36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian yang tepat berdekatan. 1 Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa.Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak lelaki. 2 Berdasarkan penelitian O’Ryan et al, dari kasus intususepsi di RS Santiago tahun 2000-2001 ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien berusia kurang dari 12 bulan sebanyak 55 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk usia 0-24 bulan sebanyak 35 per 100.000 kelahiran hidup. 3 Insidens bervariasi dari 1-4 per 1.000 kelahiran hidup. Laki-laki berbanding perempuan 4:1. 4 Invaginasi pada anak biasanya idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. 2 Paul Barbette dari 1

Invaginasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan Invaginasi

Citation preview

Page 1: Invaginasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian

yang tepat berdekatan.1 Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada

anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa.Kebanyakan ditemukan

pada kelompok umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak

lelaki.2Berdasarkan penelitian O’Ryan et al, dari kasus intususepsi di RS

Santiago tahun 2000-2001 ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien

berusia kurang dari 12 bulan sebanyak 55 per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan untuk usia 0-24 bulan sebanyak 35 per 100.000 kelahiran

hidup.3Insidens bervariasi dari 1-4 per 1.000 kelahiran hidup. Laki-laki

berbanding perempuan 4:1.4

Invaginasi pada anak biasanya idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya.2 Paul Barbette dari Amsterdam mengenalkan istilah invaginasi

pada tahun 1674.Pada tahun 1899, Treves mendefinisikannya sebagai

prolapsus usus ke dalam lumen yang berdampingan dengannya. Seorang ahli

bedah asal Inggris, John Hutchinson adalah orang pertama yang berhasil

melakukan operasi pada kasus invaginasi pada tahun 1873.5

Penelitian Ko melaporkan gejala klinis tersering pada invaginasi

adalah muntah (89,5%), nyeri perut dan menangis kuat (89,5%), demam

(52,6%), bloody stool (26,3%), massa abdomen (15,8%), hematemesis

1

Page 2: Invaginasi

(10,5%).6Invaginasi dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus

yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.2

2

Page 3: Invaginasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Invaginasi adalah suatu proses di mana segmen intestin masuk ke dalam

bagian lumen usus yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran cerna.7

Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian yang tepat

berdekatan.1Bagian usus yang masuk disebut intususeptum dan bagian yang

menerima intususepturn dinamakan intususipiens. Oleh karena itu, invaginasi

disebut juga intususepsi.5

Gambar 2.1 Invaginasi8

3

Page 4: Invaginasi

2.2 Epidemiologi

Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti, namun kelainan ini

umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun

dengan bertambahnya usia.Umumnya invaginasi ditemukan lebih sering pada

anak laki – laki, dengan perbandingan laki – laki dan perempuan tiga banding dua.

Insidens pada bulan Maret – Juni dan bulan September – Oktober

meninggi.Hal tersebut mungkin berhubungan dengan perubahan musim dimana

pada saat tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi,

sehingga banyak ahli yang menganggap bahwa hypermotilitas usus merupakan

salah satu faktor penyebab.

2.3 Etiologi

Sebagian besar etiologi invaginasi pada anak tidak dapat ditentukan

atau disebut juga invaginasi primer.Faktor presipitasi invaginasi pada anak

dapat berupa infeksi virus dan pertumbuhan tumor intestinum.Dahulu,

beberapa kasus invaginasi berhubungan dengan vaksin rotavirus.Rotavirus

adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi yang dapat mengakibatkan

terjadinya diare, vomitus, demam, dan dehidrasi. Pada orang dewasa

invaginasi dapat disebabkan oleh tumor jinak maupun ganas saluran cerna,

parut (adhesive) usus, luka operasi pada usus halus dan kolon, IBS (Irritable

Bowel Syndrome), dan Hirschsprung.8

Hipertrofi Payer’s patch di ileum dapat merangsang peristaltik usus

sebagai upaya mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan

invaginasi. Invaginasi sering terjadi setelah infeksi saluran napas bagian atas

dan serangan episodik gastroenteritis yang menyebabkan pembesaran jaringan

limfoid.2,5,9Adenovirus ditemukan pada 50% kasus invaginasi. Invaginasi

4

Page 5: Invaginasi

idiopatik umumnya terjadi pada anak berusia 6 -36 bulan karena tingkat

kerentanannya tinggi terhadap virus.5

Pada sekitar 5-10% penderita, dapat dikenali hal-hal pendorong untuk

terjadinya intususepsi, seperti appendiks terbalik, divertikulum Meckel, polip

usus, duplikasi atau limfosarkoma. Intususepsi juga dapat terjadi pada

penderita kistik fibrosis yang mengalami dehidrasi.4

2.4 Patofisiologi

Invaginasi sekunder biasanya terjadi karena adanya lesi patologis atau

iritan pada dinding usus yang dapat menghambat gerakan peristaltic normal

serta menjadi lokus minoris untuk terjadinya invaginasi.Invaginasi

dideskripsikan sebagai prolaps internal usus proksimal dalam lekukan

mesenterika dalam lumen usus distal.Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya

obstruksi pada pasase isi usus dan menurunkan aliran darah ke bagian usus

yang mengalami invaginasi tersebut. Akhirnya dapat mengakibatkan obstruksi

usus dan peradangan mulai dari penebalan dinding usus hingga iskemia

dinding usus.10

Mesenterium usus proksimal tertarik ke dalam usus distal, terjepit, dan

menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema dinding usus yang akan

menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat darah bercampur

mucus (red currant stool).5,9,11 Jika reduksi intususepsi tidak dilakukan, terjadi

insufisiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus

yang akan menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis.12Perjalanan

5

Page 6: Invaginasi

penyakit yang terus berlanjut dapat semakin memburuk hingga menyebabkan

sepsis.13

2.5 Klasifikasi

Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi merupakan

lokasi segmen yang bebas bergerak dalan retroperitoneal atau segemen yang

mengalami adhesive. Invaginasi diklasifikasikan menjadi 4 kategori

berdasarkan lokasi terjadinya: 10

1. Entero-enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus

2. Colo-kolika: kolon masuk ke dalam kolon

3. Ileo-colica: ileum terminal yang masuk ke dalam kolon asendens

4. Ileosekal: ileum terminal masuk ke dalam sekum di mana lokus

minorisnya adalah katup ileosekal.

Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke

kolon asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.2

2.6 Gejala Klinis

Gejala yang timbul cenderung bersifat tiba-tiba, karena anak biasanya

dalam keadaan gizi yang baik, lalu secara tiba-tiba menangis kesakitan sehingga

bayi akan cenderung menarik lutut ke arah perut yang berlangsung beberapa

menit. Serangan nyeri tersebut kemudian berulang dengan jarak 10 sampai 20

menit. Serangan juga diikuti dengan muntah, lalu diluar serangan penderita akan

terlihat lemas dan tertidur, namun terbangun kembali saat serangan datang.

Pada awalnya saat belum terjadi gangguan pasase usus secara total feses

yang terlihat masih dalam batas normal, namunsaat terjadi gangguan total feses

6

Page 7: Invaginasi

mulai bercampur darah segar dan lendir, yang lama kelamaan tinggal darah segar

dan lendir.

Pada pemeriksaan abdomen yang biasa ditemukan adalah adanya suatu massa

berbentuk seperti sosis yang membentang dari daerah hipokondrium kanan dan

membentang sepanjang colon transversum yang dapat teraba saat pasien dalam

keadaan tenang. Pada kuadran kanan bawah biasanya terdapat daerah yang

kosong dan cekung yang biasa disebut ‘dance’s sign’, dan jika invaginasi terus

berjalan sampai melewati colon desendens dan sigmoid dapat teraba massa yang

prolaps pada daerah anus.

Pembuluh darah mesenterium yang terjepit mengakibatkan gangguan

vonous return dan mengakibatkan terjadinya kongesti. Akibat dari kongesti vena

yang dapat terlihat jelas adalah adanya peradarahan rektum.Jika cedera pada

pembuluh darah sudah besar perdarahan biasanya berwarna merah kehitaman dan

disertai dengan lendir yang biasa disebut sebagai “red currant jelly”. Perdarahan

yang masih relatif sedikit biasanya dapat ditemukan pada saat melakukan rectal

touche.

Setelah terjadi sumbatan total terdapat tanda-tanda obstruksi seperti perut

kembung dengan gambaran peristaltik yang jelas, serta muntah yang berwarna

kehijauan.Dari pemeriksaan rectal touche didapatkan tonus sphincter yang

melemah, dan saat jari ditarik keluar terdapat darah yang bercampur dengan

lendir.4

2.7 Diagnosis

Anamnesis memberikan gambaran yang cukup mencurigakan bila bayi

yang sehat mendapat serangan nyeri perut.Anak tampak gelisah dan tidak

dapat ditenangkan sedangkan di antara serangan biasanya anak tidur tenang

karena sudah capai sekali.Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah

sewaktu serangan kolik, biasanya keluar lendir campur darah (red current jelly

stool) per anal, yang berasal dari intususepsi yang tertekan, terbendung atau

7

Page 8: Invaginasi

mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu

serangan dan pada pemeriksaan perut dapat diraba massa yang biasanya

memanjang dengan batas yang jelas seperti sosis.2Massa teraba di kuadran

kanan atas dengan tidak ditemukannya sensasi kekosongan di kuadran kanan

bawah karena masuknya sekum pada kolon ascenden (dance’s sign).14

Bila invaginasi disebut strangulasi harus diingat kemungkinan

terjadinya peritonitis setelah perforasi.Invaginasi yang masuk jauh dapat

ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung invaginatum teraba seperti

portio uterus pada pemeriksaan vagina sehingga disebut sebagai pseudoportio

atau porsio semu.2

Invaginatum yang keluar lewat rectum jarang ditemukan; keadaan

tersebut harus dibedakan dengan prolapsus mukosa rectum. Pada invaginasi

didapatkan invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus

berhubungan secara sirkuler dengan dinding anus.2

Pada inspeksi sukar sekali membedakan prolapsus rectum dari

invaginasi.Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari sekitar

penonjolan untuk menentukan ada tidaknya celah terbuka. Diagnosis

invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan

pemeriksaan rontgen dengan pemberian enema barium.2

Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpai tanda obstruksi (lihat

Gambar 2.2) dan massa di kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan

dugaan kuat suatu invaginasi. USG membantu menegakkan diagnosis

invaginasi dengan gambaran target sign pada potongan melintang invaginasi

dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi. Foto dengan

8

Page 9: Invaginasi

pemberian barium enema dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi

stabil, digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh

invaginatum biasanya tampak jelas pada foto.2

Invaginasi pada orang muda atau orang dewasa jarang sekali idiopatik.

Umumnya ujung invaginatum pada orang dewasa merupakan polip atau tumor

lain di usus halus. Invaginasi juga disebabkan oleh pencetus seperti

divertikulum Meckel yang terbalik masuk lumen usus, duplikasi usus,

kelainan vaskuler, atau limfoma. Gejalanya berupa gejala dan tanda obstruksi

usus, tetapi tergantung dari letak ujung invaginasi.2

Kriteria diagnosis invaginasi akut:15

1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi)

a. Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan

b. Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada

enema pada usus halus yang berinvaginasi, adanya massa

intraabdominal yang dideteksi dengan USG

c. Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi

2. Mungkin invaginasi (probable)

Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor

3. Possible invaginasi

Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minor

Kriteria mayor pada invaginasi yakni: 15

1. Bukti adanya obstruksi saluran cerna

a. Riwayat muntah kehijauan

9

Page 10: Invaginasi

b. Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus

abnormal

c. Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi

usus halus

2. Inspeksi

a. Massa di abdomen

b. Massa di rectal

c. Prolapsus intestinal

d. Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau

massa dari jaringan lunak

3. Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti vena

a. Keluarnya darah per rectal

b. Keluarnya feses yang berwarna red currant jelly

c. Adanya darah ketika pemeriksaan rectum

Adapun kriteria minor untuk invaginasi adalah: usia< 1 tahun, laki-laki,

nyeri perut, muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik, foto polos

abdomen menunjukkan pola gas usus yang abnormal. 15

10

Page 11: Invaginasi

Gambar 2.2 Invaginasi ileo-ileal16

Gambar 2.3 Invaginasi ileosekal16

11

Page 12: Invaginasi

Gambar 2.4 Invaginasi ileokolika16

2.8 Pemeriksaan Penunjang

2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah lekosit atau

lekositosis> 10.000/mm3.

2.8.2 Pemeriksaan Radiologi

Ada beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan sebagai acuan

diagnostik, antara lain:

1. Foto polos abdomen

Pada foto polos abdomen didapatkan distribusi udara di dalam usus yang

tidak merata, usus cenderung terdesak ke kiri atas, dan dalam keadaan

lanjut terlihat gambaran obstruksi ususpada posisi tegak dan lateral

dekubitus berupa gambaran ‘air fluid level’, serta dapat terlihat ‘free air’

jika sudah terjadi perforasi.

2. Barium enema

12

Page 13: Invaginasi

Barium enema selain dapat berfungsi sebagai alat diagnostic juga dapat

berfungsi sebagai terapi.Sebagai alat diagnostic barium enema berfungsi

jika gejala klinik yang terlihat sedikit meragukan. Dengan kontras

gambaran yang akan terlihat berupa gambaran ‘cupping’atau‘coiled spring

appearance’.

Gambar 2.5 Gambaran cupping dan coiled spring appearance

3. Ultrasonografi (USG)

Tanda invaginasi yang dapat terlihat pada USG berupa target lesion atau

bisa juga disebut doughnut sign.

13

Page 14: Invaginasi

Gambar 2.6 Gambaran target lession atau doughnut sign

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan invaginasi secara umum mencakup beberapa hal

penting sebagai berikut:

1. Resusitasi cairan dan elektrolit

2. Dekompresi maksudnya menghilangkan peregangan usus dan

muntah dengan selang nasogastrik, pemberian antibiotik

14

Page 15: Invaginasi

3. Reposisi bisa dilakukan dengan konservatif / non operatif dan

operatif.17

Pengelolaan reposisi hidrostatik dapat sekaligus dikerjakan sewaktu

diagnosis rontgen tersebut ditegakkan. Jika reposisi konservatif ini tidak

berhasil, terpaksa diadakan reposisi operatif.

Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Pada

intususepsi yang mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya

adalah suatu keganasan. Oleh karena itu, ahli bedah dianjurkan untuk segera

melakukan reseksi, dengan tidak melakukan usaha reduksi. Pada intususepsi

dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi dengan hati-hati, tetapi jika

ditemukan nekrosis, perforasi, dan edema, reduksi tidak perlu dilakukan dan

reseksi segera dikerjakan. Pada kasus-kasus yang idiopatik, tidak ada yang

perlu dilakukan selain reduksi.17

2.9.1 Reduksi Hidrostatik

Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan

kateter dengan tekanan tertentu dengan diikuti oleh X-ray. Mula-mula tampak

bayangan barium bergerak berbentukcupping pada tempat invaginasi, dengan

tekanan hidrostatik sebesar ¾ sampai 1 meter air, barium didorong ke arah

proksimal. Tekanan hidrostatik tidak boleh melewati 1 meter air agar tidak

terjadi perforasi selain itu tidak boleh dilakukan penekanan manual di perut

sewaktu dilakukan reposisis hidrostatik.

Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum

terminalis, serta pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan

akan keluar melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat

terlihatcoiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa

barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi

Pada saat sekarang ini barium enema yang digunakan untuk prosedur 15

Page 16: Invaginasi

diagnostic, kurang lebih 75% berhasil mereduksi invaginasi.Pemberian sedikit

sedative yang cukup sebelum prosedur enema sangat banyak membantu

berhasilnya reduksi hidrostatik ini.

Gambar 2.6 Terapi dengan menggunakan barium enema

Indikasi:

1. Tidak terdapat gejala & tanda rangsangan peritoneum

2. Tidak toksik juga tidak terdapat obstruksi tinggi

3. Tidak dehidrasi

4. Gejala invaginasi kurang dari 48 jam

Kontra indikasi:

1. Distensi abdomen yang berlebihan

2. Invaginasi rekuren

3. Gejala invaginasi lebih dari 48 jam

4. Peritonitis

5. Perforasi

16

Page 17: Invaginasi

Keuntungan reposisi hidrostatik

1. Kemungkinan terjadinya perforasi lebih sedikit

2. Lama perawatan lebih pendek, karena tidak bersifat traumatic

3.

Kerugian reposisi hidrostatik itu sendiri adalah cukup banyaknya kasus

invagianasi berulang, karena tidak dilakukan reseksi.

2.9.2 Reduksi Manual dan Reseksi Usus

Indikasi reduksi manual adalah pada pasien dengan keadaan tidak stabil,

didapatkan peningkatan suhu serta angka lekosit, mengalami gejala

berkepanjangan atau ditemukan penyakit sudah lanjut yang ditandai dengan

distensi abdomen, feces berdarah, gangguan sistem usus yang berat sampai

timbul shock atau peritonitis.

Pasien segera dipersiapkan untuk suatu operasi Laparotomi dengan incisi

transversal interspina Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrose, reduksi

tidak perlu dikerjakan dan reseksi segera dilakukan (Ellis, 1990).

Pelaksanaan operatif:

1. Pre-operatif

Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti

penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan

umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit

elektrolit.

Pembedahan sudah dapat dilakukan kalau perfusi jaringan sudah

cukup yang dapat diukur secara klinis dari produksi urin, yaitu 0,5 - 1

ml/kgBB/jam melalui kateter. Kriteria lainnya adalah suhu tubuh kurang

dari 38ºC, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernapasan tidak lebih dari

40 kali/ menit, turgor kulit membaik, dan paling utama kesadaran yang

17

Page 18: Invaginasi

baik.Biasanya dengan pemberian cairan sejumlah 50% dari kebutuhan

(untuk koreksi & kebutuhan normal), perfusi jaringan sudah dapat

dicapai.

Pembedahan dan anestesi yang dikerjakan pada waktu perfusi

jaringan tidak memadai akan menyebabkan tertimbunnya hasil-hasil

metabolisme yang seharusnya dikeluarkan dari tubuh, dan hal ini akan

mengakibatkan oksigenasi jaringan yang buruk, yang dapat berakibat

kerusakan sel yang irreversible, dan bila menyangkut organ vital akan

menyebabkan kematian.

2. Operatif

Sewaktu operasi awalnya akan dicoba reposisi manual dengan

mendorong invaginatum dari anal kearah sudut ileo-sekal, dorongan

dilakukan dengan hati- hati tanpa tarikan dari bagian proximal.

Gambar 2.7 Terapi dengan Reseksi manual

Reposisi dengan pembedahan dicapai melalui laparatomi.Setelah

dinding perut dibuka, tindakan selanjutnya tergantung pada temuan yang

ada. Reposisi dikerjakan secara manual diperas seperti memeras susu

sapi yang disebut milking, dikerjakan secara halus dan perlahan dengan

sabar, dan diselingi dengan istirahat beberapa waktu untuk memberi

18

Page 19: Invaginasi

kesempatan agar aliran darah balik yang mengurangi edema sehingga

mempermudah usaha milking selanjutnya. Jangan sekali-kali menarik

bagian usus yang masuk ke dalam usus lainnya, tetapi diperas dari pihak

lainnya.

Jika terjadi kebocoran usus sebelum atau sesudah milking maka

dilanjutkan dengan reseksi usus.Batas reseksi pada umumnya adalah

10cm dari tepi - tepi segmen usus yang terlibat, pendapat lainnya pada

sisi proksimal minimum 30 cm dari lesi, kemudian dilakukan anastosmose

end to end atau side to side.

Gambar 2.8 Anastomose end to end

Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, danbanyak

bagian dari usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat

dilakukan anastomosis end to end, harus colostomy supaya proses

digestive tetap berjalan.

Jika ditemukan penyebab yang menjadi factor pencetus seperti

divertikulum atau duplikasi maka perlu dilakukan reseksi.

3. Pasca Operasi

Hindari Dehidrasi

Pertahankan stabilitas elektrolit

Pengawasan akan inflamasi dan infeksi

19

Page 20: Invaginasi

Pemberian analgetika yang tidak menggangu motilitas usus

2.10 Diagnosa Banding

Ada beberapa penyakit yang perlu dibedakan dengan invaginasi, antara lain:2

1. Gastroenteritis

Anak dengan gastroenteritis cenderung sulit dibedakan dengan

innvaginasi. Perlu diperhatikan perubahan pola penyakit, karakter rasa

sakit, karakteristik muntah, dan jenis perdarahan untuk membedakannya

2. Enterocolitis

Pada enterocolitis terdapat feses yang bercampur darah disertai kram

abdomen, namun hal ini dapat dibedakan dari invaginasi karena sakit

cenderung lebih jarang, disertai diare, dan tetap adanya rasa sakit diantara

nyeri.

3. Diverticulum Meckel

Perbedaan invaginasi dan diverticulum Meckel terdapat pada rasa sakit

yang biasanya tidak dirasakan penderita diverticulum Meckel

4. Henoch-Schönlein purpura

Terkadang terdapat gejala perdarahan pada pasien Henoch-Schönlein

purpura, namun yang dapat membedakannya adalah ditemukannya

purpura pada penderita Henoch-Schönlein purpura

5. Prolapsus Recti

Perbedaan prolapsus recti dan invaginasi dapat diketahui dengan

melakukan colok dubur, dimana pada prolapsus recti didapati adanya

hubungan antara mukosa dan kulit perianal sedangkan pada invaginasi

didapati adanya celah.

2.11 Prognosis

Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal.

Angka rekurensi pasca reduksi intususepsi dengan enema barium adalah sekitar

20

Page 21: Invaginasi

10% dan dengan reduksi bedah sekitar 2-5%; tidak pernah terjadi setelah

dilakukan reseksi bedah. Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan

dalam 24 jam pertama dan meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut,

terutama setelah hari kedua.4

21

Page 22: Invaginasi

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Invaginasi ialah suatu keadaan dimana segmenproksimal dari usus masuk

ke dalam segmen usus berikutnya dengan membawa serta mesenterium yang

berhubungan. Invaginasi atau intususepsi merupakan salah satu penyebab

terbanyak obstruksi usus pada bayi dan anak kecil.Penyebab invaginasi sebagian

besar tidak diketahui.

Invaginasi paling sering mengenai daerah ileosaekal dan jarang terjadi

pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.Lokasi terjadinya invaginasi dapat

pada entero-enterika, kolo-kolika, ileokolika, ileosekal. Invaginasi dapat

menyebabkan obstruksi usus sehingga jika tidak ditangani dengan segera dan

tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut berupa perforasi sehingga terjadi

peritonitis.

Penatalaksanaan dapat berupa perbaikan kondisi umum berupa resusitasi

cairan dan elektrolit serta dekompresi, kemudian dilakukan reposisi. Reposisi

hidrostatik yang dapat dikerjakan sekaligus sewaktu diagnosis ditegakkan ataupun

reposisi pneumostatik. Jika reposisi konservatif gagal, reposisi operatif dapat

dilakukan. Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal.

Angka mortalitas semakin meningkat jika penanganannya semakin lambat.

22

Page 23: Invaginasi

3.2 Saran

Penegakan diagnosis secara dini pada invaginasi sangat penting sehingga

perlu pengetahuan dan pemahaman mengenai invaginasi.Dengan demikian,

penatalaksanaan dapat segera dilakuan untuk mencegah terjadinya komplikasi

lanjut.

23

Page 24: Invaginasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson DM, et al. Kamus kedokteran Dorland. 29th ed. Jakarta: EGC;

2002.

2. Sjamsuhidajat R, Jong WD, editors. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta:

EGC; 2004.

3. Miguel OR, Yalda L, Alfredo P, Teresa VM. Two year review of intestinal

intussusception in six large public hospitals of Santiago, Chile. Pediatric

Infectious Disease Journal. 2003;22:717-21.

4. Willye R. Intususepsi. In: Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, editors.

Nelson ilmu kesehatan anak. 15th ed. Jakarta: EGC; 2000.

5. Ignacio RC, Fallat ME. Intussusception. In: Holcomb GW, Murphy JP,

editors. Ashcraft’s pediatric surgery. 5th ed. Philadephia: Saunders

Elsevier; 2010.

6. Ko SF, Lee TY, Ng SH, Wan YL, Chen MC, Tiao MM, et al. Small bowel

intussusceptions in symptomatic pediatric patients: experiences with 19

surgically proven cases. World Journal of Surgery. 2002;26(4):438-43.

7. Blanco FC. Pediatric intussusceptions. Medscape Reference [serial on the

Internet]. 2010; [cited 2011 Apr 26]; [about 4 p.]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview

8. Mayo Clinic [homepage on the Internet]. Arizona: Intussusception; c1998-

2011 [cited 2011 Apr 26]. Available from:

http://www.mayoclinic.com/health/intussusception/DS00798

24

Page 25: Invaginasi

9. Fardah AA, Ranuh RG, Sudarmo SM. Intususepsi. Fakultas Kedokteran

UNAIR. 2006 [cited 2011 Mar 13]; Available from:

http://www.pediatrik.com/isi03.php?

page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-

dzti231.htm

10. Marinis A, Yiallourou A, Samanides L, Dafnios N, Anastasopoulos G,

Vassiliou S, et al. Intussusception of the bowel in adults: a review. World

Journal Gastroenterology. 2009;15(4):407-11.

11. King L. Intussusception in emergency medicine. 2010 June 15 [cited 2011

March 11]. Available from: URL:

http://emedicine.medscape.com/article/802424-media.

12. Texas Pediatric Surgical Associates. Intussusception.[cited 2011 March

11]. Available from:

URL:http://www.pedisurg.com/pteduc/Intussusception.htm.

13. Spalding SC, Evans B. Intussusception. Emergency Medicine Journal.

2004;36(11):12-9.

14. Brunicardi FC,Andersen DK, Billiar TR, Dun DL, Hunter JG, Pollock RE.

Schwartz’s principle of surgery. 8th ed. United Stated of America: The

MacGraw-Hill Companies; 2007.

15. Bines JE, Ivanoff B, Justice F, Mulholland K. Clinical case definition for

the diagnosis of acute intussusceptions. Journal of Pediatric

Gastroenterology and Nutrition. 2004;39:511-8.

16. Shenlie. Intussusception. Olivarez College Paranaque Journal. 2010;1-10.

25

Page 26: Invaginasi

17. Ilmu Bedah. Invaginasi. 2009 [diakses 27 Maret 2011]. Diunduh dari:

http://www.bedahugm.net/bedah/bedah-anak/invaginasi.

26