31
MAKALAH ASESMEN PENDIDIKAN SAINS “KETERAMPILAN GENERIK SAINS” OLEH KELOMPOK II ARDIANSYAH A 202 15 016 NI MADE PUSPAYANTI A 202 15 010 SELVIANUR A 202 15 028 FAKULTAS PENDIDIKAN SAINS PROGRAM PASCASARJANA

Isi Makalah Asesment Kgs

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asesmen

Citation preview

Page 1: Isi Makalah Asesment Kgs

MAKALAHASESMEN PENDIDIKAN SAINS

“KETERAMPILAN GENERIK SAINS”

OLEHKELOMPOK II

ARDIANSYAH A 202 15 016NI MADE PUSPAYANTI A 202 15 010

SELVIANUR A 202 15 028

FAKULTAS PENDIDIKAN SAINSPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS TADULAKO

2015BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: Isi Makalah Asesment Kgs

1.1 Latar Belakang

Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia terdapat berbagai macam

disiplin ilmu. Salah satunya adalah ilmu sains yang dipelajari sejak tingkat dasar

dan tingkat menengah. Sains juga dikenal sebagai mata pelajaran yang tergolong

sulit. Tapi pernahkah kita bertanya-tanya mengapa IPA tercantum sebagai salah

satu mata pelajaran di kurikulum tersebut?.

Jawaban yang lazim diberikan adalah karena Sains mempelajari gejala-

gejala alam yang berguna bagi para lulusan sekolah dasar, sekolah menengah, dan

beberapa perguruan tinggi. Tidak mempedulikan apakah nantinya mereka akan

berprofesi sebagai pedagang, dokter, politikus, pengusaha, dan lain sebagainya.

Jika jawabanya seperti itu tentunya ilmu sains yang dipelajari lebih

bersifat informasi/pengetahuan. Topik yang diajarkanya mungkin terbatas pada

hal-hal yang berkaitan dengan karir yang akan diembannya saja. Jika semuanya

dipelajari, tidak mungkin akan dicerna dengan baik, meskipun mereka yang

berkecimpung dalam ilmu sains itu sendiri.

Jika kita lihat mengenai materi pendidikan di negara lain seperti Amerika

Serikat, Australia, atau Inggris, pada umumnya jenjang pertama pendidikan tinggi

belum menjurus pada keahlian tertentu. Tiga tahun pertama ada yang disebut

dengan Bachelor of Art atau Bachelor of Science. Program-program yang menuju

profesi-profesi tertentu seperti bidang kedokteran atau bidang hokum biasanya

diberikan pada jenjang berikutnya. Pada program Bachelor of Science tersedia

mata pelajaran fisika yang cakupannya mirip dengan yang dipelajari mahasiswa

strata-1 jurusan fisika ITB. Jadi kemampuan dasar (basic science) yang diberikan

oleh mata pelajaran IPA itu benar-benar sesuatu yang sifatnya dasar bagi banyak

profesi lainya.

Menghadapi tantangan masa depan dimana yang berkualitas saja yang bisa

bertahan dengan persediaan lapangan pekerjaan yang berubah tak menentu,

Page 3: Isi Makalah Asesment Kgs

beberapa pakar menyarankan agar pendidikan formal seperti tahap awal perguruan

tinggi lebih dititik beratkan pada apa yang disebut dengan transferable skills.

Transferable skills adalah kumpulan kemahiran yang meskipun mungkin

diajarkan lewat suatu disiplin ilmu tertentu tetapi dengan mudah dapat digunakan

untuk mempelajari ilmu lainya. Contohnya adalah kemahiran berkomunikasi.

Kemahiran berkomunikasi mungkin dipelajari ketika seseorang belajar di bidang

hukum atau bahasa, namun bila ia mempelajari ilmu lain seperti ilmu ekonomi

tentunya kemahiran tersebut tetap dibutuhkan. Istilah lain yang digunakan untuk

menyebutkan kemahiran tersebut adalah generik skills atau kemahiran generik.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kemahiran generik yang dapat

dicapai dalam pembelajaran sains.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa pengertian Keterampilan Generik Sains (KGS)?

2. Apa saja indikator Keterampilan Generik Sains (KGS)?

3. Bagaimana contoh tes Ketermpilan Generik Sains (KGS)?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan :

1. Pengertian Keterampilan Generik Sains (KGS).

2. Indikator Keterampilan Generik Sains (KGS).

3. Contoh tes Keterampilan Generik Sains (KGS).

1.4 Definisi Operasional

Page 4: Isi Makalah Asesment Kgs

Keterampilan Generik Sains (KGS)

Keterampilan Generik Sains (KGS) adalah kemampuan dasar (generik)

yang dapat ditumbuhkan ketika peserta didik mejalani proses belajar sains yang

bermanfaat dalam bidang ilmu yang lebih luas.

Page 5: Isi Makalah Asesment Kgs

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Generik Sains (KGS)

Kemahiran generik sains ialah kemampuan dasar (generik) yang dapat

ditumbuhkan ketika peserta didik menjalani proses belajar ilmu IPA yang

bermanfaat sebagai bekal meniti karir dalam bidang yang lebih luas.

Keterampilan  generik sains adalah  keterampilan yang dapat digunakan untuk

mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah sains. Dalam

satu kegiatan ilmiah, misalnya kegiatan memahami konsep, terdiri dari beberapa

kompetensi generik. Kegiatan-kegiatan ilmiah yang berbeda dapat mengandung

kompetensi-kompetensi generik yang sama.  Ciri dari pembelajaran sains melalui

keterampilan generik sains adalah membekalkan keterampilan generik sains

kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi

(Brotosiswojo, dalam Darmadi 2007) .

Beny Suprapto (dalam Sunyono, 2009 : 7) bahwa pada dasarnya cara berpikir

dan berbuat dalam mempelajari berbagai konsep sains dan menyelesaikan

masalah, serta belajar secara teoritis di kelas maupun dalam praktik adalah sama

(mengikuti prinsip segitiga pengkajian alam), karena itu ada kompetensi generik.

Kompetensi generik adalah kompetensi yang digunakan secara umum dalam

berbagai kerja ilmiah. Kompetensi generik diturunkan dari keterampilan proses

dengan cara memadukan keterampilan itu dengan komponen-komponen alam

yang dipelajari dalam sains yang terdapat pada struktur konsep atau prinsip

segitiga pengkajian alam. Karena itu, kompetensi generik lebih mudah dipahami

dan dilaksanakan daripada keterampilan proses, serta penilaiannyapun lebih

mudah. Kompetensi generik kurang berlaku umum dibandingkan dengan

keterampilan proses, tetapi lebih berlaku umum dibandingkan dengan kompetensi

dasar.

Page 6: Isi Makalah Asesment Kgs

Ahli lain mengemukakan gagasannya mengenai keterampilan generik. Hager

et al. (Beckett, 2004) menyatakan bahwa istilah keterampilan generik digunakan

secara luas mengacu pada kualitas dan kapabilitas yang meliputi keterampilan

berpikir seperti penalaran logis dan analitis, pemecahan masalah, dan

keingintahuan intelektual; keterampilan berkomunikasi yang efektif, keterampilan

bekerjasama, dan kemampuan mengidentifikasi, mengakses dan mengatur

pengetahuan dan informasi; sifat-sifat personal seperti imajinasi, rigiditas

kreativitas dan intelektual, dan nilai-nilai seperti etika, kegigihan, integritas, dan

toleransi. Sementara itu Drury (Rahman et al., 2007) menganggap bahwa

keterampilan atau kemampuan generik merupakan keterampilan yang dapat

diterapkan pada beragam bidang studi dan untuk memperolehnya diperlukan

waktu yang relatif lama.

Berdasarkan pandangan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan atau kemampuan generik sains adalah kemampuan atau

keterampilan yang dapat ditumbuhkan lewat pembelajaran sains yang berguna

untuk menghadapi permasalahan di bidang ilmu pengetahuan lain diluar bidang

sains.

2.2 Indikator Keterampilan Generik Sains

Menurut Brotosiswoyo (dalam Sunyono : 2009) kemampuan generik sains

dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi 9 indikator yaitu: (1)

pengamatan langsung (direct observation); (2) pengamatan tak langsung (indirect

observation) (3) kesadaran tentang skala besaran (sense of scale); (4) bahasa

simbolik (symbolic languange); (5) kerangka logika taat-asas (logical self-

consistency) dari hukum alam; (6) inferensi logika; (7) hukum sebab akibat

(causality); (8) pemodelan matematika (mathematical modeling); (9) membangun

konsep (concept formation).

1. Pengamatan Langsung

Page 7: Isi Makalah Asesment Kgs

Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku sepanjang masih

dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan manusia untuk

melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab

akibat dari pengamatan tersebut.

Pengamatan langsung adalah mengamati objek yang diamati secara

langsung. Aspek pendidikan penting yang diperoleh dari melakukan pengamatan

langsung adalah bersikap jujur terhadap hasil pengamatan kita. Aspek lainnya

adalah kesadaran akan batas-batas ketelitian yang dapat diwujudkan.

Contoh:

Mengukur dampak percepatan gravitasi Bumi pada posisi benda saat

demi saat, misal di laboratorium fisika dasar, seperti alat atwood.

Melihat sinar putih yang dilewatkan sebuah prisma mengahsilkan

uraian warna-warna pelangi.

Melihat perubahan reaksi kimia pada larutan.

Menghitung jumlah populasi dalam suatu ekosistem

2. Pengamatan Tak Langsung

Dalam pengamatan tak langsung alat indera yang digunakan manusia

memiliki keterbatasan. Keterbatasan indra kita menyebabkan banyak gejala dan

perilaku alam tidak dapat diamati secara langsung dan hanya dapat diketahui

melalui pengukuran dengan menggunakan suatu alat tertentu.

Pada pokok bahasan listrik, pokok bahasan ini merupakan salah satu

objek alam yang ada tetapi tidak dapat dilihat, didengar, atau dicium

baunya sehingga pengukuran-pengukuranya dilakukan melakukan

menggunakan alat seperti voltmeter, amperemeter, test-pen dan lain-

lainnya.

Pokok bahasan fisika modern, topik-topik dalam fisika modern penuh

dengan objek-objek yang tidak dapat dilihat mata, seperti molekul

Page 8: Isi Makalah Asesment Kgs

atom, proton, elektron, dan sebagainya. Sebaiknya para pengajar fisika

berkata jujur bahwa sesungguhnya mereka belum pernah melihat

objek-objek di atas.

Pada biologi, untuk melihat benda-benda yang yang berukuran

mikroskopik digunakan alat mikroskop.

3. Kepekaan Tentang Skala Besaran (Sense of Scale)

Dalam alam banyak ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran benda

yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam skala ruang ukuran, objek

yang digarap terentang dari yang sangat besar (jagat raya), sampai yang sangat

kecil (elektron). Sel hidup itu sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan

mikroskop. Molekul jauh lebih kecil lagi, hanya dengan mikroskop elektron kita

dapat melihatnya, sedangkan elektron lebih kecil lagi. Bila kita ingin menyusun

elektron sepanjang garis lurus dengan panjang satu meter, berapa elektron yang

kita perlukan? Begitu pula berapa batang meteran kayu yang harus dijajarkan

untuk memenuhi jarak antara Bumi dengan salah satu bintang terdekat Alfa-

Centauri yang letaknya kira-kira empat tahun cahaya dari Bumi. Sains juga

membahas ukuran skala waktu yang sangat kecil seperti waktu paro dari

pasangan positron-elektron. Padahal, mata kita hanya bisa membedakan signal

yang muncul kira-kira 1/30 detik. Jadi, meskipun ada ribuan proses rekombinasi

positron-elektron yang terjadi dalam 1/30 detik, kita mengatakan hanya ada satu

rekombinasi saja, sebab yang lain tidak terdeteksi oleh indera penglihatan kita.

Mengacu pada contoh-contoh di atas, maka perlu ditanamkan sense of scale.

4. Bahasa Simbolik

Page 9: Isi Makalah Asesment Kgs

Banyak perilaku alam, khususnya perilaku yang dapat diungkapkan

secara kuantitatif, yang tidak dapat diungkapkan dengan “bahasa” komunikasi

sehari-hari. Sifat kuantitatif tersebut menyebabkan adanya keperluan untuk

menggunakan bahasa yang kuantitatif juga. Dalam matematika ada aljabar

sederhana yang dapat digunakan untuk misalnya melukiskan perbesaran ata

pengecilan benda dalam topik optika geometri. Tetapi gerak benda secara

mekanika misalnya, hanya dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan

differential. Demikian juga halnya dengan elektrodinamika atau termodinamika.

Bakan dalam pembahasan tentang benda-benda dalam skala subatomic saat ini

belum ada alternative lain, selain mekanika kuantum yang abstrak itu sebagai

“bahasa” ungkapannya.

Harus diakui bahwa tidak semua orang dapat dilatih untuk fasih dalam

bahasa simbolik ini. Lazimnya disediakan matakuliah yang namanya fisika-

matematik untuk melatih kefasihan penggunaan bahasa simbolik. Sayangnya

seringkali perwujudanya tidak jauh berbeda dengan kuliah kalkulus yang

sifatnya umum karena “kalkulus” di fisika yang dimaksudkan sebagai bahasa

atau alat untuk mengungkapkan sejumlah hukum atau gejala alam, maka

sebaiknya cara mengajarkannya selalu dikaitkan dengan topik peristiwa, aturan,

atau gejala alam yang ingin diahasakan. Kesederhanaan serta makna dar

ungkapan-ungkapan simbolik itu dalam kaitan denan gejala atau peristiwa alam

yang ingin dibahasakan perlu memperoleh prioritas.

Pengertian “integral” sebagai penjumlahan atau “diferensial” sebagai

selisih interval kecil, perlu diungkapkan data-data riil integrasi numeric maupun

diferensial numeric dengan menggunakan computer atau kalkulatorbisa

diterapkan untuk membantu maknanya dalam melikiskan gejala alam yang

teramati secara konkrit.

Namun yang perlu dicegah adalah kebiasaan menuliskan “bahasa

simbolik” yang sesungguhnya belum diketahui maknanya, sehingga hanya akan

mengelabui dirinya sendiri.

Page 10: Isi Makalah Asesment Kgs

5. Kerangka logika taat azas (logical self consistency) dari hukum alam

Pada pengamatan gejala alam dalam waktu yang akan panjang akan

ditemukan sejumlah hukum-hukum, namun akan ditemukan “keganjilan” secara

logika. Untuk menjawab hal tersebut pula digunakan kerangka logika taat asas

dengan menemukan suatu teori baru.

Matematika sebagai “bahasa” yang sangat cermat memiliki sifat yang

memudahkan kita menguji ketaat-azasan (self consistency).

Ada keyakinan dalam ilmu fisika, berdasarkan pengalaman yang cukup

panjang, bahwa aturan alam memiliki sifat taat-asas secara logika (logically self-

consistent).

Kasus sederhana yang dapat ditampilkan sebagai contohnya adalah

hukum alam tentang listrik dan magnet. Secara empiric ditemukan hukum

coulomb, hukum ampere, dan hukum faraday. Jika ketiga hukum tadi dirangkum

dalam suatu kesatuan dengan unkapan matematika, maka ada semacam

“keganjilan” dari segi ketaat-azasanya secara logika. Hal itu membuat James

Clark Maxwell meramalkan bahwa masih ada satu aturan lagi yang belum

ditemukan, kalau keseluruhanya harus taat-azas secara logika. Ternyata apa yang

diramal Maxwell benar. Artinya, kemudian ditemukan lewat pengamatan bahwa

memang ada hukum alam semacam itu.

Kasus lain lagi sebagai contoh adalah “keganjilan” adalah hukum-hukum

mekanika newton dengan elektrodinamika Maxwell. Elektrodinamika

meramalkan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik tidak akan

terpengaruh oleh gerak sumber maupun pengamatnya, sedangkan mekanika

Newton memperbolehkan kecepatan objek bertambah atau berkurang sesuai

dengan gerak sumber ataupun pengamat. “keganjilan” itulah yang kemudian

melahirkan teori relatifitas Einstein. Mekanika Newton harus dikoreksi agar

keduanya taat-azas secara logika.

Page 11: Isi Makalah Asesment Kgs

reaksi-reaksi biokimia yang sangat rumit namun dapat berlangsung

dalam tubuh makhluk hidup (in-vivo) yang suhunya jauh lebih rendah

dibandingkan dengan bila reaksi yang sama berlangsung di luar tubuh makhluk

hidup (in-vitro). Jawaban terhadap gejala tersebut adalah enzim sebagai katalis

dan berlangsungnya couple reaction.

6. Inferensi Logika (Logical Inference)

Dalam sains banyak fakta yang tak dapat diamati langsung namun dapat

ditemukan melalui inferensi logika dari konsekuensi-konsekuensi logis

pemikiran dalam sains.

Keyakinan akan peran logika dalam pengendalian hukum-hukum alam

menyebabkan matematika menjadi “bahasa” hukum alam yang sangat ampuh.

Dari sebuah aturan yang diungkapkan dalam matematika, kita dapat menggali

konsekuensi-konsekuensi logis yang dilahirkan semata-mata lewat inferensi

logika. Tanpa melihat bagaimana sesungguhnya makna konkretnya, langkah

semacam itu sering dilakukan dalam ilmu fisika. Inferensi merupakan

kemampuan generik yang ditujukan untuk membuat suatu generalisasi atau

mengambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik dapat berupa penjelasan

atau interpretasi dari hasil suatu observasi atau suatu kajian atau berupa

kesimpulan terhadap persoalan baru sebagai akibat logis dari kesimpulan-

kesimpulan atau teori-teori yang ada, tanpa melihat bagaimana makna konkret

sesungguhnya.

Contoh yang menarik adalah matarantai inferensi logika yang sangat

panjangdari teori relativitas Einstein, yang membahas kecepatan cahaya, sampai

pada kesimpulan bahwa ada ekivalensi antara massa benda dan energi dengan

hubungan E=mc2. Hasil inferensi logika itu bukan isapan jempol atau ilusi

belaka, karena percobaan konkret dalam ala mini ternyata menunjukan

kebanaran kesimpulan dari inferensi logika tadi.

Page 12: Isi Makalah Asesment Kgs

Banyak contoh inferensi logika lain pada ilmu Sains yang menyajikan

kesimpulan yang ternyata benar-benar ada dialam ini. Misalnya suhu nol Kelvin

sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaanya, tetap diyakini bahwa

itu benar.

7. Hukum Sebab Akibat (Causality)

Salah satu ciri sains adalah bertolak dari hukum sebab-akibat misalnya

apabila konsentrasi pereaksi diperbesar, maka reaksi berlangsung lebih cepat.

Pada suatu kesetimbangan kimia akan terjadi pergeseran kesetimbangan apabila

diberikan reaksi terhadap kesetimbangan tersebut. Misalnya kesetimbangan akan

bergeser ke arah yang berlawanan dengan arah penambahan zat, suatu reaksi

eksoterm akan berlangsung baik apabila suhu sistem diturunkan. Penjelasan dari

gejala ini dapat dijawab berdasarkan hukum sebab-akibat.

Sebagian besar dari aturan fisika yang disebut “hukum” adalah hukum

sebab-akiba. Pada bagian-bagian tertentu dari ilmu fisika juga dikenal dengan

istilah “korelasi” antara gejala alam, tetapi itu tidak disimpulkan sebagai sebab-

akibat.

Sebab akibat banyak terkait dalam proses-proses biologi sehinga

kemampuan generik ini penting dilatihkan untuk pemahaman biologi. Sebab

dapat diartikan sebagai hal yang mengakibatkan sesuatu sedangkan akibat adalah

hasil dari sesuatu peristiwa atau perbuatan.

8. Pemodelan Matematika

Untuk menjelaskan banyak hubungan dari gejala alam yang diamati

diperlukan bantuan pemodelan matematik. Melalui pemodelan tersebut

diharapkan dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecenderungan

hubungan ataupun perubahan dari sederetan fenomena alam.

Page 13: Isi Makalah Asesment Kgs

Rumus-rumus yang melukiskan hukum-hukum alam dalam fisika adalah

buatan manusia yang ingin melukiskan gejala dan perangai alam tersebut, baik

dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif, jadi jika kita dapat menyebutnya

sebebagai “model” yang ungkapannya menggunakan “bahasa” metematika.

Karena pada hakikatnya ungkapan itu adalah “model” maka dalam fisika kita

juga mengenal model alternative (tidak harus hanya satu model)

Mekanika kuantum, juga punya tiga macam alternative; pertama yang

paling popular disebut mekanika gelombang (Schrodinger), yang kedua

mekanika matriks (Heisenberg) dan yang ketiga adalah model Path Integral

(Fenyman).

Dalam kimia, besarnya tekanan osmotik larutan dapat ditentukan

berdasarkan perkalian MRT, pH larutan dapat ditentukan berdasarkan –log[H+]

larutan tersebut.

9. Membangun Konsep

Tidak semua gejala alam dapat dipahami dengan menggunakan bahasa

sehari-hari. Kadang-kadang kita harus membangun sebuah konsep atau

pengertian baru yang tidak ada padanannya dengan pengertian-pengertian yang

sudah ada. Pada waktu kita belajar listrik dan magnet kita temui interaksi antara

dua benda yang tidak saling bersinggungan. Agar kita dapat “memahami”

maknanya maka dibuatlah sebuah konsep yang kita namakan medan (medan

listrik, medan magnet, kemudian juga medan gravitasi).

Contoh lain adalah konsep entrop, Konsep tersebut awalnya dibuat untuk

membuat besaran yang bersifat sebagai diferensial. Transaksi kalor saja tidak

akan membentuk diferensial dalam arti integralnya hanya bergantung pada nilai

awal dan nilai akhir, bukan tergantung pada “pilihan jalan” yang ditempuh dari

nilai awal ke nilai akhir. Diferensial itu terjadi jika transaksi kalor itu nilainya

dibagi oleh nilai suhu absolute T. di sisi lain kemudian kita jumpai bahwa fungsi

Page 14: Isi Makalah Asesment Kgs

yang dibangun dari diferential semacam itu yang dinamakan entropi, dalam

kenyataannya melukiskan derajat ketidakteraturan dari sistem yang kita bahas.

Istilah energi awalnya juga bukan istilah sehari-hari. Dari aturan

mekanikanya Newton, yang bertolak dari pengertian gaya, kemudian dibangun

konsep energi sebagai ukuran sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

melakukan suatu kerja atau usaha sewaktu-waktu diperlukan. Sekarang istilah

itu sudah memasyarakat dan diartikan sebagai komoditi yang dapat

diperdagangkan.

2.3 Indikator Keterampilan Generik Sains

Berdasarkan jenis-jenis kemampuan generik yang dijelaskan diatas, ada

beberapa indikator untuk mengetahui ketercapaian kemampuan generic sains.

Macam-macam indikator tersebut seperti dijelaskan pada tabel.

Tabel. 1 Indikator Keterampilan Generik Sains

No.Keterampilan Generik

SainsIndikator

1 Pengamatan Langsung 1. Menggunakan sebanyak mungkin

indera dalam mengamati

percobaan/fenomena alam

2. Mengumpulkan fakta-fakta hasil

percobaan atau fenomena alam

3. Mencari perbedaan dan persamaan

2 Pengamatan Tak Langsung 1. Menggunakan alat ukur sebagai alat

bantu indera dalam mengamati

percobaan/gejala alam

2. Mengumpulkan fakta-fakta hasil

percobaan sains atau fenomena alam

3. Mencari perbedaan dan persamaan

3 Pemahaman Tentang Skala

Besaran (Sense of Scale)

Menyadari objek-objek alam dan kepekaan

yang tinggi terhadap skala numeric sebagai

Page 15: Isi Makalah Asesment Kgs

besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun

makroskopis

4 Bahasa Simbolik 1. Memahami simbol, lambang, dan

istilah

2. Memahami makna kuantitatif satuan

dan besaran dari persamaan

3. Menggunakan aturan matematis untuk

memecahkan masalah/fenomena gejala

alam

4. Membaca suatu grafik/diagram, tabel,

serta tanda matematis

5 Kerangka logika taat azas

(logical self consistency)

dari hukum alam

Mencari hubungan logis antara dua aturan

6 Inferensi Logika (Logical

Inference)

1. Memahami aturan-aturan logical

frame)

2. Mencari hubungan logis antara dua

aturan

3. Berargumentasi berdasarkan aturan

4. Menjelaskan masalah berdasarkan

aturan

5. Menarik kesimpulan dari suatu gejala

berdasarkan aturan/hukum-hukum

terdahulu

7 Hukum Sebab Akibat

(Causality)

1. Menyatakan hubungan antar dua

variabel atau lebih dalam suatu gejala

alam tertentu

2. Memperkirakan penyebab gejala alam

3. Menyatakan hubungan antar dua

variabel atau lebih dalam suatu gejala

Page 16: Isi Makalah Asesment Kgs

alam tertentu

8 Pemodelan Matematika 1. Mengungkapkan fenomena/masalah

dalam bentuk sketsa gambar/grafik

2. Mengungkap fenomena dalam bentuk

Rumusan

3. Mengajukan alternatif penyelesaian

masalah

9 Membangun Konsep Menambah konsep baru

2.4 Hubungan Konsep dan Keterampilan Sains

Dengan berkembang pesatnya pengetahuan SAINS, maka pertambahan

konsep-konsep SAINS yang perlu dipelajari siswa juga sangat besar. Sebagai

akibatnya perlu ada pemilihan Konsep-konsep esensial yang dipelajari siswa.

Konsep-konsep esensial dipilih berdasarkan pada pentingnya konsep tersebut

untuk kehidupan siswa dan pentingnya memberi pengalaman belajar tertentu

kepada siswa, agar memperoleh bekal keterampilan generik SAINS yang

memadai. Untuk menentukan pengetahuan SAINS yang perlu dipelajari siswa,

pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep SAINS yang ingin

dipelajari (Liliasari, 2007).

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara jenis

konsep-konsep sains dengan keterampilan generik sains yang

dikembangkan.Secara lebih rinci, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel. 2 Hubungan Konsep dan Keterampilan Sains

No.Keterampilan Generik

SainsKonsep

1 Pengamatan Langsung Konsep konkret

2 Pengamatan langsung/tak Konsep abstrak dengan contoh konkret

Page 17: Isi Makalah Asesment Kgs

langsung, inferensi logika

3 Pengamatan tak langsung,

inferensi logika

Konsep abstrak

4 Kerangka logika taat azas,

hukum sebab akibat,

inferensi logika

Konsep berdasarkan prinsip

5 Bahasa simbolik,

pemodelan matematik

Konsep yang menyatakan simbol

6 Pengamatan langsung/ tak

langsung, hukum sebab

akibat, kerangka logika taat

azas, inferensi logika

Konsep yang menyatakan proses

7 Pengamatan langsung/tak

langsung, hukum sebab

akibat, kerangka logika taat

azas, inferensi logika

Konsep yang menyatakan sifat

Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam mempelajari konsep-konsep

sains dibekalkan kemampuan berpikir yang komplek. Pada umumnya setiap

konsep sains dapat mengembangkan lebih dari satu macam keterampilan generik

sains, kecuali konsep konkrit. Jenis konsep ini sangat terbatas jumlahnya dalam

sains, karena itu mempelajari konsep sains pada hakekatnya adalah

mengembangkan keterampilan berpikir sains, yang merupakan berpikir tingkat

tinggi. (Liliasari dkk, 2007)

2.5 Contoh Soal Keterampilan Generik Sains

1. Pengamatan Langsung

Page 18: Isi Makalah Asesment Kgs

(sebelumnya melakukan percobaan dengan membuat plot 40 x 40

centimeter dalam ekosistem) Setelah melakukan pengamatan, hitunglah

jumlah populasi semut di dalam ekosistem.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan sebutkan perubahan fisik yang

terjadi pada saat pencampuran reaksi kimia antara HCL dan NaOH

Sebutkan warna-warna yang terbentuk dalam proses terbentuknya pelangi

berdasarkan pengamatan terhadap pelangi!

2. Pengamatan Tak Langsung

Untuk mengetahui nilai hambatan

RAB kawat AB, digunakan rangkaian

dengan penunjukkan voltmeter dan

amperemeter seperti pada gambar.

Berapa nilai hambatan kawat RAB?

Hasil Pengukuran dengan

menggunakan thermometer ruang

(celcius dan Fahrenheit). Nampak

pada gambar berikut. Berapa

suhu ruangan jika diukur

menggunakan thermometer X?

3. Kesadaran Tentang Skala Besaran (Sense of Scale)

Andi mengendarai motor dari kota A ke kota B yang berjarak 100 km

dengan kecapatan 50 km/jam. Andi berangkat pukul 09.00 dan tiba di kota

Page 19: Isi Makalah Asesment Kgs

B pukul 11.00. Unie menuju kota B dari kota A pukul 10,00 untuk sampai

bersamaan dengan Andi unie harus menendarai motornya dengan

kecepatan …

4. Bahasa Simbolik

Suatu sitem mengalami proses adiabatik. Pada system dilakukan usaha

sebesar 100 J. jika perubahan energy dalam system adalah ∆U dan panas

yang diserap system adalah Q, maka berapa nilai ∆U?

5. Kerangka logika taat azas (logical self consistency) dari hukum alam

Bila 2 Kg potongan timah hitam 100oC (panas jenis timah 0,128 kJ/kg.K)

dijatuhkan kedalam danau bertemperatur 10oC maka berapa nilai

perubahan entropi semesta?

6. Inferensi Logika (Logical Inference)

Prediksikan larutan/endapan atau gas apa yang akan terbentuk jika kita

mereaksikan antara larutan NaCl dan HCl!

7. Hukum Sebab Akibat (Causality)

Nalayan pantai Talise merasa resah karena hasil tangkapan ikan sangat

sedikit. Mereka mengadukan permasalahan mereka kepada pejabat

kelurahan setempat. Pak lurah mencoba menjelaskan perlunya

memanfaatkan angin laut dan angin darat agar para nelayan dapat

memperoleh ikan lebih banyak. Coba jelaskan peristiwa alam yang dialami

nelayan pantai talise ini berserta solusi yang disampaikan pak lurah

berdasarkan hokum kausalitas!

8. Pemodelan Matematika

Page 20: Isi Makalah Asesment Kgs

Rapat massa suatu gas ideal pada suhu T dan tekanan P adalah ρ. Jika

tekanan gas tersebut dijadikan 1,5P dan suhunya diturunkan menjadi 0,3T

maka berapa nilai rapat massa gas pada keadaan akhir?

9. Membangun Konsep

Satu mol gas ideal pada suhunT mengembang secara isotermik sampai

volumenya dua kali semula. Jika R adalah tetapan gas maka berapa

kenaikan entropi gas ini?

Page 21: Isi Makalah Asesment Kgs

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai

berikut:

Keterampilan atau kemampuan generik sains adalah kemampuan atau

keterampilan yang dapat ditumbuhkan lewat pembelajaran sains yang

berguna untuk menghadapi permasalahan di bidang ilmu pengetahuan lain

diluar bidang sains.

Kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan

menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung (direct observation); (2)

pengamatan tak langsung (indirect observation) (3) kesadaran tentang skala

besaran (sense of scale); (4) bahasa simbolik (symbolic languange); (5)

kerangka logika taat-asas (logical self-consistency) dari hukum alam; (6)

inferensi logika; (7) hukum sebab akibat (causality); (8) pemodelan

matematika (mathematical modeling); (9) membangun konsep (concept

formation).

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu agar makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua yang membacanya serta dapat menambah

pengetahuan kita dalam dunia pendidikan.

Page 22: Isi Makalah Asesment Kgs

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, I.W. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains terhadap Calon

Guru Pada Materi Thermodinamika. Tesis Sarjana pada FPMIPA UPI

Bandung, Tidak diterbitkan

Sumarni, Woro. (2010). Penerapan Learning Cycle Sebagai Upaya Meningkatkan

Keterampilan Generik Sains Inferensia Logika Mahasiswa Melalui

Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 4,

(1), 521-531..