiyah
6. Baitul Maal Hidayatullah
7. LAZ Dewan Dakwah Islam
Indonesia
8. PKPU
9. LAZ Baitul MaalMuamalat
10. Rumah Zakat
11. Lazis Peramina
12 Laznas Bank Syariah Mandiri
28
13. Lazis IPHI
14. Lazis Darut Tauhid
15. Yayasan Dana Sosial Al Falah
16. BAMUIS BNI
17. Lazis Takaful
18. LAZ Persis
19. BMT Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia
Sumber : Data Forum Zakat
D. Laporan Keuangan
1. Pengertian
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah:
laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat
ini atau dalam suatu periode tertentu.17
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan
perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya
dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti :18
a. Neraca
Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang
terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan
diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk
17 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008). h. 7. 18 Opcit
29
neraca. Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya satu
tahun. Namun, neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk
mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan. Biasanya hal
ini sering dilakukan pihak manajemen pada saat tertentu.
Menurut James C Van Horne, neraca adalah ringkasan posisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukan total
aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik.19
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan
ringkasan laporan keuangan. Artinya, laporan keuangan disusun
secara garis besarnya saja dan tidak mendetail. Kemudian, neraca
juga menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban
(utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya,
neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis)
harta, uang, dan modal perusahaan. Maksud pada tanggal tertentu
adalah neraca dibuat dalamwaktu tertentu setiap saat dibutuhkan,
namun biasanya neraca dibuat akhir tahun atau kuartal.20
Pada penelitian ini variabel yang ada pada neraca yaitu variabel
output yaitu asset tetap dan asset lancar pada OPZ.
b. Laporan perubahan dana
Laporan perubahan dana, adalah laporan keuangan yang
menyajikan informasi mengenai perubahan dana suatu perusahaan yang
19 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008).h. 30. 20 Ibid
30
terjadi selama satu periode akuntansi, berfungsi untuk mengetahui
apakah dana perusahaan bertambah atau berkurang.21
Variabel yang ada Dalam laporan perubahan dana yaitu
penerimaan dana zakat,gaji karyawan dan biaya operasional pada
variabel input dan penyaluran dana zakar pada variabel output.
c. Laporan catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan, adalah laporan keuangan yang
dibuat berkaitan dengan laporan keuangan lain yang disajikan. Laporan
ini memberikan informasi atau penjelasan secara rinci atau detail yang
dianggap perlu terhadap laporan keuangan yang ada. Tujuannya agar
pengguna laporan keuangan menjadi jelas dengan data yang
disajikan. 22
2. Tujuan Laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat
sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat
beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha
dalam manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan
dususun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada
21 Pengertian jenis dan macam-macam laporan keuangan http://www.kuliah.info di akses pada 17Januari 2017 22 Ibid
31
periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara
mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala.
Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan.
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan
keuangan yaitu :23
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlh kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan
dalam suatu periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan
keuangan.
23 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008). h. 10
32
h. Informasi keuangan lainnya.
E. Konsep Efisiensi
1. Pengertian
Efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan
sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.24 Efisiensi
secara tradisional didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan output tertentu dengan menggunakan input dalam porsi
seminimun mungkin, sehingga efisiensi merupakan tingkat input dibagi
dengan tingkat outputnya.
2. Analisis Efisiensi Melalui Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA merupakan salah satu pemrograman linear matematika,
pendekatan ini berdasarkan konsep efisiensi teknis dimana pada
pendekatan ini dapat mengukur dan menganalisis TE (Technical
Efficiencies) pada entitas yang berbeda-beda: produktif dan non
produktif, publik dan swasta, perusahaan-perusahaan profit dan non
profit.
Pemrograman DEA merupakan salah satu pendekatan non-parametrik
yang menghitung tingkat efisiensi dengan menggunakan pemrograman
linear untuk setiap unit yang ada dalam sampel.25 DEA mengukur
efisiensi pada setiap Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dengan
24 Departemen Pendidikan Nasional, h.352 25 Khalid Shahooth Khalaf Al Delaimi dan Ahmed Hussein Battall Al-Ani Using Data Envelopment Analysis to Measure Cost Efficiency With an Application on Islamic Bank. Scientific Journal of Adminitration Development, Vol. 4. (2006): h. 138
33
membandingkan unit terbaik dalam sampel untuk mendapatkan hasil
efisiensi.
Alat analisis DEA dapat digunakan untuk mengukur
efisiensi, antara lain untuk penelitian kesehatan (healt care), pendidikan
(education), transportasi, pabrik (manufacturing), maupun perbankan.
DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk
mengukur efisiensi relatif suatu UKE yang menggunakan banyak input
dan banyak output, dimana penmggabungan input dan output tersebut
tidak mungkin dilakukan. DEA merupakan formulasi dari program
linier.26
Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi
dengan DEA :27
1. Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang
berguna untuk mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang
sama.
2. Kedua mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan
ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.
3. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan
tingkat efisiensinya.
26 Susilowati, Indah, dkk.Modul Perkuliahan Pengukuran Efisiensi Melalui Data Envelopment
Analysis (DEA). (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, 2004).h.2
27 Ibid
34
Dasar pengukuran efisiensi dengan DEA adalah program
linier, transformasi program linier yang kita sebut dengan DEA adalah
sebagai berikut :28
maksimumkan
m
maxsimasi ht = ∑ vrt qrt
r=1
Dengan batasan atau kendala
m n
kendala ∑ vrt qrs - ∑ uit xit ≤ 0 , r = 1,2 …… m
r=1 i=1
n
∑ uik xik = 1 , dan Ui dan Vr ≥ 0, dimana:
i=1
qrt adalah jumlah output r pada bidang t
xit adalah jumlah input i pada bidang t
qrs adalah jumlah input r pada bidang s
xit adalah jumlah ouput i pada bidang t
m adalah jumlah sampel yang dianalisis
s Jumlah input yang digunakan
28 Susilowati, Indah, dkk.Modul Perkuliahan Pengukuran Efisiensi Melalui Data Envelopment
Analysis (DEA). (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, 2004).h.2-3
35
uik nilai terbesar input I pada bidang k
uit nilai tertimbang dari output r yang dihasilkan pada bidang t
ht adalah nilai yang dioptimalisasikan sebagai indikator efisiensi
Keterbatasan DEA :29
1. Mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat
diukur
2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan
unit lain dalam tipe yang sama.
3. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya CRS (constant
return to scale)
4. Bobot input dan output yang dihasilkan DEA sulit untuk ditafsirkan
dalam nilai ekonomi.
3. Pengukuran Efisiensi pada Lembaga Amil Zakat
Ukuran-ukuran efisiensi (kinerja) organisasi nirlaba seperti LAZ
dapat berupa :
a. Benefit, menyatakan ukuran keuangan dari nilai sosial yang
dilekatkan pada jasa organisasi. Penilaian keuangan dari benefit
mencangkup dua komponen yaitu, pengeluaran sosial dan peningkatan
29 Susilowati, Indah, dkk.Modul Perkuliahan Pengukuran Efisiensi Melalui Data Envelopment
Analysis (DEA). (Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, 2004).h.3
36
pendapatan masyarakat (dalam lembaga amil zakat yang dimaksud
masyarakat adalah mustahik )
b. Outcome, menyatakan ukuran non keuangan dari manfaat sosial
yang diberikan organisasi. Contohnya jumlah mustahik yang
mengalami peningkatan pendapatan.
c. Output, menyatakan berbagai ukuran dari volume kegiatan tanpa
memperhatikan apakah output tersebut mengarahkan organisasi pada
outcome yang diharapkan. Contohnya jumlah mustahik
yangdiberdayakan.
d. Input, menunjukan ukuran non keuangan dari jenis-jenis sumber
daya yang digunakan organisasi.
e. Cost, menunjukan nilai keuangan dari semua sumber daya yang
digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan pelayanan jasanya.30
30 Joelani, Pengukuran Kinerja Organisasi Lembaga, (Depok: FEUI, 1994), h.24.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Populasi dari Objek Penelitian adalah Organisasi Pengelola Zakat
Nasional yangmempunyai Laporan Keuangan yang di Publish ke khalayan
umum. Pemilihan sample dilakukan dengan teknik purposive sampling.
BAZNAS dipilih sebagai OPZ yang dikelola oleh pemerintah,
BAZIS DKI Jakarta dipilih sebagai OPZ yang dikelola oleh pemerintah
daerah dan mengelola dana terbesar dibanding BAZDA lain, YBM BRI
yang didirikan oleh perbankan dengan jumlah dana yang besar, ACT
lembaga kemanusiaan yang besar di Indonesia dan BMH yang merupakan
LAZ Swasta yang setiap tahun mengalami peningkatan penerimaan zakat
yang besar.
Tabel 3.1. Nama Lembaga Amil Zakat
No Nama Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
1. Badan Amil Zakat Nasional Pusat
(BAZNAS)
2. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
3. Yayasan Baitul Maal BRI (YBM BRI)
4. Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
5. BAZIS DKI Jakarta
38
Keterangan :
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
BAZNAS merupakan Badan Amil Zakat bentukan pemerintah,
BAZNAS juga sudah memiliki sertifikasi ISO 9001:2008. Hingga saat
ini Baznas masih menjadi Lembaga yang dipercaya Masyarakat Seperti
visinya yang ingin menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah,
Transparan dan Profesional.31
Pada penelitian ini BAZNAS mewakili OPZ dari ranah Badan
bentukan Pemerintah.
2. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
ACT merupakan lembaga yang bergerak pada bidang kemanusiaan.
Dengan visi Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional
berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk
mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik.ACT resmi didirikan
pada tanggal 25 April 2005. ACT didukung oleh donatur publik dari
masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap permasalahan
kemanusiaan dan juga partisipasi perusahaan melalui program
kemitraan dan Corporate Social Responsibility (CSR).32
31 Profil BAZNAS www.baznas.go.id diakses pada 17 Januari 2017 32 Profil ACT www.ACT.id diakses pada 17 Januari 2017
39
Pada penelitian ini ACT mewakili OPZ dari ranah Lembaga
Kemanusiaan.
3. YBM BRI
Akta pendirian Yayasan BaitulMaal Bank Rakyat Indonesia No. 52
dari notaris agus madjid, SH. Tanggal 10 Agustus 2001. Surat
keputusan Menteri Agama No. 445 tahun 2002 tentang pengukuhan
Yayasan Baitul Maal BRI sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Visi
dari YBM BRI menjadi pengelola ZIS terkemuka di Indonesia yang
amanah, profesional dan sesuai dengan Yariat Islam.33
Pada penelitian ini BAZNAS mewakili OPZ dari ranah Lembaga
Amil Zakat bentukan perbankan.
4. Baitul Maal Hidayatullah
Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah merupakan
lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan dana Zakat,
infaq, sedekah, kemanusiaan, dan CSR perusahaan, dan melakukan
distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi
secara nasional.
Kantor layanan LAZNAS BMH hadir di 27 Propinsi dengan 69 unit
pembantu penghimpunan (UPP) zakat, infak dan sedekah. Kami
wujudkan semua sebagai komitmen untuk menjadi perantara kebaikan,
33 Profil YBM BRI www.ybmbri.org diakses pada 17 Januari 2017
40
memberi kemudahan bagi masyarakat dalam menunaikan ZISWAF agar
Indonesia yang lebih berartabat.
Kiprah program BMH dari hasil pengelolaan zakat telah melintasi
berbagai daerah di Indonesia, setidaknya 287 Pesantren telah eksis dan
berkiprah, 5213 Dai Tangguh telah meyebar seantero nusantara, ribuan
keluarga dhuafa telah terberdayakan dan mandiri, ribuan anak usia
sekolah mendapatkan pendidikan yang layak. Semua adalah wujud
nyata dari pengelolaan ZISWAF yang dikelola. Tak heran jika
Desember 2015, BMH resmi dikukuhkan kembali sebagai LAZNAS
oleh Kementrian Agama RI dengan SK No 425 Tahun 2015 dan sesuai
ketentuan UU Zakat No 23/2011.34
Visi BMH Menjadi lembaga amil zakat yang terdepan dan
terpercaya dalam memberikan pelayanan kepada ummat
5. BAZIS DKI Jakarta
Secara langsung menjadi latar belakang berdirinya BAZIS Provinsi
DKI Jakarta, yaitu : pertama, Saran sebelas tokoh ulama nasional yang
berkumpul di Jakarta pada 24 September 1968, untuk membahas
beberapa persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Di
antara rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah:
34 Profil BM www.BMH.or.id diakses pada 17 Januari 2017
41
1.) Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata
usaha yang baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan
pengumpulan dan pendayagunaanya kepada masyarakat.
2.) Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang
belum dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan
efektivitas pengumpulan zakat, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pembangunan.
Saran sebelas ulama itu ditanggapi secara serius oleh Presiden RI
yang kemudian memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan
instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu terlaksananya
pengumpulan zakat secara nasional.
Seruan Presiden Republik Indonesia pada peringatan Isra Mi’raj
Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, pada tanggal 26 Oktober 1968
tentang perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang
besar untuk menunjang pembangunan.
Dua hal inilah yang melatar belakangi pendirian BAZIS Provinsi
DKI Jakarta. Selanjutnya, secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta,
Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan No. Cb. 14/8/18/68
tertanggal 5 Desember 1968 tentang Pembentukan BadanAmil Zakat,
berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.
42
Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ
dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan,
tugas utamanya adalah mengumpulkan zakat di wilayah DKI Jakarta
dan penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin.
Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat
(BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada
aspek penghimpunan zakat yang tertihat belum optimal. Jumlah dana
zakat yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari
masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada
penghimpunan dana zakat saja.
Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena
semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka
Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No.
D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ
ini menjadi Badan Amil Zakat dan infaq/shadaqah yang selanjutnya
disingkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan
pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya
mencakup zakat, akan tetapi lebih dan itu, mengelola dan
mengumpulkan infaq/shadaqah serta amal sosial masyarakat yang
lain. 35
B. Jenis dan Sumber Data
35 Profil Bazis DKI Jakarta www.bazisdki.id diakses pada 17 Januari 2017
43
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data skunder
yang berupa laporan keuangan Organisasi Pengelola Zakat yang
dipublikasikan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan efisiensi
pengelolaan dana zakat.
Adapun sumber data dalam penelitian ini berasal dari 5 OPZ sebagai
Organisasi Pengelola Zakat yang mempublikasikan laporan keuangannya
sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas dalam mengelola dana zakat
yang diperolehnya.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh OPZ (Organisasi
Pengelola Zakat) yang beroperasi di Indonesia. Di Indonesia, pengelolaan
zakat dilakukan oleh dua institusi, yaitu pemerintah dan swasta, bentukan
pemerintah adalah BAZ (Badan Amil Zakat) dengan BAZNAS sebagai
pusat koordinator, sedangkan swasta adalah Lembaga AmilZakat (LAZ)
yang dibentuk baik sebelum adanya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat maupun setelah adanya Undang-Undang.36
Lembaga-lembaga Amil Zakat tersebut memiliki klasifikasi
lembaga pembentuk yang bervariasi, ada yang dibentuk oleh Lembaga
Bisnis (Perbankan), ORMAS (Organisasi Masyarakat), LSM (Lembaga
Masyarakat), dan Komunitas.37
36 Annisa Rahmayanti. Efisiensi LAZ dalam Mengelola Dana Zakat (Studi Kasus PKPU, Rumah Zakat dan BAMUIS BNI). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2014. h.36. 37 Ibid
44
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah OPZ yang dikelola oleh
swasta atau disebut juga LAZ. LAZ yang diteliti adalah Baitul Maal
Hidayatullah, OPZ yang dikelola oleh Perbankan yaitu YBM BRI, Dan OPZ
yang dikelola oleh Pemerinta yaitu BAZNAS, yang dkelola oleh Pemerintah
daerah yaitu BAZIS DKI Jakarta, dan yang dikelola oleh lembaga kemanusiaan
yaitu ACT.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian iniaksi cepat tanggap menggunakan analisis
kuantitatif. Dalam analisis kuantitatif ini, untuk menghitung tingkat efisiensi
peneliti menggunaka Data Envelopment Analysis (DEA) yang merupakan
metode yang telah terstandarisasi sebagai alat untuk mengukur kinerja aktivitas
unit, dimana prosesnya menggunakan aplikasi DEAWIN.
E. Pendekatan Pengukuran Efisiensi dengan DEA
Pengukuran efisiensi pada lembaga keuangan, termasuk lembaga nirlaba
mempunyai banyak pendekatan, pendekatan yang digunakan, antara lain :
1. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini menganggap institusi keuangan sebagai produsen dari
simpanan dan kredit pinjaman. Input adalah jumlah tenaga kerja, asset tetap,
dan material lainnya. Sedangkan output adalah jumlah simpanan, pinjaman
serta transaksi terkait.
2. Pendekatan intermediasi
45
Lembaga keuangan dianggap sebagai lembaga perantara dalam jasa
keuangan, yang mengubah dan meyalurkan aset-aset keuangan dari unit-unit
surplus kepada unit-unit defisit. Dalam hal ini, input yang digunakan adalah
biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran modal deposito. Outputnya kredit
pinjaman dan investasi keuangan
3. Pendekata asset
Pendekatan ini melihat institusi keuangan sebagai penyalur kredit
pinjaman yang outputnya diukur dengan aset-aset yang dimiliki.38
Dalam hal ini penulis memilih menggunakan pendekatan intermediasi,
karena Lembaga Nirlaba, dalam hal ini Organisasi Pengelola Zakat adalah
lembaga perantara antara donatur (muzzaki) yang memiliki dana kepada
penerima manfaat (mustahik) yang membutuhkan bantuan. Pendekatan aset
tidak dapat digunakan karena OPZ tidak melakukan penanaman dana dalam
bentuk kredit, surat-surat bnerharga dan alternatif aset lainnya. Sementara,
penulis tidak memakai pendekatan produksi karena penulis berfokus pada
institusi keuangan sebagai lembaga perantara dalam jasa keuangan bukan
sebagai produsen dari akun deposit dan kredit pinjaman.
38 Akbar Nasher Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional Dengan
Pendekatan Data Envlopment Analysis(. TAZKIA.Islamic Finance & Business
Review,2009).h.277
46
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Variabel Input dan Output OPZ
Berikut ini merupakan tabel Input dan Output dari OPZ Periode
2013-2015 yang terdiri dari 5 OPZ yang mewakili OPZ dari bidang
Perbankan, bentukan swasta, Lembaga Kemanusiaan dan Bentukan
Pemerintah (Pusat dan Daerah) :
Sumber : Data Sekunder diolah
INPUT OUTPUT
OPZ Penerimaan
dana zakat
Biaya
Operasional
Gaji
Karyawan
Distribusi
Zakat
Aktiva tetap aktiva lancar
BMH 17,795,633,377 6,937,223,680 8,021,275,637 13,953,389,955 14,818,838,955 10,914,248,953
YBM
BRI
62,139,981,420 1,156,684,870 1,398,038,551 60,045,530,633 1,258,654,632 32,820,090,669
ACT 900,924,979 2,374,486,498 8,328,778,267 1,423,638,148 2,728,320,600 5,695,586,043
BAZNAS 50,741,735,215 2,541,515,665 5,963,097,807 45,068,566,496 1,483,247,860 26,497,920,430
BAZIS
DKI
Jakarta
60,697,678,071 849,813,246 2,426,382,853 53,336,750,021 1,133,454,308 115,069,699,342
Tabel 4.1 Variabel Input dan Output Periode 2013
48
Tabel 4.2 Variabel Input dan Output OPZ Periode 2014
INPUT OUTPUT
OPZ Penerimaan
dana zakat
Biaya
Operasional
Gaji Karyawan Distribusi
Zakat
Aktiva tetap aktiva lancar
BMH 22,052,492,137 10,715,916,033 9,967,928,235 20,457,236,501 6,090,582,240 10,483,741,026
YBM
BRI
73,171,790,223 2,467,783,534 3,861,040,930 56,862,847,850 1,941,322,650 51,059,760,498
ACT 3,412,266,873 10,788,639,358 10,788,639,358 3,218,393,399 5,047,847,366 17,779,782,264
BAZNAS 69,865,506,671 4,010,808,034 7,075,455,021 64,265,141,159 1,216,478,088 38,644,739,487
BAZIS
DKI
Jakarta
69,435,346,674 1,539,910,944 1,813,176,960 63,138,463,452 2,127,233,568 126,027,087,580
Sumber : Data Sekunder diolah
Tabel 4.3 Variabel Input dan Output Periode 2015
49
Sumber: Data Sekunder diolah
B. Analisis Efisiensi OPZ
Berikut adalah hasil tingkat efisiensi 5 OPZ selama periode 2013
hingga 2015 melalui metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
DEAWIN. Berikut hasil efisiensi biaya dengan metode DEA pada lima
OPZ.
Tabel 4.4 Efisiensi OPZ
INPUT OUTPUT
OPZ Penerimaan
dana zakat
Biaya
Operasional
Gaji Karyawan Distribusi
Zakat
Aktiva tetap aktiva lancar
BMH 25,418,329,582 10,109,567,453 10,345,236,564 23,580,558,835 10,703,610,950 10,968,305,371
YBM
BRI
86,372,309,424 2,771,506,316 4,929,490,379 77,328,812,831 3,275,258,198 59,017,273,454
ACT 2,594,266,277 15,022,922,560 2,398,932,645 2,675,289,026 11,310,269,172 5,675,812,785
BAZNAS 82,272,643,293 6,801,296,097 6,114,012,359 66,766,033,369 492,456,155 691,797,634
BAZIS
DKI
Jakarta
82,001,385,224 2,332,763,518 1,547,951,242, 80,688,907,158 3,888,858,060 130,297,763,221
50
Periode BMH YBM BRI ACT BAZNAS BAZIS
2013 100% 100% 100% 91,32% 100%
2014 100% 85,27% 100% 100% 100%
2015 100% 90,98% 100% 82,43% 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari hasil DEA diketahui bahwa BMH, ACT dan Bazis DKI Jakarta
memiliki tingkat efisiensi yang maksimal atau tertinggi yaitu sebesar 100%,
selanjutnya YBM BRI dengan tingkat efisiensi sebesar 85,27% dan 90,98%
dan BAZNAS dengan tingkat efisiensi sebesar 91,32%, dan 82,43%.
Selanjutnya, akan dibahas lebih mendalam tingkat efisiensi dari
kelima OPZ berdasarkan metode DEA.
a. BMH
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BMH telah mencapai tingkat
efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian, BMH harus
mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu optimal.
b. YBM BRI
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa YBM BRI memiliki tingkat
efisiensi sebesar 85,27% pada tahun 2014 dan 90,98% pada tahun 2015.
Untuk itu, perlu adanya upaya bagi YBM BRI agar tingkat efisiensi optimal.
Agar YBM BRI efisien secara optimal, maka perlu melihat Efficient
Reference Set yaitu pada hal ini BMH, BAZNAS dan BAZIS dengan
memiliki shadow price 0,032, 0,158 dan 0,729 pada periode 2014 dan ACT
dan BAZIS dengan shadow price 0,019 dan 0,958 pada periode 2015. Shadow
51
price tersebut berfungsi sebagai angka pengganda (multiplier) yang
digunakan sebagai dasar untuk menyesuaikan input dan output YBM BRI
agar menjadi efisien. Sedangkan BMH, BAZNAS dan BAZIS pada periode
2014 dan ACT dan BAZIS pada periode 2015 merupakan acuan efisiensi
bagiYBM BRI, dimana YBM BRI dapat melakukan bencmarking.
Ada berbagai cara untuk dapat mengoptimalkan tingkat efisiensi pada
YBM BRI. Menurut Indah Sulistyowati, dkk dalam modul perkuliahan
pengukuran efisiensi melalui Data Envelopment Analysis ada empat cara
untuk mengoptimalkan tingkat efisiensi; mengurangi setiap inputnya,
Mengacu Efficient Reference Set, Mempertahankan tingkat input dan
meningkatkan tingkat outputnya, Melihat table of target values. Pertama,
karena YBM BRI memiliki tingkat efisiensi sebesar 85,27% pada tahun 2014
dan 90,98% pada tahun 2015 maka YBM BRI dapat meningkatkan
efisiensinya (100%) dengan mengurangi setiap inputnya, seperti pada tabel
berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pengurangan nilai efisiensi
Periode Pengurangan Hasil
2014 100% - 85,27% 14,73%
2015 100% - 90,98% 9,02%
Sumber : Data diolah
dan mempertahankan tingkat outputnya. Sehingga YBM BRI akan
menjadi efisien jika tingkat outputnya tetap dan tingkat inputnya menjadi:
52
Periode 2014
PDZ dari 73,171,790,223 menjadi 73,171,790,208
BO dari 2,467,783,534 menjadi 2,467,783,519
GK dari 3,861,040,930 menjadi 3,861,040,915
DZ, AT dan AL tetap.
Periode 2015
PDZ dari 86,372,309,424 menjadi 86,372,309,414
BO dari 2,771,506,316 menjadi 2,771,506,306
GK dari 4,929,490,379 menjadi 4,929,490,369
DZ, AT dan AL tetap.
Pada cara pertama ini input dikurangi dari nilai efisiensi dari YBM BRI pada
tahun 2014 dan tahun 2015. Yaitu input Pendistribusian dana zakat, Biaya
Operasional dan Gaji Karyawan. maka input yang dapat dikurangi agar mencapai
efisiensi maksimal yaitu variabel pendistribusian dana zakat, variabel Biaya
Operasional dan Gaji Karyawan. Pendistribusian Dana zakat dari 73,171,790,223
menjadi 73,171,790,208 pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 Pendistribusian dana
zakat dari 86,372,309,424 menjadi 86,372,309,414, Biaya Operasional dari
2,467,783,534 menjadi 2,467,783,519 pada tahun 2014 dan 2,771,506,316
menjadi 2,771,506,306 pada tahun 2015. Sementara untuk gaji karyawan pada
tahun 2014 dari 3,861,040,930 setelah dikurangi menjadi 3,861,040,915 dan pada
tahun 2015 gaji karyawan dari 4,929,379 menjadi 4,929,490,369.
Kedua, mengacu pada Efficient Reference Set, yaitu menggunakan angka
pengganda (multiplier) dalam hal ini adalah BMH, BAZNAS dan BAZIS pada
53
periode 2014 sementara ACT dan BAZIS pada periode 2015 yang menjadi acuan
efisiensi. Maka, input dan output menjadi:
Periode 2014 (Acuan BMH)
PDZ = 73,171,790,223 x 0,032 = 2,341,497,287
BO = 2,467,783,534 x 0,032 = 78,969,073
GK = 3,861,040,930 x 0,032 = 123,553,309
DZ = 56,862,847,850 x 0,032 = 1,819,611,131
AT = 1,941,322,650 x 0,032 = 62,122,324
AL = 51,059,760,498 x 0,032 = 1,633,912,335
Pada tahun 2014 acuan pertama adalah baitul maal hidayatullah
dengan score 0,032 hal ini berarti semua variabel input dan output pada actual di
kali dengan score dari acuan bmh. Sehingga variabel input pendistribusian dana
zakat menjadi 2,341,497,287, variabel biaya operasional menjadi 78,969,073,
variabel gaji karyawan menjadi 123,553,309, sementara untuk variabel output
distribusi zakat menjadi 1,819,611,131, aset tetap menjadi 62,122,324 dan aset
lancar menjadi 1,633,912,335.
Periode 2014 (Acuan BAZNAS)
PDZ = 73,171,790,223 x 0,158 = 11,561,142,855
BO = 2,467,783,534 x 0,158 = 389,909,798
GK = 3,861,040,930 x 0,158 = 610,044,466
DZ = 56,862,847,850 x 0,158 = 8,984,329,960
AT = 1,941,322,650 x 0,158 = 306,728,978
AL = 51,059,760,498 x 0,158 = 8,067,442,158
54
Pada tahun 2014, acuan kedua dari YBM BRI yaitu BAZNAS dengan nilai
score 0,158. Sehingga seluruh input dan output dari YBMBRI tahun 2014 di kali
acuan BAZNAS (0,158). Sehingga didapatkan nilai efisiensi untuk variabel
Penghimpunan dana zakat 11,561,142,855, biaya operasional 389,909,798, gaji
karyawan 610,044,466, distribusi zakat 8,984,329,960, aset tetap 306,728,978 dan
aset lancar 8,067,442,158
Periode 2014 (Acuan BAZIS)
PDZ = 73,171,790,223 x 0,729 = 43,342,235,072
BO = 2,467,783,534 x 0,729 = 1,799,014,196
GK = 3,861,040,930 x 0,729 = 2,814,698,837
DZ = 56,862,847,850 x 0,729 = 41,453,016,082
AT = 1,941,322,650 x 0,729 = 1,415,224,211
AL = 51,059,760,498 x 0,729 = 37,222,565,403
Pada tahun 2014, acuan ketiga YBM BRI yaitu BAZIS DKI Jakarta yang
memiliki score 0,729. Sehingga actual dari semua variabel dikali dengan 0,729
sehingga di dapatkan nilai untuk variabel penghimpunan dana zakat
43,342,235,072, biaya operasional 1,799,014,196, gaji karyawan 2,814,698,837,
distribusi zakat 41,453,016,082, aset tetap 1,415,224,211 dan aset lancar
37,222,565,403.
Periode 2015 (Acuan ACT)
PDZ = 86,372,309,424 x 0,019 = 1,641,073,879
BO = 2,771,506,316 x 0,019 = 52,658,620
GK = 4,929,490,379x 0,019 = 93,660,317
55
DZ = 773,328,812,831x 0,019 = 14,693,247,443
AT = 3,275,258,198 x 0,019 = 62,229,905
AL = 59,017,273,454 x 0,019 = 1,121,328,195
Sementara untuk tahun 2015 acuan yang pertama adalah ACT dengan score
0,019, hal ini berarti angka actual semua variabel harus dikalikan dengan 0,019.
Sehingga didapatkan nilai 1,641,073,879 untuk penghimpunan dana zakat,
52,658,620 untuk biaya operasional, 93,660,317 untuk gaji karyawan,
14,693,247,443 untuk distribusi zakat, 62,229,905 untuk aset tetap dan
1,121,328,195 untuk aset lancar.
Periode 2015 (Acuan BAZIS)
PDZ = 86,372,309,424 x 0,958 = 82,744,672,428
BO = 2,771,506,316 x 0,958 = 2,655,103,050
GK = 4,929,490,379 x 0,958 = 4,722,451,783
DZ = 773,328,812,831 x 0,958= 740,849,002,692
AT = 3,275,258,198 x 0,958 = 3,137,697,353
AL = 59,017,273,454 x 0,958 = 56,538,547,968
Untuk tahun 2015 acuan yang kedua adalah BAZIS DKI Jakarta dengan
score 0,958. Hal ini berarti meng-kali-kan nilai actual dengan 0958 sehingga
didapatkan hasil 82,744,672,428 untuk penghimpunan dana zakat, 2,655,103,050
untuk biaya operasional, 4,722,451,783untuk gaji karyawan, 740,849,002,692
untuk distribusi zakat, 3,137,697,353 untuk aset tetap dan 56,538,547,968 untuk
aset lancar.
56
Ketiga, dengan mempertahankan tingkat input dan meningkatkan tingkat
outputnya, sehingga YBM BRI akan manjadi efisien jika nilai output menjadi:
Periode 2014
DZ = 56,862,847,850/ 0,8527 = 66.685.643.307
AT = 1,941,322,650/ 0,8527 = 2.276.677.201
AL= 51,059,760,498/ 0,8527 = 59.880.099.094
PDZ, BO dan GK tetap.
Periode 2015
DZ = 773,328,812,831 / 0,9098 = 849.998.695.131
AT = 3,275,258,198 / 0,9098 = 3.599.976.036
AL= 59,017,273,454 / 0,9098 = 64.868.403.444
PDZ, BO dan GK tetap.
Untuk tahun 2014 nilai actual setiap output di bagi dengan hasil 85,27 / 100
yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai maksimal efisiensi dikurang nilai
efisiensi lembaga. sehingga jika OPZ ingin mengoptimalkan tingkat efisiensinya
menggunakan cara keempat ini, maka akan di dapatkan hasil untuk variabel
Distribusi Zakat 66.685.643.307, untuk variabel aset tetap 2.276.677.201
dan aset lancar 59.880.099.094 sementara untuk Penghimpunan dana zakat, Biaya
Operasional dan Gaji Karyawan Tetap.
Untuk tahun 2015 setiap nilai actual di bagi dengan hasil 90,98 /100. sehingga
jika OPZ ingin mengoptimalkan tingkat efisiensinya menggunakan cara keempat
ini, maka akan di dapatkan hasil untuk variabel Distribusi Zakat 849.998.695.131,
57
untuk variabel aset tetap 3.599.976.036 dan aset lancar 64.868.403.444 sementara
untuk Penghimpunan dana zakat, Biaya Operasional dan Gaji Karyawan Tetap.
Keempat, dengan melihat table of target values dan tanpa menghitung, dari
tabel tersebut dapat diperoleh bila YBM BRI akan efisien, maka target variabel
input output harus diubah dan disesuaikan.
Tabel 4.6 Target YBM BRI Periode 2014 Hasil DEAWIN
Targets for Unit YBM BRI Efficiency 85,27% Radial
VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN AVHIEVED
-PDZ 73,171,790,223 62,391,708,744 14,7% 85,3%
-BO 2,467,783,534 2,104,215,723 14,7% 85,3%
-GK 3,861,040,930 2,763,098,251 28,4% 71,6%
+DZ 56,862,847,850 56,862,847,850 0,0% 100,0%
+AT 1,941,322,650 1,941,322,650 0,0% 100,0%
+AL 51,059,760,498 98,364,852,590 92,6% 51,9%
Sumber : Data Sekunder diolah
Maka, dari tabel di atas agar YBM BRI efisien, variabel input dan
outputnya diubah menjadi:
PDZ dari 73,171,790,223 menjadi 62,391,708,744
BO dari 2,467,783,534 menjadi 2,104,215,723
GK dari 3,861,040,930 menjadi 2,763,098,251
DZ dari 56,862,847,850 menjadi 56,862,847,850
AT dari 1,941,322,650 menjadi 1,941,322,650
AL dari 51,059,760,498 menjadi 98,364,852,590
58
Tabel 4.7. Target YBM BRI Periode 2015 Hasil DEAWIN
Targets for Unit YBM BRI Efficiency 90,98% Radial
VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN AVHIEVED
-PDZ 86,372,309,424 78,584,252,882 9,0% 91,0%
-BO 2,771,506,316 2,521,603,967 9,0% 91,0%
-GK 4,929,490,379 1,528,411,922 69,0% 31,0%
+DZ 77,328,812,831 77,328,812,831 0,0% 100,0%
+AT 3,275,258,198 3,940,870,084 20,3% 83,1%
+AL 59,017,273,454 124,897,769,580 111,6% 47,3%
Sumber : Data Sekunder diolah
Maka, dari tabel di atas agar YBM BRI efisien, variabel input dan
outputnya diubah menjadi:
PDZ dari 86,372,309,424 menjadi 78,584,252,882
BO dari 2,771,506,316 menjadi 2,521,603,967
GK dari 4,929,490,379 menjadi 1,528,411,922
DZ dari 77,328,812,831 menjadi 77,328,812,831
AT dari 3,275,258,198 menjadi 3,940,870,084
AL dari 59,017,273,454 menjadi 124,897,769,580
c. ACT
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa ACT telah mencapai tingkat
efisiensi yang maksimal, yaitu sebesar 100%. Dengan demikian, ACT harus
mempertahankan tingkat efisiensinya agar selalu optimal.
d. BAZNAS
59
Berdasarkan hasil DEA diketahui bahwa BAZNAS memiliki tingkat
efisiensi sebesar 91.32% pada tahun 2013 dan 82.43% pada tahun 2015.
Untuk itu, perlu adanya upaya bagi BAZNAS agar tingkat efisiensi optimal.
Agar BAZNAS efisien secara optimal, maka perlu melihat Efficient
Reference Set yaitu pada hal ini YBM BRI dan ACT dengan memiliki shadow
price 0,738 dan 0,530 Periode 2013 dan ACT dan BAZIS yang memiliki
Shadow Price 0,249 dan 0,819 pada periode 2015 . Shadow price tersebut
berfungsi sebagai angka pengganda (multiplier) yang digunakan sebagai
dasar untuk menyesuaikan input dan output BAZNAS agar menjadi efisien.
Sedangkan YBM BRI dan ACT merupakan acuan efisiensi bagi BAZNAS,
dimana BAZNAS dapat melakukan bencmarking.
Ada berbagai cara untuk dapat mengoptimalkan tingkat efisiensi pada
BAZNAS. Pertama, karena BAZNAS memiliki tingkat efisiensi sebesar
91.32% pada tahun 2013 dan 82.43% pada tahun 2015 maka BAZNAS dapat
meningkatkan efisiensinya (100%) dengan mengurangi setiap inputnya,
seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Hasil Pengurangan nilai efisiensi
Periode Pengurangan Hasil
60
2013 100% - 91.32% 8.68%
2015 100% - 82.43% 17.57%
Sumber : Data diolah
dan mempertahankan tingkat outputnya. Sehingga BAZNAS akan
menjadi efisien jika tingkat outputnya tetap dan tingkat inputnya menjadi:
Periode 2013
PDZ dari 50,741,735,215 menjadi 50,741,735,206
BO dari 2,541,515,665 menjadi 2,541,515,656
GK dari 5,963,097,807 menjadi 5,963,097,798
DZ, AT dan AL tetap.
Periode 2015
PDZ dari 82,272,643,293 menjadi 82,272,643,275
BO dari 6,801,296,097 menjadi 6,801,296,079
GK dari 6,114,012,359 menjadi 6,114,012,323
DZ, AT dan AL tetap.
Pada cara pertama ini variabel input yaitu penghimpunan dana zakat, biaya
operasional dan gaji karyawan. Angka actual dari variabel input ini lalu dikurangi
dari hasil nilai efisiensi maksimal dikurang niali efisiensi BAZNAS, pada
BAZNAS tahun 2013 dan tahun 2014. Pada tahun 2013 didapati hasil nilai efisiensi
sebesar 8.68% dan 17.57%.
61
Kedua, mengacu pada Efficient Reference Set, yaitu menggunakan angka
pengganda (multiplier) dalam hal ini adalah ACT dan YBM BRI yang menjadi
acuan efisiensi. Maka, input dan output menjadi:
Periode 2013 (Acuan YBM BRI)
PDZ = 50,741,735,215 x 0,738 = 37,447,400,558
BO = 2,451,515,665 x 0,738 = 1,809,218,560
GK = 5,963,097,807 x 0,738 = 4,400,766,181
DZ = 1,483,247,860 x 0,738 = 1,094,636,920
AT = 724,021,933 x 0,738 = 981,059,529
AL = 621,310,134 x 0,738 = 841,883,650
Pada tahun 2013 acuan pertama adalah YBM BRI dengan score 0,738 hal ini
berarti semua variabel input dan output pada actual di kali dengan score dari acuan
ybm bri. Sehingga variabel input pendistribusian dana zakat menjadi
37,447,400,558, variabel biaya operasional menjadi 1,809,218,560, variabel gaji
karyawan menjadi 4,400,766,181, sementara untuk variabel output distribusi zakat
menjadi 1,094,636,920, aset tetap menjadi 981,059,529 dan aset lancar menjadi
841,883,650
Periode 2013 (Acuan ACT)
PDZ = 50,741,735,215 x 0,530 = 26,893,119,663
BO = 2,451,515,665 x 0,530 = 1,299,303,302
GK = 5,963,097,807 x 0,530 = 3,160,441,837
DZ = 1,483,247,860 x 0,530 = 786,121,365
AT = 724,021,933 x 0,530 = 1,366,079,118
62
AL = 621,310,134 x 0,530 = 1,172,283,271
Pada tahun 2013 acuan kedua adalah ACT dengan score 0,530 hal ini berarti
semua variabel input dan output pada actual di kali dengan score dari acuan ybm
bri. Sehingga variabel input pendistribusian dana zakat menjadi 26,893,119,663,
variabel biaya operasional menjadi 1,299,303,302, variabel gaji karyawan menjadi
3,160,441,837, sementara untuk variabel output distribusi zakat menjadi
786,121,365, aset tetap menjadi 1,366,079,118 dan aset lancar menjadi
1,172,283,271.
Periode 2015 (Acuan ACT)
PDZ = 82,272,643,293 x 0,249 = 20,485,888,179
BO = 6,801,296,097 x 0,249 = 1,693,522,728
GK = 6,114,012,359 x 0,249 = 1,522,389,077
DZ = 66,766,033,369 x 0,249 = 16,624,742,308
AT = 492,456,155 x 0,249 = 122,621,582
AL = 691,797,634 x 0,249= 172,257,610
Pada tahun 2015 acuan pertama adalah ACT dengan score 0,249 hal ini berarti
semua variabel input dan output pada actual di kali dengan score dari acuan
BAZNAS. Sehingga variabel input pendistribusian dana zakat menjadi
20,485,888,179 variabel biaya operasional menjadi1,693,522,728, variabel gaji
karyawan menjadi 1,522,389,077, sementara untuk variabel output distribusi zakat
menjadi 16,624,742,308, aset tetap menjadi 122,621,582 dan aset lancar menjadi
172,257,610
63
Periode 2015 (Acuan BAZIS)
PDZ = 82,272,643,293 x 0,819 = 67,381,294,856
BO = 6,801,296,097 x 0,819 = 5,570,261,503
GK = 6,114,012,359 x 0,819 = 5,007,376,122
DZ = 66,766,033,369 x 0,819 = 54,681,381,329
AT = 492,456,155 x 0,819 = 403,321,590
AL = 691,797,634 x 0,819 = 566,582,262
Pada tahun 2015 acuan kedua adalah BAZIS dengan score 0,819 hal ini
berarti semua variabel input dan output pada actual di kali dengan score dari acuan
BAZNAS. Sehingga variabel input pendistribusian dana zakat menjadi
67,381,294,856variabel biaya operasional menjadi1 5,570,261,503, variabel gaji
karyawan menjadi 5,007,376,122, sementara untuk variabel output distribusi zakat
menjadi 54,681,381,329, aset tetap menjadi 403,321,590 dan aset lancar menjadi
566,582,262
Ketiga, dengan mempertahankan tingkat input dan meningkatkan
tingkat outputnya, sehingga BAZNAS akan manjadi efisien jika nilai output
menjadi:
Periode 2013
DZ =1,483,247,860 / 0,9132 = 1.624.231.121
AT = 724,021,933 / 0,9132 = 792.840.487
AL= 621,310,134 / 0,9132 = 680.365.893
PDZ, BO dan GK tetap.
64
Periode 2015
DZ = 66,766,033,369 / 0,8243 = 80.997.250.235
AT = 492,456,155 / 0,8243 = 597.423.456
AL= 691,797,634 / 0,8243 = 839.254.681
PDZ, BO dan GK tetap.
Untuk tahun 2014 nilai actual setiap output di bagi dengan hasil 91.32 / 100
yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai maksimal efisiensi dikurang nilai
efisiensi lembaga. sehingga jika OPZ ingin mengoptimalkan tingkat efisiensinya
menggunakan cara keempat ini, maka akan di dapatkan hasil untuk variabel
Distribusi Zakat 1.624.231.121, untuk variabel aset tetap 792.840.487 dan aset
lancar 680.365.893 sementara untuk Penghimpunan dana zakat, Biaya Operasional
dan Gaji Karyawan Tetap.
Untuk tahun 2015 nilai actual setiap output di bagi dengan hasil 82.43 / 100
yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai maksimal efisiensi dikurang nilai
efisiensi lembaga. sehingga jika OPZ ingin mengoptimalkan tingkat efisiensinya
menggunakan cara keempat ini, maka akan di dapatkan hasil untuk variabel
Distribusi Zakat 80.997.250.235, untuk variabel aset tetap 597.423.456 dan aset
lancar 839.254.681 sementara untuk Penghimpunan dana zakat, Biaya Operasional
dan Gaji Karyawan Tetap.
Keempat, dengan melihat table of target values dan tanpa menghitung, dari
tabel tersebut dapat diperoleh bila BAZNAS akan efisien, maka target variabel
input output harus diubah dan disesuaikan.
65
Tabel 4.9. Target BAZNAS Periode 2013 Hasil DEAWIN
Targets for Unit BAZNAS Efficiency 91,3% Radial
VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN AVHIEVED
-PDZ 50,741,735,215 46,337,284,458 8,7% 91,3%
-BO 2,451,515,665 2,111,971,948 16,9% 83,1%
-GK 5,963,097,807 5,445,492,910 8,7% 91,3%
+DZ 45,068,566,496 45,068,566,496 0,0 100,0%
+AT 492,456,155 2,374,736,327 60.1% 62,5%
+AL 691,797,634 27,239,816,655 2,8% 97,3%
Sumber : Data Sekunder diolah
Maka, dari tabel di atas agar BAZNAS efisien, variabel input dan
outputnya diubah menjadi:
PDZ dari 50,741,735,215 menjadi 46,337,284,458
BO dari 2,451,515,665 menjadi 2,111,971,948
GK dari 5,963,097,807 menjadi 5,445,492,910
DZ dari 45,068,566,496 menjadi 45,068,566,496
AT dari 492,456,155 menjadi 2,374,736,327
AL dari 691,797,634 menjadi 27,239,816,655.
66
Tabel 4.10. Target BAZNAS Periode 2015 Hasil DEAWIN
Sumber : Data Sekunder diolah
Maka, dari tabel di atas agar BAZNAS efisien, variabel input dan
outputnya diubah menjadi:
PDZ dari 82,272,643,293 menjadi 67,821,408,539
BO dari 6,801,296,097 menjadi 5,606,644,643
GK dari 6,114,012,359 menjadi 1,858,330,696
DZ dari 66,766,033,369 menjadi 66,766,033,369
AT dari 492,456,155menjadi 5,968,288,924
AL dari 691,797,634 menjadi 108,148,365,520
VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN AVHIEVED
-PDZ 82,272,643,293 67,821,408,539 17,6% 82,4%
-BO 6,801,296,097 5,606,644,643 17,6% 82,4%
-GK 6,114,012,359 1,858,330,696 69,6% 30,4%
+DZ 66,766,033,369 66,766,033,369 0,0% 100,0%
+AT 492,456,155 5,968,288,924 1111,9% 8,3%
+AL 691,797,634 108,148,365,520 15532,9% 0,6%
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan deskripsi data yang telah di bahas
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada periode 2013 hingga 2015, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
yang konsisten mencapai tingkat efisiensi 100% yaitu Baitul Maal
Hidayatullah (BMH), Aksi Cepat Tanggap (ACT), dan BAZIS DKI
Jakarta. Sementara untuk Yayasan Baitul Maal BRI (YBM BRI)
mengalami inefisiensi sebesar 85,27% pada tahun 2014 dan 90,98%
pada tahun 2015 dan BAZNAS mengalami inefisiensi sebesar
91,32% pada tahun 2013 dan 82,43% pada tahun 2015. Sementara
untuk YBM BRI efisiensi pada tahun 2013 dan BAZNAS efisiensi
pada tahun 2014 yaitu mencapai 100%.
2. Untuk setiap Organisasi Pengelola Zakat) OPZ yang telah konsisten
mencapai tingkat efisiensi 100% dari tahun 2013-2015 diharapkan
dapat mempertahankan tingkat efisiensinya dan untuk (Organisasi
Pengelola Zakat OPZ) yang masih inefisiensi, setidaknya Ada
empat cara untuk mengatasi inefisiensi pada Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ), pertama dengan cara mengurangi nilai input dan
mempertahankan tingkat outputnya, Kedua, mengacu pada Efficient
Reference Set, yaitu menggunakan angka pengganda (multiplier),
ketiga dengan mempertahankan tingkat input dan meningkatkan
68
tingkat outputnya, Keempat, dengan melihat table of target values
dan tanpa menghitung.
3. bagi penulis yang paling tepat digunakan adalah cara yang ketiga,
yaitu dengan mempertahankan tingkat input dan menaikkan tingkat
outputnya. Karena mengingat tidak mungkin jika suatu Organisasi
Lembaga Zakat harus mengurangi tingkat Inputnya, dimana salah
satu variabel input merupakan Penghimpunan Dana Zakat. Jadi,
menaikkan tingkat output merupakan cara tepat, karena salah satu
variabel output yaitu Distribusi Zakat juga harus di distribusikan
dengan maksimal. Sesuai dengan karakter dari lembaga nirlaba
(OPZ).
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, berikut adalah saran-saran yang penulis berikan :
1. Bagi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
Bagi organisasi Pengelola Zakat yang sudah efisien diharapkan dapat
mempertahankan tingkat efisiensinya pada tahun-tahun yang akan
datang, sementara untuk OPZ yang masih inefisien diharapkan dapat
memperbaiki tingkat efisiensinya pada tahun-tahun yang akan datang.
Organisasi Pengelola Zakat diharapkan untuk Transparan dalam
mempublish Laporan Keuangannya untuk meningkatkan kepercayaan
muzzaki dan untuk penelitian yang akan dilakukan.
2. Kepada akademisi diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini,
dengan cara :
69
a. Memperbanyak data serta menggunakan pendekatan lain untuk
mengukur efisiensi
b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Organisasi
Pengelola Zakat.
3. Untuk Praktisi Zakat
Hendaknya memperhatikan variabel yang menyebabkan inefisiensi
suatu Organisasi Pengelola Zakat. Dengan mengevaluasi tingkat
efisiensi Organisasi Pengelola Zakat diharapkan Organisasi Pengelola
Zakat di Indonesia dapat mengalami perkembangan kualitas yang
signifikan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Nasher. Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional
Dengan Pendekatan Data Envlopment Analysis. TAZKIA.Islamic
Finance & Business Review. 2009.
Al Delaimi, Khalid Shahooth Khalaf dan Ahmed Hussein Battall al ani.
Using Data Envelopment Analysis to Measure Cost Efficiency With
an Application on Islamic Bank. Scientific Journal of Administrative
Development, Vol. 4.(2006).
Departemen Pendidikan Naional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Hafidhuddin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Sedekah.
Jakarta: Gema Insani. 2008.
Joelani. Pengukuran Kinerja Organisasi Lembaga, (Depok: FEUI, 1994)
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2008.
Mawaryani, Arum Novia. Analisis Efisiensi Lembaga Amil Zakat (LAZ) di
Indonesia Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)Periode
2012-2013.Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2016.
Rahmayanti,Annisa. Efisiensi Lembaga Amil Zakat Dalam Mengelola Dana
Zakat di Indonesia (StudiKasus: PKPU. Rumah Zakat, dan BAMUIS
BNI).Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014.
71
Syahatah, Husayn. Akuntansi Zakat Panduan Praktis Penghitungan Zakat
Kontemporer. Pustaka Progresif.2004
Subianto, Achmad. Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat. Jakarta:
Yayasan Bermula dari Kanan, 2009.
Susilowati, Indah, dkk.Modul Perkuliahan Pengukuran Efisiensi Melalui
Data Envelopment Analysis (DEA).Fakultas Ekonomi Universitas
Diponogoro. Semarang. 2004.
Subramanyan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba empat. 2010.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Wahyuny,Ikka Nur. Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional
dengan metode Data Envlopment Analysis ((Studi di Badan Amil
Zakat Nasionl, Dompet Dhuafa dan Lazis Nahddlatul Ulama
Periode 2013). Universitas Negeri Yogyakarta. 2015.
Internet
Data BPS http://bps.go.id/brs/view/1158/ di akses pada 04 Januari 2017.
Data OPZ http://www.forumzakat.net, Artikel diakses pada 19 Juli 2016.
Pratiwi , Eka Luthfy, Upaya Pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di
Indonesia,
https://pratiwiekaluthfy.wordpress.com/2014/06/07/upaya-
pemerintah-dalam-menangani-masalah-kemiskinan-di-indonesia/ di
akses pada 04 Januari 2016.
Profil BAZNAS www.baznas.or.id di akses pada 16 Januari 2017
Profil ACT www.ACT.id di akses pada 16 Januari 2017
72
Profil YBM BRI www.ybmbri.org di akses pada 16 Januari 2017
Profil Baitul Maal Hidayatullah www.BMH.or.id di akses pada 16 Januari
2017
Profil BAZIS DKI Jakarta www.bazisdki.id di akses pada 16 Januari 2017
Ramadhan.antaranews.com, Zakat di Indoneia antara poteni dan
realisasi,Jumat,1Juli2016http://ramadhan.antaranews.com/berita/57
0966/zakat-di-indonesia-antara-potensi-dan-realisasi
73
LAMPIRAN
74
1. Laporan Keuangan ACT (2013)
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
2. Laporan Keuangan ACT (2014)
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
3. Laporan Keuangan ACT (2015)
99
100
101
102
103
104
105
106
4. Laporan Keuangan YBM – BRI
107
5. Laporan Keuangan BAZNAS (2013)
108
109
110
111
112
6. Laporan Keuangan BAZNAS (2014)
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
7. Laporan Keuangan Baznas (2015)
137
8. OUTPUT DEA
138
9.
139
10.
140
11.
141
12.
142
13.
143
14.
144
15.
145
16.
146
17.
147
18.
148
19.
149
20.
150
21.
151
22.
152
23.
153