Upload
sweetygirl-1
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
intenatal care fix
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE
A. Pengertian.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. (Sastrawinata, 2004).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang
dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.
(Rustam Muchtar, 2007).
B. Pengawasan persalinan di lakukan untuk :
1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan
dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu
kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
C. Jenis Persalinan
1. Menurut cara persalinan.
a. Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta
tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding
perut dengan operasi secio caesaria.
c. Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau
pemecahan ketuban.
2. Menurut usia (tua kehamilan)
a. Abortus.
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan
berat badan antara 500 g dan 999 g.
c. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat
badan 1000 g dan 2499 g.
d. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih
e. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.
D. Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan.
1. Teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3. Teori placenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya
6. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot –
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
E. Gejala Persalianan.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena
robekan – robekan kecil yang terjadi pada serviks
3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan
F. Tanda – tanda permulaan persalinan.
1. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut
sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan
mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada
permulaan persalinan.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan
oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang –
kadang bercampur darah
G. Penurunan kepala janin.
1. Engagement / Floating Head
Kepala masuk pintu atas panggul tetapi masih mengambang. Kepala yang
masuk bisa secara asinklitismus anterior (bila kepala janin masuk pintu
atas panggul dengan tulang parietal belakang lebih tinggi dari tulang
parietal depan, bila lebih rendah berarti secara asinklitismus posterior
2. Descent / Turun
Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan lahir
sejak kehamilan trimester ketiga, antara lain masuknya bagian terbesar
kepala janin ke dalam pintu atas panggul (engagement), yang pada
multigravida dapat terjadi beberapa minggu sebelum melahirkan dan
multipara selambat-lambatnya harus sudah terjadi pada kala II
Penurunan disebabkan adanya dorongan fundus terhadap bokong dan
melurusnya badan janin, tekanan otot-otot abdominal akibat kontraksi dan
tekanan dari dinding samping panggul
3. Fleksi
Pada permulaan persalinan, kepala janin biasanya berada dalam sikap
fleksi. Dengan turunnya kepala janin, tahanan yang diperoleh dari dasar
panggul akan makin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin fleksi
lagi dan dagu janin menekan dadanya dan belakang kepala (oksiput)
menjadi bagian terbawah janin (Sumapraja, Prof. Dr. Suradjim, Persalinan
Normal, FKUI, Jakarta, 1993).
Fleksi yang maksimal ini menyebabkan masuknya kepala janin dengan
diameter terkecil (diameter suboksipito-bregmatika : 9,5 cm) kedalam
pintu atas panggul (bila tidak terjadi fleksi, kepala janin masuk dengan
diameter oksipito frontalis : 11,5 cm)
4. Internal Rotation / Rotasi Dalam
Sewaktu makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terpanjang rongga panggul atau dengan kata
lain diameter terkecil antero posterior kepala janin akan bersesuaian
dengan diameter terkecil transversa (oblik) pintu atas panggul dan
selanjutnya dengan diameter terkecil antero posterior pintu bawah
panggul. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya pergerakan kepala janin
seperti spiral atau sekrup pada waktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak
berputar bersama dengan kepala karena adanya leher yang tidak memaksa
putaran kepala harus diikuti putaran bahu janin. Dengan demikian sumbu
panjang bahu akan membuat sudut 450 dengan sumbu panjang kepala,
selama kepala didalam rongga panggul
Dengan kata lain, kepala dengan ubun-ubun kecil di sisi kiri berputar 450
(1/8) ke arah kiri depan disertai dengan bahu
5. Ekstensi / Ekspulsi (melepaskan diri dari fleksi maksimal)
Kepala janin dilahirkan dengan melepaskan diri dari sikap kepala yang
fleksi maksimal dengan jalan menempuh gerakan defleksi atau ekstensi
kepala, maka berturut-turut lahirlah sinsiput (puncak kepala), dahi, hidung,
mulut dan akhirnya dagu. Pada saat ini, sumbu panjang bahu bersesuaian
dengan diameter oblik panggul tengah
6. Restitusi / Putaran Balasan
Sewaktu berlangsung rotasi dalam, leher akan terpelintir karena bahu tidak
bersama-sama mengadakan rotasi dalam dengan kepala yang lebih dulu
melakukan rotasi dalam. Pada saat kepala janin lahir, pelintiran leher ini
akan terlepas, sehingga kepala janin akan berputar kembali sehingga
hubungan kepala janin dengan bahunya menjadi normal kembali
7. External Rotation / Rotasi Luar
Rotasi luar kepala janin pada hakikatnya mengikuti rotasi dalam bahu
janin. Pada saat bahu memasuki rongga panggul dengan sumbu panjang
bahu bersesuaian diameter oblik (transversa), pada saat itu kepala janin
terdapat di pintu panggul dengan sumbu terpanjang kepala bersesuaian
diameter antero posterior pintu bawah panggul. Pada saat kepala lahir, ia
akan mengadakan rotasi luar untuk menyesuaikan diri dengan bahu janin.
Demikian pula pada waktu bahu janin lahir dengan sumbu panjang bahu
bersesuaian diameter terpanjang pintu bawah panggul
Dengan kata lain, kepala dengan ubun-ubun kecil kiri depan berputar 450
(1/8) ke arah depan tanpa dengan bahu sehingga terjadi torsi leher
(terpelintir)
Birth of Body
Lahir bahu dan kepala dengan badan bayi melakukan gerakan fleksi
lateral, maka bahu anterior lahir terlebih dahulu, lalu bahu posterior
selanjutnya adalah seluruh badan bayi
H. Proses persalinan
1. Kala I.
a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10
cm)
b. Terbagi menjadi 2 fase :
1) fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm
2) fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1
cm atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai.
3) Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15
menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih
dapat berjalan
4) Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek,
kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah
banyak.
5) Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8
jam.
c. Kemajuan persalinan dalam kala I :
1) Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
a) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekuensi dan durasi.
b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau
ada disebelah kiri garis waspada).
c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
2) Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase
laten.
b) Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada disebalah
kanan garis waspada).
c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
3) Kemajuan pada kondisi ibu.
a)Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam
keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup
melalui oral atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
b) Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
c) Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi
yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
4) Kemajuan pada kondisi janin.
a) Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari
180 x / menit) curigai adanya gawat janin.
b) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek
fleksi sempurna digolongkan dalam malposisi atau
malpresentasi.
2. Kala II
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datngnya
tiap 2 – 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai
dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong –
konyong dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi
hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala
yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti.
Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran
terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat
mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah
lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut
kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi
lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran
paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad
leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru
depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai
dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi
kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta
hanya memakan waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
I. Diagnosa keperawatan
a. Kala I :
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam
pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :
1. Tampak rileks diantara kontraksi
2. Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
1. Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non
verbal.
2. Jelaskan penyebab nyeri.
3. ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan
relaksasi yang tepat dan masses pinggang
4. Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung,
tekanan sakral, perubahan posisi.
5. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas
simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok
syaraf.
6. Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi
uterus setiap 30 menit
7. Monitor vital sign.
2) Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama
1 x 3 jam tidak terjadi cedera pada janin dengan KH :
1. DJJ dalam batas normal
Intervensi :
1. Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring
dan presentasi.
2. Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap
kontraksi uterus.
3. Catat kemajuan persalinan.
3) Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan
mortilitas gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2
jam tidak
terjadi cedera pada maternal dengan KH :
1. Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
2. Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari
cedera
3. Klien bebas dari cedera / komplikasi
Intervensi :
1. Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas
kontraksi.
2. Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari
meninggalkan klien tanpa perhatian.
3. Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
4. Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
5. Pantau suhu dan nadi.
6. Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan,
hindari
makanan padat.
7. Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila
ada dorongan untuk mengejan.
4) Resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan dengan
perubahan suplai O2 atau aliran darah : anemia dan pendarahan
sekunder
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :
1. DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
2. Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
Intervensi :
1. Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan
sirkulasi uteroplasental.
2. Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
3. Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
4. Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan
vagina .
5. Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
5) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau
regangan dan hipoksia jringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Tujuan : Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri dengan KH :
1. Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
2. Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk
mempertahankan kontrol, istirahat diantara kontraksi.
Intervensi :
1. Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.
2. Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.
3. Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
4. Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat
mis : tiupan napas pendek dan cepat.
5. Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.
6. Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.
7. Pantau dilatasi serviks.
8. Catat penonjolan perineal.
9. Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten)
10. Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan
dan berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan.
11. Pantau tanda vital ibu dan janin.
12. Kolaborasi pemberian analgesik.
6) Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vskuler
sistemik.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung dengan KH :
1. Tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
2. Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x /
menit).
Intervensi :
1. Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi
2. Perhatikan ada dan luasnya edema.
3. Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
4. Infus balance cairan.
7) Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan
dengan kurangnya sumber – sumber informasi.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan
dengan KH :
1. Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
2. Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk
meningkatkan pengeluaran plasenta.
Intervensi :
1. Diskusikan proses normal persalinan kala III.
2. Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
3. Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama
setelah melahirkan.
b. Kala II :
1) Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :
1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh
dengan KH :
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
3. Keluaran urine adekuat.
4. Membran mukosa kental.
5. Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
1. Ukur masukan dan keluaran.
2. Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
3. Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
4. Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
5. Atur posisi klien tegak atau lateral.
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2) Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif
berulang. Trauma jaringan, perslinan lama
Tujuan:
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
1. Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
1. Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik
aseptik.
2. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
3. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
4. Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
5. Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
6. Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
c. Kala III :
1) Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
1. Kontraksi uterus adekuat.
2. Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
3. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk masase fundus.
2. Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
3. Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
4. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
5. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
6. Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan
ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.
7. Berikan cairan peroral.
8. Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
1. Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
2. Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
3. Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
1. Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan
luka.
2. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
3. Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan
oleskan salep topikal.
4. Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
5. Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
d. Kala IV :
1) Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi
atau peningkatan perkembangan anggta keluarga.
Tujuan :
1. Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah
melahirkan dengan KH
2. Klien menggendong bayinya.
3. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan
ikatan yang tepat.
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan
memeriksa bayi.
2. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
3. Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan
perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam
budaya khusus.
4. Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan
kekecewaan / kurang minat / kedekatan.
5. Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama
periode pemulihan.
6. Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi
awal dengan bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
7. Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Fisiologi, Bandung : Eleman,
Saifudin A.B dkkm, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I,
Catatan I, Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
Doengoes M. E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta : EGC
Moechtar Rustam. 2007.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid
I, Edisi 2, Jakarta : EGC.