Upload
yunita-manurung
View
265
Download
35
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bahan Invaginasi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian
yang tepat berdekatan.1 Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada
anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa.Kebanyakan ditemukan
pada kelompok umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak
lelaki.2Berdasarkan penelitian O’Ryan et al, dari kasus intususepsi di RS
Santiago tahun 2000-2001 ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien
berusia kurang dari 12 bulan sebanyak 55 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan untuk usia 0-24 bulan sebanyak 35 per 100.000 kelahiran
hidup.3Insidens bervariasi dari 1-4 per 1.000 kelahiran hidup. Laki-laki
berbanding perempuan 4:1.4
Invaginasi pada anak biasanya idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya.2 Paul Barbette dari Amsterdam mengenalkan istilah invaginasi
pada tahun 1674.Pada tahun 1899, Treves mendefinisikannya sebagai
prolapsus usus ke dalam lumen yang berdampingan dengannya. Seorang ahli
bedah asal Inggris, John Hutchinson adalah orang pertama yang berhasil
melakukan operasi pada kasus invaginasi pada tahun 1873.5
Penelitian Ko melaporkan gejala klinis tersering pada invaginasi
adalah muntah (89,5%), nyeri perut dan menangis kuat (89,5%), demam
(52,6%), bloody stool (26,3%), massa abdomen (15,8%), hematemesis
1
(10,5%).6Invaginasi dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus
yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Invaginasi adalah suatu proses di mana segmen intestin masuk ke dalam
bagian lumen usus yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran cerna.7
Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian yang tepat
berdekatan.1Bagian usus yang masuk disebut intususeptum dan bagian yang
menerima intususepturn dinamakan intususipiens. Oleh karena itu, invaginasi
disebut juga intususepsi.5
Gambar 2.1 Invaginasi8
3
2.2 Epidemiologi
Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti, namun kelainan ini
umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun
dengan bertambahnya usia.Umumnya invaginasi ditemukan lebih sering pada
anak laki – laki, dengan perbandingan laki – laki dan perempuan tiga banding dua.
Insidens pada bulan Maret – Juni dan bulan September – Oktober
meninggi.Hal tersebut mungkin berhubungan dengan perubahan musim dimana
pada saat tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi,
sehingga banyak ahli yang menganggap bahwa hypermotilitas usus merupakan
salah satu faktor penyebab.
2.3 Etiologi
Sebagian besar etiologi invaginasi pada anak tidak dapat ditentukan
atau disebut juga invaginasi primer.Faktor presipitasi invaginasi pada anak
dapat berupa infeksi virus dan pertumbuhan tumor intestinum.Dahulu,
beberapa kasus invaginasi berhubungan dengan vaksin rotavirus.Rotavirus
adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi yang dapat mengakibatkan
terjadinya diare, vomitus, demam, dan dehidrasi. Pada orang dewasa
invaginasi dapat disebabkan oleh tumor jinak maupun ganas saluran cerna,
parut (adhesive) usus, luka operasi pada usus halus dan kolon, IBS (Irritable
Bowel Syndrome), dan Hirschsprung.8
Hipertrofi Payer’s patch di ileum dapat merangsang peristaltik usus
sebagai upaya mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan
invaginasi. Invaginasi sering terjadi setelah infeksi saluran napas bagian atas
dan serangan episodik gastroenteritis yang menyebabkan pembesaran jaringan
limfoid.2,5,9Adenovirus ditemukan pada 50% kasus invaginasi. Invaginasi
4
idiopatik umumnya terjadi pada anak berusia 6 -36 bulan karena tingkat
kerentanannya tinggi terhadap virus.5
Pada sekitar 5-10% penderita, dapat dikenali hal-hal pendorong untuk
terjadinya intususepsi, seperti appendiks terbalik, divertikulum Meckel, polip
usus, duplikasi atau limfosarkoma. Intususepsi juga dapat terjadi pada
penderita kistik fibrosis yang mengalami dehidrasi.4
2.4 Patofisiologi
Invaginasi sekunder biasanya terjadi karena adanya lesi patologis atau
iritan pada dinding usus yang dapat menghambat gerakan peristaltic normal
serta menjadi lokus minoris untuk terjadinya invaginasi.Invaginasi
dideskripsikan sebagai prolaps internal usus proksimal dalam lekukan
mesenterika dalam lumen usus distal.Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
obstruksi pada pasase isi usus dan menurunkan aliran darah ke bagian usus
yang mengalami invaginasi tersebut. Akhirnya dapat mengakibatkan obstruksi
usus dan peradangan mulai dari penebalan dinding usus hingga iskemia
dinding usus.10
Mesenterium usus proksimal tertarik ke dalam usus distal, terjepit, dan
menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema dinding usus yang akan
menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat darah bercampur
mucus (red currant stool).5,9,11 Jika reduksi intususepsi tidak dilakukan, terjadi
insufisiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus
yang akan menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis.12Perjalanan
5
penyakit yang terus berlanjut dapat semakin memburuk hingga menyebabkan
sepsis.13
2.5 Klasifikasi
Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi merupakan
lokasi segmen yang bebas bergerak dalan retroperitoneal atau segemen yang
mengalami adhesive. Invaginasi diklasifikasikan menjadi 4 kategori
berdasarkan lokasi terjadinya: 10
1. Entero-enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
2. Colo-kolika: kolon masuk ke dalam kolon
3. Ileo-colica: ileum terminal yang masuk ke dalam kolon asendens
4. Ileosekal: ileum terminal masuk ke dalam sekum di mana lokus
minorisnya adalah katup ileosekal.
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke
kolon asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.2
2.6 Gejala Klinis
Gejala yang timbul cenderung bersifat tiba-tiba, karena anak biasanya
dalam keadaan gizi yang baik, lalu secara tiba-tiba menangis kesakitan sehingga
bayi akan cenderung menarik lutut ke arah perut yang berlangsung beberapa
menit. Serangan nyeri tersebut kemudian berulang dengan jarak 10 sampai 20
menit. Serangan juga diikuti dengan muntah, lalu diluar serangan penderita akan
terlihat lemas dan tertidur, namun terbangun kembali saat serangan datang.
Pada awalnya saat belum terjadi gangguan pasase usus secara total feses
yang terlihat masih dalam batas normal, namunsaat terjadi gangguan total feses
6
mulai bercampur darah segar dan lendir, yang lama kelamaan tinggal darah segar
dan lendir.
Pada pemeriksaan abdomen yang biasa ditemukan adalah adanya suatu massa
berbentuk seperti sosis yang membentang dari daerah hipokondrium kanan dan
membentang sepanjang colon transversum yang dapat teraba saat pasien dalam
keadaan tenang. Pada kuadran kanan bawah biasanya terdapat daerah yang
kosong dan cekung yang biasa disebut ‘dance’s sign’, dan jika invaginasi terus
berjalan sampai melewati colon desendens dan sigmoid dapat teraba massa yang
prolaps pada daerah anus.
Pembuluh darah mesenterium yang terjepit mengakibatkan gangguan
vonous return dan mengakibatkan terjadinya kongesti. Akibat dari kongesti vena
yang dapat terlihat jelas adalah adanya peradarahan rektum.Jika cedera pada
pembuluh darah sudah besar perdarahan biasanya berwarna merah kehitaman dan
disertai dengan lendir yang biasa disebut sebagai “red currant jelly”. Perdarahan
yang masih relatif sedikit biasanya dapat ditemukan pada saat melakukan rectal
touche.
Setelah terjadi sumbatan total terdapat tanda-tanda obstruksi seperti perut
kembung dengan gambaran peristaltik yang jelas, serta muntah yang berwarna
kehijauan.Dari pemeriksaan rectal touche didapatkan tonus sphincter yang
melemah, dan saat jari ditarik keluar terdapat darah yang bercampur dengan
lendir.4
2.7 Diagnosis
Anamnesis memberikan gambaran yang cukup mencurigakan bila bayi
yang sehat mendapat serangan nyeri perut.Anak tampak gelisah dan tidak
dapat ditenangkan sedangkan di antara serangan biasanya anak tidur tenang
karena sudah capai sekali.Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah
sewaktu serangan kolik, biasanya keluar lendir campur darah (red current jelly
stool) per anal, yang berasal dari intususepsi yang tertekan, terbendung atau
7
mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu
serangan dan pada pemeriksaan perut dapat diraba massa yang biasanya
memanjang dengan batas yang jelas seperti sosis.2Massa teraba di kuadran
kanan atas dengan tidak ditemukannya sensasi kekosongan di kuadran kanan
bawah karena masuknya sekum pada kolon ascenden (dance’s sign).14
Bila invaginasi disebut strangulasi harus diingat kemungkinan
terjadinya peritonitis setelah perforasi.Invaginasi yang masuk jauh dapat
ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung invaginatum teraba seperti
portio uterus pada pemeriksaan vagina sehingga disebut sebagai pseudoportio
atau porsio semu.2
Invaginatum yang keluar lewat rectum jarang ditemukan; keadaan
tersebut harus dibedakan dengan prolapsus mukosa rectum. Pada invaginasi
didapatkan invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus
berhubungan secara sirkuler dengan dinding anus.2
Pada inspeksi sukar sekali membedakan prolapsus rectum dari
invaginasi.Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari sekitar
penonjolan untuk menentukan ada tidaknya celah terbuka. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan
pemeriksaan rontgen dengan pemberian enema barium.2
Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpai tanda obstruksi (lihat
Gambar 2.2) dan massa di kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan
dugaan kuat suatu invaginasi. USG membantu menegakkan diagnosis
invaginasi dengan gambaran target sign pada potongan melintang invaginasi
dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi. Foto dengan
8
pemberian barium enema dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi
stabil, digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh
invaginatum biasanya tampak jelas pada foto.2
Invaginasi pada orang muda atau orang dewasa jarang sekali idiopatik.
Umumnya ujung invaginatum pada orang dewasa merupakan polip atau tumor
lain di usus halus. Invaginasi juga disebabkan oleh pencetus seperti
divertikulum Meckel yang terbalik masuk lumen usus, duplikasi usus,
kelainan vaskuler, atau limfoma. Gejalanya berupa gejala dan tanda obstruksi
usus, tetapi tergantung dari letak ujung invaginasi.2
Kriteria diagnosis invaginasi akut:15
1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi)
a. Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan
b. Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada
enema pada usus halus yang berinvaginasi, adanya massa
intraabdominal yang dideteksi dengan USG
c. Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi
2. Mungkin invaginasi (probable)
Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor
3. Possible invaginasi
Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minor
Kriteria mayor pada invaginasi yakni: 15
1. Bukti adanya obstruksi saluran cerna
a. Riwayat muntah kehijauan
9
b. Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus
abnormal
c. Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi
usus halus
2. Inspeksi
a. Massa di abdomen
b. Massa di rectal
c. Prolapsus intestinal
d. Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau
massa dari jaringan lunak
3. Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti vena
a. Keluarnya darah per rectal
b. Keluarnya feses yang berwarna red currant jelly
c. Adanya darah ketika pemeriksaan rectum
Adapun kriteria minor untuk invaginasi adalah: usia< 1 tahun, laki-laki,
nyeri perut, muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik, foto polos
abdomen menunjukkan pola gas usus yang abnormal. 15
10
Gambar 2.2 Invaginasi ileo-ileal16
Gambar 2.3 Invaginasi ileosekal16
11
Gambar 2.4 Invaginasi ileokolika16
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah lekosit atau
lekositosis> 10.000/mm3.
2.8.2 Pemeriksaan Radiologi
Ada beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan sebagai acuan
diagnostik, antara lain:
1. Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen didapatkan distribusi udara di dalam usus yang
tidak merata, usus cenderung terdesak ke kiri atas, dan dalam keadaan
lanjut terlihat gambaran obstruksi ususpada posisi tegak dan lateral
dekubitus berupa gambaran ‘air fluid level’, serta dapat terlihat ‘free air’
jika sudah terjadi perforasi.
2. Barium enema
12
Barium enema selain dapat berfungsi sebagai alat diagnostic juga dapat
berfungsi sebagai terapi.Sebagai alat diagnostic barium enema berfungsi
jika gejala klinik yang terlihat sedikit meragukan. Dengan kontras
gambaran yang akan terlihat berupa gambaran ‘cupping’atau‘coiled spring
appearance’.
Gambar 2.5 Gambaran cupping dan coiled spring appearance
3. Ultrasonografi (USG)
Tanda invaginasi yang dapat terlihat pada USG berupa target lesion atau
bisa juga disebut doughnut sign.
13
Gambar 2.6 Gambaran target lession atau doughnut sign
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan invaginasi secara umum mencakup beberapa hal
penting sebagai berikut:
1. Resusitasi cairan dan elektrolit
2. Dekompresi maksudnya menghilangkan peregangan usus dan
muntah dengan selang nasogastrik, pemberian antibiotik
14
3. Reposisi bisa dilakukan dengan konservatif / non operatif dan
operatif.17
Pengelolaan reposisi hidrostatik dapat sekaligus dikerjakan sewaktu
diagnosis rontgen tersebut ditegakkan. Jika reposisi konservatif ini tidak
berhasil, terpaksa diadakan reposisi operatif.
Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Pada
intususepsi yang mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya
adalah suatu keganasan. Oleh karena itu, ahli bedah dianjurkan untuk segera
melakukan reseksi, dengan tidak melakukan usaha reduksi. Pada intususepsi
dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi dengan hati-hati, tetapi jika
ditemukan nekrosis, perforasi, dan edema, reduksi tidak perlu dilakukan dan
reseksi segera dikerjakan. Pada kasus-kasus yang idiopatik, tidak ada yang
perlu dilakukan selain reduksi.17
2.9.1 Reduksi Hidrostatik
Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan
kateter dengan tekanan tertentu dengan diikuti oleh X-ray. Mula-mula tampak
bayangan barium bergerak berbentukcupping pada tempat invaginasi, dengan
tekanan hidrostatik sebesar ¾ sampai 1 meter air, barium didorong ke arah
proksimal. Tekanan hidrostatik tidak boleh melewati 1 meter air agar tidak
terjadi perforasi selain itu tidak boleh dilakukan penekanan manual di perut
sewaktu dilakukan reposisis hidrostatik.
Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum
terminalis, serta pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan
akan keluar melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat
terlihatcoiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa
barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi
Pada saat sekarang ini barium enema yang digunakan untuk prosedur 15
diagnostic, kurang lebih 75% berhasil mereduksi invaginasi.Pemberian sedikit
sedative yang cukup sebelum prosedur enema sangat banyak membantu
berhasilnya reduksi hidrostatik ini.
Gambar 2.6 Terapi dengan menggunakan barium enema
Indikasi:
1. Tidak terdapat gejala & tanda rangsangan peritoneum
2. Tidak toksik juga tidak terdapat obstruksi tinggi
3. Tidak dehidrasi
4. Gejala invaginasi kurang dari 48 jam
Kontra indikasi:
1. Distensi abdomen yang berlebihan
2. Invaginasi rekuren
3. Gejala invaginasi lebih dari 48 jam
4. Peritonitis
5. Perforasi
16
Keuntungan reposisi hidrostatik
1. Kemungkinan terjadinya perforasi lebih sedikit
2. Lama perawatan lebih pendek, karena tidak bersifat traumatic
3.
Kerugian reposisi hidrostatik itu sendiri adalah cukup banyaknya kasus
invagianasi berulang, karena tidak dilakukan reseksi.
2.9.2 Reduksi Manual dan Reseksi Usus
Indikasi reduksi manual adalah pada pasien dengan keadaan tidak stabil,
didapatkan peningkatan suhu serta angka lekosit, mengalami gejala
berkepanjangan atau ditemukan penyakit sudah lanjut yang ditandai dengan
distensi abdomen, feces berdarah, gangguan sistem usus yang berat sampai
timbul shock atau peritonitis.
Pasien segera dipersiapkan untuk suatu operasi Laparotomi dengan incisi
transversal interspina Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrose, reduksi
tidak perlu dikerjakan dan reseksi segera dilakukan (Ellis, 1990).
Pelaksanaan operatif:
1. Pre-operatif
Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti
penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan
umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit
elektrolit.
Pembedahan sudah dapat dilakukan kalau perfusi jaringan sudah
cukup yang dapat diukur secara klinis dari produksi urin, yaitu 0,5 - 1
ml/kgBB/jam melalui kateter. Kriteria lainnya adalah suhu tubuh kurang
dari 38ºC, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernapasan tidak lebih dari
40 kali/ menit, turgor kulit membaik, dan paling utama kesadaran yang
17
baik.Biasanya dengan pemberian cairan sejumlah 50% dari kebutuhan
(untuk koreksi & kebutuhan normal), perfusi jaringan sudah dapat
dicapai.
Pembedahan dan anestesi yang dikerjakan pada waktu perfusi
jaringan tidak memadai akan menyebabkan tertimbunnya hasil-hasil
metabolisme yang seharusnya dikeluarkan dari tubuh, dan hal ini akan
mengakibatkan oksigenasi jaringan yang buruk, yang dapat berakibat
kerusakan sel yang irreversible, dan bila menyangkut organ vital akan
menyebabkan kematian.
2. Operatif
Sewaktu operasi awalnya akan dicoba reposisi manual dengan
mendorong invaginatum dari anal kearah sudut ileo-sekal, dorongan
dilakukan dengan hati- hati tanpa tarikan dari bagian proximal.
Gambar 2.7 Terapi dengan Reseksi manual
Reposisi dengan pembedahan dicapai melalui laparatomi.Setelah
dinding perut dibuka, tindakan selanjutnya tergantung pada temuan yang
ada. Reposisi dikerjakan secara manual diperas seperti memeras susu
sapi yang disebut milking, dikerjakan secara halus dan perlahan dengan
sabar, dan diselingi dengan istirahat beberapa waktu untuk memberi
18
kesempatan agar aliran darah balik yang mengurangi edema sehingga
mempermudah usaha milking selanjutnya. Jangan sekali-kali menarik
bagian usus yang masuk ke dalam usus lainnya, tetapi diperas dari pihak
lainnya.
Jika terjadi kebocoran usus sebelum atau sesudah milking maka
dilanjutkan dengan reseksi usus.Batas reseksi pada umumnya adalah
10cm dari tepi - tepi segmen usus yang terlibat, pendapat lainnya pada
sisi proksimal minimum 30 cm dari lesi, kemudian dilakukan anastosmose
end to end atau side to side.
Gambar 2.8 Anastomose end to end
Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, danbanyak
bagian dari usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat
dilakukan anastomosis end to end, harus colostomy supaya proses
digestive tetap berjalan.
Jika ditemukan penyebab yang menjadi factor pencetus seperti
divertikulum atau duplikasi maka perlu dilakukan reseksi.
3. Pasca Operasi
Hindari Dehidrasi
Pertahankan stabilitas elektrolit
Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
19
Pemberian analgetika yang tidak menggangu motilitas usus
2.10 Diagnosa Banding
Ada beberapa penyakit yang perlu dibedakan dengan invaginasi, antara lain:2
1. Gastroenteritis
Anak dengan gastroenteritis cenderung sulit dibedakan dengan
innvaginasi. Perlu diperhatikan perubahan pola penyakit, karakter rasa
sakit, karakteristik muntah, dan jenis perdarahan untuk membedakannya
2. Enterocolitis
Pada enterocolitis terdapat feses yang bercampur darah disertai kram
abdomen, namun hal ini dapat dibedakan dari invaginasi karena sakit
cenderung lebih jarang, disertai diare, dan tetap adanya rasa sakit diantara
nyeri.
3. Diverticulum Meckel
Perbedaan invaginasi dan diverticulum Meckel terdapat pada rasa sakit
yang biasanya tidak dirasakan penderita diverticulum Meckel
4. Henoch-Schönlein purpura
Terkadang terdapat gejala perdarahan pada pasien Henoch-Schönlein
purpura, namun yang dapat membedakannya adalah ditemukannya
purpura pada penderita Henoch-Schönlein purpura
5. Prolapsus Recti
Perbedaan prolapsus recti dan invaginasi dapat diketahui dengan
melakukan colok dubur, dimana pada prolapsus recti didapati adanya
hubungan antara mukosa dan kulit perianal sedangkan pada invaginasi
didapati adanya celah.
2.11 Prognosis
Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal.
Angka rekurensi pasca reduksi intususepsi dengan enema barium adalah sekitar
20
10% dan dengan reduksi bedah sekitar 2-5%; tidak pernah terjadi setelah
dilakukan reseksi bedah. Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan
dalam 24 jam pertama dan meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut,
terutama setelah hari kedua.4
21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Invaginasi ialah suatu keadaan dimana segmenproksimal dari usus masuk
ke dalam segmen usus berikutnya dengan membawa serta mesenterium yang
berhubungan. Invaginasi atau intususepsi merupakan salah satu penyebab
terbanyak obstruksi usus pada bayi dan anak kecil.Penyebab invaginasi sebagian
besar tidak diketahui.
Invaginasi paling sering mengenai daerah ileosaekal dan jarang terjadi
pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.Lokasi terjadinya invaginasi dapat
pada entero-enterika, kolo-kolika, ileokolika, ileosekal. Invaginasi dapat
menyebabkan obstruksi usus sehingga jika tidak ditangani dengan segera dan
tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut berupa perforasi sehingga terjadi
peritonitis.
Penatalaksanaan dapat berupa perbaikan kondisi umum berupa resusitasi
cairan dan elektrolit serta dekompresi, kemudian dilakukan reposisi. Reposisi
hidrostatik yang dapat dikerjakan sekaligus sewaktu diagnosis ditegakkan ataupun
reposisi pneumostatik. Jika reposisi konservatif gagal, reposisi operatif dapat
dilakukan. Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal.
Angka mortalitas semakin meningkat jika penanganannya semakin lambat.
22
3.2 Saran
Penegakan diagnosis secara dini pada invaginasi sangat penting sehingga
perlu pengetahuan dan pemahaman mengenai invaginasi.Dengan demikian,
penatalaksanaan dapat segera dilakuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
lanjut.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson DM, et al. Kamus kedokteran Dorland. 29th ed. Jakarta: EGC;
2002.
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD, editors. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta:
EGC; 2004.
3. Miguel OR, Yalda L, Alfredo P, Teresa VM. Two year review of intestinal
intussusception in six large public hospitals of Santiago, Chile. Pediatric
Infectious Disease Journal. 2003;22:717-21.
4. Willye R. Intususepsi. In: Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, editors.
Nelson ilmu kesehatan anak. 15th ed. Jakarta: EGC; 2000.
5. Ignacio RC, Fallat ME. Intussusception. In: Holcomb GW, Murphy JP,
editors. Ashcraft’s pediatric surgery. 5th ed. Philadephia: Saunders
Elsevier; 2010.
6. Ko SF, Lee TY, Ng SH, Wan YL, Chen MC, Tiao MM, et al. Small bowel
intussusceptions in symptomatic pediatric patients: experiences with 19
surgically proven cases. World Journal of Surgery. 2002;26(4):438-43.
7. Blanco FC. Pediatric intussusceptions. Medscape Reference [serial on the
Internet]. 2010; [cited 2011 Apr 26]; [about 4 p.]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview
8. Mayo Clinic [homepage on the Internet]. Arizona: Intussusception; c1998-
2011 [cited 2011 Apr 26]. Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/intussusception/DS00798
24
9. Fardah AA, Ranuh RG, Sudarmo SM. Intususepsi. Fakultas Kedokteran
UNAIR. 2006 [cited 2011 Mar 13]; Available from:
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
dzti231.htm
10. Marinis A, Yiallourou A, Samanides L, Dafnios N, Anastasopoulos G,
Vassiliou S, et al. Intussusception of the bowel in adults: a review. World
Journal Gastroenterology. 2009;15(4):407-11.
11. King L. Intussusception in emergency medicine. 2010 June 15 [cited 2011
March 11]. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/802424-media.
12. Texas Pediatric Surgical Associates. Intussusception.[cited 2011 March
11]. Available from:
URL:http://www.pedisurg.com/pteduc/Intussusception.htm.
13. Spalding SC, Evans B. Intussusception. Emergency Medicine Journal.
2004;36(11):12-9.
14. Brunicardi FC,Andersen DK, Billiar TR, Dun DL, Hunter JG, Pollock RE.
Schwartz’s principle of surgery. 8th ed. United Stated of America: The
MacGraw-Hill Companies; 2007.
15. Bines JE, Ivanoff B, Justice F, Mulholland K. Clinical case definition for
the diagnosis of acute intussusceptions. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition. 2004;39:511-8.
16. Shenlie. Intussusception. Olivarez College Paranaque Journal. 2010;1-10.
25
17. Ilmu Bedah. Invaginasi. 2009 [diakses 27 Maret 2011]. Diunduh dari:
http://www.bedahugm.net/bedah/bedah-anak/invaginasi.
26