62
LAPORAN PRATIKUM ILMU NUTRISI DAN PAKAN Disusun oleh : Adhika Sani Distira H2E 007 002 Aldhi Prakoso H2E 007 004 Wahyu Setia A. H2E 007 053 Yeni Adita K. H2E 007 055 Yohan Rinieko H2E 007 057

INP Kel 6 Draft 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INP Kel 6 Draft 1

LAPORAN PRATIKUMILMU NUTRISI DAN PAKAN

Disusun oleh :

Adhika Sani Distira H2E 007 002Aldhi Prakoso H2E 007 004Wahyu Setia A. H2E 007 053Yeni Adita K. H2E 007 055Yohan Rinieko H2E 007 057

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKJURUSAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2009

Page 2: INP Kel 6 Draft 1

BAB I

PENDAHULUAN

Pencernaan merupakan dimulainya dengan penempatan makanan di dalam

mulut dimana terdapat pemamahan atau pelumasan dengan pengunyahan.

Pencernaan terjadi jika adanya bahan pakan yang masuk kemudian akan

diabsorbsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ternak ruminansia memiliki

saluran penceraan yang lebih komplek dari ternak non ruminansia. Ternak

ruminansia mempunyai lambung sejati, yaitu abomasum, dan lambung muka yang

membesar, yang mempunyai tiga ruangan yaitu rumen, retikulum dan omasum.

Proses utama dari pencernaan ruminansia adalah secara mekanik yaitu mastikasi

atau pengunyahan pakan dalam mulut, enzimatik dilakukan oleh enzim yang

dihasilkan sel-sel dalam tubuh dan fermentatif yang terjadi dalam rumen yang

merupakan saluran yang menghubungkan antara rumen dan retikulum. Ternak

non ruminansia hanya memiliki satu lambung saja yang merupakan tempat

berlangsungnya pencernaan secara enzimatis.

Tujuan Pratikum Ilmu Nutrisi dan Pakan adalah untuk mengidentifikasi

bagian dan ciri-ciri saluran pencernaan ruminansia dan unggas, mengukur pH,

ukuran partikel serta densitas dari masing-masing bagian organ pencernaan.

Manfaat yang dapat diperoleh adalah praktikan mampu mengidentifikasi bagian-

bagian saluran pencernaan pada ternak ruminansia dan ternak non ruminansia,

serta dapat mengetahui berapa pH dan densitas saluran pencernaan ruminansia

dan non ruminansia.

Page 3: INP Kel 6 Draft 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pencernaan Ruminansia ( Domba )

Pencernaan adalah proses untuk memperkecil ukuran partikel zat-zat gizi

organik yang terdapat dalam bentuk yang tidak larut menjadi senyawa–senyawa

yang lebih kecil sehingga dapat diserap dinding saluran pencernaan. Proses utama

dari pencernaan ruminansia adalah secara mekanik, enzimatik dan fermentatif

(Blakely dan Blade, 1991). Bagian-bagian sistem pencernaan pada ternak

ruminansia dimulai dari mulut, esophagus (pada ruminansia merupakan perut

depan (forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar, serta glandula

asesori yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas (Frandson, 1992).

Lambung hewan ruminansia memiliki lambung sejati yaitu abomasum dan

lambung muka yang membesar dan mempunyai 3 ruangan yaitu rumen, retikulum

dan omasum (Tillman et al., 1991). Kecepatan aliran digesta diartikan sebagai

waktu yang diperlukan untuk mengeliminir 5% - 80% partikel residu pakan yang

tidak tercena ke dalam feses. Penggunaan pakan dapat dihitung dengan metode ini

dimana retensi waktu dan daya cerna diketahui (Arora, 2005).

Page 4: INP Kel 6 Draft 1

2.1.1. Organ Pencernaan Ruminansia

2.1.1.1. Mulut

Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi dan kelenjar saliva) memiliki

tingkat kepentingan yang berbeda tiap spesies (Maynard, 1979). Formula gigi

tersebut memperlihatkan tidak adanya gigi seri pada rahang atas dan juga tidak

adanya gigi taring (Frandson, 1997). Bibir domba bersifat lunak dan fleksibel dan

berperan membantu dalam pengambilan makanan (Frandson, 1997).

2.1.1.2. Oesophagus

Oesophagus merupakan suatu kelanjutan langsung dari faring yang terdiri

atas dua lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral, dan akhirnya

membentuk suatu lapisan muskuler dalam (Frandson, 1992). Lebih lanjut dalam

oesophagus terdapat gerakan peristatik yaitu gerak untuk meremas-remas

makanan yang telah dicerna secara mekanik pada mulut untuk dilanjutkan ke

lambung (Tillman et al.,1998).

2.1.1.3. Rumen

Rumen berupa kantung muscular yang besar yang terentang dari

diafragma menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga

abdominal. Rumen dibagi-bagi lagi menjadi kantong-kantong oleh pilar-pilar

muskuler yang dapat dikenali bila dipandang dari luar rumen (Frandson, 1997).

Rumen dibagi menjadi 4 sarkes (kantong), yaitu : Sarkes cranioventral.Sarkes

dorsalis.Sarkes medioventral.Sarkes buntu dorsal dan ventral.Sarkes : gerakan

Page 5: INP Kel 6 Draft 1

rumen sewaktu fermentasi 1 - 2 - 3 - 4. Gerakan-gerakan rumen :1. Prehensi ,-

pada saat grazing, 2. Mastikasi,- mengunyah (chewing), 3. Deglutasi,- menelan –

peristaltik oesophagus, 4. Eruktasi (”belching”/sendawa),- CO2 dan methan, 5.

Ruminasi,- gerakan komplek, berurutan : Regurgitasi,- pakan dari rumen ke

rongga mulut, bentuk bolus semi cair - ingesta. Remastikasi,- mengunyah

kembali, lebih lama dari mastikasi, - redeglutasi (penelanan kembali) (Sinaga,

2009). Cairan retikulo-rumen mengandung 85% air. Retikulo-rumen terdiri atas 2

bagian, bagian bawah adalah cair dan mengandung makanan dalam bentuk

suspensi, sedangkan bagian atas lebih kering dan terdiri dari makanan kasar dan

padat seperti hijauan (rumput-rumputan). Dengan naiknya pH rumen konsumsi

bertambah, jadi keadaan rumen yang normal pada pH yang netral yaitu 5,5 – 7,0

(Prawirokusuma, 1994).

2.1.1.4. Retikulum

Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling cranial. Lokasi

retikulum yang persis berada dibelakang diagfragma menempatkannya hampir

dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga bila ada benda-benda

asing yang tertelan seperti kawat atau paku cenderung akan diam di situ dan

dalam posisi yang baik untuk dapat mengganggu atau menusuk jantung

(Frandson, 1997). Retikulum mempunyai bentuk menyerupai sarang tawon/lebah

dan mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta

ke dalam omasum. Retikulum membantu ruminansi dimana bolus

diregurgitasikan ke dalam mulut. Pola fermentasi di dalam organ ini serupa

Page 6: INP Kel 6 Draft 1

dengan yang terjadi di dalam rumen. Tingkat asam-basa pada retikulum seperti

halnya rumen antara 6,5 – 7,5 (Arora, 1995). Terdiri dari papila sarang lebah/jala.

Lipatan jaringan menyalurkan pakan cair ke omasum

2.1.1.5 Omasum

Omasum terletak diantara retikulum, rumen dan kaudal hati. Pertautan

antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan lipatan membrana mukosa

berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum

menuju ke omasum (Frandson, 1992). Omasum dan abomasum (perut sejati)

meliputi 6-8% dari total saluran pencernaan ternak ruminansia. Fungsi omasum

adalah untuk menyaring partikel pakan menjadi lebih kecil (Tillman et al., 1998).

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-

buku. pH omasum berkisar sekitar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan

abomasum terdapat lubang yang disebut omasao abomasal orifice

(Priyono, 2009).

2.1.1.6. Abomasum

Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan makanan

secara kimiawi karena adanya sekresi getah lambung. Abomasum juga mengatur

aliran ingesta (Arora, 1995). Perut sejati : Fundus, Cardia dan Pilorus.

Pencernaan Asam amino, sebagian protein mikroba, lemak dan karbohidrat.

Sekresi cairan lambung protein. Abomasum 2 - 2,3, pH normal setelah 3-5 jam

makan Masa peralihan pre-ruminant - ruminant umur 5 -12 minggu. Pada gastric

Page 7: INP Kel 6 Draft 1

HCl lambung akan menyebabkan gastrin menurun dan berakibat sekresi lambung

menurun. Saat interogastron meningkat maka sekresi lambung akan menurun,

maka hal ini dapat menyebabkan pH pada lambung akan rendah atau lebih bersifat

asam (Sinaga, 2009).

2.1.1.7. Usus Halus

Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histolloogis/

mikroskopis, usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan

ileum. Duodenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus. Jejenum dan

ileum bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya Pada bagian pertama

usus halus adalah duodenum, dan pada duodenum terdapat pankreas yang

berfungsi menetralkan suasana asam pada lambung (Tilman et al., 1991). Usus

halus (intestinum tenue) dapat dibagi secara anatomik menjadi tiga bagian, yaitu:

duodenum yang menghubungkannya dengan lambung; jejenum adalah bagian

tengah; dan ileum yang menghubungkannya dengan usus besar (intestinum

crassum). Kedalam usus halus, masuk empat sekresi yaitu: cairan duodenum,

empedu, cairan pankreas, dan cairan usus. Fungsi dari usus halus adalah menyerap

sari-sari makanan yang telah dicerna (Frandson, 1992). Dalam usus halus pH

antara 6,2% - 7,2%. Metabolisme yang terjadi di usus halus adalah absorbsi zat-

zat pakan dengan pencampuran enzim-enzim pada getah pankreas, getah usus dan

getah empedu untuk mengemulsikan lemak, glukosa sederhana, dan asam-asam

amino. Di dalam usus halus akan terjadi secara terus menerus absorbsi sampai zat-

zat pakan tidak tercerna (Arora, 1995).

Page 8: INP Kel 6 Draft 1

2.1.1.8. Usus Besar

Usus besar pada ruminansia terdiri atas kolon dan rektum. Ujung buntu

dari rektum menjulur ke arah kaudal, ke arah kranial sekum berlanjut ke kolon.

Kolom transversal menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal

menuju ke rektum dan anus, bagian terminal dari saluran pencernaan

(Frandson, 1992). Mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula

selulosa menjadi asam-asam lemak terban (Blakely dan Bade, 1991). Pakan yang

telah terabsorbsi akan diserap kadar airnya dalam usus besar (Tillman et al.,

1998).

2.1.2. Metabolisme zat nutrisi pada ruminansia ( Domba )

Pencernaan merupakan proses untuk memperkecil ukuran partikel pakan

agar menjadi lebih kecil sehingga mudah diserap oleh usus. Metabolisme adalah

sejumlah proses yang meliputi sintesa (anabolisme) dari protoplasma dan

perombakannya (katabolisme) dalam organisme hidup, sehingga menyangkut

perubahan-perubahan kimia dalam sel hidup dimana energi disediakan untuk

fungsi-fungsi penting, dan bahan-bahan baru diasimilasikan untuk perbaikan dan

sintesa jaringan-jaringan baru atau produksi (Tillman et al., 1998). Jumlah dari

perubahan-perubahan yang dialami bahan makanan dalam konversinya sampai

kepada hasil sisa disebut metabolisme (Anggorodi, 1995). Berikut macam-macam

pencernaan zat gizi pada saluran pencernaan ruminansia.

Page 9: INP Kel 6 Draft 1

Ada 2 macam proses yang sangat essensial untuk kehidupan yaitu

asimilasi bahan makanan, pembuangan hasil sisa makanan yang tidak berguna.

Bahan makanan terdiri dari unit kimiawi yang kompleks seperti protein dan

lemak. Hasil sisa makanan adalah zat-zat sederhana seperti karbondioksida dan air

jumlah dari perubahan yang dialami bahan makanan dalam konversinya sampai

kepada hasil sisa disebut metabolisme. Istilah tersebut digunakan untuk perubahan

yang terjadi pada bahan makanan yang telah diserap dan berkaitan dengan

perombakan jaringan-jaringan tubuh atau sering disebut metabolisme antara

(Blakely dan Bade, 1991).

2.1.2.1. Metabolisme Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan

bercampur dengan saliva, pada hewan ruminansia saliva sama sekali tidak

mengandung ptyalin. Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan

lambung. Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan

makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.

Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam

lemak terbang. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein

dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.

Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis

mikrobial. Amylase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus

(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin

sederhana dan maltosa (Blakely dan Bade, 1991).

Page 10: INP Kel 6 Draft 1

Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna

pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah sukrase (invertase) yang

merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, maltase yang merombak

maltosa menjadi glukosa, laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan

galaktosa. Mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula selulosa

menjadi asam-asam lemak terbang. Enzim yang dikeluarkan oleh tractus

digestivus hewan tidak turut campur dalam pencernaan selulosa tersebut di atas

yang dilakukan oleh mikroorganisme caecum dan colon (Blakely dan Bade,

1991).

2.1.2.2. Metabolisme Protein

Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis oleh enzim

proteolitik menjadi asam amino dan oligopeptida. Selanjutnya asam asam amino

mengalami katabolisme lebih lanjut menghasilkan amonia, VFA dan CO2.

Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk sintesis de novo asam-asam amino

bagi mikroba rumen. Proses metabolisme tersebut mengungkapkan bahwa nutrisi

protein ternak ruminan sangat tergantung pada proses sintesis protein mikroba

rumen. Produk hidrolisa protein sebagian besar akan mengalami katabolisme lebih

lanjut (deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3) (Blakely dan Bade, 1991).

Amonia asal perombakan protein pakan tersebut sangat besar

kontribusinya terhadap amonia rumen. Diperlukan kisaran konsentrasi amonia

tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa protein mikroba. Karena itu kelarutan

dan degradibilitas protein pakan sangat penting untuk diketahui (Arora, 2005).

Page 11: INP Kel 6 Draft 1

Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi asam amino dan

kecukupannya dalam rumen untuk memasok sebagian besar N untuk pertumbuhan

mikroba merupakan prioritas utama dalam mengoptimalkan fermentasi hijauan.

Menurut Prawirokusumo (1994), konsentrasi amonia di dalam rumen ikut

menentukan efisiensi sintesa protein mikroba yang pada gilirannya akan

mempengaruhi hasil fermentaasi bahan organik pakan. Hasil fermentasi tersebut

dapat dilihat sebagai konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) di dalam cairan

rumen. Konsentrasi amonia tersebut antara lain ditentukan oleh tingkat protein

pakan yang dikonsumsi, derajat degradabilitasnya, lamanya makanan berada di

dalam rumen dan pH rumen.

2.1.2.3. Metabolisme Lemak

Metabolisme lemak terjadi di usus, dimana garam empedu mengemulsikan

lemak menjadi butiran kecil untuk memudahkan pencernaan oleh enzim. Enzim

lipase pankreas mencerna lemak menjadi monogliserida, gliserol dan asam lemak,

sedangkan enzim fosfolipase, fosfatase dan esterase menghidrolisis foafolipid

menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat dan kolin. Enzim kolesterol esterase

menghidrolisis ester kolesterol menjadi kolesterol dan asam lemak. Hasil-hasil

pencernaan tersebut dapat diserap ke dalam sel mukosa dinding usus, sedangkan

gliserol dan asam lemak bebas rantai pendek C < 12 langsung diserap ke dalam

pembuluh darah terikat dalam albumin, dibawa ke hati. Monogliserida dan asam

lemak rantai panjang di dalam sel mukosa dinding usus disintesis kembali

menjadi trigliseria, fosfolipid dan ester kolesterol. Senyawa tersebut di atas

Page 12: INP Kel 6 Draft 1

dikombinasi dengan protein membentuk partikel besar disebut kilomikron.

Kilomikron memasuki ruang ekstra seluler dan masuk ke pemmbuluh limfe dan

selanjutnya memasuki ke sirkulasi darah melalui ductus toraxicus. ‘

Page 13: INP Kel 6 Draft 1

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Nutrisi Pakan pada pencernaan ruminansia dilaksanakan

pada hari Sabtu, tanggal 21 November 2009 pukul 07.00 – 09.00 WIB di

Laboratorium Biokimia Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Materi yang digunakan adalah rumen kambing, pH stick, timbangan

analitis, gunting, pisau, plastik, gelas ukur, sendok, tisu dan nampan.

3.2. Metode

Metode yang digunakan adalah mengamati ciri-ciri dari rumen-

retikulum, omasum, sekum dan abomasum. Menyobek sedikit bagian dari rumen-

retikulum, omasum, abomasum dan sekum dengan menggunakan pisau kemudian

masukkan pH stick biarkan selama 10 menit lalu ukur pH dari masing-masing

organ. Mengambil isi dari rumen-retikulum, omasum, abomasum dan sekum,

kemudian masukkan ke dalam gelas ukur lalu dilihat massanya kemudian

ditimbang lalu dihitung densitasnya dari masing-masing organ. Mengamati

ukuran partikel dari rumen-retikulum, omasum, sekum dan abomasum.

Page 14: INP Kel 6 Draft 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum Saluran Pencernaan Ruminansia

Berdasarkan hasil pratikum Ilmu Nutrisi dan Pakan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan dan Pengukuran Saluran Pencernaan Ruminansia

Organ Ciri-ciri pH Densitas

(g/ml)

Deskripsi ukuran

partikel

Rumen Berukuran sangat besar

Permukaan seperti handuk

Lapisan luar tebal

77 1,05

Kasar,terdapat butiran-butiran, hijau

tua

Retikulum Permukaan seperti sarang lebah

Cairan didalamnya sangat cair

7

7 1,05

Kasar, terdapat butian-butiran bercampur air

Omasum Permukaannya berbuku-buku

Didalamnya bersisi bahan padat

Lapisan luarnya tebal

Berwarna hijau tua

7

7 0,95

Agak lembut padat dan berwarna hijau tua

Abomasum Lapisan luar berwarna putih licin dan berlipat lipat

Cairan didalamnya encer,berwarna hijau muda

5

5 0,95

Halus dan encer warna hijau muda

Page 15: INP Kel 6 Draft 1

Usus halus

Usus besar

Cairan didalamnya berwarna hijau tua

Ususnya panjang dan kecil

Dinding usus bertekstur halus dan kenyal

Cairan didalamnya berwarna hijau kehitaman

Ususnya panjang Bertekstur halus

6

6 0,75

0,9

Halus dan encer (mengandung air) warna hijau tua

Warna partikel hijau kehitaman, halus, kental dan padat

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Pakan, 2009.

7

Page 16: INP Kel 6 Draft 1

Skema Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Kambing

Keterangan:

1. Oesophagus 7. Pankreas

2. Rumen 8. Usus besar

3. Retikulum 9. Kolon

4. Omasum 10. Rektum

5. Abomasum 11. Anus

6. Usus halus

Ilustrasi 1. Saluran Pencernaan Kambing

Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa

saluran pancernaan pada ruminansia meliputi mulut, farinks, esofagus, lambung,

usus halus,sekum, usus besar dan anus. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan

bahwa saluran pencernaan ternak tersebut lengkap dan dalam keadaan normal.

Hal ini sesuai dengan pandapat Frandson (1992) bahwa bagian-bagian sistem

pencernaan pada ternak ruminansia dimulai dari mulut, farinks, esophagus (pada

ruminansia merupakan perut depan (forestomach), perut glandular, usus halus,

dan usus besar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lambung pada ternak

ruminansia terdiri dari empat bagian yaitu rumen, reticulum, omasum dan

abomasum. Hasil tersebut di dukung oleh pendapat Tillman et all (1998) bahwa

lambung hewan ruminansia memiliki lambung sejati yaitu abomasum dan

Page 17: INP Kel 6 Draft 1

lambung muka yang membesar dan mempunyai 3 ruangan yaitu rumen, retikulum

dan omasum.

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan rumen dengan ciri – ciri

berukuran sangat besar, berbentuk seperti handuk/babat, dan lapisan luarnya tebal,

densitas sebesar 1,05 g/ml, ukuran partikel di dalam rumen masih bersifat kasar

dan padat (butiran-butiran). Hal ini dikarenakan di dalam rumen pakan masih

bersifat kasar dan masih dirombak menjadi bolus-bolus yang halus dengan

melalui degluitasi, remastikasi, dan regurgitasi maka bolus-bolus tersebut akan

dibawa menuju ke retikulum-omasum untuk disaring. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sinaga (2009) bahwa gerakan-gerakan rumen :1. Prehensi ,- pada saat

grazing, 2. Mastikasi,- mengunyah (chewing), 3. Deglutasi,- menelan – peristaltik

oesophagus, 4. Eruktasi (”belching”/sendawa),- CO2 dan methan, 5. Ruminasi,-

gerakan komplek, berurutan : Regurgitasi,- pakan dari rumen ke rongga mulut,

bentuk bolus semi cair — ingesta. Remastikasi,- mengunyah kembali, lebih lama

dari mastikasi, — redeglutasi (penelanan kembali). pH pada rumen kambing

adalah 7, karena pakan dari mulut bercampur dengan saliva yang bersifat alkalis

kemudian di dalam rumen kondisi menjadi alkalis . Hal ini juga sesuai dengan

pendapat Prawirokusuma (1994) keadaan rumen yang normal pada pH yang netral

yaitu 5,5 – 7,0. Metabolisme yang terjadi pada rumen adanya proses fermentasi

oleh mikroba yang menghasilkan protein dan VFA yang akan dimanfaatkan oleh

tubuh dalam bentuk energi. Pakan yang mengandung selulosa, hemiselulosa, pati,

dan karbohidrat melalui proses pencernaan karbohidrat akan di ubah menjadi

rantai glukosa yang lebih sederhana. Kemudian pencernaan lemak dalam bentuk

Page 18: INP Kel 6 Draft 1

pentosan-pentosan akan diubah menjadi pentosan yang lebih sederhana seperti

gula sederhana dan pentose. Hal ini sesuai dengan pendapat Tilman et al., (1991)

bahwa Pencernaan karbohidrat dalam rumen adalah dengan katalisator enzim

jasad renik intraseluler selulose dicerna menjadi selobiose oleh satu atau lebih

jasad renik dan selobiose dirubah menjadi glukose-1-fosfat dan Pentosan-pentosan

diuraikan menjadi gula sederhana, pentose, oleh pentosanase jasad renik dan

kemudianmasuk jalur glikolitik.

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan retikulum dengan ciri – ciri

berbentuk seperti sarang lebah, berukuran sangat kecil, dan lapisan luar tipis,

densitas sebesar 0,75 g/ml. Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang

paling cranial. Lokasi retikulum yang persis berada dibelakang diagfragma

menempatkannya hampir dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga

bila ada benda-benda asing yang tertelan seperti kawat atau paku cenderung akan

diam di situ dan dalam posisi yang baik untuk dapat mengganggu atau menusuk

jantung (Frandson, 1992). Deskripsi ukuran partikel pada retikulum adalah pakan

masih dalam bentuk kasar dan berair. Karena retikulum menyatu dengan rumen

jadi kadar air lebih banyak disaring di dalam retikulum sehingga retikulum lebih

banyak mengandung bahan padat yang berair. Hal ini sesuai dengan pendapat

Tilman et al., (1991) bahwa partikel-partikel yang halus ke omasum yang mana

banyak absorbsi air, sebelum cairan ke abomasum. pH pada retikulum yaitu

sebesar 7. Hal ini sesuai dengan pendapar Arora (1995) bahwa Tingkat asam-basa

pada retikulum seperti halnya rumen antara 6,5 – 7,5. Metabolisme pada retikulum

Page 19: INP Kel 6 Draft 1

sama pada proses di rumen, di retikulum hanya terjadi penyaringan kadar air yang

mengandung pakan padat.

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan omasum dengan ciri – ciri di

dalamnya berbentuk bahan padat tidak berair, bentuk permukaannya seperti

lamina-lamina buku, dan lapisan luarnya tebal. densitas sebesar 0,95 g/ml dengan

deskripsi ukuran partikel adalah bahan masih kasar dan adanya butiran-butiran

kecil. Hal ini sependapat dengan Blakely dan Bade, (1994) yang menyatakan

bahwa omasum berfungsi sebagai penggiling makanan yang melewatinya dan

juga berperan menyerap sebagian air. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora

(1995) bahwa sifat mengabsorbsi air pada omasum diduga berfungsi untuk

mencegah turunnya pH pada abomasum dengan pengenceran. Metabolisme

omasum terjadi penyaringan pakan sampai menghasilkan partikel-partikel yang

lebih halus dan menyerap kadar air.

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan abomasum dengan ciri – ciri

lapisan luar berwarna putih, cairan di dalamnya encer dan berwarna hijau muda.

Densitas 0,95 g/ml dengan ukuran partikel adalah pakan halus dan encer. pH

abomasum sebesar 5 hal ini terjadi karena di dalam abomasum sekresi HCl/getah

lambung sedikit sehingga tidak menyebabkan terlalu kemasaman. Hal ini tidak

sesuai dengan pendapat Sinaga (2009) bahwa abomasum 2 - 2,3, pH normal

setelah 3-5 jam makan Masa peralihan pre-ruminant — ruminant umur 5 -12

minggu. Metabolisme yang terjadi di abomasum adanya sekresi HCl/getah

lambung menyebabkan bahan pakan yang mengandung protein akan diubah

menjadi asam-asam amino dan begitu lemak akan diubah menjadi asa-asam

Page 20: INP Kel 6 Draft 1

lemak/gliserol. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora (1995) bahwa kelenjar

lambung mensekresikan HCl untuk menjaga digesta tetap dalam suasana asam

untuk mempercepat proteolisis protein mikroba dan residu protein makanan oleh

pepsin yang dikeluarkan oleh glandula peptik.

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan usus halus, dengan ciri – ciri

usus panjang, dinding usus bertekstur halus, cairan di dalamnya berwarna hijau

tua dan terbagi menjadi tiga yaitu duodenum, Jejunum, ileum. Hal ini sesuai

dengan pendapata Tillman et all,. (1998) yaitu usus halus sapi memiliki 3 bagian

yaitu: doudenum (bagian awal), jejenum (bagian tengah) dan illeum (bagian

akhir). Pada bagian pertama usus halus adalah duodenum, dan pada duodenum

terdapat pankreas yang berfungsi menetralkan suasana asam pada lambung,

Densitas sebesar 0,75 g/ml. Deskripsi ukuran partikel adalah cairan di dalamnya

berwarna hijau tua, bertekstur halus dan encer dengan pH 6. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pH dalam usus halus tergolong normal. Hal ini sesuai

dengan pendapat Arora (1995) bahwa dalam usus halus pH antara 6,2% - 7,2%.

Metabolisme yang terjadi di usus halus adalah absorbsi zat-zat pakan dengan

pencampuran enzim-enzim pada getah pankreas, getah usus dan getah empedu

untuk mengemulsikan lemak, glukosa sederhana, dan asam-asam amino. Di dalam

usus halus akan terjadi secara terus menerus absorbsi sampai zat-zat pakan tidak

tercerna

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan usus besar dengan ciri-ciri

usus panjang, bertekstur halus dan berwarna lebih gelap serta bau. Densitas

partikel sebesar 0,9 g/ml dengan ukuran partikel halus serta pH usus besar yaitu 7.

Page 21: INP Kel 6 Draft 1

pH pada usus besar tergolong normal karena setelah mengalami absorbsi pada

usus halus sisa hasil metabolismenya akan mengubah menjadi suasana netral. Di

dalam usus besar juga terjadi penyerapan air dan vitamin. Pengamatan pada usus

besar, berbentuk saluran panjang yang terdapat sekum atau yang sering disebut

usus buntu. Hal ini sependapat dengan Frandson (1993) bahwa usus besar terdiri

atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas

bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Blakely dan Bade (1991)

berpendapat bahwa mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula

selulosa menjadi asam-asam lemak terbang.. Hal ini sesuai dengan pendapat

Arora (1995) bahwa diabsorbsi pencernaan mikroba dalam usus besar terjadi di

caecum, colon, dan rectum serta caecum dan colon menunda aliran bahan yang

tidak dapat dicerna dan selanjutnya menjadi tempat untuk fermentasi mikroba,

pada saat disekresikan mucus adalah glikoprotein netral.

BAB V

KESIMPULAN

Page 22: INP Kel 6 Draft 1

Berdasarkan dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada saluran

pencernaan ruminansia meliputi mulut, oesophagus, rumen, retikulum, omasum,

abomasum, usus halus, caecum, usus besar, dan anus. Densitas, ukuran partikel,

dan pH setiap saluran pencernaan berbeda-beda. Keistimewaan saluran

pencernaan ruminansia yaitu memiliki lambung ganda yang dibagian rumen

terjadi proses mikrobial ,abomasum terjadi kimiawi dan pada usus besar terdapat

pencernaan secara fermentasi oleh mikroorganisme. Pencernaan karbohidrat

terjadi di rumen, protein dan lemak terjadi abomasum.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Page 23: INP Kel 6 Draft 1

Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta (Diterjemahkan oleh Retno Murwani).

Blakely, J. and D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Maynard, Leonard A, John K. Looser, Harold F. Hintz and Richard G. Warner. 1979. Mc Graw-Hill. Publishing Company Limited. New Delhi.

Prawirokusomo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. Edisi Pertama. Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta.

Sinaga, S. Manajemen Pemberian Pakan Sapi. Akses, 22/6/2009.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksohadiprodjo dan S.

Lebdosoekotjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lampiran 1. Perhitungan Densitas Saluran Pencernaan Ruminansia

Rumen - Retikulum

Page 24: INP Kel 6 Draft 1

Diketahui : m = 10,5 g

V = 10 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 1,05 g/ml

Omasum

Diketahui : m = 9,5 g

V = 10 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 0,95 g/ml

Abomasum

Diketahui : m = 9,5 g

V = 10 ml

Page 25: INP Kel 6 Draft 1

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 0,95 g/ml

Usus Halus :

Diketahui : m = 7,5 g

V = 10 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 0,75 g/ml

1

Usus Besar

Diketahui : m = 9 g

V = 10 ml

Page 26: INP Kel 6 Draft 1

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 0,9 g/ml

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 27: INP Kel 6 Draft 1

2.1. Sistem Pencernaan Non Ruminansia

Organ pencernaan mempunyai fungsi untuk menyiapkan makanan supaya

nutrien-nutrien yang terkandung dalam ransum dapat diserap oleh dinding usus

(Akoso,1993). Alat pencernaan pada unggas terdiri atas saluran memanjang

dimulai dari mulut (paruh), esophagus, tembolok, proventrikulus, gizzard, usus,

dan kloaka. Disamping itu sistem pencernaan terdapat dua kelenjar, yaitu hati dan

pankreas (Say, 1992).

2.1.1. Mulut

Ayam tidak memiliki gigi atau pinggiran paruh yang bergerigi sehingga

pada mulut (paruh) tidak terjadi pencernaan secara mekanik. Lidah pada unggas

berfungsi membantu pada waktu makan karena ada bagian dari lidah yang

bercabang pada bagian belakang yang mendorong pakan turun ke dalam

kerongkongan. Saliva dalam jumlah sedikit disekresikan ke dalam mulut untuk

membantu dalam penelanan pakan dan untuk melicinkan pakan yang akan masuk

ke dalam lambung (Akoso, 1993). Saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit

dikeluarkan dalam mulut untuk membantu menelan makanan untuk melicinkan

makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ke tembolok (crop)

(Sarwono, 1997).

2.1.2. Esophagus

Makanan melewati mulut ke perut melalui esophagus. Esophagus tidak

mensekresikan enzim sehingga tidak mempunyai fungsi pencernaan kimiawi

Page 28: INP Kel 6 Draft 1

(Tillman, 1989). Oesofagus merupakan suatu saluran yang tidak mensekresikan

enzim sehingga oesofagus tidak mempunyai fungsi pencernaan kemik

(Kartadisastra, 1977).

2.1.3. Tembolok (Crop)

Tembolok berbentuk kantong yang merupakan pelebaran dari esophagus.

Berfungsi sebagai kantong untuk menampung makanan dan minuman sebelum

masuk ke dalam proventrikulus (Sarengat, 1982). Pakan disimpan dalam

tembolok untuk sementara, disini terjadi pelunakan dan pencernaan pendahuluan

yang dibantu oleh enzim. Pakan yang berupa serat kasar dan biji-bijian tinggal di

tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman

(Anggorodi, 1985). Tembolok berguna untuk memeriksa pola konsumsi ayam,

karena pada bagian ini makanan belum hancur benar kemudian ditampung

(Rasyaf, 2008).

2.1.4. Proventrikulus

Proventikulus disebut juga lambung sejati dikarenakan pencernaan terjadi

secara enzimatis. Proventikulus terdapat enzim pepsin yang semula tidak aktif

menjadi aktif yang diaktifkan oleh HCl dan pepsinogen (Soenarjo, 1988).

Menurut Akoso (1993), Proventrikulus merupakan pelebaran dan penebalan dari

ujung akhir esophagus. Proventrikulus mengeluarkan asam lambung, terutama

asam hidroklarat, dan enzim pepsin. Kedua yang melakukan pemecahan protein

menjadi asam amino (Blakely dan Bade, 1998).

Page 29: INP Kel 6 Draft 1

2.1.5 Ventrikulus

Ventrikulus tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja

penggilingan yang terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki

kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi

(Blakely dan Bade, 1998). Di dalam gizzard terdapat butiran-butiran grit yang

terdiri dari pecahan-pecahan batu akan membantu dalam proses pencernaan.

Makanan yang sudah hancur menjadi massa yang lebih halus dan homogen seperti

bubur lalu disalurkan ke dalam usus halus (Sarengat, 1982). Ventrikulus disebut

juga empedal atau gizzard. Ventrikulus pada ayam merupakan tempat terjadinya

pencernaan makanan secara mekanik, ventrikulus terletak ditengah-tengah rongga

perut tersusun oleh dua otot yang tebal yaitu otot yang mempunyai kekuatan 10

kali kekuatan otot paha dan otot yang mempunyai kekuatan 200 kali otot dada.

Ventrikulus berfungsi sebagai tempat menggiling pakan (Tillman, 1989).

2.1.6. Usus Halus

Usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan

ileum. Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus dimana kelenjar

pankreas melekat sejajar pada bagian ini. Jejenum dan ileum agak sulit dibedakan

tetapi biasanya terdapat suatu tonjolan kecil yang disebut Michael Divertikulum

yang memisahkan jejenum dan ileum. Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam

usus halus. Proses penyerapan makanan juga mulai terjadi pada usus halus.

Lapisan dalam usus halus mempunyai bangunan yang berupa tonjolan-tonjolan

Page 30: INP Kel 6 Draft 1

yang berlipat-lipat, halus, dan jumlahnya sangat banyak, yang disebut villi yang

berfungsi memperluas permukaan absorbsi dari usus halus (Anggorodi, 1985).

Cairan usus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-

zat pakan lainnya menjadi bentuk-bentuk yang sederhana, dimana hasil

pemecahan tersebut disalurkan ke dalam aliran darah (Blakely dan Bade, 1998).

Menurut Yuwanto (2004) duodenum banyak disekresikan getah empedu maka

sifat cairannya adalah asam (pH 6).

2.1.7. Usus Besar

Sekum membantu mencerna makanan yang memiliki susunan serat kasar

yang tinggi melalui aksi jasad renik dalam makanan (Akoso, 1993). Sekum dapat

disamakan dengan usus buntu pada manusia, dengan fungsi yang tidak dapat

diketahui dengan pasti. Usus besar adalah kelanjutan saluran pencernaan dari

persimpangan usus buntu ke kloaka. Usus besar pada ayam tidak menghasilkan

enzim melainkan menghasilkan kelenjar mukosa. Vitamin pada usus besar

dihasilkan oleh vitamin B-Kompleks (Blakely dan Bade, 1998). Menurut

Suprijatna et al., (2005) pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut

yang keluar masuk.

2.1.8. Saluran Pembuangan

Page 31: INP Kel 6 Draft 1

Setelah melalui usus besar, sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui saluran

pembuangan. Pada babi feses dikeluarkan melalui anus sedangkan pada ayam

dikeluarkan melalui kloaka (Frandson, 1997). Kloaka merupakan tempat

bermuara saluran pencernaan, urinasi, dan reproduksi. Urine pada ayam

dikeluarkan bersama feses, biasanya disebut ekskreta (Blakely dan Bade, 1998).

Selain organ pencernaan utama diatas pada ayam juga terdapat organ-

organ pelengkap pencernaan yaitu hati dan pankreas. Hati dan pankreas

membantu menghasilkan sekresi untuk pencernaan meskipun pakan yang masuk

tidak melalui organ tersebut. Fungsi lain dari hati adalah mengeluarkan empedu

yang ditampung di dalam kantong empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan

lemak. Pankreas berfungsi mensekresikan enzim-enzim seperti amilase, lipase,

dan tripsin untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak.

Metabolisme gula diatur oleh hormon insulin (Blakely dan Bade, 1998).

Page 32: INP Kel 6 Draft 1

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Nutrisi Pakan pada pencernaan non ruminansia

dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 22 November 2009 pukul

09.00 – 11.00 WIB di Laboratorium Biokimia Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Materi yang digunakan adalah saluran pencernaan ayam broiler, pH stick,

timbangan analitis, gunting, pisau, plastik, gelas ukur, sendok, tisu dan nampan.

3.2. Metode

Metode yang digunakan adalah pertama - tama mempersiapkan ayam

kampung dengan pakan jagung giling satu hari sebelum praktikum. Kedua,

melakuakan sexio kemudian mengidentifikasi, mengamati dengan : mengukur ph

saluran pencernaan pada tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus dan

sekum dengan memasukan pH stick ke dalam saluran pencernaan tersebut,

biarkan 5 menit ukur pH dan melihat perubahan warna pada pH stick dari masing-

masing organ. Mengambil isi dari tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus

halus dan sekum menggunakan sendok teh, lalu timbang dengan timbangan

elektrik, lihat massanya dan dihitung densitasnya dari masing-masing organ

tersebut. Setelah itu melakukan perabaan ukuran partikel dari tembolok,

Page 33: INP Kel 6 Draft 1

proventrikulus, ventrikulus, usus halus dan sekum kemudian dirasakan partikel

kasar atau halus.

BAB IV

Page 34: INP Kel 6 Draft 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum Saluran Pencernaan Non Ruminansia

Berdasarkan hasil pratikum ilmu nutrisi dan pakan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ayam BroilerOrgan Ciri-ciri p

pH

Densitas

(g/ml)

Deskripsi ukuran

partikel

Tembolok Permukaan dalam halus dan selaput melebar/membesar

Berbentuk kantung Bertekstur halus

5

5

1,7 Kasar, terdapat butiran-

butiran, pakan masih

utuh, berwarna kuning.

Proventrikulus Berwarna putih bagian dalamnya dan permukaan dalamnya halus

4

4

1,5 Kasar, tidak terdapat

cairan

Ventrikulus Permukaan dalamnya kasar (bergaris-garis) dan tebal

Berbentuk bulat Bertekstur keras

3

4

1,35 Kasar, pakan agak

hancur, berair,

berwarna kuning.

Terdapat batu- batuan

Usus halus Berwarna kuning dan terdapat pankreas

Bertekstur halus Terdapat banyak

pembuluh darah

8

6

1,3 Halus dan encer

Sekum Terdapat dua pasang yang panjang dan berwarna coklat

Bertekstur halus

6

7

2,5 Halus, berwarna hijau,

kental

Page 35: INP Kel 6 Draft 1

7

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi dan Pakan, 2009.

Skema Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ayam Broiler

4.2. Pembahasan Hasil Praktikum Sistem Pencernaan Non Ruminansia

4.2.1. Tembolok (crop)

Hasil praktikum menunjukkan tembolok mempunyai ciri-ciri bentuk

menyerupai kantung, permukaan halus berwarna putih, Densitas sebesar 1,7 g/ml

dengan deskripsi ukuran partikel besar dan kasar, pakan masih utuh dan berwarna

kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarengat (1982) yang menyatakan

tembolok berbentuk kantong yang merupakan pelebaran dari esophagus.

Berfungsi sebagai kantong untuk menampung makanan dan minuman sebelum

masuk ke dalam proventrikulus. pH pada tembolok sebesar 5 hal ini dikarenakan

di dalam tembolok terdapat proses pelunakan dan pengasaman yang dibantu oleh

enzim. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1985) yang menyatakan pakan

Page 36: INP Kel 6 Draft 1

disimpan dalam tembolok untuk sementara, disini terjadi pelunakan dan

pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh enzim. Pakan yang berupa serat kasar

dan biji-bijian tinggal di tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan

dan pengasaman. Metabolisme zat nutrisi di dalam tembolok tidak begitu

menonjol hanya sedikit pencampuran saliva dari rongga mulut untuk membantu

melicinkan dan membantu menelakan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sarwono (1997) yang menyatakan saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit

dikeluarkan dalam mulut untuk membantu menelan makanan untuk melicinkan

makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ke tembolok (crop).

4.2.2. Proventrikulus

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan proventrikulus dengan ciri-

ciri merupakan pelebaran dari esophagus, berwarna putih pada bagian dalamnya

dan permukaann dalam ada tonjolan-tonjolan. Hal ini sesuai dengan Akoso (1993)

yang menyatakan proventrikulus merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung

akhir esophagus pH di dalam proventrikulus sebesar 4 sehingga dapat dikatakan

suasana proventrikulus termasuk asam. Hal ini dapat terjadi karena pada

proventrikulus terdapat sekresi enzim. Pendapat ini sesuai dengan Proventikulus

disebut juga lambung sejati dikarenakan pencernaan terjadi secara enzimatis.

Proventikulus terdapat enzim pepsin yang semula tidak aktif menjadi aktif yang

diaktifkan oleh HCl dan pepsinogen (Soenarjo, 1988). Menurut Akoso (1993),.

Proventrikulus mengeluarkan asam lambung, terutama asam hidroklarat, dan

enzim pepsin. Kedua yang melakukan pemecahan protein menjadi asam amino

Page 37: INP Kel 6 Draft 1

(Blakely dan Bade, 1998). Metabolisme zat nutrisi yang terjadi adanya sekresi

HCl dan getah lambung untuk melunakkan pakan secara kimiawi untuk

memudahkan pencernaan di gizzard.

4.1.2. Gizzard

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan gizzard dengan ciri-ciri

permukaan dalamnya kasar, berotot kuat dan tebal, berbentuk bulat dan bertekstur

keras. Densitas partikel sebesar 1,7 g/ml dengan deskripsi ukuran partikel kasar

dan terdapat kerikil. Hal ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1998) ventrikulus

tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja penggilingan yang

terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki kecenderungan untuk

menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi. Sarengat (1982)

menambahkan di dalam gizzard terdapat butiran-butiran grit yang terdiri dari

pecahan-pecahan batu akan membantu dalam proses pencernaan. Makanan yang

sudah hancur menjadi massa yang lebih halus dan homogen seperti bubur lalu

disalurkan ke dalam usus halus.

4.1.3. Usus Halus

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan usus halus dengan ciri-ciri

saluran yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum serta terdapat pankreas

yang menempel pada lekukan duodenum yang pertama dan bertekstur halus pada

luar serta banyak terdapat pembuluh darah dan villi. Densitas partikel sebesar 1,3

g/ml dengan deskripsi ukuran partikel halus. Hal ini sesuai dengan pendapat

Anggorodi (1985) yang menyatakan usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian

Page 38: INP Kel 6 Draft 1

yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Lapisan dalam usus halus mempunyai

bangunan yang berupa tonjolan-tonjolan yang berlipat-lipat, halus, dan jumlahnya

sangat banyak, yang disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan absorbsi

dari usus halus. pH usus halus saat praktikum adalah 6. Hasil ini sesuai dengan

pendapat Yuwanto (2004) yang menyatakan duodenum banyak disekresikan getah

empedu maka sifat cairannya adalah asam (pH 6). Metabolisme yang terjadi

dalam usus halus adalah memecah gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk-

bentuk yang sederhana, dimana hasil pemecahan tersebut disalurkan ke dalam

aliran darah. Pendapat ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1998) yang

menyatakan cairan usus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah

gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk-bentuk yang sederhana, dimana

hasil pemecahan tersebut disalurkan ke dalam aliran darah.

4.1.4. Sekum

Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan sekum dengan ciri-ciri

bentuk sekum panjang dan sepasang terdapat 2 ceca serta berwarna coklat.

Densitas partikel sebesar 2,5 g/ml dengan deskripsi ukuran partikel adalah halus

dan berwarna hijau. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005)

bahwa pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut yang keluar

masuk. pH di sekum sebesar 7, metabolisme di sekum adalah adanya proses

pencernaan fermentatif oleh mikroba untuk mencerna serat kasar. Pendapat ini

sesuai dengan Akoso (1993 yang menyatakan sekum membantu mencerna

Page 39: INP Kel 6 Draft 1

makanan yang memiliki susunan serat kasar yang tinggi melalui aksi jasad renik

dalam makanan.

Page 40: INP Kel 6 Draft 1

BAB V

KESIMPULAN

Saluran pencernaan ayam kampung meliputi mulut (paruh), oesophagus,

tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, caecum, usus besar, dan kloaka.

Densitas, ukuran partikel, dan pH setiap saluran pencernaan berbeda-beda serta

fungsi dan proses pencernaan tiap saluran pencernaan berbeda.

Page 41: INP Kel 6 Draft 1

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Blakely, J. and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Srigandono, MSc).

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Kartadisastra, H. R. 1977. Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarengat, W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro, Semarang.

Sarwono, B. 1997. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta

Suprijatna, E., U. Atmowarsono, R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksodiprojo dan S. Lebdo Sokojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yoyakarta.

Yuwanto, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta

Page 42: INP Kel 6 Draft 1

Lampiran 2. Perhitungan Densitas Saluran Pencernaan Non Ruminansia

Tembolok

Diketahui : m = 17 g

V = 10 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 1,7 g/ml

Proventrikulus

Diketahui : m = 15 g

V = 10 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 1,5 g/ml

Ventrikulus

Page 43: INP Kel 6 Draft 1

Diketahui : m = 13,5 g

V = 10 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 1,35 g/ml

Usus Halus

Diketahui : m = 6,5 g

V = 5 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 1,3 g/ml

Sekum

Page 44: INP Kel 6 Draft 1

Diketahui : m = 2,5 g

V = 1 ml

Ditanya : densitas.................?

Jawab :

= 2,5 g/ml