3
Observasi pertama kami adalah anak jalanan yang berada di bawah jembatan pasupati jln.............di situ kami menemui beberapa orang anak yang sedang mengobrol ,kami meminta untuk mengobrol mereka pun mengiyakan walau dengan muka yang sedikit kesal.Untuk pertama kami mengobrol dengan wawan bocah umur 15 tahun ini sudah 4 tahun hidup di jalanan dia berasal dari garut dia merantau ke jakarta karena di kampung halamannya dia merasa tidak betah karena orang tuanya yang terlalu mengekang,yang kedua kami mewawancara dani pria berumur 21 ini telah lalu lalang di jalananan selama 5 tahun dia berasal dari depok Jawa Barat tetapi sekarang dia kerja part time di suatu diler mobil yang terkenal sebagai tukang parkir.penghasilan sehari-hari kedua anak jalanan ini sekitar 20-30 rb,faktor yang membuat mereka hidup seperti ini karena lingkungan keluarga kata sebagian dari mereka hidup di dalam rumah bagai di neraka dan barulah dijalanan ini mereka menemukan segalanya yang mereka cari selama ini.Perkumpulan anak jalana yang berada di bawah jembatan tersebut ternyata tiap malamnya selalu diadakan kegiatan belajar seperti mengaji, belajar akidah, belajar baca tulis,matematika, dan b.inggris.Guru-guru yang mengajar sebagian besar dari UPI,UNISBA, dan terdapat beberapa aktivis.Awalnya di dalam klompok tersebut terdapat 33 orang lalu berkurang menjadi 27 anak lalu berurang kembali menjadi 17 dan akhirnya sekarang jumlah mer ka tinggal 10 orang .Ada hal yang suka menyinggung hati mereka saat mereka mengamen yaitu saat dia mengamen dan tas penumpang angkutan di pinggirkan dia merasa tersingung karena tidak semua pengamen atau anak anak jalanan itu seorang copet atau orang jahat. Yang ke dua kami mengunjungi seorang anak jalanan yang berada di dekat BEC dia seorang perempuan berumur 14 tahun pada awalnya dia menolak untuk diwawancara karena dia trauma akan di ciduk satpol pp

Isd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ilmu sosial daerah

Citation preview

Observasi pertama kami adalah anak jalanan yang berada di bawah jembatan pasupati jln.............di

situ kami menemui beberapa orang anak yang sedang mengobrol ,kami meminta untuk mengobrol

mereka pun mengiyakan walau dengan muka yang sedikit kesal.Untuk pertama kami mengobrol

dengan wawan bocah umur 15 tahun ini sudah 4 tahun hidup di jalanan dia berasal dari garut dia

merantau ke jakarta karena di kampung halamannya dia merasa tidak betah karena orang tuanya

yang terlalu mengekang,yang kedua kami mewawancara dani pria berumur 21 ini telah lalu lalang di

jalananan selama 5 tahun dia berasal dari depok Jawa Barat tetapi sekarang dia kerja part time di

suatu diler mobil yang terkenal sebagai tukang parkir.penghasilan sehari-hari kedua anak jalanan ini

sekitar 20-30 rb,faktor yang membuat mereka hidup seperti ini karena lingkungan keluarga kata

sebagian dari mereka hidup di dalam rumah bagai di neraka dan barulah dijalanan ini mereka

menemukan segalanya yang mereka cari selama ini.Perkumpulan anak jalana yang berada di bawah

jembatan tersebut ternyata tiap malamnya selalu diadakan kegiatan belajar seperti mengaji, belajar

akidah, belajar baca tulis,matematika, dan b.inggris.Guru-guru yang mengajar sebagian besar dari

UPI,UNISBA, dan terdapat beberapa aktivis.Awalnya di dalam klompok tersebut terdapat 33 orang

lalu berkurang menjadi 27 anak lalu berurang kembali menjadi 17 dan akhirnya sekarang jumlah mer

ka tinggal 10 orang .Ada hal yang suka menyinggung hati mereka saat mereka mengamen yaitu saat

dia mengamen dan tas penumpang angkutan di pinggirkan dia merasa tersingung karena tidak

semua pengamen atau anak anak jalanan itu seorang copet atau orang jahat.

Yang ke dua kami mengunjungi seorang anak jalanan yang berada di dekat BEC dia seorang

perempuan berumur 14 tahun pada awalnya dia menolak untuk diwawancara karena dia trauma

akan di ciduk satpol pp sebab waktu itu pernah seperti ini meminta wawncara dan akhirnya mereka

di bawa oleh satpol pp. Kami pun sempat di datangai oleh preman ang berada di sana kami pun

menjelaskan bawa ini sebatas tugas kampus. Dengan rasa takut risma namanya bercerita dia berada

di jalanan semenjak dia kecil hal yang membuat dia hidp seperti ini karena orang tua yang sudah

meninggal.Pendapatan sehari-hari risma sekitar 10-20 rb uang tersebut di gunakan untuk membyar

kontrakan dan uang maka sehari-hari.Risma merasa sedih saat melihat sebagian orang yang berlalula

lalang di depannya hidup berkecukupan dia ingin merasa kan hal tersebut tetapi malang benar nasib

anak ini

Sedikit perbincangan saya dengan dua anak jalanan yang biasa mangkal di daerah pasar baru

kota Subang. Kedua anak tersebut bernama Dede dan Ricky. Mereka berdua berasal dari daerah Kec.

Pagaden, datang ke kota Subang hanya untuk mencari uang. Faktor ekonomi yang menyebabkan

mereka harus mencari uang sendiri. Mereka mencari keping demi keping rupiah dari orang lain.

berharap belas kasih atas keadaan mereka.

Dede sudah hampir satu bulan menjadi seorang pengamen, dan Ricky sudah dua tahun

hidup dijalanan untuk mengamen . penghasilan mereka tidak bisa di tentukan perharinya, terkadang

mereka mendapat uang perhari bisa mencapai 20-30 rb rupiah, uang tersebut mereka gunakan

untuk kehidupan sehari-hari. Walaupun mereka seorang anak jalanan bukan berarti mereka tidak

memiliki cita-cita, cita-cita mereka sungguh mulia yaitu ingin menjadi polisi namun keadaan yang

memaksa mereka untuk memutuskan sekolah hingga menjadi seorang anak jalanan yang hidup

mengandalkan suara mereka. Ricky putus sekolah dari kelas lima SD sedangkan Dede putus sekolah

dari kelas enam SD. Selain faktor ekonomi, faktor keadaan dan lingkungan yang mempengaruhi

mereka untuk hidup dijalanan. Ternyata kedua orang tua mereka mengetahui mereka hidup di

jalanan tetapi kedua orang tua mereka tidak melarangnya. Dede dan Ricky memliki cerita senang

dan pedih selama hidup di jalanan, cerita senangnya bahwa mereka berdua bisa menikmati masa

bermain sambil mencari uang bersama teman-teman sebayanya, cerita pedih yang dirasakan yaitu

ketika tidak di kasih uang, ketika mereka sedang mengamen di jalanan.

Di usia yang relatif masih muda, mereka harus harus mencari uang sendiri. pandangan hidup

mereka cukup realistis. '' asal bisa makan saja sudah syukur '' jawaban mereka ketika ditanya tentang

massa depan. Mungkin sedikit perbincangan ini bisa menjadi pelajaran untuk saya bagaimana hidup

dijalanan itu, oleh karna itu kita harus banyak-banyak bersyukur telah diberikan nikmat oleh yang

maha kuasa. Tidak selamanya manusia itu hidup diatas.