Upload
satria-abdillah-t
View
50
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Irigasi
Irigasi merupakan suatu usaha mendatangkan air dengan jalan membuat
bangunan-banguan dan saluran-saluran, membagi air ke sawah-sawah dan ladang
dengan cara yang teratur, serta membuang air yang tidak diperlukan lagi setelah
digunakan sebaik - baiknya (Gandakoesoemah, 1975).
Menurut Pusposutardjo (2001) Irigasi adalah bentuk kegiatan penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan
menggunakan satu kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan irgasi. Sesuai
dengan peraturan pemerintah No. 20 tahun 2006 menyatakan irigasi adalah usaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak.
Sedangkan menurut Arsis (2003) irigasi adalah pemberian air pada tanah
dengan jumlah dan waktu tertentu dengan tujuan : (i) membasahi tanah dengan
memberikan air pada waktu tidak hujan, supaya tanaman mendapatkan air yang
dibutuhkan dan mempermudah pengolahan tanah, (ii) mengatur suhu tanah dan
mengalirkan air dengan tujuan untuk mengendalikan suhu tanah yang agak tinggi,
(iii) menaikkan muka air tanah di sekitar tempat yang dilalui saluran irigasi, (iv)
menaikkan permukaan tanah dengan jalan mengalirkan air yang banyak mengandung
lumpur ke tanah yang lebih rendah, (vi) membersihkan dan melarutkan garam-garam
tanah yang terkandung dalam tanah dengan konsentrasi tinggi, (vii) memberantas
hama dalam bentuk konsentrasi tinggi.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi terdiri dari : (i) Jaringan
irigasi primer, terdiri dari bangunan utama, saluran primer, saluran pembuangan,
2
bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;
(ii) Jaringan irigasi sekunder, terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangan,
bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;
(iii) Jaringan irigasi tersier, berfungsi sebagai prasarana pelayanan irigasi dalam petak
tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks
kuarter, serta bangunan pelengkapnya; dan(iv) Petak tersier, adalah kumpulan petak-
petak sawah yang menerima air dari saluran tersier yang diambil dari bangunan bagi
sadap.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi, sistem irigasi dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:(i) jaringan
irigasi sederhana, (ii) jaringan irigasi semi teknis dan (iii) jaringan irigasi teknis
(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).Karakteristik masing-masing jenis jaringan
irigasi dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis Semi teknis Bukan Teknis
Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan permanen atau semi permanen
Bengunan sementara
Kemampuan dalam mengukur dan mengatur debit
Baik Sedang Tidak mampu mengatur/ mengukur
Jaringan saluran Saluran pemberi dan pembuang terpisah
Saluran pemberi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah
Saluran pemberi dan pembuang menjadi satu
Petak tersier Dikembangkang sepenuhnya
Belum dikembangkan dentitas bangunan tersier jarang
Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan
Efisiensi secara keseluruhan
50-60% 40-50% <40%
Ukuran Tak ada batasan <2000 hektar <500 hektar
Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan, 1986
3
Dalam kegiatan pertanian irigasi memiliki peranan yang sangat penting, yaitu:
(i) menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur kelembaban
tanah, (ii) membantu menyuburkan tanah melalui bahan-bahan kandungan yang
dibawa oleh air, (iii) memungkinkan penggunaan pupuk dan obat-obatan, (iv) dapat
menekan pertumbuhan gulma, (v) dapat menekan perkembangan hama dan penyakit
tertentu, (vi) memudahkan pengolahan tanah (Wirawan, 1991).
2.2 Manajemen Sistem Irigasi
Manajemen sistem irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau dan mengevaluasi (PP No. 20 Tahun 2006 pasal 1 ayat 37).
Pengaturan air irigasi meliputi kegiatan pembagian, pemberian, penggunaan,
dan pembuangan air irigasi. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di
bangunan bagi dalam jaringan primer atau jaringan sekunder. Pemberian air irigasi
adalah kegiatan yang menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan primer
atau jaringan sekunder ke petak tersier. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan
memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat
diperlukan. Pembuangan air irigasi , selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran
kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu
(Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 2006).
Irigasi yang baik adalah keterpaduan antara sistem fisik yang menyediakan,
membawa dan membagi air dengan sistem agronomis dan sistem sosial. Sistem sosial
menyangkut pengelolaan yang meliputi hak atas air, peraturan dan kebiasan dalam
pemanfaatan air, pengerahan sumber daya, dan bahan untuk operasi pemeliharaan
sekaligus penanganan konflik (Prasetyo, 1998). Dalam kaitannya dengan sistem
irigasi, manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan pemeriksaan kinerja pengelolaan
irigasi yang meliputi aspek organisasi, teknis dan keuangan (Anonim, 2002).
4
Menurut Huppert dan Walker (1989) manajemen sistem irigasi diartikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan pada
suatu sistem irigasi, dengan kata lain manajemen irigasi menjalankan empat fungsi
manajemen, yaitu :
a. Perencanaan
Analisis sistem tujuan, alternatif untuk mencapai tujuan, persiapan dan
justifikasi, serta keputusan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait.
b. Pengorganisasian
Merancang struktur organisasi dan menciptakan hubungan antar anggota
organisasi.
c. Pengarahan
Didalamnya terkandung proses pencapaian tujuan bersama, perilaku anggota,
interaksi antar anggota, dan manajemen konflik.
d. Pengaturan
Membahas tentang monitoring proses terus-menerus, pelurusan
penyimpangan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, dan mengukur
sistem manajemen yang telah dipilih.
Dalam manajeman sistem irigasi juga menyangkut dua hal yaitu operasi dan
pemeliharaan. Operasi adalah usaha-usaha untuk memanfaatkan prasarana secara
optimal.Untuk dapat menjamin terselenggaranya manajemen yang efisien dan efektif
serta memberikan manfaat yang sebenar-benarnya pada masyarakat petani,
manajemen sistem irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan penggunaan air yang
tersedia secara terpadu. Di samping itu pembangunan sistem irigasi sangat diperlukan
untuk peningkatan intensitas penggunaan lahan, baik untuk tanaman palawija maupun
padi sawah.
5
2.3 Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi
2.3.1 Ketersediaan Air
Air yang tersedia pada suatu lokasi tidak pernah tetap jumlahnya melainkan
selalu berubah ubah dari waktu ke waktu. Pada musim hujan terjadi debit banjir yang
besar, dan pada musim kemarau air mengalir dengan debit aliran rendah yang kecil.
Agar dapat menyatakan ketersediaan air secara sempurna maka data debit aliran
haruslah bersifat tepat waktu (time series). Data debit tersebut nantinya akan
digunakan untuk menentukan debit andalan dalam perencanaan suatu sistem irigasi.
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi.
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih
rendah dari debit andalan adalah 20%) (Dirjen Pengairan KP-10, 1986). Debit
andalan ditentukan untuk periode tengah – bulanan. Debit minimum sungai dianalisis
atas dasar data debit harian sungai. Dalam studi ini dihitung besarnya debit andalan
dengan tingkat keandalan 80 %, dimana probabilitas tersebut dihitung dengan rumus :
n = 80
100xN ........................................................................................(2.1)
Keterangan :
n = Urutan Q yang akan diambil sebagai Q andalan
N = Banyaknya tahun pengamatan
Nilai debit rata-rata, maupun debit andalan sebaiknya dihitung dari data debit
pengamatan yang cukup panjang. Permasalahan yang kerap kali terjadi adalah bahwa
data debit yang diukur tidaklengkap, yaitu banyak pengamatan yang kosong atau
salah, sehingga perlu dilakukan analisis data curah hujanuntuk melengkapi data debit
yang kosong dan memperpanjang data debit pada runtut waktu yang kurang panjang.
6
2.3.2 Kebutuhan Air Irigasi
Menurut Shidarta (1997) Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan
air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor: (a) Kebutuhan untuk penyiapan lahan, (b) Kebutuhan air konsumtif
untuk tanaman, (c) Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air, (d) Perkolasi, (e)
Curah hujan efektif, (f) Luas areal irigasi dan (g)Efisiensi air irigasi.
Besarnya kebutuhan air irigasi di lapangan dapat diperiksa kebenarannya
dengan bantuan model komputer untuk menghitung kebutuhan air irigasi,
berdasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi, antara lain pola dan jadwal
tanam, curah hujan efektif, perkolasi, efisiensi, dan sebagainya berdasarkan kriteria
perencanaan jaringan irigasi KP01 dari Direktorat Jenderal Pengairan (1986).
Kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan menggunakan Cropwat.
Perhitungannya dihitung berdasarkan evapotranspirasi (ETo) dan curah hujan
bulanan. Evapotranspirasi (ETo) didapat setelah data klimatologi bulanan yang
berupa suhu udara maksimum dan minimum, kelembapan udara (persen, mmHg, kPa,
mbar), kecepatan angin (km/jam, km/hari, m/s, mil/jam, mil/hari), dan lama
penyinaran (persen dan jam) dientry ke dalam kolom yang tersedia. Cropwat
menggunakan metode Penman Monteith yang direkomendasikan oleh FAO (1992).
a. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (IR)
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya sangat menentukan
kebutuhan maksimum air irigasi.Bertujuan untuk mempermudah pembajakan dan
menyiapkan kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman.Metode ini didasarkan
pada kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan selama periode penyiapan lahan
(Redjekiningrum,2011).
7
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
penyiapan lahan dan jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
b. Kebutuhan Air Konsumtif Tanaman
Kebutuhan air konsumtif tanaman dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang
diserap per satuan berat kering tanaman yang dibentuk atau banyaknya air yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu satuan berat kering tanaman (Jumin, 2002).
Kebutuhan air konsumtif dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat
pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air
konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat
pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung
beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif akan menurun
sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan
tersebut dengan faktor tanaman (kc).
Tabel 2.2 Koefisien Tanaman Padi
Bulan Nedeco/Prosida FAO
Varietas
Biasa
Varietas Unggul Varietas Biasa Varietas
Unggul
0.5 1.2 1.2 1.1 1.1
1 1.2 1.27 1.1 1.1
1.5 1.32 1.33 1.1 1.05
2 1.4 1.3 1.1 1.05
2.5 1.35 1.15 1.1 0.95
3 1.24 0 1.05 0
3.5 1.12 0.95
4 0 0
Sumber: Pekerjaan Umum, 1986
8
Kebutuhan air konsumtif ini dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang
akibat penguapan.Air dapat menguap melalui permukaan air atau tanah maupun
melalui tanaman. Bila kedua proses tersebut terjadi bersama-sama, terjadilah proses
evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan air bebas (evaporasi) dan
penguapan melalui tanaman (transpirasi). Dengan demikian besarnya kebutuhan air
konsumtif ini adalah sebesar air yang hilang akibat proses evapotranspirasi dikalikan
dengan koefisien tanaman (Redjekiningrum,2011).
c. Kebutuhan Air Untuk Pengganti Lapisan Air (WR)
Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan Standar
Perencanaan Irigasi (1986). Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali
dalam sebulan, masing-masing dengan ketebalan 50 mm (50 mm/bulan atau 3,3
mm/hari) dan dua bulan setelah transplantasi.
d. Perkolasi (P)
Perkolasi adalah kehilangan air di petak sawah karena meresap ke bawah
ataumeresap ke samping. Besar perkolasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah terutama
sifat fisik tanah, yaitu tekstur tanah dan struktur tanah, juga dipengaruhi oleh
kedalaman air tanah.
Besarnya perkolasi diambil berdasarkan pedoman dari PSA-10 sebagai berikut :
Untuk lahan yang datar (dataran rendah) dapat digunakan 1 mm per hari.
Untuk lahan yang miring dengan kemiringan lebih besar 5 % perkolasi berkisar
2-5 mm per hari.
Atau didasarkan pada tekstur tanah hasil pengamatan di lapangan, yaitu :
- Tanah bertekstur berat (lempungan) = nilai 1-2 mm/hari
- Tanah bertekstur sedang (lempung pasiran) = nilai 2-3 mm/hari
- Tanah bertekstur ringan (pasiran) = nilai 3-6 mm/hari
9
e. Curah Hujan Efektif (Re)
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa
tumbuhtanaman, yang dapat digunakan untuk memenuhi air konsumtif
tanaman.Kriteria Perencanaan irigasi mengusulkan hitungan hujan
efektifberdasarkandatapengukuran curah hujan dengan panjang pengamatan
10tahun.Curah huja efektif dapat dihitung dengan menggunakan metode USDA (Soil
Concervation Service Method). Dimana curah hujan efektif dihitung menggunakan
persamaan:
Peff = Ptot (125– 0.2tot) / 125 untuk Ptot< 250 mm…………(2.2)
Peff = 125 + 0.1 Ptot untuk Ptot> 250 mm…………(2.3)
Keterangan :
Peff = Curah hujan efektif (mm/hari)
Ptot = Rata-rata hujan bulanan (mm/hari)
f. Efisiensi Irigasi (EI)
Efisiensi irigasi merupakan persentase perbandingan antara jumlah air yang
dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan
dari pintu pengambilan. Air yang diambil dari sumber air yang dialirkan ke areal
irigasi tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi
kehilangan air. Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang
direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar
dari kebutuhan. Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang
hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.
Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) efisiensi pada saluran
irigasi dinyatakan dengan persamaan :
Eff = Q outQ∈¿ x100 % ¿
………………………………………………...(2.4)
10
Keterangan :
Q out = Debit ujung saluran
Q in = Debit pangkal saluram
Dan besarnya efisiensi irigasi dinyatakan dengan persamaan :
e = ep x es x et ………………………………………………………..(2.5)
Keterangan :
ep = Efisiensi di saluran primer
es = Efisiensi di saluran sekunder
et = Efisiensi di saluran tersier
g. Luas Daerah Irigasi (A)
Yang dimaksud dengan luas daerah irigasi disini adalah luas semua lahan
pertanian yang kebutuhan airnya dilayani oleh suatu sistem irigasi.Yang termasuk
dalam sistem irigasi mencakup irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana
maupun irigasi desa.
2.4 Distribusi Air Irigasi
Suatu jaringan irigasi dapat dikatakan telah berfungsi dengan baik apabila dapat
mengairi menurut jumlah dan waktu yang telah ditentukan dalam rancangan jaringan
irigasi. Bila air dialirkan melalui irigasi dapat dimanfaatkan secara efisien bagi
peningkatan produksi tanaman pertanian,maka dapat dikatakan pembangunan irigasi
berhasil, artinya IRR irigasi maximum diatas tingkat bunga (Tim peneliti Wale Sea
dalam Hidayat, 2003).
Dalam pendistribusian air irigasi harus dilakukan secara adil dan merata untuk
menunjang hal tersebut maka ada beberapa metoda dalam pendistribusian air irigasi
yaitu :
11
1. Continuos Flow, merupakan metode distribusi yang sederhana dimana air
dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian dengan
kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.
2. Rotational flow, merupakan metode distribusi yang dilakukan secara bergantian
dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan jadwal yang telah
disepakati bersama antara sesama petani pemakai air irigasi. Jadwal yang
direncakanan tentunya telah disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan
kebutuhan tanaman.
3. On demand, merupakan metode distribusi yang lebih modern dan kompleks.
Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM di kompleks
pemukiman. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam jaringan,
sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu-waktu.
Keuntungan dari metode adalah kebebasan petani pemakai air irigasi dalam
aplikasi air ke tanaman. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah kebutuhan
modal yang lebih banyak untuk pembangunan jaringannya, serta potensi
terjadinya kekurangan air saat berapa petani pemakai air menggunakan air secara
bersamaan.
4. Reservoir, merupakan metode gabungan antara continuos flow dan on demand.
Bak-bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan pertanian. Bak tersebut
akan diisi terus menerus seperti pada metode continuos flow. Selanjutnya petani
pemakai air mendistribusikan air dari bak penampungan tersebut sesuai dengan
kebutuhan mereka sewaktu-waktu seperti pada metode on-demand.
2.5 Simulasi dan Permodelan
Simulasi adalah suatu prosedur kuantitatif, yang menggambarkan sebuah
sistem, dengan mengembangkan sebuah model dari sistem tersebut dan melakukan
sederetan uji coba untuk memperkirakan perilaku sistem pada kurun waktu tertentu.
Menurut Kelton, dkk. (2003) simulasi mengarah kepada sekumpulan cara-cara dan
penerapan-penerapan untuk menirukan perilaku dari sistem yang sesungguhnya.
12
Sistem adalah kumpulan obyek yang saling berinteraksi dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan logis dalam suatu lingkungan yang kompleks. Obyek yang
menjadi komponen dari sistem dapat berupa obyek terkecil dan bisa juga berupa sub-
sistem atau sistem yang lebih kecil lagi.Dalam definisi ini disertakan elemen
lingkungan karena lingkungan sistem memberikan peran yang sangat penting
terhadap perilaku sistem itu.Bagaimana komponen-komponen sistem itu berinteraksi,
hal itu adalah dalam rangka mengantisipasi lingkungan.
Ada beberapa cara untuk dapat merancang, menganalisis dan mengoperasikan
suatu sistem. Salah satunya adalah dengan melakukan pemodelan.Permodelan dapat
didefinisikan sebagai proses pengaplikasian pengetahuan dasar atau pengalaman
untuk mensimulasikan atau menggambarkan kinerja suatu sistem untuk mencapai
tujuan tertentu. Permodelan telah menjadi komponen terpadu dalam
mengorganisasikan, menyatukan, dan merasionalkan pengamatan dan pengukuran
dari sistem sebenarnyadan dalam memahami sebab akibat sistem tersebut
(Nirmalakhandan, 2002).
2.6 Model Cropwat
Salah satu perangkat perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah Crop Water
Requiirement (Cropwat) yang disusun oleh Food Agriculture Organization
(FAO).Cropwat adalah salah satu program komputer yang digunakan untuk
menghitung evapotranspirasi potensial, evaporasi actual, kebutuhan irigasi suatu jenis
tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta merencanakan
pemberian air irigasi (Smith, 1992).
Cropwat merupakan model berbasis Windows yang digunakan untuk
menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan tanah, iklim
dan data tanaman. Program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk
kondisi manajemen yang berbeda dan skema perhitungan pasokan air untuk tanaman
yang beragam.Data yang diperlukan untuk mengoperasikan Cropwat adalah data
klimatologi bulanan (temperatur maksimum-minimum atau rata-rata, penyinaran
13
matahari, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan).Data tanaman tersedia
dalam program secara terbatas dan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sesuai
dengan kondisi setempat.
a. Perhitungan Evapotranspirasi
Peristiwa evaporasi dan transpirasi yang terjadi bersama-sama disebut
evapotranspirasi. Di dalam perhitungan dikenal ada dua istilah evapotranspirasi yaitu
(Wiyono Agung, 2000) :
1. Evapotranspirasi potensial, terjadi apabila tersedia cukup air untuk
memenuhi pertumbuhan optimum.
2. Evapotranspirasi aktual, terjadi dengan kondisi pemberian air seadanya
untuk memenuhi pertumbuhan.
Metode Penman Modifikasi (FAO-ID No.24) secara umum telah diterima
sebagai metode digunakan untuk menghitung evapotranspirasi dan data klimatologi
seperti; temperatur, kelembapan, radiasi penyinaran, dan kecepatan angin.Data
klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat dan yang paling mewakili daerah
kajian.Data pertama yang penting dari stasiun klimatologi ini adalah elevasi
ketinggian (altitude dan latitude). Masukan data klimatologi tiap bulanan meliputi:
1. Temperatur, dalam derajat Celcius, yaitu temperatur rata-rata harian atau
temperatur maksimum dan minimum dalam bulan.
2. Kelembapan udara (air humidity), dapat diartikan sebagai kelembapan
relatif (relative humidity) dalam persen (%) atau dalam mbar.
3. Penyinaran matahari (daily sunshine), dapat diartikan sebagai persentase
dari perbandingan lamanya penyinaran terhadap panjang hari atau sebagai
lamanya penyinaran dalam jam.
4. Kecepatan angin (wind speed), dinyatakan dalam satuan km/hari atau m/s.
Nilai > 10 menandakan kecepatan angin dalam satuan km/hari
Nilai < 10 menandakan kecepatan angin dalam satuan m/s
14
b. Pengolahan Data Curah Hujan
Hujan memberikan kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan air
untuk tanaman. Selama musim hujan sebagian besar kebutuhan air dipenuhi oleh
curah hujan, sementara dalam musim kering kebutuhan air dipenuhi oleh air
irigasi.Besarnya jumlah air yang berasal dari curah hujan dan jumlah air yang harus
dipenuhi oleh air irigasi sulit diperkirakan, ini dikarenakan curah hujan yang
bervariasi setiap tahunnya.
Dalam mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi oleh air
irigasi, diperlukan suatu analisa statistik yang membutuhkan data curah hujan yang
panjang.Untuk menentukan bagian hujan yang dapat diperhitungkan sebagai air yang
dapat digunakan oleh tanaman, maka digunakan data curah hujan efektif.
Curah hujan efektif didefinisikan sebagai bagian dari hujan yang secara
efektif digunakan oleh tanaman setelah beberapa jumlah air hilang karena limpasan
permukaan (run off) dan perkolasi. Curah hujan efektif digunakan untuk menentukan
kebutuhan irigasi bagi tanaman (Susilawati, 2002).Kriteria Perencanaan irigasi
mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran curah hujan dengan
panjang pengamatan 10 tahun.
15
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian iniakan dilaksanakan pada wilayah intake kiri di Daerah Irigasi
Batang Anai yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman. Waktu penelitian dimulai
pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer
yang terinstalsoftwareCropwat 8.0, peralatan tulis, kalkulator, kamera digital untuk
mengambil dokumentasi selama penelitian, dan lain-lain.Sedangkan bahan yang
digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
3.3 Metode Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan dengan 3 tahapan, yaitu
pengumpulan dan pengolahan data (data primer dan data sekunder), analisis
perbandingan antara jumlah ketersediaan air dan jumlah kebutuhan air irigasi yang
dipresentasikan dengan suatu model imbangan air, selanjutnya dengan model
imbangan air tersebut dilakukan simulasi irigasi.
Pengumpulan data primerdiperoleh melalui pengukuran dan perhitungan
datadi lapangan.Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data debit sehingga
didapat nilai efisiensi irigasi.Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi-
instansi terkait seperti Dinas Pengairan, Dinas Pertanian, dan instansi pemerintah
setempat. Data-data yang dibutuhkan antara lain: luas layanan irigasi, skema jaringan,
data iklim, data debit tahunan, serta data yang terkait dengan lembaga P3A.
Setelah semua data diperoleh, makadilakukan pengolahan data untuk
mendapatkan nilai ketersediaan dan kebutuhan air irigasi.Kemudian dilakukan
analisis imbangan air untukmengetahui jumlah air tersedia yang dapat digunakan
apakah sudah terpenuhi atau belum dan mensimulasikan pola distribusiair yang sesuai
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dengan baik.
16
3.4 Tahap Penelitian
3.4.1 Pengumpulan Data
A. Data Primer
Data primer diperoleh melalui survei lapangan.Survei dilaksanakan dua kali,
yaitu survei pertama lebih bersifat orientasi lapangan, dan survei kedua untuk
mengumpulkan data lapangan.Data primer meliputi jadwal tanam, pengukuran
kecepatan aliran, dan pengukuran debit saluran.
B. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder meliputi data luas layanan irigasi, skema
jaringan, data iklim, serta data yang terkait dengan lembaga P3A.Data sekunder
diperoleh secara instansional.
3.4.2 Pengolahan Data
Dengan beberapa data yang tersedia, maka dilakukanlah proses pengolahan
data. Proses pengolahan data dilakukan denganmenghitung jumlah ketersediaan air
dan jumlah kebutuhan air irigasi. Perbandinganjumlah ketersediaan air dan jumlah
kebutuhan air irigasi dipresentasikan dengan suatu model imbangan air.
A. Menghitung Ketersediaan Air
Perhitungan ketersediaan air didapatkan dengan menghitung debit andalan.
Debit andalan digunakan untuk melihat jumlah ketersediaan air irigasi tiap bulannya.
Langkah-langkah untuk menentukan debit andalan, yaitu:
1. Mengumpulkan data debit bulanan pada rentang 10 tahun terakhir,
2. Mengurutkan data debit bulanan yang telah didapat dari besar ke kecil
(disusun dari atas ke bawah).
3. Untuk mendapatkan nilai debit andalan dengan tingkat keandalan 80%, maka
digunakan rumus :
n = 80
100xN ........................................................................................(3.1)
17
Keterangan :
n = Urutan Q yang akan diambil sebagai Q andalan
N = Banyaknya tahun pengamatan
B. Menghitung Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan menggunakan model
Cropwatyang didasarkan pada metode Penman-Monteith dengan data klimatologi
seperti: temperatur, kelembaban, radiasi penyinaran dan kecepatan angin.Program
utama Cropwat terdiri dari 4 menu pilihan sebagai berikut:
1. Perhitungan Eto dengan metode Penman-Monteith
Input databerupa informasi dasar tentang stasiun klimatologi dan data iklim
bulanan/decade. Data-data iklim yang dibutuhkan antara lain : temperatur,
kelembapan, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari.Pada model
Cropwat data iklim diinput dengan memilih menu Climate.
Output : Evapotranspirasi referensi dengan Metode Penman-Monteith
2. Perhitungan kebutuhan air tanaman, curah hujan efektif, dan kebutuhan air
irigasi
Data yg diinput antara lain :
a. Data Eto bulanandan data curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir.
b. Data tanggal tanam, data tanaman (koef. Tanaman, perakaran,dsb.). Data
tanaman yang digunakan yaitu padi dengan lama masa tanam 150 hari.
Data tanaman padi sudah ada pada data base model Cropwat.
Output yang dihasilkan:
a. Curah hujan efektif, Etc bulanan/harian/dekade
b. Kebutuhan air irigasi bulanan/harian/dekade
18
3. Penjadwalan air irigasi
Data yang diinput antara lain :
a. Data Et, data tanaman, tanggal tanam
b. Data curah hujan, dan data tanah. Data tanah didapatkan dengan
mengambil sampel tanah pada lokasi penelitian. Kemudian dibawa ke
laboratorium tanah untuk mengetahui jenis tanahnya. Data berbagai jenis-
jenis tanah sudah terdapat pada data base model Cropwat.
Outputyang dihasilkan :
a. Kebutuhan air irigasi tiap pemberian
b. Aliran air yang diperlukan
4. Suplai air daerah irigasi
Data yang diinputyaitu :
a. Kebutuhan air irigasi tanaman
b. luas areal yang ditanam.
Outputyang dihasilkan :
a. Kebutuhan suplai daerah irigasi (lt/dt/ha)
b. Kebutuhan tiap areal yang diairi (lt/dt)
Setelah menghitung data-data tersebut pada model Cropwat, maka akan
didapatkan kebutuhan air irigasi selama satu musim tanam yang terbagi menjadi tiga
dekade setiap bulannya. Lama hari untuk satu dekade adalah sepuluh hari.
C. Analisis Imbangan Air
Setelah hasil pengolahan data tersebut diperoleh maka dilakukan analisis
imbangan air. Analisis imbangan air dilakukan untuk membandingan antara
ketersediaan air dengan kebutuhan air irigasi, dari perbandingan tersebut maka dapat
diketahui jumlah air tersedia yang dapat digunakan apakah sudah terpenuhi atau
19
belum.Jumlah air yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan air pada pintu
pengambilan.
3.4.3 Simulasi Pemberian Air Irigasi
Secara teknis simulasi pemberian air irigasi untuk berbagai
kebutuhan/penggunaan air didasarkan pada ketersediaan air yang ada, yang dapat
ditentukan dengan prinsip optimasi sebagai berikut :
1. Apabila ketersediaan air mencukupi dibandingkan kebutuhannya, maka semua
pengguna akan memperoleh jatah sesuai kebutuhannya.
2.Apabila ketersediaan air tidak mencukupi atau lebih rendah jika dibandingkan
dengan kebutuhannya, maka pemberian air perlu dibuat sistem golongan agar
kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi. Luas Area dibagi menjadi empat golongan,
yaitu golongan I dan golongan II selisih waktu tanam antar golongan adalah 15 hari,
dan begitu juga ke III dan ke IV. Cara pemberian air irigasinya dilakukan dengan
langkah seperti berikut :
Untuk 15 hari pertama air irigasi dialokasikan ke golongan I sesuai dengan
debit yang dibutuhkan oleh golongan I, untuk mengatur debit yang akan
diberikan dilakukan dengan cara mengatur tinggi muka air di pintu air.
Untuk 15 hari berikutnya pemberian air ke golongan I dan II secara serentak
sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh golongan I dan II, karena
adanya selisih waktu tanam maka debit yang dibutuhkan golongan I dan II
akan berbeda, dengan adanya perbedaan ini diperkirakan akan dapat
memperkecil kekurangan air irigasi, dan begitu seterusnya sampai golongan
ke IV.
3.4.4Output
Hasil dari rangkaian kegiatan pemprosesan data, akan menghasilkan keluaran
(output)berupa pola distribusi air pada petak tersier dan layanan secara spasial
20
berdasarkan kondisi dari ketersedian air. Dengan adanya pola distribusi ini
diharapkan dapat membantu dalam memanfaatkan ketersediaan air secara optimal.