27
I. PENDAHULUAN PT INCO. Tbk merupakan perusahaan tambang nikel yang memiliki daerah operasi di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sistem penambangan batubara yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) . Dalam perencanaan tambang terbuka, disamping faktor cadangan, ekonomi dan lingkungan, faktor kestabilan lereng juga faktor terpenting yang harus diperhatikan secara seksama karena hal ini menyangkut tentang kelancaran produksi yang akan dilakukan. Desain lereng yang stabil dan tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pertambangan yang maksimal, Mining recovery yang optimal dan terjaminnya perlindungan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja tambang. Bentuk dan dimensi lereng harus dibuat sesuai dengan hasil kajian geoteknik dan geohidrologi yang telah dilakukan dalam rangka perencanaan tambang agar dapat dicapai tingkat produksi yang optimal serta untuk menghindari resiko bahaya kecelakaan bagi karyawan, peralatan, bangunan dan infrastruktur. 1

ISI.03doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yeah

Citation preview

I

I.PENDAHULUANPT INCO. Tbk merupakan perusahaan tambang nikel yang memiliki daerah operasi di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sistem penambangan batubara yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka (open pit mining).

Dalam perencanaan tambang terbuka, disamping faktor cadangan, ekonomi dan lingkungan, faktor kestabilan lereng juga faktor terpenting yang harus diperhatikan secara seksama karena hal ini menyangkut tentang kelancaran produksi yang akan dilakukan. Desain lereng yang stabil dan tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pertambangan yang maksimal, Mining recovery yang optimal dan terjaminnya perlindungan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja tambang. Bentuk dan dimensi lereng harus dibuat sesuai dengan hasil kajian geoteknik dan geohidrologi yang telah dilakukan dalam rangka perencanaan tambang agar dapat dicapai tingkat produksi yang optimal serta untuk menghindari resiko bahaya kecelakaan bagi karyawan, peralatan, bangunan dan infrastruktur.

Tambang terbuka yang terdiri atas beberapa jenjang (Bench) sangat berpotensi untuk mengalami kelongsoran, oleh karena itulah perlu dilakukan suatu kajian teknis mengenai analisis kestabilan lereng pada saat penambangan dan pada saat akhir penambangan, baik terhadap lereng individu/tunggal maupun terhadap lereng keseluruhan.

II.RUMUSAN MASALAH2.1Identifikasi MasalahUntuk mengetahui sejauh mana kestabilan lereng yang ada pada front penambangan, baik menyangkut tentang faktor keamanannya maupun indikasi timbulnya longsoran maka perlu diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

Adanya pengaruh air yang ada didalam tanah serta air permukaan yang mempercepat proses pelapukan sehingga dapat menyebabkan erosi dan kelongsoran pada permukaan lereng. Adanya struktur atau bidang-bidang lemah yang mempengaruhi kekuatan tanah/batuan. Adanya pengaruh gaya-gaya dari luar misalnya faktor manusia dan getaran daripada kendaraan (alat mekanis) yang mempengaruhi kestabilan lereng.

2.2

Masalah Penelitian

PT INCO. Tbk, dalam melakukan aktivitasnya masih banyak mengalami kendala baik dari segi penambangan. Salah satu permasalahan yang sering timbul pada kegiatan penambangan adalah kelongsoran sering terjadi akibat lereng penambangan kurang mantap baik dalam kondisi kering maupun dalam kondisi basah.

2.3.Batasan Masalah

Lokasi kegiatan penelitian perlu dibatasi pada PT INCO. Tbk, dan pembahasan hanya pada penentuan nilai faktor keamanan lereng, baik lereng individu maupun lereng keseluruhan, serta penentuan bidang gelincir lereng yang kemungkinan akan terjadi kelongsoran.

III.TUJUAN PENELITIANAdapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah

Untuk menentukan nilai faktor keamanan dari lokasi penambangan, baik lereng dalam kondisi kering, kondisi peralihan kering kejenuh, maupun dalam kondisi jenuh air.

Untuk melihat pengaruh kondisi air tanah terhadap nilai faktor kemanan dari suatu lereng.IV.METODE PENELITIAN4.1 Teknik Pengambilan Data

1. Studi literatur, yaitu membandingkan data yang diperoleh dari literatur pustaka.

2.Penelitian lapangan, meliputi :

Observasi lapangan

Penentuan lokasi

3. Pengambilan data meliputi :

a. Data geologi yang dapat memberikan gambaran, letak dan kondisi dari bench.

b. Data daerah penyelidikan meliputi : iklim dan curah hujan

c. Data lereng meliputi :

Berat isi tanah ( ) Kohesi ( C )

Sudut Geser Dalam ( )

Tinggi Bench

Lebar Bench

Elevasi Muka Air Tanah

d. Data sekunder lainnya, yang dianggap perlu untuk melakukan suatu analisis data.

4.2 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara melakukan suatu proses analisis data yang didapatkan selama penelitian melalui hasil perhitungan berdasarkan teori-teori dan persamaan yang telah ada.

4.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan data serta pengisian data itu sendiri, kemudian mengolahnya dengan menggunakan rumus-rumus yang telah ada sehingga dapat dilakukan suatu studi komperatif dengan kondisi sebenarnya sesuai data tersebut.

V.LANDASAN TEORI

5.1 Tipe-Tipe Lereng

5.1.1. Lereng Alam

Lereng Alam adalah lereng yang terbentuk karena adanya proses-proses alam, misalnya lereng suatu bukit.

5.1.2. Lereng Buatan

Lereng buatan adalah lereng yang dibuat oleh manusia untuk kepentingan tertentu baik dibuat dalam tanah asli seperti tanah yang dipotong untuk pembuatan jalan atau saluran irigasi maupun dibuat dari tanah yang dipadatkan misalnya tanggul untuk keperluan jalan. Bench ( Jenjang ) adalah undakan yang sengaja dibuat dalam pekerjaan penggalian atau penambangan bahan galian, sehingga bench termasuk lereng buatan.

Dengan demikian penentuan dimensi Bench menjadi sangat penting, karena mempengaruhi kestabilan lereng.Adapun hal-hal yang berhubungan dengan dimensi Bench adalah sebagai berikut :

1. Lebar Jenjang

Lebar jenjang sangat dipengaruhi oleh alat-alat mekanis yang digunakan, dimana dapat ditentukan dengan persamaan menurut US Army Engineers (1967), seperti yang ditunjukkan pada (rumus 1.2).

2. Tinggi Jenjang

Tinggi jenjang adalah jarak vertikal antara bidang-bidang horizontal pada suatu level tambang. Bagian-bagian dari suatu jenjang dapat ditunjukkan pada (gambar 1.1). Ketinggian jenjang tergantung daripada sifat fisik suatu endapan, dan ketinggian jenjang juga harus disesuaikan dengan tinggi peralatan yang digunakan dan berapa besar produksi yang diinginkan.

Gambar 1.1

Bagian Dari Jenjang

Untuk menghitung tinggi kritis jenjang dengan pertimbangan keamanan, maka digunakan rumus Taylor sesuai dengan (rumus 1.1).

3. Kemiringan Lereng

Lereng suatu tambang merupakan bagian yang perlu diperhatikan terutama dalam hubungannya dengan keamanan kerja. Kemiringan lereng biasanya dinyatakan dalam besar sudut dari bidang horizontal.

Kemantapan dinding tambang harus dianalisa secara cermat. Sifat fisik, kekuatan batuan, kekar, resapan air, dan data geologi lainnya merupakan faktor penting dalam mengevaluasi arah kemiringan lereng.

Kemiringan lereng dianalisa melalui berbagai sudut, mulai dari kemiringan landai sampai kemiringan terjal.5.2. Faktor Yang Memengaruhi Kemantapan Lereng

Faktor-faktor yang memengaruhi kemantapan lereng adalah geometri lereng, struktur geologi, sifat fisik tanah, sifat mekanik tanah, kondisi air tanah dan gaya dari luar.

5.2.1. Geometri Lereng

Geometri lereng mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan kenampakan visual lereng, yaitu : orientasi lereng, kemiringan lereng, tinggi lereng dan lebar bench. Orientasi lereng menentukan tipe longsoran yang mungkin terjadi.

Sehubungan dengan hal tersebut, penambahan tinggi lereng memerlukan kemiringan lereng yang lebih kecil untuk menjaga agar lereng tetap mantap. Lebar jenjang (bench) akan menentukan besarnya sudut (kemiringan) lereng pada saat analisis kemantapan untuk lereng keseluruhan. Semakin besar lebar jenjang, semakin kecil sudut lereng keseluruhan.

Adapun untuk menghitung tinggi kritis jenjang dengan pertimbangan keamanan, maka salah satu ahli mekanika yaitu Taylor merumuskan sebagai berikut:

Hc = .. (1.1)

dimana :

Hc = Ketinggian kritis

c = Kohesive Shearing Strength (gr/cm2)

= Sudut kemiringan lereng

= Berat Jenis Material

sedangkan untuk perhitungan lebar jenjang yang sangat dipengaruhi oleh alat-alat mekanis yang digunakan, maka US Army Engineers (1967) memberikan rumusan, dengan asumsi bahwa lebar suatu jenjang setidak-tidaknya sama dengan penjumlahan jumlah alat yang digunakan.

Persamaannya adalah :

Wminimum = PG + PM + LTD (1.2)

dimana :

PG=Panjang Alat Gali

PM=Panjang Alat Muat

LTD=Lebar Alat Angkut

5.2.2. Struktur Geologi

Struktur geologi batuan yang memengaruhi kemantapan lereng dapat berupa bidang perlapisan (Bedding Plane), sesar (Fault), perlipatan (Fold) dan kekar (Joints). Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena bidang perlapisan dapat menjadi bidang luncur suatu longsoran.

5.2.3. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah dapat diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, penentuan sifat fisik tanah merupakan pengujian tanpa merusak (non destruktif test). Sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng adalah :

-Berat isi tanah ( )

-Kekuatan geser tanah ( S )

- Porositas

-Sudut geser dalam ( )- Permeabilitas

-Elevasi muka air tanah -Kadar air 5.2.4. Kondisi Air Tanah

Pengaruh air tanah terhadap kekuatan tanah dapat mengurangi kemantapan lereng. Air tanah akan menjadikan ikatan antar molekul tanah menjadi semakin kecil sehingga akan menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan memperbesar berat lereng. Suatu lereng yang mengandung air tanah memiliki kemantapan lereng yang kecil dibandingkan lereng yang tidak mengandung air tanah, pada geometri lereng yang sama.

5.2.5. Gaya-gaya dari Luar

Gaya-gaya ini adalah semua gaya yang datang dari luar lereng umumnya berasal dari :

a. Gaya Akibat Alat Berat

b. Gaya Akibat Gempa dan Peledakan

5.3. Klasifikasi Longsoran

Longsoran biasanya terjadi dengan beberapa bentuk atau cara, dan ternyata hal ini sangat penting untuk membuat analisa kemantapan lereng. Longsoran yang terjadi pada tanah mempunyai mempunyai mekanisme dan bentuk geometri yang berbeda dengan batuan keras.

Longsoran pada tanah diasumsikan terjadi pada suatu massa tanah yang homogen dan kontinue, sehingga bentuk geometri dari longsoran tersebut berupa busur lingkaran. Dalam hal ini parameter-parameter sifat fisik maupun sifat mekanik tanah dianggap sama dan merata disemua bagian tubuh tanah tersebut.

Adapun jenis-jenis longsoran yang dikenal dalam tambang terbuka adalah (lihat gambar 1.1).

a. Longsoran Bidang (Plane Failure)

b. Longsoran Baji (Wedge Failure)

c. Longsoran Busur (Circular Failure)

d. Longsoran Guling (Toppling Failure)

Sumber : Hoek & J. W. Bray, 1981Gambar 1.1Jenis-jenis Longsoran

5.4. Analisis Kemantapan Lereng5.4.1. Metode Analisis Kementapan Lereng

Ada beberapa macam metode yang biasa digunakan untuk menganalisis kemantapan lereng antara lain :

Metode Bishop Cara ini berdasarkan prinsip keseimbangan batas yaitu menghitung besarnya kekuatan geser yang akan mempertahankan kemantapan, dibandingkan dengan besarnya tegangan geser yang bekerja. Harga perbandingan ini adalah faktor keamanan atau Safety factor. Metode JanbuCara ini digunakan untuk menganalisa lereng yang bidang longsornya tidak berbentuk busur lingkaran. Dalam hal ini bidang longsornya ditentukan berdasarkan zona lemah yang terdapat pada massa batuan atau tanah.

Metode Morgenstern And Price

Cara ini digunakan untuk perbandingan antara resintance force dengan shearing force. Agar bench dapat lebih stabil harus lebih besar daripada satu, berarti resistance force harus lebih besar daripada shearing force.

Metode Hoek and BrayCara ini digunakan untuk menganalisa lereng berbentuk longsoran baji dengan membuat lima buah diagram untuk tiap kondisi air tanah mulai dari kondisi jenuh sampai pada kondisi kering.

Analisis stabilitas lereng umumnya dilakukan berdasarkan teori kesetimbangan terbatas menggunakan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Salah satu cara yang biasa digunakan adalah metode Bishop karena metode ini dikenal denga metode konvensional untuk menghitung harga faktor keamanan lereng secara cepat dan lebih sederhana.5.4.2. Analisis Stabilitas Lereng Dengan Metode Keseimbangan Batas.Metode keseimbangan batas (limit equilibrium method) yaitu perbandingan antara kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan dengan kekuatan geser yang ada (faktor keamanan).

Selanjutnya dicoba suatu bidang gelincirdan dianggap terjadi suatu kelongsoran : Hitung gaya atau momen yang menyebabkan kelongsoran akibat berat tanah.(momen penggerak) Hitung gaya atau momen yang melawan kelongsoran akibat kekuatan geser tanah.(momen melawan)

Perbandingan kedua gaya atau momen ini adalah faktor keamanan terhadap kelongsoran pada bidang geser. (lihat gambar 1.2) (Gambar 1.2)Dimana : W= Berat segmen

Momen penggerak segmen = W . x

Jumlah momen penggerak = W . x

= W . R Sin

= R. W Sin Kekuatan geser yang ada F =

Kekuatan geser yang diperlukan untuk menentukan kemantapan

Jika S = kekuatan geser yang ada, maka kekuatan geser untuk menentukan kemantapan =

Bila : S = gaya pada dasar segmen

Maka :

EMBED Equation.3 , sehingga momen melawan segmen : .RMomen melawan seluruhnya

Sehingga Momen penggerak = Momen melawan

................( 1 )

Nilai F terkecil 1 Lingkaran kritis (Critical circle)

Cara tegangan efekti dimana nilai S pada persamaan ( 1 ) diganti dengan:

S = sehingga persamaan 1 menjadi :

......................( 2 )Dimana : P= gaya normal pada dasar segmen

Nilai W, dan l dapat diperoleh pada setiap segmen

C dan ditentukan di lab.

S = Kekuatan geser tanah

= Tegangan normal pada bidang geser

= Tegangan air pori

C = Faktor kohesi pada tegangan efektif

` = Sudut geser dalam

Pbelum diketahui Ada dua cara untuk menentukan P

Cara biasa dan

Car bishop

Dengan cara bishop besarnya P diperoleh dengan menguraikan gaya-gaya ini dalam arah vertikal :

Dimana cara bishop ini, nilai dianggap = 0

Jadi :

5.4.3. Analisis Stabilitas Lereng Berdasarkan Metode Bishop

Cara ini berdasarkan prinsip keseimbangan batas yaitu menghitung besarnya kekuatan geser yang akan mempertahankan kemantapan, dibandingkan dengan besarnya tegangan geser yang bekerja. Harga perbandingan ini adalah faktor keamanan atau Safety factor.

Faktor keamanan F menurut definisi yang sering dipakai orang adalah perbandingan kekuatan geser batuan yang ada dengan kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan. Besarnya kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan adalah sama dengan tegangan yang mendorong terjadinya kelongsoran berupa beban akibat gaya berat.

Untuk perhitungan dengan cara Bishop digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Lereng dibagi menjadi sejumlah segmen/pias dengan batasan-batasan vertikal

Ukur lebar (b), tinggi (h), tinggi air (z), dan sudut pada setiap pias.

Besar tegangan air pori pada setiap pias ; u = z.w

Dengan menggunakan harga-harga; W = b.h setiap pias dianggap mempunyai tebal satuan pada arah melintang terhadap lereng (tiap meter).

Harga-harga : sin , c`b, ub dihitung agar : c`b + (W - ub) tan dapat dihitung/ditentukan pada setiap pias.

Diambil suatu harga Fk sebagai coba-coba, kemudian menghitung harga :

Angka-angka pada kolom 16 dan 17 dikalikan dan dimasukkan pada kolom 18

Harga W sin dijumlahkan untuk mendapatkan W sin . Demikian juga angka pada kolom 18 dijumlahkan untuk mendapatkan harga :

{ c`b + (W - ub) tan }

Perbandingan kedua jumlah ini menghasilkan harga Fk yang dicari

Harga Fk yang didapat dipakai untuk mengulangi perhitungan. Ulangan ini hanya perlu pada kolom 17 dan 18.

Untuk menyelesaikan perhitungan ini kita harus meneruskan perhitungan dengan cara di atas pada pada lingkaran-lingkaran lain, sehingga akhirnya diperoleh lingkaran dengan harga Fk yang terkecil. Harga Fk terkecil ini adalah faktor keamanan yang dicari.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng dengan Metode Bishop

Pias

b

(m)

h

(m)

y

(t/cm)

W

(t)

()

Sin

W Sin

(t)

c`

(t/m)

c`b

Z

(m)

u

(t/m)

ub

W-ub

(W-ub)

tan

(t)

10+15

(t)

16 x 17

FkFkFkFk

FF1FF1

123456789101112131415161718

1

2

3

4

5

6

7

W Sin16x17

W Sin16x17

W Sin

F1F

Sumber : Dr. L. D. Wesley, Mekanika Tanah, 1977

Sumber : Dr. L. D. Wesley, Mekanika Tanah, 1977Gambar 1.3Model Pendekatan Bidang Gelincir

VI. RENCANA KEGIATAN

Kegiatan penelitian ini diusulkan pada PT INCO. Tbk di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi SelatanVII. PERALATAN DAN FASILITAS

Untuk kelancaran penelitian ini maka penulis meminta kesediaan perusahaan untuk menyediakan kelengkapan seperti peralatan penelitian, peralatan lapangan, konsumsi, akomodasi dan transportasi.

VIII. RENCANA JADWAL PENELITIAN

NoKegiatanApril Mei

IIIIIIIVIIIIIIIV

1Orientasi Lapangan

2Study Pustaka

3Pengumpulan Data

4Pengolahan Data

5Penyusunan Laporan

6Konsultasi Laporan

7Persiapan Meninggalkan Lokasi

IX. Rencana daftar isi (lampiran a)

X.

rencana daftar pustaka (lampiran B)

XI.

PENUTUP

Demikian proposal ini dibuat,untuk menjadi bahan pertimbangan bagi Bapak/Ibu,atas perhatiannya, sebelumnya diucapkan terima kasih.

Lebar Bench

Tinggi Jenjang

Sudut Kemiringan Lereng

O

h

b

b

hw

5

4

7

6

3

2

1

Muka Air Tanah

19

_1269721036.unknown

_1269725735.unknown

_1269726962.unknown

_1269727682.unknown

_1270811222.unknown

_1269727220.unknown

_1269726689.unknown

_1269725704.unknown

_1269725721.unknown

_1269721285.unknown

_1269720124.unknown

_1269720666.unknown

_1269720793.unknown

_1269720341.unknown

_1206352570.unknown

_1269719881.unknown

_1269720079.unknown

_1216762827.unknown

_1269032607.unknown

_1216678120.unknown

_1204787239.unknown

_1204788320.unknown

_1204787436.unknown

_1204787182.unknown