16
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.33 INVENTARISASI GAMBUT DI DAERAH MENGKATIP, KABUPATEN BARITO SELA- TAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Truman Wijaya Kelompok Program Peneliti Energi Fosil SARI Secara geografis daerah penyelidikan termasuk ke dalam dua Lembar Peta Rupa Bumi (Bakosurtanal, Edisi I, 1991), yaitu Mengkatip No. 1713-54 dan 53 .skala 1 : 50.000. Daerah gambut yang diselidiki terletak pada 2 o 00’00” – 2 o 15’00”LS dan 114 o 35’00” – 110 o 50’00”BT den- gan luas peta penyelidikan sekitar + 80.000 ha. Daerah ini terletak di sebelah timur kota Palangkaraya atau sebelah selatan kota BuntokSecara administratip, daerah ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geologi endapan gambut terdapat pada dataran rendah yang disusun satuan endapan aluvium yang terbentuk Kala Holosen dan berada diatas dari Formasi Dahor Dari hasil penyelidikan endapan gambut di daerah ini secara Paleogeografi terbentuk pada cekungan dian- tara undak-undak bukit batuan sedimen dan tanggul-tanggul pantai, tidak banyak dipengaruhi air sungai Barito, dengan ketebalan lebih dari 9,20 meter. Secara megaskopis endapan gambut yang ditemukan didaerah ini termasuk kelas Hemics sampai Sapric, berkomposisi dari sisa tumbuhan berupa pasta sampai ukuran 5 cm, termasuk “Ombrogeneous Peat”. Sumber daya gambut dihitung dari perkalian antara luas sebaran dan ketebalan rata-rata antara 2 isopah dan dihitung dari ketebalan 1 meter ke atas adalah 286,509 juta ton, tersebar pada areal seluas ± 46.923 ha.

inventarisasi gambut di daerah mengkatip, kabupaten barito selatan

Embed Size (px)

Citation preview

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.33INVENTARISASI GAMBUT DI DAERAH MENGKATIP, KABUPATEN BARITO SELA-TAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Truman Wijaya

Kelompok Program Peneliti Energi Fosil

SARI

”Secara geografis daerah penyelidikan termasuk ke dalam dua Lembar Peta Rupa Bumi (Bakosurtanal, Edisi I, 1991), yaitu Mengkatip No. 1713-54 dan 53 .skala 1 : 50.000.

Daerah gambut yang diselidiki terletak pada 2o00’00” – 2o15’00”LS dan 114o35’00” – 110o50’00”BT den-gan luas peta penyelidikan sekitar + 80.000 ha. Daerah ini terletak di sebelah timur kota Palangkaraya atau sebelah selatan kota BuntokSecara administratip, daerah ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara geologi endapan gambut terdapat pada dataran rendah yang disusun satuan endapan aluvium yang terbentuk Kala Holosen dan berada diatas dari Formasi Dahor

Dari hasil penyelidikan endapan gambut di daerah ini secara Paleogeografi terbentuk pada cekungan dian-tara undak-undak bukit batuan sedimen dan tanggul-tanggul pantai, tidak banyak dipengaruhi air sungai Barito, dengan ketebalan lebih dari 9,20 meter.

Secara megaskopis endapan gambut yang ditemukan didaerah ini termasuk kelas Hemics sampai Sapric, berkomposisi dari sisa tumbuhan berupa pasta sampai ukuran 5 cm, termasuk “Ombrogeneous Peat”.

Sumber daya gambut dihitung dari perkalian antara luas sebaran dan ketebalan rata-rata antara 2 isopah dan dihitung dari ketebalan 1 meter ke atas adalah 286,509 juta ton, tersebar pada areal seluas ± 46.923 ha.”

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0030 Tahun 2005,Pusat Sumber Daya Geologi. Badan geologi ditugaskan untuk menyelenggarakan penelitian, penyelidikan dan pelayanan bidang sumber daya geologi.

Sebagai implementasi dari kebijakan terse-but, Kelompok Program Peneliti Energi Fosil Pusat Sumber Daya Geologi dari Badan Geologi, memandang perlu melakukan inventarisasi endapan gambut di Zona Blok E Kalimantan Tengah, sebagai bahan masukan untuk Tim Pokja I dan II yang menjadi koordinator INPRES no. 2 tahun 2007.

Di provinsi Kalimantan Tengah, endapan gam-but tersebar sangat luas mulai dari pantai bagian selatan hingga kepedalaman. Salah satu di antaranya adalah daerah Mengkatip di Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Sela-tan, Provinsi Kalimantan Tengah, yang dikenal sebagai Blok E dikawasan Pembukaan Lahan Gambut (PLG) 1 Juta Hektar. Inventarisasi gambut di wilayah tersebut merupakan upaya menghimpun data gambut di seluruh Indone-sia dalam rangka meningkatkan ketersediaan data gambut yang terbaru dan akurat terutama dalam kaitannya dengan bidang energi alter-natif. Hal ini juga berkaitan dengan penyusunan neraca sumberdaya energi fosil dimana salah satu diantaranya adalah gambut.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan kegiatan inventarisasi gam-but di wilayah ini adalah untuk mendapatkan potensi sumberdaya gambut, serta sejauh mana potensi endapan gambut tersebut dapat dikem-bangkan lebih lanjut, dalam rangka moratorium Oslo yang telah dicanangkan pemerintan sebe-sar 26 %, khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah.

Penyelidikan ini dilaksanakan untuk mengeta-hui sebaran, ketebalan, sumber daya, mutu, kandungan emisi karbon bawah permukaan, bentuk (DOME) endapan gambut dan kondisi geologi endapan gambut di daerah penyelidi-kan.

Tujuan lain untuk penyusunan data base dan penambahan informasi mengenai gambut yang terdapat di daerah tersebut.

1.3 Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

Secara geografis daerah penyelidikan termasuk ke dalam dua Lembar Peta Rupa Bumi (Bako-surtanal, Edisi I, 1991), yaitu Mengkatip No. 1713-54 dan 53 .skala 1 : 50.000.

Daerah gambut yang diselidiki terletak pada 2o00’00” – 2o15’00”LS dan 114o35’00” – 110o50’00”BT dengan luas peta penyelidikan sekitar + 80.000 ha. Daerah ini terletak di seb-elah timur kota Palangkaraya atau sebelah selatan kota Buntok (Gambar 1).

Secara administratip, daerah ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Dusun Hilir, Kabu-paten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

1.4 Keadaan Lingkungan

Sebagian besar daerah penyelidikan ditutupi oleh hutan tropis heterogen dan merupakan zona konsevasi. Hutan tropika dataran rendah di tumbuhi berbagai macam kayu tropis dan rotan. Habitat jenis fauna yang hidup di dae-rah ini terdiri dari jenis-jenis mamalia, burung, reptilia dan ikan, seperti misalnya, Babi hutan (susbarbatus), Kancil (tragulus javanicus), Biawak (varanusborneanus) dan jenis-jenis Ular. Hewan air seperti beberapa jenis ikan banyak terdapat di daerah ini.

Penduduk setempat terdiri dari suku Banjar dan Dayak sungai atau dikenal dengan suku Bakumpai yang berasal dari hulu S. Barito. Penduduk pendatang umumnya berasal dari Sunda, Jawa dan Bali, mereka telah bermukim di daerah ini semenjak dibukanya program trasmigrasi dan penebangan kayu secara besar-besaran oleh H.P.H.

Tingkat pendidikan relatif baik, karena terse-dia berbagai tingkat sarana pendidikan, seperti SMA di Kecamatan dan SD dan. SMP yang umumnya berada di pedesaan.

1.5. Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan

Personil yang melakukan penyelidikan penda-huluan direncanakan pelaksana kegiatan terdiri dari 6 orang. Waktu penyelidikan selama 45 hari, dilaksanakan bulan pertengahan Juni sampai awal Agustus 2011. Penanggung Jawab Kegiatan kegiatan inventarisasi gambut adalah Kepala Pusat Sumber Daya Geologi.

2. GEOLOGI UMUM

2.1. Stratigrafi Regional

Secara geologi daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Barito; dalam peta geologi termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Peta Amuntai, Kalimantan skala 1:250.000 (Heryanto dan Sanyoto, 1994).

Cekungan Barito secara umum ditempati oleh batuan sedimen Tersier berupa perbukitan landai dan tidak teratur yang dipisahkan oleh dataran berawa-rawa. Menurut Heryanto dan Sanyoto (1994) dalam Lembar Peta Amuntai, stratigrafi regional berturut-turut dari tua ke muda, adalah sebagai berikut:

Batuan Malihan (Mm), berumur Jura terdiri atas amfibolit dan sekis epidot terdapat di bagian timur/tenggara peta.

Di atas batuan malihan terdapat batuan Granit Belawayan (Kgr) berumur Kapur Awal, terdiri atas granit gabungan dari granodiorit dan diorit.

Di atas batuan granit Belawayan diendap-kan Batugamping Batununggal (Klb) berumur Kapur Awal, terdiri atas batugamping orbitula dan breksi batugamping dan terendapkan seba-gai paparan karbonat.

Di atas Batugamping Batununggal diendapkan Batuan Gunungapi Haruyan (Kvh), berumur Kapur Akhir, terdiri atas breksi gunungapi dan lava basal, berkedudukan menjemari dengan Formasi Pitap yang terdapat di atasnya.

Di atas Batugamping Batununggal atau men-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

jemari dengannya adalah Formasi Pitap (Ksp), berumur Kapur Akhir, terdiri atas batulanau kersikan, batupasir kersikan dan konglomerat aneka bahan, setempat gampingan, terendap-kan di daerah kipas bawah laut; ketebalannya sekitar 2500 m.

Di atas Formasi Pitap diendapkan tidak selaras batuan Formasi Tanjung (Tet), berumur Eosen, terdiri atas batupasir kuarsa dan batulempung dengan sisipan batubara, setempat bersisi-pan batugamping, mengandung fosil. Formasi Tanjung terendapkan dalam lingkungan fluvia-til sampai dengan laut dangkal; ketebalannya sampai 750 m.

Di atas Formasi Tanjung diendapkan selaras batuan Formasi Berai (Tomb), berumur Oli-gosen, terdiri atas batugamping fosil foram besar dan bersisipan napal. Formasi ini teren-dapkan dalam lingkungan neritik dengan ketebalan sekitar 1000 m.

Di atas Formasi Berai diendapkan selaras batuan Formasi Warukin (Tmw) berumur Mio-sen Tengah sampai Miosen Akhir, terdiri atas batupasir kuarsa dan batulempung dengan sisipan batubara dan diendapkan dalam ling-kungan fluviatil, ketebalan sekitar 400 meter.

Di atas Formasi Warukin diendapkan tidak selaras Anggota Layang Formasi Dahor (TQdt), berumur Pliosen. Anggota Layang terdiri atas konglomerat aneka bahan berkomponen semua batuan lebih tua dengan ukuran kerikil - bong-kah.

Di atas Anggota Layang Formasi Dahor teren-dapkan Formasi Dahor (TQd), berumur Plio

- Plistosen. Formasi Dahor terdiri atas batupa-sir kuarsa lepas berbutir sedang terpilah buruk, konglomerat lepas dengan komponen kuarsa, batulempung lunak, setempat dijumpai lignit dan limonit; terendapkan dalam lingkungan fluviatil dengan ketebalan sekitar 250 m.

Di atas Formasi Dahor terendapkan batuan aluvial (Qa) terdiri atas batulempung kaolinit dan batulanau bersisipan pasir, gambut, kera-kal dan bongkahan lepas, merupakan endapan sungai dan endapan rawa. Endapan gambut yang berasal dari berbagai jenis tetumbuhan yang mati dan terakumulasi pada daerah-da-erah pedataran rendah dan lembah-lembah dalam cekungan dengan kondisi dan ling-kungan yang basah relatip stabil dan tenang, terjadi terus menerus berulang-ulang pada waktu yang lama.

2.2. Struktur Geologi

Secara umum struktur geologi dalam lembar peta ini terdiri atas kelurusan, lipatan dan sesar yang berarah timurlaut - baratdaya. Jenis sesar diduga berupa sesar geser dan sesar normal. Kegiatan tektonik yang diketahui adalah pada paska Miosen dan diduga telah berlangsung sebelum Tersier.

Batuan tertua berupa batuan malihan (Mm) yang diterobos batuan granit (Kgr) berhubun-gan dengan proses penelusupan dan berumur Kapur Awal. Pada waktu yang hampir bersa-maan terendapkan batugamping orbitolina (Klb) yang merupakan endapan paparan kar-bonat. Batuan-batuan tersebut merupakan alas dari sedimen laut (Ksp) yang berumur Kapur Akhir pada cekungan muka. Kegiatan gunun-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

gapi (Kvh) berlangsung sampai dengan Kapur Akhir dan berkedudukan menjemari dengan sedimen laut (Ksp). Pada awal Tersier kemung-kinan terjadi benturan yang menimbulkan terendapkannya batuan sedimen dan karbonat sebagai endapan tanahmuka. Kegiatan magma pada Tersier diduga merupakan kegiatan paska penelusupan.

2.3 Endapan Gambut

Gambut Indonesia menempati separuh dari luas gambut tropika. Dari segi umur, gambut-gambut di Kalimantan lebih tua dari gambut di Sumatra. Gambut di Barambai dan Muarapu-lau Kalimantan selatan dengan ketebalan + 1 meter ditaksir berumur 4350 tahun. Dari segi kesuburan gambut di Sumatra nisbi lebih subur dibandingkan dengan gambut di Kalimantan. Dari 20 negara di dunia, termasuk Indonesia secara keseluruhan (426 juta hektar di dunia) yang telah di manfaatkan hanya sekitar 9,5 juta hektar dengan laju pemanfatan 64.000 hek-tar per tahun. Indonesia sendiri baru berhasil memanfaatkan gambut sekitar 1,1 juta hektar, yang umumnya hanya untuk pertanian.

Menurut data geologi sebagian daerah pedataran Kalimantan Selatan dan Tengah mengandung sumberdaya endapan gambut cukup banyak, di indikasikan dengan laporan dari P4S Departemen PU, tentang lahan gambut sejuta hektar dan kadar keasaman air permu-kaan yang berhubungan dengan keberadaan endapan gambut.

Di Mengkatip dan sekitarnya, diendapkan gam-but di atas Formasi Dahor. Endapan gambut yang berasal dari berbagai jenis tetumbuhan

yang mati dan terakumulasi pada daerah-da-erah pedataran rendah dan lembah-lembah dalam cekungan dengan kondisi dan ling-kungan yang basah relatip stabil dan tenang, terjadi terus menerus berulang-ulang pada waktu yang lama.

3. KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1 Penyelidikan lapangan

3.1.1 Pengumpulan Data Sekunder

Beberapa penyelidikan pendahuluan telah dilakukan sekitar Mengkatip, dari data sekunder yang diperoleh dari Bakosurtanal adalah peta topografi, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi adalah peta geologi lembar Amuntai yang dijadikan acuan untuk mempelajari stratigrafi batuan yang tercakup di daerah Mengkatip, sehingga dapat mengeta-hui sebaran aluvium yang selanjutnya sebaran tersebut kita pilih menjadi area daerah penye-lidikan.

3.1.2 Pengumpulan Data Primer

Dari hasil kegiatan di lapangan didapat 41 lokasi data gambut yang tebalnya berkisar antara 1,00 – 9,20 m, dengan tingkat pembu-sukan berdasarkan skala Van Post berkisar antara H7-H9.

Dari hasil pengamatan inti bor, pembentukan gambut didaerah ini diperkirakan dimulai dari penimbunan sisa-sisa tumbuhan jenis tanaman rendah pada lensa-lensa dataran bergelombang

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

rendah – dalam, diantara undak-undak pantai dan bukit-bukit batuan pasir yang telah lama terbentuk didaerah ini. Sehingga diperkirakan dalam pembentukan awal daerah ini kurang dipengaruhi sedimen sungai, dicirikan pula banyaknya aliran anak sungai yang menga-lir didaerah ini, sehingga terbentuk endapan gambut yang baik. Selain itu paleogeografinya sangat mendukung dalam pembentukan gam-but.

Endapan gambut didaerah ini termasuk bentuk endapan”Ombrogeneous peat” dan sebagian kecil “Topogenous peat” sedikit mengandung material matter, ketebalan berkisar antara beberapa cm hingga 9,5 meter.

Secara megaskopis seluruh endapan gambut tersebut termasuk kelas/jenis Hemic dan Sap-ric (Sistem Pemerian U.S.Agric), yang terdiri dari sisa-sisa komponen material tumbuhan berukuran halus berupa pasta (Sapric) sampai ukuran komponen 5 cm (Hemic), fragmen-frag-men sisa tumbuhan masih terlihat jelas dengan tingkat pembusukan antara H6 – H9 skala Van Post.

3.2 Analisa Laboratorium

Hasil analisa 10 conto gambut Mengkatip yang di analisa proximate dan sebagian ultimate analisis di Tabel 2.

Bulk-density antara 0,07 - 0,13gr/cc, didalam perhitungan diambil rata-rata bulk density 0,10 gr/cc. Total sulfur dibawah 1 % . PH antara 3,0 – 4,0. Volatille Matter antara 43,13- 63,21. Fixed Carbon umumnya tinggi antara 18,68 - 30,46 %

. Nilai kalori antara 3346 - 5565 kal/gr cukup tinggi, pada M-28 agak sedikit rendah, dengan kadar abu 29,94 %, ini kemungkinan disebab-kan oleh kontaminasi.

3.3 Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data yangdilakukan didalam kegiatan ini meliputi :

Studi literatur, yaitu sebelum menentukan lokasi daerah penyelidikan pertama-tama mempelajari dahulu geologi daerah yang akan diselidiki, yaitu dengan menggunakan panduan peta geologi regional.

Membuat rekontruksi penyebaran antara sing-kapan dan bor tangan berdasarkan posisi dan penyebaran dari singkapan dan bor tangan.

Menghitung sumberdaya gambut, yang dihitung dengan perkalian antara luas sebaran gambut dengan ketebalan rata-rata antara dua isopah. Luas sebaran gambut dibagi menjadi 4 bagian menurut ketebalannya, yaitu sebaran gambut dengan ketebalan antara 1-3 m, 3-5 m, 5-7 m, 7-9m dan lebih besar dari >9m. Ketebalan gam-but rata-rata ialah ketebalan antara dua isopah yang dibagi menjadi empat bagian yaitu 2 m, 4m, 5m dan 8 m.

Sumberdaya = { Luas x Tebal rata-rata (m) x Bulk density (ton) dimana Bd adalah berat jenis rata-rata sumberdaya gambut.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

4. HASIL PENYELIDIKAN

4.1. Geologi Daerah Penyelidikan.

4.1.1. Morfologi

Secara keseluruhan daerah yang diselidiki memperlihatkan bentuk morfologi pendata-ran dengan ketinggian berkisar antara 5 meter sampai 25 meter.

4.1.2. Stratigrafi

Di Mengkatip dan sekitarnya terendapkan bat-uan aluvial (Qa) terdiri atas lempung organik, berwarna coklat, lempung gambutan kadang-kadang batupasirtufaan, kerikil, besi oksida, batulempung kaolinit dan batulanau bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas, merupakan endapan sungai, terkadang dibe-berapa bagian pasir, abu-abu-putih, berbutir halus, bersifat lempungan dan lanauan pasir atau lanau dibagian atas.

Lempung, putih, plastis, lanauan kadang-kadang pasiran. Endapan gambut Gambut ombrogenus (murni) yang berasal dari berbagai jenis tetumbuhan yang mati dan terakumulasi pada daerah-daerah pedataran rendah dan lem-bah-lembah dalam cekungan dengan kondisi dan lingkungan yang basah relatip stabil dan tenang, terjadi terus menerus berulang-ulang pada waktu yang lama.

Diatas Formasi Dahor yang merupakan enda-pan rawa yang diisi oleh endapan gambut dan endapan lainnya, yang terdiri atas :

Endapan tanggul ( levee ) terbentuk di pinggir

sungai dan berfungsi sebagai tanggul sungai. Endapan tanggul terdiri dari partikel lempung, batupasir halus dan lanau (silt).

Endapan dasar gambut yang umumnya ter-diri dari lempung dengan kandungan partikel organik, dan di daerah penyelidikan terdapat disebagian tempat yang mempunyai dasar lem-pung-lanau.

Gambut, ombrogenus (setebal 1 – 9,2 m) dan gambut topogenus yang secara makroskopis dapat dikualifikasikan dengan endapan gam-but saprik, derajat kematangan antara H7-H9. (tabel 4.)

4.1.3. Struktur Geologi

Di daerah Mengkatip dan sekitarnya tidak dike-temukan indikasi struktur, kondisi areal stabil, batuan termuda adalah endapan permukaan yang terdiri atas endapan rawa dan endapan sungai berumur Kuarter.

4.2 Potensi Endapan Gambut

Pembentukan endapan gambut tergantung juga dari “Paleogeografi” dimana endapan tersebut terbentuk. Dari hasil pengamatan terutama dari pemboran dan juga bentuk morfologi permu-kaan, endapan gambut di daerah ini terbentuk diantara undak-undak batuan pasir dan tang-gul-tanggul pantai, sungai disekitarnya pada satuan Aluvium rawa

Di Kalimantan Tengah bahan utama gambut adalah senyawa organik dan air. Unsur organ-iknya membentuk suatu rantai molekul terdiri atas asam humat, asam fulvat, humin, karbohi-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

drat, malam, protein, lignit, sellulosa, bitumen dan senyawa lainnya.

Endapan gambut di Mengkatip mempunyai sifat relatif heterogen, tetapi dominan H6-H9 yang terdiri dari bahan organik dan anorganik yang sangat kompleks dan telah mengalami dekomposisi secara menengah hingga tinggi yang biasanya cocok untuk energi. Komponen organik berupa karbon hidrogen yang terkand-ung didalamnya adalah komponen yang sangat penting dalam pemanfaatan gambut sebagai bahan energi.

Kualitas endapan gambut mempunyai sifat fisik secara megaskopis sebagai berikut:

Warna, gambut dekat permukaan kadang-kadang ditemukan berwarna coklat tua sampai hitam, hal ini disebabkan oleh pengaruh oksi-dasi dan bekas hutan terbakar. Warna ini banyak dipengaruhi oleh derajat pembusukan dan pengotoran zat anorganik. Pada gambut dekat dengan batuan dasar cekungan berwarna hitam kecoklatan sedangkan makin ke atas makin dominan warna coklat.

Derajat pembusukan (H), umumnya dekat per-mukaan mempunyai H rendah dan sebaliknya pada dasar gambut mempunyai derajat pem-busukan yang tinggi. Sebaran kearah horizontal tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, derajat pembusukan (H), yaitu antara H6-H9 (saprik sampai hemik ).

Kandungan kayu (W), gambut tidak homogen. Pada gambut yang tedapat di bagian bawah umumnya, mempunyai kandungan kayu relatip lebih banyak dibandingkan dengan bagian atas.

Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain derajat pembusukan dan kecepatan proses pembentukan gambut, di bagian bawah permukaan air tanah pembentukan gambut lebih cepat, sedangkan dibagian atas kayu banyak terbusukan. Kandungan kayu berkisar antara 5 - 10 %.

Kandungan akar (R), pada bagian atas sebagian besar berasal dari tumbuhan baru, sedangkan yang berasal dari tumbuhan yang lama banyak yang telah hancur, kandungan akar yang tinggi ( >25% ) terdapat dekat dengan permukaan.

Kandungan serat (F), gambut dapat digo-longkan kepada saprik sampai hemik, yang dipengaruhi oleh proses derajat pembusukan setempat, dengan prosentase kandungan serat >20 %, terutama dibagian bawah (dari tumbu-han nipah dan bakau).

Kandungan air (M), gambut erat hubungannya dengan muka air tanah. Pada musim hujan air tanah hampir sama tinggi dari pada permukaan gambut. Pada waktu penyelidikan permukaan air tanah tingginya 0 - 0,5 m dibawah permu-kaan gambut.

4.3. Prospek Pemanfaatan

Umumnya berdasarkan pengalaman di lapa-ngan, selain sebagai bahan energi alternatif gambut dapat dimanfaatkan antara lain untuk industri dan lahan pertanian. Untuk lahan gam-but Mengkatip di blok E, yang sekarang memang telah dijadikan lahan konservasi harus dilind-ungi. Selain itu agar di lahan gambut tersebut dilakukan penyelidikan dan eksplorasi dalam upaya untuk mengetahui geometri gambut.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Apabila menghitung cadangan karbon dibawah permukaan, akan dapat membantu mewujud-kan moratorium Oslo 26% emisi karbon dengan usaha sendiri dan 41% emisi karbon dengan bantuan dari luar sampai tahun 2020. yang telah disepakati oleh pemerintah, guna men-jaga iklim global dunia.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

• Endapan gambut yang dijumpai didaerah penyelidikan terjadi dilingkungan rawa air tawar sampai dataran banjir, termasuk ben-tuk endapan “Ombrogeneous” dan terdiri dari kelas/jenis Hemik.

• Formasi Dahor (TQd), berumur Plio - Plis-tosen Awal. Formasi Dahor terdiri atas batupasir kuarsa lepas berbutir sedang terpilah buruk, konglomerat lepas dengan komponen kuarsa, batulempung lunak, setempat dijumpai lignit dan limonit; teren-dapkan dalam lingkungan fluviatil dengan ketebalan sekitar 250 m, sebagai dasar dari endapan gambut.

• Dari hasil pemboran diketahui ketebalan endapan gambut berkisar dari beberapa cm sampai 9,20 meter, luas 46.923 ha, sumber-daya gambut 286,509 juta ton, nilai kalori antara 3346 - 5565 kal/gr.

• Lahan gambut di blok E disarankan untuk di konservasi, sesuai dengan rencana Inpres no. 2 tahun 2007, sebagai cadangan car-bon dunia, sebagaimana telah dicanangkan pemerintah di moratorium Oslo hingga 26%

emisi karbon dengan usaha sendiri dan 41% emisi karbon dengan bantuan dari luar sampai tahun 2020.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.A.R., 1964. The Structure And Devel-opment Of The Peat Swamps Of Serawak And Brunei. Journal of Tropical Geography. vol. 18, 1964.

A.J.P Goret, 1983; General Studies of Mires; Swamp, Bog, Fen and Moor (Ecosystems of The World 4A), Elsevier Scentific Publisahing Com-pany, Amsterdam – Ox for A New York.

Diemont, W.H., and Supardi, 1986: Genesis of Indonesia Lowland Peats and Possibilities for Development. Symposium and exhibition lowland development in Indonesia, Jakarta. University of Illinois, Urbana,Illinois.

Euroconsult, (1984) : Preliminary Assestment of Peat Development Potential. Final Report., Euro-consult, Ahrnem, The Netherland.

Geyh, H.R., Kudras Streif, H., (1974): Global changes in post Glacial Sea Level. A Memorial Calculation Quartenary Research P.264-287.

Heryanto & Sanyoto, Peta Geologi lembar Amun-tai: sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Th, 1994

Shell International, (1983) : Utilization of Indone-sian Peat for PowerGeneration.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Shell International Petroleum, London. .

Supardi, 1983; Kegunaan gambut dan perkem-bangannya di Indonesia, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung

Timor, Jarsbu 1985; Energy Project Based on Peat and Biomass Indonesia, Technical Research Centre of Findland.

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyelidikan

` Bulan-Tahun 2011

Maret April Mei Juni Juli Agustus September

PersiapanPemaparan

Kegiatan lapangan

Penyusunan laporanPendahuluan

Analisis laboratoriumPengolahan data

Penyusunan laporan akhir

Tabel 2. Analisa Kimia Endapan Gambut

No BD Ph Air Dried Basis

M ( %) VM (%) FC (%) Abu (%) S (%) NK (cal/gr)

M-09 0,09 4 8,45 51,90 23,95 15,70 0,36 4384

M-11 0,11 3 8,93 48,05 26,00 17,02 0,15 4131

M-14 0,11 3 8,30 60,08 29,68 1,94 0,18 5565

M-16 0,11 3 9,21 57,17 30,46 3,16 0,19 5058

M-18 0,10 4 8,07 53,55 22,07 16,31 0,31 4523

M-21 0,07 3 8,87 55,19 24,08 11,86 0,38 4490

M-23 0,10 3 7,79 63,21 28,38 0,62 0,14 5410

M-26 0,09 4 8,03 60,49 24,70 6,78 0,38 5326

M-28 0,13 4 8,25 43,13 18,68 29,94 0,29 3346

M-39 0,12 4 8,37 47,89 20,26 23,48 0,31 4007

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

Daerah Penyelidikan

Gambar 1a Peta Indek Daerah Inventarisasi

Gambar 1b Peta Indek Daerah Inventarisasi

BLOK E

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

Tabel 5. Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan

UMUR FORMASI PEMERIAN LITOLOGI

K

U

H

O

ALLUVIUMRAWA

Gambuta.Gambut ombrogenus ( murni)b.Gambut topogenus ( gambut- terpengaruh material klastik)

A

R

L

O ALLUVIUMRAWA

Pasir, abu-abu-putih, berbutir halus, bersifat lempungan dan lanauan pasir

atau lanau dibagian atas.Lempung, putih, plastis, lanauan kadang-

kadang pasiran

T

E

S

EALLUVIUM

RAWA

lempung, putih kotor plastis dengan lanau kadang-kadang pasir, berbutir halus mengandung mengandung material

organik, cangkang kerang

R N

Lempung organik, coklat, lempung gambutan kadang-kadang menjari dengan

endapan laut dangkal

PLIS-TOSEN Dahor

Tufa, batupasirtufaan & kerikil, besi oksida

Tabel 3. Stratigrafi Sedimen Tersier Cekungan Barito Bagian Tengah(Heryanto dan Sanyoto, 1994).

UMUR SIMBOL FORMASI LITOLOGI TEBAL(m)

KUARTER Q Alluvium Endapan Sungai

PLIOSEN Tgh Dahor

Batupasir, Lempung lignit, tanah liat umumnya abu-abu kotor sampai

kecoklatan. Tanah liat serpih, selingan batubara

400m

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.33

MIOSEN AtasTf

atas

War

ukin

Batubara

Atas: batubara sampai 20m dengan selingan lempung dan pasir

600mMIOSEN Tengah

Tf bawah

Bawah: napal, lempung, bekas tanaman, batupasir kapuran berfosil

MIOSEN Bawah

Te atas

Ber

aiFacies pantai (reef) di atas napal, serpih, pasir kapuran berwarna coklat, tipis, berfosil

OLIGOSEN

Te Bawah

Ted

Facies pantai (reef), foram besar, serpih, napal, berwarna coklat abu-abu.

Batugamping, masif, tebal, berfosil, serpih, abu-abu gelap, selingan batugamping

2000m

EOSEN Tab Tanjung

Serpih, napal, batugamping sisipan batupasir, serpih, batubara.Serpih, batupasir, konglomerat 1000m

PRA TERSIER Serpentin dan metasedimen

Tabel 6. Ringkasan Perhitungan Sumberdaya Gambut.

Daerah Luas juta(m2)

ketebalan rata-rata ( m )

Sumberdayajuta (m3)

isopah 1-3 m 72,4 2 144,80

isopah 3-5 m 66,37 4 265,48

isopah 5-7 m 95,22 6 571,32

isopah 7-9m 233,67 8 1869,36

isopah >9m 1,57 9 14,13

jumlah 469,23 2.865.09

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.33

PETA GEOLOGI DI DAERAH MENGKATIP.