11
Dampak dari Pengolahan Pascapanen Pada Kulit kacang Walnut Afrika yang Terkontaminasi Populasi Jamur (Tetracarpidium conophorum Mull. ARG) Pada Perbedaan Kematangan dan Potensi Implikasi Mycotoxigenic

Intru Duct Ions

Embed Size (px)

DESCRIPTION

EVALUASI GIZI DALAM PENGOLAHAN PANGAN

Citation preview

Materials and Methods

Dampak dari Pengolahan Pascapanen Pada Kulit kacang Walnut Afrika yang Terkontaminasi Populasi Jamur (Tetracarpidium conophorum Mull. ARG) Pada Perbedaan Kematangan dan Potensi Implikasi Mycotoxigenic IntroductionKenari Afrika tumbuhan tropikal yang dipanen antara bulan Juni dan September.Pada tingkat kematangan akhir, kenari afrika akan jatuh dari pohon dan berwarna coklat. Pada tingkat kematangan awal, kenari Afrika akan dipetik dari pohon dan tetap berwarna hijau, dan lebih disukai oleh pengecer untuk dijual karena diperlukan waktu lebih lama untuk membusuk.Kacang diolah dengan cara dipanggang atau direbus dan dijadikan makanan ringan, pengental sup, dan obat beberapa penyakit.Kacang rentan terhadap mikroba,jamur dan kontaminasi mikotoksin. Penicillium dan Aspergillus merupakan jamur yang menghasilkan aflatoksin dan ochratoksin. Kontaminasi tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Adanya kontaminasi mikotoksin berakibat terhadap dampak kesehatan dan ekonomi. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan :Menentukan dampak dari pengolahan pascapanen pada kulit kacang walnut Afrika yang terkontaminasi populasi jamur jamur(TetracarpidiumconophorumMull. ARG) pada perbedaan kematangan dan potensi implikasi mycotoxigenic

2. Materials and Methods2.1 Plant MaterialsKacang walnut yang dipanen pada bulan juni 2012 di Nigeria. Kacang ini diurutkan ke dalam dua kategori berdasarkan tingkat kematangannya (coklat - matang tua (L) dan hijau -matang muda (E). 2.2 Experimental DesignKacang yang dipilih secara acak dimasukan dalam dua kategori : matang muda (n=81) dan matang tua (n=81) dan diberikan perlakuan: merebus (BAW), memanggang (TAW) dan dibiarkan begitu saja (UAW).2.2.1 Shell Culture and IncubationsMenggunakan medium maltekstrakagar (MEA)CM0059 dan Dichloran 18% gliserolCM0729 (DG18). Diinkubasi dengan suhu 25 C dan diamati setelah 7 hari.42.3 Mycotoxin DeterminationIsolat (20) yang berpotensi menghasilkan alfatoxigenic, sub-kulturnya di tumbuhkan pada medium YES (Yeast Extract Sucrose). Hal ini dilakukan untuk menganalisa adanya alfatoxigenic (AFG1, AFB1, AFG2, dan AFB2) menggunakan metode HPLC-LFD.Sedangkan untuk analisis Ochratoxin (OTA) dilakukan dengan mengekstraksi delapan potongan agar yang diambil dari isolat penghasil potensi OTA (30).2.4 Statistical analysisData telah diuji kenormalannya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Semua data yang gagal dalam uji normalitas dilakukan Transformasi variabel untuk meningkatkan normalitasnya atau menyeragamkan variansi yang gagal tadi.HASILPengaruh Suhu dan Waktu Inkubasi Pada Persentase Kontaminasi Potongan Kulit Kacang di Media MEA dan DG-18

Rata-Rata Persentase Kontaminasi Pada Potensi Spesies Mycotoxigenic yang Ditemukan di Kultur Agar Mea dan Dg-18 Pada Potongan Kulit yang diperoleh dari Kenari Afrika yang Diperlakukan Pada Tingkat Kematangan Awal dan Akhir yang Diinkubasi Selama 7 Hari Dengan Suhu Berbeda Dibawah RH 78%

Kromatogram HPLC-FLD yang Diperoleh Sesudah Analisis dari Campuran Standar Mengandung AFG1, AFB1, AFG2, AFB2 dan Ekstrak dari Plat Kultur Pada Jamur yang Diperoleh dari Kultur Kulit Kenari Afrika

Produksi Mikotoksin Oleh Isolat Jamur dari Sampel Kulit Kenari Afrika yang Ditumbuhkan di Media MEA dan DG18 KESIMPULANTahap pematangan awal kacang dan kemudian diproses dengan memanggang dapat memperlambat pertumbuhan jamur dan kontaminasi Mikotoksin.Perebusan dapat mengurangi pertumbuhan jamur pada kacang dan kulit kacang Kacang kenari afrika yang tidak diproses baik pada kematangan awal maupun akhir dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan mycotoxigenic jamur serta meningkatkan kontaminasi aflatoksin pada kacang. Kontaminasi Inhalasi spora dapat mengakibatkanmycotoxicosis dan penyakit mycotic.