17
Infeksi pada Telinga Oleh Gusti Rizky Teguh Ryanto, 0906508106 Pendahuluan Infeksi pada telinga merupakan salah satu golongan penyakit tersering yang dapat ditemui oleh seorang dokter THT. Infeksi pada telinga dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, dimana penyebab yang paling sering adalah bakteri, virus, dan jamur. 1 Akibat dari penyakit infeksi pada telinga ini beragam, dimulai dari yang membuat rasa gatal di telinga sampai yang bersifat progresif hingga menyebabkan meningitis. 2 Beberapa penyakit yang termasuk kepada infeksi pada telinga adalah otitis eksterna, otitis media, aerotitis, dan infeksi telinga luar lainnya seperti herpes zoster otikus, dan perikondritis. 2 Otitis Eksterna Otitis eksterna (swimmer’s ear) adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak diliang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Pengobatannya sederhana, akan tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Otitis eksterna dijumpai pada 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga pada orang yang terkena otitis eksterna. Diketahui juga bahwa pH liang telinga yang meninggi (normalnya di keadaan asam) merupakan salah satu faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna. Sebagai contoh, berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna. Etiologi dari otitis eksterna sangat beragam dan dapat dibagi menjadi klasifikasi berikut : - Penyebab tidak diketahui : o Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis o Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil. o Otitis eksterna membranosa. Gambar 1. Otitis

infeksi telinga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Description about common infection in ears

Citation preview

Infeksi pada TelingaOleh Gusti Rizky Teguh Ryanto, 0906508106Pendahuluan

Infeksi pada telinga merupakan salah satu golongan penyakit tersering yang dapat ditemui oleh seorang dokter THT. Infeksi pada telinga dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, dimana penyebab yang paling sering adalah bakteri, virus, dan jamur.1 Akibat dari penyakit infeksi pada telinga ini beragam, dimulai dari yang membuat rasa gatal di telinga sampai yang bersifat progresif hingga menyebabkan meningitis.2 Beberapa penyakit yang termasuk kepada infeksi pada telinga adalah otitis eksterna, otitis media, aerotitis, dan infeksi telinga luar lainnya seperti herpes zoster otikus, dan perikondritis.2

Otitis EksternaOtitis eksterna (swimmers ear) adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur(otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak diliang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Pengobatannya sederhana, akan tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Otitis eksterna dijumpai pada 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga pada orang yang terkena otitis eksterna. Diketahui juga bahwa pH liang telinga yang meninggi (normalnya di keadaan asam) merupakan salah satu faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna. Sebagai contoh, berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna. Etiologi dari otitis eksterna sangat beragam dan dapat dibagi menjadi klasifikasi berikut :

Penyebab tidak diketahui : Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil. Otitis eksterna membranosa. Meningitis kronik idiopatik Lupus erimatosus, psoriasis Penyebab infeksi Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas. Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksternagranulosa, perikondritis. Bakteri tahan asam : TB. Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen. Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum, varioladan varicella. Protozoa Parasit Neurogenik : proritus simpeks, neurodermatitis lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat,dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom vesikel danbulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi). Perubahan senilitas. Deskrasia vitamin Diskrasia endokrin.Bentuk dari otitis eksterna yang umumnya muncul adalah bentuk sirkumskripta dan difus.2 Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang paling sering disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telingadi 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes. Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan) dan keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Sakit terasa bila daun telinga ditarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga. Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta meliputi :

Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukaninsisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB. Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaituadanya penyakit diabetes melitus.Bentuk otitis eksterna lainnya yang sering muncul adalag bentuk difus. Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga. Umumnya bakteri penyebabnya adalah Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya meliputi Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem dengan batas tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang dapat ditemukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin) seperti sekret yangberasal dari kavum timpani yang ditemukan pada kasus otitis media. Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yangmeradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.Selain infeksi bakteri tadi, otitis eksterna juga dapat disebabkan oleh jamur, dan dinamakan otomikosis. Infeksi jamur di liang telinga ini dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Penyebab infeksi yang tersering ialah jamur Aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur-jamur lainnya. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi seringpula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan otomikosis. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur yang diberikan secara topikal.2Otitis Media AkutOtitis media merupakan peradangan pada telingan bagian tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.2,3,4 Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika.4 Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva.

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah.4 Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.

Etiologi dari OMA adalah infeksi bakteri dan virus.2,3 Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita.2,4 Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak.

Sementara itu, Virus juga dapat menyebabkan OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya. Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus.2,4

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-lain.

Patogenesis OMA sebagian besar dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius.4 Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi.4Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid. 2,4 OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.21. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.2. Stadium Hiperemis/pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot. Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

4. Stadium PerforasiStadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, pada kasus OMA di anak, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik.5. Stadium ResolusiKeadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani. Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.2,4

Pembagian OMA adalah OMA berat apabila terdapat otalgia berat atau sedang, suhu lebih atau sama dengan 39C oral atau 39,5C rektal. OMA ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam kurang dari 39C oral atau 39,5C rektalMenurut Kerschner, kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu4:

Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.

Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.

Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal. Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik.

Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.2,4

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi rupturPada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hariPada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditisSekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik.2,4 Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan.Otitis Media Supuratif Kronis

OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi) serta ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul.2,3 Sekret mungkin encer atau kental,bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah padapars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus.Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam, OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang irreversibe. OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dangejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:a. Penyakit aktifPada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului olehperluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana mikroorganisme masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulenb. Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telingatengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulangPada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu 3:a. Kongenitalb. DidapatPada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi marginal. Teori tersebut dijelaskan sebagai berikut : Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disiniia membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann); epitel yang masukmenjadi nekrotis, terangkat keatas Pada masa embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi(metaplasia teori menurut Wendt). Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retractioncholesteatom).

Perforasi yang terjadi memiliki tiga lokasi, yaitu 3: 1. Perforasi sentralLokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,kadang-kadang sub total.2. Perforasi marginalTerdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi padapinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.2 Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom,tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrome.3 Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksiHIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis.Penyebab OMSK antara lain adalah lingkungan, genetic, otitis media sebelumnya, infeksi, infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi, dan gangguan fungsi tuba eustachius. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetappada OMSK adalah : Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksisekret telinga purulen berlanjut. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan padaperforasi. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanismemigrasi epitel.

Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yangcepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupanspontan dari perforasi.Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain :

Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total Perforasi membran timpani yang menetap. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahanmekanisme pertahanan tubuh.Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk, diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering.2 Beberapa pendapat menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah terdapatnya perforasi membrana timpani di bagian sentral, mukosanya bervariasi sesuai stadium penyakit, tulang-tulang pendengarannya dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi sebelumnya, dan. pneumatisasi mastoid. OMSK paling sering pada masa anak-anak.3 Pneumatisasi mastoid paling akhirterjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang.Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada OMSA meliputi Streptococcus pneumonie, H. influenza, dan Morexella kataralis.2,3 Bakteri lain yang dapat dijumpai pada OMSK meliputi E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob seperti Bacteriodes sp.Bakteri yang akan menyebabkan otitis media dalam kondisi tertentu contohnya adalah Tuberkulosis, dimana otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi.3Gejala klinis dari OMSK meliputi2,3:1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSKtipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagaireaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengahberkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampurdarah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakantanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis.2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan danmobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanyadidapat tuli konduktif berat.3. Otalgia (Nyeri Telinga)Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapatberarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnyadurameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyerimerupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal absesatau trombosis sinus lateralis.4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibaterosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahantekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapatterjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirinlebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin jugaakan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.Sementara itu, tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna adalah:

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)4. Foto rontgen mastoid menujukkan adanya gambaran kolesteatom.Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan klinik berikut3 : Pemeriksaan Audiometri Pemeriksaan Radiologi, berupa proyeksi Schuller, proyeksi Mayer/Owen, proyeksi Stenver, dan proyeksi Chausse III

Penatalaksanaan dari OMSK berupa penatalaksanaan konvensional berupa farmakologis dan penatalaksanaan operatif. Pada OMSK beningna tenang, tidak diperlukan tindakan khusus dan cukup dinasehatkan untuk menjaga kehigienisan telinga, seperti tidak mengorek telinga dan jangan membiarkan air masuk ke telinga saat mandi. Pada OMSK beningna aktif, perlu dilakukan pembersihan liang telinga dan kavum timpani, serta pemberian antibiotik, dapat sistemik maupun topikal sesuai dengan etiologi OMSK.2,3 Pada OMSK maligna, perlu dilakukan tindakan operatif. Tindakan operatif ini meliputi mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy), mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan modifikasi, miringoplasti, dan timpanoplasti.Komplikasi dari OMSK yang dibiarkan terlalu lama meliputi2: Komplikasi ditelinga tengah :

Perforasi persisten membrane timpani Erosi tulang pendengaran

Paralisis nervus fasial Komplikasi telinga dalam Fistel labirin Labirinitis supuratif Tuli saraf (sensorineural)

Komplikasi ekstradural

Abses ekstradural Trombosis sinus lateralis

Petrositis Komplikasi ke susunan saraf pusat Meningitis Abses otak Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan, yaitudari rongga telinga tengah ke selaput otak, menembus selaput otak, lalu masuk ke jaringan otak.3Daftar Pustaka1. Anonim. External Otitis. Diakses dari http://www.bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm pada tanggal 5 Maret 2012 pukul 20.302. Soepardi EA, et al. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Ed.6. 2007. Jakarta : FKUI. Hal.57-863. Anonim. Chronic Media Otitis. Diakses dari http://www.pediatrics.org pada tanggal 5 Maret 2012 pukul 20.354. Anonim. Otitis Media Akut. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 21.00Gambar 1. Otitis Eksterna1

Gambar 2. Klasifikasi OMA4

Gambar 3. Perforasi OMA4