45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penegakan diagnosis dan penentuan rencana perawatan merupakan aktivitas yang memisahkan dan membedakan antara para professional (dokter gigi) dan para paramediknya. Disini, hanya para dokter gigilah yang mendapatkan pelatihan dalam sains dasar dan sains klinis, sehingga hanya mereka yang melakukan hal-hal berikut yaitu pertama, melakukan semua tes diagnosi, kedua, menginterpretasikan secara diferensial hasil- hasil pengetesan, ketiga menangani pasien secara psikologis selama prosedur pengetesan, dan yang keempat, memformulasikan diagnosis yang tepat dan rencana perawatannya. Dalam mendiagnosis diperluan kejelian yang luar biasa, karena mungkin saja sakit yang diderita oleh pasien yang datang tidak hanya berasal karena ada masalah dengan gigi, tetapi bisa juga berasal dari struktur dan organ lain seperti periodontium, rahang, sinus, telinga, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, hidung, mata, serta pembuluh darah sekitar orofasial. Untuk itu, maka pemeriksaan klinis (baik pemeriksaan subyektif dan obyektif) harus dilakukan dengan seksama dan perlu didukung dengan pemeriksaan radiologi, seperti yang telah kita lakukan pada tutorial (konservasi) ini. 1

Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mm

Citation preview

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penegakan diagnosis dan penentuan rencana perawatan merupakan aktivitas yang

memisahkan dan membedakan antara para professional (dokter gigi) dan para paramediknya.

Disini, hanya para dokter gigilah yang mendapatkan pelatihan dalam sains dasar dan sains

klinis, sehingga hanya mereka yang melakukan hal-hal berikut yaitu pertama, melakukan

semua tes diagnosi, kedua, menginterpretasikan secara diferensial hasil-hasil pengetesan,

ketiga menangani pasien secara psikologis selama prosedur pengetesan, dan yang keempat,

memformulasikan diagnosis yang tepat dan rencana perawatannya.

Dalam mendiagnosis diperluan kejelian yang luar biasa, karena mungkin saja sakit

yang diderita oleh pasien yang datang tidak hanya berasal karena ada masalah dengan gigi,

tetapi bisa juga berasal dari struktur dan organ lain seperti periodontium, rahang, sinus,

telinga, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, hidung, mata, serta pembuluh darah

sekitar orofasial. Untuk itu, maka pemeriksaan klinis (baik pemeriksaan subyektif dan

obyektif) harus dilakukan dengan seksama dan perlu didukung dengan pemeriksaan

radiologi, seperti yang telah kita lakukan pada tutorial (konservasi) ini.

Dalam tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat menyimpulkan diagnosa klinik

penderita dari berbagai macam diagnose seperti pulpitis reversible, pulpitis irreversible, atau

nekrosis pulpa. Kemudian, akan ditentukan rencana perawatan yang sesuai dari diagnose

yang telah ditemukan.

1

Page 2: Isi

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Jelaskan definisi dari pulpitis refersibel, pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa parsialis,

nekrosis pulpa totalis, dan pulpitis kronik hyperplasia beserta gejala klinis dari masing-

masing penyakit pulpa!

1.2.2 Apa diagnose dari pasien bernama ibu Sunarsih (37 th) berdasarkan anamnesa,

periksaan klinis, dan pemeriksaan radiologi!

1.2.3 Tentukan rencana perawatan sesuai diagnose diatas!

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui, memahami, serta dapat membedakan definisi dari pulpitis refersibel,

pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa parsialis, nekrosis pulpa totalis, dan pulpitis kronik

hyperplasia beserta gejala klinis dari masing-masing penyakit pulpa tersebut.

1.3.2 Menentukan diagnose dari pasien bernama ibu Sunarsih (37 th) berdasarkan anamnesa,

periksaan klinis, dan pemeriksaan radiologi.

1.3.3 Menentukan rencana perawatan sesuai diagnose diatas.

2

Page 3: Isi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karies

Karies gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1) a) berdasarkan lokasinya, dapat dibagi menjadi :

Karies oklusal

Karies labial

Karies bukal

Karies palatal/lingual

Karies aproksimal

Karies kombinasi (Mengenai semua permukaan)

b) Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi :

Karies yang ditemukan di permukaan halus, ada tiga macam karies permukaan halus :

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak

dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah explorer gigi. Karies

proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.

Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk

ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies

ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri.

Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel

atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih

tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial,

permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas

merupakan lokasi tersering dari karies akar.

3

Page 4: Isi

Tipe ketiga karies ini terbentuk pada permukaan lainnya.

Karies di celah atau fisura gigi.

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat

perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau

depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi

lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.

Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya

proses perlubangan karena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin

dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel-dental, lubang

akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola

segitiga ke arah pulpa gigi.

2) Kedalamannya, dapat dibagi :

Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email. Biasanya pasien belum

merasa sakit.

Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin.

Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa, gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena

rangsangan panas atau dingin dan akan berkurang bila rangsanyan dihilangkan.

Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan

menembus pulpa. Menimbulkan rasa sakit yang spontan.

4

Page 5: Isi

A B C

Keterangan : A = karies superficial

B = karies media

C = karies profunda

Klasifikasi karies menurut system Black :

Klas I : karies ini terjadi pada ceruk dan fisura dari semua gigi, meskipun lebih

ditujukan pada gigi posterior.

Gambar : karies Klas I, warna hitam menunjukkan kariesnya.

Klas II : kavitas yang terrdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior, karies

Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya

sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD (mesioo-

5

Page 6: Isi

oklusal-distal). Karena akses untuk perbaikan biasanya dibuat dari permukaan

oklusal, permukaan oklusal dan aproksimal dari gigi direstorasi sekaligus. Tetapi

dilihat dari definisinya kavitas ini adalah lesi proksimal dan tiidak selalu mencakup

permukaan oklusal.

Klas III : lesi Klas III hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat terjadi pada

permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus, lesii ini terjadi di bawah titik

kontak dan bentuk kavitasnya bulat dan kecil.

Gambar : karies Klas III, karies hanya pada kontak proksimal gigi anterior

Klas IV : kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas Klas III. Lesi ini pada permukaan

proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika karies ini luas

atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan menyebabkan terjadinya

fraktur.

Gambar : karies Klas IV, karies yang telah meluas sampai ke sudut insisal

6

Page 7: Isi

Klas V : kavitas gingival adalah kavitas pada permukaan yang halus. Terlepas dari

etiologinya – karies, abrasi, atau erosi – tipe lesi ini disebut juga karies Klas V.

Menurut definisi Dr.Black, karies Klas V juga dapat terjadi baik pada permukaan

facial maupun lingual, namun lesi ini lebih dominan timbul pada permukaan yang

menghadap bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas ini bisa mengenai sementum selain

email.

gambar : karies gingival yang terdapat pada permukaan yang halus

Klas VI : tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol Gigi posterior dan edge insisal gigi

insisivus. Pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjol atau edge insisal

seringkali membuat daerah rentan terhadap karies. (karies Klas VI sebenarnya bukan

diidentifikasi oleh Dr.Black, tetapi pada daerah geografis tertentu ditambahkan

sehingga menjadi bagian dari system klasifikasinya).

2.2 Penyakit Pulpa

2.2.1 Pulpitis

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik

yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh terjadinya karies, hyperemia

pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa.

Etiologi

Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan dentin,

penyebab kedua adalah cedera.

7

Page 8: Isi

Gejala

Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena oleh air dingin,

asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun sakit. Rasa sakit dapat menyebar

ke kepala, telinga dan kadang sampai ke punggung.

- Sondasi (+)

- Perkusi (-)

- Reaksi dingin, manis dan asam (+)

- Pembesaran kelenjar (-)

- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari

- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.

- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar ke kepala dan

telinga kadang ke punggung

Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam hal ini dapat

dilakukan beberapa pengujian :

- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis

Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam dan

manis (+)

- Penguji Pulpa Elektrik

pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri, kadang

belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri

- Perkusi Dengan Pangkal Sonde

pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan karena pada

dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya paktor sugesti yang

mendasarinya. Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka peradangan telah menyebar

ke jaringan dan tulang sekitarnya.

- Roentgen Gigi

pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist berupa

gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa. Pemeriksaan radiologist

dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah peradangan telah

menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.

8

Page 9: Isi

Rencana Therapy

a. Endodontics (perawatan saraf gigi)

b. Ekstraksi gigi

a. Pulpitis Reversible

Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika

penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali dan pulpa akan

kembali normal. Pulpitis eversible dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan atau yang

berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal atau atrisi oklusal, sebagian

prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur enamel yang

menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis reversible tidak menimbulkan

gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada, gejala biasanya timbul dari suatu pola

tertentu. Aplikasi cairan atau udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri

tajam sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan

nyeri atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin

menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas

diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal

yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan. Sebaliknya,

nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal akan segera terjadi;

intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya dipertahankan tetap.

Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada kedua keadaan, sehat atau

sakit, tampaknya

Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan hingga

sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat

dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan

adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel

inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.

Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala sensitif dan

rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh rangsangan

dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan, terutama

9

Page 10: Isi

makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan, rasa

sakit yang timbul tidak secara spontan.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:

- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan

dihilangkan

- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada

rangsangan, durasi nyeri sebentar.

- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang

mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.

- Tes vitalitas: gigi masih vital

- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies

porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada

keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan periodik

untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas meluas,

desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis kavitas atau

semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas dan

pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila dijumpai pulpitis

reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya sudah cukup, begitu gejala telah

reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis.

Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang tepat, maka

inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang perawatannya adalah

eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.

Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak

kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.

b. Pulpitis Ireversible

Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten,

dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana

pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak

dapat kembali ke kondisi semula atau normal.

10

Page 11: Isi

Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh

stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit

bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah

stimulus/jejas termal dihilangkan.

Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi

sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan

oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi

dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan

dengan baik.

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme

(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur

yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau

pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang

menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut

jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa

penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk,

tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-

sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung

pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien

juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke

telinga bila bawah belakang yang terkena.

Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat

pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak

seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam

pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak

tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase

pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat

kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang

bocor.

11

Page 12: Isi

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:

- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar

- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit),

nyeri lama sampai berjam-jam.

- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan

tekan kadang-kadang ada keluhan.

- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan

vital.

- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan akut.

Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang terutama

leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan terjadi radang akut. Terjadi

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan leukosit mati

serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak pula sel-sel radang kronis seperti sel

plasma, limfosit dan makrofag.

Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan

suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa

sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada gigi posterior, dimana

waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan

penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa radikuler harus

dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus

dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi.

Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi

endodontik dan restorasi yang tepat.

c. Pulpitis Kronis Hiperplastik

Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversible akibat

bertumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan

oklusal. Baisanya ditemukan pada mahkota yang karies pada pasien muda. Pulpa poip

biasanya diasosiasikan dengan kayanya pulpa muda akan pembuluh darah,

12

Page 13: Isi

memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya proliferasi jaringan. Pada

pemeriksaan histology terlihat adanya epitel permukaan dan jaringan ikat di

bawahnya yang terinflamasi. Sel-sel epitel oral tertanam dan bertumbuh menutupi

permukaan dan membentuk tutup epitel.

Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti

kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies di permukaan oklusal

yang besar. Hal ini kadang-kadang diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis

ireversibel seperti nyeri spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus panas

dan dingin . Aambang rangsang terhadap stimulus elektrik adalah sama dengan pulpa

normal. Respon gigi terhadap palapasi atau perkusi normal. Perawatannya adalah

pulpotomi, perawatan saluran akar atau ekstraksi.

2.2.2 Nekrosis Pulpa

Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai stimulus

(panas atau dingin). Pulpa normal merespon terhadap panas atau dingin dengan nyeriyang

ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik. Juga perkusi pada gigi tidak menimbulkan

respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak akan merespon terhadap tes suhu. Jika kanal

pada akar mengalami kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau

penyebab lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap

sehat dan berfungsi normal. Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien yang

pulpanya masih berfungsi. Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena

hasilnya tidak tetap se/hingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.

Pengertian Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari

inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma.

Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis

13

Page 14: Isi

Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:

1. Tipe koagulasi

Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan yang

padat.

2. Tipe liquefaction

Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang

lunak atau cair.Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S,

amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya

juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada

peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman

yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa3.

Etiologi

Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya

disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau dapat terjadi

secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun

bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami

kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi

kondisi nekrosis2. Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan

restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan

devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat

(dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies

yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering

terjadi pada kondisi fase kronis dibanding fase akut.

Patofisiologi

Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki

kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan

pemulihan jika terjadi peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan

pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan

14

Page 15: Isi

kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam

mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpayang

meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.

Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan

pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral

akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi

bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak

dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi

perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.

Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang

kurang baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan

karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal

tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.

Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karenaproses trauma, operative procedure

dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteria

menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa. Nekrosis pulpa yang

disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang

segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan

sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma

pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya

mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa

ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi

kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan

menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk

penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semuaproses tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

Gejala-gejala

Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan

gejala pulpitis yang ireversibel. Yaitu menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan

oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit

bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas

termal dihilangkan. Pada awal pemeriksaan klinik ditandai dengan suatu paroksisme

15

Page 16: Isi

(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang

tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang

dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada

pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan

dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali

dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya

adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat

keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus

eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke

pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.

Diagnosis

Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu jalan

terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligamen periodontal.

Pengobatan

Simtomatis :

Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)

Kausatif :

Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)

Tindakan :

Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas. Beri anagesik, bila

ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic Sesudah peradangan reda bisa dilakukan

pencabutan atau dirujuk untuk perawatan saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang

digunakan yaitu endodontic intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar

dan saluran akar) dan kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut

a. Nekrosi Parsialis

Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang kaku,

tidak memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta system limfenya akan

16

Page 17: Isi

lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh karena itu, pulpitis irreversible

akan menyebabkan nekrosis likuefaksi. Jika eksudat yang timbul selama pulpitis

ireversibel diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau melalui daerah pulpa

terbuka ke dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan tertunda; pulpa di akar

mungkin masih tetap vital untuk waktu yang lama. Sebaliknya, penutupan atau

penambalan pulpa terinflamasi akan menginduksi nekrosis pulpa yang cepat dan total

serta penyakit periradikuler. Selain nekrosis likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat

timbul akibat trauma karena terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan nekrosis

pulpa parsialis apabila sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam

keadaan vital.

Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai dengan

episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala klinis nekrosis

pulpa parsialis:

- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.

- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.

Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:

- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.

- Tes jarum Miller: bereaksi.

- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi.

Nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan perawatan dengan pulpektomi.

b. Nekrosis Totalis

Merupakan matinya pulpa seluruhnya.

Gejala klinis :

Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri

spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi

merupakan indikasi awal matinya pulpa. Dapat dilihat dari penampilan mahkota yang

buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau kecoklatan

serta bau busuk dari gigi.

17

Page 18: Isi

Rencana perawatan :

Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar (perawatan saluran akar).

Pemeriksaan Klinis :

1. Pemeriksaan subyektif

2. Pemeriksaan obyektif

Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa

listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali

sensitive terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai dengan inflamasi

periapikal.

3. Rontgenologis

Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan

besar, jalan terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligament periodontal.

Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya

mati karena akibat trauma.

2.3 Penegakan Diagnosis

1. Keluhan Utama

Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat diperoleh.

Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya sendiri yang

berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat dating mencari perawatan. Keluhan

utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa adanya menurut pasien.

(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)

2. Riwayat Kesehatan Umum

Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien terdiri atas data

demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit yang sekarang

diderita.

a. Data Demografis

Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.

b. Riwayat Medis

18

Page 19: Isi

Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap,

pertanyaan medis janganlah terlalu luas. Buatlah formulir pemeriksaan yang berisi

penyakit serius yang sedang dan pernah dialami. Jika ditemukan adanya penyakit fisik

atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin

mengganggu diagnosis dan perawatan kita, lakukanlah pemeriksaan lebih lanjut dan

konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.

c. Riwayat Dental

Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan sedang

diderita. Informasi ini menyediakan informasi yang sangat berharga mengenai sikap

pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya. Infromasi demikian

tidak hanya berperan penting dalam penegakan diagnosis, melainkan berperan pula pada

rencana perawatan. Kuesionernya hendaknya berisikan pertanyaan mengenai gejala dan

tanda, baik kini maupun di masa lalu. Pengambilan riwayat dental ini merupakan langkah

teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton & Torabinejad, 1997 :

72-73)

3. Pemeriksaan Subyektif

Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis, dan

riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan subyektif. Banyak pasien

yang menunjukkan tingkatan nyeri yang jelas dan merasa tertekan. Pada umumnya nyeri dan

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat

mempengaruhi kondisi fisik pasien. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai lokasi, asal

nyeri, karakter dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan lanjutan mengenai

spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau meredakan nyeri.

Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk meredakan nyeri dan

keefektifannya juga perlu diketahui.

Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit irreversible.

Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari periodontitis atau abses apikalis

akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri intens juga mengindikasikan adanya penyakit

pulpa atau periradikuler yang parah. (Walton & Torabinejad, 1997 : 73-75)

19

Page 20: Isi

4. Pemeriksaan Obyektif

a. Pemeriksaan ekstraoral

Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,

jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau nodus jaringan limfe servikal atau fasial yang

membesar, merupakan indokator status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati

akan membantu mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi

inflamasi rongga mulut.

b. Pemeriksaan intraoral

Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua keabnormalan

diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-cekatnya untuk memeriksa apakah

ada perubahan warna, terinflamasi mengalami ulserasi, atau mempunyai saluran sinus.

Suatu stoma saluran sinus biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis atau periodontitis

apikalis supuratif atau kadang-kadang abses periodontium.

Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi,

erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah warna

sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran

akar yang telah dilakukan sebelumnya.

c. Tes klinis

Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde serta tes

periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks. Hasil satu tes harus dikonfirmasikan

dengan tes tambahan yang lain. Penting untuk diingat bahwa tes-tes ini bukan tes untuk

gigi melainkan tes mengenain respons pasien terhadap berbagai stimuli. Pasien mungkin

tidak memahami arti stimuli atau salah menginterpretasikannya. Oleh karena itu, hasil tes

obyektif dan subyektif dan tanda yang ditemukan tidak konsisten sehingga kadang –

kadang membingungkan. (Walton & Torabinejad, 1997 : 77-78)

5. Tes Periapeks

a. Perkusi

Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif yang

jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam

ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh penyakit

periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes yang lain. Cara melakukan

20

Page 21: Isi

perkusi dengan mengetukan ujung kaca mulut yang dipegang paralel atau tegak lurus

terhadap mahkota pada permukaan insisal atau oklusal mahkota.

b. Palpasi

Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi meluas

kearah periapeks. Respon positif menandakan adanya inflamasi periradikuler. Palpasi

dilakukan dengan menekan mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan

hendaknya memakai juga gigi pembanding.

c. Tes kevitalan pulpa

Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada cotton palate.

Respon nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada pulpa normal, pulpitis reversible

maupun irreversible. Akan tetapi jika responnya cukup intens dan berkepanjangan, pulpa

biasanya telah mengalami peradangan irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak

akan memberikan respon.

Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan pada

permukaan fasial. Seperti halnya pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar menandakan

pulpa vital atau peradangan reversible. Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis

irreversible. Jika tidak ada respon menandakan pulpanya nekrosis.

Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada permukaan fasial untuk

menentukan ada tidaknya saraf sensoris dan vital tidaknya pulpa. Tes ini masih belum

sempurna dan mungkun menghasilkan respons positif dan negative palsu. Metamorphosis

kalsium dapat menghasilkan respons negative palsu. (Walton & Torabinejad, 1997 : 79-

81)

6. Pemeriksaan Radiografis

a. Periapeks

Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat

karakteristik yaitu (1) hilangnya lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi tetap terlihat

di apeks bagaimanapun sudut pengambilannya, (3) radiolusensi menyerupai suatu hanging

drop; dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas. Lesi radiolusen yang terbentuk

sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa yang nekrosis. Suatu radiolusensi yang

cukup besar di daerah periapeks dengan gigi yang pulpanya vital adalah bukan berasal dari

lesi endodonsi melainkan struktur normal atau penyakit nonendodonsi. Perubahan juga

21

Page 22: Isi

bisa berupa radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi yang jelas terhadap pulpa atau

inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.

b. Pulpa

Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis ireversibel

terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan aktivitas dentinoklast

dapat memperlihatkan pembesaran ruang pulpa yang berubah abnormal dan merupakan

tanda patologis dari resorpsi interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa

menunjukkan adanya iritasi dengan derajat rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus

suatu pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85)

7. Tes Khusus

a. Pembuangan karies

Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis yang tepat

adalah penentuan kedalaman penetrasi karies. Keadaan yang sering dijumpai adalah

adanya karies dalam yang terlihat secara radiografis, tidak ada riwayat penyakit, dan pulpa

yang memberikan respons terhadap ter-tes klinis. Semua temuan lain tidak begitu relevan.

Tes definitive finalnya adalah pembuangan karies seluruhnya untuk melihat keadaan

pulpanya.

Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis irebersible. Karies

yang belum berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya menunjukkan suatu pulpitis reversible

(walaupun ada sejumlah pulpa yang mengalami inflamasi irreversible tanpa ada daerah

yang terbuka). Gigi kemudian direstorasi secara nirtrauma.

b. Anastesi selektif

Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi tanpa nyeri

maupun gigi yang disertai gejala. Tes ini bermanfaat pada gigi yang sedang nyeri terutama

jika pasien tidak dapat menentukan gigi mana yang sakit, bahkan tidak dapat pula

menentukan lengkung giginya. Jika dicurigai gigi yang sakit ada di daerah mandibula,

anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan paling sedikit region sakitnya apabila

nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.

c. Transluminasi

Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena segmen fraktur

dari mahkota tidak mentransmisikan cahaya secara sama. Transluminasi menghasilkan

bayangan gelap dan abu-abu di daerah fraktur.

(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)

22

Page 23: Isi

2.4 Rencana Perawatan

Jika sifat penyakitnya telah ditentukan, buatlah keputusan perawatan dasarnya.

Keputusannya dapat berupa perawatan saluran akar atau cara lain yang lebih tepat. Sejumlah

keadaan memerlukan perawatan saluran akar yang dikombinasikan dengan prosedur

tambahan. Sedangkan yang lain mungkin memerlukan pencabutan atau perawatan sementara

(misalnya pada suatu keadaan darurat) dengan perawatan saluran akar definitif pada

kunjungan berikutnya. Akan tetapi keputusan utama adalah apakah memang suatu perawatan

saluran akar merupakan indikasi atau bukan.

Perawatan Berdasarkan Diagnosis

Diagnosis pulpa secara umum menentukan apakah perawatan saluran akar memang

diperlukan. Andaikata berbagai keadaan pulpa ini dibuat daftarnya, yakni : normal, pulpitis

reversible, pulpitis irreversible, dan nekrosis, terdapat suatu garis yang membentang antara

pulpitis reversible dan ireversibel. Semua yang ada di sisi yang reversible mungkin perlu atau

mungkin pula tidak perlu dilakukan perawatan noninvasive, sedangkan yang berada pada sisi

irreversible memerlukan pencabutan atau perawatan saluran akar atau paling tidak

pembuangan jaringan pulpanya yang terinfeksi.

Diagnosis periapeks menandakan adanya sifat khusus yang harus diikuti, biasanya

dalam kaitannya dengan perawatan saluran akar. Dengan perkataan lain, berkembangnya lesi

periradikuler hanyalah karena adanya suatu penyakit pulpa yang parah. Hal ini memerlukan

terapi saluran akar (jika memang dibutuhkan) dan kadang-kadang prosedur bedah lain seperti

insisi dan drainase.

(Walton & Torabinejad, 1997 : 90)

Jumlah kunjungan

Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian mutakhir

menunjukkan bahwa perawatan saluran akar satu kali kunjungan dapat dilakukan pada

sebagian besar kasus. Akan tetapi, dokter gigi umum harus mengerjakan macam perawatan

ini dengan hati-hati serta memilih kasusnya dengan teliti.

23

Page 24: Isi

a. Kunjungan Jamak

Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien. Pertama adalah

kasus yang rumit atau memerlukan waktu banyak. Yang berkaitan dengan hal ini dan

yang paling penting adalah manajemen pasien dan tingkat toleransi pasien dan

operatornya. Jika sudah lelah atau frustasi, hentikan dahulu perawatan dan buat

tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.

Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan keluarnya

eksudat saluran akar yang tidak berhenti. Flare up diantara waktu kunjungan lebig

sering terjadi pada situasi seperti ini. Flare up pasca perawatan akan lebih sukar

ditanggulangi jika saluran akarnya telah diiisi.

b. Pengaruh pada Prognosis dan Rasa Nyeri

Prognosis jangka panjang dan gejala setelah perawatan adalah dua hal utama yang

harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah kunjungan. Dari penelitian terungkap

bahwa pada pasien yang asimtomatik, baik nyeri pascaperawatan maupun kegagalan

perawatan tidak disebabkan oleh apakah perawatannya dilakukan dalam satu kali

kunjungan. Tetapi perawatan saluran akar satu kali kunjungan harus selalu disertai

dengan kehati-hatian yang tinggi dan dengan mempertimbangkan kasus per kasus

dengan teliti. (Walton & Torabinejad, 1997 : 90-91)

Seperti telah dikemukakan di muka, jika diagnosis telah ditegakkan, buatlah rencana

perawatan keseluruhan. Walaupun demikian, pendekatan khusus juga dilakukan

tergantung kepada situasi tiap-tiap pasien. Rekomendasi umum berikutnya dibuat

berdasarkan diagnosis pulpa dan jaringan periapeks. Variasi atau perubahan dalam

perawatan ditentukn kemudian berdasarkan situasi yang dihadapi.

(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

Perawatan Untuk Diagnosis Pulpitis Reversible

Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi untuk kasus pulpitis reversible (kecuali

pada kasus-kasus tertentu). Pasien dengan pulpitis reversible, biasanya ditangani dengan

membuang penyebabnya kemudian diikuti dengan restorasi (jika diperlukan). (Walton &

Torabinejad, 1997 : 91)

24

Page 25: Isi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mapping

Hasil Diagnosis:

Sekenario

25

Pasien : Ibu Sunarsih

Pemeriksaan Subyektif:

- Anamnesa

- Tes dingin +

- Rasa Linu +

Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Klinis:

- Gigi karies +

- Gingiva normal +

- Tes dingin +

- Vitalitas gigi +

Pemeriksaan Penunjang:

Radiologi

Interpretasi Diagnostik

Diagnosa

Rencana Perawatan

Page 26: Isi

3.2 Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan baik pemeriksaan subyektif maupun pemeriksaan objektif maka

didapatkan sekenario yang sesuai dengan hasil pemeriksaan tersebut.

Skenario

Bu Sunarsih, 37 tahun, Ibu rumah tangga datang ke klinik konservasi gigi dengan keluhan

gigi depan kanan berlubang. Bila terkena minuman atau makanan dingin, gigi akan terasa

sakit namun hanya sebentar dan bila rangsangan dihilangkan maka rasa sakit namun hanya

sebentar dan bila rangsangan dihilangkan rasa sakit juga berkurang. Hasil pemeriksaan dokter

didapatkan karies dengan kedalaman 2 mm pada sisi distal I1 kanan atas. Gingiva normal,

pada tes termal + panas 0, tidak ada perforasi, perkusi dan tekanan tidak beraksi. Hasil

pemeriksaan radiografi menunjukkan ruang pulpa normal, terlihat radiolusen pada sisi

distalmahkota I1 kanan atas mencapai kurang dari setengah dentin.

Tahapan dalam Penegakan Diagnosa dan Rencana Perawatan

1. Mempersiapkan Dental chair

2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada table dental unit meliputi:

- Satu set alat dasar

- Alkohol

- Petridish berisi cotton pellet

- Bunsen

- Chlorethyl

- Contra Angle handpiece

- Mata bur

- Guttap Point

- Cotton roll

- Alat irigasi

- Jarum Miller

- Tempat kototan

3. Mempersilahkan pasien untuk masuk dan duduk di dental chair sampai pasien merasa

nyaman

26

Page 27: Isi

4. Melakukan pemeriksaan Subyektif meliputi:

- Nama, alamat, pekerjaan, umur, jenis kelamin, dll

- Keluhan rasa sakit penderita:

Lokasi gigi

Waktu pertama kali sakit

Jenis rasa sakit yang dirasakan

Durasi rasa sakit

Penyebab rasa sakit

Daerah yang terasa sakit

Ada atau tidaknya pembengkakan

Obat-obatan yang digunakan

- Keadaan umum dan riwayat sistemik

- Gigi dan jaringan sekitar terkait dengan perawatan sebelumnya

5. Melakukan pemeriksaan Obyektif meliputi:

- Secara visual:

Ada atau tidaknya pembengkakan baik ekstraoral maupun intraoral

Ada atau tidaknya fistula pada rongga mulut

Ada atau tidaknya polip

Struktur gingiva

- Pemeriksaan perkusi, tekanan dan palpasi

- Tes dengan jarum miller

- Tes kegoyangan gigi

- Tes vitalitas meliputi:

Tes termal

Tes jarum miller

Tes kavitas

6. Melakukan pemriksaan radiografik

7. Melakukan interpretasi diagnostik sehingga didapatkan diagnosa yang benar untuk

menunjang perawatan yang sempurna

Hasil pemeriksaan

27

Page 28: Isi

Pemeriksaan Subyektif

Dari hasil pemeriksaan subyektif didapatkan hasil sebagai berikut:

- Pasien merasakan sakit bila terkena rangsang dingin dan rasa sakit akan berhenti bila

rangsang dihilangkan

- Rasa sakit yang dirasakan pasien hanya berlangsung sebentar

- Rasa sakit yang dirasakan pasien tidak terjadi secara spontan namun hanya terjadi bila

ada rangsang.

Pemeriksaan Objektif

Dari hasil pemeriksaan obyektif didapatkan hasil sebagai berikut:

- Terjadi karies media (karena ditemukan karies pada gigi insisif 1 kanan atas dengan

kedalaman 2 mm)

- Pemeriksaan tekanan, perkusi dan palpasi didaptkan pasien tidak merasakan sakit

- Gingiva disekitar gigi terlihat normal

- Dari hasil tes termal didapatkan:

Tes termal panas : 0

Tes termal dingin : +

Tes termal dilakukan pada 1/3 servikal dikarenakan tubulus dentin di bagian servikal

meiliki jumlah yang lebih banyak. Selain itu lapisan enamel pada 1/3 servikal lebih

tipis.

- Pada tes kavitas tidak menimbulkan suatu reaksi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan:

Nilai rasa ambang sakit pada penderita sangat tinggi sehingga penderita tidak

merasakan sakit

Terjadi remineralisasi yang cukup cepat sehingga menghasilkan dentin yang

lebih tebal

Dari hasil pemeriksaan tes termal, tes kavitas dapat disimpulkan gigi I1 kanan atas

masih vital

Pemeriksaan Rontgen

28

Page 29: Isi

Dari hasil pemeriksaan rontgen didapatkan ruang pulpa dan akar pada gigi I1 kanan atas

normal dan terdapat resorpsi eksternal namun tidak terjadi resorpsi internal sehingga lamina

dura dan membran periodontal terlihat normal

Diagnosis

Dari hasil pemeriksaan terhadap pasien baik pemeriksaan subyektif maupun obyektif di

dapatkan suatu hasil diagnosis yaitu Pulpitis Reversible

Rencana Perawatan:

1. Melakukan perawatan untuk keluhan utama

Dilakukan perwatan pulpitis reversible. Yang harus dilakukan adalah:

a. Mendiagnosis kelainan apa yang terjadi

b. Mempertimbagkan luas atau besar dari karies

c. Mempertimbangkan lokasi dari karies

d. Mempertimbangkan dibutuhkan atau tidaknya estetik bagi penderita

e. Mempertimbangkan keadaan finansial dari penderita

2. Dilakukan penghilangan penyebab dan setelah penyebab dihilangkan dapat dilakukan

penumpatan. Penumpatan yang cocok dalam kasus ini adalah tumpatan plastis kelas 3.

Tumpatan yang diberikan terhadap pasien harus mempertimbangkan kondidi ekonomi

pasien dimanan pasien membutuhkan tingkat estetik yang baik atau tidak.

Prognosa

29

Page 30: Isi

Karena penderita mengalami pulpitis reversible, maka terjadi peningkatan remineralisasi. Hal

ini disebabkan karena oral higyene dari penderita cukup baik. Maka dari itu diperlukan

kontrol oral higyene dengan cara pemberian pengetahuan mengenai oral hygyene.

BAB IV

30

Page 31: Isi

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan baik pemeriksaan subyektif , obyektif dan pemeriksaan radiografi

didapatkan hasil diagnosis pada gigi i1 kanan atas pasien mengalami pulpitis reversible. Hal

ini dikarenakan:

- Pasien merasa sakit apabila terkena rangsang dingin

- Rasa sakit akan menghilang bila rangsang dihilangkan

- Rasa sakit tidak terjadi secara spontan

- Rasa sakit yang dirasakan pasien hanya berlangsung sebentar

- Terjadi karies media (karena ditemukan karies pada gigi insisif 1 kanan atas dengan

kedalaman 2 mm)

- Pemeriksaan tekanan, perkusi dan palpasi didaptkan pasien tidak merasakan sakit

- Dari hasil tes termal didapatkan:

Tes termal panas : 0

Tes termal dingin : +

- Pada tes kavitas didapatkan gigi masih dalam keadaan vital

- Dari hasil pemeriksaan rontgen didapatkan ruang pulpa dan akar pada gigi I1 kanan

atas normal dan terdapat resorpsi eksternal namun tidak terjadi resorpsi internal

sehingga lamina dura dan membran periodontal terlihat normal

Rencana perawatan yang tepat pada pasien setelah didapatkan diagnosa yaitu:

Dilakukan penghilangan penyebab dan setelah penyebab dihilangkan dapat dilakukan

penumpatan. Penumpatan yang cocok dalam kasus ini adalah tumpatan plastis kelas 3.

Tumpatan yang diberikan terhadap pasien harus mempertimbangkan kondidi ekonomi pasien

dimanan pasien membutuhkan tingkat estetik yang baik atau tidak.

31