Upload
basty-ant-elfayrus
View
327
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Indikator Anak BerbakatPosted by: yuwielueninet on: August 16, 2008
In: anak | artikel | health Comment!
Indikator Anak Berbakat
Orang tua mana yang tak ingin punya anak berbakat? Bagaimana, sih, cara mendeteksi bakat si cilik? “Anak sulung saya luar biasa aktif. Dia juga pintar dan suka sekali bertanya. Kadang, pertanyaannya bikin kami kewalahan. Teman-teman saya bilang, si sulung termasuk anak berbakat,” tutur Andika, ayah dua anak tentang putra sulungnya yang berusia 4 tahun. Banyak orang dengan mudah menyimpulkan si A, si B, atau si C anak berbakat. Entah karena ia selalu jadi juara kelas, juara lomba, dan sebagainya. Bahkan, anak yang belum pernah menunjukkan prestasinya di bidang tertentu pun, sering dikatakan anak berbakat. Misalnya, suaranya merdu saat menyanyi. Sebenarnya, seperti apa sih, yang dimaksud anak berbakat?
Beda Pintar & Berbakat
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat berbeda dengan anak pintar. “Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu,” jelasnya. Tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat. “Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang.” “Sebaliknya, jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang.” Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat musik, bakatnya akan terpendam,” jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi UI ini.
Pada anak hiperaktif, jelasnya,”Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi, hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual. Aktivitasnya pun sering tanpa tujuan.” Kendati dia suka bertanya, tapi tak berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain yang menarik perhatiannya. Lain hal dengan anak berbakat. “Jika ia lari ke sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri
mengerjakan sesuatu,” terang Ketua Yayasan Indonesia untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat ini.
Perkembangan Lebih Cepat
Bakat anak, lanjut Utami, berkaitan dengan kerja belahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kanan berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, intuisi. Sedangkan belahan yang kiri untuk kecerdasan. Nah, anak berbakat umumnya menunjukkan IQ di atas rata-rata, yaitu minimal 130. “Namun tak berarti anak dengan IQ rata-rata, yaitu 90-110, tak akan berbakat,” tukas Utami. Anggapan orang bahwa IQ menetap seumur hidup, menurutnya, sama sekali tak benar. ” Ada , kok, anak yang sebelumnya ber-IQ di bawah rata-rata, tapi dengan stimulasi dan pendekatan yang baik bisa berubah jadi di atas rata-rata,” paparnya.
Tapi IQ bukan satu-satunya yang menentukan seorang anak disebut berbakat atau tidak. Masih ada faktor lain lagi, yaitu CQ atau kreativitas, yang juga harus di atas rata-rata, minimal 250. Selain itu, tambah Utami, “Ia juga harus memiliki task commitment, yakni kemampuan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi. Jadi, ada keinginan dan ketekunan untuk menyelesaikan sesuatu.”
Nah, untuk mendeteksi apakah seorang anak berbakat atau tidak, menurut Utami, bisa dilihat dari perkembangan motoriknya. Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri. Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, teve, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. “Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya,” terang Utami. Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, terangnya lebih lanjut, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat, cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain.
Pentingnya Stimulasi Lingkungan
Meski demikian, Utami menyarankan orang tua tak lantas mudah melakukan generalisasi. “Mentang-mentang perkembangan motorik anaknya lambat, lantas dikira tak berbakat. Belum tentu, lo,” katanya. Sebab, perkembangan setiap anak berbeda. Ada yang cepat dalam perkembangan bicara dan bahasanya tapi motoriknya lambat, dan sebagainya. “Bisa saja terjadi, anak yang dulu perkembangan bicaranya lambat, ternyata ketika besar menjadi sarjana sastra yang terkenal,” ujarnya. Dengan kata lain, meski perkembangannya lambat, bisa saja nantinya ia berkembang menjadi anak berbakat dan mengejar ketinggalannya. Hanya saja, hal itu tak akan terjadi dengan sendirinya. “Semuanya tergantung dari lingkungan. Bagaimana stimulasi lingkungan akan sangat mempengaruhi perkembangan bakat anak,” tukas Utami. Semakin dini orang tua memberikan stimulasi, akan semakin baik. Misalnya, dengan mengajak anak bercakap-cakap sejak ia masih bayi. “Banyak orang tua menganggap, bayi belum mengerti apa-apa sehingga belum perlu diajak bicara.”
Padahal, mengajak anak sering-sering berbicara sangat perlu. “Itu akan merangsang perkembang bahasanya dan berarti membuatnya terangsang untuk berbicara,” tutur Utami. Begitu juga untuk mengembangkan keinginan anak akan eksplorasi. Sejak usia bayi hal ini sudah dapat dilakukan. Misalnya, tempat tidur bayi tak dibiarkan kosong melompong, tapi “diisi” dengan mainan gantung yang dapat merangsangnya. “Sesekali, dekatkan benda-benda yang terang ke dekat matanya agar ia bisa melihat jelas atau menyentuhnya. Ini sama dengan melatih koordinasi antara tangan dan matanya,” kata Utami. Selain itu, tambah pakar kreativitas ini, beri ia kesempatan untuk melatih berbagai keterampilannya. Saat membacakan cerita, misalnya, “Orangtua tak melulu membaca tapi juga mengajukan pertanyaan agar si anak terbiasa berpikir kreatif.”
Cukup Alat Sederhana
Sarana dan prasarana pendidikan di rumah yang memungkinkan bakat si anak tercium, tentu saja perlu. Buku bacaan, alat musik/olahraga, atau mainan edukatif, sangat penting. Dari benda-benda itulah, akan terlihat ke mana bakat si anak. Apakah pada musik, olahraga, teknik, atau intelektual. “Dari situ juga akan terlihat derajat besarnya bakat tiap anak.” Memang, aku Utami, tak semua orang mampu membeli alat-alat musik yang mahal. Untuk mendeteksi bakat musik, tak perlu punya piano. “Cukup dengan radio atau teve. Dari cepatnya si kecil menghapal nyanyian bahkan untuk melodi yang sulit-sulit, itu sudah menunjukkan bakatnya,”
terang penulis buku Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah ini. Selain itu, asalkan orang tua kreatif, alam pun sudah menyediakan berbagai sarana. Misalnya, membuat mainan dari biji-bijian atau dedaunan. “Sebaiknya dalam melakukan permainan, orang tua juga ikut terjun bermain. Sehingga anak dapat menikmati kegiatan itu dan mempunyai kepercayaan diri untuk mengembangkannya,” kata Utami.
Perlakuan Khusus
Setelah bakat anak ditemukan, orang tua seyogyanya memberi peluang pada anak untuk mengembangkan bakatnya. Yakni, dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu. Seperti sudah disinggung di atas, sekalipun seorang anak berbakat namun lingkungannya tak mendukung, maka ia tak akan berkembang. “Memang anak berbakat akan belajar lebih cepat dan melakukan segala sesuatu lebih baik ketimbang anak biasa, sehingga tampaknya tak perlu mendapatkan perhatian khusus. Padahal, tidak demikian,” kata Utami. Setiap anak, lanjutnya, entah ia berbakat atau tidak, punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang menarik dan menantang. Tapi karena kebutuhan, minat, dan perilaku yang “lebih” dibanding anak lainnya, mau tak mau, anak berbakat harus mendapatkan pengarahan khusus. Hanya, Utami mengingatkan, jangan sampai perlakuan khusus itu merugikan. Baik bagi si anak itu sendiri maupun anak lain. Misalnya, orang tua sering menonjol-nonjolkan anaknya yang berbakat dibanding anaknya yang lain.
“Dampak buruknya, ego si anak semakin menghebat dan bisa juga ia rasakan sebagai beban. Sebab, seperti anak-anak lainnya, ia pun punya masalah emosional,” terangnya. Sebaliknya bagi anak lain, bisa timbul rasa persaingan antara saudara. “Kok, dia melulu yang dipuji?” Karena itu, Utami menganjurkan orang tua bersikap tak menunjukkan si berbakat itu istimewa, tapi lebih pada memberikan rangsangan-rangsangan istimewa. Sebetulnya, yang paling penting dilakukan orang tua, kata Utami, “Mencoba menemukan bakat pada setiap anaknya karena masing-masing anak punya kekuatan tersendiri sehingga anak tak perlu merasa iri satu sama lain.” Nah, tunggu apalagi? Semakin cepat dan semakin sering kita memberi rangsangan pada si kecil, bakat terpendamnya pun akan segera kita temukan.
Ciri-ciri Intelektual/Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan
sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
Ciri-ciri Kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya. Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
Ciri-ciri Motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya). Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
dentifikasi Anak Berbakat16 November 2012 by kk Ony
Identifikasi adalah sebuah proses mengenali anak yg memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, sehingga diperlukan layanan berdiferensiasi agar anak yang telah diidentifikasi dapat berkembang secara penuh sesuai potensi yang dimilikinya. Identifikasi anak berbakat bertujuan untuk menemukan anak-anak yang berbakat dan membantu mereka mengoptimalkan potensi unggulnya sehingga dapat menjadi prestasi unggul.
Lohman (Hallahan, Kauffman, Pullen, 2012) mengemukakan bahwa mengukur keberbakatan adalah sebuah perkara yang kompleks. Hallahan, Kauffman, Pullen (2012) mengemukakan bahwa identifikasi merupakan proses untuk membantu anak dengan kemampuan special untuk mengembangkan diri, sehingga dapat mengenbangkan potensi serta dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat.
Proses identifikasi anak berbakat merupakan pengembangan dari ciri atau karakteristik yang telah ditemukan, dengan demikian diharapkan dapat memperlancar usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Hal tersebut sangat membantu dalam menetapkan kebutuhan pendidikan anak berbakat. Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak di antara mereka berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang menyamarkan
kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan kemampuan bicara.
Pendekatan dimensi ganda dalam memahami keberbakatan menimbulkan masalah tersendiri dalam identifikasi anak berbakat, baik mengenai kriteria keberbakatan maupun teknik dan alat identifikasi. Apabila ditelaah kembali ternyata karakteristik tersebut erat sekali kaitannya dengan kemampuan intelektual, oleh karena itu merupakan hal yang logis jika identifikasi anak berbakat diawali dengan pengujian kemampuan intelektual
(http://choirulfahmie.wordpress.com). Proses awal identifikasi yang lazim digunakan adalah menggunakan tes inteligensi namun cara ini dianggap memakan biaya, waktu dan tenaga. Untuk itu ada cara lain yang dianjurkan adalah cara metode majemuk yang merupakan kombinasi dari penggunaan tes inteligensi dengan observasi dan studi kasus yang diperoleh dari sumber-sumber di sekitar anak.
Langkah pertama dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan bila mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif atau untuk kemampuan seni pementasan atau kepemimpinan.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang tersebut.
Proses identifikasi yang adil dan diharapkan dapat menemukan anak-anak dengan kemmapuan special harus dinamik dan berkelanjutan, dapat digunakan untuk identifikasi pada berbagai tahapan perkembangan anak, dapat digunakan bagi yang memiliki talenta tinggi, yakin bahwa identitas siswa yang disadvantaged dan kelompok yang secara budaya berbeda tidak terabaikan.
Renzulli dkk.., (Carr, 2005) mengemukakan bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual umum (kemampuan umum yang diukur dengan tes inteligensi atau tes bakat khusus untuk domain seperti kemampuan matematika, bakat musik atau patung), komitmen tingkat tinggi dan motivasi untuk mengembangkan keterampilan dalam domain yang tinggi kemampuan., dan kreativitas dalam domain kemampuan tinggi. Menurutnya kinerja individu secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga dimensi itu saling berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya memperhatikan faktor intelektual dan non intelektual. Pendekatan Renzulli tersebut penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari anak-anak yang berkemampuan rata-rata terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.
Renzulli (Carr, 2005) menjelaskan keberbakatan didasarkan pada model hirarkis inteligensi. Model tersebut berakar pada karya Spearman dan Thurstone. Menggunakan analisis faktor, Spearman meneliti pola hubungan antara besar jumlah berbagai jenis tes kemampuan yang diberikan kepada sampel besar orang. Thurstone menggunakan berbagai tes dan metode yang sedikit berbeda dan menemukan satu set tujuh faktor independen yang ia sebut kemampuan mental primer, yaitu kemampuan verbal; kelancaran verbal, numerikal, kemampuan spasial, kecepatan persepsi, induksi, dan memori. Renzulli menyimpulkan bahwa anak-anak berbakat mungkin memiliki nilai tinggi pada kemampuan intelektual umum dan atau skor rendah pada hirarki kreativitas dan komitmen tugas.
1. Proses identifikasi anak berbakat
Wahab (tanpa tahun) mengungkapkan bahwa prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Ada dua langkah penting dalam identifikasi anak berbakat, yaitu:
1. Penjaringan (Screening)
Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat cara siswa menggunakan waktunya, dan cara beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Siswa diminta menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan identifkasi.
Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan hal tersebut, orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif.
Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
Prestasi akademik anak
Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya.
Portofolio
Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Hal tersebut memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan penggunaan pengetahuan. Portofolio juga
memungkinkan kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio, sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti: kompleksitas penyajian.
Produk kerja atau kinerja yang bagus sekali
Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya.
Observasi
Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah
Mereviu catatan siswa
Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya, keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah.
Tes kelompok (group test).
Tes kelompok dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya, sehingga perlu dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar.
2. Assesment
Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessment baik terkait dengan kemampuan kecerdasan umum,
bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat kreativitas dan komitmen akan tugas. Assessmen dilakukan dengan mengunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventori komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.
1. Petunjuk identifikasi 1. Instrumen harus reliabel dan valid sesuai konstruk
keberbakatan.2. Instrumen harus bebas budaya.3. Gunakan multi metode atau multi pendekatan.4. Matrik yg mereduksi data jamak ke dalam skor
tunggal – tidak tepat.5. Siswa harus diidentifikasi dan ditempatkan sesuai
kebutuhan dan kemampuannya, lebih dari jumlah siswa yang dapat dilayani oleh suatu program.
2. Identifikasi anak berbakat dapat berupa 1. Observasi dan asesmen guru dengan menggunakan
kriteria yang cocok.2. Keterlibatan dan prestasi dalam kompetisi.3. Prestasi dalam kegiatan ektrakurikuler.4. Nominasi kelompok sebaya5. Nominasi lembaga atau pihak eksternal
3. Lima prinsip dasar dari identifikasi: 1. Defensibility yaitu prosedur harus mampu
menemukan siswa dalam seluruh domain dan bidang keberbakatan (all domains of giftedness and fields of talent).
2. Advocacy yaitu guru harus menggunakan asesmen untuk meningkatkan minat siswa dan tidak berharap
memiliki kesamaan yang sama dalam sama dalam seluruh area pengukuran.
3. Equity yaitu dapat mengidentifikasi kelompok anak berbakat yang disadvantaged.
4. Comprehensiveness yaitu menggunakan sumber data jamak.
5. Pragmatism yaitu konsisten degan tingkat ketersediaan data.
Sumber:
Astati. (Tanpa Tahun). Pengantar pendidikan luar biasa. Modul 3.
Carr, A. (2005). Positive psychology: The science of happiness and human strengths. New York: Brunner-Routledge of Tylor & Francis Group.
Hallahan, D. P., Kauffman, J. M., & Pullen, P. C. (2012). Exceptional learners: An introduction to special education. Boston: Pearson Education, Inc.
Hawadi, L. F. (Tanpa Tahun). Identifikasi anak berbakat intelektual menurut konsep Renzulli berdasarkan nominasi oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri: Studi pada beberapa Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di wilayah DKI Jakarta. Disertasi, tidak diterbitkan. Diunduh di http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=90842, pada tanggal 21 September 2012.
http://choirulfahmie.wordpress.com, diunduh pada tanggal 21 September 2012.
Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan:Membantu siswa tumbuh dan berkembang, Jilid 1.Alih bahasa: Wahyu I., Eva. S., Airin Y.S., & Puji, L. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. 2007. Psikologi pendidikan. Alih bahasa: Tri Wibowo B.S. Edisi kedua. Jakarta: Kencana.
Wahab, R. (Tanpa Tahun). Mengenal anak berbakat akademik dan upaya mengidentifikasinya. Makalah, tidak diterbitkan.
PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN BAKAT PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN BAKAT
Bakat adalah kemampuan terhadap sesuatu yang
menunjukkan kemampuan di atas rata – rata yang telah ada pada
diri kita secara alamiah dan perlu dilatih untuk mencapai hasil
yang maksimal. Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal,
melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat
membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk
berkembang atau dikembangkan. Sehingga mungkin saja
seseorang tidak mengetahui dan mengembangkan bakatnya
sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent.
A. Macam – Macam Bakat
Ada banyak sekali pendapat mengenai macam – macam
bakat, bila didefenisiskan kurang lebih ada 34 bakat. 34 Tema
Bakat tersebut adalah :
1. ACHIEVER
Memiliki stamina tinggi dan juga seorang pekerja keras. Mendapat
kepuasan dari kesibukan dan produktivitas.
2. ACTIVATOR
Mampu merealisasikan ide-ide atau gagasan menjadu suatu
tindakan nyata. Cenderung tidak sabar.
3. ADAPTIBILITY
Cenderung bisa mengikuti arus , mampu menjadi orang masa kini
maupun menyiapkan untuk masa mendatang.
4. ANALYTICAL
Cenderung mencari penjelasan dan sebab sesuatu terjadi. Punya
kemampuan mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi
situasi.
5. ARRANGER
Terorganisir, tetapi juga fleksibel. Senang berusaha memanfaatkan
sumber-sumber yang ada agar menghasilkan produktivitas
maksimal.
6. BELIEF
Memiliki nilai-nilai atau prinsip yang cenderung menetap, dalam
mencapai tujuan hidupnya.
7. COMMAND
Mampu mengontrol situasi dan membuat keputusan
8. COMMUNICATION
Mampu menyampaikan gagasan melalui kalimat yang mudah
dipahami, seorang lawan bicara dan presenter yang baik.
9. COMPETITION
Selalu mengukur kemajuan dirinya dengan performa orang lain,
berusaha menjadi nomor satu.
10. CONNECTEDNESS
Memiliki keyakinan dalam hubungannya dengan segala hal,
meyakini bahwa kebetulan hanya sebagian kecil, setiap kejadian
ada penyebabnya.
11. CONSISTENCY
Berusaha adil, dengan cara membuat aturan yang jelas.
12. CONTEXT
Senang memahami kejadian masa kini melalui sejarah.
13. DELIBERATIVE
Sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan atau menentukan
pilihan, mengantisipasi kesalahan.
14. DEVELOPER
Mengenali potensi orang lain, memperhatikan perkembangan
walaupun kesil, dan memperoleh kepuasan darinya.
15. DISCIPLINE
Menikmati bekerja dalam struktur dan rutinitas, bekerja dalam
arahan/aturan.
16. EMPATHY
Mampu merasakan perasaan orang lain membayangkan dirinya
berada di posisi orang lain.
17. FOCUS
Bekerja dengan tujuan, melakukan tindakan selama masih dalam
koridor tujuan, membuat prioritas lalu bertindak.
18. FUTURISTIC
Terinspirasi oleh apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan
apa yang bisa dilakukan. Menginspirasi orang lain dengan visinya
itu.
19. HARMONY
Mencari konsensus, tidak menyukai konflik, mencari jalan tengah.
20. IDEATION
Memiliki banyak ide, mampu menghubungkan fenomena yang
berbeda.
21. INCLUDER
Mudah menerima orang lain, menunjukkan kepedulian terhadap
orang yang merasa diasingkan, berusaha mengguyubkan.
22. INDIVIDUALIZATION
Tertarik dengan keunikan masing-masing orang, mampu melihat
bagaimana orang yang berbeda-beda dapat bekerjasama secara
produktif.
23. INPUT
Senang mengumpulkan dan mencari berbagai informasi
24. INTELLECTION
Memiliki daya intelektualitas tinggi, meminati diskusi-diskusi
intelektual.
25. LEARNER
Memiliki keinginan besar untuk belajar dan terus melakukan
perbaikan.
26. MAXIMIZER
Cenderung fokus pada kekuatan untuk mendorong orang ataupun
kelompok lebih maksimal, berusaha merubah sesuatu yang kuat
menjadi super.
27. POSITIVITY
Antusias, mampu membuat orang lain tertarik dengan apa
dilakukannya.
28. RELATOR
Menikmati hubungan dekat dengan orang lain, mendapat kepuasan
mendalam dengan bekerja keras bersama teman dalam mencapai
tujuan.
29. RESPONSIBILITY
Merasa apa yang dikatakan adalah apa yang akan dilakukannya,
komitemen pada nilai-nilai seperti kejujuran dan kesetiaan.
30. RESTORATIVE
Cakap dalam mencari tahu penyebab masalah dan berusaha
menyelesaikannya.
31. SELF-ASSURANCE
Percaya diri pada kemampuannya dalam mengatur hidupnya
sendiri,yakin bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat.
32. SIGNIFICANCE
Ingin menjadi orang yang penting di mata orang lain, cenderung
mandiri, dan ingin dikenal.
33. STRATEGIC
Membuat solusi alternatif atau antisipasi, dapat dengan cepat
mengetahui hubungan dan isu-isu yang relevan.
34. WOO
Senang berhadapan dengan orang-orang, dan menjadi pusat
perhatian. Memperoleh kepuasan dari memulai hubungan dengan
orang lain.
Ternyata ada banyak sekali macam bakat yang ada, namun
setelah penulis teliti ternyata seluruh bakat tersebut bila
disederhanakan kembali ada kaitannya dengan 7 kecerdasan. Hal
ini pun didukung oleh pendapat Gardner, masing-masing dari kita
memiliki sebuah kombinasi dari 7 kecerdasan. Setiap orang
mempunyai kekuatan relatif dari tiap kecerdasan di atas
sedemikian rupa sehingga orang tersebut cenderung menentukan
pilihan aktifitas apapun yang dia sukai tanpa keterpaksaan. Kita
menyebutnya sebagai bakat. Lalu apa saja yang termasuk 7
kecerdasan itu? Di dalam buku Frames of Mind yang terbit tahun
1983, seorang psikolog bernama Howard Gardner menyimpulkan
hasil risetnya yang mengatakan bahwa sedikitnya ada tujuh jenis
kecerdasan :
1. Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan
penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini
senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan
menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka seringkali
pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan
nama.
2. Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan
nada. Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga
sensitif terhadap musik dan melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi
lebih baik jika musik diperdengarkan; banyak dari mereka
seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau mencipta lagu
serta musik.
3. Kecerdasan logis-matematis, berhubungan dengan pola, rumus-
rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar
dalam teka-teki, gambar, aritmatika, dan memecahkan masalah
matematika; mereka seringkali menyukai komputer dan
pemrograman.
4. Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan
mebayangkan hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya
menyukai perancangan dan bangunan, disamping pintar membaca
peta, diagram dan bagan.
5. Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan
ketrampilan olah tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan
aktor, para pengrajin dan atlet. Mereka memiliki bakat mekanik
tubuh dan pintar meniru mimik serta sulit untuk duduk diam.
6. Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan
untuk bisa mengerti dan menghadapi perasaan orang lain. Orang-
orang ini seringkali ahli berkomunikasi dan pintar mengorganisasi,
serta sangat sosial. Mereka biasanya baik dalam memahami
perasaan dan motif orang lain.
7. Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri
sendiri. Orang-orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni
aktifitas sendirian. Mereka cenderung percaya diri dan punya
pendapat, dan memilih pekerjaan dimana mereka bisa memiliki
kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
B. Mengenal Ciri – Ciri Bakat pada Anak
Banyak yang mengeluh mengalami kesulitan ketika
menentukan bakat mana yang harus dikembangkan atau bakat apa
yang sesungguhnya dimiliki oleh anak. Untuk mengembangkan
bakat seseorang kita harus tahu terlebih dahulu, ciri – ciri bakat
yang dimiliki anak tersebut. Dengan mengetahui ciri – ciri bakat
pada anak sebagai guru, kita akan lebih mudah untuk menilai bakat
mana yang patut dikembangkan oleh anak. Hal inipun berfungsi
untuk menghindari agar tidak terjadi salah praduga terhadap bakat
anak. Adapun ciri – cirinya adalah sebagai berikut :
a. Tidak merasa terpaksa untuk melakukan suatu hal bahkan lebih
cenderung untuk senang melakukannya dan ada perasaan bahagia
yang terpancar ketika melakukan, melihat atau bahkan hanya
dengan mendengarnya saja
b. Anak mampu berkonsentrasi terhadap hal tersebut, dan cenderung
tekun.
c. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap hal tersebut.
d. Anak sudah mahir terhadap hal tersebut meski dia belum
mendapatkan pelajaran khusus dari sekolah maupun dari rumah.
e. Setelah diberi pelajaran khusus, anak tersebut dapat dengan
mudah menguasainya atau mudah menangkap apa yang diajarkan
padanya tentang hal tersebut.
C. Pengembangan Bakat
Banyak orang yang kurang memperhatikan bakat yang ada
pada dirinya, padahal bakat merupakan modal yang sangat penting
untuk sang anak ketika beranjak dewasa nanti.
Ahli psikologi Abraham Maslow menemukan bahwa bakat yang
terlahir dalam diri seseorang pada suatu saat akan timbul sebagai
suatu kebutuhan, dan perlu mendapatkan perhatian serius
Karena itulah, bakat perlu perhatian serius dan jangan dianggap
remeh. Bila bakat seorang anak diperhatikan dengan serius, akan
sangat baik demi kemajuan masa depannya. Apalagi bila si anak
anak sudah dibimbing pengembangan bakatnya sejak kecil.
Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk perkembangan
bakat sang anak. Harus mengetahui hal apa saja yang perlu
diperhatikan untuk pengembangan bakat anak. Berikut ini adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bakat
sang anak :
• Perhatian
Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu
memperoleh perhatian khusus. Sistem pendidikan yang
menggunakan pola penyeragaman kurang baik untuk digunakan.
Cernatilah berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang
tampak menonjol pada anak.
• Motivasi
Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya agar
anak lebih percaya diri. Dan tanamkanlah rasa optimis kepada
mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
• Dukungan
Dukungan sangat penting bagi anak, selalu beri dukungan terhadap
mereka dan yakinkan mereka untuk tekun, ulet dan latihan terus
menerus. Selain itu dukunglah anak untuk mengatasi berbagai
kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan bakatnya.
• Pengetahuan
Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta
pengalaman di bidang tersebut.
• Latihan
Latihan terus menerus sangat baik untung perkembangan bakat
anak agar bakat yang dipunya oleh anak lebih matang. Alangkah
baiknya bila anak diikutsertakan dengan ekstra kurikuler atau beri
kegiatan yang lebih agar anak bisa terus latihan dengan bakatnya
tersebut.
• Penghargaan
Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan
anak.
• Sarana
Sediakan fasilitas atau sarana yang menunjang dengan bakat anak.
• Lingkungan
Lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan bakat anak.
Karena itu usahakan anak selalu dekat dengan lingkungan yang
mendukung bakat anak. Jalin hubungan baik antara orang tua,
guru, dengan anak atau remaja.
• Kerjasama
Kerja sama antara orang tua, guru maupun anak sangat diperlukan
mengingat waktu anak di sekolah hanya sedikit dan waktu yang
anak luangkan di rumah lebih banyak.
• Teladan yang baik
Mengingat sikap anak yang selalu meniru, maka teladan yang baik
sangat diperlukan. Misalnya kenalkan anak pada sosok Taufik
Hidayat bila anak berbakat dalam bidang bulu tangkis, Utut
Adianto bila anak berbakat dalam bidang catur ds
Natiwy Senin, 09 Januari 2012
Makalah Anak Berbakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya
sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah
menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik
secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi
pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena
itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang
tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal
sejak dulu. Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas
atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu
kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan
formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta
didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi
anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak
tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun diantara anak
berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan
pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang
mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan
potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara
khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang
berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu,
tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut
secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan
bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Anak Berbakat itu?
2. Apa saja Karakteristik Anak Berbakat itu?
3. Apa saja Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat itu?
4. Bagaimana Jenis Layanan bagi Anak Berbakat?
C. Tujuan
1. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan definisi anak
berbakat.
2. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan karakteristik anak
berbakat.
3. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kebutuhan
pendidikan anak berbakat.
4. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan jenis layanan bagi
anak berbakat.
BAB II
ISI
A. Definisi Anak Berbakat
Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat
beragam. Keragaman itu sangat tergantung dari perkembangan
pandangan masyarakat terhadap keberbakatan. Beberapa definisi
keberbakatan dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Definisi versi Amerika
Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya
dikaitkan dengan skor tes inteligensia Stanford Binet yang
dikembangkan oleh Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil
tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140
dinyatakan sebagai anak berbakat (Kirk & Gallagher, 1979:6).
Sekitar tahun 1950 pengertian tersebut mulai berkembang ketika
para pendidik di Amerika Serikat berusaha memberikan
pengertian yang lebih luas tentang anak berbakat.
Pada waktu itu yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted
dan talented) ialah mereka yang menunjukkan secara konsisten
penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah
(Henry, seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher, 1979:61). Adapun
definisi yang digunakan dalam Public Law 97-135 yang disahkan
oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud
dengan anak berbakat (gifted and talented) ialah berikut ini.
Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang
tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni,
kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus,
dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas
yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan
berkembang secara penuh (Clark, 1983:5).
Bertolak dari hasil penelitian tentang proses belajar maka
Clark (1983:6) mengemukakan definisi keberbakatan sebagai
berikut.
Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis,
suatu nama dari inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi
yang maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak meliputi
pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi, dan intuisi.
Fungsi yang maju dan cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam
bentuk kemampuan-kemampuan yang melibatkan kognisi,
kreativitas, kecakapan akademik, kepemimpinan atau seni rupa dan
seni pertunjukan. Oleh karena itu, dengan inteligensia ini individu
berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk
menampilkan inteligensia pada taraf tinggi. Oleh karena kemajuan
dan percepatan perkembangan tersebut, individu memerlukan
pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar
kemampuan mereka berkembang secara optimal.
Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne
adalah sebagai berikut: Giftedness berhubungan dengan kecakapan
yang secara jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih
rendah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan dengan
penampilan (performance) yang secara jelas berbeda di atas rata-
rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia” (Gagne dalam
Calongelo dan Davis, 1991:65).
2. Definisi versi Indonesia
Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan
dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and
talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang
disebut anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh
orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi
karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka
menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang,
meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang
seni/kinetik, dan bidang psikososial/kepemimpinan. Mereka
memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau
pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat
merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun
terhadap diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41).
Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat
merupakan potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi
tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang
belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata
dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat yang
underachiever juga diidentifikasi sebagai anak berbakat, (c)
terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa
bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan,
dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan
pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak
berbakat adalah “warga negara yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa”. Kecerdasan berhubungan dengan
perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan
luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-
jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam
batasan ini meliputi (a) kemampuan intelektual umum dan
akademik khusus, (b) berpikir kreatif-produktif, (c) psikososial/
kepemimpinan, (d) seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan
yang unggul dari anak rata-rata/normal baik dalam kemampuan
intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan
layanan pendidikan secara khusus. Moh. Amin (1996)
menyimpulkan bahwa keberbakatan merupakan istilah yang
berdimensi banyak. Keberbakatan bukan semata-mata karena
seseorang memiliki inteligensia tinggi melainkan ditentukan oleh
banyak faktor.
B. Karakteristik Anak Berbakat
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik,
sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
1. Karakteristik Akademik
Roe, seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996)
mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan akademik adalah:
a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b. keranjingan membaca,
c. menikmati sekolah dan belajar.
Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh
Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan karakteristik
keberbakatan bidang akademik adalah:
a. memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik
khusus,
b. memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode,
dan terminologi dari bidang akademik khusus,
c. mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik
khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
d. kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk
mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
e. memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang
akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik,
dan
f. belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa
seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan
akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14
tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki
keberbakatan dalam membaca.
2. Karakteristik Sosial/Emosi
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan
sosial, yaitu:
a. diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang
dewasa,
b. keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka
memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
c. kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam
pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d. memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan
jujur,
e. perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi
emosional sehingga relevan dengan situasi,
g. mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya
dan orang dewasa,
h. mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i. memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi
sosial dengan cerdas, dan humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat
dalam hal social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun
memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap
periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan
tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu
dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu
sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki
penampilan yang menarik dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih
baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam
Samuel A. Kirk, 1986).
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat
usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan
usianya. Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi
geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga
memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang
dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan
bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3
kelompok ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas
rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab atau
pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). Masing-masing
ciri mempunyai peran yang menentukan.
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai
inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan
gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula
berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang
mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami
berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan
diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.
C. Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat
Keanekaragaman yang ditemui diantara anak-anak termasuk
anak berbakat mencerminkan jenis dan jumlah adaptasi yang perlu
diadakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2
kepentingan berikut.
1. Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian
hebatnya jika dibandingkan dengan anak biasa maka untuk
mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut
ini.
a. Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi
potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan
efisien. Mereka tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya
walaupun telah memiliki otak yang hebat. Apalagi penggunaan
kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi keseluruhannya (Conny
Semiawan, 1995). Melalui pendidikan terjadi interaksi antara
potensi bawaan individu dengan lingkungannya.
b. Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak
lainnya sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki
superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang
mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c. Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan
motivasi internal untuk belajar berprestasi karena usaha
pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek
kecerdasan saja.
Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak
berbakat tidak hanya menjadi insan yang superior karena gagasan
dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi
manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah individu
yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.
2. Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan
Masyarakat
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna
sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak
diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat
berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu,
pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari
masyarakat, antara lain sebagai berikut.
a. Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap
pengembangan potensi anak berbakat. Apabila kepedulian ini
kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir,
maksudnya anak berbakat berada di bawah potensi
kemampuannya. Kepedulian ini digambarkan oleh Moh. Amin
(1996) dengan mengatakan bahwa sejak dahulu Plato telah
menyerukan agar anak-anak berbakat dididik secara khusus karena
mereka ini diharapkan akan menjadi pemimpin dalam segala
bidang.
b. Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat.
Usaha pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan
pengakomodasian serta pengembangan aset bangsa karena anak-
berbakat ini dapat menjadi penopang dan pendorong kemajuan
bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara
optimal.
c. Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya
dengan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu
mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat
memenuhi perkembangan anak berbakat. Anak-anak berbakat
memiliki perspektif masa depan yang jauh berbeda dengan orang
lain.
d. Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak
berbakat secara nyata (rill) melalui latihan yang sesuai dengan segi
keberbakatan anak berbakat itu sendiri.
D. Jenis-Jenis Layanan Bagi Anak Berbakat
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi
layanan kepada anak berbakat adalah sebagai berikut.
1. Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak
berbakat, perlu memperhatikan beberapa hal yang penting, antara
lain sebagai berikut.
a. Pengidentifikasian anak berbakat
Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah.
Oleh karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak
menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak diantara
mereka berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami
masalah emosional yang menyamarkan kemampuan intelektualnya
atau subkultur yang menekan kemampuan bicara. Langkah
pertama dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan
alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih
kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan kalau kita
mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif atau
untuk kemampuan seni pementasan, kepemimpinan, dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada
beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu
kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban bagi
pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk
memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu
macam respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan
untuk memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal
yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes
standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli
dalam bidang tersebut.
Selanjutnya Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny Semiawan
(1995) mengemukakan bahwa identifikasi anak berbakat harus
mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual umum,
komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Menurutnya kinerja
seseorang secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul
dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga dimensi itu saling
berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya
memperhatikan faktor intelektual dan non intelektual. Pendekatan
Renzulli ini penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat
dari mereka yang biasa-biasa saja terutama dilihat dari faktor
motivasi dan kreativitas.
b. Tujuan umum pendidikan anak berbakat
Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah (1) anak-
anak berbakat harus menguasai sistem konseptual yang penting ada
pada tingkat kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata
pelajaran, (2) anak-anak berbakat harus mengembangkan
keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi
mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya, dan (3) anak-
anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan
kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melalui
kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang
tidak dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).
c. Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan
individu anak berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan
masyarakat
Dari analisis komponen-komponen tersebut diciptakan jenis
layanan pendidikan yang merupakan alternatif dalam implementasi
pendidikannya.
2. Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan
Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan
implementasi layanan pendidikan anak berbakat.
a. Ciri Khas Layanan yang sesuai dengan Kebutuhan Anak Berbakat
1) Adaptasi lingkungan belajar
Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan
belajar, yaitu (a) untuk memberi kesempatan anak berbakat dalam
berinteraksi dengan teman yang seusia, (b) untuk memudahkan
guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa,
dan (c) untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang
yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat.
Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher,
dkk. (1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.
a) Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa
bantuan petugas dari luar.
b) Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas
biasa dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih.
c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang
kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari
guru yang terlatih.
d) Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya
di bawah pengawasan seorang guru yang berwewenang.
e) Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di
sekolah dan diajar oleh guru yang dilatih khusus.
f) Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di
sekolah khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus.
Selanjutnya, Utami Munandar (1996) mengemukakan
bahwa alternatif lingkungan belajar/tempat belajar anak
berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat
menampung anak-anak berprestasi tinggi dari daerah
sekitarnya. Di sekolah unggulan itu mereka dihadapkan
dengan program yang memungkinkan akselerasi dan pengayaan.
2) Adaptasi Program
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara,
diantaranya sebagai berikut.
a) Melalui percepatan/akselerasi siswa
Stanley (1979) mengemukakan beberapa cara percepatan, yaitu:
(1) pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang memperlihatkan
kematangan sosial dan intelektual diperbolehkan memasuki Taman
Kanak-kanak pada usia lebih muda dari anak pada umumnya;
(2) pelompatan tingkat/kelas, anak dengan cepat naik kelas pada
kelas/tingkat berikutnya walaupun belum saatnya kenaikan
kelas;
(3) percepatan materi, anak mengikuti materi standar dengan waktu
yang lebih singkat, misalnya belajar di Sekolah Menengah
Pertama hanya dua tahun;
(4) penempatan yang maju, siswa mengambil pelajaran di
Perguruan Tinggi sementara ia masih di Sekolah Menengah
Atas; dan
(5) pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal, seorang siswa
yang sangat maju bisa masuk Perguruan Tinggi dalam usia 13, 14
atau 15 tahun.
b) Melalui pengayaan
Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa
untuk mempelajari materi secara luas, seperti menggunakan
ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh, memperkaya pandangan,
dan menemukan sesuatu.
c) Pencanggihan materi pelajaran
Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk
menggunakan pemikiran yang tinggi agar mengerti ide, dan
memiliki abstraksi yang tinggi. Materi pencanggihan ini tidak
terdapat dalam kurikulum/program pendidikan biasa.
d) Pembaruan
Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya
tak akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbatasan
waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran. Tujuan pembaruan ini
ialah untuk membantu anak-anak berbakat menguasai ide-ide yang
penting. Jenis pembaruan materi pelajaran, misalnya guru
mengajak siswa untuk memikirkan konsekuensi kemajuan
teknologi (AC, komputer, TV, dan lain-lain).
e) Modifikasi kurikulum sebagai alternatif
(1) Kurikulum plus
Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus
dikembangkan dari kurikulum umum (nasional) yang diperluas dan
diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar siswa mampu
memanifestasikan (mewujudkan) potensi proses berpikir tingkat
tinggi (analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah) yang
dimiliki, tidak sekadar proses berpikir tingkat rendah
(ingatan/pengetahuan, pemahaman, dan penerapan), seperti anak
pada umumnya yang sebaya dengannya.
(2) Kurikulum berdiferensiasi
Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum
berdiferensiasi dirancang dengan mengacu pada penanjakan
kehidupan mental melalui berbagai program yang akan
menumbuhkan kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman
belajar intelektual tingkat tinggi. Kurikulum ini tidak memerlukan
sekolah khusus anak berbakat. Dalam model ini, anak berbakat
yang menonjol dalam bidang tertentu bisa memperoleh materi
yang lebih banyak sehingga bakatnya menonjol. Dalam pengayaan,
bukan materi dan jam pelajarannya yang ditambah secara
kuantitatif tetapi yang paling penting adalah suatu desain yang
secara kualitatif berbeda dengan anak normal.
Kurikulum ini memungkinkan guru untuk mendiferensiasi
kurikulum tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam
kelas.
b. Strategi Pembelajaran dan Model Layanan
1) Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak
berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan
tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya
yang lebih tinggi dari anak normal.
b) Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan
kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan
emosional juga patut mendapat perhatian. Utami Munandar (1996)
mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak
berbakat perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi.
c) Pembelajara anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses,
isi/content, dan produk. Sehubungan dengan itu, M. Soleh
YAI (1996) mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut.
Modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru mengajar
termasuk cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang
berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan,
mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau
argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan
simulasi, serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi
adalah modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide,
konsep maupun fakta. Pembelajaran dimulai dari hal yang
konkret, menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi.
Modifikasi produk atau hasil adalah produk kurikulum yang
tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran
yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang
dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.
2) Model-model layanan
Model-model layanan yang dimaksud dalam tulisan adalah ini
model yang mengarah pada perkembangan anak berbakat
diantaranya layanan perkembangan kognitif, nilai, moral,
kreativitas dan bidang khusus. Berikut ini akan dikemukakan
apa dan bagaimana implementasi dari model-model itu (adaptasi
dari Conny Semiawan, 1995):
a) Model layanan kognitif-afektif
Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sangat
memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif afektif yang
merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut.
Metode atau cara dalam melaksanakan model tersebut, yaitu
dengan cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak
kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati pengalaman
belajar atau percakapan tertentu secara mendalam.
b) Model layanan perkembangan moral
Sasaran model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau
tanggung jawab moral yang diperoleh melalui sosialisasi dan
individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia berhak
mencipta, menyatakan diri secara mandiri, namun sebagai
makhluk sosial ia harus dapat meletakkan kepentingannya
dalam kepentingan masyarakat. Pendidikan moral anak berbakat
seyogianya harus jauh lebih luas dari yang diperoleh di kelas.
Usaha mengimplementasikan model ini adalah sekolah harus
menciptakan suasana dengan mengacu pada kemampuan
berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kepedulian terhadap yang lain. Oleh karena itu, Vare dalam
Khatana, 1992 mengusulkan strategi untuk mengembangkan
moral adalah: mengadakan diskusi dengan teman sebaya
mengenai dilema atau klarifikasi nilai, membaca hasil
penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama kreatif
dan permainan, penelitian kelompok atau kelas mengenai
ketentuan hukum (strategi yuridisprudensial), dan diskusi
dengan lingkungan masyarakat tentang isu sekolah.
c) Model perkembangan nilai
Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif (emosional)
sehari-hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu,
rasa bersalah, dan bosan. Perasaan-perasaan ini membentuk
sikap seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat
hubungannya dengan perkembangan sikap dan merupakan
kerangka pembentukan moral seseorang. Oleh karena itu,
strategi pengembangan nilai erat kaitannya dengan strategi
perkembangan moral.
d) Layanan berbagai bidang khusus
Bidang-bidang khusus ini adalah kepemimpinan, seni rupa dan
seni pertunjukan.
(1) Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Stogdill (1977) adalah kemampuan, hasil
belajar, tanggung jawab, partisipasi, status, dan situasi.
(a) Kemampuan kepemimpinan terkait dengan inteligensia, kepekaan
dan penilaian. Sifat-sifat ini dapat diamati dalam kegiatan
ekstrakurikuler (bagi anak remaja).
(b) Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan
atau data authentic. Hal ini dapat dilatih dibangku sekolah
melalui berbagai pengalaman belajar dan dapat dilihat dari
kinerja pesertanya.
(c) Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri dan
keinginan melebihi teman-temannya. Ini dapat dilatih melalui
tugas kelompok, dan tugas konstruksi tertentu yang dapat
menampilkan keinginan untuk melebihi, dan mudah dapat
diciptakan.
(d) Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja
sama, kemampuan menyesuaikan diri dan humor. Kemampuan itu
dapat dilatihkan melalui berbagai permainan, seperti penugasan
membuat karangan tentang diri sendiri yang dapat menampilkan
sifat kepemimpinan tersebut.
(e) Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal
ini dapat diamati dalam pergaulan sehari-hari.
(f) Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan,
dan interest. Biasanya informasi tentang kualitas situasi ini
diperoleh melalui analisis sosiometrik.
(2) Kelompok seni dan pertunjukan
Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan
produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan melalui pengamatan
dan layanan bersifat khusus melalui kinerja atau pertunjukan.
Layanan perilaku musik dapat diadakan dengan menyelesaikan
melodi musik menurut fantasinya sendiri, meniru langsung tanpa
tanda baca not balok di alat music tertentu, latihan irama,
mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.
c. Layanan perkembangan kreativitas
Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat, seperti
berikut.
1) Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas,
originalities, serta keterbukaan terhadap masalah yang disertai
keberanian mengambil risiko. Latihannya adalah berilah secarik
kertas kepada anak dengan pertanyaan ”Siapa Anda”. Tugasilah
anak menulis sembilan jawaban tentang dirinya yang tidak boleh
dilihat oleh temannya. Suruhlah mereka periksa secara cermat,
barangkali ada jawaban yang ingin diubahnya karena
dirasakannya tidak sesuai dengan dirinya. Setelah selesai bagilah
murid menjadi 5 atau 8 orang per kelompok dan suruhlah mereka
saling membicarakan jawabannya. Tujuannya adalah untuk
saling menghayati keunikan dirinya. Selanjutnya dapat diberi
pertanyaan secara terbuka.
2) Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan
masalah dengan mencari pemecahan masalah secara teratur
(organized). Misalnya, “Lima hari sekolah” dapat dipetakan dalam
kelompok masalah dan bagaimana perlakukan subjek terhadap
masalah tersebut. Kemudian, guru dapat memberikan beberapa
pertanyaan yang menuntut pemikiran evaluatif atau aneh seperti
persamaan dan perbedaan raksasa dan orang kerdil.
3) Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan
masalah berdasarkan asumsi tertentu, seperti mencari berbagai
informasi tentang hal tertentu, analisis desain yang sistemik
serta meramalkan sesuatu (hipotesis), membuktikan kebenaran
suatu ramalan, dan membuat projek mandiri tentang topik tersebut.
Selanjutnya, dapat dibuka berbagai pusat kegiatan, misalnya
pusat sains dan pusat pengembangan pengabdian pada
masyarakat.
d. Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi
Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan
stimulasi imajinasi kreatif dan proses inkubasi.
1) Stimulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi
yang menjadikan semua kekuatan motif berprestasi untuk
menstimulasi dan memberi energi pada tindakan kreatif. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengembangkan fungsi otak kiri
dan faktor khusus, seperti kualitas suasana rumah, pola asuh
ibu-anak atau bapak-anak, komunikasi antarkeluarga sehingga
terjadi interaksi anak dengan lingkungannya.
2) Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan
masalah (problem solving) dimana fungs mental yang tadinya
digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara intensif
sehingga tercapai pemahaman yang mengarah pada pemecahan
masalah.
e. Desain pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bahwa anak berbakat terus-
menerus memerlukan stimulus untuk mencapai perkembangan
yang optimal. Oleh karena itu, kita perlu merencanakan desain
pembelajaran yang khusus. Renzulli mengemukakan bahwa
langkah-langkah penting untuk diperhatikan dalam mendesain
pembelajaran adalah sebagai berikut: Seleksi dan latihan guru,
pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar
dalam segi akademik maupun seni, prosedur identifikasi jamak,
pematokan sasaran program, orientasi kerja sama antarpersonel,
rencana evaluasi, dan peningkatan administratif.
Hal-hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi
karakteristik dan kebutuhan belajar anak, persiapan tenaga
guru, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
anak, adanya kerja sama antarpersonel, pola administrasi, dan
rencana evaluasi yang digunakan.
Selanjutnya, dalam menentukan alternatif pembelajaran M.
Soleh (1996) mengemukakan bahwa ada pilihan khusus, seperti
(1) mengemas materi bidang studi tertentu agar sesuai dengan
kebutuhan belajar anak berbakat, kemudian berangsur-angsur ke
bidang studi lain; (2) melatih teknik mengajar tertentu kepada guru
bidang studi seperti teknik pembelajaran pengembangan
kreativitas; dan (3) mencobakan beberapa model pembelajaran
di sekolah atau daerah tertentu dan jika diperoleh hasil yang
baik, kemudian menyebarluaskannya ke sekolah lain.
f. Evaluasi
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda
dengan anak pada umumnya, namun karena kurikulum atau
program pelajaran anak berbakat berbeda dalam cakupan dan
tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai
dengan keadaan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar
anak berbakat. Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan
(1987, 1992) mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur yang
digunakan mengacu pada ketuntasan belajar adalah
pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak
berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu, pemantulan
tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan sifat,
keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar
seseorang. Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah
pengukuran acuan kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada
pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan
seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu
menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan
petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga
memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai
tanpa tergantung pada kinerja temannya. Penting untuk
diperhatikan bahwa sebaiknya disertai dengan saran mengenai
model evaluasi yang perlu diterapkan,apakah tes atau nontes.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
yang memadai mengenai anak berbakat akan mendukung
keberhasilan layanan pendidikan bagi anak-anak tersebut.
Pengertian anak berbakat dalam perkembangannya telah
mengalami perubahan dari pengertian yang berdasarkan pada
pendekatan faktor tunggal (berdasarkan IQ) ke pendekatan yang
bersifat multi dimensional (faktor jamak). Faktor tunggal
menggunakan kriteria keberbakatan berdasarkan inteligensia yang
tinggi, sedangkan faktor jamak menggunakan kriteria keberbakatan
tidak semata-mata ditentukan oleh faktor inteligensia, tetapi juga
hasil perpaduan atau hasil interaksi dengan lingkungan.
Demikian pula dalam memandang tentang karakteristik anak
berbakat yang tidak hanya ditinjau dari keberbakatan akademik,
tetapi ditinjau pula dalam keberbakatan sosial, emosional,
penampilan dan pemeliharaan kesehatan. Anak berbakat pada
umumnya memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan anak-
anak normal sehingga mereka membutuhkan program dan layanan
pendidikan secara khusus dengan melalui adaptasi pendidikan bagi
anak-anak berbakat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian M.
Soleh, dkk., populasi anak berbakat adalah 3% dari anak
seusianya dan 3-8 % dari mereka berada di sekolah biasa. Dari data
tersebut, sangat mungkin apabila di kelas-kelas kita akan hadir
anak berbakat yang selama ini dihadapkan dengan kurikulum yang
umum dan waktu belajar yang sama dengan teman sekelasnya atau
dengan jenis layanan yang relatif sama dengan teman sekelasnya.
Alangkah ruginya anak berbakat jika dihadapkan dengan situasi
demikian secara terus-menerus.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari
kepentingan anak berbakat itu sendiri adalah yang berhubungan
dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk
mewujudkan potensi yang hebat itu anak berbakat membutuhkan
peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya
melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan
pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar
berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat
membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan
lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak
berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya, dalam menentukan jenis layanan bagi anak
berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen berikut.
Komponen persiapan penentuan jenis layanan, seperti
Mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah
karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan
keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi
anak berbakat Anda perlu menentukan alasan atau sebab
mencari mereka sehingga dapat menentukan alat identifikasi yang
sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tujuan pendidikan anak
berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang
penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan
yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan
kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.
Selanjutnya, komponen alternatif implementasi layanan
meliputi ciri khas layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-
hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah adaptasi
lingkungan belajar, seperti usaha pengorganisasian tempat belajar
(sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber).
Selain itu, ada adaptasi program, seperti usaha pengayaan,
percepatan, pencanggihan, dan pembaruan program, serta
modifikasi kurikulum (kurikulum plus dan berdiferensiasi).
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strategi
pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan
kemampuan intelektual dan non intelektual serta dapat mendorong
cara belajar anak berbakat. Oleh karena itu, anak berbakat
membutuhkan model layanan khusus, seperti bidang kognitif
afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus.
Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada
pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
UPI Press.
Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Diposkan oleh Natiwy di 23:24 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Na
Mengenai Saya
Natiwy Lihat profil lengkapku
Arsip Blog ▼ 2012 (2)
o ▼ Januari (2) Artikel Mengenal Anak
Berkesulitan Belajar
Makalah Anak Berbakat
Pengikut
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
Anak Berbakat Sumber : www.depdiknas.go.id
Membahas masalah sistem pendidikan di Indonesia, kita tahu bahwa anak usia sekolah ditempatkan secara berjenjang sesuai dengan usianya. Mulai anak usia TK, SD, SLTP dan SMU. Kurikulum yang digunakan bersifat centralized (terpusat), artinya kurikulum yang dipakai untuk seluruh wilayah Indonesia secara umum sama.
Dengan keterbatasan ini, maka ada beberapa hal yang belum tertangani dengan baik, misalnya penanganan anak berbakat. Anak berbakat perlu dipikirkan bagaimana menanggulanginya, sehingga segala kemampuan yang ada pada dirinya dapat tersalurkan melalui suatu lembaga pendidikan khusus. Seperti halnya sekolah luar biasa (SLB) yang menangani anak-anak yang memiliki kelemahan dikarenakan tidak berfungsinya salah satu bagian pada tubuhnya (tuna
netra, tuna rungu, tuna wicara dan sebagainya).
Pendidikan anak berbakat, sebagaimana halnya pendidikan pada umumnya, hama dilihat secara sistematik meliputi program, fasilitas, guru, masukan dan tujuan (Raka Joni, 1982). Tujuan pendidikan Indonesia tersirat dalam cita-cita bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dinyatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh pengajaran, dan pemerintah mengusahakan dan melaksanakan satu sistem pengajaran (pendidikan) nasional.
Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat (Raka Joni,1982).
Apa Yang Dimaksud Dengan Anak Berbakat?
a. Pengertian anak berbakat
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian, "Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas'tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah anak-anak gifted mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Kiranya hal itu tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah satu syarat penting untuk meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.
Kepribadian memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat diberikan oleh anak atau orang-orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik maka
akan dilahirkan pula karya-karya yang baik pula, sehingga masahat yang diberikan menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar pula kepada hidup dan kehidupan manusia.
b. Karaktehstik anak berbakat
ebagai mahluk sosial, anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran, sikap dan aktivitas anggota masyarakat yang lain. Dalam pergaulan inilah emosi mereka merasa sedih atau bahagia.
Ditinjau dari budaya, anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan di mana mereka memperoleh pengalaman budaya. Selain itu faktor agama akan memberikan dasar dan norma pribadi anak berbakat.
Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat beberapa segi diantaranya sebagai berikut1. Potensi2. Cara menghadapi masalah3. Kemampuan (prestasi) yang dapat dicapai.
1. Potensi
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, seperti studi yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) terhadap tingkat kecerdasan. U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang (Kitano,1986).
Dilihat dari sudut ilmu pendidikan untuk menjelaskan hal tersebut di atas, kita dapat mengikuti penjelasan dari Jane Healy. Penjelasan itu menyatakan bahwa semua wanita harus menyadari pentingnya nutrisi yang baik demi anak yang dikandungnya. Selain itu janin harus terhindar dari keracunan atau pengaruh sinar x yang datang dari luar (Healy, 1978). Dari sudut proses belajar maka faktor kesadaran seperti yang disarankan oleh Healy adalah satu prestasi belajar yang sebelumnya melibatkan proses kompleks. Faktor intelegensi, motivasi, emosi dan sosialisasi sangat menentukan pencapaian hasil atau prestasi belajar dalam bentuk kesadaran.
Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari segifisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperactive (Swassing, 1985).
Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Bila guru menemukan
anak seperti itu maka guru dapat menduga bahwa itu anak-anak yang berbakat. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart, 1980), mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing, 1985). Bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart, 1980)
Selain potensi intelegensi anak-anak berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi. Menurut French (1959) dan Gearheart (1980) anak-anak yang berbakat memiliki stabilitas emosi yang mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan masalah-masalah personal (Heward, 1980). Rasa tanggung jawab mereka sangat tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula.
Karakteristik sosial yang dimiliki anak-anak berbakat ialah cakap mengevaluasi keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki dirinya dan orang lain. Sifat ini akan membuat anak berbakat, tampil bijaksana.
2. Cara menghadapi masalah
Cara menghadapi masalah disini adalah keteriibatan seluruh aspek psikologis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart, 1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Setelah berfikir dengan baik maka mereka akan memunculkan hasil pemikiran dalam bentuk tingkah laku. Tingkah laku yang dimunculkan ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara kritis. Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang dewasa).
Karakteristik yang dimiliki anak berbakat dalam menghadapi masalah diantaranya:
a). Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang kongkrit. b). Mereka akan terpusat pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980)
c). Mereka suka bekerja secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindakd). Mereka menyukai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai ntens untuk berkreasi (Meyen, 1978)
3. Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959).
Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan
masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979).
Secara psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).
Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan komprehensif.
Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak normal, anak-anak berbakat sudah mampu membaca dan kemampuan ini berkembang terus secara konsisten (Swassing, 1985, French, 1959). Mereka mampu menggunakan perbendaharaan kata yang sudah maju (Ingram, 1983).
Selain memiliki keunggulan-keunggulan diatas anak-anak berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya (menurut Swassing):
1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit2. Dapat mendominasi diskusi3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya4. Sukaribut5. Memilih kegiatan membaca dari pada berparfsipasi aktifdalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.8. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu11.Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas12. Mungkin akan kehilangan interns dengan cepat.
Bagaimana Menangani Anak Berbakat ?
Kemampuan dasar atau bakat luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsang (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang ada, yang dimiliki menjadi aktual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat luar biasa yang sebetulnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi tidak berfungsi.
Peran lingkungan sebagai pemicu rangsang sangat besar dalam ikut menentukan sampai di mana tahapan, terealitas dan hasil akhir dari suatu perkembangan dicapai.
Pendidikan khusus yang direncanakan diberikan kepada anak-anak khusus (anak
berbakat luar biasa), jelas mempunyai tujuan mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki seorang anak agar bisa mencapai prestasi yang luar biasa, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendidik, masyarakat dan pemerintah.
Dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak untuk mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan, ialah :
a. Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu mengenal anak. Mengenali dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif. Dalam usaha memberikan pendidikan khusus kepada anak berbakat perlu terlebih dahulu membedakan beberapa pengertian, yakni:1) Berbakat luar biasa pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) dan karena itu mempengaruhi aspek-aspek lain.2) Berbakat luar biasa hanya pada salah satu atau beberapa aspek, bisa mengenai aspek kognitif atau aspek yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan khusus. Sedangkan aspek-aspek lain secara umum tergolong biasa saja.
b. Faktor kurikulum yang meliputi:
1) Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (Child centered) dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif.2) Perlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain, Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap terpadu dengan kurikulum dasar.3) Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program (enrichment program) dan tidak semata-mata untuk mempercepat (accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang dimiliki.4) Isi kurikulum hams mengarah .pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif.
Kreativitas yang diarahkan agar tertanam sikap hidup yang mau mengabdi, melayani dan mengamalkan pengetahuannya untuk kemajuan mesyarakat bangsa dan negara.
Pelaksanaan pendidikan anak berbakat
a. Percepatan (akselerasi) Ada 2 cara melaksanakan percepatan ini yakni:1) Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping). Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih 'tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya' masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma dari kelas tinggi, yang belum tentu
sesuai seluruhnya bagi anak karena norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri.
Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.
Cara seperti ini oleh Samuel A. Klik dan James Gallagher disebut sebagai "telescoping grades", Sebenarnya cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan dan diselesaikan ditentukan oleh keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri.
Kesulitannya ialah pengaturan administrasi sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajaran karena hams memberikan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan oleh para ahli akan timbul kesulitan dalam penyesuaian diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.
b. Pendidikan dalam kelompok khusus (special grouping segregation)Ada beberapa kemungkinan untuk melaksanakan ini, yakni:
1) Model AKelas biasa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolahkarena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus.
Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnyamatematika) ditambah.kerugian pada anak ialah :
a) Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang diperlukan untuk memperkembangkan aspek kepribadiannya, misalnya pergaulan, olah raga dan kesenian.b) Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu teman-temannya bertambah.c) Di kelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2) Model BPada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus.
Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya.
Keuntungan lain ialah jumlah jam belajar. yang cukup lama di kelas khusus (meskipun mungkin kelas mini) masih memperoleh kesempatan bersaing dengan teman-teman yangmempunyai potensi berbeda.
Kerugian pada anak sendiri ialah seperti pada model A yakni ketika berada di kelas bisatumbuh perasaan bosan dan mungkin mengganggu semua mata
pelajaran adalahmudah akibat mudah tumbuhnya perasaan sombong dan terlalu percaya diri.
3) Model CPada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Keuntungan pada model ini ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaikan suatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Kerugian akan terjadi pada anak-anak normal yang sebaya, sehinga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru mudah menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan (superiority Complex) Karena dalam kenyataannya ia berada dalam kelas yang eksklusif.
4) Model DPada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena kurangnya kemungkinan untuk mendefinisasikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melalui pergaulan yang luas dan bervariasi, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.
Beberapa kegiatan dalam implementasi kurikulum bidang studi tertentu.
Beberapa kegiatan khusus akan diuraikan secara kongkrit sebagai sampel (contoh-contoh) program dalam menjalankan kurikulum anak berbakat di SD.
a. Membaca
Mata pelajaran yang paling mudah dipenuhi dan paling banyak manfaatnya adalah memberikan bacaan-bacaan yang sangat berguna dan memberikan pendalaman tentang masalah yang diminatinya.
Seandainya sekolah tidak mempunyai perpustakaan, maka materi dapat diambil dari perpustakaan lembaga lain. Selain itu pemberian bacaan itu dapat dibarengi dengan tugas memberikan komentar dan catatan tentang buku tersebut. Juga "display" tentang materi bacaan yang dikumpulkan dari surat kabar, majalah atau sumber lain. (clipping) tentang topik-topik yang lagi "hangat" dibicarakan di sekolah atau masyarakat banyak membantu. Meskipun anak berbakat gemar membaca, tidak semua masalah dijangkau oleh minatnya. Pengarahan terhadap topik-topik yang relevan perlu diperhatikan gurunya. Demikian pula majalah yang tidak merusak pembentukan kepribadiannya merupakan masalah cukup penting. Pengarahan terhadap catatan, komentar, sugesti yang bagaimana harus diberikan anak berbakat terhadap bacaan berasal dari guru, umpamanya diarahkan; sesudah selesai membaca, beritahu karakter mana yang paling kau sukai atau kagumi dan mengapa ?. Tokoh mana yang paling tidak di sukai dan mengapa ?. Apakah dalam buku itu ada deskripsi Jelas tentang pribadinya secara nyata atau hanya disimpulkan dari kejadian-kejadian yang diceritakan. Moral apa
yang terkandung dalam buku tersebut. Pengayaan melalui pelajaran membaca dapat juga dilaksanakan dalam kelompok kecil untuk memperoleh "interaksi yang hidup" dengan teman sebaya.
b. Menulis Kreatif (mengarang)
Kehidupan imaginasi anak berbakat biasanya sangat aktif dan mengarang merupakan sesuatu yang biasanya gemar dilakukannya. Namun ada anak berbakat yang cenderung minatnya ke ilmu pengetahuan alam (I PA) kadang memperoleh kesukaran dalam menyatakan dirinya, meskipun ide-ide dirinya banyak.
Mengarang adalah suatu sarana yang dalam memperoleh keterampilan menyatakan dirinya.
Kebimbangan memilih judul yang sesuai dapat dipancing dan diarahkan melalui.
1) Gambar seseorang atau sesuatu yang diperhatikan2) "Passage" dalam bacaan seperti "Penerbang roket mengambil tempat duduknya dalam kapsul, menunggu tanda keberangkatannya .
c. Ilmu Pengetahuan Sosial
Pelajaran Sejarah, Pendidikan Kewarga-negaraan (PPKn), dan Ilmu Bumi dapat dikaitkan dengan membaca dan mempelajari berbagai tajuk sejarah maupun ilmu bumi melalui berbagai bacaan.Integrasi dari kedua bacaan ini memungkinkan pendalaman suatu penguasaan yang kongkrit dalam kaitan dengan kedua pelajaran tersebut. Juga menyuruh anak berbakat menemui beberapa tokoh tua di tempat tinggalnya untuk menanyakan peranan dalam perang kemerdekaan kita, dan memungkinkan kaitannya dengan PPKn. Suatu pameran tentang mata uang logam kuno dari negeri sendiri atau negara lain, tata cara pakaian, alat perang dan benda lain dari masa lalu serta pembangunan kini dapat menghidupkan sejarah, ilmu bumi dan PPKn secara integral.
Kejadian aktual seperti perjuangan bangsa Asia dan Afrika, perubahan dalam sistem transportasi, penemuan baru seperti "concorde" dan sebagainya, dengan sendirinya merupakan hal-hal yang akan sangatmenumbuhkan motivasi belajaranak berbakat.
Mata pelajaran lain seperti politik, ekonomi, antropologi sosiologi dan psikologi dapat diberikan secara ilmiah populer. Umpamanya masalah "Intel-group relation" adalah suatu topik yang dapat diperdalam dalam menggunting surat kabar atau majalah mengenai contoh konflik ada atau kerjasama dari kelompok tertentu. Demikian juga kejadian aktual seperti pemilu merupakan permasalahan politik yang dapat dijelaskan dalam kaitan dengan pemerintah. Suatu aktivitas longitudinal dalam hubungan denganekonomi adalah investasi dalam bidang bisnis yang berhubungan dengan usaha sekolah.
Demikian juga suatu masalah antropologi perlu dijelaskan melalui ensiklopedi, misalnya karakteristik mana dalam masyarakat kita yang bersifat universal?
d. IPA dan Pendidikan Kesehatan
Keterampilan proses (proses skills) dalam IPA pada akhir abad ini telah digalakan sebagai metodologi IPA yang membantu anak didik mengaitkan IPA dengan dasar kehidupan. Dalam memecahkan masalah IPA bukan lagi menghapal hukum dan aksioma saja, tetapi pengembangan aktivitas dan eksperimen yang membantu anak didik memperoleh keterampilan mengamati, mengelola, meramalkan suatu gejala serta menilai proses tersebut. Dalam hubungan dengan ini berbagai lomba ilmiah dapat diselenggarakan, atau mengadakan seminar para ahli di bidang IPA dan Kesehatan.
e. Matematika
Untuk mencari jalan terpendek atau termudah dalam menyelesaikan suatu soal matematika patut dilakukan anak berbakat. Pemahaman terhadap hubungan angka dengan membandingkan berbagai metode perkalian, pengurangan atau penambahan merupakan sesuatu yang menarik anak berbakat. Persoalan matematika yang dikaitkan dengan cerita akan sangat melatih keterampilannya.
Demikian pula teka-teki angka akan banyak memberi kesempatan melatih keluwesan kemampuan berhitung.
f. Kesenian dan Bahasa
Kreativitas anak berbakat dalam berbagai jenis kesenian dapat kesempatan berkembang dan mudah dikaitkan dengan perkembangan bahasa (umpama drama, deklamasi), Tetapi ada juga kegiatan kesenian yang secara khusus memperkaya perkembangan kesenian tertentu, seperti musik (band sekolah), melukis, membatik dan lain-lain. Kreativitas merupakan satu ciri khas dari anak berbakat. Kreativitas dapat diarahkan melalui berbagai kegiatan positif dan menantang.
g. Metode belajardan guru
Metode belajar yang paling cocok untuk anak berbakat adalah belajar melalui kelompok kecil atau individual. Bila anak berbakat harus belajar dalam kelas besar, maka prinsip pendekatan full-out enrichment dan akselerasi harus menjadi dasar untuk pengembangan pada perbedaan potensinya. Beberapa persyaratan yang diperlukan guru ialah guru harus seseorang yang memiliki intelegensi tinggi dan mempunyai minat luas dalam berbagai bidang. Minat guru yang ada harus dapat disampaikan dengan baik yang dimiliki orang lain. Keinginan guru belajar mendalami ilmu bersama murid terus menerus merupakan syarat lain yang harus dipenuhi guru anak berbakat.
Bagaimana Pendidikan anak Berbakat dalam Konteks Pendidikan Indonesia
Pembinaan bakat dan prestasi berkualitas tinggi penting bagi kelangsungan hidup serta kejayaan bangsa. Hal ini berarti bahwa pendidikan anak berbakat harus berangkat dari landasan konseptual filisofis yang sama untuk digunakan dalam pendidikan biasa. Sebagaimana halnya dengan anak-anak yang mengalami hambatan (handicap) anak berbakat perlu mendapat layanan yang berbeda dari
yang diberikan kepada anak-anak. pada umumnya untuk memungkinkan mereka mewujudkan potensinya secara maksimal.
Di Indonesia sampai saat ini layanan khusus untuk anak-anak berbakat yang dimaksud praktis belum ada, meskipun pemikiran ke arah itu telah pernah dirintis, salah satunya pemberian beasiswa (T. Raka Joni,1982).
Tinjauan sekilas di sejumlah negara lain memberikan gambaran yang tidak terlalu jauh berbeda, perhatian jauh lebih banyak ditujukan kepada anak-anak yang mengalami hambatan, bukan kepada anak-anak berbakat istimewa. Dan apabila kita ingin mulai merintis layanan khusus yang dimaksud, maka seharusnya kerangka acuan dengan wawasan ke pendidikan yang lebih luas, perlu dimantapkan terlebih dahulu, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti berikut ini
1) Apakah yang dimaksud dengan bakat (istimewa) itu Apa bidang-bidangnya, dan bagaimana diungkapkannya?2) Untuk apa, baik dilihat dari segi individu maupun dari segi pemerintah dan masyarakat, bakat-bakat istimewa tersebut terbina?3) Bagaimana pembuatan bakat yang dimaksud dilaksanakan? Perlukah dilakukan penetapan urutan prioritas? Apa isi program pembinaannya dan apa pula persyaratan sarana, prasarana serta personelnya? Bagaimana program tersebut diorganisasikan serta diadministrasikan sehingga dapat tercapai tujuan dengan efektiftetapi efisien?4) Bagaimana kita bisa tahu bahwa prediksi prestasi berkualitas tinggi yang dibuat itu efektif? Bagaimana kita tahu bahwa program pembinaan bakat istimewa itu berhasil? Apa indikator keberhasilannya?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mudah-mudahan pemikiran untuk mewujudkan lembaga pendidikan anak berbakat bisa terwujud. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang ada di masyarakat dan pemerintah Indonesia. Demikianlah uraian yang menggambarkan anak berbakat, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
N.L. Gagne dan DC. Berliner. 1979. Educational Psycology. Chichago, Illionis; Randa Me. Nally T.E. Newland, 1976. The Gifted in Socio - Educational Perspective. Englewood Cliffs, N.J. Prentice Hall. T. Raka Joni, 1973. "Creativity : A. Review of Selected Literature.
"Dalam kumpulan karangan ilmiah, sen 2, Malang: I KIP Malang. S.C. Utami Munandar. 1972. Bunga rampai anak-anak berbakat
pembinaan dan pendidikannya, Jakarta. P.T. Raja Grafindo Persada.
Moch. Soleh. Y.A. Ichrom. 1988. Persfektif pendidikan anak Gifted.
harycalonpsikolog Berbagi Dunia Psikologi
Beranda About
« Karakter Anakmu..
6 Mar
ANAK BERBAKAT (KEBERBAKATAN)
Posted Maret 6, 2012 by harry in Psikologi Umum. Tinggalkan Sebuah Komentar
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPengembangan sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, atau paling tidak sejajar
dengan negara-n egara lain pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’. Yang dimaksud sebagai
kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.
B. Fokus MasalahAnak-anak berbakat memiliki potensi yang luar biasa, baik untuk menjadi pribadi yang positif ataupun yang negatif. Hal ini ditentukan oleh penanganan yang mereka pada masa tumbuh kembang, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat di mana dia tinggal.Mereka adalah bibit yang siap tumbuh, sebagaimana tanaman yang merupakan bibit unggul tidak serta merta menjadi tumbuhan yang luar biasa, karena akan bergantung pada keadaan tanah di mana ia ditanam, bagaimana unsur haranya, mineralnya, bagaimana pemupukan yang ia terima, penyinaran mataharinya dan lain sebagainya.Orangtua dan pendidik seyogyanya menyadari pentingnya pengenalan tanda-tanda anak berbakat, dengan demikian bisa menentukan pendekatan apa yang tepat dan bagaimana cara menerapkan pada pola didik anak yang bersangkutan.
BAB IILANDASAN TEORITIS
A. PengertianDefinisi menurut USOE (United States Office of Education), anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya (Hawadi, 2002).Keberbakatan (giftedness)dan keunggulan dalam kinerja mempersyaratkan dimilikinya tiga cluster ciri-ciri yang saling terkait, yaitu: kemampuan umum atau kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas sebagai motivasi internal cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, ketiga karakteristik tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam tiga lingkungan pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.Keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan atau spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas yang tinggi (Renzulli dalam hawadi, 2002)Sedangkan menurut Depdiknas (2003), anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan dan
memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada tugas yang tergolong baik.
B. Faktor-faktor Penyebab1. Faktor Genetik dan Biologis LainnyaPendapat bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas adalah diturunkan kurang dapat diterima di masayarakat yang memandang bahwa semua orang itu sama. Penelitian dalam genetika perilaku menyatakan bahwa setiap jenis dalam perkembangan perilaku dipengaruhi secara signifikan melalui gen/keturunan. Namun demikian faktor biologis juga tidak dapat diingkari, faktor biologis yang belum bersifat genetik yang berpengaruh pada intelegensi adalah faktor gizi dan neurologik. Kekurangan nutrisi dan gangguan neurologik pada masa kecil dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Studi dari Terman terhadap orang-orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan keunggulan fisik seperti: tinggi, berat, daya tarik dan kesehatan, dibandingkan mereka yang intelegensinya lebih rendah.Penekanannya adalah, individu tidak mewarisi IQ atau bakat. Yang diwariskan adalah sekumpulan gen yang bersama dengan oengalaman-pengalaman akan menentukan kapasitas dari intelegensi dan kemampuan-kemampuan lainnya (Zigler & Ferber, dalam Hallahan & Kauffman, 1994).
2. Faktor LingkunganStimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan imbalan akan berpengaruh pada proses belajar seorang anak. Penelitian tentang individu-individu berbakat yang sukses menunjukkan masa kecil mereka di dalam keluarga memiliki keadaan sebagai berikut: Adanya minat pribadi dari orang tua terhadap bakat anak dan memberikan dorongan Orangtua sebagai panutan Ada dorongan dari orangtua untuk menjelajah Pengajaran bersifat informal dan terjadi dalam berbagai situasi, proses belajar awal lebih bersifat eksplorasi dan bermain Keluarga berinteraksi dengan tutor/mentor Ada perilaku-perilaku dan nilai yang diharapkan berkaitan dengan bakat anak dalam keluarga Orangtua menjadi pengamat latihan-latihan, memberi pengarahan bila diperlukan, memberikan pengukuran pada perilaku anak yang dilakuakn dengan terpuji dan memenuhi standard yang ditetapkan Orangtua mencarikan instruktur dan guru khusus bagi anak Orantua mendorong keikutsertaan anak dalam berbagai acara positif di mana kemampuan anak dipertunjukkan pada khalayak
ramaiAnak-anak yang disadari memiliki potensi perlu dikembangkan, perlu memiliki keluarga yang penuh rangsangan, pengarahan, dorongan, dan imbalan-imbalan untuk kemampuan mereka.Penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok budaya atau etnik-etnik tertentu menghasilkan lebih banyak anak-anak berbakat walaupun tingkat sosial ekonominya berbeda. Hal ini dikaitkan dengan mobilitas sosial dan nilai yang tinggi pada prestasi di dalam bidang-bidang tertentu yang ada dalam kelompok budaya dan etnik tertentu yang menjadi kontribusi dalam keberbakatan.Jadi lingkungan memeiliki pengaruh yang banyak terkait bagaimana genetik anak diekspresikan dalam kesehariannya. Faktor keturunan lebih menentukan rentang di mana seseorang akan berfungsi, dan faktor lingkungan menentukan apakah individu akan berfungsi pada pencapaian lebih rendah atau lebih tinggi dari rentang tersebut.
C. KarakteristikBiasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Mereka biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri, lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting, dan disukai, tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan orang lain. Merekapun tidak merasa takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif cenderung menonjol, berbeda, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi/kebiasaan setempat. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Thomas Alpha Edioson mengungkapkan bahwa “Genius is 1% inspiration and 99% perspiration”.Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan matang-matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang cukup tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan memiliki kemampuan untuk bermain ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.Penelitian yang dilakukan pada tahun 1985 oleh Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menemukan 20 (dua puluh) ciri-ciri dengan masing-
masing lima ciri-ciri dengan masing-masing 5 (lima) ciri keberbakatan yang dianggap penting oleh guru di Indonesia.20 ciri keberbakatan dilihat dari 4 aspek, yaitu : ciri kemampuan belajar, ciri kreativitas, ciri pelibatan diri, ciri kepribadian. Ciri-ciri keberbakatan tersebut adalah sebagai berikut:1. Daya tangkap cepat2. Memiliki kecerdasan tinggi3. Mudah memecahkan masalah4. Kritis5. Pemikiran kritis dan logis6. Kreativitas7. Memiliki keinginan tahu yang besar8. Berani mengutarakan dan mempertahankan pendapat9. Aktif, sering bertanya dengan tepat10. Memiliki inisiatif11. Memiliki tanggung jawab terhadap tugas12. Tekun13. Teratur dalam belajar14. Teliti15. Memiliki ambisi untuk berprestasi16. Mempunyai rasa percaya diri17. Memilikiki jiwa kepemimpinanan18. Kepribadian mantap19. Taat pada peraturan20. Sopan dalam bersikap
D. Upaya Penanganan (Intervensi)1. KeluargaBerbagai penelitian pakar psikologis menemukan bahwa sikapo dan nilai orangtua berkaitan erat dengan kreativitas anak. Beberapa faktor dalam peran orangtua yang menentukan adalah sebagai berikut:
a) KebebasanOrangtua sebaiknya memberikan kebebasan pada anak, tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi anak, dan tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas mengenai anak merekab) RespekOrangtua hendaknya menghormati anak-anak mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan mereka. Dengan sikap seperti ini, anak-anak akan secara alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang orisinalc) Kedekatan emosional yang sedangKreativitas anak akan terhambat dengan suasana emosional yang
mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak. Anak perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogyanya tidak terlalu tergantung kepada orangtuad) Prestasi, bukan angkaOrangtua harus menghargai prestasi anak, mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik. Tetapi tidak terlalu menekankan mereka untuk mencapai angka atau nilai tinggi, atau peringkat tertinggi
e) Orangtua aktif dan mandiriOrangtua adalah model bagi anak, orangtua yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak memperdulikan status sosial, dan tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial.f) Menghargai kreatifitasAnak membutuhkan apresiasi atas segala pencapaian mereka, hal itu akan membuat mereka merasa apa yang telah mereka kerjakan tidak sia-sia dan sangat berharga. Sehingga memacu mereka untuk terus berkarya.
2. SekolahAnak berbakat membutuhkan guru yang tidak sekedar baik, tapi memahami bagaimana cara terbaik dan tepat untuk menangani anak berbakat. Mandell dan Fiscus (dikutip Sisk, 1987) melaporkan hasil penelitian bahwa anak berbakat dapat bereaksi dengan kemarahan, kebencian, atau kesebalan jika guru mereka. Ward menyebutkan bahwa anak berbakat memerlukan pendidikan yang berdifferensiasi, yaitu pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuan intelektualnya. Melalui pengembangan kurikulum yang berdifferensiasi, maka keberbakatan akan muncul dengan sendirinya melalui prestasi dan karya-karya mereka.Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi tiga kelompok: filosofis, profesional, dan pribadi.
• Karakteristik FilosofisKarakteristik filosofis perlu karena bagaimana cara guru memandang pendidikan akan berdampak pada bagaimana pendekatan yang mereka pilih untuk mengajar.Storm (1983) mengemukakan konflik filosofis dapat dialami guru dengan anak berbakat. Guru cenderung berpikir bahwa anak berbakat dapat berhasil dari dirinya sendiri, sehingga tidak perlu mempertimbangkan ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka. Akibatnya, anak berbakat meraih prestasi di bawah kemampuan mereka. Studi yang dilakukan di Iowa, sebagaimana dilakukan Strom menunjukkan bahwa 45% dari siswa
dengan IQ di atas 130 mencapai nilai rata-rata di sekolah di bawah C.Dalam konflik filosofis, guru dapat mengalami kesulitan dengan upaya pengembangan kreativitas di dalam kelas. Siswa berbakat kreatif melaporkan bahwa mereka sering dimarahi, dicemoohkan, dan tidak memperoleh tantangan dalam belajar.• Karakteristik ProfesionalKarakteristik profeional bisa dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan (in-job training), seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik, dan strategi yang maju dalam mata ajaran tertentu, memberikan pelatihan inquiry dan memahami komputer.Plowman (dalam Sisk, 1987) membedakan sepuluh kelompok karakteristik profesional guru bagi anak berbakat, yaitu:a) Assessment anak berbakatb) Mengetahui tentang sifat dan kebutuhan anak berbakatc) Menggunakan data assessment dalam merencanakan program individual anak berbakatd) Mengetahui tentang model kurikulum yang penting untuk pendidikan anak berbakate) Mampu dalam menggunakan dinamika kelompokf) Mengetahui tentang berbagai program untuk anak berbakat, minat, dan komitmen terhadap pembelajaran anak berbakatg) Mengetahui aturan dan hukum sehubungan dengan pendidikan anak berbakath) Mengetahui dan mampu untuk membimbing anak berbakat dan orang tua merekai) Mengetahui tentang kecenderungan dan isu dewasa ini dalam pendidikan anak berbakat
• Karakteristik PribadiKarakteristik pribadi guru bagi anak berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan kelenturan (fleksibilitas). Lindsey (dalam Sisk, 1987) menyimpulkan karakteristik pribadi dari guru yang berhasil bekerja dengan anak berbakat mencakup: memahami dan menerima diri sendiri, mempunyai kekuatan ego, kepekaan terhadap orang lain, minat intelektual di atas rata-rata, serta bertanggung jawab terhadap perilaku diri sendiri dan akibatnya. Karaktereistik pribadi lainnya adalah empati, tenggang rasa, orisinalitas, antusiasme, dan aktualisasi diri.
3. MasyarakatSuatu masyarakat yang berdasarkan pada hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan lingkungan yang kondusif untuk
pertumbuhan kreatifitas. Study dari Gray (dikutip Arieti, 1976) menunjukkan bahwa masyarakat yang sehat dan sejahtera akan memupuk kreatifitas. Arieti mengemukakan sembilan faktor sosiokultural yang kreatif:a) Tersedianya sarana kebudayaanb) Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaanc) Penekanan pada “becoming” (menjadi) bukan sekedar hanya pada “being” (sekedar ada)d) Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasie) Timbulnya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan kerasf) Keterbukaan terhadap kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontrasg) Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergenh) Adanya interaksi antara individu-individu yang berpengaruhi) Adanya insentif, penghargaan, atau hadiahSelain itu sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dengan memandu dan memupuk minat anak. Perlu diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang membimbing anak berbakat dengan orangtua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.Program-program kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bakat anak, misalnya: belajar musik, menari, drama, ilmu, dan sebagainya.BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanSeorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.Keberbakatan (giftedness)dan keunggulan dalam kinerja mempersyaratkan dimilikinya tiga cluster ciri-ciri yang saling terkait, yaitu: kemampuan umum atau kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas sebagai motivasi internal cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, ketiga karakteristik
tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam tiga lingkungan pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B. SaranOrangtua sebaiknya merasa perlu menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak, hal ini mencakup tahap-tahap perkambangan anak, pola asuh dan pola didik anak. Dengan mengetahui informasi tentang tahap perkembangan anak, maka orangtua bisa secara dini mengenali hal-hak yang tidak biasa yang ada pada diri anak.Kemudian, dengan memahami konsep-konsep pola asuh dan pola didik yang ilmiah, maka orangtua akan mampu menimimalisir kesalahan dalam menerapkan nilai, sikap, dan perilaku dalam menghadapi anak, terutama ketika anak-anak menunjukkan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak seusianya.Di samping orangtua, seorang pendidik atau guru dianjurkan juga menambah pengetahuan tentang perkembangan anak, disamping menguasai substansi mata pelajaran yang diajarkannya di dalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan bagi guru dalam mengambil pendekatan sesuai dengan kepribadian si anak.Pemerintah sebagai payung utama pertumbuhan dan perkembangan warga negaranya, semestinya menaruh perhatian besar terhadap penelitian-penelitian, pengembangan-pengembangan terkait dengan pendidikan anak berbakat. Karena hal ini terkait dengan kesuksesan generasi muda sebuah negara dalam menyongsong masa depannya.
DAFTAR PUSTAKAMunandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka CiptaMangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI
About these ads
Share this: Twitter Facebook 2
Like this:SukaOne blogger likes this.
Tinggalkan Balasan
Tulisan Terkini ANAK BERBAKAT (KEBERBAKATAN) Karakter Anakmu.. Jangan Biarkan Obsesimu Menguasai Anakmu… PROPOSAL PENELITIAN: “Hubungan antara kepribadian
dengan kecenderungan tipe kepemimpinan” T E O R I P S I K O D I N A M I K A
Arsip Maret 2012 Januari 2012 Desember 2011 November 2011
Kategori Analisa Kasus (Kisah Nyata) Psikologi Psikologi Umum
Meta Daftar Masuk RSS Entri RSS Komentar WordPress.com
Blog pada WordPress.com. Tema: Spring Loaded oleh the449.
Ikuti
Follow “harycalonpsikolog”
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com