10
5/20/2018 InteraksiObatClonidineDanIpratopriumBromida-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/interaksi-obat-clonidine-dan-ipratoprium-bromida 0  TUGAS FARMAKOLOGI TUGAS FARMAKOLOGI ALVIN PRATAMA TUGAS FARMAKOLOGI UNIVERSITAS JAMBI  TUGAS FARMAKOLOGI qwertyuiopas!"#$%&'()*+ ,-qwertyuiopas!"#$%&'() *+,-qwertyuiopas!"#$%& '()*+,-qwertyuiopas!"# $%&'()*+,-qwertyuiopas! "#$%&'()*+,-qwertyuiopa s!"#$%&'()*+,-qwertyuio pas!"#$%&'()*+,-qwerty uiopas!"#$%&'()*+,-qwe rtyuiopas!"#$%&'()*+,-q wertyuiopas!"#$%&'()*+, -qwertyuiopas!"#$%&'()* +,-qwertyuiopas!"#$%&' ()*+,-qwertyuiopas!"#$ %&'()*+,-qwertyuiopas! "#$%&'()*+,-qwertyuiopa

Interaksi Obat Clonidine Dan Ipratoprium Bromida

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Interaksi Obat Clonidine Dan Ipratoprium

Citation preview

TUGAS FARMAKOLOGI

TUGAS FARMAKOLOGI

TUGAS FARMAKOLOGIALVIN PRATAMAG1A112083TUGAS FARMAKOLOGIUNIVERSITAS JAMBI

Clonidine

Clonidine, suatu imidazolin, disintesis pada awal tahun 1960-an dan diketahui menyebabkan vasokionstriksi yang diperantarai oleh reseptor -adrenergik. Selama pengujian klinis obat ini sebagai dekongestan hidung topikal, clonidine diketahahui menyebabkan hipotensi, sedasi, dan bradikardia. Bentuk sediaan/posologi dan cara pemakaian Clonidine tersedia dalam bentuk tablet dan juga injeksi. Clonidine diberikan dalam 250 ml larutan infus dekstrosa 5% yang berisi 900 mg. Digunakan tetesan mikro dengan kecepatan sesuai respons tekanan darah dan dosis total tidak melebihi 900mg/24jam. Jika target tekanan darah sudah tercapai diberi clonidine oral dan tetesan infus clonidine diperlambat sampai berhenti. Mekanisme kerjaClonidine terutama bekerja pada reseptor -2 di susunan saraf pusat dengan efek penurunan simphatetic outflow. Efek hipotensif clonidine terjadi karena penurunan resitensi perifer dan curah jantung. Penurunan tonus simpatis menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard dan frekuensi denyut jantung. Pada pengobatan jangka panjang curah jantung kembali normal. Ada tendensi terjadinya hipotensi ortostatik, walaupun secara klinis umumnya bersifat asimtomatik. Di samping itu, berkurangnya refleks simpatis juga mempermudah terjadinya hipotensi ortostatik. Sekresi renin berkurang dengan mekanisme yang belum diketahui, tapi penurunan renin ini tidak berkorelasi dengan efek hipotensifnya.Farmakokinetik dan DosisAbsorpsi oral berlangsung cepat dan lengkap dengan bioavailibilitas mencapai 95%. Clonidine juga dapat diberikan secara transdermal dengan kadar plasma setara dengan pemberian per oral. Pada orang sehat, ketersediaan hayati clonidine rata-rata 75% dan waktu paruh adalah 8-12 jam. Kira-kira separuh dari clonidine dieliminasikan tanpa diubah melalui urin, hal ini menunjukkan bahwa dosis clonidine yang lebih rendah dari dosis biasa mungkin efektif pada penderita dengan insufisiensi ginjal.Clonidine bersifat larut lemak dan secara cepat dapat masuk otak melalui sirkulasi. Karena waktu paruhnya yang relatif pendek dan dari kenyataan bahwa efek antihipertensinya berhubungan langsung dengan kadar darah, maka clonidine harus diberikan dua kali sehari untuk mempertahankan kontrol tekanan darah yang baik. Dosis terapeutik clonidine biasanya antara 0,2-1,2 mg/hari. Namun, tidak seperti pada kasus metildopa, kurva dosis respons clonidine akan lebih efektif efek antihipertensinya bila dosis ditingkatkan (demikian juga lebih toksik). Dosis maksimal yang dianjurkan adalah 1,2 mg/hari.Suatu sediaan clonidine transdermal yang mengurangi tekanan darah selama 7 hari setelah suatu apikasi tunggal juga tersedia. Sediaan ini tampaknya kurang memberikan sedasi daripada tablet clonidine tetapi sering dihubungkan reaksi kulit setempat.Penggunaan TerapeutikPenggunaan terapeutik clonidine (clonidine hidroklorida; CATAPRES) yang utama adalah untuk pengobatan hipertensi. Clonidine juga memiliki khasiat yang nyata dalam penanganan sejumlah gangguan lain. Stimulasi reseptor 2-adrenergik di saluran gastrointestinal dapat meningkatkan absorpsi natrium klorida dan cairan serta menghambat sekresi bikarbonat. Hal ini dapat menjelaskan mengapa clonidine ternyata dapat meringankan diare pada beberapa pasien diabetes yang disertai neuropati autonom. Clonidine juga berguna dalam menangani dan mempersiapkan orang yang kecanduan untuk menghentikan pemakain narkotik, alkohol, dan tembakau. Clonidine dapat membantu mengurangi beberapa aktivitas saraf simpatik yang merugikan yang berhubungan dengan penghentian obat ini, dan juga mengurangi keinginan memakai obat tersebut. Manfaat jangka panjang clonidine untuk hal ini dan pada gangguan neuropsikiatrik masih belum jelas. Clonidine dapat bermanfaat untuk pasien tertentu yang menerima anestesia karena dapat mengurangi kebutuhan anastesik dan meningkatkan hemodinamik. Manfaat lain clonidine dan obat sejenis seperti deksmedetomidin yang potensial dalam anastesia antara lain sedasi praoperasi dan ansiolisis, pengeringan sekresi, dan analgesia. Pemberian clonidine transdermal (CATAPRES-TTS) dapat bermanfaat untuk mengurangi insiden ruam panas (hot flashes) pada menopause.Clonidine juga dapat digunakan sebagai obat ke-2 atau ke-3 bila penurunan tekanan darah dengan diuretik belum optimal. Untuk menggantikan penghambat adrenergik lain dalam kombianasi 3 obat bersama diuretik dan vasodilator. Pemberian clonidine secara akut telah digunakan pada diagnosis diferensial pasien hipertensi dan diduga feokromositoma. Bila tidak terjadi penurunan norepinefrin plasma dibawah 500 pg/mL 3 jam setelah pemberian dosis besar (0,3 mg per oral) menguatkan adanya feokromositoma. Pada pasien hipertensi primer, konsentrasi norepinefrin dalam plasma disupresi secara nyata setelah pemberian dosis tunggal clonidine; respons ini tidak teramati pada banyak pasien feokromositoma. Kemampuan clonidine untuk mengaktifasi reseptor 2 pascasinaps di otot polos pembuluh darah telah dimanfaatkan pada sejumlah pasien yang terbatas yang mengalami gagal autonomik sedemikian parah sehingga tidak ada respons refleks simpatik ketika berdiri; dengan demikian, hipotensi postural sangat jelas. Karena efek sentral clonidine terhadap tekanan darah tidak penting pada pasien ini, obat ini dapat meningkatkan tekanan darah dan memperbaiki gejala hipotensi postural.Kontraindikasi Penghentian penggunaan clonidine secara tiba-tiba, tanpa memperhatikan rute pemberian dapat mencetuskan sindrom penghentian, terjadinya peningkatan ketokelamin serum dan urin. Jika harus menghentikan penggunaan clonidine, dosis seharusnya diturunkan bertahap dalam 2-4 hari untuk menghindari sindrom penghentian. Pasien yang menerima terapi clonidine lebih dari 4 minggu, memerlukan penurunan dosis lama (misalnya penurunan dosis setiap 3 hari). Clonidine seharusnya tidak digunakan oleh ibu menyusui karena adanya potensi reaksi efek samping pada bayi. Konsentrasi clonidine pada air susu diperkirakan dua kali lipat dibanding dalam plasma ibu.Monitoring yang diperlukanGunakan hati-hati dan amati adanya penyakit kardiovaskuler, ketidakstabilan hemodinamik, gangguan SSP, atau depresi. Kaji potensial interaksi dengan obat atau herbal yang diminum pasien ( misalnya potensial bertambahnya efek hipotensi, bradikardia, depresi SSP). Pantau nilai laboratorium, efektivitas terapi, dan efek yang tidak diharapkan selama terapi. Beritahu pasien yang menggunakan obat hipoglikemik oral atau insulin untuk memantau kadar gula darah; clonidine dapat menurunkan gejala hipoglikemia. Jika dihentikan, pantau tekanan darah dan lakukan penurunan dosis bertahap selama 1 minggu.Efek sampingEfek klonidin yang paling merugikan adalah mulut kering dan sedasi. Respons ini dialami paling sedikit 50% pasien dan mungkin memerlukan penghentian pemberian obat. Tetapi, intensitasnya dapat berkurang setelah terapi berjalan beberapa minggu. Disfungsi seksual juga dapat terjadi. Bradikardia yang nyata teramati pada beberapa pasien. Efek ini dan beberapa efek clonidine yang beberapa pasien. Efek ini dan beberapa efek clonidine yang merugikan lainnya seringkali berkaitan dengan dosis, dan insidennya mungkin lebih rendah dengan pemberian clonidine transdermal, karena khasiat antihipertensi dapat tercapai sementara menghindari terjadinya konsentrasi puncak yang relatif tinggi setelah pemberian obat ini secara oral; tetapi, kemungkinan ini memerlukan evaluasi lebih lanjut. Sekitar 15% sampai 20% pasien mengalami dermatitis kontak bila memakai clonidine dalam sistem transdermal. Reaksi putus obat terjadi setelah terapi clonidine jangka-panjang dihentikan secara mendadak pada beberapa pasien hiperetensi.Pengaruh anakKeamanan dan efektivitas penggunaan clonidine pada anak-anak diketahui. Penggunaan pada anak-anak dengan ADHD dilaporkan menyebabkan sedasi dan hipotensi. Ada indikasi baha anak-anak lebih sensitif terhadap efek clonidine dan harus sangat hati-hati.Pengaruh kehamilanFaktor risiko: C; penelitian terkendali dan adekuat belum dilakukan pada manusia. Pertimbangkan risiko dan keuntungan harus menjadi pertimbangan penggunaan obat ini pada hipertensi kehamilan. Dilaporkan satu kasus bayi yang terpapar clonidine dalam jangka waktu lama semasa dalam kandungan (>300 mcg/hari) mengalami gangguan tidur.ToksisitasMulut kering dan sedasi merupakan efek toksik yang sering timbul. Kedua efek tersebut diperantarai secara sentral dan tergantung pada dosis serta kadang-kadang bersamaan dengan efek antihipertensi clonidine.Clonidine tidak boleh diberikan pada penderita yang mempunyai risiko depresi mental dan obat harus dihentikan bila depresi mental terjadi selama masa terapi dengan clonidine. Terapi bersamaan dengan antidepresan trisiklik dapat menghambat efek antihipertensi clonidine. Interaksi tersebut diperkirakan disebabkan oleh aksi trisiklik yang memblokade adrenoseptor alfa.Penghentian clonidine setelah penggunaan yang lama, terutama dengan dosis tinggi (lebih besar dari 1 gram/hari), dapat menyebabkan krisis hipertensi yang sangat berbahaya bagi penderita, diperantarai oleh aktivitas saraf simpatis yang meningkat. Penderita melihatkan tanda-tanda gugup, takikardia, sakit kepala, dan berkeringat setelah menghentikan satu atau dua dosis clonidine. Walaupun insiden hipertensi krisis yang berat tidak diketahui, tetapi cukup tinggi untuk mengharuskan dokter memperingatkan penderita tentang kemungkinan terjadinya krisis hipertensi pada penghentian obat clonidine secara mendadak. Jika obat tersebut mesti dihentikan, obat harus dikurangi perlahan-lahan sementar obat antihipertensi lainnya mulai diberikan. Pengobatan krisis hipertensi dengan cara memberikan kembali terpai clonidine atau dengan pemberian obat-obat penghambat alfa dan beta adrenoreseptor.

Interaksi obat Antipsikotik: penggunaan bersama dengan antipsikotik (khususnya yang berpotensi rendah) atau nitroprusi dapat menghasilkan efek hipotensi tambahan. Beta bloker: potensiasi bradikardia pada pasien yang menerima clonidine dan dapat memperparah kambuhnya hipertensi setelah penghentian terapi; penghentian beta bloker dilakukan beberapa hari sebelum penurunan dosis clonidine. Depressan SSP: efek sedatif mungkin meningkat, monitor untuk kenaikkan efek ini yang menyebabkan efek ini termasuk berbiturat, benzodiazepin, opioid, analgesik, etanol dan golongan sedatif lainnya. Siklosporin: clonidine dapat meningkatkan konsentrasi serum siklosporin (juga takrolimus), penyesuaian dosis siklosporin harus dilakukan. Obat hipoglikemik: clonidine dapat menurunkan gejala hipoglikemia, monitor pasien yang meminum obat diabetes. Anestesi lokal: clonidine epidural dapat memperpanjang blokade sensori dan monotorik anestesi lokal. Analgesik narkotik: akan mempotensiasi efek hipotensif clonidine. Antidepresan trisiklik: efek antihipertensi clonidine diantagonist oleh antideprsen trisiklik. Antidepresan trisiklin dapat mempengaruhi respon hipertensi yang berhubungan dengan penghentian secara tiba-tiba terapi clonidine. Hindari penggunaan kombinasi ini dan pertimbangkan alternatif lain. Verapamil: penggunaan bersamaan dapat menyebabkan hipotensi dan blok AV pada beberapa pasien, Etanol: dapat menyebabkan depresi SSP.

Ipratoprium Bromida

Ipratropium bromide merupakan obat dari turunan sintetik atropine yang bekerja sebagai agen antikolinergik yang digunakan dalam bentuk garam bromide melalui inhalasi sebagai bronkodilator. Atropine merupakan alkaloid antikolinergik dan antipasmodik yang garam sulfatnya digunakan untuk mngendorkan otot-otot polos dan untuk meningkatkan serta mengatur denyut jantungdengan menghambat nervus vagus.A. Bentuk sediaan dan cara pemakaianSedian obat ipratoprium bromide ini umumnya inhaler oral. Cara pemakaiannya yaitu tarik napas obat ini ke dalam paru-paru menggunakan nebulizer. Setiap pengobatan biasanya membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 15 menit . Gunakan obat ini hanya melalui nebulizer. Jangan menelan atau menyuntikkan. Bilas mulut setelah perawatan untuk mencegah mulut kering dan iritasi tenggorokan.

B. Mekanisme kerjaBekerja secara kompetitif menghambat efek Asetilkolin pada reseptor muskarinik pada otot polos bronkus sehingga mengurangi bronkokonstriksi. Bekerja secara selektif pada otot polos bronkus. Dalam saluran nafas , asetilkolin dibebaskan dari ujung-ujung saraf eferen saraf vagus, dan antagonis muskarinik secara efektif memblokade peningkatan sekskresi mucus yang terjadi sebagai respons terhadap aktivitas vagus. Efek pada vagus sama kuat dengan Atropin, efek bronkodilatasi lebih baik, dan efek pengeringan sputum lebih kecil. Ipratropium bromida (semprot hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung.

C. FarmakokinetikDerivat Isopropil dari atropin (Amonium kwarterner yg sukar diabsorpsi sehingga efek samping sistemik < atropin), didistribusikan secara luas di dalam tubuh. Kadar atropine yang signifikan dalam SSP dicapai dalam 30 menit sampai 1 jam dan dapat membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek perifernya. Atropine cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan waktu paruh 2 jam. Kira-kira 60% dari dosis diekskresi ke dalam urin dalam bentuk utuh. Efeknya pada fungsi parasimpatis di semua organ cepat menghilang kecuali mata.

D. Pengguanaan klinisDigunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema. Ipratropium dapat diberikan dalam dosis besar, karena tidak diabsorbsi dengan baik kedalam sirkulasi dan tidak dengan cepat memasuki susunan saraf pusat. Penelitian obat ini menunjukkan bahwa derajat keterlibatan jaras parasimpatik dalam respons bronkomotor bervariasi diantara individu-individu. Pada beberapa orang, bronkokonstriksi dihambat secara efektif . kegagalan antagonis muskarinik dosis besar untuk menghambat respons bronkokonstriksi lebih jauh, menandakan bahwa terdapat mekanisme lain yang berperan dalam respons bronkokonstriksi selain jalur reflex simpatik.

E. DosisDosis untuk orang dewasa dan anak-anak usia sekolah, pada sat serangan semprotkan ke dalam mulut sebanyak 2x. bila tidak ada perbaikan, setelah 5 menit berikan 2 semprotan lagi. Terapi berkala jangka panjang yaitu, 1-2 semprot maksimal 8 semprot per hari.

F. Monitoring yang diperlukana. Bronkospasmus akut : aerosol ipratropium tidak dianjurkan untuk pengobatan bronkospasmus akut dimana terapi darurat diperlukan. b. Pasien dengan risiko khusus : perhatian untuk pasien dengan glukoma sudut sempit, hipertropi prostat atau kerusakan saluran urin. c. Reaksi hipersenstivitas : reaksi hipersensitivitas segera akan terjadi setelah pemberian ipratropium seperti urtikaria, angiodema, ruam, bronkospasmus, anafilaksis dan edema orofaringeal. d. Kehamilan : Kategori B e. Laktasi : Belum diketahui apakah obat ini didistribusikan ke dalam air susu. f. Anak-anak : keamanan dan efikasi aerosol pada anak-anak belum diketahui. Sedangkan keamanan dan efikasi penggunaan larutan pada anak di bawah 12 tahun belum diketahui. g. Pasien dengan risiko khusus : perhatian untuk pasien dengan glaukuma sudut sempit, hipertropi prostat atau kerusakan saluran urin.

G. Efek samping dan toksisitasEfek samping yang timbul antara lain: mulut kering, mengantuk, dan gangguan penglihatan. Terutama pada penggunaan inhalasi dimana pasien melakukan teknik penyemprotan yang kurang tepat. Dalam beberapa saat mata dapat menjadi kabur, tremor ringan pada otot rangka, gelisah, memperberat retensi urin pada penderita obstruksi saluran kemih

H. Interaksi obata. Ipratropium telah digunakan bersamaan dengan obat-obat lain seperti bronkodilator beta adrenergik, bronkodilator simpatomimetik, metilxantin, steroid dan obat untuk penyakit paru-obstruksi kronis tanpa ada efek samping. b. Agen antikolinergik : ada potensi interaksi aditif pada pemberian berturut-turut dengan obat c. antikolinergik. d. Larutan inkompatibilitas : berikan informasi kepada pasien bahwa larutan inhalasi ipratropium dapat dimasukkan dalam nebulizer dengan albuterol atau meteproterenol jika digunakan dalam waktu satu jam. e. Kombinasi albuterol dan inhaler ipratropium harus diperhatikan bila digunakan bersamaan dengan obat golongan beta adrenergic yang lain karena akan meningkatkan resiko efek samping pada kardiovaskular.f. Secara teori, interaksi dengan alkaloid belladonna akan meningkatkan efek antikolinergik.g. Kombinasi dengan cisaprid akan menghilangkan/ menurunkan efikasi cisaprid.

TUGAS FARMAKOLOGI0

TUGAS FARMAKOLOGI1