ISDN and Leased Line Company

Embed Size (px)

Citation preview

ISDN and Leased Line Company Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia Maret 2003 Pertanyaan : (Henry Kuswoyo) Saya mau mengangkat topik tentang jalur ISDN dan Leased Line yang disediakan oleh Telkom atau provider lainnya. Sampai sejauh mana sudah diterapkan pada oil and gas company? Apa punya line communication sendiri atau Leased Line ke Telkom? Tapi untuk ISDN banyak daerah yang belum terjangkau/terpasang, apalagi untuk daerah" remote seperti plant. Apa karena kurang investasi atau discontinue technology ya? Saya ingin menerapkan perangkat Videoconference di berbagai daerah terutama di luar jawa, tapi jalur komunikasi yang tersedia belum sesuai dengan keperluan videoconference termasuk belum terjangkaunya line ISDN atau Leased Line yang masih rendah bandwidthnya. Mungkin ada yang mau usul, atau diskusi mengenai ini? Tanggapan 1 : (Syahrizal Mustafa Rapidsoft Engineering & Technology) Memang masalah bandwidth masih menjadi kendala. Ambil kasus sebuah perusahaan minyak memiliki LAN/WAN yang menghubungkan Head Office di Jakarta dan beberapa plant di beberapa daerah. Komunikasi data dan voice dari Pusat dan daerah (plant) biasanya dilakukan dengan menggunakan VSAT dengan bandwith 128, 256, atau 512 KB. Dapat dibayangkan berapa cost yang harus dikeluarkan untuk menyewa bandwith tersebut. Dengan pertimbangan untuk efisiensi diambil keputusan menyewa bandwith yang 128/256 saja. Video conference dengan menggunakan clear channel memang membutuhkan bandwidth yang "boros" sebagai konsekuensi dari tidak dilakukannya kompresi. Dari segi kualitas memang lebih baik. Tetapi kita harus membayar dengan ongkos yang mahal. Kebijakan untuk memakai atau tidak fasilitas ini tentu didasari kepada sejauh apa ia akan dimanfaatkan. Jangan sampai kita menyewa bandwith besar HANYA untuk dapat bervideo conference ria, apalagi bila ternyata jarang digunakan. Singkatnya kaji lagi kebutuhan tersebut. Teknologi (cara) lain adalah dengan melakukan kompresi baik gambar maupun suara. Kami kebetulan juga telah mengembangkan fasilitas video conference ini namanya RapidConnect (untuk point to point video conference) dan RapidConference (untuk broadcast/multi video conference), mirip dengan Net Meeting (NM) Windows tetapi dengan fitur yang lebih beragam seperti chatboard, send file, private session, dll. Supaya nggak terkesan promosi abis2an saya ceritain deh dari sisi teknologinya biar bagi2 pengalaman siapa tahu ada manfaatnya buat rekan2 IT professional atau siapa saja yang concern dengan perkembangan IT. Begini, gambar dan suara yang akan dijadikan paket data, sebelum dikirim dilakukan kompresi terlebih dahulu. Beberapa cara/trik kompresi bisa dilakukan dengan kemampuan hasil yang berbeda. Salah satunya (ini yang kami lakukan) dengan mengkompresi dan mengirim "seperlunya". Untuk gambar, dengan menggunakan mode vektor maka posisi setiap titik dari gambar dapat diketahui.

Pengiriman dilakukan hanya untuk objek yang bergerak saja. Caranya dengan memeriksa perubahan (delta) atas frame sekarang dengan frame yang akan dikirim. Kumpulkan delta akibat perubahan tadi, lakukan kompresi, lalu kirim paket tersebut. Ingat, paket yang dikirim tadi menjadi master untuk pengiriman berikutnya. Ini dapat dilakukan secara kontinyu (periodik) sebagaimana yang kita kenal dengan frame rate. Untuk suara, mirip juga tekniknya. Sebelum dilakukan conference, suara dikalibrasi terlebih dahulu dengan mengambil sampel dimana user tidak melakukan pembicaraan. Ketika user melakukan pembicaraan (conference) maka akan terjadi perbedaan antara sample tadi dengan suara yang dikeluarkan saat conference. Nah, akuisisi suara tadi, lakukan kompresi, lalu kirimkan paket tersebut. Perlu diperhatikan pula masalah sinkronisasi gambar dan suara kecuali jika keduanya diakuisisi dalam satu paket. Ini baru management di sisi sumber. Untuk transmisi data misalnya dengan 5 tujuan, gunakan metode multicast (berbeda dengan broadcast) karena paket yang dikirim HANYA sekali untuk berapapun tujuan. Kalau boadcast sebenarnya paket dikirim sebanyak 5 kali. Bandingkan, ada penghematan 1:5 antara kedua cara ini. Untuk tujuan, paket yang diterima tadi di-dekompresi baru kemudian "dimunculkan". Kembali sinkronisasi juga perlu diperhatikan antara gambar dan suara. Masih banyak aspek lain supaya gambar dan suara memiliki kualitas yang prima. Untuk benchmarking, kalau dibandingkan dengan NM-nya Windows dari segi kecepatan bisa 5-10 kalinya. Frame rate NM hanya mampu dikebut sampai 4-5 fps. Dengan cara ini bisa sampai 20-25 fps. Faktor ini yang sangat dominan karena efeknya adalah kepada kualitas suara dan gambar. Dari pengalaman, dengan cara ini kita hanya butuh bandwith 64 KB atau bahkan bisa kurang, tergantung frame ratenya karena satu frame paket data untuk gambar dan suara HANYA membutuhkan maksimal 7-8 KB (anda sudah jingkrak2 untuk gambar dan celoteh atau sambil main musik untuk suara). SANGAT COCOK untuk diterapkan pada bandwith yang SANGAT RENDAH. Selamat mencoba Bung.... Tanggapan 2 : (Waskita Indrasutanta Wifgasindo Dinamika Instrument Engineering) Apakah yang diuraikan dibawah adalah sejenis Voice & Video over IP seperti yang dipergunakan MSN Messenger atau Yahoo Mesenger? Tanggapan 3 : (Syahrizal Mustafa Rapidsoft Engineering & Technology) Betul Pak Waskita, IP based baik public maupun private. Bisa juga dengan menggunakan GSM sebagai media transmisi. Sekalian nambahin sorry ada sedikit kekeliruan bukan 7-8 Kbyte/second melainkan sekitar 3-4 Kbyte/second. Untuk Point to point hitungannya begini, untuk gambar dengan menggunakan kompresi h263 bisa "diperas" hingga sekitar 0,2 Kbyte/frame. Untuk suara, yang kami kembangkan berdasarkan standar h711 dengan hasil kompresi 0.7 Kbyte/frame. Dengan asumsi user men-set 10 frame per second (fps), berarti dibutuhkan 0.2 x 10 = 2 KB/second. Untuk suara bisa kita gunakan secara periodik 1.2 Kbyte/second (kualitas PCM, kalau GSM hanya 0.7 Kbyte tetapi ada vibrasi). Jadi totalnya sekitar 3.2 Kbyte/second.

Untuk conference, perhitungan kurang lebih sama hanya saja dilakukan teknik penggabungan (wrap) dengan standar h232. Inilah hikmah dari "perkawinan" telekomunikasi dan komputer. Perkawinan yang harmonis, in harmonia progressio begitu kata orang Bandung. Tanggapan 4 : (Ismail Umar Conocophillips Indonesia) Bagus sekali pendekatan yang diambil yaitu dengan melakukan kompresi delta data (perubahan dari data static) baik gambar maupun suara. Kalau melihat applikasi yang diceritakan yaitu Video Conference - sejauh ini minat atau permintaan terhadap applikasi video conference ini apakah sudah cukup banyak? Untuk remote Plant terutama oil & gas plant, menurut saya keperluan process parameter (production data) baik numeric maupun graphics (tapi pada umumnya numeric) lebih dibutuhkan oleh Engineer maupun management pengambil keputusan di head office. Kami di ConocoPhillips Indonesia dengan VSAT bandwidth 256 sudah bisa dipakai bareng-bareng antara keperluan online remote monitoring untuk semua process parameter termasuk di dalamnya data compressors, subsea DHPG, dan Metering mapun untuk office network seperti email, intranet, SAP, dll. Mungkin kalau metoda yang dibangun oleh team Pak Syahrizal ini bisa dipakai untuk keperluan Remote Online Process Monitoring tersebut di atas, menurut saya bakal banyak peminatnya. Demikian tanggapan dari saya yang sedang belajar mengenai IT (Telecom). Tanggapan 5 : (Syahrizal Mustafa Rapidsoft Engineering & Technology) Mas Ismail, Saya terus terang saja masih relatif baru untuk mengetahui bagaimana animo (needs) untuk video-conference di dunia MIGAS. Yang pernah kami coba di lingkungan Pemda. Salah satu pejabat daerah di Sumatera Selatan menggunakan point to point kami dengan menggunakan GSM sebagai medianya. Jadi dengan pertimbangan mobilitas, beliau hanya cukup membawa Notebook, perangkat multi media, dan HP. Kemanapun dia pergi selalu bisa kontak dengan siapa saja asal terdapat jangkauan GSM. Lucunya waktu itu beliau bilang, "Mas bisa nggak kalau background-nya ada gambar Ibu Mega dan Pak Hamzah Haz supaya kelihatannya saya tetap berada di kantor". Secara teknis ini tidak sulit, moving object tinggal di-overlay saya terhadap static object berupa gambar Pres dan WaPres. Ha... ha..., mungkin beliau sering dipantau sang nyonya.... Kembali lagi Pak Ismail, sorry saya nggak banyak tahu seberapa banyak peminatnya. Teknik ini kami kembangkan memang untuk mengantisipasi keterbatasan bandwidth. Bayangkan, anda bisa jingkrak2 sesuka hati sambil ngoceh kesana-kemari tanpa harus membebani network traffic karena HANYA perlu slot "sempit". Intinya karena data streaming tadi.

Tanggapan 6 : (Dudi Effendi Telkom Bandung) Tulisan yang disampaikan oleh beberapa rekan sebelumnya tentang topik ini banyak berbicara dari sisi Codec (Coding Decoding). Pada kesempatan ini saya ingin mengulas sedikit dari aspek transmisinya.Di kita, Bandwidth masih menjadi barang langka sehingga biaya untuk sewa bandwidth masih mahal. Akses Satelit (VSAT) mempunyai cakupan luas namun biayanya mahal, sehingga pemanfaatannya terkendala oleh biaya, sehingga pemakaiannya menjadi alternatif terakhir kalau solusi transmsisi terrestrial sudah memungkinkan. Disamping itu masalah delay propagasi yang sangat besar tidak bisa ditolerir oleh aplikasi yang delay-sensitif (antara lain video). Solusi transmisi yang lebih murah dan delaynya tidak terlalu besar adalah transmisi terestrial. Beberapa provider yang memiliki infrastruktur Transmisi terestrial antara lain: 1.Telkom yang punya cakupan nation-wide, 2.Indosat hanya mencakup kota2 besar saja. 3.Exelcom telah menggelar jaringan FO secara besar-besaran terutama link antara (Jakarta-Surabaya). 4.PLN (melalui anak perusahaannya, Icon). 5.Lintas Arta (umumnya menyewa dari Telkom, sebagian besar menggunakan VSAT) Selain LC Clear channel, Provider Telco saat ini menawarkan beberapa varian LC antara lain berbasis teknologi Frame Relay, IP, ATM dll. VPN berbasis Frame Relay sangat cocok untuk konfigurasi point to multi point dan tarifnya lebih murah dibandingkan LC Clear channel. Walaupun parameter QoSnya terbatas (dinyatakan dengan Commited Information rate), Frame Relay dapat digunakan untuk aplikasi Video Conference. Bandwidth 384/256 sudah cukup untuk keperluan Video conference. Provider Frame Relay di Indonesia adalah Lintas Arta dan Telkom. ISDN adalah teknologi yang sudah lama ada di market, namun perkembangannya di market ternyata kurang baik. Beberapa orang mengejek ISDN sebagai I Still Don't kNow atau It Still Does Nothing. Provider ISDN di Indonesia hanya Telkom dan Indosat. Fasilitas ISDN Telkom hanya tersedia di 6 kota saja yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Balikpapan, Denpasar. Telkom tidak akan mengembangkan ISDN karena teknologinya discontinue dan kurang menguntungkan secara bisnis. Indosat memiliki juga di kota besar sedangkan di remote diintegrasikan dengan sistem satelit (Indosat Business Service). Berbeda dengan LC yang biayanya flat, biaya penggunaan ISDN berdasarkan usage (sama dengan pulsa telepon). Untuk pemakaian yang tidak kontinyu, penggunaan ISDN menjadi lebih ekonomis. Layanan terbaru yang digelar oleh Telkom adalah layanan LC berbasis IP-MPLS (Multi Protocol Label Switch) yang memadukan kelebihan-kelebihan teknologi IP dan LC. Layanan VPN berbasis IP-MPLS ini jauh lebih murah dibandingkan LC clear channel. Jangkauan layanan VPN IP ini sudah mencakup Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Untuk kota-kota hingga ibu kota Kabupaten umumnya sudah bias terjangkau.

Semoga diskusi tentang topik ini bisa terus menghangat. Saya siap membantu apabila ada yang membutuhkan informasi lebih detail ttg topik ini. Tanggapan 7 : (Parastryono Adhi Sun Microsystems Indonesia) Bagaimana dengan teknologi xDSL (ADSL, HDSL, SDSL dst) ? Sejauh yang pernah saya baca, teknologi ini mampu menyediakan upload bandwidth sampai 2 MBps(sama dengan E1 link) dan download bandwidth sampai 64 Mbps . Dengan bandwidth sebesar itu maka dapat dilakukan real-time video conference. Dibandingkan ISDN yang harus menanam FO di area yang ingin di-cover yang selain berbiaya tinggi dan makan waktu lama (pada saat seluruh Indonesia ter-cover, teknologinya sdh discontinue...8( ) , teknologi xDSL ini lebih cepat implementasinya karena dapat menggunakan existing PSTN (Public Switch Telephone Network) cable serta biayanya cukup murah. Saya pernah mendapatkan penawaran oleh perush. yg menawarkan teknologi walau cakupannya baru Jabotabek. Tanggapan 8 : (Dudi Effendi Telkom Bandung) Teknologi xDSL termasuk teknologi yang menarik untuk diadopsi oleh para Telco provider (khususnya Telkom, yang sudah memiliki jaringan tembaga eksisting tertanam ekstensif di mana-mana), walaupun sayangnya, kualitas jaringan akses tembaga di beberapa tempat kurang baik. Namun perlu diingat bahwa xDSL hanya untuk scope local access dengan jarak jangkauan max k.l 5 km, sedangkan Network Frame Relay dan IP-MPLS mencakup nation-wide dan bahkan global. Di beberapa lokasi di Jakarta, Telkom sudah menyediakan layanan MMA (MultiMedia Access) berbasis xDSL dengan Bandwidth 512 Kbps. Lokasi lain masih belum menggunakan, karena keterbatasan investasi. Perusahaan lain seperti KabelVision dan Icon menawarkan Cable modem yang menyediakan bundling service TV kabel + Internet. Untuk implementasi ISDN sebetulnya tidak perlu menggunakan FO, cukup dengan Kabel tembaga saja. ini