Upload
nyemor
View
103
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kalo mau investasi di Sumatera Barat hubungi: sdra. Romeyn 081384674725....you want to invest in sumatera barat's tourism call that number..
Citation preview
Investasi Pariwisata di Gerbang Minangkabau
oleh : Romeyn Perdana Putra
Lima provinsi di Indonesia akan mendapatkan prioritas dari pemerintah sebagai
daerah tujuan wisata unggulan pada 2007 dengan dukungan dana Rp50 miliar.
Prioritas itu akan difokuskan pada pengembangan produk wisata dan sumber
daya manusia. Melalui dukungan tersebut pemerintah menargetkan peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke lima daerah tersebut meningkat
10% tiap bulannya. Menurut Dirjen Pemasaran Depbudpar Thamrin B. Bachri,
daerah tersebut adalah Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. (Kutipan dari Bisnis Indonesia,
Agustus 2006)
Sumatra Barat telah ditetapkan sebagai tujuan wisata unggulan, salah satu
penunjangnya adalah Minangkabau Internasional Airport (MIA), diresmikan oleh
Wakil Presiden RI Yusuf Kalla pertengahan tahun 2006 lalu. Tentu investasi ini
harus berdampak luas bagi kepariwisataan Sumatra Barat.
Momen peresmian MIA ini menjadi pijakan untuk langkah pemerintah daerah
untuk menampilkan dan mengembangkan Pariwisata sebagai industri. Industri
Pariwisata khususnya di Padang dan Bukittinggi telah memiliki modal dasar yang
kuat. Dapat dilihat dari kesiapan infrastruktur wilayah ini, dengan adanya hotel-
hotel, obyek wisata telah tertata dengan fasilitas memadai. Ditambah karakter
kepariwisataan kuat dari Obyek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) ini tak dapat
dibanding-bandingkan atau dipandang sebelah mata (modal dasar ikon-ikon
kepariwisataan seperti Jam Gadang, Rumah adat bagonjong, suvenir dan
sebagainya).
Satu hal perlu menjadi perhatian adalah Kabupaten Padang Pariaman. Sebagai
gerbang menuju kerayaan alam dan budaya minangkabau, karena Bandara MIA
berada di wilayah kabupaten ini. Dan ditambah bila wisatawan akan bepergian
antara Padang dari dan ke Bukittinggi dipastikan melalui wilayah kabupaten ini.
Sebuah nilai tambah dan peluang yang merupakan kesempatan besar investor
untuk lebih meningkatkan sektor pariwisata sebagai unggulan.
Menurut brosur yang dikeluarkan kantor pariwisata seni dan budaya Kabupaten
Padang Pariaman wisata alam, wisata budaya dan wisata ziarah menjadi modal
awal pengembangan pariwisata KPP dengan slogan “Buruan !!! Nikmati Nuansa
Alam di Kab. Padang Pariaman”. Untuk wisata ziarah KPP memiliki Makam Syeh
Burhanuddin dan masjid tua Limau Purut. Untuk wisata budaya, tak salah bila
KPP menampilkan sipak rago semacam permainan rakyat semacam olahraga
volley dimainkan sembilan orang berpakaian adat namun menggunakan kaki.
Lain lagi kesenian tradisional Gandang Tasa, lebih kurang berupa bedug di
tanah jawa namun bentuknya segendongan orang dewasa. Dimainkan dalam
grup dan bunyinya menghentak berampak semangat. Ada juga pacuan kuda di
Duku Banyak nagari Balah aie. Untuk wisata alam daftarnya akan lebih panjang
lagi. Namun yang bisa menjadi prioritas adalah Anai Golf & mountain Resort
sebagai pilihan tempat bermain golf. Pemandian alami Lubuk Bonta yang tidak
jauh dari pusat kota. Pantai Arta, Tapian Puti, Ikan Larangan, Lubuk Cimantung,
Muaro Gasan Lestari maupun tirta alami.
Untuk Suvenir ada sulaman Padang Pariaman yang kabarnya dihebohkan telah
difasilitasi dan dikembangkan di Malaysia. Dari hasil telusuran, berita ironis
tersebut ditampik oleh uni Nur salah seorang pemilik industri rumahan sulaman
di Pauh Kamba. Menurutnya tidak ada anak gadis atau penyulam dari
kampungnya telah berpindah ke negeri jiran untuk mengembangkan sulaman
khas Padang Pariaman. Walaupun begitu ibu guru SMP ini juga tidak yakin
apabila di luar kampungnya ada perantau melakukan hal tersebut. Selain
sulaman ada tikar balambak terbuat dari pandan tenun berlapis dua dengan
corak berbeda antara atas dan bawahnya. Tikar ini dahulunya harus dimiliki oleh
setiap rumah untuk tempat duduk para ninik mamak. Tebal, Empuk dan tidak
panas adalah keunggulan tikar ini. Karena dibuat dua lapis dan bagian bawah
besar anyaman berbeda, hingga bisa berfungsi ganda selain tikar duduk bisa
menjadi alas tidur nyaman.
Untuk berwisata tak lengkap kiranya bila tak mencicipi makanan spesial
setempat. Kini aktifitas ini telah populer sebagai apa yang disebut wisata kuliner.
Cemilan, makan besar atau oleh-oleh makanan menjadi objek buruan. Cobalah
Mangkuak Badeta, tak ada duanya didaerah selain di Padang Pariaman untuk
cemilan khas.
Untuk Wisata Kuliner, Padang Pariaman tidak akan kesulitan untuk
mempromosikan menu makan besar kulineri-nya. Menurut ibu Bupati Padang
Pariaman Hj. Nasrida Kasim, hampir dipastikan 80% perantau dari Padang
Pariaman adalah selain bekerja disektor formal adalah juga “Juragan Rumah
Makan Padang” didaerah rantaunya. Entah itu di Jakarta, Malaysia hingga
Australia. Orang Padang Pariaman walaupun rumah makan itu kecil tapi milik
sendiri dan memiliki jiwa enterprenur tinggi beliau menambahkan. Ibu Ida juga
menambahkan dari sate, lauk pauk hingga cemilan juadah dapat dirasakan
perbedaannya. Selintas paparan diatas bisa menjadi gambaran wisata ziarah,
kuliner, alam dan budaya milik masyarakat kabupaten Padang Pariaman.
Tetapi sebagai gerbang menuju kerayaan alam minangkabau Kabupaten ini
kurang diminati para investor dalam maupun luarnegeri. Kendala pengembangan
ini menurut Bupati Padang Pariaman Drs. H. Muslim Kasim, Ak, M.M., Datuk
Sinaro Basa, bukan karena Investor takut menanam modal di Kabupaten Padang
Pariaman. Namun lebih kepada perhitungan kembali modal. Ini diakui oleh
Bupati Padang Pariaman ketika ditemui di kediaman beliau awal bulan lalu. Ia
menambahkan investor takut bukan karena adanya masalah status lahan atau
budaya setempat yang tidak mendukung pariwisata.
Menurut Muslim Kasim, Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (Adat
Bersendi Syara’, Syara’ Bersendikan Kitabullah/ABSSBK) bukanlah penghambat
pengembangan Pariwisata. Malah sebagai pondasi dari pengembangan industri
itu sendiri. Bagaimana Adat dipegang teguh dan menjadi pijakan masyarakat
untuk mengembangkan pariwisata dan disinilah keunikan adat matrilineal nagari
minangkabau. ABSSBK adalah pandangan hidup prinsip.
“Tagangnyo bajelo-jelo, Kandui badantiang-dantiang” (Tegangnya berjalar-jalar,
Kendur berdenting-denting) demikian penjelasan Rustam Jalaluddin, S.Sos.
Datuk Simarajo Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Padang
Pariaman dan didampingi Sekertaris Kerapatan Adat Alam Nagari Pemkab
Padang Pariaman Martias Nur Datuk Tumangguang Basa. Maksudnya dalam
kehidupan masyarakat adat alam minangkabau, toleransi adalah tegak teguh
namun menjalar fleksibel, kendurnya bak bunyi besi dipukul. ABSSBK adalah
tegak teguh yang menjalar-jalar dan bukan tanpa toleransi atau menjadi harga
mati. Lebih kepada tenggang rasa berlandasan keteguhan. Demikian ninik
mamak mengajarkan nilai-nilai untuk fleksibel terhadap pertumbuhan dan
pengembangan. Jadi kepariwisataan bukanlah tabu untuk dikembangkan dan
kebijakan masyarakat adat tidak menghambat petumbuhan.
Disinggung mengenai status lahan, kepemilikan tanah. Dedy Edwar anggota
DPRD Kabupaten Padang Pariaman dari fraksi Golkar berpendapat memang
ada kesulitan tanah ulayat untuk bisa diprivatisasi. Ditemui bersamaan di Kantor
Parsenibud Kabupaten Padang Pariaman Dedy menambahkan bahwa bukan
tidak mungkin investasi swasta terjadi di ranah minangkabau. Dedy
mencontohkan Anai resort dan salah satu hotel terbesar di Bukittinggi adalah
milik swasta murni. Bupati Muslim Kasim ditemui terpisah berpendapat serupa,
investor kalau memang berniat Pemkab Padang Pariaman menjamin banyak
lahan potensial pariwisata.
Setelah pemisahan antara Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman,
otomatis kabupaten ini tidak memiliki hotel representatif pariwisata. Dalam
brosur-brosur pariwisata hotel yang layak hanya Anai resort. Namun hotel ini
berjarak kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari bandara MIA. Sebagai
bandar udara internasional sudah selayaknya MIA memiliki hotel bertaraf
internasional demikian Dedy menyesalkan. Hotel berbintang kelas internasional
hanya dimiliki Padang dan Bukittinggi.
Bupati Muslim Kasim menegaskan Kabupaten Padang Pariaman sangat
menantikan, menjamin dan akan mengakomodir segala bentuk investasi
pariwisata di daerahnya.
Nasi Sek (Seratus Kenyang)
Untuk wisata kuliner di Padang Pariaman, anda penikmat masakan pedas atau
petualang kuliner wajib mencoba hidangan Nasi Sek. Gerai masakan besar ini
mudah ditemui disepanjang pantai yang ada di Padang Pariaman.
Salah satunya yang terdapat di Pantai Tiram kecamatan Tapakis. Makan siang
sambil menikmati semilir angin pesisir barat sumatera jadi pilihan wisatawan.
Kepala Badan Keuangan Daerah Padang Pariaman Drs. Achmad Syukri, M.M.,
berkisah “Nasi Sek” berasal dari singkatan seratus kenyang. Karena pada jaman
resesi era 70-80an menu seratus kenyang adalah senjata ampuh masyarakat
setempat untuk mensiasati lapar. Tapi kini singkatan itu lebih cocok di sebut
dengan seribu kenyang. Satu ungkap penuh nasi terbungkus daun pisang
sekarang dihargai seribu rupiah jelasnya. Hingga kinipun Nasi sek masih menjadi
penangkal lapar ampuh, dengan menu ikan kakap gulai santan putih ditimpali
sayur disantap dengan dua ungkap nasi putih hanya dihargai Rp. 5.000!!!.
Lauk yang ditawarkan pun bervariasi. Dari babat kerbau, beragam ikan laut
segar seperti kakap hingga daging ayam. Salah satu sahabat berasal dari
Jakarta dihidangi Nasi sek dengan menu babat kerbau potongan besar setengah
berkeringat menerima porsi makanannya. Babat gulai putih tersebut jarang
ditemuinya dalam bentuk tersebut. Jiwa petualangnya tinggi atau rasa segannya
kepada penjamu makan siang itu yang menyebabkan ia seperti berkewajiban
menghabiskan makanan tersebut. Ditambah sang tuan rumah begitu
bersemangat mempromosikan kelezatannya, tentu mau tak mau sahabat
tersebut mencoba bersikap sopan.
Tak kurang akal, bagian babat berbentuk handuk dibalik dan dia mulai mencoba
menyantap hidangan tersebut. Bila diperhatikan ekspresi sahabat tersebut
nampak seperti peserta Fear Factor. Sebagai putra asli Padang saya tak
kesulitan menyantap tandas menu spesial tersebut. Tapi sahabat kita baru kali
ini saya ajak keliling petualang kuliner khusus di sumatra.
Tapi suap demi suap awalnya tampak mulai ada kesesuaian. Dan setelah
keringat mengucur di dahi, teman tersebut mampu menghabiskan masakan
tersebut. Ditimpali minuman bewarna merah fanta hangat suam kuku menurut
tuan rumah kami minuman itu berkhasiat menurunkan panas dalam masyarakat
setempat menyebutnya teh. Ekspresi kenyang diperoleh.
Diakhir makan siang setelah kami berpisah dengan penjamu kami, saya
menanyakan sahabat tersebut bagaimana makan siangnya?. “Babatnya aneh
ya? Kok bisa lembut dan bumbunya itu loh rame... “ ia menimpali. Ia mengakui
awalnya ia kagok luar biasa menerima menu makan seperti itu, tapi ia tetap bisa
menikmati. Ia menambahkan, “kalau ikut fear factor disuruh makan yang aneh-
aneh boleh ditambah bumbu Padang tidak ya?” selorohnya.