30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Peningkatan penderita typhoid meningkat seiring dengan kurangnya pola hidup bersih dari masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan kualitas kebersihan dan gizi dari makanan yang mereka makan. Hal ini sejalan dengan penyebaran bakteri salmonella melalui pengidap atau pembawa (carrier) bakteri salmonella yang dapat menularkan secara langsung kepada orang yang sehat yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier. Demam typhoid juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus Abdominalis, Typhoid fever, atau enteric fever. Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut membesar, limpa dan erupsi kulit. Demam typhoid (termasuk para– TYPHOID Page 1

Isi Makalah Typhoid INNAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah typhoid

Citation preview

Page 1: Isi Makalah Typhoid INNAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan

kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis.

Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah

berhawa dingin. Peningkatan penderita typhoid meningkat seiring dengan

kurangnya pola hidup bersih dari masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak

memperhatikan kualitas kebersihan dan gizi dari makanan yang mereka

makan. Hal ini sejalan dengan penyebaran bakteri salmonella melalui

pengidap atau pembawa (carrier) bakteri salmonella yang dapat menularkan

secara langsung kepada orang yang sehat yang dapat terjadi di mana saja dan

kapan saja.

Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang

aktif, penderita dalam fase konfalesen, dan kronik karier. Demam typhoid

juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus Abdominalis, Typhoid fever,

atau enteric fever. Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang akut yang

mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen

berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut membesar, limpa

dan erupsi kulit. Demam typhoid (termasuk para–typhoid) disebabkan oleh

kuman salmonella typhi, S paratyphy A, S paratyphi B dan S paratyphi C.

Jika penyebabnya adalah S paratyphy, gejalanya lebih ringan dibanding

dengan yang disebabkan oleh S typhi.

Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global untuk

Salmonella typhi. Sulit untuk memperkirakan beban nyata demam tifoid di

dunia karena gambaran klinis yang membingungkan dengan banyak infeksi

demam lainnya, dan penyakit ini diremehkan karena kurangnya sumber daya

laboratorium di sebagian besar wilayah di negara berkembang. Akibatnya,

TYPHOID Page 1

Page 2: Isi Makalah Typhoid INNAH

banyak kasus tetap berada di bawah atau tak didiagnosis. Di kedua daerah

endemik dan di wabah besar, sebagian besar kasus demam tifoid terlihat pada

mereka yang berusia 3-19 tahun.1

Berdasarkan pemaparan di atas, selanjutnya dalam makalah ini akan

dibahas secara lengkap tentang konsep medis yang berkaitan dengan demam

typhoid.

B. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi typhoid?

2. Bagaimana sejarah dari typhoid?

3. Bagaimana epidemiologi dari typhoid?

4. Bagaiamana etiologi dari thypoid?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari typhoid?

6. Bagaimana patofisiologi dari typhoid?

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostik dari typhoid?

8. Bagaimana komplikasi dari typhoid?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari typhoid?

10. Bagaimana prognosis dari typhoid?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa defenisi dari typhoid

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dari typhoid

3. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari typhoid

4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari thypoid

5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari typhoid

6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari typhoid

7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostik dari

typhoid

8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari typhoid

9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari typhoid

10. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari typhoid1 World Health Organization (WHO), “Guidelines for the Management of Typhoid

Fever”, Official Website World Health Organization, http://apps.who.int/medicinedocs/documents/s20994en/s20994en.pdf (19 April 2016).

TYPHOID Page 2

Page 3: Isi Makalah Typhoid INNAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Typhoid

Tifus atau typhus adalah nama yang diberikan kepada beberapa

penyakit yang sama yang disebabkan oleh rickettsiae. Kata ini berasal dari

bahas Yunani thypos, berarti asap atau kabut, menggambarkan keadaan

fikiran penderita tifus. Dikalangan medis penyakit ini disebut sebagai demam

tifoid.2

Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus

halus. Sinonim dari dema tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan

paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Demam

paratifoid menunjukkan manifestasi yang sama dengan tifoid namun biasanya

lebih ringan.3

Menurut Schneider (2005) demam tifoid adalah infeksi darah yang

disebabkan oleh mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi

dengan bakteri salmonella enterica, subspesies enterica, serovar typhi, yang

sering disebut sebagai salmonella typhi.4

B. Sejarah Typhoid

Penjelasan mengenai tifoid pertama kali ditulis oleh dokter Inggris,

Thomas Willis pada tahun 1659. Selama perang Crimea (1853-1856) , pada

satu masa perang diantara sekian banyak perang antara Rusia dan Turki, lebih

banyak tentara yang meninggal akibat tifoid dibandingkan akibat perang.

Pada masa perang itu, perawat Inggris, Florence Nightingale (1820-1910)

2 Dewi Lestari, Detekesi Penyakit Anak dan Pengobatannya (Jakarta: Tugu Publisher, 2012) h. 309.

3 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran (Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2001) h. 421.

4 Keith R. Schneider, dkk., “Preventing Foodborne Illness: Typhoid Fever Salmonella Typhi”, Ifas Extension (Florida: University of Florida, 2005) h. 1.

TYPHOID Page 3

Page 4: Isi Makalah Typhoid INNAH

mendirikan rumah sakit di barak militer. Dia menetapkan standar ketat

kebersihan sehingga angka kematian tentara sangat menurun.

Pada tahun 1889, bakteri tifoid ditemukan oleh ahli bakteriologi

Jerman, Karl Joseph Eberth (1835-1926) dan Roberth Koch. Pada tahun

1898, ahli patologi inggris, Almroth Edward Wright (1861-1947)

mengembangkan dan menggunakan vaksin antitifoid. Wright mengambil

jenis bakteri yang virulen, membunuhnya dengan panas, lalu

menyuntikkannya kepada pasiennya dalam dua dosis, terpisah sepuluh hari.

Sistem yang digunakan sangat efektif. Selama Perang Dunia Pertama (1914-

1918) hanya 100 tentara yang meninggal akibat penyakit tifoid.

Pada tahun 1903, penyakit tifoid menyerang kota New York lebih dari

1300 kasus. Penyebab epidemi ini akhirnya ditemukan oleh Mary Mallon

(1970-1938), yang kemudian dikenal sebagai “Tifoid Mary”. Dia adalah

seorang tukang masak yang menderita penyakit tifoid tanpa menunjukkan

gejala. Dia dipenjarakan pada tahun 1987 karena mengetahui bahwa dia

membawa penyakit, tetapi tetap menangani makanan. Akan tetapi ketika dia

dibebaskan, dia kembali menjadi tukang masak, dan kali ini menggunakan

nama samaran. Dia menolak percaya bahwa dia bertanggung jawab terhadap

penularan penyakit tifoid walaupun telah diperiksa dan terbukti sebagai

pembawa. Akhirnya, pada 1915, setelah petugas kesehatan sekali lagi

menemukannya menyajikan makanan, dia diasingkan disebuah pulau seumur

hidupnya. Dia tidak pernah bekerja sama dengan dokter, menolak segala

pengobatan. Dia dipercaya telah menginfeksi sedikitnya 53 orang dan

menyebabkan tiga kematian.5

C. Epidemiologi Typhoid

WHO menyebutkan bahwa demam tifoid disebabkan oleh Salmonella

typhi, bakteri Gram-negatif. Sebuah penyakit yang sangat mirip tetapi sering

kurang parah disebabkan oleh Salmonella serotipe paratyphi A. Di sebagian

besar negara di mana penyakit ini telah dipelajari, rasio penyakit yang

5 Istiyono Wahyu, 100 Kejadian Penting Medis yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia (Tangerang: Karisma Publishing Group, 2008) h. 98.

TYPHOID Page 4

Page 5: Isi Makalah Typhoid INNAH

disebabkan oleh Salmonella typhi yang disebabkan oleh S. paratyphi adalah

sekitar 10: 1.

Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global untuk

Salmonella typhi. Sulit untuk memperkirakan beban nyata demam tifoid di

dunia karena gambaran klinis yang membingungkan dengan banyak infeksi

demam lainnya, dan penyakit ini diremehkan karena kurangnya sumber daya

laboratorium di sebagian besar wilayah di negara berkembang. Akibatnya,

banyak kasus tetap berada di bawah atau tak didiagnosis. Di kedua daerah

endemik dan di wabah besar, sebagian besar kasus demam tifoid terlihat pada

mereka yang berusia 3-19 tahun.

Manusia adalah satu-satunya tuan rumah alami dari tempat hidup

salmonella thypi. Infeksi ini ditularkan oleh konsumsi makanan atau air yang

terkontaminasi. Insiden tertinggi terjadi di mana pasokan air yang melayani

populasi besar yang terkontaminasi. Masa inkubasi biasanya 8-14 hari, tapi

bisa berkisar dari 3 hari sampai 2 bulan. Beberapa 2-5% dari orang yang

terinfeksi menjadi pembawa kronis yang memiliki S. typhi dalam kantung

empedunya. Operator-operator kronis sangat terlibat dalam penyebaran

penyakit. Banyak infeksi ringan dan atipikal terjadi dan kekambuhan yang

umum. Pasien yang terinfeksi HIV berada pada peningkatan risiko yang

signifikan dari penyakit berat karena S. typhi dan S. Paratyphi.6

Demam tipoid dan paratipoid endemik di Indonesia. Penyakit ini

jarang ditemukan secara endemik, lebih bersifat sporadik, terpencar-pencar di

suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang

serumah. Di Indonesia demam tipoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan

insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. Terdapat dua

sumber penularan S. typhi, yaitu pasien dengan demam typoid dan yang lebih

sering, karier. Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar

6 World Health Organization (WHO), “Guidelines for the Management of Typhoid Fever”, Official Website World Health Organization, http://apps.who.int/medicinedocs/documents/s20994en/s20994en.pdf (19 April 2016).

TYPHOID Page 5

Page 6: Isi Makalah Typhoid INNAH

S. typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber

penularan tersering di daerah nonendemik.7

Berdasarkan info dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun

2015 menyebutkan bahwa sebelas besar morbiditas dan mortalitas pasien

rawat inap anak balita usia 1-4 tahun di Indonesia tahun 2013 menduduki

peringkat ke-4 dengan 9.747 jiwa.8

D. Etiologi Typhoid

Etiologi demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi Sedangkan

demam paratyphoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies

salmonella enteretidis, yaitu S.enteretidis bioserotipe paratyphi A, S.

enteretidis bioserotipe paratyphi B, S. enteretidis bioserotipe paratyphy C.

kuman-kuman ini dikenal dengan nama S. paratyphi A, S. schottmuelleri, dan

S. hirschfeldii.9

Bakteri salmonella typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak

berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal

370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang

mengandung empedu. Isolat kuman salmonella typhi memiliki sifat-sifat

gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif,

sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan

Dnase.

Bakteri salmonella typhi memiliki beberapa komponen antigen antara

lain antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat

spesifik grup.Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada

dalam flagella dan bersifat spesifik spesies.Antigen virulen (Vi) merupakan

polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan

sel.Antigen ini menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum 7 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran (Jakarta: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran UI, 2001) h. 422.

8 Tim Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, “Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia”, Pusat Data dan Informasi Kementrian Keshatan RI (Jakarta: Kemenkes, 2015), h. 4.

9 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran (Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2001) h. 421.

TYPHOID Page 6

Page 7: Isi Makalah Typhoid INNAH

dan melindungi antigen O dari proses fagositosis. Antigen Vi berhubungan

dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin.Salmonella typhi

menghasilkan endotoksin yang merupakan bagaian terluar dari dinding sel,

terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida dan lipid

A.Antibodi O, H dan Vi akan membentuk antibodi agglutinin di dalam

tubuh.Sedangkan, Outer Membran Protein (OMP) pada salmonella typhi

merupakan bagian terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan

lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan

sekitarnya.OMP sebagain besar terdiri dari protein purin, berperan pada

patogenesis demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon

imun host.OMP berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat dan

cairan ke membran sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk

bakteriofag dan bakteriosin.10

Manusia adalah satu-satunya penerima yang diketahui dari organisme.

Individu yang terinfeksi membawa S. Typhi dalam saluran usus mereka dan

aliran darah dan secara berkala mengeluarkan bakteri tersebut dalam tinja

mereka dan kurang umum dalam urin mereka. Transmisi dari host ke host

terjadi jika makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran seperti

tertelan. Hal ini dikenal sebagai jalur fecal-oral. Darah dari orang yang

terinfeksi juga bisa mengirimkan bakteri untuk orang lain. Setelah asupan

makanan atau air yang terkontaminasi S. Typhi memasuki usus kecil dan

menyebar ke dalam aliran darah. Infeksi yang dihasilkan sistemik. Kandung

empedu, hati, usus, dan limpa yang sering terkena.

Selain aktif terinfeksi, S.Typhi juga terjadi kronis, orang-orang yang

terus membawa penyakit atau mungkin tidak menunjukkan gejala. Carrier,

yang mewakili 3-5% dari terinfeksi individu, dianggap hasil dari salmonella

biofilm yang terbentuk pada permukaan batu empedu di kandung empedu dan

bertahan selama beberapa dekade.11

10 Carolina Innesa, “Perbaikan Gambaran Klinis Demam terhadap Terapi Antibiotik pada Anak dengan Demam Tifoid”, Karya Ilmiah Mahassiwa (Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP, 2013), h. 8.

TYPHOID Page 7

Page 8: Isi Makalah Typhoid INNAH

Dari pemaparan di atas dijelaskan bahwa salah satu faktor penyebab

dari typhoid adalah memakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan

kuman salmonella typhi. Makanan yang biasanya mengandung kuman

salmonella typhi adalah makanan yang disimpan berhari-hari, makanan yang

diawetkan, makanan yang dibekukan, jajanan makanan yang tidak sehat

seperti jajanan di pinggir jalan.

Allah SWT menjelaskan dalam Al-qur’anul karim tentang anjuran

memakan makanan yang halal dan baik bagi tubuh. Baik artinya bermanfaat

bagi tubuh dan dapat menghindarkan diri dari sumber penyakit. Sebagaimana

firman Allah SWTdalam surah Al-Maidah ayat 88:

ل�وا ل� و� وا م� ل ل� و� و� و� ل� � و ال ل�ا و�ا و� � ل�ا �ي و� ل وا ! و و�ا و� � و ال م#ي ل و ا م ل% م& و'ا م� م) و( ل*و م� م+ ل�Terjemahnya:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya”12

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma

halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh

kita. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai

sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas.

E. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan

dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam,

nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obtipasi atau diare,

perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epiktaksis. Pada pemeriksaan fisik

hanya didapatkan peningkatan suhu badan.13

11 Keith R. Schneider, dkk., “Preventing Foodborne Illness: Typhoid Fever Salmonella Typhi”, Ifas Extension (Florida: University of Florida, 2005) h. 1.

12 https://khultur.wordpress.com/2011/12/23/al-maidah-ayat88/ (diakses tanggal 19 April 2016).

13 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran (Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2001) h. 422.

TYPHOID Page 8

Page 9: Isi Makalah Typhoid INNAH

Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal

penyakit.Demam berlangsung 3 minggu bersifat febris, remiten dan suhu

tidak terlalu tinggi.Pada awalnya suhu meningkat secara bertahap menyerupai

anak tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam hari,tetapi

demam bisa pula mendadak tinggi.Dalam minggu kedua penderita akan terus

menetap dalam keadaan demam, mulai menurun secara tajam pada minggu

ketiga dan mencapai normal kembali pada minggu keempat. Pada penderita

bayi mempunyai pola demam yang tidak beraturan, sedangkan pada anak

seringkali disertai menggigil. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan

nyeri, perut kembung, konstipasi dan diare.Konstipasi dapat merupakan

gangguan gastrointestinal awal dan kemudian pada minggu kedua timbul

diare.

Tanda klinis yang didapatkan pada anak dengan demam tifoid antara

lain adalah pembesaran beberapa organ yang disertai dengan nyeri perabaan,

antara lain hepatomegali dan splenomegali.Penelitian yang dilakukan di

Bangalore didapatkan data teraba pembesaran pada hepar berkisar antara 4 –

8 cm dibawah arkus kosta.Tetapi adapula penelitian lain yang menyebutkan

dari mulai tidak teraba sampai 7,5 cm di bawah arkus kosta. Penderita demam

tifoid dapat disertai dengan atau tanpa gangguan kesadaran.Umumnya

kesadaran penderita menurun walaupun tidak terlalu dalam, yaitu apatis

sampai somnolen. Selain tanda – tanda klinis yang biasa ditemukan

tersebut,mungkin pula ditemukan gejala lain.Pada punggung dan anggota

gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik kemerahan karena emboli dalam

kapiler kulit.Kadang-kadang ditemukan ensefalopati, relatif bradikardi dan

epistaksis pada anak usia > 5 tahun. Penelitian sebelumnya didapatkan data

bahwa tanda organomegali lebih banyak ditemukan tetapi tanda seperti

roseola sangat jarang ditemukan pada anak dengan demam tifoid.14

14 Carolina Innesa, “Perbaikan Gambaran Klinis Demam terhadap Terapi Antibiotik pada Anak dengan Demam Tifoid”, Karya Ilmiah Mahassiwa (Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP, 2013), h. 8

TYPHOID Page 9

Page 10: Isi Makalah Typhoid INNAH

Gambar 1: Morbidity ScoreSumber: Carolina Innesa (2013)

F. Patofisiologi Typhoid

Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia. Manusia yang

terinfeksi bakteri salmonella typhi dapat mengekskresikannya melalui urin

dan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi. Patogenesis demam tifoid

melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri

bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, bertahan hidup di aliran darah dan

menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke

lumen intestinal. Bakteri salmonella typhi bersama makanan atau minuman

masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan

suasana asam banyak bakteri yang mati. Sebagian lolos masuk ke dalam usus

halus dan selanjutnya berkembang biak. Bila repon imunitas humoral mukosa

(igA) usus halus kurang baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel dan

selanjutnya ke lamia propia.

TYPHOID Page 10

Page 11: Isi Makalah Typhoid INNAH

Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel

mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di ileum

dan yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch merupakan

tempat bertahan hidup dan multiplikasi salmonella typhi. Bakteri mencapai

folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa usus.Tukak dapat

mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian mengikuti aliran ke

kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik

sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System (RES) di organ hati dan

limpa. Setelah periode inkubasi, salmonella typhi keluar dari habitatnya

melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa,

sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.

Ekskresi bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau

dikeluarkan melalui feses. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa,

kelenjar limfoid intestinal dan mesenterika untuk melepaskan produknya

yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara

sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid.15

Huckstep (1962) dalam Singh (2001) dalam Rumondang (2011)

membagi keadaan patologi di Payer patch akibat S. typhi menjadi 4 fase

sebagai berikut16:

Fase 1 : hiperplasia dari folikel limfoid.

Fase 2 : nekrosis dari folikel limfoid pada minggu kedua yang

mempengaruhi mukosa dan submukosa.

Fase 3 : ulserasi sepanjang usus yang memungkinkan terjadinya

  perforasi dan perdarahan.15 Carolina Innesa, “Perbaikan Gambaran Klinis Demam terhadap Terapi Antibiotik

pada Anak dengan Demam Tifoid”, Karya Ilmiah Mahassiwa (Semarang: Fakultas

Kedokteran UNDIP, 2013), h. 10.16 Rumondang Anna, “Deteksi Salmonella Enterica I Serotype Typhi pada Bakso

yang dijajakan di Area Kampus Universitas Sumatera Utara pada Tahun 2011”, Karya Tulis

Ilmiah (Medan: Fakultas Kedokteran USU, 2011), h. 11.

TYPHOID Page 11

Page 12: Isi Makalah Typhoid INNAH

Fase 4 : penyembuhan mungkin terjadi pada minggu keempat dan

       tidak terbentuk striktur.

G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Berdasarkan pemaparan dalam buku Update management of infectious

diseases and gastrointestinal disorders yang diterbitkan oleh FK UI

menuliskan bahwa beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

pada penderita typhoid sebagai berikut17:

1. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak spesifik. Hitung

leukosit yang rendah sering berhubungan dengan demam dan toksisitas

penyakit, namun kisaran jumlah leukosit bisa lebar. Pada anak yang lebih

muda leukositosis bisa mencapai 20.000-25.000/mm3. Trombositopenia

dapat merupakan marker penyakit berat dan disertai dengan koagulasi

intravaskular diseminata. Pemeriksaan fungsi hati dapat berubah, namun

gangguan hati yang bermakna jarang ditemukan.

2. Pemeriksaan Widal

Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O

dan H S. typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Pemeriksaan

Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah dan

penggunaannya sebagai satu-satunya pemeriksaan penunjang di daerah

endemis dapat mengakibatkan overdiagnosis. Kadar aglutinin tersebut

diukur dengan menggunakan pengenceran serum berulang. Pada umumnya

antibodi O meningkat di hari ke-6-8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak

awal penyakit.

Interpretasi pemeriksaan Widal harus dilakukan secara hati-hati

karena beberapa faktor mempengaruhi hasilnya, antara lain stadium

penyakit, pemberian antibiotik, teknik laboratorium, endemisitas penyakit

tifoid, gambaran imunologi masyarakat setempat, dan riwayat imunisasi

demam tifoid. Sensitivitas dan spesifisitas rendah tergantung kualitas

17 Sri Rezeki Hadinegoro, dkk., Update Management of Infectious Diseases and

Gastrointestinal Disorder (Depok: FK UI Departemen Ilmu Kesehatan Anak, 2012) h. 3.

TYPHOID Page 12

Page 13: Isi Makalah Typhoid INNAH

antigen yang digunakan bahkan dapat memberikan hasil negatif pada 30%

sampel biakan positif demam tifoid. Pemeriksaan Widal memiliki

sensitivitas 40%, spesifisitas 91,4%, dan nilai prediksi positif 80%. Hasil

pemeriksaan Widal positif palsu dapat terjadi oleh karena reaksi silang

dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae, pemeriksaan

dilakukan di daerah endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi

tifoid, dan preparat antigen komersial yang bervariasi serta standardisasi

yang kurang baik. Pemeriksaan Widal seharusnya dilakukan 1-2 minggu

kemudian sehingga kenaikan 4 kali, terutama agglutinin O memiliki nilai

diagnostik yang penting untuk demam tifoid. Titer aglutinin O yang positif

dapat berbeda dari >1/806 sampai >1/320 antar laboratorium tergantung

endemisitas demam tifoid di masyarakat setempat dengan catatan 8 bulan

terakhir tidak mendapat vaksinasi atau baru sembuh dari demam tifoid.

Pemeriksaan Widal seharusnya dilakukan 1-2 minggu kemudian

sehingga kenaikan 4 kali, terutama agglutinin O memiliki nilai diagnostik

yang penting untuk demam tifoid. Pemeriksaan Widal pada serum akut

satu kali saja tidak mempunyai arti penting dan sebaiknya dihindari oleh

karena beberapa alasan, yaitu variablitas alat pemeriksaan, kesulitan

memperoleh titer dasar dengan kondisi stabil, paparan berulang S.typhi di

daerah endemis, reaksi silang terhadap non-Salmonella lain, dan

kurangnya kemampuan reprodusibilitas hasil pemeriksaan tersebut.

3. Pemeriksaan serologi terhadap spesimen darah

Pemeriksaan diagnostik baru saat ini tersedia, seperti Typhidot atau

Tubex yang mendeteksi antibodi IgM antigen spesifik O9 lipopolisakarida

S. typhi. Dalamdua dekade ini, pemeriksaan antibodi IgM dan IgG spesifik

terhadap antigen S. typhi berdasarkan enzyme-linked immunosorbent

assay (ELISA) berkembang.

Antigen dipisahkan dari berbagai struktur subselular organisme

antara lain: liposakarida (LPS), outer membrane protein (OMP), flagella

(d-H), dan kapsul (virulence [Vi] antigen). Telah banyak penelitian yang

membuktikan bahwa pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas

TYPHOID Page 13

Page 14: Isi Makalah Typhoid INNAH

hampir 100% pada pasien demam tifoid dengan biakan darah positif S.

typhi. Pemeriksaan antibodi IgM terhadap antigen O9 lipopolisakarida

S.typhi (Tubex)R dan IgM terhadap S.typhi (Typhidot) memiliki

sensitivitas dan spesifitas berkisar 70% dan 80%. Pemeriksaan serologi

tersebut dapat dibaca secara visual dalam waktu 10 menit dengan

membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna dan nilai > 6

dianggap sebagai positif kuat. Namun interpretasi hasil serologi yang

positif harus dilakukan secara hati-hati pada kasus tersangka demam tifoid

di daerah endemis karena IgM dapat bertahan sampai 3 bulan, sedangkan

IgG sampai 6 bulan.

4. Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. typhi hanya

membutuhkan waktu kurang dari 8 jam dan memiliki sensitivitas yang

tinggi sehingga lebih unggul dibanding pemeriksaan biakan darah biasa

yang membutuhkan waktu 5-7 hari. In-flagelin PCR terhadap S. typhi

memiliki sensitivitas 93,58% dan spesifisitas 87,9%.13 Pemeriksaan

nested polymerase chain reaction(PCR) menggunakan primer H1-d dapat

digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik S. typhi dari darah pasien

dan merupakan pemeriksaan diagnostik cepat yang menjanjikan.

Pemeriksaan nested PCR terhadap gen flagelin (fliC) dari S. typhi dapat

dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%), dikuti dari spesimen darah

20/22 (90%), dan tinja 15/22 (68.1%).

5. Pemeriksaan serologi dari spesimen urin

Pemeriksaan ELISA terhadap antibodi monoklonal spesifik antigen

9 grup D Salmonella dari spesimen urin pada satu kali pemeriksaan

memiliki sensitivitas 65%, namun pemeriksaan urin secara serial

menunjukkan sensitivitas 95%. Pemeriksaan ELISA menggunakan

antibodi monoklonal terhadap antigen 9 somatik (O9), antigen d flagella

(d-H), dan antigen virulensi kapsul (Vi) pada spesimen urin memiliki

sensitivitas tertinggi pada akhir minggu pertama, yaitu terhadap ketiga

antigen Vi terdeteksi pada 9 kasus (100%), O9 pada 4 kasus (44%) dan d-

TYPHOID Page 14

Page 15: Isi Makalah Typhoid INNAH

H pada 4kasus (44%). Spesifisitas untuk Vi lebih dari 90% sehingga

deteksi antigen Vi pada urin menjanjkan untuk menunjang diagnosis

demam tifoid, terutama dalam minggu pertama sejak timbulnya demam.

Gambar 1: Perbandingan beberapa Pemeriksaan Penunjang Demam ThypoidSumber: Sri Rezeki Hadinegoro (2012)

H. Komplikasi Typhoid

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam18:

1. Komplikasi Intestinal

a. Perdarahan usus18 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran (Jakarta: Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran UI, 2001) h. 424.

TYPHOID Page 15

Page 16: Isi Makalah Typhoid INNAH

b. Perforasi usus

c. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstraintestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan,

sepsis), miokarditis, thrombosis, dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau

koagulasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru: pneumonia, empyema dan pleuritic.

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

e. Komplikasi ginjal: glomerulonephritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f. Komplikasi tulang: osteomyelitis, peroistitis, spondylitis, dan artritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,

polyneuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis, dan sindrom

katatonia.

I. Penatalaksanaan Typhoid

Penatalaksanaan yang biasa dianut dalam pengobatan typhoid yaitu

trilogi penatalaksanaan demam typhoid, sebagai berikut19:

1. Perawatan umum

Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi,

observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai

minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud

tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus

atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan secara bertahap,

sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran

menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu- waktu tertentu

untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

Defekasi dan buang air kecil harus diperhatikan karena kadang-

kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik

diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti

demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila

19 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran, h. 424.

TYPHOID Page 16

Page 17: Isi Makalah Typhoid INNAH

lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan

glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena

dapat memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal.

2. Diet dan terapi penunjang (Simtomatis dan Suportif)

Pertama , pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur

kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa

pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah

selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan

aman pada pasien demam tifoid.

Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan

penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan

keseimbangan cairan, vitamin,dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan

kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam. Pada kasus

perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif

dengan nutrisi parenteral total. Spectrum antibiotic maupun kombinasi

beberapa obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan.

Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik. Prognosis tidak

begitu baik pada kedua keadaan di atas.

3. Pemberian antibiotik

Untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman

antibiotik yang dapat digunakan:

a. Kloramfenikol; dosis hari pertama 4x250 mg, hari kedua 4x500 mg,

diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,

kemudian dosis diturunkan menjadi 4x450 mg selama 5 hari

kemudian. Penelitian Nelwan,dkk, di RSUP Persahabatan,

penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan

suhu 4 hari, sama seperti obat-obatan terbaru dari jenis kuinolon.

b. Ampisilin/Amoksisilin; dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2

minggu.

c. Kotrimoksazol; 2x2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg

sulfametoksazol-80 mg trimetoprin, diberikan selama 2 minggu pula.

TYPHOID Page 17

Page 18: Isi Makalah Typhoid INNAH

d. Sefalosporin generasi II dan III. Di subbagian Penyakit Tropik dan

Infeksi FKUI_RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi

demam tifoid dengan baik. Demam pada umumnya mengalami

mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4. Regimen yang

dipakai adalah:

1) Seftriakson 4g/hari selama 3 hari

2) Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari

3) Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 16 hari

4) Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari

5) Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari

6) Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari

J. Prognosis Thypoid

Prognosis bergantung pada umur, keadaan umum, derajat kekebalan

tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan.

Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata

5,7%.20

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menurut Schneider (2005) demam tifoid adalah infeksi darah yang

disebabkan oleh mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi 20 Arief Mansjoer, dkk., Kapita Selekta Kedokteran, h. 425.

TYPHOID Page 18

Page 19: Isi Makalah Typhoid INNAH

dengan bakteri salmonella enterica, subspesies enterica, serovar typhi, yang

sering disebut sebagai salmonella typhi. Bakteri salmonella typhi berbentuk

batang, Gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan

baik pada suhu optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada

media yang mengandung empedu. Isolat kuman salmonella typhi memiliki sifat-

sifat gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif,

sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan

Dnase.

Saran

Makalah ini dapat menjadi sumber referensi bagi mahasiswa keperawatan

maupun para pembaca yang ingin mengetahui tentang penyakit typhoid. Dalam

pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami

mengundang kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik serta saran yang

membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hadinegoro, Sri Rezeki dkk. 2012. Update Management of Infectious Diseases

and Gastrointestinal Disorder. Depok: FK UI Departemen Ilmu

Kesehatan Anak.

TYPHOID Page 19

Page 20: Isi Makalah Typhoid INNAH

https://khultur.wordpress.com/2011/12/23/al-maidah-ayat88/ (diakses tanggal 19

April 2016).

Innesa, Carolina. 2013. “Perbaikan Gambaran Klinis Demam terhadap Terapi

Antibiotik pada Anak dengan Demam Tifoid”. Karya Ilmiah Mahasiswa.

Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP.

Lestari, Dewi. 2012. Detekesi Penyakit Anak dan Pengobatannya. Jakarta: Tugu

Publisher

Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Schneider, Keith R dkk. 2005. “Preventing Foodborne Illness: Typhoid Fever

Salmonella Typhi”, Ifas Extension. Florida: University of Florida.

Tim Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. “Situasi

Kesehatan Anak Balita di Indonesia”. Pusat Data dan Informasi

Kementrian Keshatan RI. Jakarta: Kemenkes.

Wahyu, Istiyono. 2008. 100 Kejadian Penting Medis yang Berpengaruh di dalam

Sejarah Dunia. Tangerang: Karisma Publishing Group.

World Health Organization (WHO). “Guidelines for the Management of Typhoid

Fever”. Official Website World Health Organization, http://apps.who.int/m

edicinedocs/documents/s20994en/s20994en.pdf (19 April 2016).

TYPHOID Page 20

Page 21: Isi Makalah Typhoid INNAH

LAMPIRAN

TYPHOID Page 21