Upload
dony-kurniawan
View
18
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
CK-FI112-10.1
Interferensi dan Difraksi
I nt er fe r ens i
Interferensi merupakan gejala superposisi gelombang.
Interferensi konstruktif
dua gelombang harmonik
Interferensi destruktif
dua gelombang harmonik
Interferensi konstruktif terjadi jika kedua gelombang
mempunyai fasa yang sama sedangkan interferensi
destruktif terjadi jika kedua gelombang mempunyai
beda fasa sebesar π.
∆ϕ = m2π → interferensi konstruktif
∆ϕ = m + 1
2π → interferensi destruktif 2
Beda fasa dua gelombang yang bersuperposisi di suatu
tempat dapat terjadi karena perbedaan jarak
tempuhnya meskipun pada sumbernya keduanya sefasa.
Terjadi interferensi konstruktif di P
Interferensi destruktif di P
Bila beda fasa dua gelombang di suatu tempat terjadi
karena perbedaan panjang lintasan yang ditempuh oleh
masing-masing gelombang, maka
∆x = mλ → interferensi konstruktif m adalah
bilangan bulat:
∆x = m + 1
λ → interferensi destruktif 0,1,2,…
2
Agar interferensi konstruktif/destruktif dapat terjadi
terus menerus di suatu tempat, maka sumber-sumber
gelombangnya harus menghasilkan gelombang yang
koheren.
Dua gelombang dikatakan koheren jika beda fasanya
tetap.
Dua gelombang
yang koherenDua gelombang
yang tak koheren
Cahaya juga merupakan gelombang (yaitu gelombang
EM) sehingga prinsip superposisi linear juga berlaku
pada cahaya. Fenomena interferensi (konstruktif dan
destruktif) juga dapat ditemui pada gelombang cahaya.
Interferensi celah ganda (percobaan Young)
Untuk menghasilkan dua
gelombang yang sefasa
(koheren), digunakan satu
sumber cahaya
monokromatik yang
dilewatkan pada dua celah sempit.
Kedua celah S1 dan S2 masing-masing bertindak sebagai
sumber yang koheren. Pola interferensi konstruktif- destruktif yang bergantian dapat diamati pada layar.
Adanya pola interferensi disebabkan karena superposisi
dua gelombang yang menempuh jarak berbeda untuk
mencapai suatu titik pada layar.
Penentuan posisi terang-gelap pada layar dapat
dilakukan dengan menganggap jarak layar dari celah
sangat besar (dibandingkan jarak antara kedua celah).
Dengan anggapan ini, maka kedua berkas dapat dianggap
sejajar.
Jika kedua berkas dianggap sejajar, maka beda panjang
lintasan keduanya adalah
∆ = d sin θ
Interferensi maksimum (interferensi konstruktif) yang
menghasilkan pola terang di layar terjadi jika beda
panjang lintasan antara kedua gelombang merupakan
kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang
d sin θ
∆ = mλ
= mλ → sin θ=
m,
λd
m = 0,1,2,…
Sedangkan interferensi minimum
(interferensi destruktif) yang menghasilkan pola gelap
terjadi jika
beda panjang lintasan antara kedua gelombang adalah
∆ = m +
1 λ
2
m + 1 λ
m = 0,1,2,…
1 2 d sin θ = m +
λ → sin θ = 2 d
Misalkan bentuk gelombang dari sumber 1 di suatu posisi pada layar adalah E1=Acos(ωt) sedangkan akibat gelombang dari sumber 2 adalah E2=Acos(ωt + ϕ).
+ET
= E1 + E
2 = 2A cos ϕ
sinωtϕ
2 2
I ∝ (amplitudo)22
I ∝ cos ϕ
2
sedangkan ϕ = 2π λ (∆ ) =
2π d
λsin θ
2
πd Jadi I ∝ cos sin θ λ
Plot intensitas pola interferensi dua celah
I nt er fe r ens i la p isan ti pis
Cahaya monokromatik yang
dikenakan pada suatu
permukaan lapisan tipis
dapat menunjukkan
fenomena interferensi. Hal
ini terjadi karena ada beda
fasa antara berkas cahaya
yang langsung dipantulkan
(berkas 1) dengan cahaya
yang mengalami pembiasan
lebih dulu (berkas 2).
udara
minyak
air
Perbedaan fasa antara berkas 1 dan 2 disebabkan
adanya beda panjang lintasan dan juga karena
pembalikan fasa saat gelombang
dipantulkan oleh medium yang lebih rapat.
Analoginya seperti gelombang tali
Gelombang yang menjalar dari suatu medium menuju
medium yang lebih rapat akan mengalami pemantulan
oleh medium yang lebih rapat dan mengalami perubahan
fasa sebesar π.
Sedangkan gelombang yang menjalar dari suatu medium menuju medium yang kurang rapat tidak mengalami
perubahan fasa.
Misalkan fasa berkas gelombang datang adalah ϕ,maka berkas gelombang 1
mempunyai fasa yang
berubah karena adanya
pemantulan dari medium
1 2
θ θn1
t n2 > n1
yang kurang rapat (n1) ke medium yang lebih rapat (n2).
Fasa gelombang 1 adalah ϕ1 = ϕ + π
λ= 2 π
n
n
nn
Sedangkan berkas gelombang 2 fasanya berubah karena
adanya perbedaan lintasan tempuh.
Jika θ ≈ 0, maka beda panjang lintasan yang ditempuh berkas gelombang 2 dibandingkan berkas gelombang 1 adalah 2t. Beda panjang lintasan ini menimbulkan beda
fasa sebesar
∆ϕ 2
n2 =
4πtλ
2
Fasa gelombang 2 adalahϕ2 = ϕ + ∆ϕ
= ϕ + 4πtλ
2
Beda fasa antara gelombang 1 dan 2 adalah
∆ϕ12 = ϕ2 − ϕ1 = 4πt
− π λ2
= π 4t
− 1λ
2
Interferensi maksimum (konstruktif) terjadi jika
beda fasa total tersebut sama
dengan bilangan bulat
dikalikan dengan 2π.
4tπ
− 1 = 2mπ→ 2t =
m +
1 λ λ 2
n2
n2
θInterferensi minimum (destruktif) terjadi jika bedafasa total sama dengan setengah bilangan bulat dikalikan dengan 2π.
π 4t
− 1 = m + 1
2π → 2t = (m + 1)λ λ 2 n2
n2
Difraksi
Difraksi adalah peristiwa pembelokan gelombang saat melewati suatu objek (misalnya berupa rintangan
ataupun celah).
Tidak
terdifraksiterdifraksi
Berdasarkan prinsip Huygen, gelombang yang melewati
celah dapat dipandang sebagai terdiri dari banyak
sumber.
Jika posisi layar dapat dianggap sangat jauh
dibandingkan dengan lebar celah a, maka berkas-berkas
gelombang tersebut dapat dianggap sejajar.
a sin θ
CK-FI112-10.10
Tinjau celah yang lebarnya
a dan dipandang sebagai terdiri dari 4 sumber
gelombang.
a/2
1234
θ
Jika gelombang 1 dan 3 panjang lintasannya berbeda sebesar λ/2, maka kedua gelombang ini akanmenghasilkan interferensi destruktif. Hal yang sama
juga akan terjadi untuk gelombang 2 dan 4.
Secara umum dapat dikatakan bahwa gelombang yang berasal dari sumber yang terpisah sejauh a/2 danmempunyai beda panjang lintasan sebesar mλ/2 maka
akan terjadi interferensi minimum.
Sehingga interferensi minimum terjadi jika
a sin θ
2= m
λ2
sin θ = mλ Interferensi minimum
Sedangkan posisi interferensi maksimum dapat
diperoleh kira-kira di tengah dua posisi interferensi
minimum yang berurutan.
Misalkan celah tersebut dibagi menjadi 4 sumber gelombang dan beda fasa antara dua gelombang dari
sumber yang berurutan adalah δ.
E1 = A cos(ωt ) E2 = A cos(ωt + δ )E3 = A cos(ωt + 2δ ) E
4 = A cos(ωt + 3δ )
Superposisi gelombang-gelombang tersebut dapat A δdiperoleh dengan cara fasor.
AT
A δ
Pendekatan yang lebih
tepat dapat dilakukan
jika celah dipandangterdiri dari N (N→∞)
buah sumber gelombang.
R
2δT
R AT
δT
AδT δ
A
δT
Ao
α = 2δT
sin 2δT = sin
α =
AT → A
= 2R sin α
T 2 2 2R 2
Sedangkan panjang busur lingkaran adalah Ao yang sama dengan AT jika δ = 0. Hal ini berarti Ao menyatakan
amplitudo gelombang yang segaris dengan titik tengah
celah.
Ao = Rα
= R (2δT )→ R = Ao
2δT
= Ao
α
A sinα
Sehingga T =
α 2
Ao 2
λ
Karena intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo,
maka
2 α sin I
= 2 I α
2 o
2
α adalah beda fasa antara gelombang dari sumber di
tepi atas dengan gelombang dari sumber di tepi bawah.
Beda fasa ini disebabkan adanya beda panjang lintasan sebesar asinθ.
α=
a sin θ2π λ
→ α = 2πa sin θ
1
Plot I/Io terhadap α
0.5
Pola intensitas difraksi oleh celah tunggal
0
-18 -15 -12 -9 -6 -3 0 3 6 9 12 15 18
Kombinasi interferensi dan difraksi
Pembahasan tentang interferensi dua celah yang terdahulu didasarkan pada anggapan bahwa lebar celah
sangat kecil. Akibatnya interferensi maksimum yang
didapat mempunyai bentuk yang rata.
Pada kenyataannya jika lebar celah tidak kecil, maka
akan terjadi difraksi pada masing-masing celah.
Akibatnya pola intensitas maksimum yang didapat
tidak lagi rata.
Pola intensitas interferensi dua celah (yang celahnya
mempunyai lebar tertentu) dapat diperoleh dengan
mengalikan fungsi intensitas hasil interferensi dan
fungsi intensitas hasil difraksi.
Fungsi intensitas interferensi dua celah yang jarak
antar celahnya d adalah
2 πd Iint = cos
λsin θ
Fungsi intensitas difraksi celah tunggal yang lebarnya aadalah
sin2 π a sin θ λ Idif = π a sin θ
2 λ
λ
Sehingga pola intensitas interferensi dua celah yang
masing-masing celah lebarnya a dan jarak antar celah d adalahI = (Iint )(Idif
)
sin2 π a sin θ cos2 π d
sin θ λ =
λ
π a
sin θ2
Ada orde interferensi yang hilang, yaitu yang
bertepatan dengan minimum yang dihasilkan pola
difraksi.