45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal diseluruh wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi, 1

ISI (BAB I,II,III)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISI (BAB I,II,III)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal diseluruh

wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Departemen

Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi,

telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan dengan kesehatan ibu

dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus neonatorum. Upaya ini

dilaksanakan dengan pencegahan infeksi pada persalinan dan perawatan tali pusat.

(Depkes, 2007)

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikat tali pusat

yang menyebabkan pemisahan fisisk ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat

dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali

pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan

“puput” pada haari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan

dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan

mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian.

(Depkes, 2007). Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya

penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya

1

Page 2: ISI (BAB I,II,III)

spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak

steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali

pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi. (Depkes RI,2005)

Kasus kesakitan dan kematian neonatal yang berhubungan dengan infeksi

tali pusat masih banyak ditemukan. Pada tahun 2000, WHO (Word Hearth

Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan

oleh infeksi tali pusat, Negara Asia Tenggara diperkirakan ada 220.000 kematian

bayi yang disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Astuti,

2003) Menurut data Departemen Kesehatan, 75% kematian bayi terjadi pada masa

perinatal. Kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi

sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi kematian

tetanus neonatorum yaitu 9,5% (Depkes RI, 2008).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada tahun

2007 kematian bayi di Jawa Barat sebesar 39/1000 kelahiran hidup. Kasus

kematian neonatal memiliki proporsi sebesar 68% dari kematian bayi dan 56%

disebabkan karena infeksi pada masa perinatal. (Dinkes Lobar, 2008). Menurut

data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, pada tahun 2008 kematian ibu

sebesar 4,5 % dari kelahiran hidup. Serta kematian bayi sebesar 0,04 % dari

kelahiran hidup. (Dinkes Lobar, 2008)

Dari data Puskesmas Gerung terdapat Kasus kematian bayi 33,3% dari 6

orang yang terkena infeksi tali pusat ada 2 orang yang meninggal.(Dinkes

2

Page 3: ISI (BAB I,II,III)

Lobar,2009). Infeksi tali pusat juga adalah sebagai penyebab kematian pada bayi.

Dimana dampak tersebut akan menjadi angka mortalilitas pada bayi. Sehingga ada

faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor predisposisi (Umur, Pendidikan,

Pengetahuan, sikap, paritas), factor penguat (Pelayanan kesehatan, dukungan

keluarga). Sehingga hal ini tersebut menjadi bahan penelitian penulis untuk

melakukan penelitian tentang “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETERAMPILAN IBU NIFAS DALAM PERAWATAN TALI PUSAT DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GERUNG KABUPATEN LOMBOK

BARAT TAHUN 2011”, karena di wilayah tersebut belum pernah ada penelitian

yang sama.

B. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan ibu

nifas dalam perawatan tali pusat di wilayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten

Lombok Barat tahun 2011. Sedangkan kasus kesakitan dan kematian neonatal

yang berhubungan dengan infeksi tali pusat masih banyak ditemukan sebesar

33,3% di Kabupaten Lombok Barat. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

keterampilan ibu nifas dalam perawatan tali pusat ?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan ibu nifas dalam

3

Page 4: ISI (BAB I,II,III)

perawatan tali pusat di wilayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok

Barat tahun 2011.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran keterampilan ibu nifas dalam perawatan tali pusat di

wilayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok Barat tahun 2011.

2. Mengetahui gambaran faktor predisposisi (Umur, Pendidikan, Pengetahuan,

sikap, paritas) yang mempengaruhi keterampilan ibu nifas dalam perawatan

tali pusat di wilayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok Barat

tahun 2011.

3. Mengetahui gambaran faktor penguat (Pelayanan Petugas, Dukungan

Keluarga) yang mempengaruhi keterampilan ibu nifas dalam perawatan tali

pusat di wilayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok Barat tahun

2011.

4. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi ( Umur, Pendidikan,

Pengetahuan, sikap, paritas) dengan keterampilan ibu nifas dalam perawatan

tali pusat di wiklayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok Barat

tahun 2011.

5. Mengetahui hubungan antara faktor penguat (Pelayanan petugas, Dukungan

keluarga ) dengan keteranpilan ibu nifas dalam perawatan tali pusat di

wilayah kerja Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok Barat tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

4

Page 5: ISI (BAB I,II,III)

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang keterampilan dalam perawatan

tali pusat selama ilmu yang di dapat di bangku kuliah untuk diterapkan di

tempat penelitian dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam

pelaksanaan penelitian.

b. Bagi Instansi

Meningkatkan kerja sama antara kebidanan STIKes Yarsi Mataram

dengan Puskesmas Gerung kabupaten Lombok Barat, serta memberikan

masukan yang bermanfaat untuk bahan pembelajaran kedepan serta

menambah kepustakaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan khususnya

yang berkaiatan dengan perawatan tali pusat.

b. Bagi Dinas

Sebagai bahan masukan untuk perencanan dalam pencegahan dan

penanggulangan bahaya infeksi tali pusat dimasa yang akan datang di dinas

kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2010.

c. Bagi Ibu Nifas

Untuk menambah pengetahuan ibu dalan perawatan tali pusat yang baik

dan benar.

E. Ruang Lingkup

Mengingat keterbatasan waktu, sumber daya, dan dana penulis maka ruang

5

Page 6: ISI (BAB I,II,III)

lingkup di batasi terhadap variabel yang berkaitan dengan faktorfaktor yang

mempengaruhi keterampilan ibu nifas dalam perawatan tali pusat dengan variebel-

variabel yaitu :

1. Variabel bebas : Umur, Pendidikan, Pengetahuan Sikap, Paritas, Peralatan.

2. Variabel terikat :Keterampilan ibu nifas dalam perawatan tali pusat.

6

Page 7: ISI (BAB I,II,III)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawatan Tali Pusat

1. Pengertian

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap

individu, keluarga, dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan.

Perawatan tali pusat adalah memberikan perawatan terhadap tali pusat pada

bayi. Selama tali pusat belum puput dilakukan perawatan tali pusat setiap habis

mandi dan sewaktu-waktu bila perlu masih kotor karena BAB/BAK.(Noval,

2009).

2. Tujuan Perawatan Tali Pusat

a. Mencegah terjadinya infeksi

b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat

c. Mempercepat terlepasnya tali pusat.(Noval,2009)

3. Pelaksanaan

a. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan

apapun ke puntung tali pusat.

b. Mengoleskan alcohol atau povidin iodine masih diperkenankan, tetapi tidak

dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lemba.

c. Lipat popok dibawah tali pusat.

d. Jika tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan

segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.(APN,

7

Page 8: ISI (BAB I,II,III)

2008)

4. Hal-hal yang harus diperhatikan

a. Perawatan tali pusat dilakukan secara rutin setiap selesai mandi dan sewaktu

–waktu bila diperlukan.

b. Daerah sekitar tali pusat harus selalu dalam keadaan kering dan bersih untuk

mencegah terjadinya infeksi.

c. Jika tali pusat menjadi merah, bernanah dan atau berbau, ibu harus segera

mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan.

d. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi berdarah, merah meluas atau

mengeluarkan nanah dan berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang

dilenngkapi perawatan untuk bayi baru lahir. (APN,2008)

5. Pencegahan terhadap infeksi

Dewasa ini infeksi dilakukan adalah kuman gram terutama “E.Coli”

perawatan tali pusat dengan menutup tali pusat dengan kain kasa alcohol.

Ternyata tidak baik untuk mencegah infeksi melalui tali pusat, sebab

alkoholnya dapat menguap dan tinggal kain kasa basah yang baik untuk

pertumbuhan kuman.

Untuk mencegah infeksi dari tali pusat ke daerah lain atau dari satu

neonates ke neonates lain maka penghambat pertumbuhan kuman dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

a. Tindakan aseptic

b. Menggunakan zat antiseptic terhadap tali pusat (APN, 2008)

6. Pengamatan

8

Page 9: ISI (BAB I,II,III)

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perdarahan, yang

dilakukan tiap jam sampai dengan tali pusat lepas. Diperiksa apakah tali pusat

lepas. Kalau demikian tali pusat diganti dengan betadine dan perhatikan sekitar

umbilicus apakah ada kemerahan atau tidak akan menyebabkan terjadinya

infeksi.

7. Pengikatan tali pusat

Pengikatan yang baik yang memberikan penekanan terus menerus dan

dapat mengikuti perubahan pada tali pusat. Pengikat dilakukan dua kali yaitu 1-

2 cm dari pangkal diikat sekuat mungkin, dengan cara ini biasanya tidak terjadi

perdarahan.(APN, 2008)

8. Panjang tali pusat sisa

Sebaiknya tali pusat di potong pada 5 cm dari pangkalnya, bila ini terjadi

maka bagian yang dapat di potong dan sisa tali pusat dapat digunakan.

Bahayanya bila terlalu pendek mengikatnya sulit sehingga bahaya perdarahan

lebih banyak.

B. Ketarampilan

Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Bahwa

lingkungan kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca,

menyimak, atau berbicara tematis lingkungan kesanggupan pemakai bahasa untuk

menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan dengan menggunakan pola

9

Page 10: ISI (BAB I,II,III)

gramatika dan konstanta secara tepat. Penerjemahkan dari satu bahasa lain dan

sebagainya. (KamusBesar Bahasa Indonesia : 2001)

C. NIFAS

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keeadaan

semula(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. (Ari

Sulistyawati, 2009)

2. Tujuan asuhan masa nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.

b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.

c. Merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu.

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk

mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang

khusus.

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,

serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak

(Ari Sulistyawati, 2009)

3. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalm Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas ini antara lain sebagai

berikut :

10

Page 11: ISI (BAB I,II,III)

a. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-

saat kritis masa nifas.

b. Pendidik dalam usaha pembarian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan

keluarga.

c. Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan,

penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa nifas (Ari

Sulistyawati, 2009).

4. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Peurperium dini

Peurperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam agama islam, dianggap

bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Peurperium intermedial

Peurperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-

alat genitalia, yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu.

c. Remote peurperium

Remote peurperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung

selama berminggu-minggu, bulan, bahkan tahunan. (Ari Sulistyawati, 2009)

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

11

Page 12: ISI (BAB I,II,III)

Kunjungan Waktu Tujuan

6-8 jam setelah 1. Mencegah pendarahan karena

persalinan atonia uteri.

2. Mendeteksi dan merawat

penyebab lain pendarahan, rujuk

jika pendarahan berlanjut

1 3. Memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana cara

mencegah pendarahan masa nifas

karena atonia uteri

4. Pemberian ASI awal

2 5.

6.

Melakukan hubungan antara ibu

dengan bayi yang baru lahir

Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara mencegah hypotermi Jika

petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi yang baru

lahir selama 2 jam pertama

12

Page 13: ISI (BAB I,II,III)

setelah kelahiran atau sampai

ibu dan bayinya dalam keadaan

stabil

6 hari

setelah

persalinan

1. Memastikan involusi uterus

berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibah

umbilicus, tidak ada pendarahan

abnormal tidak ada bau.

2.

Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi, atau pendarahan

abnormal

3.

Memastikan ibu mendapatkan

cukup makanan, cairan, dan

istirahat

4.

5.

Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda

penyulit

Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap

hangat, dan merawat bayi

13

Page 14: ISI (BAB I,II,III)

sehari-hari

3

2 minggu

persalinan

setelah Sama seperti yang diatas

4

6 minggu

persalinan

setelah 1.

2.

Menanyakan pada ibu tentang

kesulitan-kesulitan yang ia atau

bayinya alami Memberikan

konseling KB secara dini

(Ari Sulistyawati, 2009)

D. Konsep Prilaku

Skiner (1938) seseorang ahli perilaku, mengemukakan bahwa perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulasi) dan respon ia

membedakan adanya dua respon, yaitu :

1. Respondent respon atau reflexive

Ialah respon yang di timbulkan oleh rangsangan- rangsangan tertentu.

Perangsang semacam ini di sebut eliting stimuli karena menimbulkan respon-

respon yang relatif tetap.

2. Operant response atau instrumental response

Ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

14

Page 15: ISI (BAB I,II,III)

Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce karena perangsang-

perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan. Oleh karena itu

perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku

tertentu yang telah dilakukan. (Notoatmojo,2007)

E. Prosedur Pembentukan Prilaku

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut

Skiner adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat berupa hadiah-

hadiah atau rewads bagi perilaku yang akan di bentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

membentuk perilaku yang di kehendaki.

3. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,

mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponen

tersebut.

4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun itu.

5. Sebagai ilustrasi, misalnya di kehendaki agar anak mempunyai kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur (Notoatmojo, 2007)

F. Bentuk Prilaku

Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organism atau

seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini

berbentuk dua macan, yaitu :

15

Page 16: ISI (BAB I,II,III)

1. Bemtuk pasifatau internal

Yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara tidak langsung dapat

terlihat oleh orang.

2. Bentuk pasif

Yaitu apabila perilaku itu jelas dapat di observasi secara langsung.

(Notoatmojo, 2007)

G. Prilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat

pasif (pengetahuan, persepsi,dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang

nyata atau practice), sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur

pokok, yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan

(Notoatmojo, 2007).

H. Aspek yang mempengaruhi faktor – faktor keterampilan ibu dalam perawatan

tali pusat

1. Umur

Dari hasil penelitian hartono (1994) bahwa semakin tua seseorang semakin

bijaksana dan matang. Umur ibu juga mempengaruhi status produksinya yang

berhubungan erat dengan kehamilan dan nifas sehingga mereka cenderung

berhati-hati dalam menjaga kehamilanya (Andy, 2001)

2. Pendidikan

16

Page 17: ISI (BAB I,II,III)

Mc carthy dan maine (1992), mengemukakan bahwa pendidikan ibu

merupakan salah satu kelompok determinan konektual / jauh penyebab kematian

ibu. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan

kesehatan dirinya keluarganya.(Depkes 1999).

3. Pengetahuan

Menurut bloom (1995) pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang

proses peningkatan atau pengenalan informasi, ide yang sudah diperoleh

sebelumnya. Menurut skinner yang dikutip oleh Notoatmojo (1993) bila

seseorang dapat menjawab mengenal pertanyaan-pertanyaan satu bidang tertentu

dengan lancer baik losan maupun tulisan maka dia dikatakan mengetahui bidang

tersebut. Jawaban variabel yang ditentukan orang tersebut dinamakan

pengetahuan.

4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dan seseorang

terhadap stimulasi suatu objek.

5. Paritas

Paritas juga mempengaruhi keterampilan dalam perawatan tali pusat dimana

ada perbedaan antara primigravida dan multigravida.

6. Pelayanan Petugas

Sikap petugas dalam memberikan informasi tentang kesehatan

mempengaruhi ibu dalam melakukan perilaku kesehatan.

7. Dukungan Keluarga

17

Page 18: ISI (BAB I,II,III)

Menurut kar (1983) dukungan social dari masyarakat sekitar termasuk

keluarga mendukung seseorang dalam perilaku kesehatannya.

18

Page 19: ISI (BAB I,II,III)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konseptual

Sesuai dengan masalah yang dibahas maka penulis mencoba

menuangkan kerangka konsep atau kerangka berfikir, dengan menggunakan

hubungan yang paling dasar yaitu hubungan antara dua variabel yaitu : variabel

pengaruh (Variebel independen) atau variable bebas dengan variabel terpengaruh

(variabel dependen).

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

FAKTOR

PREDISPOSISI

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pengetahuan

4. Sikap

5. Paritas

19

Keterampilan ibu nifas

dalam

perawatan tali pusat

Page 20: ISI (BAB I,II,III)

20

FAKTOR PENGUAT

1. Pelayanan petugas

2. Dukungan keluarga

Page 21: ISI (BAB I,II,III)

B. Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

ALAT

UKUR /

CARA

UKUR

KATEGORI SKALA

Variabel Terikat

1 Keterampilan

ibu

dalam

perawatan

tali pusat

Kemampuan ibu

dalam merawat

tali

pusat

Lembar

Observasi/

Observasi

/ a.

b.

Terampil

Tidak

Terampil

Ordinal

Faktor predisposis

2 Umur Usia responden

pada saat

dilakukan

wawancara

Kuesioner /

Wawancara

a.

b.

c.

< 20 Tahun

20-35 Tahun

> 35 Tahun

Ordinal

3 Pendidikan Pendidikan

terakhir

yang diikuti

Kuesioner /

Wawancara

a. Pendidikan

rendah (SD,

SMP)

Pendidikan

Ordinal

21

Page 22: ISI (BAB I,II,III)

oleh

responden

secara

formal

b. Tinggi

(SMU,

PT)

4 Pengetahuan Gambaran

pemahaman

responden

tentang

perawatan tali

pusat terdiri dari

:

Pengertian,

Tujuan,

manfaat,

tandatanda

infeksi

Kuesioner /

Wawancara

a.

b.

Tinggi (≥

median)

Rendah (≤

madian)

Ordinal

5 Sikap Pandangan dan

perilaku ibu

tentang

perawatan tali

pusat

: Hal yang harus

Kuesioner /

Wawancara

a.

b.

Sikap Positif

Sikap

Negatip

Nominal

22

Page 23: ISI (BAB I,II,III)

diperhatikan,

Pencegahan

terhadap infeksi

6 Paritas Jumlah anak

yang

dilahirkan oleh

ibu

Kuesioner /

Wawancara

a.

b.

c.

< 3

3

>3

Ordinal

7 Pelayanan

petugas

Asuhan yang

diberikan

kepada

responden

tentang

perawatan tali

pusat

Kuesioner /

Wawancara

a.

b.

Baik (≥

median)

Kurang (≤

median)

Ordinal

8 Dukungan

keluarga

Dukungan yang

diberikan oleh

keluarga

terhadap

perawatan tali

pusat

Kuesioner

Wawancara

/ a.

b.

Mendukung

Tidak

mendukung

Nominal

C. Hipotesa

23

Page 24: ISI (BAB I,II,III)

Ho : tidak terdapat pengaruh antara faktor predisposisi (umur, pendidikan,

pengetahuan, sikap, paritas) dengan factor penguat (pelayanan petugas,

dukungan keluarga)

H1 : terdapat pengaruh antara faktor predisposisi (umur, pendidikan,

pengetahuan, sikap, paritas) dengan factor penguat (pelayanan petugas,

dukungan keluarga)

24