Upload
windaariyanir
View
215
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ilmu sosial daerah
Citation preview
Observasi pertama kami adalah anak jalanan yang berada di bawah jembatan pasupati jln.............di
situ kami menemui beberapa orang anak yang sedang mengobrol ,kami meminta untuk mengobrol
mereka pun mengiyakan walau dengan muka yang sedikit kesal.Untuk pertama kami mengobrol
dengan wawan bocah umur 15 tahun ini sudah 4 tahun hidup di jalanan dia berasal dari garut dia
merantau ke jakarta karena di kampung halamannya dia merasa tidak betah karena orang tuanya
yang terlalu mengekang,yang kedua kami mewawancara dani pria berumur 21 ini telah lalu lalang di
jalananan selama 5 tahun dia berasal dari depok Jawa Barat tetapi sekarang dia kerja part time di
suatu diler mobil yang terkenal sebagai tukang parkir.penghasilan sehari-hari kedua anak jalanan ini
sekitar 20-30 rb,faktor yang membuat mereka hidup seperti ini karena lingkungan keluarga kata
sebagian dari mereka hidup di dalam rumah bagai di neraka dan barulah dijalanan ini mereka
menemukan segalanya yang mereka cari selama ini.Perkumpulan anak jalana yang berada di bawah
jembatan tersebut ternyata tiap malamnya selalu diadakan kegiatan belajar seperti mengaji, belajar
akidah, belajar baca tulis,matematika, dan b.inggris.Guru-guru yang mengajar sebagian besar dari
UPI,UNISBA, dan terdapat beberapa aktivis.Awalnya di dalam klompok tersebut terdapat 33 orang
lalu berkurang menjadi 27 anak lalu berurang kembali menjadi 17 dan akhirnya sekarang jumlah mer
ka tinggal 10 orang .Ada hal yang suka menyinggung hati mereka saat mereka mengamen yaitu saat
dia mengamen dan tas penumpang angkutan di pinggirkan dia merasa tersingung karena tidak
semua pengamen atau anak anak jalanan itu seorang copet atau orang jahat.
Yang ke dua kami mengunjungi seorang anak jalanan yang berada di dekat BEC dia seorang
perempuan berumur 14 tahun pada awalnya dia menolak untuk diwawancara karena dia trauma
akan di ciduk satpol pp sebab waktu itu pernah seperti ini meminta wawncara dan akhirnya mereka
di bawa oleh satpol pp. Kami pun sempat di datangai oleh preman ang berada di sana kami pun
menjelaskan bawa ini sebatas tugas kampus. Dengan rasa takut risma namanya bercerita dia berada
di jalanan semenjak dia kecil hal yang membuat dia hidp seperti ini karena orang tua yang sudah
meninggal.Pendapatan sehari-hari risma sekitar 10-20 rb uang tersebut di gunakan untuk membyar
kontrakan dan uang maka sehari-hari.Risma merasa sedih saat melihat sebagian orang yang berlalula
lalang di depannya hidup berkecukupan dia ingin merasa kan hal tersebut tetapi malang benar nasib
anak ini
Sedikit perbincangan saya dengan dua anak jalanan yang biasa mangkal di daerah pasar baru
kota Subang. Kedua anak tersebut bernama Dede dan Ricky. Mereka berdua berasal dari daerah Kec.
Pagaden, datang ke kota Subang hanya untuk mencari uang. Faktor ekonomi yang menyebabkan
mereka harus mencari uang sendiri. Mereka mencari keping demi keping rupiah dari orang lain.
berharap belas kasih atas keadaan mereka.
Dede sudah hampir satu bulan menjadi seorang pengamen, dan Ricky sudah dua tahun
hidup dijalanan untuk mengamen . penghasilan mereka tidak bisa di tentukan perharinya, terkadang
mereka mendapat uang perhari bisa mencapai 20-30 rb rupiah, uang tersebut mereka gunakan
untuk kehidupan sehari-hari. Walaupun mereka seorang anak jalanan bukan berarti mereka tidak
memiliki cita-cita, cita-cita mereka sungguh mulia yaitu ingin menjadi polisi namun keadaan yang
memaksa mereka untuk memutuskan sekolah hingga menjadi seorang anak jalanan yang hidup
mengandalkan suara mereka. Ricky putus sekolah dari kelas lima SD sedangkan Dede putus sekolah
dari kelas enam SD. Selain faktor ekonomi, faktor keadaan dan lingkungan yang mempengaruhi
mereka untuk hidup dijalanan. Ternyata kedua orang tua mereka mengetahui mereka hidup di
jalanan tetapi kedua orang tua mereka tidak melarangnya. Dede dan Ricky memliki cerita senang
dan pedih selama hidup di jalanan, cerita senangnya bahwa mereka berdua bisa menikmati masa
bermain sambil mencari uang bersama teman-teman sebayanya, cerita pedih yang dirasakan yaitu
ketika tidak di kasih uang, ketika mereka sedang mengamen di jalanan.
Di usia yang relatif masih muda, mereka harus harus mencari uang sendiri. pandangan hidup
mereka cukup realistis. '' asal bisa makan saja sudah syukur '' jawaban mereka ketika ditanya tentang
massa depan. Mungkin sedikit perbincangan ini bisa menjadi pelajaran untuk saya bagaimana hidup
dijalanan itu, oleh karna itu kita harus banyak-banyak bersyukur telah diberikan nikmat oleh yang
maha kuasa. Tidak selamanya manusia itu hidup diatas.