Upload
muhammad-arief-ramadhan
View
19
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
buku
Citation preview
Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005 Katalog BPS : 4626.75 Ukuran Buku : 21,5 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 46 halaman Naskah : Bidang Statistik Sosial, BPS Provinsi Gorontalo Penyunting : Bidang Statistik Sosial, BPS Provinsi Gorontalo Kulit Depan: Bidang Intergrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, dan Badan Perencanaan Pembangunan, dan Percepatan Ekonomi Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo
Dicetak Oleh :
Clinthon, Gorontalo
Boleh Dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source
Organisasi Penyusunan Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005
Pengarah/Penanggungjawab : Drs. H. Syafril Said Editor : Siti Mardiyah, MA Penulis : Siti Mardiyah, MA Arifin M. Ointu, SE Rusli Paramata, SST Lilik Hariyanti, SST Pengolah Data : Rusli Paramata, SST
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas RahmatNya telah selesainya penyusunan Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo 2005. Publikasi ini menyajikan statistik tentang keterangan kegiatan social budaya individu dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Indikator Sosial Budaya ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro mengenai tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosial budaya secara keseluruhan serta memberikan gambaran perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Gorontalo.
Pembuatan publikasi ini didasari atas kerjasama BPS Provinsi Gorontalo dan Badan Perencanaan Pembangunan dan Percepatan Ekonomi Provinsi Gorontalo. Proses penyusunan publikasi ini juga tidak lepas dari bantuan banyak pihak terutama data dari berbagai instansi yang terkait. Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut diucapkan banyak terimakasih.
Kami menyadari bahwa isi publikasi ini belum sempurna, Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Gorontalo, Desember 2005
Kepala Bapppeda Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo
Prof. DR. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS Drs. H. Syafril Said NIP. 131 468 459 NIP. 340005076
DAFTAR ISI Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………………... i Daftar Isi ……………………………………………………………….…………. ii Daftar Grafik……………………………………..……………………………. iii Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang…..……………………………………………………… 1 1.2. Permasalahan ………………………………………………………….. 1 1.3. Tujuan.…………………………………………………………………... 2 1.4. Metodologi dan Ruang Lingkup....................................................... 3 1.4.1. Metodologi….…………………………………………………….. 3 1.4.2. Ruang Lingkup…………………………………………………… 4 1.5. Sistimatika Penyajian………………………………………………….. 4 Bab II. Indikator Sosial dan Budaya 2.1. Pengertian Umum 5 2.2. Konsep dan Definisi …………………………………………………… 5 2.2.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB .…………………………… 5 2.2.2. Pendidikan………………………………………………………. 6 2.2.3. Kesehatan ………………………………………………………. 7 2.2.4. Ketenagakerjaan …..…………………………………………… 9 2.2.5. Kemiskinan……………………………………………………… 10 2.2.6. Lingkungan dan Sosial……..………………………………….. 11 Bab III. Profil Sosial dan Budaya Provinsi Gorontalo 3.1. Gambaran Umum……………….………………................................ 12 3.2. Penduduk Provinsi Gorontalo ………. ……………………………… 13 3.3. Profil Pendidikan Penduduk Provinsi Gorontalo …..………………. 17 3.4. Kondisi Kesehatan Masyarakat..……...……………………………… 19 3.5. Aktifitas Ekonomi Penduduk Gorontalo …………………..………… 22 3.6. Kemiskinan …………………..………………………………………… 24 3.7. Organisasi Sosial dan Lingkungan ………………..………………… 25 Bab IV. Tabel-Tabel Indikator Sosial dan Budaya 4.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB …………………………………... 28 4.2. Pendidikan ………….….………………………………………………. 31 4.3. Kesehatan………………………………………………………………. 34 4.4. Ketenagakerjaan……………………………………………………….. 39 4.5. Kemiskinan. Organisasi Sosial dan Lingkungan..…….……………. 40
DAFTAR GRAFIK
halaman Grafik 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo………… 15
Grafik 2. Persentase Penduduk menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2004………………………………………
18
Grafik 3. APK – APM Tahun 2004/2005………………...................... 19
Grafik 4. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2004 ………………………………..........................
20
Grafik 5. Balita 2 – 4 Tahun yang Pernah diberi ASI kurang dari 24 Bulan Tahun 2004.................………………………………
21
Grafik 6. Kontribusi 3 Sektor Lapangan Usaha Terbesar Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2004..............................
23
Grafik 7. Tingkat Pengangguran Penduduk 15 tahun ke atas Tahun 2002 – 2004 …………………………………………………...
24
Grafik 8. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo ..................... 25
Grafik 9. Jumlah Karang Taruna dan Organisasi 26
Grafik 10. Jumlah Sarana Ibadah Di Provinsi Gorontalo 27
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota
Tahun 2000 – 2004…………....................................................
13
Tabel 2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2000-2004 ………
14
Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio ………….…........................ 15
Tabel 4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2004
16
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi dan Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004 ............................................................................
27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka perencanaan, pemantauan dan penentuan sasaran serta
pengukuran keberhasilan suatu tahapan pembangunan diperlukan tidak saja data
ekonomi tetapi juga data sosial yang diharapkan mampu menggambarkan
fenomena ekonomi dan sosial yang terjadi. Lebih jauh lagi, setiap data dapat
digunakan sebagai acuan atau gambaran sesuatu keadaan. Masing-masing data
merupakan indikator akan sesuatu hal tertentu ataupun beberapa hal secara
bersama. Dengan demikian, untuk mengamati perkembangan atau evaluasi suatu
kegiatan dapat dianalisa dari perubahan indikator yang terkait. Keterbandingan
tahapan capaian pembangunan antar wilayah/daerah dapat pula dicerminkan oleh
indikator-indikator tersebut sehingga pada gilirannya gambaran secara menyeluruh
tentang capaian suatu tahap pembangunan dapat diperoleh.
Penduduk atau masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan pusat kegiatan yaitu pelaku pembangunan dan sekaligus sasaran
pembangunan. Oleh karenanya, penduduk juga merupakan makhluk hidup yang
saling berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungan sekitar. Keadaan tersebut
dapat direkam kedalam aktivitas sosial dan budaya. Gambaran utuh kegiatan
tersebut dapat dirangkum kedalam suatu indikator sosial dan budaya yang dapat
mencerminkan keadaan dan situasi wilayah. Hal tersebut dapat berguna sebagai
bahan dasar acuan kebijakan dalam perencanaan dan evaluasi program
pemerintah di semua level.
Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang baru berdiri sejak tahun
2001, provinsi ini berupaya untuk menggali potensi yang ada baik potensi sumber
daya alam maupun sumber daya manusia untuk memacu laju
pembangunan/perekonomian daerah. Sehingga tujuan pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, keberhasilan pembangunan suatu daerah bukan saja
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, akan tetapi juga faktor lain yang antara lain faktor
sosial budaya masyarakat.
Upaya tersebut di atas tidaklah mudah mengingat tidak semua indikator
sosial dapat dikuantifikasi. Disamping itu terdapat keterbatasan penerapan metoda
stastistik yang digunakan berkaitan dengan kondisi di lapangan, walaupun metoda
tersebut sudah sangat pesat. Untuk mengatasinya, penyajian indikator sosial
biasanya dilakukan secara lengkap, mencakup berbagai variable yang menjadi
perhatian, sehingga memudahkan dalam mempelajari implikasi kebijaksanaan
yang bersifat intervensi. Cara lain adalah penggabungan dari berbagai indikator
sosial kedalam suatu indek komposit yang diharapkan mampu secara
komprehensip menerangkan berbagai fenomena sosial yang terjadi. Walaupun,
cara ini tidak menunjukkan implikasi kebijaksanaan yang jelas tetapi sangat
memudahkan perbandingan tingkat kesejahteraan sosial antar daerah dalam suatu
waktu atau suatu daerah dalam suatu kurun waktu.
Sehubungan dengan hal tersebut sangat dipandang perlu untuk
menyusun indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya masyarakat di
Provinsi Gorontalo. Kondisi sosial budaya ini dapat dilihat melalui beberapa
Indikator Sosial Budaya yaitu; Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan,
Ketenagakerjaan, Kemiskinan, Organisasi Sosial dan Lingkungan. Dengan
disusunnya indikator tersebut dapat diharapkan acuan yang baku yang dapat
digunakan oleh semua pihak dan untuk pemahaman indikator tersebut perlu
kiranya narasi sederhana dari data yang disajikan. Dengan demikian, publikasi ini
dapat diharapkan akan menjadi basis data di dalam melihat kondisi sosial budaya
daerah, khususnya sebagai bahan evaluasi dan acuan dalam menata wilayah
dengan landasan pijakan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.2. Permasalahan
Berbagai program pembangunan yang mengarah pada bidang sosial
budaya selama ini telah dilaksanakan. Namun, di sisi lain perlu dilakukan suatu
evaluasi sejauh mana keberhasilan program pembangunan, khususnya bidang
sosial dan budaya yang telah dicapai dan sebagai acuan program yang akan di
capai di lain waktu. Selain itu, hingga saat ini belum ada publikasi statistik tentang
sosial budaya khususnya indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya
provinsi Gorontalo sampai pada tingkat Kabupaten/Kota yang ada dalam lingkup
Provinsi Gorontalo.
1.3. Tujuan
Tujuan penyusunan publikasi Indikator Sosial Budaya Tahun 2005
adalah :
1. Untuk memberikan gambaran secara lengkap dan utuh tentang keadaan
sosial budaya Provinsi Gorontalo secara umum, baik yang diperoleh dari
data primer maupun sekunder.
2. Data yang tersaji dalam publikasi tersebut dapat digunakan sebagai
antisipasi, bahan evaluasi, serta acuan dalam setiap perencanaan
pembangunan Daerah, khususnya dengan diberlakukannya UU No. 22
tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
3. Sebagai bahan evaluasi kegiatan penyusunan pengembangan Pusat Data
Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (PDP3D) sesuai
instruksi Mendagri No.26 Tahun 1998.
1.4. Metodologi dan Ruang Lingkup
1.4.1. Metodologi
Metode pengumpulan data, diperoleh melalui pengumpulan data primer dan
sekunder yang berkaitan dengan sosial dan budaya. Pengumpulan data primer
merupakan data hasil kegiatan statistik yang telah dilakukan BPS baik hasil sensus
maupun survei, sedangkan data sekunder merupakan data dari beberapa instansi
terkait.
Metode pengolahan data, dilakukan dengan cara kompilasi data primer dan
melakukan entry data sekunder. Setelah itu dilakukan penyusunan indikator,
dengan cara melakukan penghitungan sesuai rumusan dari masing-masing
indikator yang digunakan.
1.4.2. Ruang Lingkup
1. Wilayah Kabupaten dan Kota yang tersebar di seluruh Provinsi Gorontalo,
Namun data bersumber dari Susenas dan Sakernas Badan Pusat Statistik
hanya dapat ditampil dua kabupaten dan satu kota, sedangkan 2 kabupaten
pemekaran terakhir (Pohuwato dan Bone Bolango) datanya masih gabung
dengan kabupaten induknya, hal ini dikarenakan estimasi hasil survei-survei
belum memuat dua kabupaten ini.
2. ndikator Sosial Budaya yang mencakup ;
o Kependudukan, Fertilitas dan KB
o Pendidikan
o Ketenaga Kerjaan
o Kemiskinan
o Organisasi Sosial dan Lingkungan
1.5. Sistimatika Penyajian
Penyusunan Indikator Sosial dan Budaya Provinsi Gorontalo diuraikan
kedalam dua bagian besar. Bagian pertama berisikan pendahuluan, metodologi
dan indikator sosial dan budaya dalam level provinsi, sedangkan bagian kedua
yang terdiri dari enam kelompok menyajikan data/tabel dari masing-masing
kelompok indikator sosial dan budaya. Kelompok pertama menyajikan indikator
Kependudukan, Fertilitas, dan KB, diikuti oleh kelompok Pendidikan. Kelompok ke
tiga dan empat berisikan indikator Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Indikator
Kemiskinan dan Lembaga Sosial dan Budaya merupakan kelompok ke lima.
BAB II INDIKATOR SOSIAL BUDAYA
2.1. Pengertian Umum
Berkaitan dengan penggunaan data dari suatu survei atau kegiatan statistik
apapun jenisnya, adalah sangat penting untuk mengetahui konsep dan definisi
yang dipergunakan survei tersebut, sehingga makna dari data tersebut dapat jauh
lebih dipahami dan dimengerti. Demikian pula dengan konsep dan definisi yang
digunakan dalam penyusunan indikator sosial dan budaya. Penyusunan indikator
sosial dan budaya sebahagian besar menggunakan data hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas). Berikut ini ditampilkan konsep/definisi yang
digunakan.
2.2. Konsep/Definisi
2.2.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB
Penduduk adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit
6 bulan atau kurang dari 6 bulan akan tetapi bermaksud untuk menetap untuk
jangka waktu lebih dari 6 bulan.
Jumlah Penduduk adalah banyaknya penduduk suatu wilayah pada tahun
tertentu yang dipengaruhi oleh banyakya kelahiran (birth), kematian (death), dan
perpindahan penduduk (migration).
Tingkat Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk di suatu wilayah pada
tahun tertentu ditimbang dengan luas wilayahnya.
Laju Pertumbuhan Penduduk adalah besarnya perubahan jumlah penduduk dari
satu tahun (waktu) ke tahun (waktu) berikutnya.
Laju Pertumbuhan Penduduk Alamiah adalah besarnya perubahan jumlah
penduduk dari satu tahun (waktu) ke tahun (waktu) berikutnya karena faktor
kelahiran dan kematian (tidak memperhitungkan migrasi).
Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara penduduk laki-laki
(L) dengan perempuan (P).
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk di bawah umur 15 tahun ditambah jumlah penduduk umur 65 tahun
keatas dengan jumlah penduduk berumur 15 – 64 tahun.
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR) adalah banyaknya kelahiran di
suatu wilayah ditimbang dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di
wilayah tersebut.
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR) adalah banyaknya kematian
di suatu wilayah ditimbang dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di
wilayah tersebut.
IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi adalah proporsi bayi
meninggal (setelah dilahirkan dan sebelum mencapai usia 1 tahun) per 1000
kelahiran di tahun yang sama.
Rasio Ibu Anak (Child Women Ratio) adalah perbandingan jumlah anak (0-4
tahun) dengan jumlah wanita usia 15-49 pada pertengahan tahun.
Rata-Rata Anak Lahir Hidup (Average Number of Children Ever Born) adalah
rata-rata jumlah kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita
selama masa reproduksinya.
Tingkat Partisipasi KB (Prevalence Rate) adalah proporsi peserta KB Aktif
terhadap pasangan usia subur.
2.2.2. Pendidikan
Angka Melek Huruf (Literacy Rate)adalah persentase jumlah penduduk umur 10
tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis terhadap total penduduk umur 10
tahun ke atas.
Angka Partisipasi Kasar (Gross Enrollment Ratio = GER) adalah proporsi anak
sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA) dalam
kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
Angka Partisipasi Murni (Net Enrollment Ratio = NER) adalah proporsi anak
sekolah pada satu kelompok umur tertentu (SD, SLTP, SLTA) yang bersekolah
pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (Education Attainment Level)
adalah perbandingan jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas yang berpendidikan
SD ke atas dengan jumlah penduduk 10 tahun ke atas.
Angka Putus Sekolah (Drop Out Rate) adalah perbandingan jumlah siswa usia
sekolah pada jenjang pendidikan yang putus sekolah di jenjang pendidikan tertentu
dengan jumlah penduduk di usia tertentu.
Rasio Murid-Guru
Rasio murid-Guru diperoleh dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah
guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu.
2.2.3. Kesehatan
Rasio Sarana dan Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk
Rasio yang menunjukkan tingkat ketersediaan sarana kesehatan (rumah sakit,
apotik, dan puskesmas) dan tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) yang
melayani kelompok masyarakat.
Persentase Persalinan ditolong Tenaga Medis adalah persentase persalinan
yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya.
Indikator ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan
kesehatan terutama pada saat kelahiran di mana resiko kematian amat tinggi.
Persentase Bayi diberi ASI (6 – 11 bulan) adalah persentase bayi yang diberi
ASI (6-11) bulan terhadap anak usia < 1 tahun
Persentase Balita yang Diberi ASI Selama Kurang Dari Dua Tahun (24 bulan)
adalah persentase bayi yang diberi ASI selama kurang dari dua tahun (24 bulan)
terhadap anak usia < 5 tahun
Cakupan Imunisasi adalah persentase anak berusia 1 – 2 tahun yang telah
mendapatkan imunisasi lengkap.
Persentase Balita Yang Sudah Diimunisasi Lengkap adalah persentase balita
yang diimunisasi DPT sebanyak tiga kali, Polio sebanyak tiga kali, BCG dan
Campak terhadap anak usia < 5 tahun.
Angka Kesakitan (morbidity rate) adalah persentase penduduk yang mengalami
keluhan sakit terhadap total penduduk yaitu jumlah penduduk yang mengalami
sakit dan penduduk yang tidak mengalami sakit .
Persentase Penduduk Sakit dengan Pengobatan Sendiri (Percentage of
Completely Immunized Baby) adalah persentase penduduk yang mengalami
keluhan yang diobati sendiri terhadap total penduduk yang mengalami keluhan
yang menyebabkan kegiatannya terganggu (penduduk yang sakit).
Persentase Penduduk Sakit yang Berkonsultasi ke Tenaga Medis (Percentage
of Sick People Treated by Trained Paramedics) adalah persentase penduduk sakit
yang konsultasi ke RS Pemerintah/Swasta, Dokter, Puskesmas, Klinik, KIA, BP
dan petugas kesehatan terhadap total penduduk yang sakit.
Persentase Penduduk Sakit yang Menjalani Rawat Inap di RS/Klinik yang
menyediakan Tenaga Medis (Percentage of Hospitalized People) adalah
persentase penduduk yang sakit dan menjalani rawat inap di RS
Pemerintah/Swasta, Praktek dokter, Puskesmas, Klinik, KIA, BP dan petugas
kesehatan terhadap total penduduk yang sakit.
Rata-rata Lama Sakit (Length of Illness) adalah perbandingan jumlah orang hari
penduduk yang menderita sakit terhadap total penduduk yang sakit.
2.2.4. Ketenagakerjaan
TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja digunakan untuk melihat
perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (umur 10 tahun
keatas). Dengan melihat TPAK dapat ditunjukkan perbandingan presentase
penduduk yang telah dan siap untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.
Tingkat Penganguran Terbuka digunakan untuk melihat tingkat pengangguran
terbuka dikalangan angkatan kerja.
Tingkat Pengangguran Terdidik digunakan untuk melihat perbandingan jumlah
pencari kerja yang berpendidikan SLTA keatas terhadap jumlah angkatan kerja
yang berpendidikan SLTA ke atas.
Tingkat Kesempatan Kerja digunakan untuk melihat perbandingan jumlah
penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.
Laju Pertumbuhan Angkatan Kerja digunakan untuk melihat laju pertumbuhan
angkatan kerja antar kurun waktu tertentu menunjukkan laju pertumbuhan
partisipasi usia kerja secara ekonomis.
Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan penduduk yang bekerja antar kurun waktu tertentu.
Setengah Pengangguran adalah perbandingan persentase penduduk yang
bekerja lebih kecil dari 1/3 jam kerja normal (jam kerja normal bisa ditentukan
sebesar 48 jam seminggu) terhadap jumlah penduduk yang bekerja. Sehingga 1/3
jam kerja normal sama dengan 16 jam seminggu.
Setengah Bekerja adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja
antara 1/3 sampai dengan 2/3 dari jam kerja normal seminggu (antara 16 sampai
32 jam seminggu) terhadap persentase penduduk yang bekerja.
Bekerja Penuh adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja penuh
(lebih besar dari 2/3 jam kerja normal seminggu) terhadap persentase penduduk
yang bekerja.
Kontribusi Sektor Dalam Penyerapan Tenaga Kerja adalah perbandingan
persentase penduduk yang bekerja di sektor lapangan kerja terhadap persentase
penduduk yang bekerja.
2.2.5. Kemiskinan
Penghitungan jumlah penduduk miskin melalui pendekatan rumahtangga
pada prinsipnya adalah melalui pengukuran ketidakmampuan rumahtangga dalam
memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan yang paling minimal. Data
dasar yang digunakan untuk melakukan penghitungan adalah Susenas (Survei
Sosial Ekonomi Nasional) modul konsumsi. Survei ini dilakukan oleh BPS. Dalam
setiap survei ada dua kelompok pertanyaan: Kor dan Modul. Data Kor mencakup
variabel demografi dan partisipasi sekolah anggota rumahtangga, dan selalu
dikumpulkan setiap tahun, sedangkan data Modul dibagi atas 3 (tiga), yaitu modul:
a. konsumsi rumahtangga;
b. kriminalitas, perjalanan, sosial budaya, dan kesejahteraan masyarakat; dan
c. pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
Penghitungan jumlah penduduk miskin didasarkan kepada Susenas Modul
Konsumsi. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran batas kemiskinan adalah
ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan minimum makanan
setara dengan 2100 kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum non-
makanan. Modul konsumsi dilaksanakan tiga tahun sekali, dan paling akhir
dilaksanakan pada awal tahun 2002.
2.2.6. Lingkungan dan Sosial
Organisasi Sosial adalah organisasi yang melaksanakan pelayanan dalam
bidang kesejahteraan sosial baik untuk anggotanya sendiri maupun masyarakat
(organisasi selain organisasi politik), dan telah mempunyai struktur yang tetap
(susunan pengurus, seperti ketua, sekretaris dan bendahara), baik yang berbadan
hokum maupun tidak, dikelola oleh pemerintahmaupun swasta.
Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan sebagai wadah pembinaan
generasi muda di tingkat desa/kelurahan. Keanggotaan karang taruna bersifat
pasif dan berlaku untuk penduduk berumur (6-40 tahun).
Lembaga adat adalah aturan-aturan, hukum dan kebiasaan-kebiasaan tradisional
yang dipelihara secara turun temurun dan masih dilakukan oleh masyarakat (yang
tujuannya untuk mengharapkan berkah dari Yang Maha Kuasa).
Taman budaya adalah unit pelaksana tekhnis bidang kebudayaan yang
menangani kegiatan kesenian di tingkat propinsi.
Padepokan/sanggar budaya adalah tempat kegiatan olah seni yang dikelola oleh
masyarakat, kelompok organisasi maupun perorangan.
BAB III
PROFIL SOSIAL BUDAYA PROVINSI GORONTALO
3.1. Gambaran Umum Sebagai mahluk sosial dan mahluk yang berbudaya, manusia tidak lepas
dari kegiatan sosial budaya. Seiring dengan kemajuan peradaban manusia, aspek-
aspek kegiatan sosial budaya juga mengalami perkembangan di masyarakat dan
mencakup banyak hal, yaitu kegiatan-kegiatan yang menimbulkan interaksi-
interaksi sosial dan kerjasama. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya dalam
bidang komunikasi, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat serta organisasi
sosial dan lingkungan. Oleh karenanya kondisi sosial budaya merupakan cerminan
langsung dari segala sendi aktifitas masyarakat disamping aktifitas ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, keadaan sosial budaya seringkali sukar untuk dimengerti jika
langsung dianalisa dari kondisi karakteristik variabelnya yang cenderung sangat
bersifat kualitatif. Oleh karenanya, variable-variabel tersebut harus lebih dahulu
dikonversi kedalam bentuk variabel-variabel kuantitatif, dengan kata lain, data
kualitatif tersebut harus dituangkan ke dalam data kuantitatif sehingga dapat
dipahami maknanya.
Mengingat pentingnya aspek sosial budaya dalam rangka pembangunan
kesejahteraan masyarakat, pemerintah perlu memperoleh gambaran yang cukup
banyak mengenai kondisi dan perkembangan kegiatan sosial budaya yang ada di
Gorontalo melalui dukungan data yang akurat.
Selanjutnya, untuk lebih memahami makna berkaitan dengan sosial budaya,
maka di dalam bab ini akan diulas secara ringkas keadaan sosial budaya Provinsi
Gorontalo
3.2. Penduduk Provinsi Gorontalo
Fenomena kependudukan pada negara-negara berkembang termasuk
Indonesia pada umunya bertalian dengan jumlah penduduk yang besar, laju
pertumbuhan yang tinggi, dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah
penduduk yang besar merupakan potensi yang menguntungkan dilihat dari sisi
penyediaan sumber daya manusia dan tenaga kerja, guna menggerakkan roda
pembangunan. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar tanpa diikuti dengan
kualitas sumber daya manusia yang memadai sesuai dengan tuntutan dengan
dinamika pembangunan akan menimbulkan masalah sosial, bahkan dapat menjadi
penghambat bagi kelancaran proses pembangunan itu sendiri.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2000 – 2004
Jumlah Penduduk Kab/Kota
2000 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 184.043 192.848 190.910 208.164 211.570
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 511.210 521.318 526.497 527.399 536.354
Kota Gorontalo 134.931 136.632 137.650 145.494 148.080
Prov. Gorontalo 830.184 850.798 855.057 881.057 896.004
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004
* Masih gabung dengan kabupaten induk
Sampai dengan tahun 2004, Kabupaten Gorontalo merupakan daerah
dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu hampir 60 persen dari total penduduk
Provinsi Gorontalo. Sedangkan penduduk Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo
masing-masing hanya sebesar 23,6 persen dan 16,5 persen.
Ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total 12.215.45 Km2 seluruh Provinsi
Gorontalo, maka akan terlihat bahwa Kabupaten Boalemo merupakan daerah
terluas, yaitu 6.739.27 Km2 atau sekitar 55 persen, kemudian Kabupaten Gorontalo
dengan luas 5.411.38 Km2 atau sekitar 44 persen, dan Kota Gorontalo dengan luas
64,80 Km2 atau hanya sekitar 1 persen. Sehingga apabila dibandingkan angka
jumlah penduduk dengan luas wilayah masing-masing kabupaten/kota, maka
terlihat Kota Gorontalo adalah wilayah yang terpadat penduduknya, dimana secara
rata-rata setiap Km2 didiami oleh 2.285 orang.
Sedangkan Kabupaten Gorontalo baru pada kisaran 99 orang per Km2, terlebih
untuk Kabupaten Boalemo baru 31 jiwa per Km2. Dengan demikian secara rata-
rata kepadatan penduduk di Provinsi Gorontalo baru sebesar 73 jiwa per Km2.
Tabel 2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2000-2004
Kepadatan (Jiwa/Km2)
Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(Km2)
2000 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 6.739,27 27 28 28 31 31
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 5.411,38 94 96 97 98 99
Kota Gorontalo 64,80 2.082 2.108 2.124 2.245 2.285
Prov. Gorontalo 12.215,45 68 69 70 72 73
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004
* Masih gabung dengan kabupaten induk
Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo setiap tahunnya dalam
dekade terakhir (1990-2000) sebelum berpisah dari provinsi induknya dan setelah
menjadi provinsi baru (2001-2002) ternyata tidak jauh berbeda, yaitu masih
berkisar di bilangan 1,5 persen. Walaupun demikian dapat dikatakan perubahan
jumlah penduduk atau dinamika penduduk Provinsi Gorontalo setelah
‘kemerdekaannya’ sangat jelas. Keadaan ini kemungkinan besar disebabkan
adanya migrasi masuk, terutama pekerja atau pegawai baik pegawai negeri
ataupun swasta/BUMN karena adanya perkembangan infrastruktur pemerintahan
dan perekonomian sehingga provinsi ini menjadi terbuka atau daerah tujuan
pencari kerja.
Garfik 1 : Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo
1,49
2,16
1,9
0
0,5
1
1,5
2
2,5
2000 - 2002 2000 - 2003 2000 - 2004
Tahun
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2000, 2002, 2003 & 2004
Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-
laki dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio)
menggambarkan banyaknya penduduk laki-laki setiap 100 penduduk perempuan.
Di Provinsi Gorontalo jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah
penduduk perempuan. Kondisi ini terlihat pada Tabel 3, bahwa rasio jenis kelamin
penduduk di Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 sebesar 96,4 ini berarti bahwa
penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki, yaitu ada 96 penduduk
laki-laki di antara 100 penduduk perempuan.
Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio
Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota
2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 107.8 110.3 104,03 105,5
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 101.7 104.9 98,6 93,4
Kota Gorontalo 90.04 100.3 98,5 95,1
Prov. Gorontalo 101.07 105.3 99,9 96,4
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Data Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004
* Masih gabung dengan kabupaten induk
Dampak keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan di antaranya
terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin
dengan semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif (penduduk muda
umur 0 – 14 tahun dan penduduk tua umur 65 tahun atau lebih) atau semakin
rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban
ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk
meningkatkan kualitas dirinya.
Perbandingan antar penduduk di usia kerja/produktif (15-64 tahun) dengan
penduduk usia non kerja (0 - 14 tahun dan 65 tahun ke atas) adalah rasio
ketergantungan (Dependency Ratio).
Kabupaten/Kota 0-14 15-64 65+ Angka Beban Tanggungan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo 34,54 63,00 2,46 58,73
Kab. Gorontalo 33,89 62,73 3,38 59,41
Kota Gorontalo 27,76 69,61 2,63 43,66
Prov Gorontalo 33,03 63,93 3,04 56,42
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Susenas 2004
Pada Tabel 4. terlihat bahwa angka ketergantungan penduduk Provinsi
Gorontalo pada tahun 2004 adalah sebesar 56,42. Angka ini berarti bahwa di
setiap seratus penduduk produktif, disamping dirinya sendiri juga menanggung
sekitar 56 orang penduduk tidak produktif. Dibanding dari tahun sebelumnya angka
ketergantungan Gorontalo meningkat, yaitu dari 53,89 menjadi 56,42, berarti
bahwa beban tanggungan penduduk produktif semakin besar. Menurut daerah
kab/kota, terlihat bahwa angka ketergantungan di Kabupaten Gorontalo paling
tinggi sebesar 59,41 menyusul Kabupaten Boalemo sebesar 58,73 dan terendah
Kota Gorontalo sebesar 43,66.
Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa angka
ketergantungan di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo yang masih
Tabel 4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2004
berstruktur pedesaan lebih besar dibandingkan perkotaan yaitu Kota Gorontalo.
Besar kecilnya angka ketergantungan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan
pembangunan di suatu wilayah, karena jika tanggungan semakin besar maka
makin sedikit penduduk usia produktif yang berpartisipasi dalam pembangunan.
3.3. Profil Pendidikan Penduduk Provinsi Gorontalo
Tingkat pendidikan masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator.
Indikator dasar adalah melalui angka melek huruf( AMH), yaitu persentase
penduduk berumur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis baik huruf
latin dan atau huruf lainnya terhadap total penduduk.
Berdasarkan data hasil Susenas, AMH di provinsi Gorontalo di tahun 2004
telah mencapai 95,01 persen. Sehingga dapat dikatakan dari setiap 100 penduduk
di provinsi Gorontalo yang berumur 10 tahun ke atas, hanya 5 orang yang tidak
dapat membaca dan menulis. AMH di Kota Gorontalo merupakan angka tertinggi
(99 %), sedangkan Kabupaten Gorontalo mempunyai AMH terendah (93,84 %).
Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan mencerminkan kualitas siap
pakainya sumber daya manusia (SDM) yang ada. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang berhasil dicapai maka semakin baik kualitas SDM yang tersedia.
Kualitas SDM ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun
ke atas yang dapat ditamatkan.
Dari tahun ke tahun mereka yang tidak sekolah/tidak menamatkan
pendidikan SD semakin berkurang, tahun 2001 sebesar 44,82 persen, tahun 2002
sebesar 41,33 persen, tahun 2003 sebesar 37,74 persen, dan tahun 2004 sebesar
35,28 persen. Sedangkan yang menamatkan SD, SLTA, DIV/S1 semakin
meningkat.
Sebagai daerah kota yang berkaitan erat dengan tersedianya fasilitas
pendidikan, persentase penduduk Kota Gorontalo yang menamatkan pendidikan
tertinggi di level SLTP/MTs ke atas jauh lebih tinggi dari Kabupaten Bolemo dan
Kabupaten Gorontalo. Sedangkan persentase penduduk yang tamat perguruan
tinggi di Kota Gorontalo hampir mencapai 5 persen. Sebaliknya, persentase
penduduk yang hanya tamat SD/MI dan Tidak Sekolah merupakan angka terendah
dibandingkan kabupaten lainnya.
Grafik 2 : Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tahun 2004
35%
37%
12%
10% 4% 2%
Tidak/belum sekolah
dan Tidak Tamat SD
SD sederajat
SLTP sederajat
SLTA sederajat
D1/D3
D4/S1+
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2000, 2002, 2003 & 2004
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi penduduk menurut
jenjang pendidikan yang diikuti, diperlukan suatu indikator yaitu Angka Partipasi
Sekolah menurut jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA) dengan cara
membandingkan penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu dengan total
penduduk di usia pada jenjang pendidikan tersebut. Angka ini dapat dibedakan
antara Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perbedaan yang mendasar antar APK dan APM adalah jumlah penduduk
yang bersekolah di jenjang tertentu dalam APK tanpa melihat usia sesuai jenjang
pendidikan, sedangkan dalam APM, jumlah penduduk yang bersekolah di jenjang
tertentu dengan batasan usia/kelompok umur sesuai jenjang sekolah. Oleh
karenanya besaran APK dan APM akan berbeda, jika perbedaan antara keduanya
sangat nyata, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar usia
penduduk yang sedang bersekolah/partisipasi di level tertentu tidak mengikuti
usia/kelompok umur sesuai dengan jenjang pendidikan yang dijalankan.
0
20
40
60
80
100
120
%
SD /M I SMP/MTs SMA /MA /SMK
G rafik 3 : APK dan APM Tahun 2004-2005
APK
APM
Sumber : Dinas P & K Provinsi Gorontalo
APK tertinggi terjadi di level SD, kemudian SLTP dan SLTA. Hal sama
terjadi dengan APM, walaupun terjadi perbedaan yang nyata antara besaran APK
dan APM di setiap jenjang pendidikan. Tingginya APK dan APM di level SD adalah
wajar karena adanya program wajib belajar, sehingga dapat dipastikan semua
penduduk bersekolah di SD. Jika dibedakan menurut Kabupaten/Kota, baik APK
dan APM di Kota Gorontalo lebih tinggi dari Kabupaten lainnya.
3.4. Kondisi Kesehatan Masyarakat
Unsur kesehatan biasanya dimulai sejak manusia dilahirkan ke muka bumi.
Oleh karenanya, indikator pertama mengenai kesehatan adalah persentase balita
yang proses pertama kelahirannya ditolong oleh tenaga medis. Semakin tinggi
angka tersebut, diasumsikan semakin baik kualitas hidup balita tersebut sebagai
penduduk di masa mendatang dikarenakan pada saat proses kelahirannya
ditolong oleh ahlinya yang mengerti proses kelahiran dan kesehatan.
Berdasarkan hasil Susenas 2004 di Provinsi Gorontalo, ada sebesar 45,13
persen balita yang proses pertama kelahirannya ditangani oleh tenaga medis
(dokter, bidan dan tenaga medis lain). Penanganan kelahiran oleh tenaga medis
ini lebih meningkat dibandingkan pada tahun 2002. Sedangkan pertolongan
pertama proses kelahiran justru terbanyak diberikan oleh Dukun yaitu sekitar 52,12
persen, sisanya ditolong oleh famili/keluarga/lainnya. Persentase balita yang
ditolong oleh tenaga medis pada proses terakhir kelahirannya tidak lebih dari 50
persen. Keadaan ini menandakan bahwa kepercayaan penduduk terhadap tenaga
medis masih kurang, namun ketika keadaan sudah kritis atau penolong pertama
tidak mampu, barulah mencari pertolongan pada tenaga medis.
3.72
25.15
1.27
62.23
7.634.32
38.24
2.6
54.11
0.74
16.52
56.09
0.43
25.22
1.74
0
10
20
30
40
50
60
70
%
Boalemo Kab.Gorontalo Kota Gorontalo
Grafik 4 : Persentase Balita Menurut Kabupeten/Kota dan
Penolong Pertama Kelahirannya Tahun 2004
Dokter
Bidan
Tng, Medis
Dukun
Famili/Klrg Lain
Sumber : BPS, Susenas 2004
Air Susu Ibu (ASI) diyakini sebagai nutrisi yang kaya gizinya sebagai
asupan makanan Bayi (0 -11 bulan) dan Balita (0 - 59 bulan). Dengan demikian
makin banyaknya bayi yang disusui, kemungkinan besar makin baik derajat
kesehatan penduduk di masa mendatang.
Pemberian ASI pada balita sangat penting artinya bagi pertumbuhan sel
otak, yang menurut ilmu kesehatan bahwa 80 persen pembentukan sel otak
manusia pada saat balita umur 0 – 2 tahun. Pemberian ASI yang begitu kaya akan
gizi ini tentunya akan berguna bagi perkembangan kualitas penduduk.
94,73
93,9194,08
66,25 73,1 74,13
020406080100
%
Kab.
Boalemo
Kab.
Gorontalo
Kota
Gorontalo
Pernah d beri ASI
Di beri ASI <2 Th
Grafik 5 : Balita 2 - 4 Tahun yang Pernah
Di Beri ASI < 24 Bulan Tahun 2004
Sumber : BPS, Susenas 2004
Berdasarkan hasil Susenas 2004, dari 95.398 anak berumur kurang dari 5
tahun diantaranya ada sebanyak 5,82 persen yang tidak pernah diberi ASI.
Persentase tersebut lebih rendah dibanding tahun 2002 yang sebesar 10 persen.
Hal ini menggambarkan keadaan yang semakin karena semakin sedikit anak
berumur dibawah lima tahun yang tidak di beri ASI. Bila dilihat per
Kabupaten/Kota, persentase balita yang tidak disusui tertinggi berada di
Kabupaten Gorontalo, yaitu 6,09 persen, diikuti Kota Gorontalo (5,92%), dan
Kabupaten Boalemo (5,27%).
Pada umumnya balita diberi ASI hingga usia 2 tahun (< 24 bulan) dan ada
juga yang kurang dari 1 tahun (6 -11 bulan). Persentase balita dengan lamanya
disusui kurang dari usia 2 tahun hanya sekitar 71,17 persen dari total balita yang
disusui, angka ini lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya sebesar 64,17
persen. Sedangkan balita yang diberi ASI selama 6 -11 bulan pada tahun 2004
mencapai 16,23 persen. Kota Gorontalo mempunyai persentase tertinggi untuk
balita yang diberi ASI antara 6-11 bulan, demikian pula persentase balita yang
mendapat ASI kurang dari 2 tahun. Sementara persentase balita yang diberi ASI
antara 6 - 11 bulan maupun kurang dari 2 tahun di Kabupaten Boalemo adalah
yang terendah, yakni 10,20 persen dan 66,25 persen.
Derajat kesehatan masyarakat secara umum dapat pula didekati dengan
data banyaknya penduduk yang mengeluh sakit dibandingkan dengan total
penduduk atau disebut Angka Kesakitan. Dengan demikian dapat diperkirakan
persentase penduduk yang terganggu aktifitasnya karena mengalami sakit,
semakin tinggi angka tersebut dapat dikatakan tingkat kesehatan masyarakat
semakin rendah.
Tingkat kesehatan masyarakat Gorontalo pada tahun 2004 dapat diamati
dari banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, terdapat sebanyak
337 penduduk yang mengalami sakit dari 1000 penduduk atau sebesar 37,64
persen. Beberapa jenis penyakit utama yang dikeluhkan yakni sakit panas, batuk,
pilek, asma, diare, sakit kepala dan sakit gigi. Ternyata penyakit panas atau
demam merupakan penyakit yang terbanyak dikeluhkan, yaitu dari setiap 1000
orang ada 212 orang yang mengalami sakit panas.
3.5. Aktifitas Ekonomi Penduduk Gorontalo
Aktifitas sehari-hari penduduk dapat menggambarkan kehidupan
masyarakat dalam kegiatan perekonomian yang kemudian berdampak kepada
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan konsep yang diadopsi dari
International of Labour Force Organization (ILO), penduduk usia 15 tahun keatas
dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar, yaitu kelompok penduduk yang terlibat
langsung dalam kegiatan ekonomi (Angkatan Kerja) dan kelompok penduduk yang
tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi (Bukan Angkatan Kerja). Dalam kelompok
Angkatan Kerja di bedakan menjadi penduduk yang bekerja dan mencari kerja.
Sedangkan Bukan Angkatan Kerja terdiri dari penduduk yang masih bersekolah,
mengurus rumahtangga dan lainnya.
Perbandingan jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja
merupakan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), yaitu indikator yang
menunjukkan persentase penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja terhadap
total penduduk usia kerja, seberapa besar penduduk yang sebenarnya terlibat
langsung dalam aktifitas ekonomi. Dalam 2 tahun terakhir, TPAK Provinsi
Gorontalo mengalami peningkatan dari 57,9 persen di tahun 2002 menjadi 61,3
persen di tahun 2004. Dengan demikian dari 100 penduduk usia kerja ada 61
orang yang bekerja ataupun sedang mencari pekerjaan di tahun 2004.
Grafik 6 : Kontribusi 3 Sektor Lapangan Usaha Terbesar Dalam
Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2004
16,25; 16%48,04; 49%
22,4; 22%
13,31; 13%
Lainnya
Perdagangan
Jasa
Pertanian
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
Jika diamati dan diurutkan menurut lapangan usaha yang banyak ditekuni
oleh penduduk yang bekerja, ada tiga sektor lapangan pekerjaan utama yang
banyak menyerap tenaga kerja, yakni sektor pertanian merupakan lapangan usaha
utama tempat bekerja penduduk provinsi Gorontalo, yaitu sekitar 48,04 persen,
kemudian diikuti sektor Perdagangan sebesar 16,25 persen, jasa 13,31 persen,
sedangkan sebesar 22,4 persen tenaga kerja lainnya terserap pada lapangan kerja
pertambangan, listrik-gas-air, bangunan, angkutan dan keuangan.
Perbandingan antara penduduk yang mencari kerja termasuk yang
mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, dan
tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
terhadap total angkatan kerja adalah tingkat pengangguran terbuka. Berdasarkan
hasil Survei Angkatan Kerja (Sakernas) di tahun 2004, tingkat pengangguran
terbuka telah mencapai 12,29 persen, keadaan ini lebih buruk dari tahun
sebelumnya yaitu 9,93 persen pada tahun 2003 namun masih lebih baik
dibandingkan tahun 2002 sebesar 13,17 persen
13,17
9,93
12,29
0
2
4
6
8
10
12
14 %
2002 2003 2004
Tahun
Grafik 7 : Tingkat Pengangguran Penduduk 15 tahun ke atas
Tahun 2002 - 2004
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
3.6. Kemiskinan
Kemampuan seseorang untuk dapat bertahan hidup dengan keterbatasan
kebutuhan makanan dan non makanan merupakan gambaran akan kemiskinan.
Dengan menggunakan batas atau garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan
minimum makanan dan non makanan, di dapatkan jumlah penduduk dibawah garis
kemiskinan atau penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut jika
dibandingkan dengan total penduduk didapatkan persentase penduduk miskin.
Semakin tinggi angka kemiskinan menggambarkan semakin rendah tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo di tahun 2004 telah
mencapai sebanyak 258.824 jiwa atau sekitar 28,89 persen dari total penduduk.
Sedangkan di tahun 2002, penduduk miskin sebesar 257.688 jiwa atau sekitar
32,13 persen terhadap total penduduk. Baik di tahun 2002 dan tahun 2004
Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang mempunyai jumlah penduduk
miskin terbanyak dibandingkan kabupaten/kota yang lain
0
50.000
100.000
150.000
200.000
Kab Boalemo Kab. Gorontalo Kota Gorontalo
Grafik 8 : Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo
2002
2004
Sumber : BPS, Diolah dari data Susenas
3.7. Organisasi Sosial dan Lingkungan
Kegiatan berorganisasi dalam bermasyarakat(organisasi sosial) dapat
menunjukkan bahwa masih ada waktu luang selain kegiatan untuk mencari nafkah,
sehingga diasumsikan semakin banyak jenis organisasi di suatu wilayah
administrasi terendah yaitu desa atau kelurahan, maka tingkat kesejahteraan
masyarakat atau penduduk setempat lebih baik jika dibandingkan dengan
penduduk atau masyarakat di desa/kelurahan lain yang sedikit mempunyai
organisasi sosial.
Dari Grafik 9, dapat dilihat bahwa semua kabupaten/kota sudah memiliki
karang taruna dan organisasi sosial. Dimana jumlah karang taruna terbanyak ada
di kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 83, begitu pula jumlah organisasi sosialnya
sebanyak 55. Dan jumlah karang taruna dan organisasi sosial paling sedikit ada di
kabupaten Boalemo yaitu sebanyak 25 dan 22.
0
20
40
60
80
100
Boalemo Pohuwato Kota Gorontalo
Grafik 9 : Jumlah Karang Taruna dan Organisasi
Sosial Provinsi Gorontalo Tahun 2004
Karang Taruna
Orsos
Kab. Gtlo B.Bolango
Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo
Faktor ibadah merupakan indikator masyarakat yang berbudaya dan
beradab. Sesuai dengan mayoritas agama yang dianut penduduk Gorontalo,
jumlah rumah ibadah umat Islam jauh lebih banyak dari rumah ibadah lainnya,
seperti Gereja Kristen, Gereja Katolik, Pura, Vihara, dan Klenteng. Hal itu
dikarenakan jumlah penganut agama Islam pun lebih banyak dibanding dengan
yang lainnya. Jumlah rumah ibadah untuk masjid dan surau terbanyak berada di
Kabupaten Gorontalo, sedangkan Gereja dan Pura terbanyak di Kabupaten
Boalemo.
1484 1601
139 145 107 107 15 21 9 9 4 4 0
500
1000
1500
2000
Masjid Mushola Gereja Protestan
Gereja Katolik
Pura Vihara
Grafik 10 : Jumlah Sarana Ibadah Di Provinsi Gorontalo
2003
2004
Sumber : Departemen Agama Provinsi Gorontalo
Keberadaan fasilitas umum dalam lingkungan perumahan merupakan
program pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana perumahan yang
mendukung pembanguan manusia. Selama ini, pemerintah telah berupaya
membangun fasilitas di seluruh daerah baik di daerah perkotaan maupun di
perdesaan. Dari tabel terlihat bahwa hampir seluruh fasilitas umum, seperti
puskesmas/poliklinik dan SLTP, sudah tersedia baik di daerah perkotaan dan
perdesaan. Fasilitas umum yang ada di daerah perkotaan lebih banyak
dibandingkan dengan di daerah perdesaan.
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004
Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
{1) (2) (4) (5) Puskesmas/poliklinik 99,11 99,3 99,25 Kantor Pos 63,39 50,71 54,06 Pos Polisi 93,3 81,26 84,43 Pasar Tradisional 99,11 88,71 91,45 SD/sederajat 100 99,65 99,74 SLTP/sederajat 99,55 98,96 99,11 SLTA/sederajat 99,55 71,19 78,68
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
4.1. KEPENDUDUKAN Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2000 – 2004
Jumlah Penduduk Kab/Kota
2000 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 184.043 192.848 190.910 208.164 211.570
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 511.210 521.318 526.497 527.399 536.354
Kota Gorontalo 134.931 136.632 137.650 145.494 148.080
Prov. Gorontalo 830.184 850.798 855.057 881.057 896.004
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2000 – 2004
Tingkat Pertumbuhan Per Tahun Tahun Jumlah Penduduk
2000 - 2002 2000 - 2003 2000 – 2004 (1) (2) (3) (4) (5)
2000 2002 2003 2004
830.184 855.057 881.057 896.004
1,49 2,16 2,77
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004
Tabel 3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2000-2004
Kepadatan (Jiwa/Km2)
Kab/Kota Luas Wilayah
(Km2)
2000 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 6.739,27 27 28 28 31 31
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 5.411,38 94 96 97 98 99
Kota Gorontalo 64,80 2.082 2.108 2.124 2245 2.285
Prov. Gorontalo 12.215,45 68 69 70 72 73
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004
* Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 4. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio
Rasio Jenis Kelamin Kab/Kota
2001 2002 2003 2004 (1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 107.8 110.3 104,03 105,5
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 101.7 104.9 98,6 93,4
Kota Gorontalo 90.04 100.3 98,5 95,1
Prov. Gorontalo 101.07 105.3 99,9 96,4
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 5. Angka Beban Tanggungan / Dependecy Ratio
Kabupaten/Kota 0-14 15-64 65+ Angka Beban Tanggungan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 34,54 63,00
2,46 58,73
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 33,89 62,73
3,38 59,41
Kota Gorontalo 27,76 69,61 2,63 43,66
Prov Gorontalo 33,03 63,93 3,04 56,42
Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 6. Angka Kelahiran Kasar / Crude Birth Rate (CBR) Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2004
Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun
CBR (per 1000 penduduk)
(1) (2) (3) (4)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 1.861 209.867 8,87
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 9.485 531.877 17,83
Kota Gorontalo 2.040 146.787 13,90
Prov. Gorontalo 13.386 888.531 15,07
Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 7. Rasio Ibu Anak / Child Women Ratio (CWR) Provinsi Gorontalo
per Kabupaten/Kota Tahun 2004
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk 0
- 4 Tahun
Jumlah Wanita Usia 15 - 49
Pertengahan Tahun
CWR (per 1000 wanita 15-49 Tahun)
(1) (2) (3) (4)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 25.790 58.532 441
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 55.808 148.509 376
Kota Gorontalo 13.800 44.982 307
Prov. Gorontalo 95.398 252.022 379
Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 8. Rata-rata Anak Lahir Hidup Provinsi Gorontalo
per Kabupaten/Kota Tahun 2004
Rata-Rata Anak Lahir Hidup Kabupaten/Kota
2001 2002 2003 2004 (1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 2,85 3,01 2,65 2,55
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 3,01 3,03 2,92 2,99
Kota Gorontalo 2,97 2,77 2,85 2,64
Prov. Gorontalo 3,00 2,99 2,85 2,83
Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2001,2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 9. Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan di Provinsi Gorontalo, 2001-2004
Alat / Cara KB yang Sedang Digunakan
2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
MOW / Tubektomi 2,82 1,10 1,16 0,57
MOP / Vasektomi 0,26 0,21 0,88 0,94
IUD 16,19 14,26 11,19 12,50
Suntikan KB 28,74 21,90 30,33 35,12
Susuk KB 20,75 18,91 11,94 11,74
Pil KB 29,38 38,33 43,27 35,45
Kondom 0,13 0,14 - 0,08
Tradisional 1,73 5,15 1,23 2,25 Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004
4.2 PENDIDIKAN
Tabel 1. Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2004
Dapat Baca/Tulis Huruf Latin/Lainnya Kabupaten/Kota
2001 2002 2003 2004 (1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 93,24 94.06 96.38 95.04
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 92.59 94.77 93.25 93.84
Kota Gorontalo 98.00 99.00 98.17 99.00
Prov. Gorontalo 93,63 95.32 94,80 95,01
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 2. Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Gorontalo Tahun 2001-2004
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
Tidak/belum sekolah dan Tidak Tamat SD
44,82 41,33 37,74 35,28
SD sederajat 30,45 32,60 36,09 35,78
SLTP sederajat 10,95 12,60 11,79 12,25
SLTA sederajat 11,95 11,12 12,03 10,46
D1/D3 0,95 1,15 1,07 3,73
D4/S1+ 0,87 1,20 1,29 2,41 Sumber : BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004
Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Gorontalo Tahun 2002/2003 – 2004/2005
Tahun Ajaran Jenjang Pendidikan
2002/2003 2004/2005 (1) (2) (3)
Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA/SMK)
111.65 58.95 51.78
104.99 62.64 40.56
Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) Provinsi Gorontalo
Tahun 2002/2003 – 2004/2005
Tahun Ajaran Jenjang Pendidikan
2002/2003 2004/2005 (1) (2) (3)
Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA/SMK)
97.62 39.82 37.22
88.35 48.69 26.89
Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
Tabel 5. Angka Putus Sekolah menurut Jenjang Pendidikan
Provinsi Gorontalo Tahun 2002/2003 – 2004/2005
Tahun Ajaran Jenjang Pendidikan
2002/2003 2004/2005 (1) (2) (3)
Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
5.97
2.87
1.45
2325 59 639 96 273 71 105
Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
Tabel 6. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru Sekolah Dasar Provinsi Gorontalo 2002 – 2004
Kabupaten/Kota
Sekolah
Murid
Kelas
Guru
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Kab. Boalemo 82 11.076 468 508
02. Kab. Gorontalo 346 52.967 1.040 2.150
03. Kab. Pohuwato 102 16.443 466 575
04. Kab. Bone Bolango 134 15.029 715 902
71. Kota Gorontalo 144 19.125 753 1.030
Provinsi Gorontalo
2004 808 114.640 3.442 5.165
2003 842 134.520 5.842 7.233
2002 885 128.076 4.456 8.717 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
Tabel 7. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru SLTP Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004
Kabupaten/Kota Sekolah Murid Kelas Guru (1) (2) (3) (4) (5)
01. Kab. Boalemo 17 3.158 68 169
02. Kab. Gorontalo 68 12.477 224 977
03. Kab. Pohuwato 57 3.916 134 253
04. Kab. Bone Bolango 26 4.272 165 486
71. Kota Gorontalo 19 4.602 202 466
Provinsi Gorontalo 2004 187 28.425 793 2.351
2003 136 26.280 744 * 3.061
2002 136 26.282 1.192 3.217 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
Tabel 8. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru SLTA Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004
Kabupaten/Kota Sekolah Murid Kelas Guru (1) (2) (3) (4) (5)
01. Kab. Boalemo 7 1.154 38 100
02. Kab. Gorontalo 21 5.656 185 416
03. Kab. Pohuwato 10 1.574 37 64
04. Kab. Bone Bolango 11 2.174 65 215
71. Kota Gorontalo 13 8.046 97 387
Provinsi Gorontalo 2004 62 18.604 422 1.182
2003 59 17.274 442 *) 1.232 *)
2002 49 12.405 367 3.217 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
Tabel 9. Rasio Murid dan Guru Tingkat SD, SLTP dan SLTA Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004
Kabupaten/Kota SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
01. Kab. Boalemo 22 19 12
02. Kab. Gorontalo 25 53 14
03. Kab. Pohuwato 29 16 25
04. Kab. Bone Bolango 17 15 10
71. Kota Gorontalo 19 19 21
Provinsi Gorontalo 2004 22 12 16
2003 19 9 6
2002 15 8 4 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo
KESEHATAN Tabel 1. Jumlah Rumah Sakit, Kapasitas Tempat Tidur dan Jenis Rumah Sakit di Provinsi Gorontalo Tahun 2002-2004
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Kabupaten/Kota
Rumah Sakit Tempat Tidur Rumah Sakit Tempat Tidur (1) (2) (3) (4) (5)
01. Kab. Boalemo 1 * - -
02. Kab. Gorontalo 1 200 - -
03. Kab. Pohuwato 1 * - -
04. Kab. Bone Bolango 1 * 1 32
71. Kota Gorontalo 1 200 - -
Prov. Gorontalo 2004 5 400 1 32
2003 4 400 1 50
2002 2 263 1 48 Catatan : * = data belum tersedia
Lanjutan
Rumah Sakit Swasta Rumah Sakit ABRI Jumlah Kabupaten/Kota Rumah
Sakit Tempat Tidur
Rumah Sakit
Tempat Tidur
Rumah Sakit
Tempat Tidur
(1) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. Kab. Boalemo - - - - - -
02. Kab. Gorontalo - - - - 1 200
03. Kab. Pohuwato - - - - - -
04. Kab. Bone Bolango - - - - 1 32
71. Kota Gorontalo 2 80 1 20 4 300
Provinsi Gorontalo 2 80 1 20 6 532
2003 2 0 1 0 8 450
2002 1 25 - - 4 336 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Tabel 2. Jumlah Puskesmas, Pustu, Posyandu, Pedagang Besar Farmasi,
Apotik dan Toko Obat di Provinsi Gorontalo Tahun 2002-2004
Puskesmas Keliling
(Darat+Laut) Kabupaten/Kota Pus kes mas
Puskemas Pem bantu Darat Laut
Pos yandu
Peda-gang Besar Far-masi
Apotik Toko Obat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
01. Kab. Boalemo 7 24 6 1 246 - - 3
02. Kab. Gorontalo 22 95 12 - 404 - 3 13
03. Kab. Pohuwato 8 30 7 1 152 - - 2
04. Kab. Bone Bolango 8 33 5 - 129 - 1 3
71. Kota Gorontalo 6 32 8 - 127 3 22 15
Prov. Gorontalo 2004 51 214 38 2 1058 3 26 36
2003 40 214 36 1 1058 3 26 37
2002 40 211 31 2 879 3 17 17 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Gorontalo Tahun 2004
Tenaga Para Medis
Kabupaten/Kota Dokter Ahli
Dokter Umum
Dokter Gigi
Apo- teker
Sar- jana Kese- hatan
Pera-watan
Non Pera-watan
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
01. Kab. Boalemo - 14 2 1 3 80 25 125
02. Kab. Gorontalo 6 36 5 3 16 320 82 468
03. Kab. Pohuwato - 12 1 - 1 67 25 106
04. Kab. Bone Bolango - 17 3 1 1 117 29 168
71. Kota Gorontalo 14 56 6 6 22 213 81 398
Provinsi Gorontalo 20 135 17 11 43 797 242 1265
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Tabel 4. Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004
Tahun Penolong Pertama Kelahiran Balita 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
Dokter 3,33 4,45 2,80 5,92
Bidan 34,04 25,45 28,30 37,28
Tenaga Medis Lainnya 0,86 0,86 0,60 1,93
Dukun 61,18 66,90 64,70 52,12
Famili/Keluarga 0,59 2,34 3,60 2,75
Total 100 100 100 100 Sumber : BPS, Susenas 2001 – 2004
Tabel 5. Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004
Tahun Penolong Terakhir Kelahiran Balita 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
Dokter 4,48 5,46 3,70 7,44
Bidan 44,47 37,74 40,30 48,31
Tenaga Medis Lainnya 2,20 1,32 4,70 3,60
Dukun 47,54 53,90 48,10 37,42
Famili/Keluarga 1,31 1,58 3,20 3,23
Total 100 100 100 100 Sumber : BPS, Susenas 2001, 2004 dan 2004
Tabel 6. Balita 2 – 4 tahun di Provinsi Gorontalo yang Pernah Disusui selama 6-11 bulan, Tahun 2001 – 2004
Balita diberi ASI (6 - 11 Bulan)
2001 2002 2003 2004 Kabupaten/Kota
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato 1.050 8.23 2.223 11,17 469 2.56 1.804 10.20
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango 1.304 4.13 9.022 15,55 1.982 5.53 5.721 17.91
Kota Gorontalo 1.008 13.76 1.999 17,21 1.142 12.62 1.920 22.38
Provinsi Gorontalo 3.362 6.51 13.244 14,79 3.593 5.69 9.445 16.23
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 7. Balita 2 – 4 tahun yang Pernah Disusui Kurang dari 24 bulan di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004
Balita diberi ASI ( < 24 Bulan)
2001 2002 2003 2004 Kabupaten/Kota
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 6.743 52.83 12.305 61,81 12.043 65.69 11.619 66.25
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 18.736 59.40 38.684 66,69 23.611 65.92 23.345 73.10
Kota Gorontalo 4.393 59.95 6.459 55,60 6.214 68.68 6.360 74.13
Provinsi Gorontalo 29.872 57.85 57.448 64,17 41.868 66.25 41.424 71.17
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 8. Penduduk Provinsi Gorontalo yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Jenis Keluhan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2001 – 2004
Kabupaten/ Kota
Panas Batuk Pilek Asma Sesak Nafas
Diare Sakit
kepala beru lang
Sakit gigi
Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) (10) (11)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato 49607 45496 33860 3066 3579 15907 8905 7444
Kab. Gorontalo
Kab. BoneBoango 133391 103750 73302 14547 21153 58585 23477 32406
Kota Gorontalo 29460 23580 16320 3660 4920 11580 4560 9360
Prov. Gorontalo 212458 172826 123482 21273 29652 86072 36942 49210
2003 187320 150465 115463 15345 20323 26892 97904 43784 102215
2002 176398 137016 99479 7627 10838 16434 54843 23053 67298
2001 203155 171565 130804 7756 16902 27473 80810 34378 102330
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 9. Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan dan Pernah Mengobati Sendiri menurut Kab/Kota Tahun 2001 – 2004
Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 76,83 75,43 75,36 95,07
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 63,04 60,04 71,72 79,33
Kota Gorontalo 44,43 56,82 54,42 67,28
Provinsi Gorontalo 63,33 63,42 70,06 81,41
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 10. Penduduk yang Mengobati Sendiri Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Obat yang Digunakan di Provinsi Gorontalo Tahun 2001- 2004
Kabupaten/Kota Obat
tradisional Obat modern Lainnya
Jumlah yang Berobat Sendiri
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 30.777 70.483 7.872 78.059
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 61.763 141.191 12.759 163.566
Kota Gorontalo 7.860 30.060 2.460 32.940
Provinsi Gorontalo 2004 100.400 241.734 23.091 274.565
2003 86.325 220.303 43.366 241.584
2002 69.417 155.320 17.362 175.525
2001 69.575 188.956 16.163 207.575
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 11. Penduduk Provinsi Gorontalo yang Berobat Jalan dan Tempat/Cara Berobat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2001 – 2004
Kabupaten/ Kota
RS Peme rintah
RS Swasta
Praktek Dokter
PKM/ Pustu
Poli klinik
Petugas Keseha tan
Praktek Tradisional
Lainnya Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 2060 0 8064 8403 0 4680 0 246 23453
Kab. Gorontalo
Kab.BoneBolango * 3284 414 29575 69369 1449 25424 1101 1355 131971
Kota Gorontalo 7440 2460 15540 22320 2580 4140 4440 3060 61980
Prov. Gorontalo Tahun 2004
12784 2874 53179 100090 4029 34244 5541 4661 217404
2003 5272 528 40499 83500 1725 31912 13992 12500 189928
2002 2272 139 24701 43438 1113 24504 3484 2418 102069
2001 2323 2051 35425 61588 1624 37084 1836 8018 149949
Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 12. Jumlah Balita yang di Imunisasi menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Imunisasi Tahun 2001, 2002 dan 2004
JENIS IMUNISASI 2001 2002 2004
(1) (2) (3) (5)
1. DPT 44.119 54.705 85,297
2. POLIO 39.518 73.768 87.001
3. BCG 7.547 19.500 85.069
4. CAMPAK 15.823 17.546 75.739
Sumber : BPS, Susenas 2001, 2004 dan 2004
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Penduduk Sakit yang Pernah Rawat Inap (PSRI) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
yang Sakit Jumlah Penduduk Sakit
yang Rawat Inap
Persentase Penduduk Sakit yang Rawat Inap
(PSRI) (1) (2) (3) (4)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 82.109 656 0,80
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 206.173 4.272 2,07
Kota Gorontalo 48.960 1.380 2,82
Prov. Gorontalo 2004 337.242 6.308 1,87
2003 334.847
2002 276.746 5.688 2,06
2001 327.768 5.941 1,81 Sumber : BPS, Susenas 2001- 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 14. Rata-rata Lamanya Sakit (RLS) Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
yang Sakit
Jumlah Hari Terganggu Karena
Sakit
Rata-Rata Lama Sakit (RLSI)
(1) (2) (3) (4)
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato * 821.09 314.782 3,83
Kab. Gorontalo
Kab. Bone Bolango * 206.173 765.617 3,71
Kota Gorontalo 48.960 189.660 3,87
Prov. Gorontalo 2004 337.242 1.270.059 3,77
2003 334.847 972.073 2,90 2002 276.746 999.702 3,61 2001 327.768 1.054.388 3,22
Sumber : BPS, Susenas 2001- 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
4.4. KETENAGAKERJAAN
Tabel 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 15 Tahun ke atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004
INDIKATOR 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4)
Penduduk Usia Kerja 15 tahun ≤ (jiwa) 568.836 581.763 602.175
Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985
TPAK 57,90 59,71 61,3
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
Tabel 2. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk 15 Tahun ke Atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004
INDIKATOR 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4)
Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985
Pencari Kerja 43.392 34.483 45.360
Ppk 13,17 9,93 12,29
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
Tabel 3. Tingkat Kesempatan Kerja Penduduk 15 Tahun ke Atas di
Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004
INDIKATOR 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4)
Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985
Penduduk Yang Bekerja 285.966 312.882 323.625
Pkk 86,83 90,07 87,71
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Angkatan Kerja di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004
INDIKATOR 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4)
Jumlah Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985
RAk 5,47 6,22
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004
INDIKATOR 2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4)
Penduduk Yang Bekerja 285.966 312.882 323.625
Rkk 9,41 3,43
Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004
Tabel 6. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004
2002 2003 2004 Lapangan Usaha/Sektor
Jumlah Pks (%) Jumlah Pks (%) Jumlah Pks (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian 159.060 55.62 194.328 62.11 155.465 48.04
Pertambangan, LGA 2.292 0.80 4.879 1.56 6.630 2.05
Industri 17.628 6.16 18.756 5.99 26.265 8.12
Bangunan 7.044 2.46 9.838 3.14 12.560 3.88
Perdagangan 41.412 14.48 33.474 10.70 52.605 16.25
Angkutan 21.582 7.55 17.225 5.51 24.030 7.43
Keuangan 1.086 0.38 2.383 0.76 3.000 0.93
Jasa 35.862 12.54 31.999 10.23 43.070 13.31
Jumlah 285.966 100.00 312.882 100.00 323.625 100.00
Sumber : BPS, Sakernas 2002 – 2004
4.5. KEMISKINAN, ORGANISASI SOSIAL DAN LINGKUNGAN Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2002 dan 2004
2002 2004 Kabupaten/Kota
Jml Penduduk Miskin (000
Org)
% Penduduk Miskin
Jml Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
Kab Boalemo
Kab. Pohuwato * 63,7 33,39 68.869 32,55
Kab Gorontalo
Kab. Bone Bolango 192,7 36,60 173.875 32,42
Kota Gorontalo 18,3 13,27 16.080 10,86
Provinsi Gorontalo 274,7 32,13 258.824 28,89 Sumber : BPS, Susenas 2002 - 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Menurut Daerah Perkotaan/Pedesaan Tahun 2004
Jumlah Penduduk Daerah/Wilayah
Penduduk Jumlah
Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
Perkotaan 236.060 43.758 18,54
Pedesaan 659.944 215.066 32,59
Perkotaan/Pedesaan (Prov. Gorontalo) 896.004 258.824 28,89 Sumber : BPS, Susenas 2002 - 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk
Tabel 3. Jumlah Karang Taruna dan Organisasi Sosial Provinsi Gorontalo Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004
Kabupaten/Kota Karang Taruna Orsos (1) (2) (3)
Kab. Boalemo 25 22
Kab. Gorontalo 83 55
Kab. Pohuwato 41 26
Kab. Bone Bolango 25 29
Kota Gorontalo 30 49
Provinsi Gorontalo 204 181
Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo
Tabel 4. Jumlah Tempat Ibadah di Provinsi Gorontalo 2003 - 2004
Jenis Tempat Ibadah 2003 2004 (1) (2) (3)
Masjid 1484 1601
Mushola 139 145
Gereja Protestan 107 107
Gereja Katolik 15 21
Pura 9 9
Vihara 4 4
Sumber : Departemen Agama Provinsi Gorontalo
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004
Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
{1) (2) (4) (5)
Puskesmas/poliklinik 99,11 99,3 99,25
Kantor Pos 63,39 50,71 54,06
Pos Polisi 93,3 81,26 84,43
Pasar Tradisional 99,11 88,71 91,45
SD/sederajat 100 99,65 99,74
SLTP/sederajat 99,55 98,96 99,11
SLTA/sederajat 99,55 71,19 78,68
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo