27
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] i KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Oktober 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Oktober 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

ISI OKT 2016 edited - hangnadim.kepri.bmkg.go.idhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2016/10/17102016143542_OKT_2016.pdf · a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum

  • Upload
    lekhue

  • View
    225

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Oktober 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Oktober 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

ANGGOTA

NANGSIP CAHYANA, S.Si

ANGGOTA

DUATI WARDANI, S.Si

ANGGOTA

YAYAN HERMAWAN

ANGGOTA

DUDI JUHANDINATA,

S.Stat, MM

ANGGOTA

NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA

ADHITYA PRAKOSO, S.Tr

ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA

PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST

ANGGOTA

MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PENANGGUNG JAWAB

SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI

DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA

DEBORA TRULY

MARPAUNG, SST.

ANGGOTA

HANA SHOLIHAH, S.Si

ANGGOTA

DEDI HARIANTO

PANJAITAN, S.T.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................................................................i

Tim Redaksi ...............................................................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................................................iii

I. RINGKASAN.................................................................................................................... 1 II. PENGERTIAN .................................................................................................................. 1 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2016 ............................................... 2 IV. ANALISA GELOMBANG SEPTEMBER 2016 ........................................................ 11 V. PRAKIRAAN CUACA OKTOBERBER 2016 ........................................................ 13 VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT OKTOBER 2016 .............................................. 18 VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI

OKTOBER 2016 ........................................................................................................... 21

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 24

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2016 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2016 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Sifat hujan bulan September 2016 di Barelang bawah Normal (B) sampai Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 101,6mm - 224,8 mm atau antara 40,1 % - 89,2 %. Curah hujan terendah terjadi di Nongsa dan tertinggi di Sei Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan September 2016 terdapat 16 hari hujan terukur dan 7 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 95,5 mm atau berkisar 37,9% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 49,3 mm, dasarian II terjadi 10 hari hujan dengan jumlah curah hujan 43,2 mm, dan dasarian III terjadi 5 hari dengan curah hujan 3 mm. Curah hujan tertinggi 18,5 mm terjadi pada tanggal 01 September 2016. Selama periode dasarian I – III September 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Selatan sampai Barat dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat dengan kecepatan 84 km/jam terjadi pada tanggal 15 September 2016.

b. Perambatan MJO di wilayah Indonesia dengan sifat kuat pada pertengahan bulan September dan nilai IOD negatif pada akhir bulan September berdampak pada penambahan curah hujan dan peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau. Didukung dengan nilai SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan September yang positif sehingga menambah pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau. Terlihat dari nilai OLR pada bulan September yang mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2016 cukup banyak. Akan tetapi karakteristik wilayah Kepulauan Riau yang memiliki faktor lokal yang cukup kuat menyebabkan hujan yang terjadi bersifat lokal dan tidak merata di semua tempat. Ditunjukkan dari perbedaan jumlah curah hujan yang terukur disetiap tempat.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2016 hingga September 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1998 s.d September 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.91328 dan RMSE (error) 18.754 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2016 pada dasarian dasarian I, II dan III sesuai normalnya.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 2

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2016

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5º Lintang Utara ke 23.5º Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 3

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2016

1. Monsun Pada bulan September, matahari telah berada di wilayah Bumi Bagian Utara menuju dalam penjalarannya ke Bumi Bagian Selatan dan mengalami pergerakan semu kurang lebih sejauh 13.7° yaitu dari 9.7°LU menuju 4.0°LS. Matahari melewati equator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai ‘September Equinox’ pada tanggal 23 September. Pada bulan September 2016 tercatat ada enam kejadian siklon tropis di Samudra Pasifik Barat sebelah utara Equator yaitu siklon tropis Malou, siklon tropis Meranti, siklon tropis Rai, siklon tropis Malakas, siklon tropis Megi, siklon tropis Chaba (masih aktif). Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut September 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 4

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan September 2016 Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan September 2016

berkisar antara 28.00-32.00°C (Gambar.1) dengan anomali positif 1.5-2.50°C (Gambar.2). Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisi yang cukup hangat, terutama di perairan Selatan Pulau Jawa. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar 0.5 – 1.50°C.

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/map/images/fnl/slp_30.fnl.html

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan September 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 5

Pada bulan September 2016, tekanan udara di BBS (sekitaran Australia) lebih tinggi daripada daerah di sekitar equator dan BBU (utara Indonesia). Secara umum terjadi pergerakan massa udara dari BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator dan daerah BBU (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah tenggara hingga barat dan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan September 2016

Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup secara umum berasal dari arah Tenggara hingga Barat dengan kecepatan 5 hingga 12 knot (Gambar.5). Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/Global_Monsoons/Figures/curr.850wind.30day.figa.gif

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan September 2016

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) Pada bulan Agustus 2016, ENSO berada pada kondisi normal ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Agustus -0.42 (Normal) dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Agustus sebesar +5.3 (Normal). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan diwilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 6

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/Global_Monsoons/Figures/curr.olr.30day.figa.gif

Gambar 8. Rata-rata OLR September 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 7

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan September 2016, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat diwilayah Sumatera bagian Utara dengan nilai OLR berkisar antara 180-200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8s ekitar 200-220 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2016 cukup banyak.

b. Fase MJO MJO pada bulan September 2016 berada pada fase 8 hingga 5 dengan sifat lemah hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada pertengahan bulan September wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO dengan sifat kuat. Secara teori, kondisi MJO ini berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar 9. Fase MJO

4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada

kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4s.d 0,4). Pada akhir bulan September 2016 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -0.90. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan September 2016, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 8

Lokasi RR September 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 95.5 159.6 Bawah Normal

Nongsa 101.6 141.4 Bawah Normal

Muka Kuning 125.2 137.7 Normal

Sei Harapan 224.8 227.1 Normal

Sei Ladi 167.2 194.3 Normal

Sengkuang 215.0 157.7 Atas Normal

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 10. Grafik IOD

C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2016

Berdasarkan data curah hujan bulan September 2016 yang diterima dari stasiun di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2016 adalah sebagai berikut:

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 9

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN SEPTEMBER 2016

a. Hujan

Sifat hujan bulan September 2016 di Barelang bawah Normal (B) sampai Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 101,6mm - 224,8 mm atau antara 40,1 % - 89,2 %. Curah hujan terendah terjadi di Nongsa dan tertinggi di Sei Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan September 2016 terdapat 16 hari hujan terukur dan 7 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 95,5 mm atau berkisar 37,9% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 49,3 mm, dasarian II terjadi 10 hari hujan dengan jumlah curah hujan 43,2 mm, dan dasarian III terjadi 5 hari dengan curah hujan 3 mm. Curah hujan tertinggi 18,5 mm terjadi pada tanggal 01 September 2016.

Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan September 2016 di Hang Nadim

02468

101214161820

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

CURA

H HU

JAN

(mm

)

TANGGAL

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 10

b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,4°C - 29,1°C. Suhu udara terendah dalam

bulan September 2016 adalah 22,4°C terjadi pada tanggal 10 September 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 34,4°C terjadi pada tanggal 06 September 2016 siang hari.

Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan September 2016 di Hang Nadim

c. Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73% - 92%. Kelembaban udara terendah

mutlak 48% terjadi pada tanggal 29 September 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi tanggal 08 September 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan September 2016 lebih kering dibandingkan bulan Agustus 2016.

Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2016 di Hang Nadim

d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III September 2016 angin permukaan secara umum didominasi

dari arah Selatan sampai Barat dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat dengan kecepatan 84 km/jam terjadi pada tanggal 15 September 2016.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 11

ANALISIS GELOMBANG BULAN SEPTEMBER 2016

Pada bulan September di wilayah Kepulauan Riau arus laut berkisar 3 - 70 cm/s dengan arus terkuat di perairan Natuna yaitu berkisar 25 - 70 cm/s.

Gambar 14. Peta Arus Laut Bulan September 2016

Untuk tinggi gelombang pada bulan September berkisar antara 0,1 – 1,25 m, dengan gelombang tertinggi berada di wilayah perairan Natuna serta Anambas dan tinggi gelombang terendah berada di wilayah perairan Malaka.

Gambar 15. Peta Tinggi Gelombang Bulan September 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 12

Arah angin rata-rata bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan berkisar antara 3 - 10 knot.

Gambar 16. Peta Arus Laut Bulan September 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 13

PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2016

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Oktober, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 4.0°LS menuju 16.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Oktober 2016 berada pada wilayah equator.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode September– Oktober – November2016

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2016

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan September secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau (Gambar. 16), pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 18. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Oktober

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 14

2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), BMKG dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menyatakan bahwa pada bulanOktober 2016dalam kondisi normal. Sedangkan, POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) memprediksi pada bulan Oktober 2016 La-Nina dalam kategori lemah. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 19. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Oktober menunjukkan berada pada kondisi La Nina lemah dengan nilai SOI +13.1. jika nilai SOI dapat bertahan > 8.0 selama dua bulan ke depan, La Nina lemah diprakirakan akan terjadi sehingga dapat mempengaruhi penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d. Awal Oktober 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 15

3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,

khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO.Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Oktober 2016 berada pada fase 5 - 8dengan sifat lemah hingga kuatsehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif diwilayah utara Indonesia (Gambar 20).Hal tersebut mengindikasikan cukup banyak tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian utara pada wal hingga pertengahan bulan Oktober.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 21. Grafik Fase MJO pada Bulan September 2016 dan prakiraan Bulan Oktober 2016

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 22. Anomali OLR sampai dengan 29 September 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 16

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,

khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, indeks IOD akhirAgustus berada pada kondisi kuat negatif dengan nilai terakhir -0.600C. BMKG juga menyatakan IOD pada kondisi kuat negatifdan akan terus bertahan hingga bulan Oktober sehingga adanya kemungkinan penambahan massa uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat.

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Oktober di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-

2015) diketahui :

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Oktober

dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam selama Bulan September. Hampir seluruh wilayah Batam sekitar 200 – 300 mm dan Batam bagian Timur sekitar 300 – 350 mm.

Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada

bulan Oktober 2016 lebih tinggi jika dibanding dengan bulan September2016, sehingga peluang curah hujannya lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September 2016.

minimum rata-rata maksimum

SUHU UDARA 23.3 27.1 32.3

KELEMBAPAN UDARA 43% 84% 100%

ANGIN 6 Km/jam 9 Km/jam 37 Km/jam

HARI HUJAN 10 18* 26*13 hari disertai petir

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 17

Dasarian Pertama Normal 52.5Dasarian Kedua Normal 44.1Dasarian Ketiga Normal 63.4

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2016 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2016 hingga September 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1998 s.d September 2016.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.91328 dan RMSE (error) 18.754. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2016 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III sesuai dengan normalnya.

2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil

prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Oktober 2016 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2016

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September 2016 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2016

SIFAT HUJAN WILAYAHAtas Normal Galang, Rempang

Normal BatamBawah Normal -

Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan September 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 18

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) OKTOBER 2016

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.

Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) /

Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR

ii. SEKUPANG

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 19

2. KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 20

5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING

6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 21

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI OKTOBER 2016

1. STASIUN METEOROLOGI HANG

NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, September 2016

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm

1 0550 1756 0555 1816

2 0550 1756 0639 1858

3 0550 1756 0722 1942

4 0549 1755 0806 2025

5 0549 1755 0851 2110

6 0549 1755 0937 2157

7 0548 1754 1024 2244

8 0548 1754 1113 2333

9 0548 1754 1202 000

10 0548 1753 1252 0023

11 0547 1753 1343 0114

12 0547 1753 1435 0206

13 0547 1753 1527 0258

14 0547 1752 1620 0351

15 0547 1752 1714 0445

16 0546 1752 1810 0541

17 0546 1752 1907 0638

18 0546 1751 2005 0736

19 0546 1751 2105 0836

20 0546 1751 2204 0936

21 0546 1751 2301 1034

22 0546 1751 2356 1130

23 0545 1750 000 1224

24 0545 1750 0048 1314

25 0545 1750 0138 1402

26 0545 1750 0225 1447

27 0545 1750 0310 1531

28 0545 1750 0353 1614

29 0545 1750 0437 1657

30 0545 1750 0520 1739

31 0545 1750 000 000

2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, September 2016

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm

1 0548 1755 0553 1814

2 0548 1754 0637 1857

3 0548 1754 0720 1940

4 0548 1754 0804 2024

5 0547 1753 0849 2109

6 0547 1753 0935 2155

7 0547 1753 1022 2243

8 0546 1752 1111 2332

9 0546 1752 1200 000

10 0546 1752 1250 0022

11 0546 1752 1341 0112

12 0545 1751 1433 0204

13 0545 1751 1525 0256

14 0545 1751 1618 0349

15 0545 1750 1712 0443

16 0545 1750 1808 0539

17 0544 1750 1905 0636

18 0544 1750 2004 0735

19 0544 1750 2103 0834

20 0544 1749 2202 0934

21 0544 1749 2259 1032

22 0544 1749 2355 1128

23 0544 1749 000 1222

24 0543 1749 0047 1313

25 0543 1749 0136 1400

26 0543 1748 0223 1446

27 0543 1748 0308 1529

28 0543 1748 0352 1612

29 0543 1748 0435 1655

30 0543 1748 0518 1738

31 000 000 000 000

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 22

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, September 2016

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0534 1739 0538 1757

2 0533 1738 0622 1839

3 0533 1738 0706 1922

4 0533 1737 0751 2005

5 0533 1737 0836 2049

6 0533 1736 0923 2135

7 0532 1736 1010 2223

8 0532 1736 1059 2312

9 0532 1735 1148 000

10 0532 1735 1238 0002

11 0532 1735 1329 0053

12 0532 1734 1419 0145

13 0532 1734 1511 0238

14 0531 1734 1603 0332

15 0531 1733 1656 0427

16 0531 1733 1750 0524

17 0531 1733 1847 0622

18 0531 1732 1944 0722

19 0531 1732 2043 0822

20 0531 1732 2142 0922

21 0531 1731 2239 1020

22 0531 1731 2335 1117

23 0531 1731 000 1210

24 0531 1731 0028 1259

25 0531 1731 0118 1346

26 0531 1730 0205 1431

27 0531 1730 0251 1514

28 0531 1730 0336 1556

29 0531 1730 0420 1638

30 0531 1730 0504 1720

31 000 000 0548 1803

4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, September 2016

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0553 1759 0558 1819

2 0553 1759 0642 1901

3 0552 1759 0725 1945

4 0552 1758 0809 2029

5 0552 1758 0854 2114

6 0552 1758 0940 2200

7 0551 1757 1027 2247

8 0551 1757 1115 2336

9 0551 1757 1205 000

10 0551 1756 1255 0026

11 0550 1756 1346 0117

12 0550 1756 1438 0209

13 0550 1755 1530 0301

14 0550 1755 1623 0354

15 0550 1755 1717 0448

16 0549 1755 1813 0544

17 0549 1755 1910 0641

18 0549 1754 2008 0739

19 0549 1754 2108 0839

20 0549 1754 2207 0939

21 0549 1754 2304 1037

22 0548 1754 2359 1133

23 0548 1753 000 1227

24 0548 1753 0051 1317

25 0548 1753 0141 1405

26 0548 1753 0228 1450

27 0548 1753 0313 1534

28 0548 1753 0357 1617

29 0548 1753 0440 1700

30 0548 1753 0523 1742

31 000 000 000 000

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 23

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, September 2016

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

0548 1755 0553 1814 0548

0548 1754 0636 1857 0548

0548 1754 0720 1940 0548

0547 1754 0804 2024 0547

0547 1753 0848 2109 0547

0547 1753 0934 2156 0547

0546 1753 1021 2243 0546

0546 1752 1110 2332 0546

0546 1752 1159 000 0546

0546 1752 1250 0022 0546

0545 1752 1341 0113 0545

0545 1751 1432 0204 0545

0545 1751 1525 0256 0545

0545 1751 1618 0349 0545

0544 1751 1712 0443 0544

0544 1750 1808 0539 0544

0544 1750 1905 0636 0544

0544 1750 2004 0734 0544

0544 1750 2104 0833 0544

0544 1750 2203 0933 0544

0543 1749 2300 1032 0543

0543 1749 2355 1128 0543

0543 1749 000 1221 0543

0543 1749 0047 1312 0543

0543 1749 0136 1400 0543

0543 1749 0223 1445 0543

0543 1749 0308 1529 0543

0543 1749 0352 1612 0543

0543 1748 0435 1655 0543

0542 1748 000 000 0542

000 000 000 000 000

6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, September 2016

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm

1 0542 1747 0546 1806

2 0542 1747 0631 1849

3 0542 1746 0715 1931

4 0541 1746 0759 2015

5 0541 1746 0844 2059

6 0541 1745 0931 2145

7 0541 1745 1018 2233

8 0541 1745 1107 2321

9 0540 1744 1156 000

10 0540 1744 1246 0012

11 0540 1744 1337 0103

12 0540 1743 1428 0155

13 0540 1743 1519 0248

14 0540 1743 1611 0341

15 0539 1742 1705 0436

16 0539 1742 1800 0533

17 0539 1742 1856 0630

18 0539 1741 1954 0730

19 0539 1741 2053 0830

20 0539 1741 2152 0930

21 0539 1741 2249 1028

22 0539 1740 2345 1124

23 0539 1740 000 1218

24 0539 1740 0037 1308

25 0539 1740 0127 1355

26 0538 1740 0215 1440

27 0538 1739 0300 1523

28 0538 1739 0345 1605

29 0538 1739 0428 1647

30 0538 1739 0512 1729

31 0539 1739 000 000

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.034] 24

DAFTAR ISTILAH Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang

membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI (Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,

maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara

umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ (Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan

curah hujan di Indonesia meningkat. MJO (Madden-Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave Radiation)

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan

fenomena cuaca