Upload
ratri-tamayanti
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ltm
Citation preview
Konsep Pengembangan Iptek dalam Perspektif Islam
Oleh Intan Sari Putri, 1506733346
Ilmu Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai hal yang diketahui manusia
dengan panca indra dan intuisi serta telah diproses sedemikian rupa sehingga
objektif dan kebenarannya dapat diuji secara ilmiah. Ilmu Pengetahuan sendiri
tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Allah SWT memerintahkan manusia
untuk meneliti alam semesta berdasarkan ayat-ayat Allah SWT dengan
menggunakan akal dan pikirannya. Sehingga, setiap manusia tentunya harus
memiliki Ilmu Pengetahuan dalam rangka menjalankan perintah Sang Maha
Pencipta. Ilmu bukan sekedar pengetahuan, tetapi, merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah disepakati dan tersusun secara
sistematik yang telah diuji kebenarannya. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan
yang dimilikinya. Teknologi merupakan satu produk dari ilmu pengetahuan yang
berwujud. Teknologi dan Ilmu Pengetahuan merupakan alat pembentuk budaya
dalam khalayak ramai karena peranan penting yang dimiliki oleh keduanya.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan salah satu hal yang tidak
dapat kita pisahkan dari kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada
dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah
SWT hanya kepada manusia yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran
tersebutlah, kita selalu berinteraksi dengan ilmu. Sedangkan teknologi, dapat kita
gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam
mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, kita harus memperhatikan
beberapa hal yang penting. Konsep umum dari munculnya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi awal mulanya adalah memudahkan kehidupan manusia dan untuk
menjelaskan fenomena alam yang tadinya tidak dapatdijelaskan sehingga manusia
memiliki pemahaman yang lebih maju sekaligus kompleks mengenai alam
semesta. Terlepas dari tujuan dan konsep awal, implementasi dari Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi berada di tangan manusia dan mampu memiliki
berbagai dampak dalam kehidupan manusia. Dampak positif berupa kemajuan dan
Page 1
kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Ada pula dampat negatif berupa
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta. Sesungguhnya, Allah SWT melarang kita
berbuat kerusakan dibumi, seperti yang dijelaskan pada Al-Qur’an dalam Surah
Al-Araf [7] ayat 56 yang berbunyi:
Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah
SWT) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah SWT amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Araf [7] : 56)
IPTEK dalam Pandangan Islam
Sesungguhnya, Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan.
Menuntut ilmu dalam ajaran islam, adalah sesuatu yang sangat diwajibkan sekali
bagi setiap Muslim. Apakah itu menuntut ilmu agama maupun ilmu pengetahuan
lainnya. Terkadang, manusia tidak menyadari pentingnya kedudukan ilmu dalam
kehidupan. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan pendidikan adalah
sebagai berikut.
1. Surah Al-Baqarah [2] ayat 269 yang berbunyi:
Artinya: “Allah SWT menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al-Qur’an and As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
Page 2
yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah
SWT).” (QS. Al-Baqarah [2] : 269)
2. Surah Ali-Imran [3] ayat 18 yang berbunyi:
Artinya : “Allah SWT menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan meain Dia
(yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembanh), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali
Imran [3] : 18)
3. Surah Al-Alaq [96] ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq [96] : 1-5)
4. Surah Az-Zumar [39] ayat 9 yang berbunyi:
Page 3
Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang is takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] :9)
5. Surat Al-Mujadilah [58] ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah SWT
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah SWT akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Mujadilah [58] : 11)
6. Surah Al-Ankaabut [29] ayat 43 yang berbunyi:
Page 4
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS.
Al-Ankaabut [29] : 43)
7. Surah An-Nahl [16] ayat 43 yang berbunyi:
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah
kepada orang yang emmepunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.” (QS. An-Nahl [16] : 43)
8. Surah Al-Israa [17] ayat 36 yang berbunyi:
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(QS.Al-Israa [17] : 36)
Selain ayat-ayat Al-Qur’an, terdapat pula Al-Hadist yang menyebutkan
kewajiban dalam menuntut ilmu diantaranya sebagai berikut.
1. Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang Allah SWT kehendaki
kebaikan kepadanya, niscaya Allah SWT akan pahamkan dia tentang agaman(nya).”
2. Dari Abud Darda’ radhiyallahu berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa menempuh suatu jalan yang
padanya dia mencari ilmu, maka Allah SWT akan mudahkan dia menempuh jalan
dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhkan malaikat benar-benar akan
meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang
penuntut ilmu itu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah
Page 5
SWT di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun
memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan orang berilmu atas
seorang yang ahli ibadah a d a l a h s e p e r t i k e u t a m a a n b u l a n p a d a
m a l a m p u r n a m a a t a s s e l u r u h b i n t a n g , d a n s e s u n g g u h n y a
u l a m a a d a l a h p e w a r i s p a r a n a b , d a n p a r a n a b i t i d a k l a h
m e w a r i s k a n d i n a r m a u p u n d i r h a m , a k a n t e t a p i m e r e k a
h a n y a l a h m e w a r i s k a n i l m u , m a k a b a r a n g s i a p a y a n g
m e n g a m b i l n y a m a k a s u n g g u h d i a t e l a h m e n g a m b i l b a g i a n
y a n g s a n g a t b a n y a k . ” ( H R . A b u D a w u d n o . 3 6 4 , A t -
T i r m i d z i y n o . 2 6 8 , d a n i s n a d h a s a n , l i h a t J a a m i ’ u l U s h u u l
8 / 6 ) .
3. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radiyallahu berkata:
Aku mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda “Semoga Allah SWT
memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang
yang mendengarnya.” (HR. At-Tirmidziy no. 2659 dan isnadnya shahih, lihat
Jaami’ul Ushuul 8/18)
4. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila seorang keturunan Adam
meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga hal: shadaqah
jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak yg shalih yang
mendoakannya.” (HR. Muslim no.1631)
5. Adapun pahala menuntut ilmu menurut Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut
ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya
sama dengan pahala para nabi.” (HR. Ad-Dailami dari Anas ra)
6. Nabi Muhammad mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu:
“Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu sabdanya
“Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”
7. Hadist-hadist sepertu “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk
mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah SWT”, Tinta seorang ulama
Page 6
adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan
motivasi yang lebih kuat untuk belajar.
8. Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah “aisyah radhiyallahu berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang
mnegada-ngadakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan
dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan
dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran
bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”
(HR. Ibnu Adi dan Baihaqi). Atas dasar ini, Negara wajib menyediakan
pendidikan bebas biaya kepada warganya. Negara baik muslim maupun non-
muslim, miskin maupun kaya. Negara tidak hanya berkewajiban menyediakan
pendidikan bebas biaya tetapi juga berkewajiban menyediakan pendidikan yang
berkualitas dengan asas dan tujuan pendidikan. Al-Qur’an sendiri menmuat
pemikiran dan keyakinan dari berbagai agama dan golongan di masa Nabi
Muhammad SAW. Islam tidak melarang mempelajari berbagai macam pemikiran,
sekalipun bertentangan dengan aqidah Islam, asal disertai koreksi dengan hujjah
yang kuat untuk mengoreksi pendapat yang salah itu. Ilmu yang bertentangan
dengan Islam tentu bukan sebagai suatu pengetahuan yang utama, melainkan
semata-mata dipejari untuk pengetahuan, menjelaskn kekeliruannya serta
memberikan jawaban yang tepat, jangan mengambilnya sebagai pegangan hidup.
Pendidikan harus diarahkan bagi terbentuknya kepribadian Islam anak
didik dan membina mereka agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tsafaqah Islam. Pendidikan juga harus menjadi media utama bagi dakwah dan
menyiapkan anak didik agar kelak menjadi kader umat yang akan ikut memajukan
masyarakat Islam. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan
keterikatan pada syariat Islam walaupun peserta didik menguasai ilmu
pengetahuan. Pendidikan Islam adalah supaya sadar yang terstruktur, terprogram,
dan sistematis yang bertujuan mengembangkan manusia yang berkepribadian
Islam, menguasai tsafaqah Islam, dan menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi
Page 7
dan seni) yang memadai, dan selalu menyelesaikan masalah kehidupan sesuai
dengan syariat Islam. Seorang peserta didik harus dikembangkan semua jenis
kecerdasannya baik itu intelektual, spiritual, emosional, dan politiknya.
Kompetensi penguasaan ilmu yang cukup mencakup tsafaqah Islam maupun ilmu
kehidupan, disertai sikap seseorang atas dasar Islam akan membuat ia selalu
menyelesaikan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara. Al-Qur’an
dengan tegas menguakan arti pentingnya ilmu pengetahuan bagi kepentingan dan
kelangsungan hidup manusia, tidak diragukan lagi ayat-ayatnya sebagi besar
berbicara mengenai dasar-dasar keperndidikan dalam arti luas. Al-Qur’an sebagai
sumber materi utama dan sumber pedoman, yang didalamnya mengandung nilai-
nilai kependidikan dalam rangka membudayakan manusia, ayat-ayatnya banyak
memberikan motivasi edukatif bagi manusia. Islam merupakan sebuah sistem
yang memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Setiap solusi yang diberikan selaras dengan fitrah manusia. Dalam konteks
pendiidkan, Islam telah menentuksn bahwa Negaralah yang berkewajiban untuk
mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan agar pendidikan
dapar diperoleh rakyat dengan mudah.
Sebagai faktor pembentuk budaya masyarakat, IPTEK memiliki andil atas
fenomena yang kita jumpai saat ini. para pekerja yang menunaikan tugasnya di
depan komputer, keluarga yang tergeletak saat menonton acar televise, kaum
muda yang sibuk berbincang melalui telepon. Hal-hal tersebut merupakan
sebagian kecil pengaruh dari teknologi dan ilmu pengetahuan dalam hidup kita,
belum lagi kemampuan dan pola berpikir yang berkembang pesat entah menuju
arah positif atau negative. Dalam Islam pun diajarkan untuk menuntut ilmu yang
mengindikasikan bahwa selama ilmu tersebut bermanfaat bagi umatnya ( dalam
konteks positif) maka diwajibkan bagi umatnya untuk mempelajarinya. Hal ini
merupak wujud syukur akan Allah SWT atas kemampuan akal dan kemampuan
berpikir yang diberikan. Selain itu, Agama Islam juga mewajibkan bagi umatnya
untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh untuk kebaikan di dunia, yang
diimplementasikan dalam bentuk teknologi serta pengajaran akan ilmu tersebut.
Dalam masa keemasan Islam (750-1258 M) banyak sekali umat Islam yang
memberikan kontribusi besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan
Page 8
teknologi dunia baik oleh filsuf, insinyur seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rushd yang
memiliki peranan penting dan karyanya menjadi sumber ilmu di dunia medis atau
Al-Jabr yang mengenalkan teori matematik yaitu Aljabar yang digunakan sampai
saat ini.
Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia juga mengalami
perkembangan dan mengalami perubahan positif maupun perubahan negatif.
Teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalab pengetahuan tentang gejala alam yang
diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedangkan teknologi adalah
pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran serta memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan IPTEK. Perkembangan IPTEK saat ini
meliputi berbagai bidang diantaranya bidang komunikasi, kesehatan, transportasi,
dan bidang-bidang lainnya yang semakin kompleks. Islam sebagai agama yang
tawazun, tidak melarang manusia memanfaatkan berbagai macam teknologi saat
ini. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna sekaligus sebagai khalifah di bumi, manusia berlu mengungkapkan
seluruh nikmat yang diberikan oleh Allah SWT yang masih tersembunyi dengan
Ilmu pengetahuan sebagai wujud syukur manusia terhadap nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT. Ilmu Pengetahuan tersebut dikembangkan menjadi teknologi
yang mampu mempermudah manusia untuk hidup di dunia.
Islam adalah agama terakhir sebagai pelnilah peran pertama yang
dimainkan Islam dalam IPTEK, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala
konsep dan aplikasi IPTEK. Inilah paradigma Islam yang seharusnya diadopsi
oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigm sekuler seperti yang ada sekarang .
dikusi atau tidak, kini umat Islam telah terjerumus dalam sikap mengekor Barat
dalam segala-galanya yakni dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam
konsep Ilmu pengetahuan. Istilah yang sesuai untuk umat Islam saat ini adalah
sok-sokan untuk menjadi kebarat-baratan. Bercokolnya paradigm sekuler inilah
yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang
Islam, diajarkan sistem ekonomi yang dusta dan sekaligus bertolak belakang
Page 9
dengan aqidah Islam. Kekeliruan paradigm ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu
perubahan fundamentakl dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigm
sekuler dengan yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang
bahwa aqidah Islam yang harusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu
pengetahuan manusia. Namun disini perlu dipahami dengan seksama, bahwa
ketika aqidah Islam dijadikan landasan IPTEK, bukan berarti konsep-konsep
IPTEK harus bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, tapi maksutnya adalah
konsep IPTEK harus distandarisasi benar salahnya dengan tolak ukut Al-Qur’an
dan Al-Hadist dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
Jika kita menjadikan aqidah Islam sebagai landasan IPTEK, bukan berarti
bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya harus didasarkan pada
ayat tertentu atau hadist tertentu. Kalaupun ada ayat atau hadist yang cocok
dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah SWT yang meliputi
segala sesuatu. dasar ini diterangkan pada Al-Qur’an dalam Surah An-Nisaa [4]
126 yang berbunyi:
Artinya: “Kepunyaan Allah SWT-lah apa yang di langit da apa yang di bumi, dan
adalah (pengetahuan) Allah SWT Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS.
An-Nisaa [4] : 126)
Diterangkan pula pada Al-Qur’an dalam Surah Ath-Thalaq [65] ayat 12
yang berbunyi:
Page 10
Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan sepertu itu pula bumi.
Perintah Allah SWT berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Alah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya Allah SWT ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [65] : 12)
Dari dua penggalan ayat di atas, bukan berarti konsep IPTEK harus
bersumber pada ayat atau hadist tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat
yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pencaran cahaya dan panas yaitu Surah
Nuh [71] ayat 16 yang berbunyi:
Artinya: “Dan Allah SWT menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan
menjadikan matahari sebagai pelita?” (QS. Nuh [71] : 16)
Ayat lain menyebutkan bahwa langit (bahwa alam semesta) berasal dari
asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas
tersebut yaitu Surah Fussilat [41] ayat 11-12 yang berbunyi:
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan sesuka hati
atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tia-tiap langit urusannya. Dan Kami memeliharanya
Page 11
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui.”(QS. Fussilat [41] : 11-12)
Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur’an yang semacam ini. Ayat-ayat ini
menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah SWT sehingga meliputi segala sesuatu
dan menjadi tolak ukur kesimpulan IPTEK, bukan berarti bahwa konsep IPTEK
wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu. Jadi, yang dimaksut menjadikan aqidah
Islam sebagai landasan IPTEK bukanlah konsep IPTEK wajib bersumber kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadist, tetapi bahwa IPTEK wajib berstandar pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist. Ringkasnya, Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah standar (miqyas)
IPTEK dan bukannya sumber (mashdar) IPTEK. Artinya, apapun konsep IPTEK
yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist itu. Jika suatu konsep IPTEK
bertentangan dengan Al-Qur’an dan AL-Hadist, maka konsep itu berarti harus
ditolak.
Peran kedua Islam dalam perkembangan IPTEK adalah bahwa syariah
Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan
IPTEK. Bagaimana pun juga bentuknya, IPTEK yang boleh dimanfaatkan adalah
yang telah dihalalkan oleh syariah. Sedangkan IPTEK yang tidak boleh
dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Keharusan tolak ukur
syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadist yang mewajibkan umat
Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan IPTEK) dengan
ketentuan hukum Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini didasarkan firman Allah
SWT dalam Surah An-Nisaa [4] ayat 65 yang berbunyi:
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
Page 12
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisaa [4] :65)
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat berdampak positif
maupun dampak negatif, disatu sisi memang berdampak positif yakni
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern yang tersedia untuk
pendidikan, industri, komunikasi, dan transportasi. Misalnya dengan adanya
jaringan telekomunikasi orang yang terpisahkan ratusan kilometer jaraknya
mampu berkomunikasi dengan baik seolah seperti berdekatan. Sungguh luar biasa
nikmat yang Allah SWT anugerahkan kepada kita. Disisi lain, IPTEK juga
memberikan dampat negatif karena dianggap merugikan dan membahayakan
kehidupan dan martabat manusia. Sebagai contoh bom atom yang merupakan
teknologi modern telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hirosima dan
Nagasaki pada tahun 1945. Intinya, Al-Qur’an dan Hadist menjadi standar ilmu
pengetahuan dan teknologi dan bukan menjadi sumber IPTEK. Ini berarti bahwa
apapun konsep IPTEK yang dikembangkan harus sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadist dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. Jika konsep IPTEK itu
terbukti bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist, konsep IPTEK tersebut
harus ditolak dan tidak boleh dikembangkan lebih lanjut. Dengan menjadikan AL-
Qur’an dan Hadist sebagai tolak ukur dari konsep IPTEK, umat Islam seharusnya
tahu membedakan teknologi yang halal dan haram karena tidak semua teknologi
di dunia ini diperbolehkan atau halal untuk digunakan. Pandangan bahwa semua
teknologi itu boleh atau halal untuk digunakan asalkan bisa digunakan dan bisa
memenuhi keperluan manusia merupakan pandangan yang salah. Tidak semua
teknologi yang mampu memenuhi keperluan manusia bermanfaat bagi manusia
yang lainnya. Pemanfaatan konsep IPTEK akan menjadi lebih berkah dan
bermanfaat dengan didasari dengan keimanan dan ketakwaan. Dengan adanya
keimanan dan ketakwaan dalam pemanfaatan konsep IPTEK, manusia menjadi
semakin yakin bahwa Allah SWT mempunyai ilmu yang Maha Luas dan semakin
Page 13
berusaha untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia yang lain.
Meskipun dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadist telah dijelaskan
bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari haruslah memberi manfaat
dan memiliki fungsi yang baik bagi umatnya tapi tetap saja ada pihak-pihak yang
salah menerjemahkan fungsi dari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga apa
yang mereka dapat bukanlah manfaat dan kemudahaan tetapi rugi dan dosa.
Adapun contoh-contoh dari hal ini adalah penggunaan teknologi yang tidak
beradab melainkan untuk tindakan menghilangkan nyawa manusia serta melukai
manusia lainnya, baik dengan mengatasnamakan Agama ataupun tidak.
Mengambil kesimpulan dari poin-poin yang sudah dijelaskan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa meskipun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat
bermanfaat dan memiliki andil yang besar dalam kehidupan manusia tetapi
kedua hal itu bersifat netral sehingga penting untuk diingat oleh umat
Islam bahwa dalam mengaplikasikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
tersebut haruslah memegang dasar-dasar teguh dari filsafat Islam agar terhindar
dari mudharat yang dapat menimpa mereka. Islam dalam perkembangan IPTEK
adalah menjadikan paradigm Islam sebagai pandangan utama dan menjadikan
syariah Islam sebagai dasar dalam penerapan dan pemanfaatan konsep IPTEK.
Perkembangan IPTEK itu juga harus diikuti dengan keimanan dan ketakwaan agar
tidak menjadikan IPTEK itu sebagai tuan bagi manusia itu sendiri padahal IPTEK
merupakan hasil dari keterampilan manusia dengan dilandasi Al-Qur’an dan Al-
Hadist.
Page 14
Daftar Pustaka
Akhtar, S. (2002). Islam Agama Semua Zaman. Jakarta: Pustaka Zahra.
Arief, Armai (2002). PengantarIlmu dan Metodologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat
Press.
Bunt, Gary R. (2003). Islam in the Digital Age: E-Jihad, Online Fatwas and
Cyber Islamic Environments. Virginia: Pluto Press.
Dauly, Haidar P. (2003). Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Rineka Cipta.
Huff, Toby E. (2003). The Rise of Early Moedern Science: Islam, Cina, and West.
Cambridge: Cambridge University Press.
Kholiq, Abdul et. al (1999). Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kurniawan, Beni. (2008). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT Grasindo Media Pratama.
Nahlawi, Abdurrahman (1992). Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam.
Bandung: CV Diponegoro.
Nasr, S.H. (2009). Intelektual Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin (2000). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Kajian Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Grafindo Persada.
Sjadzali, M. (1993). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Intermasa.
Thoha, Chabib et. Al (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yasid, A. (2004). Islam Akomodatif: Rekonstruksi Pemahaman Islam sebagai
Agama Universal. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Zamzam, Ahmad F. (2010). Bidayatul Hidayah (Permulaan Jalan Hidayah).
Kedah: Khazanah Banjariah.
Page 15