Upload
yuli-noor-indah-sari
View
229
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KTI Daun Kitolod
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan iklim menimbulkan dampak diberbagai bidang kehidupan
manusia termasuk kesehatan. Salah satu pengaruh perubahan iklim adalah potensi
peningkatan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti (Wijayanti, 2008). Penyakit demam akibat virus dengue di
kawasan tropika telah mencapai lebih dari dua abad, namun masalah transmisi
virus oleh nyamuk pada manusia hingga saat ini masih menjadi masalah utama
(Sudrajat, dkk, 2009).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue family flaviviridae dengan vektor pembawanya nyamuk Aedes
aegypti (Cahyati, dkk, 2006). Penyakit demam berdarah dengue telah menjadi
masalah kesehatan yang serius, karena merupakan salah satu penyakit menular
yang berbahaya yang dapat menimbimbulkan wabah dan kematian dalam waktu
singkat (Siregar, A, 2004). Menurut National Institute of Allergy and Infectious
Diseases dalam sudrajat dkk (2009) di taksir sekitar 2.5 milyar penduduk saat
ini memiliki risiko terhadap virus dengue.
Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah
penyakit demam berdarah dengue belum tersedia. Cara yang tepat guna untuk
menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor/nyamuk
penular. Pemberantasan vektor demam berdarah dengue dilaksanakan dengan
memberantas sarang nyamuk untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti
(Siregar, A, 2004). Penggunaan pembasmi jentik nyamuk sintetik dikenal sangat
efektif, mudah dan praktis tetapi berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Dampak negatif tersebut aantara lain pencemaran lingkungan, kematian predator,
resistensi serangga sasaran, serta dapat membunuh hewan piaraan (Sudrajat, dkk,
2009). Oleh karena itu, diperlukan upaya pencarian terhadap bahan-bahan
1
insektisida ramah lingkungan dengan mengembangkan salah satu insektisida
alternatif dari ekstrak tumbuhan.
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida adalah
tumbuhan kitolod (Isotoma Longiflora). Tumbuhan kitolod banyak di temukan di
alam karena tumbuhan ini tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai,
pematang sawah, sekitar pagar, dan tempat-tempat lainnya yang lembab dan
terbuka. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan senyawa daun kitolod yakni
alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (Arman, 2009). Senyawa alkaloid
bersifat racun yang dapat menggagalkan proses metamorphosis. Sedangkan
senyawa saponin merupakan senyawa aktif yang dapat menurunkan aktivitas
enzim pencernaan dan penyerapan makanan. Kedua senyawa itulah yang mampu
membasmi jentik nyamuk penyebab DBD (Suaramedia, 2011).
Ketersediaan bahan baku pembuatan ekstrak pembasmi jentik nyamuk
penyebab demam berdarah dengue inilah yang mendasari penulis untuk memilih
Daun kitolod (Isotoma longiflora) sebagai pembasmi jentik nyamuk Aedes
aegypti penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah:
1. Apakah ekstrak daun kitolod dapat berfungsi sebagai pembasmi jentik
nyamuk Aedes aegypti?
2. Apa saja kandungan daun kitolod?
3. Bagaimanakah cara membuat pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti dari
daun kitolod?
1.3. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penulisan ini
adalah:
2
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun kitolod dapat berfungsi sebagai
pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.
2. Untuk mengetahui apa saja kandungan daun kitolod.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah cara membuat pembasmi jentik nyamuk
Aedes aegypti dari daun kitolod.
1.4. Manfaat Penulisan
Melalui penulisan ini, dapat memberikan informasi kepada:
1. Masyarakat tentang daun kitolod yang berfungsi untuk membasmi jentik
nyamuk Aedes aegypti. Sehingga masyarakat dapat turut serta mencegah
penyakit demam berdarah dengue.
2. Pengelola program pemberantasan dan pencegahan penyakit demam
berdarah dengue untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyamuk Aedes aegypti
2.1.1. Asal mula dan klasifikasi nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypty berasal dari Afrika Timur, kemudian
menyebar kearah timur dan barat, di daerah tropis dan subtropis. Nyamuk
mengalami metamorfosis sempurna meliputi stadium telur-larva-pupa-
dewasa selama pertumbuhan. Menutut Cahyati (2006) klasifikasi nyamuk
Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
Philum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Nematocera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Sub Genus : Stegomya
Species : Aedes aegypti
2.1.2. Morfologi nyamuk Aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypty dapat
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa dan dewasa, sehingga
termasuk metamorfosis sempurna (holometabola). Berikut adalah morfologi
dari masing-masing tahap dan perkembangan nyamuk Aedes aegypty :
1. Telur
Telur berwarna putih saat pertama kali di keluarkan, lalu menjadi
coklat kehitaman. Telur berbenuk oval, panjang kurang lebih 0,5
mm, dan di letakan di dinding wadah.
4
2. Larva
Telur menetas menjadi larva. Toraks larva nyamuk lebih lebar
dari kepalanya. Kepalanya berkembang baik dengan antena dan
mata majemuk, serta sikat mulut yang menonjol. Abdomen
terbagi dalam 10 ruas dan hanya 9 ruas yang jelas, dan ruas
terakhir dilengkapi dengan tabung udara (sifon) yang bentuknya
silinder.
3. Pupa
Larva berubah menjadi pupa. Pupa nyamuk berbentuk koma,
kepala dan torak menjadi satu membentuk sefalotoraks dengan
sepasang trompet respirasi pada bagian dorsa. Jika ada gangguan
pupa akan bergerak ke atas dan kebawah dengan gerakan yang
menyentak-nyentak.
4. Nyamuk dewasa
Pupa berubah menjadi nyamuk dewasa. Aedes aegypty dapat di
bedakan dengan nyamuk lain dengan melihat ujung abdomen
meruncing dan mempunyai sersi yang menonjol. Bagian
mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak putih pada
dorsal dada Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa
putih. Nyamuk mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian
kepala yang panjangnya melibih panjang kepala. Probosis
nyamuk betina digunakan untuk menghisap darah, sedangkan
pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-bahan cair seperti cairan
tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat di kiri dan kanan
probosis yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri
dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat
(plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap
nyamuk panjang dan langsing mempunyai vena yang
permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap yang letaknya
mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda)
5
yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur,
1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.
Nyamuk dewasa setelah muncul dari pupa, beberapa hari kemudian
akan mencari pasangan untuk melalukan perkawinan. Umur nyamuk betina
8-15 hari, nyamuk jantan 3-6 hari. Nyamuk betina menghisap darah manusia
dan karbohidrat tumbuh-tumbuhan, sedangkan nyamuk jantan hanya
menghisap sari tumbuh-tumbuhan saja. (Noorwane, 2011).
Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah
2.2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.2.1 Virus dengue dan gejala penyakit demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue family Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotype yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Selama ini secara klinik DBD mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotype virus dengue yang menginfeksi (Ali, I 2009).
Gambar 2.Virus dengue penyebab penyakit demam berdarah
6
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor
pembawanya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat
membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi
virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari,
nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia
sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue
yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial).
Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi
oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus
dengue yang berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah
infeksi pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang
lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh
sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang
sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang
terbentuk.
Perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata dapat
mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan
memperpendek waktu yang diperlukan untuk perkembangbiakan dari fase telur
menjadi nyamuk dewasa. Pada suhu 260C diperlukan 25 hari untuk virus dari saat
pertama nyamuk terinfeksi virus sampai dengn virus dengue dalam kelenjar
liurnya dan siap untuk disebarkan kepada calon penderita demam berdarah.
Sebaliknya, hanya diperlukan waktu yag relatif pendek yakni 10 hari pada suhu
300C. Faktor iklim yang panas dan lembab akibat musim hujan dapat
memperpanjang umur nyamuk Aedes aegypti (wijayanti, 2009).
2.3. Tumbuhan Kitolod (Isotoma Longiflora)
2.3.1 Klasifikasi dan morfologi kitolod
Kedudukan kitolod (isotoma longiflora) dalam klasifikasi tumbuhan adalah
sebagai berikut (Arman, 2009) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
7
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Campanulales
Familia : Campanulaceae
Genus : Isotoma
Spesies : Isotoma longiflora
Tinggi Tumbuhan kitolod sekitar 50 cm, berbentuk semak, batangnya bulat,
berkayu dan berwarna hijau. Daun tumbuhan ini berwarna hijau dengan tepi
bergerigi dengan lebar 2-3 cm dan panjang 5-15 cm. Bunganya berbentuk
lonceng dengan mahkota menyerupai bintang bertajuk lima dan berwarna putih.
Buahnya berbentuk lonceng dengan biji berbentuk bulat telur, ukurannya kecil
dan berwarna putih. Akar tumbuhan ini termasuk akar tumbuhan tunggang dan
mudah di cabut (Ali, 2009).
Gambar 3. Tumbuhan kitolod
2.3.2 Persebaran kitolod
Tumbuhan kitolod (Isotoma longiflora) berasal dari benua Amerika,
tepatnya di amerika serikat dan amerika selatan. Tumbuhan ini tumbuh liar di
pinggir saluran air atau sungai, pematang sawah, sekitar pagar dan tempat-tempat
lainnya yang lembab dan terbuka (Arman, 2009). Tumbuhan kitolod dianggap
masyarakat sebagai tumbuhan pengganggu, sehingga keberadaannya tidak
8
dikehendaki. Masyarakat sering kali mencabut dan membuang tumbuhan kitolod
jika tumbuh di pekarangan rumah mereka (Ali, 2009).
2.3.3 Kandungan dan Manfaat Kitolod
Kandungan kimia tumbuhan kitolod yakni senyawa alkaloid yaitu lobelin,
lobelamin dan isotomin. Daunnya mengandung alkoloid, saponin, flavonoid dan
poliferol. Efek farmakologis dari tumbuhan ini yaitu getahnya beracun, anti
radang, anti neoplastik, anti inflamasi (anti peradangan), analgesik (penghilang
nyeri) dan hemostatik (menghentikan perdarahan) (Arman, 2009).
Kitolod merupakan tumbuhan yang sudah sejak lama digunakan untuk
mengatasi gangguan mata yaitu bagian getah daun atau bunganya (Sikumbang, D,
dkk, 2008). Selain untuk mengobati mata, manfaat lain dari kitolod yakni untuk
mengobati sakit gigi, asma, radang tenggorokan, luka dan kanker (Arman, 2009).
2.4. Pembasmi Jentik Nyamuk Aedes aegypti yang Selama ini Digunakan
Selama ini pembasmi jentik nyamuk berasal dari zat kimiawi. Pembasmi
jentik nyamuk tersebut yakni abate (Temephos). Abate merupakan senyawa fosfat
organik yang mengandung gugus phosphorothioate. Bersifat stabil pada pH 8,
sehingga tidak mudah larut dalam air dan tidak mudah terhidrolisa. Gugus
phosphorothioate (P=S) dalam tubuh binatang diubah menjadi fosfat (P=O) yang
lebih potensial sebagai anticholinesterase. Kerja anticholinesterase adalah
menghambat enzim cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata
sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas syaraf karena tertimbunnya
acetylcholin pada ujung syaraf tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan kematian.
Larva Aedes aegypty mampu mengubah P=S menjadi P=O ester labih
cepat dibandingkan lalat rumah, begitu pula penetrasi abate ke dalam larva
berlangsung sangat cepat dimana lebih dari 99% abate dalam medium diabsorpsi
dalam waktu satu jam setelah perlakuan. Setelah diabsorpsi, abate diubah menjadi
produk-produk metabolisme, sebagian dari produk metabolik tersebut
diekskresikan ke dalam air (Fahmi, 2006)
9
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu metode kajian pustaka dengan
cara mencari data lewat media cetak dan internet.
3.2. Pembuatan pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti
Tahapan pembuatan pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat
penulis sarankan adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Alat dan Bahan
1) Alat yang digunakan
Ember, plastik kecil, Blender, Pemanas, penyaring, Botol, Tampah
dan stoples kaca.
2) Bahan yang digunakan
Daun kitolod ½ kg dan alkohol 95% 2 L.
b. Prosedur kerja :
1) Daun kitolod sebayak ½ kg di cuci dalam ember, kemudian
ditiriskan dan dijemur di atas tampah sampai kering.
2) Daun kitolod kering diblender hingga berbentuk serbuk
3)Memasukkan serbuk daun kitolod ke dalam stoples kaca dan
tambahkan alkohol 95% sebanyak 2 L.
4) Campuran tersebut diaduk dan didiamkankan ± 24 jam dalam
keadaan tertutup.
5) Campuran daun kitolod dan alkohol disaring, kemudian filtratnya
dipanaskan selama ± 1 jam dan mendinginkannya.
6) filtrat didiamkan ± 1 minggu
10
7) Menambahkan 10 mL air dengan 10 mL ekstrak daun kitolod,
kemudian menuangkan 5 mL hasil pengenceran kedalam genangan
air sebagai pembasmi jentik nyamuk.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyakit Demam berdarah dengue telah menjangkit masyarakat dari daerah
perkotaan hingga pedesaan. Upaya pencegahan telah banyak dilakukan demi
menekan jumlah kasus DBD. Hal ini dipicu oleh realita di mana obat maupun
vaksin untuk pengobatan DBD sampai saat ini belum ditemukan. Beberapa usaha
yang berhubungan dengan pengembangan obat telah dan tengah dilakukan.
Crance dalam skydrugz (2011) mengatakan bahwa belum ada obat yang bisa
digunakan untuk pasien demam berdarah. Demikian juga halnya dengan
pengembangan vaksin. Ada beberapa kesulitan untuk pengembangan vaksin
dengue ini. Kesulitan tersebut diantaranya adalah kompleksnya virus dengue.
Selain hal tersebut, pengembangan vaksin harus disertai dengan pertimbangan
untuk menemukan kondisi yang optimal agar pemberian vaksin tidak membuat
tubuh lebih sensitif terhadap serangan virus dengue. Cara yang tepat untuk
menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor/nyamuk
penular yaitu nyamuk Aedes aegypti.
Salah satu kegiatan pokok dalam program pemberantasan DBD adalah
penaburan larvasida insektisida bubuk abate pada sarang-sarang nyamuk. Abate
(Temephos) merupakan golongan organophosphate. Bubuk abate mempunyai
toksisitas yang tinggi pada larva nyamuk tapi sangat rendah terhadap manusia
(Skydrugz, 2011). Meskipun abate mempunyai toksisitas yang rendah namun
karena abate merupakan zat kimiawi akan berdampak pada pencemaran
lingkungan, kematian predator, resistensi serangga sasaran, serta dapat membunuh
hewan piaraan. I Ketut Subrata, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan menyatakan bahwa abate yang
diperjualbelikan merupakan abate palsu yang berbahaya bagi kesehatan. Bubuk
abate asli hanya dapat diperoleh di petugas juru pemantau jentik (jumantik) dan di
puskesmas. Namun sayangnya, pembagian bubuk abate kepada masyarakat jarang
12
dilakukan dan kebanyakan dilakukan ketika suatu lokasi banyak warga yang telah
terserang wabah demam berdarah (Hasanudin, M, 2010).
Kurangnya penanganan sejak awal untuk membasmi jentik nyamuk dari
dinas kesehatan mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun karena masih
banyak warga yang terserang penyakit DBD. Oleh karena itu, perlu solusi untuk
pembasmi jentik nyamuk yang mudah dibuat oleh masyarakat, ramah lingkungan
serta mudah didapatkan. Tumbuhan yang mampu membasmi jentik nyamuk yaitu
tumbuhan yang mengandung alkaloid dan saponin, salah satunya tumbuhan
tersebut yaitu kitolod.
Tumbuhan kitolod (Isotoma longiflora) dimungkinkan dapat membantu
dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengan memberantas nyamuk
Aedes aegypti penyebab wabah penyakit tersebut. Tumbuhan kitolod mudah
didapatkan karena tanpa kita sadari tumbuh di sekitar kita. Kitolod tumbuh liar di
pinggir saluran air atau sungai, pematang sawah, sekitar pagar dan tempat-tempat
lainnya yang lembab dan terbuka. Ketersediannya yang banyak dan mudah
didapatkan ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pembasmi jentik
nyamuk alami.
Pembasmi jentik nyamuk ekstrak kitolod mudah dan sederhana yaitu
daun kitolod dibersihkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari, setelah itu
diblender hingga berbentuk serbuk. Serbuk daun kitolod selanjutnya dimasukan
dalam toples dan ditambahkan alkohol 95%. Sampel batang dan daun yang telah
dikeringkan dan dihaluskan direndam menggunakan alkohol 95%. Alkohol
digunakan sebagai solvent untuk menarik metabolit sekunder yang terdapat
dalam sampel. Campuran tersebut kemudian diaduk dan didiamkankan ± 24 jam
dalam keadaan tertutup. Setelah campuran tersebut didiamkan selama ± 24 jam
selanjutnya disaring dan filtrat didiamkan ± 1 minggu. Filtrat inilah yang
dimanfaatkan sebagai pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.
Senyawa daun kitolod yang berfungsi untuk membasmi jentik nyamuk
yakni senyawa alkaloid dan saponin. Alkaloid merupakan zat racun saraf bagi
serangga. Senyawa ini dapat menggagalkan proses metamorfosis yaitu
menghambat pembentukan pupa. Sedangkan senyawa saponin merupakan
13
senyawa aktif yang bersifat basa seperti sabun yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen. Senyawa saponin apabila termakan oleh serangga dapat
menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan (racun
pencernaan). Menutut Muzaki (2007) nyamuk Aedes aegypti menyukai untuk
bertelur dan dapat berkembangbiak pada daerah dengan pH air ±5. kondisi pH
tersebut harus dipertahankan oleh tubuh larva nyamuk agar enzim pencernaan
dapat bekerja secara optimal. Menurut badan meteorologi dan geofisika pH air
hujan berkisar ±5,6 sehingga kondisi ini sangat disukai nyamuk Aedes aegypti.
Keberadaan senyawa saponin akan menjadikan pH air naik, karena saponin
bersifat basa.
Ekstrak daun kitolod diharapkan efektif membasmi jentik nyamuk Aedes
aegypti. Sehingga membantu masyarakat terhindar dari penyakit demam
berdarah dengue. Kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan daun kitolod yang
selama ini terabaikan dan banyak disekeliling mereka.
14
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kandungan senyawa daun kitolod dapat berfungsi sebagai pembasmi jentik
nyamuk Aedes aegypti.
2. Senyawa yang terdapat dalam daun kitolod yakni alkoloid, saponin,
flavonoid dan poliferol.
3. Senyawa alkaloid dan saponin mampu membasmi jentik nyamuk Aedes
aegypti.
4. Ekstrak daun kitolod didapatkan dari filtrat hasil rendaman serbuk kering
alkaloid dengan alkohol 95%.
5.2 Saran
1. Pembudidayaan tanaman kitolod perlu dikembangkan karena dapat
berfungsi sebagai pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.
2. Penelitian mengenai pemanfaatan daun kitolod sebagai pembasmi jentik
nyamuk Aedes aegypti perlu dilakukan, terutama tentang dosis yang efektif
penggunaan pembasmi jentik nyamuk Aedes aegypti dari daun kitolod.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iskandar. 2009. Khasiat dan Manfaat Kitolod Penakluk Gangguan Mata. http://books.google.id. Diakses Tanggal 15 september 2011.
Anonim. Demam Berdarah. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggai 18 september 2011.
Apriliana, Dian. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Daun Setan untuk Membunuh Nyamuk Aedes Aegypti. Http://repository.ipb.ac.id. Diakses tanggal 16 september 2011.
Arman, Fahrie. 2009. Kitolod Baik Banget untuk mata Kita. http://fahriearman.blogsport.com. Diakses tanggai 18 september 2011.
Badan meteorology dan geofisika. 2010. pengaruh pH pada kesukaan bertelur Aedes aegypty. http://diplomaiiikesehatanlingkungan.blogspot.com . Diakses tanggal 25 september 2011.
Cahyati, Widya Hari dan Suharyo. 2006. Dinamika Aedes Aegypti sebagai Vector Penyakit. Volume. 2. No. 1. http://jurnal.pdii.lipi.go.id. Diakses tanggal 19 september 2011.
Fahmi, Mohammad. 2006. Perbandingan Evektivitas Abate dengan Ekstrak Daun Sirih (piper betle) dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes aegypti. Http://eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 22 september 2011.
Hasanudin, Muhammad. 2010. Waspada, Bubuk Abate Palsu. Http://www.kompas.com. tanggal 23 september 2011.
Muzaki. 2007. Pengaruh pH pada Kesukaan Bertelur Aedes aegypty. http://diplomaiiikesehatanlingkungan.blogspot.com . Diakses tanggal 25 september 2011.
Noorwane. 2011. Sejarah, Morfologi dan Bionomik Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab Demam Berdarah Dengue . http://wanenoor.blogspot.com. Diakses tanggal 20 september 2011.
Refarat. 2011. Demam Berdarah Dengue. http://skydrugz.blogspot.com. Diakses tanggal 23 september 2011.
Sikumbang, Darlen dan Hendri Busman. 2008. Potensi Keragaman Tumbuhan Obat di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung Barat Provinsi Lampung. http://lemlit.unila.ac.id. Diakses tanggal 25 september 2011.
16
Siregar, A Faziah. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD). http://library.usu.ac.id. Diakses tanggai 18 september 2011.
Skydrugz. 2011. Refarat Demam Berdarah Dengue. http://skydrugz.com. Diakses tanggai 18 september 2011
Sudrajat, Dwi Susanto, Djoko Mintargo, Rudi Kartika. 2009. Bioprospeksi Sirih Hutan ( Piper Aduncum L ) sebagai Sumber Bahan Baku Obat Larvasida Nyamuk Aedes Aegypti l Vektor Virus Dengue. Http://biologyeastborneo.co m . Diakses tanggal 18 september 2011.
Suaramedia. 2011. Daun Tomat Efektif Basmi Larva Nyamuk Demam Berdarah. Http://www.suaramedia.com. Diakses tanggai 18 september 2011.
Wijayanti, Khrisma. 2008. Penyakit-Penyakit yang Meningkat Khususnya Akibat Perubahan Iklim Global. Vol.21 No.3. http://jurnal.pdii.lipi.go.id. Diakses tanggal 13 september 2011.
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama lengkap : Yuli Noor Indah Sari
b. Kelas : XI IPA 2
c. NIS : 3624
d. Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin/ 14 Juli 1995
e. Alamat tempat tinggal : Jl. Alalak Utara RT. 15 No. 15
Banjarmasin.
f. Nomor Telepon : 081349321208
g. Karya ilmiah yang pernah dibuat : Briket daun ketapang-gambut
sebagai bahan bakar alternatif.
2. Anggota Pelaksana Kegiatan I
a. Nama lengkap : M. Fajar Maulana
b. Kelas : X.2
c. NIS : 3717
d. Tempat/Tanggal Lahir : Pandeglang/ 16 Oktober 1996
e. Alamat tempat tinggal : Komplek HKSN Perkasa Blok B
No.15 Banjarmasin
f. Nomor Telepon : 08971412494
3. Anggota Pelaksana Kegiatan 2
a. Nama lengkap : Ismail
b. Kelas : X.2
c. NIS : 3696
d. Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin/ 03 Maret 1996
e. Alamat tempat tinggal : Jl. Alalak Tengah RT. 2o
Banjarmasin
f. Nomor Telepon : 089691565451
18
19