53
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Ge olo gi Reg io nal Ce ku ngan Bar it o Cekungan Barito berada di bagian tenggara Pulau Kalimantan. Cekungan ini merupakan cekungan asimetris. Sebelah barat dekat paparan sunda terdapat Cekungan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar-sesar naik ke arah barat dari punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik. Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh paparan sunda, sebelah timu r Pegunun gan Meratu s, sebela h uta ra diba tas i oleh Adang Flexure. (Satya na, dkk.,1994) 2.1. 1 Tekt onik Re gi onal Pulau Kalimantan sendiri merupakan daerah tektonik yang relatif stabil, merupakan bagian dari Lempeng Mikro Sunda yang mempunyai karakteristik dan tatanan struktur yang cukup berbed a dengan pulau-pula u lainnya di Indonesi a, yang dipenga ruhi oleh zona subduksi. Lempeng Mikro Sunda merupakan pecahan atau fragmental Lempeng Eurasia yang terpisah ke bagian tenggara akibat tumbukan dengan kerak Benua Asia dan pola tektonik yang berkembang pada Cekungan Barito mengikuti pola tektonik pada Lempeng Mikro Sunda. Pada dasarnya pola tektonik yang terjadi pada Lempeng Mikro Sunda merupakan proses pemisahan akibat tekanan yang terjadi pada lempeng itu sendiri. Faktor

barito basin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 1/53

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Cekungan Barito

Cekungan Barito berada di bagian tenggara Pulau Kalimantan. Cekungan

ini merupakan cekungan asimetris. Sebelah barat dekat paparan sunda terdapat Cekungan

Barito dengan kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yangdibatasi oleh sesar-sesar naik ke arah barat dari punggungan Meratus yang merupakan

bongkah naik. Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh paparan sunda, sebelah

timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Adang Flexure. (Satyana,

dkk.,1994)

2.1.1 Tektonik Regional

Pulau Kalimantan sendiri merupakan daerah tektonik yang relatif stabil,

merupakan bagian dari Lempeng Mikro Sunda yang mempunyai karakteristik dan tatanan

struktur yang cukup berbeda dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, yang dipengaruhi

oleh zona subduksi.

Lempeng Mikro Sunda merupakan pecahan atau fragmental Lempeng Eurasia

yang terpisah ke bagian tenggara akibat tumbukan dengan kerak Benua Asia dan pola

tektonik yang berkembang pada Cekungan Barito mengikuti pola tektonik pada Lempeng

Mikro Sunda. Pada dasarnya pola tektonik yang terjadi pada Lempeng Mikro Sunda

merupakan proses pemisahan akibat tekanan yang terjadi pada lempeng itu sendiri. Faktor

Page 2: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 2/53

eksternal yang ikut berperan dalam

Page 3: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 3/53

6

a. Blok Schwaner

Blok ini oleh Van Bemmelen dianggap sebagai bagian dari Paparan Sunda yang

mengalami pengangkatan sejak Zaman Kapur Akhir, dimana batuannya terdiri dari

batuan beku dan batuan malihan yang berumur Pra-Tersier. Bagian timur dari blok ini

mengalami gerak penurunan pada Paleogen dan tertutup oleh sedimen Tersier yang

tidak terlipat. Bagian ini dikenal sebagai Pelataran Barito (Barito Platform). 

b. Blok Paternoster

Blok ini dianggap suatu daerah tektonik yang kompleks, terdiri dari pelataran

paternoster yang terletak di lepas pantai Kalimantan Tenggara dan sebagian daerah di

daratan Kalimantan. Blok ini hanya sebagian yang mengalami pengangkatan.

c. Pegunungan Meratus

Daerah ini terletak diantara Blok Schwaner dan Blok Paternoster, yang merupakan

daerah dengan pengendapan yang cukup tebal. Daerah ini mengalami perlipatan dan

tersesarkan serta terangkat dengan kuat.

d. Tinggian Kuching

Tinggian Kuching atau Kuching high terbentuk akibat dari pengangkatan yang terjadi

pada busur kepulauan dengan daerah perairan dangkal di sekitarnya, yang merupakan

bagian yang tinggi pada Zaman Paleogen di Kalimantan Utara. Daerah ini terpisah

dari Kalimantan Baratlaut yang mengalami suatu penurunan dengan cepat. Tinggian

Kuching merupakan sumber (source) untuk pengendapan di daerah baratlaut dan

Page 4: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 4/53

tenggara selama Neogen.

Page 5: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 5/53

7

kompresional muncul pada kala miosen tengah hingga plio-plistosen mengakibatkan

inversi dan pengaktifan kembali sesar extensional yang sudah terbentuk sebelumnya

menghasilkan kenampakan struktur yang sekarang terbentuk pada cekungan barito.

Secara umum keadaan teknonik dan stratigrafi di Cekungan Sumatra Tengah

dapat digambarkan dalam 4 fase utama (Satyana, dan Silitonga, 1994). Ketiga fase

tektonik ini adalah:

1. Prerift, fase ini merupakan kompleks tektonik yang terjadi pada  basement yang

terdapat pada dasar cekungan.  Basement   terletak di sepanjang Paparan Sunda,

dikomposisi oleh variasi pencampuran berbagai macam sumber: basement dari kerak 

benua di bagian barat, zona akresi kala mesozoic dan batuan berumur Paleogen di

bagian barat. Terdapat ketidakjelasan mengenai distribusi dari tipe batuan dibawah

permukaan, akan tetapi di bagian timur cekungan, basement menunjukan tipe batuan

Meratus, tidak menunjukan tipe batuan dari Barito-Platform, hal ini menimbulkan

spekulasi mengenai kontak dari dua tipe batuan pada basement, dan menerangkan

bahwa basement tipe meratus mengalami pensesaran (Gaffney-Cline, 1971)

2. Synrift, Collision antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik bagian barat   pada

kala Eosen Tengah meneyebabkan proses pemekaran ( rifting) pada Cekungan Barito

(Daly, Hooper, dan Smith, 1987; Kusumam dan Darin 1989; Daly et al., 1991; van de

Weerd and Armin, 1992). Fase synrift  pada cekungan terjadi pada kala Paleosen-

Eosen tengah, yaitu pada pengendapan Formasi Tanjung bagian bawah, yang

merupakan sedimen yang diendapkan pada permukaan basement  yang tidak teratur

Page 6: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 6/53

yang disebabkan oleh rifting.

Page 7: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 7/53

menjadi lingkungan laut dan diendapkannya batuan karbonat yang merupakan

penyusun Formasi Berai.

4. Syninversion, pada kala Miosen Tengah terjadi collision antara Lempeng Laut China

Selatan dengan Kalimantan Utara, yang menyebabkan terbentuknya Tinggian

Kuching, pada saat yang bersamaan tumbukan ke timur Sulawesi mengakhiri

pemekaran selat Makasar dan pengangkatan Pegunungan Proto-Meratus. Kedua

peristiwa tektonik mengakibatkan pengaktifan kembali dan proses inversi dari sesar-

sesar tua pada Cekungan Barito. Proses inversi pada cekungan menjadi lebih kuat

ketika terjadi tumbukan antara Lempeng

Australia bagian baratlaut dengan Lempeng Eurasia pada kala Pliosen awal.

Pengangkatan dari Tinggian Kuching memberikan sedimen supply ke cekungan yang

lebih rendah, dan pengankatan Pegunungan-Proto Meratus menyebabkan Cekungan

Barito terpisahkan oleh lingkungan laut, sehingga siklus sedimentasi yang

sebelumnya transgresi berubah menjadi siklus regresi. Hal ini mempengaruhi

pengendapan pada Formasi Warukin dan Formasi Dahor. (Satyana, dan

Silitonga,.1994)

2.1.2 Stratigrafi Regional

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, batuan dasar ( basement) pada

cekungan barito terdiri dari pencampuran antara batuan dasar dari lempeng benua

Paparan Sunda dibagian barat yang dikenal dengan sebutan

 Barito Platform, dan batuan dasar pada zona akresi dibagian timur, yaitu   Pegunungan

Meratus. Secara umum stratigrafi sedimen-sedimen Tesier pada Cekungan Barito dari

formasi tua ke formasi muda secara berurut adalah sebagai

Page 8: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 8/53

9

terpilah buruk, bermassa dasar batupasir kuarsa berbutir kasar. Facies ini

merupakan bagian paling bawah dari Formasi Tanjung yang diendapkan tidak 

selaras diatas batuan alas Para-Tersier, tebalnya berkisar antara 8 meter dan 15

meter. Di tepi barat Pegunungan Meratus, Facies Konglomerat lebih tebal dari

yang di tepi timurnya. Di beberapa tempat di tepi timur ditemukan sisipan

batupasir berbutir kasar dengan ketebalan antara 75 cm dan 100 cm, yang

memperlihatkan structure sedimen lapisan silang-siur berskala menengah.

Adanya perbedaan ketebalan pada Facies Konglomerat dan structure perlapisan

silang-siur pada batupasir menunjukkan arah arus purba dari barat.

b. Facies Batupasir Bawah terdiri dari batupasir berbutir sedang sampai kasar

setempat konglomeratan. Batupasir ini disusun terutama oleh butiran kuarsa

dengan sedikit kepingan batuan vulkanik, rijang, dan feldspar. Facies ini

berlapis tebal yaitu antara 50 cm dan 200 cm. Structure sedimennya adalah

lapisan sejajar, lapisan silang-siur dan lapisan tersusun. Tebal facies ini terukur

di tepi barat Pegunungan Meratus antara 46 meter dan 48 meter, sedangkan di

bagian tengah dan tepi timurnya antara 30 meter dan 35 meter.

c. Facies Batulempung Bawah terdiri dari batulempung berwarna kelabu

(kecoklatan sampai kehitaman), dengan sisipan batubara dan batupasir.

Ketebalan facies ini berkisar dari 28 meter sampai 68 meter. Structure sedimen

di dalam batulempung, yang terlihat berupa lapisan pejal, laminasi sejajar,

setempat berlaminasi silang-siur dengan ketebalan berkisar antara 3 cm sampai

Page 9: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 9/53

5 cm. Batubara berwarna hitam mengkilap

Page 10: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 10/53

10

Setempat ditemukan pula sisipan tufa berwarna putih dengan ketebalan

perlapisan antara 5 cm dan 15 cm, sebagian terubah menjadi kaolin.

Gambar 2.1 Proses tektonik dan pengendapan formasi-formasi pada Cekungan Barito

bagian timur (Satyana, dan Silitonga, 1994)

Page 11: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 11/53

11

2. Formasi Berai, litologinya terdiri dari batugamping mengandung fosil foraminifera

besar seperti Spiroclypeus orbitodeus, Spiroclypeus sp, dll yang menunjukkan umur

Oligosen-Miocene Awal. Formasi Berai dibagi menjadi tiga bagian

(Satyana,dkk.,1994), yaitu :

a. Berai Bawah disusun oleh batulempung, dan napal. Diendapkan pada

lingkungan paralic-neritik

b. Berai Tengah disusun oleh batugamping massif yang diendapkan di lingkungan

paparan (shelf )

c. Berai Atas disusun oleh batulempung, napal, dan sisipan batugamping.

Diendapkan di lingkungan Lereng Delta

3. Formasi Warukin, batupasir kuarsa dan batulempung sisipan batubara, terendapkan

di lingkungan fluviatil-delta dengan ketebalan sekitar 400 meter, berumur Miocene

Tengah sampai dengan Miocene Akhir. Formasi Warukin dapat dibagi menjadi tiga

bagian (Satyana, 1994, 1995; Mason dkk, 1993; Heriyanto dkk, 1996) yaitu :

a. Warukin Bawah disusun oleh batupasir dengan batulempung gampingan dan

lensa batugamping yang tipis. Diendapkan pada lingkungan Muka Delta-

Dataran Delta

b. Warukin Tengah disusun oleh batupasir, batulempung gampingan dan batubara.

Diendapkan pada lingkungan Dataran Delta

c. Warukin Bawah disusun oleh perlapisan batubara tebal, batulempung pada

bagian atas, batupasir berlapis tipus, dan batulempung dengan lensa batubara

tipis. Diendapkan pada lingungan Fluvial-Dataran Delta

Page 12: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 12/53

4. Formasi Dahor, litologinya terdiri dari batupasir kuarsa berbutir sedang

Page 13: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 13/53

12

Gambar 2.2 Kolom stratigrafi dari Cekungan Barito yang menunjukan formasi ,

paleofacies, dan kejadian tektonik (Satyana,dkk,.1994)

 2.1.3 Petroleum System

2.1.3.1 Potensi Source Rock

Sedimentasi Tahap pertama dari Formasi Tanjung merupakan sedimen yang

diendapkan di graben paleogen berupa alluvial channel dan fan mengalami progradasi

hingga ke lingkungan lacustrine. Sejumlah lapisan tipis batubara diduga diendapkan

sepanjang tepi danau. Lingkung lacustrine dalam terbentuk pada bagian sumbu graben.

Lingkungan ini menghasilkan lingkungan reduksi yang baik bagi akumulasi algae.

Lapisan source rock berupa Lacustrine alga dapat membentuk prolific oil.

Page 14: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 14/53

13

 2.1.3.2 Maturation

Dari analisismaturasi Lower Tanjung source rock diketahui :

Pada bagian baratlaut matursi hidrokarbonnya immature early mature, dan pada bagian

tengahnya mature, sedangkan dibagian tenggaranya maturasinya overmature ( bagian

paling dalam basin ini).

2.1.3.3 Potensi Reservoir

Reservoir utama berupa synrift sand tahap 1, post rift sag fill tahap 2 dan

3. batu pasir synrift pada tahap 1 ( disebut batupasir A dan B atau Z 1015 dan Z 950 )

diendapkan dilingkungan alluvial fan dan lingkungan delta front lacustrine. Memiliki

ketebalan 30 50 meter. (Gambar 2.3)

Batupasir pada tahap 2 ( batupasir c dan d atau Z.860 dan Z.825 ) mewakili

batupair alluvial fan. Reservoar properties pada batupasir Z.860 ini lebih baik di

bandingkan batupasir pada formasi Lower Tanjung, Batupasir ini memiliki sorting yang

bagus dan mineralogy maturity yang bagus, ketbalan 25 30 meter, dengan nilai porisitas

dan permeabilitas rata-rata yang bagus. Tidak seperti Z.860, batupasir Z.825 tipis dan

diskontinyu ( melensa ) dengan ketebalan 3 5 meter. (Gambar 2.3)

Tahap 3 reservoarnya terdiri dari Batupasir e ( Z.710 dan Z. 670 ). Batupasir-E

di endapakn pada pantai/ barrier bar pada lingkungan garis pantau yang terus mengalami

regresi.Ketebalan maksimum dari batupasir- E ini 30 meter. (Gambar 2.3)

Selain batupasir pada Formasi Tanjung, terdapat beberapa potensi reservoir

Page 15: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 15/53

lainnya, antaralain batugamping pada Formasi Berai, yang

Page 16: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 16/53

14

formasi Upper Tanjung. Batuan mudstone marine ini menyediakan sealing yang efektif 

bagi reservoir Lower Tanjung. Tersusun atas 800 meter dengan dominasi neritic shale dan

silty shale.

 2.1.3.5 Trap

 Hydrocarbon terbentuk, bermigrasi dari Lower-middle tanjung coals, 

carbonaceous shales, dan lower warukin carbonaceous shales. Kitchen utama terletak

pada depocentre basin sekarang.

Sealing rocks dihasilkan dari intra-formational shales. Generation, migration,

dan pemerangkapan hydrocarbon terjadi sejak  middle early miocene

(20 Ma). Barito basin merupakan contoh dari efek interaksi tektonik terhadap tempat

pembentukan hydrocarbon (petroleum system).

Page 17: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 17/53

Gambar 2.3 Formasi Tanjung bagian bawah

Page 18: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 18/53

15

merupakan media untuk migrasinya hydrocarbon yang terbentuk dibagian terbawah dari

graben.

Selama late miocene, basin  mengalami permbalikan akibat naiknya Meratus,

membentuk asymmetric basin, Barito basin mengalami dipping kearah NW dan makin ke

SE semakin curam. Akibatnya bagian tengah dari mengalami subsidence, sehingga

tanjung source rock s semakin terkubur, dan menghasilkan  kedalaman yang cukup bagi

source rock  untuk menjadi hydrocarbon.

 Hydrocarbon mengisi jebakan melalui patahan dan melalui  permeable sands.Pada awal  Pliocene,  Tanjung source rocks kehabisan  liquid hydrocarbon,  sehingga

membentuk gas dan bermigrasi mengisi jebakan yang telah ada.

 Lower Warukin shales pada  depocentre basin mencapai kedalaman dari  oil window

selama plio-pleistocene. Minyak terbentuk dan bermigrasi ke   structural traps dibawah

warukin sand.

2.2 Konsep Dasar Lingkungan Pengendapan

Lingkungan sedimentasi merupakan bagian dari roman muka bumi yang

secara fisika, kimia, dan biologi berbeda dengan roman lainnya misalnya gurun, sungai

lembah, dan delta (Selley, R.C., 1985), dan dalam penentuan roman muka bumi tersebut

ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu: geologi, geomorfologi, iklim, cuaca,

kedalaman, temperatur, dan salinitas serta sistem aliran termasuk juga flora dan fauna

yang terdapat dalam lingkungan sedimentasinya. Faktor-faktor tersebut sangat berkaitan,

sehingga apabila ada perubahan pada salah satu faktornya maka akan menyebabkan

perubahan lainnya.

Page 19: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 19/53

Menurut Boggs (1987), lingkungan pengendapan adalah suatu tempat

Page 20: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 20/53

16

Lingkungan pengendapan terbentuk saling berhubungan satu dengan yang

lainnya, misalnya: dataran banjir, alluvial, lingkungan ini mungkin saja dapat menjadi

daerah pasang surut kemudian menjadi daerah laut dangkal bahkan mungkin menjadi laut

dalam. Hal ini dapat terjadi karena berkaitan dengan naik turunnya muka air laut global

yang menyebabkan daratan mengalami trangresi maupun regresi. Hasil dari proses

tersebut akan membentuk suatu urutan perubahan fasies secara gradasi kearah vertikal.

Hubungan antara fasies dan lingkungan pengendapan pertama kali dikemukakan oleh

Walther (1894) yang

dalam Selley, 1985).

Gambar 2.4 Hubungan fasies dengan lingkungan pengendapan

Batuan sedimen telah lama diendapkan dalam tiga kondisi pengendapan utama, yaitu:

1. Kontinental atau terrestrial (darat)

2. Marginal-marine (batas anatar laut dan darat/transisi)  

Page 21: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 21/53

3. Laut

Page 22: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 22/53

17

ditransportasi baik itu kelingkungan danau (lacustrine) atau cekungan cekungan laut

(marine basin).

Bentuk utama dari aggradasi  permukaan fluvial adalah channel  yaitu berupa

saluran tunggal atau bercabang dengan intensitas kelokan yang besar ataupun kecil

(gambar 2.1). Bentuk braided  dihasilkan oleh channel dengan intensitas aliran yang kecil

(low-river stage weaves) diantara bar-bar multipel (multiple bars channel). Ketika

intensitas alirannya bertambah besar, bar-bar tersebut membentuk bidang perlapisan aktif.

Bentuk meandering dihasilkan oleh channel dengan intensitas aliran kelokan yang besaryang membentuk  bar seiring dengan migrasi channel.

Channel dengan bentuk lurus (straight ) didominasi oleh lempung,  intensitas

kelokan kecil, terbentuk oleh submerged , perpindahan arus terjadi pada perpindahan

kelompok-kelompok bar . Segmen channel ini jarang terbentuk pada jarak yang panjang.

Tabel 2.1 Klasifikasi sederhana lingkungan pengendapan (Boggs, 1987)

Primary Depositional Setting Major Environment Subenvironment

Alluvial fan

Fluvial Braided stream

Continental Meandering stream

Desert

Lacustrine

Glacial

Delta plainDeltaic Delta front

Marginal-marine Prodelta

Beach/barrier island

Page 23: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 23/53

Estuarine/lagoonal

Page 24: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 24/53

18

material tersebut kearah laut dan terlihat perubahan bentuk channel dari tipe

braided pada daerah proximal ketipe straight pada daerah distal (Gambar 2.6).

Meskipun demikian harus ditekankan pula bahwa perubahan tersebut tidaklah

mutlak karena tergantung pada morfologi daerah sistem fluvial tersebut. Seperti

keterangan di atas, Selley (1982) berpendapat bahwa bentuk utama dari channel

yang ada yaitu bentuk atau tipe braided  dan tipe meander .

Gambar. 2.5. Klasifikasi channel berdasarkan pada bentuk dan tipe sedimen pengisi

yang berasosiasi dengan variabel kestabilan relatif (Schumm, 1981 dalam

 Evaluation and Respone of Fluvial System)

2.2.1.1 Sistem Braided

Sistem sungai braided  ini terbentuk oleh jalinan channel dengan intensitas

Page 25: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 25/53

kelokan yang kecil. Pada daerah ini pengerosian terjadi dengan cepat, proses

Page 26: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 26/53

19

merefleksikan pengendapan pada energi tinggi dengan aliran yang searah

(undirectional flow), tabular cross bedding  dan punggungan bar   yang lurus

memanjang.

2.2.1.2 Sistem Meander

Sikuen umum dari tipe ini didominasi oleh material dengan butiran halus

dan memperlihatkan distribusi menghalus kearah atas ( fining upward ). Struktur sedimen

yang berkembang merefleksikan berkurangnya energi arus yang bekerja, yaitu trough

cross bedding  pada bagian bawah dan  parallel lamianasi  pada bagian atas channel.

Permukaan lateral akresi yang terbentuk merefleksikan perpindahan  point-bar secara

tegak lurus terhadap arah aliran sungai (Gambar 2.8).

Tipe channel  ini terbagi atas tiga subfasies  utama yang menghasilkan

pengendapan sub-lingkungan yang berbeda yaitu Sub-Lingkungan Flood Plain, Sub-

Lingkungan Channel dan Sub-Lingkungan Abandoned Channel.

Page 27: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 27/53

20

Sub-Lingkungan Flood plain

Endapan pasir sangat halus, lanau dan lempung, diendapkan pada daerah

overbank flood plain sungai. Struktur sedimen yang terbentuk diantaranya  parallel

laminasi, ripple mark dan kadang-kadang terdapat horison batu pasir  yang mengisi

struktur shringkage crack , yang diasumsikan terdapat pada daerah subarerial.

Terdapatnya tanah (soil) diindikasikan oleh adanya carbonat chaliches,  ferruginous

laterites dan rootlets horizon. Gambut kemungkinan dapat terbentuk  dan juga kumpulan

sisa tanaman yang terawetkan pda permukaan lapisan. Sub-fasies ini sebagian besardiendapkan pada arus suspensi selama air sungai melimpah dan memotong bagian

tanggung disisinya.

Sub-Lingkungan Abandoned Channel

Sub-fasies abandoned channel  terdiri dari endapan batupasir halus berbentuk 

tapal kuda dan biasanya disebut ox-bow lake  yang terbentuk ketika sungai meander 

memotong bagian lain dari permukaan disekitar sungai tersebut. Endapan pada sub-fasies

ini serupa dengan endapan pada sub-fasies  floodplain, tetapi dapat dibedakan dari

geometrinya, yaitu endapan yang menindih abrasi konglomerat channel lag, tidak terdapat

selang dengan sikuen batupasir point -bar .

Sub-Lingkungan Channel

Perpindahan lateral meander channel mengerosi bagian luar dari tepi sungai yang

cekung (concave bank ), menoreh dasar sungai dan mengendapkan sedimen pada inner 

bank  ( point bar). Proses tersebut menghasilkan karakteristik sikuen pada ukuran butir dan

struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang erosi diisi oleh material sedimen berbutir

kasar, mud pellet  dan sisa-sisa kayu. Endapan tersebut disebut sebagai lag deposite pada

Page 28: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 28/53

dasar channel dan ditindih

Page 29: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 29/53

21

Gambar 2.7 Sub-lingkungan pengendapan dan sikuen sedimentasi pada channel 

braided (Selley, 1982)

Page 30: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 30/53

22

2.2.2 Sistem Pengendapan Delta

Delta adalah salah satu bentuk lingkungan pengendapan transisi yang merupakan

akumulasi sedimen fluvial pada muara sungai. Delta akan terbentuk bila pasokan (supply)

sedimen dari sungai lebih besar daripada sedimen yang didispersikan oleh gelombang dan

pasang laut atau danau, sehingga akan terbentuk keseimbangan dinamika antara arus

sungai dan mekanisma yang bekerja pada suatu cekungan. Bersamaan dengan

pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali

pada sistem delta yang ada. Morfologi delta tersebut secara umum terbagi atas tiga

komponen utama, yaitu: delta plain, delta front  dan prodelta. (Gambar 2.9)

2.2.2.1 Dataran Delta ( Delta Plain)

 Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri  dari

channel yang sudah ditinggalkan.  Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan

terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk 

suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti

serpih organik dan batubara. Pada kondisi iklim yang cenderung kering (semi-arid)

sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit. Wright, 1975).

Daratan delta plain  tersebut ditoreh oleh saluran saluran sungai yang bercabang-

cabang yang dikenal dengan sebutan distributaries channel jika arus yang datang berasal

dari sistem sungai fluvial dan disebut tidal channel jika arus yang datang berasal dari arah

Page 31: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 31/53

laut akibat kuatnya arus tidal.

Page 32: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 32/53

23

dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan

kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah

cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung.

Endapan point bar  terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee

alami berasosiasi dengan  distributary channel sebagai tanggul alam yang  memisahkan

dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir halus dan

rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material

selama terjadi banjir.

Gambar 2.9 Morfologi delta beserta sub-lingkungan delta (Nichols, 2009)

Endapan Interdistributary Flood Plain

Endapan interdistributary channel  merupakan endapan yang terdapat diantara

distributary channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal,

Page 33: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 33/53

tidak berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Pada

Page 34: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 34/53

24

2.2.2.1.2 Lower Delta Plain

 Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara   sungai

dengan laut, yaitu dari low tidemark  sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-

surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit )

meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan

pengisi distributary yang ditinggalkan.

2.2.2.2 Muka Delta (Delta Front)

Muka delta ( Delta front ) terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi

sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapakan dari

distributary channel  tersebut membentuk endapan bar diujung muara dari distributary

channel  tersebut, atau biasanya disebut distributary mouth  bar . Pada penampang

stratigrafi, endapan bar memperlihatkan distribusi  mengkasar kearah atas (coarsening

upward ). Bar tersebut dapat menjadi suatu reservoir hidrokarbon yang baik tergantung

tipe delta yang terbentuk dan trgantung juga pada rata-rata suplai sedimen yang dibawa

oleh sungai (river  influx). Diantara distributary mouth bar tersebut terakumulasi lempung

lanauan (silty mud ) atau lempung pasiran (sandy mud ) yang bergradasi menjadi lempung

kearah lepas pantai. Menurut Coleman (1969) dalam Fisher (1969), lingkungan

pengendapan delta front   dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan

karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu :

Subaqueous Levees

Page 35: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 35/53

Merupakan kenampakan fasies endapan delta front   yang berasosiasi

Page 36: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 36/53

25

Pada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi

dalam sistem pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan

melalui proses fluvial. Strukur sedimen yang dapat dijumpai antara lain : current ripple,

cross bedding dan massive graded bedding.

 Distal Bar

Pada distal bar , urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya tersusun

atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi,

perlapisan silang siur tipe through

2.2.2.3 Delta ( Pro Lereng delta)

Prodelta merupakan kelanjutan dari delta front kearah laut dengan 

perubahan litologi dari batupasir bar  menjadi endapan batulempung dan selalu ditandai

oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta dimana

hanya terdiri dari akumulasi endapan suspensi halus (suspended   silt and clay). Pada

endapan prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan

laut. Prodelta  ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan, tetapi pada

 prodelta  ini endapannya lebih tipis dan memperlhatkan pengaruh proses endapan laut

yang tegas.

Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara  delta front dan endapan

normal marine shelf yang berada di luar delta front . Prodelta merupakan kelanjutan delta

 front  ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar  ke endapan batulempung

dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal

dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri

Page 37: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 37/53

serta fasies mengkasar ke atas

Page 38: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 38/53

26

sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.

Karakteristik batuan sedimen pada tiap sub-lingkungan pada delta akan

menunjukan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung kepada letak 

diendapkannya batuan sedimen tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan proses

sedimentasi pada tiap sub-lingkungan yang ada pada delta yang dipengaruhi oleh supply

sedimen, tempat akomodasi, arus sedimentasi, pengaruh muka air laut dan lain

sebagainya. Pada Gambar 2.10 diperlihatkan beberapa suksesi vertikal dari batuan

sedimen pada tiap sub-lingkungan delta.

Page 39: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 39/53

Gambar.2.10 Suksesi vertikal dari batuan sedimen di tiap lokasi pada sistem delta.

(Nichols, 2009)

Page 40: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 40/53

27

Kegunaan dasar dari wireline logs dilihat dari aspek petrofisika dan geologi

umum dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kegunaan Dasar Wireline Logs; - (Pada dasarnya) kegunaan kualitatif; +

kegunaan semi-kuantitatif dan kuantitatif; * kuantitatif 

Kegunaan Petrofisika Geologi Umum

 Log

      P    o    r    o    s      i     t    a    s

   P  e  r  m  e  a   b   i   l   i   t  a  s

      V    o      l    u    m    e

      L    e    m    p    u    n    g

   S  a   l   i  n   i   t  a  s   A   i  r

      F    o    r    m    a    s      i

      S    a     t    u    r    a    s      i

      H      i      d    r    o      k    a    r      b    o    n

   I   d   e   n   t    i    f    i   k   a   s    i    G   a   s

   L    i   t   o   l   o   g    i    (   u   m   u   m    )

      I      d    e    n     t      i      f      i      k    a    s      i

      M      i    n    e    r    a      l

      K    o    r    e      l    a    s      i

    S   t   r   a   t    i   g   r   a    f    i   F   a   s    i   e   s

      L      i    n    g      k    u    n    g    a    n

   P  e  n  g  e  n   d  a  p  a  n

SP - + * - -

 Resistivity + - - * - - - -

Gamma Ray + - - - -

Sonic * - + -

 Density * - + - -

 Neutron * - - + - -

 2.3.1. Spontaneous Potential Log

Perbedaan SP merupakan hasil dari suatu potensial elektron yang hadir

antara lubang bor dan formasi sebagai hasil dari perbedaan salinitas antara R mf 

(mud filtrate) dan Rw (air formasi). Spontaneous Potential Log dapat digunakan untuk:

1. Mendeteksi lapisan-lapisan permeabel,

Page 41: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 41/53

28

PSP = pseudo static spontaneous potential (SP formasi lempungan)

SSP = static spontaneous potential suatu clean sand  atau karbonat 9

SSP = - K x log (Rmf  /Rw)

K = 60 + (0.133 x Tf )

Kurva SP dapat ditekan oleh lapisan-lapisan tipis, kelempungan, dan kehadiran

gas.

 2.2.2. Gamma Ray Log

Gamma ray log merupakan log litologi yang mengukur radioaktifitas 

alami suatu formasi. Radiasi memancar dari uranium, thorium dan potassium yang

terbentuk secara alami. Karena material radioaktif terkonsentrasi dalam lempung,

lempung memiliki bacaan gamma ray yang tinggi. Sedangkan batupasir dan karbonat

memiliki bacaan gamma ray yang rendah. Gamma ray log digunakan untuk identifikasi

litologi, korelasi antar formasi, dan menghitung volume lempung.

 2.3.3. Resistivity Log

 Log resistivitas merupakan suatu pengukuran resistivitas formasi, yaitu  

ketahanannya terhadap lintasan arus listrik. Log ini dapat digunakan untuk:

1. Menentukan zona-zona pembawa air dan hidrokarbon,

2. Mengindikasi zona-zona permeabel, dan

3. Menentukan resistivitas porositas.

Sebagian besar mineral-mineral pembentuk matriks batuan dan hidrokarbon dalam pori-

Page 42: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 42/53

pori itu tidak konduktif, sehingga kemampuan batuan untuk 

Page 43: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 43/53

29

campuran lempung dan material-material non-konduktif, konduktifitas dihasilkan

oleh air formasi tetapi juga oleh lempung itu sendiri.

 2.3.4. Porosity Logs

Terdapat 3 jenis log porositas, yaitu sonic, density, dan neutron.

 2.3.4.1 Sonic Log

Sonic log merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu 

i formasi

dan unitnya adalah microsecond per foot  (µ sec/ft).

2.3.4.2 Density Log

 Density log merupakan suatu log porositas yang mengukur densitas elektron suatu

formasi (Gambar 2.11). Densitas elektron formasi ini berkaitan dengan bulk density  b)

formasi dalam g/cc dan dapat dikaitkan juga dengan porositas formasi.

 2.3.4.3 Neutron Log

 Neutron log merupakan suatu log porositas yang mengukur konsentrasi 

ion hidrogen dalam formasi. Dalam formasi yang tidak mengandung lempung dimana

porositas diisi oleh air, neutron log dapat dikaitkan dengan porositas yang diisi oleh air.

Dalam reservoir   gas, neutron log  akan mencatat porositas yang rendah

Page 44: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 44/53

dibandingkan dengan porositas formasi sebenarnya karena gas memiliki

Page 45: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 45/53

30

Tiap batuan dibawah permukaan bumi akan menunjukan respon log yang

berbeda-beda, tergantung pada batuan itu, kandungan fluida pada batuan, dan jenis log itu

sendiri yang mempunyai reaksi terhadap kandungan tertenu yang dimiliki oleh batuan.

Beberapa contoh respon log dari berbagai jenis log dari tiap litologi akan ditunjukan pada

gambar 2.11.

2.3.5 Anotasi Elektrofasies

Elektrofasies dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian respon dan

karakteristik well log yang dapat dipisahkan dari elektrofasies lain (Rider, 1996). Fasies

dalam ilmu geologi umum, mungkin tidak identik dengan elektrofasies. Tujuan utama

anotasi elektrofasies adalah mempersiapkan kumpulan data well log untuk analisis

lingkungan pengendapan atau fasies. Anotasi yang harus ditandai pada log adalah:

Page 46: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 46/53

31

perusahaan dan waktu yang berbeda, maka perlu dilakukan normalisasi nilai

Gamma Ray agar semua sumur memiliki nilai baseline/cut off yang sama.

b. Trend Lines

Suatu tren log merupakan perubahan menerus dalam satu nilai log melalui beberapa

ketebalan, baik bertambah maupun berkurang. Tren mungkin bisa lebih dari satu

meter, jika berhubungan dengan lapisan-lapisan dan kontak lapisan, puluhan meter,

 jika berhubungan dengan siklus atau sikuen, atau lebih dari ratusan meter jika

berhubungan dengan struktur yang besar atau pengisi cekungan. Tren melalui

ketebalan yang kecil dapat terjadi dalam tren yang lebih panjang sebagai variasi ordo

kedua (Gambar 2.12). Tren dengan ketebalan yang besar mungkin mengindikasikan

perubahan yang menerus dalam sedimentasi.

Page 47: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 47/53

32

c. Shapes

Suatu bentuk log  dapat dikenali, tetapi tidak dengan pola log  yang kompleks.

Bagaimanapun, bentuk-bentuk ini mungkin terjadi dalam setiap litologi, pada setiap

log, dalam setiap bentuk dan di banyak skala. Bentuk harus ditandai pada log  yang

akan menjadi indikator fasies (Gambar 2.13).

1.  Bell shape, dapat diindikasikan sebagai batupasir yang menghalus ke atas.

fluviatil, dan point bar . Secara umum merupakan indikasi sikuen yang menghalus

ke atas yang kemungkinan berupa channel 

fluvial/aluvial dan juga batupasir paparan transgresif.

2. Funnel shape, dapat diindikasikan sebagai suksesi mengasar ke atas, prograding

estuarine shoreline, progradasi deltaic atau progradasi laut 

dangkal.

3. Cylinder (Blocky) shape, bentuk ini biasanya dominan pada batupasir  channel

fluvial, turbidit, dan Aeolian. Evaporit juga dapat memiliki bentuk  blocky. 

Page 48: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 48/53

33

Data yang lebih banyak diperlukan untuk membedakan sesar dengan

ketidakselarasan. Dipmeter dan seismik kemungkinan dapat memperkuat hipotesis sesar.

Dipmeter, seismik, dan  faunal dating  juga dapat digunakan untuk identifikasi

ketidakselarasan (Gambar 2.14).

d. Abrupt Breaks

Perubahan mendadak dapat mengindikasikan perubahan litologi, perubahan struktural,

perubahan fluida, tetapi yang paling penting adalah bahwa hal itu

suatu perubahan fasies secara vertikal yang saling berhubungan (secara lateral). Di

bawah ini perubahan-perubahan mendadak yang dapat diidentifikasi:

1. Perubahan yang berhubungan dengan Litologi: erosi, penggenangan, catastrophe

2. Perubahan non-litologi: ketidakselarasan, sesar, perubahan diagenetis, perubahan

fluida

e. Anomali

Nilai anomali log  memiliki arti stratigafi. Konsentrasi mineral-mineral yang tidak 

biasa pada ketidakselarasan atau dalam tanah-tanah yang keras akan sering

menciptakan suatu puncak gamma ray yang besar (Gambar 2.15).

2.4 Konsep Dasar Interpretasi Seismik

Interpretasi dan analisis data seismik dalam pencarian hidrokarbon merupakan

salah satu bagian pekerjaan paling utama bagi para ahli ilmu kebumian ( earth scientist )

Page 49: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 49/53

untuk menginterpretasi keadaan bawah permukaan.

Page 50: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 50/53

34

memberikan jawaban yang paling dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil

analisa seluruh data yang ada. Interpretasi adalah membuat pemodelan dari suatu daerah

prospek dimana diperlukan pengalaman dan imajinasi untuk mengembangkan interpretasi

yang mengarah pada perkembangan baru dari daerah yang sedang diteliti.

Gambar 2.14 Contoh dari abrupt breaks (perubahan mendadak) (Rider, 1996)

Page 51: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 51/53

Page 52: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 52/53

35

Berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan dalam interpretasi seismik.

1. Interpretasi Sesar-sesar mayor, suatu interpretasi struktural dasar dengan

memprediksi kesamaan kejadian.

2. Picking horizon kunci, horizon-horizon dipilih terutama pada kontinuitasnya melalui

volume.

3. Interpretasi sesar secara rinci.

4. Horizon-horizon kunci pengisian celah-celah, data di- picking pada setiap line dan

trace berdasarkan gridnya. 

5. Interpolasi horizon, dilakukan untuk mengisi celah-celah di area dan memberikan

permukaan lengkap untuk visualisasinya.

6. Membandingkan/  Horizon slicing, bertujuan untuk menghasilkan irisan waktu secara

geologi dan identifikasi geometri pengendapan yang dapat digunakan untuk 

menentukan fasies.

7. Pembuatan peta kedalaman dan atribut seismik, atribut yang digunakan meliputi peta

dip dan peta azimuth (digunakan untuk koreksi struktur), dan juga peta amplitudo

(RMS Amplitude).

8. Pemetaan properti reservoir , atribut peta-peta tersebut berhubungan dengan

semua data geologi termasuk core, palinologi dan data log untuk menghasilkan peta

lingkungan pengendapan dan model geologi untuk systems  tracts mayor pada

tingkatan prospektif.

9. Visualisasi akhir, hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan well  dan diskusi

multidisiplin selanjutnya.

Page 53: barito basin

7/21/2019 barito basin

http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 53/53