Upload
ayu-nurfitria-sugianingrum
View
36
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mm
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penegakan diagnosis dan penentuan rencana perawatan merupakan aktivitas yang
memisahkan dan membedakan antara para professional (dokter gigi) dan para paramediknya.
Disini, hanya para dokter gigilah yang mendapatkan pelatihan dalam sains dasar dan sains
klinis, sehingga hanya mereka yang melakukan hal-hal berikut yaitu pertama, melakukan
semua tes diagnosi, kedua, menginterpretasikan secara diferensial hasil-hasil pengetesan,
ketiga menangani pasien secara psikologis selama prosedur pengetesan, dan yang keempat,
memformulasikan diagnosis yang tepat dan rencana perawatannya.
Dalam mendiagnosis diperluan kejelian yang luar biasa, karena mungkin saja sakit
yang diderita oleh pasien yang datang tidak hanya berasal karena ada masalah dengan gigi,
tetapi bisa juga berasal dari struktur dan organ lain seperti periodontium, rahang, sinus,
telinga, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, hidung, mata, serta pembuluh darah
sekitar orofasial. Untuk itu, maka pemeriksaan klinis (baik pemeriksaan subyektif dan
obyektif) harus dilakukan dengan seksama dan perlu didukung dengan pemeriksaan
radiologi, seperti yang telah kita lakukan pada tutorial (konservasi) ini.
Dalam tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat menyimpulkan diagnosa klinik
penderita dari berbagai macam diagnose seperti pulpitis reversible, pulpitis irreversible, atau
nekrosis pulpa. Kemudian, akan ditentukan rencana perawatan yang sesuai dari diagnose
yang telah ditemukan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Jelaskan definisi dari pulpitis refersibel, pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa parsialis,
nekrosis pulpa totalis, dan pulpitis kronik hyperplasia beserta gejala klinis dari masing-
masing penyakit pulpa!
1.2.2 Apa diagnose dari pasien bernama ibu Sunarsih (37 th) berdasarkan anamnesa,
periksaan klinis, dan pemeriksaan radiologi!
1.2.3 Tentukan rencana perawatan sesuai diagnose diatas!
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui, memahami, serta dapat membedakan definisi dari pulpitis refersibel,
pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa parsialis, nekrosis pulpa totalis, dan pulpitis kronik
hyperplasia beserta gejala klinis dari masing-masing penyakit pulpa tersebut.
1.3.2 Menentukan diagnose dari pasien bernama ibu Sunarsih (37 th) berdasarkan anamnesa,
periksaan klinis, dan pemeriksaan radiologi.
1.3.3 Menentukan rencana perawatan sesuai diagnose diatas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karies
Karies gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1) a) berdasarkan lokasinya, dapat dibagi menjadi :
Karies oklusal
Karies labial
Karies bukal
Karies palatal/lingual
Karies aproksimal
Karies kombinasi (Mengenai semua permukaan)
b) Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi :
Karies yang ditemukan di permukaan halus, ada tiga macam karies permukaan halus :
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak
dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah explorer gigi. Karies
proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk
ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies
ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri.
Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel
atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih
tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial,
permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas
merupakan lokasi tersering dari karies akar.
3
Tipe ketiga karies ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Karies di celah atau fisura gigi.
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat
perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau
depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi
lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya
proses perlubangan karena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin
dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel-dental, lubang
akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola
segitiga ke arah pulpa gigi.
2) Kedalamannya, dapat dibagi :
Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email. Biasanya pasien belum
merasa sakit.
Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin.
Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa, gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena
rangsangan panas atau dingin dan akan berkurang bila rangsanyan dihilangkan.
Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan
menembus pulpa. Menimbulkan rasa sakit yang spontan.
4
A B C
Keterangan : A = karies superficial
B = karies media
C = karies profunda
Klasifikasi karies menurut system Black :
Klas I : karies ini terjadi pada ceruk dan fisura dari semua gigi, meskipun lebih
ditujukan pada gigi posterior.
Gambar : karies Klas I, warna hitam menunjukkan kariesnya.
Klas II : kavitas yang terrdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior, karies
Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya
sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD (mesioo-
5
oklusal-distal). Karena akses untuk perbaikan biasanya dibuat dari permukaan
oklusal, permukaan oklusal dan aproksimal dari gigi direstorasi sekaligus. Tetapi
dilihat dari definisinya kavitas ini adalah lesi proksimal dan tiidak selalu mencakup
permukaan oklusal.
Klas III : lesi Klas III hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat terjadi pada
permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus, lesii ini terjadi di bawah titik
kontak dan bentuk kavitasnya bulat dan kecil.
Gambar : karies Klas III, karies hanya pada kontak proksimal gigi anterior
Klas IV : kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas Klas III. Lesi ini pada permukaan
proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika karies ini luas
atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan menyebabkan terjadinya
fraktur.
Gambar : karies Klas IV, karies yang telah meluas sampai ke sudut insisal
6
Klas V : kavitas gingival adalah kavitas pada permukaan yang halus. Terlepas dari
etiologinya – karies, abrasi, atau erosi – tipe lesi ini disebut juga karies Klas V.
Menurut definisi Dr.Black, karies Klas V juga dapat terjadi baik pada permukaan
facial maupun lingual, namun lesi ini lebih dominan timbul pada permukaan yang
menghadap bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas ini bisa mengenai sementum selain
email.
gambar : karies gingival yang terdapat pada permukaan yang halus
Klas VI : tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol Gigi posterior dan edge insisal gigi
insisivus. Pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjol atau edge insisal
seringkali membuat daerah rentan terhadap karies. (karies Klas VI sebenarnya bukan
diidentifikasi oleh Dr.Black, tetapi pada daerah geografis tertentu ditambahkan
sehingga menjadi bagian dari system klasifikasinya).
2.2 Penyakit Pulpa
2.2.1 Pulpitis
Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik
yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh terjadinya karies, hyperemia
pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa.
Etiologi
Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan dentin,
penyebab kedua adalah cedera.
7
Gejala
Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena oleh air dingin,
asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun sakit. Rasa sakit dapat menyebar
ke kepala, telinga dan kadang sampai ke punggung.
- Sondasi (+)
- Perkusi (-)
- Reaksi dingin, manis dan asam (+)
- Pembesaran kelenjar (-)
- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari
- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.
- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar ke kepala dan
telinga kadang ke punggung
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam hal ini dapat
dilakukan beberapa pengujian :
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam dan
manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri, kadang
belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan karena pada
dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya paktor sugesti yang
mendasarinya. Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka peradangan telah menyebar
ke jaringan dan tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist berupa
gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa. Pemeriksaan radiologist
dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah peradangan telah
menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
8
Rencana Therapy
a. Endodontics (perawatan saraf gigi)
b. Ekstraksi gigi
a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali dan pulpa akan
kembali normal. Pulpitis eversible dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan atau yang
berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal atau atrisi oklusal, sebagian
prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur enamel yang
menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis reversible tidak menimbulkan
gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada, gejala biasanya timbul dari suatu pola
tertentu. Aplikasi cairan atau udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri
tajam sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan
nyeri atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin
menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas
diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal
yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan. Sebaliknya,
nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal akan segera terjadi;
intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya dipertahankan tetap.
Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada kedua keadaan, sehat atau
sakit, tampaknya
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan hingga
sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat
dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan
adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala sensitif dan
rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh rangsangan
dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan, terutama
9
makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan, rasa
sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada
rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang
mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies
porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada
keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.
Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan periodik
untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas meluas,
desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis kavitas atau
semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas dan
pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila dijumpai pulpitis
reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya sudah cukup, begitu gejala telah
reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis.
Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang tepat, maka
inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang perawatannya adalah
eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak
kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.
b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten,
dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana
pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak
dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
10
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh
stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit
bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi
sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan
oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi
dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan
dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur
yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau
pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut
jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa
penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk,
tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung
pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien
juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke
telinga bila bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak
seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam
pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak
tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat
kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang
bocor.
11
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit),
nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan
tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan
vital.
- Terapi: pulpektomi
Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan akut.
Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang terutama
leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan terjadi radang akut. Terjadi
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan leukosit mati
serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak pula sel-sel radang kronis seperti sel
plasma, limfosit dan makrofag.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan
suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa
sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada gigi posterior, dimana
waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan
penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa radikuler harus
dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus
dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi.
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi
endodontik dan restorasi yang tepat.
c. Pulpitis Kronis Hiperplastik
Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversible akibat
bertumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan
oklusal. Baisanya ditemukan pada mahkota yang karies pada pasien muda. Pulpa poip
biasanya diasosiasikan dengan kayanya pulpa muda akan pembuluh darah,
12
memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya proliferasi jaringan. Pada
pemeriksaan histology terlihat adanya epitel permukaan dan jaringan ikat di
bawahnya yang terinflamasi. Sel-sel epitel oral tertanam dan bertumbuh menutupi
permukaan dan membentuk tutup epitel.
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti
kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies di permukaan oklusal
yang besar. Hal ini kadang-kadang diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis
ireversibel seperti nyeri spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus panas
dan dingin . Aambang rangsang terhadap stimulus elektrik adalah sama dengan pulpa
normal. Respon gigi terhadap palapasi atau perkusi normal. Perawatannya adalah
pulpotomi, perawatan saluran akar atau ekstraksi.
2.2.2 Nekrosis Pulpa
Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai stimulus
(panas atau dingin). Pulpa normal merespon terhadap panas atau dingin dengan nyeriyang
ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik. Juga perkusi pada gigi tidak menimbulkan
respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak akan merespon terhadap tes suhu. Jika kanal
pada akar mengalami kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau
penyebab lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap
sehat dan berfungsi normal. Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien yang
pulpanya masih berfungsi. Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena
hasilnya tidak tetap se/hingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.
Pengertian Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari
inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma.
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis
13
Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan yang
padat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang
lunak atau cair.Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S,
amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya
juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada
peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman
yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa3.
Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya
disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau dapat terjadi
secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun
bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami
kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi
kondisi nekrosis2. Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan
restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan
devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat
(dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies
yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering
terjadi pada kondisi fase kronis dibanding fase akut.
Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan
pemulihan jika terjadi peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan
pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan
14
kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam
mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpayang
meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan
pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral
akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi
bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak
dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi
perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.
Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang
kurang baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan
karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal
tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karenaproses trauma, operative procedure
dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteria
menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa. Nekrosis pulpa yang
disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang
segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan
sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma
pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa
ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi
kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan
menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk
penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semuaproses tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
Gejala-gejala
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan
gejala pulpitis yang ireversibel. Yaitu menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan
oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit
bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas
termal dihilangkan. Pada awal pemeriksaan klinik ditandai dengan suatu paroksisme
15
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang
tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada
pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan
dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya
adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.
Diagnosis
Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu jalan
terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligamen periodontal.
Pengobatan
Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
Tindakan :
Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas. Beri anagesik, bila
ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic Sesudah peradangan reda bisa dilakukan
pencabutan atau dirujuk untuk perawatan saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang
digunakan yaitu endodontic intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar
dan saluran akar) dan kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut
a. Nekrosi Parsialis
Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang kaku,
tidak memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta system limfenya akan
16
lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh karena itu, pulpitis irreversible
akan menyebabkan nekrosis likuefaksi. Jika eksudat yang timbul selama pulpitis
ireversibel diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau melalui daerah pulpa
terbuka ke dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan tertunda; pulpa di akar
mungkin masih tetap vital untuk waktu yang lama. Sebaliknya, penutupan atau
penambalan pulpa terinflamasi akan menginduksi nekrosis pulpa yang cepat dan total
serta penyakit periradikuler. Selain nekrosis likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat
timbul akibat trauma karena terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan nekrosis
pulpa parsialis apabila sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam
keadaan vital.
Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai dengan
episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala klinis nekrosis
pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.
Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:
- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.
- Tes jarum Miller: bereaksi.
- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi.
Nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan perawatan dengan pulpektomi.
b. Nekrosis Totalis
Merupakan matinya pulpa seluruhnya.
Gejala klinis :
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri
spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi
merupakan indikasi awal matinya pulpa. Dapat dilihat dari penampilan mahkota yang
buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau kecoklatan
serta bau busuk dari gigi.
17
Rencana perawatan :
Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar (perawatan saluran akar).
Pemeriksaan Klinis :
1. Pemeriksaan subyektif
2. Pemeriksaan obyektif
Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa
listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali
sensitive terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai dengan inflamasi
periapikal.
3. Rontgenologis
Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan
besar, jalan terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligament periodontal.
Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya
mati karena akibat trauma.
2.3 Penegakan Diagnosis
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat diperoleh.
Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya sendiri yang
berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat dating mencari perawatan. Keluhan
utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa adanya menurut pasien.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)
2. Riwayat Kesehatan Umum
Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien terdiri atas data
demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit yang sekarang
diderita.
a. Data Demografis
Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.
b. Riwayat Medis
18
Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap,
pertanyaan medis janganlah terlalu luas. Buatlah formulir pemeriksaan yang berisi
penyakit serius yang sedang dan pernah dialami. Jika ditemukan adanya penyakit fisik
atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin
mengganggu diagnosis dan perawatan kita, lakukanlah pemeriksaan lebih lanjut dan
konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan sedang
diderita. Informasi ini menyediakan informasi yang sangat berharga mengenai sikap
pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya. Infromasi demikian
tidak hanya berperan penting dalam penegakan diagnosis, melainkan berperan pula pada
rencana perawatan. Kuesionernya hendaknya berisikan pertanyaan mengenai gejala dan
tanda, baik kini maupun di masa lalu. Pengambilan riwayat dental ini merupakan langkah
teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton & Torabinejad, 1997 :
72-73)
3. Pemeriksaan Subyektif
Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis, dan
riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan subyektif. Banyak pasien
yang menunjukkan tingkatan nyeri yang jelas dan merasa tertekan. Pada umumnya nyeri dan
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat
mempengaruhi kondisi fisik pasien. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai lokasi, asal
nyeri, karakter dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan lanjutan mengenai
spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau meredakan nyeri.
Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk meredakan nyeri dan
keefektifannya juga perlu diketahui.
Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit irreversible.
Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari periodontitis atau abses apikalis
akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri intens juga mengindikasikan adanya penyakit
pulpa atau periradikuler yang parah. (Walton & Torabinejad, 1997 : 73-75)
19
4. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna,
jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau nodus jaringan limfe servikal atau fasial yang
membesar, merupakan indokator status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati
akan membantu mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi
inflamasi rongga mulut.
b. Pemeriksaan intraoral
Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua keabnormalan
diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-cekatnya untuk memeriksa apakah
ada perubahan warna, terinflamasi mengalami ulserasi, atau mempunyai saluran sinus.
Suatu stoma saluran sinus biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis atau periodontitis
apikalis supuratif atau kadang-kadang abses periodontium.
Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi,
erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah warna
sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran
akar yang telah dilakukan sebelumnya.
c. Tes klinis
Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde serta tes
periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks. Hasil satu tes harus dikonfirmasikan
dengan tes tambahan yang lain. Penting untuk diingat bahwa tes-tes ini bukan tes untuk
gigi melainkan tes mengenain respons pasien terhadap berbagai stimuli. Pasien mungkin
tidak memahami arti stimuli atau salah menginterpretasikannya. Oleh karena itu, hasil tes
obyektif dan subyektif dan tanda yang ditemukan tidak konsisten sehingga kadang –
kadang membingungkan. (Walton & Torabinejad, 1997 : 77-78)
5. Tes Periapeks
a. Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif yang
jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam
ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh penyakit
periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes yang lain. Cara melakukan
20
perkusi dengan mengetukan ujung kaca mulut yang dipegang paralel atau tegak lurus
terhadap mahkota pada permukaan insisal atau oklusal mahkota.
b. Palpasi
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi meluas
kearah periapeks. Respon positif menandakan adanya inflamasi periradikuler. Palpasi
dilakukan dengan menekan mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan
hendaknya memakai juga gigi pembanding.
c. Tes kevitalan pulpa
Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada cotton palate.
Respon nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada pulpa normal, pulpitis reversible
maupun irreversible. Akan tetapi jika responnya cukup intens dan berkepanjangan, pulpa
biasanya telah mengalami peradangan irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak
akan memberikan respon.
Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan pada
permukaan fasial. Seperti halnya pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar menandakan
pulpa vital atau peradangan reversible. Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis
irreversible. Jika tidak ada respon menandakan pulpanya nekrosis.
Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada permukaan fasial untuk
menentukan ada tidaknya saraf sensoris dan vital tidaknya pulpa. Tes ini masih belum
sempurna dan mungkun menghasilkan respons positif dan negative palsu. Metamorphosis
kalsium dapat menghasilkan respons negative palsu. (Walton & Torabinejad, 1997 : 79-
81)
6. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks
Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat
karakteristik yaitu (1) hilangnya lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi tetap terlihat
di apeks bagaimanapun sudut pengambilannya, (3) radiolusensi menyerupai suatu hanging
drop; dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas. Lesi radiolusen yang terbentuk
sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa yang nekrosis. Suatu radiolusensi yang
cukup besar di daerah periapeks dengan gigi yang pulpanya vital adalah bukan berasal dari
lesi endodonsi melainkan struktur normal atau penyakit nonendodonsi. Perubahan juga
21
bisa berupa radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi yang jelas terhadap pulpa atau
inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis ireversibel
terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan aktivitas dentinoklast
dapat memperlihatkan pembesaran ruang pulpa yang berubah abnormal dan merupakan
tanda patologis dari resorpsi interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa
menunjukkan adanya iritasi dengan derajat rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus
suatu pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85)
7. Tes Khusus
a. Pembuangan karies
Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis yang tepat
adalah penentuan kedalaman penetrasi karies. Keadaan yang sering dijumpai adalah
adanya karies dalam yang terlihat secara radiografis, tidak ada riwayat penyakit, dan pulpa
yang memberikan respons terhadap ter-tes klinis. Semua temuan lain tidak begitu relevan.
Tes definitive finalnya adalah pembuangan karies seluruhnya untuk melihat keadaan
pulpanya.
Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis irebersible. Karies
yang belum berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya menunjukkan suatu pulpitis reversible
(walaupun ada sejumlah pulpa yang mengalami inflamasi irreversible tanpa ada daerah
yang terbuka). Gigi kemudian direstorasi secara nirtrauma.
b. Anastesi selektif
Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi tanpa nyeri
maupun gigi yang disertai gejala. Tes ini bermanfaat pada gigi yang sedang nyeri terutama
jika pasien tidak dapat menentukan gigi mana yang sakit, bahkan tidak dapat pula
menentukan lengkung giginya. Jika dicurigai gigi yang sakit ada di daerah mandibula,
anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan paling sedikit region sakitnya apabila
nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.
c. Transluminasi
Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena segmen fraktur
dari mahkota tidak mentransmisikan cahaya secara sama. Transluminasi menghasilkan
bayangan gelap dan abu-abu di daerah fraktur.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)
22
2.4 Rencana Perawatan
Jika sifat penyakitnya telah ditentukan, buatlah keputusan perawatan dasarnya.
Keputusannya dapat berupa perawatan saluran akar atau cara lain yang lebih tepat. Sejumlah
keadaan memerlukan perawatan saluran akar yang dikombinasikan dengan prosedur
tambahan. Sedangkan yang lain mungkin memerlukan pencabutan atau perawatan sementara
(misalnya pada suatu keadaan darurat) dengan perawatan saluran akar definitif pada
kunjungan berikutnya. Akan tetapi keputusan utama adalah apakah memang suatu perawatan
saluran akar merupakan indikasi atau bukan.
Perawatan Berdasarkan Diagnosis
Diagnosis pulpa secara umum menentukan apakah perawatan saluran akar memang
diperlukan. Andaikata berbagai keadaan pulpa ini dibuat daftarnya, yakni : normal, pulpitis
reversible, pulpitis irreversible, dan nekrosis, terdapat suatu garis yang membentang antara
pulpitis reversible dan ireversibel. Semua yang ada di sisi yang reversible mungkin perlu atau
mungkin pula tidak perlu dilakukan perawatan noninvasive, sedangkan yang berada pada sisi
irreversible memerlukan pencabutan atau perawatan saluran akar atau paling tidak
pembuangan jaringan pulpanya yang terinfeksi.
Diagnosis periapeks menandakan adanya sifat khusus yang harus diikuti, biasanya
dalam kaitannya dengan perawatan saluran akar. Dengan perkataan lain, berkembangnya lesi
periradikuler hanyalah karena adanya suatu penyakit pulpa yang parah. Hal ini memerlukan
terapi saluran akar (jika memang dibutuhkan) dan kadang-kadang prosedur bedah lain seperti
insisi dan drainase.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 90)
Jumlah kunjungan
Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa perawatan saluran akar satu kali kunjungan dapat dilakukan pada
sebagian besar kasus. Akan tetapi, dokter gigi umum harus mengerjakan macam perawatan
ini dengan hati-hati serta memilih kasusnya dengan teliti.
23
a. Kunjungan Jamak
Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien. Pertama adalah
kasus yang rumit atau memerlukan waktu banyak. Yang berkaitan dengan hal ini dan
yang paling penting adalah manajemen pasien dan tingkat toleransi pasien dan
operatornya. Jika sudah lelah atau frustasi, hentikan dahulu perawatan dan buat
tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.
Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan keluarnya
eksudat saluran akar yang tidak berhenti. Flare up diantara waktu kunjungan lebig
sering terjadi pada situasi seperti ini. Flare up pasca perawatan akan lebih sukar
ditanggulangi jika saluran akarnya telah diiisi.
b. Pengaruh pada Prognosis dan Rasa Nyeri
Prognosis jangka panjang dan gejala setelah perawatan adalah dua hal utama yang
harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah kunjungan. Dari penelitian terungkap
bahwa pada pasien yang asimtomatik, baik nyeri pascaperawatan maupun kegagalan
perawatan tidak disebabkan oleh apakah perawatannya dilakukan dalam satu kali
kunjungan. Tetapi perawatan saluran akar satu kali kunjungan harus selalu disertai
dengan kehati-hatian yang tinggi dan dengan mempertimbangkan kasus per kasus
dengan teliti. (Walton & Torabinejad, 1997 : 90-91)
Seperti telah dikemukakan di muka, jika diagnosis telah ditegakkan, buatlah rencana
perawatan keseluruhan. Walaupun demikian, pendekatan khusus juga dilakukan
tergantung kepada situasi tiap-tiap pasien. Rekomendasi umum berikutnya dibuat
berdasarkan diagnosis pulpa dan jaringan periapeks. Variasi atau perubahan dalam
perawatan ditentukn kemudian berdasarkan situasi yang dihadapi.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)
Perawatan Untuk Diagnosis Pulpitis Reversible
Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi untuk kasus pulpitis reversible (kecuali
pada kasus-kasus tertentu). Pasien dengan pulpitis reversible, biasanya ditangani dengan
membuang penyebabnya kemudian diikuti dengan restorasi (jika diperlukan). (Walton &
Torabinejad, 1997 : 91)
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mapping
Hasil Diagnosis:
Sekenario
25
Pasien : Ibu Sunarsih
Pemeriksaan Subyektif:
- Anamnesa
- Tes dingin +
- Rasa Linu +
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Klinis:
- Gigi karies +
- Gingiva normal +
- Tes dingin +
- Vitalitas gigi +
Pemeriksaan Penunjang:
Radiologi
Interpretasi Diagnostik
Diagnosa
Rencana Perawatan
3.2 Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan baik pemeriksaan subyektif maupun pemeriksaan objektif maka
didapatkan sekenario yang sesuai dengan hasil pemeriksaan tersebut.
Skenario
Bu Sunarsih, 37 tahun, Ibu rumah tangga datang ke klinik konservasi gigi dengan keluhan
gigi depan kanan berlubang. Bila terkena minuman atau makanan dingin, gigi akan terasa
sakit namun hanya sebentar dan bila rangsangan dihilangkan maka rasa sakit namun hanya
sebentar dan bila rangsangan dihilangkan rasa sakit juga berkurang. Hasil pemeriksaan dokter
didapatkan karies dengan kedalaman 2 mm pada sisi distal I1 kanan atas. Gingiva normal,
pada tes termal + panas 0, tidak ada perforasi, perkusi dan tekanan tidak beraksi. Hasil
pemeriksaan radiografi menunjukkan ruang pulpa normal, terlihat radiolusen pada sisi
distalmahkota I1 kanan atas mencapai kurang dari setengah dentin.
Tahapan dalam Penegakan Diagnosa dan Rencana Perawatan
1. Mempersiapkan Dental chair
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada table dental unit meliputi:
- Satu set alat dasar
- Alkohol
- Petridish berisi cotton pellet
- Bunsen
- Chlorethyl
- Contra Angle handpiece
- Mata bur
- Guttap Point
- Cotton roll
- Alat irigasi
- Jarum Miller
- Tempat kototan
3. Mempersilahkan pasien untuk masuk dan duduk di dental chair sampai pasien merasa
nyaman
26
4. Melakukan pemeriksaan Subyektif meliputi:
- Nama, alamat, pekerjaan, umur, jenis kelamin, dll
- Keluhan rasa sakit penderita:
Lokasi gigi
Waktu pertama kali sakit
Jenis rasa sakit yang dirasakan
Durasi rasa sakit
Penyebab rasa sakit
Daerah yang terasa sakit
Ada atau tidaknya pembengkakan
Obat-obatan yang digunakan
- Keadaan umum dan riwayat sistemik
- Gigi dan jaringan sekitar terkait dengan perawatan sebelumnya
5. Melakukan pemeriksaan Obyektif meliputi:
- Secara visual:
Ada atau tidaknya pembengkakan baik ekstraoral maupun intraoral
Ada atau tidaknya fistula pada rongga mulut
Ada atau tidaknya polip
Struktur gingiva
- Pemeriksaan perkusi, tekanan dan palpasi
- Tes dengan jarum miller
- Tes kegoyangan gigi
- Tes vitalitas meliputi:
Tes termal
Tes jarum miller
Tes kavitas
6. Melakukan pemriksaan radiografik
7. Melakukan interpretasi diagnostik sehingga didapatkan diagnosa yang benar untuk
menunjang perawatan yang sempurna
Hasil pemeriksaan
27
Pemeriksaan Subyektif
Dari hasil pemeriksaan subyektif didapatkan hasil sebagai berikut:
- Pasien merasakan sakit bila terkena rangsang dingin dan rasa sakit akan berhenti bila
rangsang dihilangkan
- Rasa sakit yang dirasakan pasien hanya berlangsung sebentar
- Rasa sakit yang dirasakan pasien tidak terjadi secara spontan namun hanya terjadi bila
ada rangsang.
Pemeriksaan Objektif
Dari hasil pemeriksaan obyektif didapatkan hasil sebagai berikut:
- Terjadi karies media (karena ditemukan karies pada gigi insisif 1 kanan atas dengan
kedalaman 2 mm)
- Pemeriksaan tekanan, perkusi dan palpasi didaptkan pasien tidak merasakan sakit
- Gingiva disekitar gigi terlihat normal
- Dari hasil tes termal didapatkan:
Tes termal panas : 0
Tes termal dingin : +
Tes termal dilakukan pada 1/3 servikal dikarenakan tubulus dentin di bagian servikal
meiliki jumlah yang lebih banyak. Selain itu lapisan enamel pada 1/3 servikal lebih
tipis.
- Pada tes kavitas tidak menimbulkan suatu reaksi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan:
Nilai rasa ambang sakit pada penderita sangat tinggi sehingga penderita tidak
merasakan sakit
Terjadi remineralisasi yang cukup cepat sehingga menghasilkan dentin yang
lebih tebal
Dari hasil pemeriksaan tes termal, tes kavitas dapat disimpulkan gigi I1 kanan atas
masih vital
Pemeriksaan Rontgen
28
Dari hasil pemeriksaan rontgen didapatkan ruang pulpa dan akar pada gigi I1 kanan atas
normal dan terdapat resorpsi eksternal namun tidak terjadi resorpsi internal sehingga lamina
dura dan membran periodontal terlihat normal
Diagnosis
Dari hasil pemeriksaan terhadap pasien baik pemeriksaan subyektif maupun obyektif di
dapatkan suatu hasil diagnosis yaitu Pulpitis Reversible
Rencana Perawatan:
1. Melakukan perawatan untuk keluhan utama
Dilakukan perwatan pulpitis reversible. Yang harus dilakukan adalah:
a. Mendiagnosis kelainan apa yang terjadi
b. Mempertimbagkan luas atau besar dari karies
c. Mempertimbangkan lokasi dari karies
d. Mempertimbangkan dibutuhkan atau tidaknya estetik bagi penderita
e. Mempertimbangkan keadaan finansial dari penderita
2. Dilakukan penghilangan penyebab dan setelah penyebab dihilangkan dapat dilakukan
penumpatan. Penumpatan yang cocok dalam kasus ini adalah tumpatan plastis kelas 3.
Tumpatan yang diberikan terhadap pasien harus mempertimbangkan kondidi ekonomi
pasien dimanan pasien membutuhkan tingkat estetik yang baik atau tidak.
Prognosa
29
Karena penderita mengalami pulpitis reversible, maka terjadi peningkatan remineralisasi. Hal
ini disebabkan karena oral higyene dari penderita cukup baik. Maka dari itu diperlukan
kontrol oral higyene dengan cara pemberian pengetahuan mengenai oral hygyene.
BAB IV
30
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan baik pemeriksaan subyektif , obyektif dan pemeriksaan radiografi
didapatkan hasil diagnosis pada gigi i1 kanan atas pasien mengalami pulpitis reversible. Hal
ini dikarenakan:
- Pasien merasa sakit apabila terkena rangsang dingin
- Rasa sakit akan menghilang bila rangsang dihilangkan
- Rasa sakit tidak terjadi secara spontan
- Rasa sakit yang dirasakan pasien hanya berlangsung sebentar
- Terjadi karies media (karena ditemukan karies pada gigi insisif 1 kanan atas dengan
kedalaman 2 mm)
- Pemeriksaan tekanan, perkusi dan palpasi didaptkan pasien tidak merasakan sakit
- Dari hasil tes termal didapatkan:
Tes termal panas : 0
Tes termal dingin : +
- Pada tes kavitas didapatkan gigi masih dalam keadaan vital
- Dari hasil pemeriksaan rontgen didapatkan ruang pulpa dan akar pada gigi I1 kanan
atas normal dan terdapat resorpsi eksternal namun tidak terjadi resorpsi internal
sehingga lamina dura dan membran periodontal terlihat normal
Rencana perawatan yang tepat pada pasien setelah didapatkan diagnosa yaitu:
Dilakukan penghilangan penyebab dan setelah penyebab dihilangkan dapat dilakukan
penumpatan. Penumpatan yang cocok dalam kasus ini adalah tumpatan plastis kelas 3.
Tumpatan yang diberikan terhadap pasien harus mempertimbangkan kondidi ekonomi pasien
dimanan pasien membutuhkan tingkat estetik yang baik atau tidak.
31