Upload
ramadhanidl
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan pada dimensia
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat
keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang
komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik
yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science
and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klienss secara
manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita
ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara
sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (handayani, 2008).
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup
biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60
tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik
adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta
membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu
dan teknik keperawatan gerontik ( Maryam, 2012 ).
Sistem neurobehavior terbentuk dari jaringan saraf, sistem saraf pusat dan
sistem saraf perifer. Pada sistem saraf pusat otak merupakan organ paling penting
dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh
organ ini. Anggapan tahap dewasa merupakan tahap tubuh kembang yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara berlahan-lahan itulah yang dikatakan proses penuaan.
Berbagai keadaan/penyakit seperti demensia dapat menimbulkan gangguan fungsi
otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan orientasi (Sudoyo, 2009).
Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai
awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi
semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi
1
kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi
kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku
( Townsend, 2000 ).
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
sehari hari (Arif muttaqin, 2008).
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau
lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan
mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Di Indonesia sendiri pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99%
dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup
usia 65-70 tahun dan pada tahun 2020 di perkirakan akan mencapai 30 juta orang
dengan umur harapan hidup 70-75 tahun ( Widagdo, 2008 ).
Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh
departemen kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun
keatas kasus demensia” (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan
angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan
hidup suatu populasi. Kira – kira 5 % usia lanjut 65 -70 tahun menderita demensia
dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia di atas
85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan
intelektual yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu
masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah ( Maryam, 2012 ).
Sedangkan di Jambi jumlah lansia dari umur rata-rata 70-90 tahun sebagian
besar mengalami kepikunan, dari jumlah lansia 356 dengan umur 60-90 tahun
yang ada di provinsi jambi. Di dapatkan data dari dinas kesehatan provinsi jambi
terdapat jumlah lasia di panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur sekitar 20 orang
pada tahun 2005.
Dampak serangan demensia adalah Penyakit akut atau kronis, seperti gagal
jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke, faktor
hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi
2
dan dehidrasi, kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan
dan pendengaran serta deprivasi tidur, pengobatan, meliputi meminum berbagai
obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat antikolinergik), obat-obat
yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat
mempengaruhi memori, kemampuan belajar ( Silvia, 2006 ).
Peran perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien
dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, membimbing
klien, menerima kondisiya, serta persiapan dalam meghadapi ajal. Pelayanan
kesehatan terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan (
promation ), pencegahan ( prevention ), diagnosa dini dan pengobatan ( early
diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan serta pemulihan
( Maryam , R. Siti ).
Peran perawat untuk demensia yaitu bina hubungan klien-perawat yang
terapeutik/ berkomunikasi verbal dengan menatap wajah klien serta berbicara
dengan suara yang rendah, pendek, instruksi sederhana dan berbicara berlahan-
lahan dengan klien. Dan membimbing klien untuk mengembangkan lingkungan
yang tenang, sehat, serta dibataskan dengan kemampuan klien.
Berdasarkan dari pernyataan yang telah di uraikan di atas penulis tertarik
mengangkat asuhan keperawatan pada Tn. B dengan masalah demensia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana konsep
teoritis Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Demensia di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Luhur.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis dan asuhan keperawatan
pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. B dengan
Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
3
b. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan
gejala pada penyakit Demensia di panti sosial tresna wredha budi luhur.
c. Mahasiswa mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Tn. B
dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
d. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn. B
dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. B dengan
Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
f. Mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada Tn. B dengan Demensia
dipanti sosial tresna wredha budi luhur.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Panti sosial tresna wredha budi luhur
Sebagai masukan rumah sakit dalam peningkatan mutu dan layanan
asuhan keperawatan di panti sosial tresna wredha budi luhur.
2. Manfaat bagi Akademik
Sebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi
ilmu kesahatan harapan ibu jambi mengenai asuhan keperawatan dengan
demensia.
3. Manfaat bagi Mahasiswa
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada
masyarakat tentang demensia, sehingga kita semua menyadari akan
pentingnya kesehatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
sehari hari (Arif muttaqin, 2008).
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi
pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa,
memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan
dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo, 2009).
B. Etiologi
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer.
Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor
genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan
disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit
Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi
kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo (2009).
Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan
serabut saraf yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi. Penyebab ke-2
tersering dari demensia adalah serangan stroke. Stroke tunggal ukurannya kecil
dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara
perlahan (Arif muttaqin, 2008).
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,
daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut
infark. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-
infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing
5
manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak ( Silvia,
2006).
C. Klasifikasi
Menurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis
penyakit sebagai berikut:
1. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik: Hal ini meliputi
hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi, kompleks demensia
AIDS, dan sebagainya.
2. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Neurologi: Kelompok ini
meliputi korea Huntington, penyakit Schilder, dan proses demielinasi lainnya;
penyakit Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak; infeksi otak dan
meningeal; dan sejenisnya.
3. Penyakit dengan demensia sebagai satu-satunya tanda atau tanda yang
mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk dalam
kategori ini.
4. Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia
subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia
yang reversibel dan irreversible.
Menurut : Arif muttaqin (2008), kerusakan struktur otak demensia dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Tipe Alzheimer
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah
penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak
mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
b. Demensia vascular
Demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di
otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat
terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak
6
akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga
sebagai demensia vaskuler.
D. Patofisiologi
Pada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang
mengatur memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan
dengannya. Saat sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana
mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan
kegagalan kemampuan orang untuk melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas
biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang
bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran. Hilangya kemampuan
berbahasa, menurukan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan, dan
timbul perubahan kepribadian. Emosi yang meledak-ledak dan gangguan perilaku,
seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai timbul, dan lambat laun semakin
sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)
Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini
biasanya tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada
orang lain untuk melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan,
minum, BAK BAB. Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan
kerusakan berat neuron korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid
dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan
marfologis dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari
dua ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma,
akson dan dendrit neuron ( Wiwik, 2005).
Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular
yang berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam
sistem saraf pusat , protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat
pembentuk struktural yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan
merupakan komponen penting dari sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).
7
E. Manifestasi Klinis
Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah
sebagai berikut:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
F. Penatalaksanaan
Menurut : ( Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu
1. Farmakoterapi
a) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
b) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah
ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
8
e) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat
anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone).
Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang
serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga
bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu
bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang
senang berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara
rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan
akan memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
a) Diet
b) Latihan fisik yang sesuai
c) Terapi rekreasional dan aktifitas
d) Penanganan terhadap masalah-masalah
G. Komplikasi
Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :
1. Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia,
penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke.
9
2. Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau
tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
3. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan
pendengaran serta deprivasi tidur.
4. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan
pendengaran serta deprivasi tidur.
5. Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama
kombinasi obat yang bersifat antikolinergik).
6. Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter
asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arif muttaqin, (2008) :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis
demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia
khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang
demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,
pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,
hormone tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia
walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran
spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer
stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks
periodik.
10
4. Pemeriksaan cairan otak
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia
akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen
dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes
sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid
polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4.
setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya
frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan
lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon
4 sebagai penanda semakin meningkat.
6. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental,
aktivitas sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk
sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk
fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa,
konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan
neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat
pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
b. Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah
diindentifikaskan demensia.
7. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
adalah test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk
mendeteksi gangguan memori ringan.
11
Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
No Tes Nilai
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5
2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai
kamar)
5
REGISTRASI
3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda
1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai
1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3
ATENSI DAN KAKULASI
4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU”
(nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya
uyahw – 2 nilai
5
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3
BAHASA
6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil,
buku)
2
7. Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
8. Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan
tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”
3
9. Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda” 1
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
12
11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1
TOTAL 30
Skor Nilai 24 – 30 = Normal
Nilai 17 – 23 = Sedang
Nilai 0 – 16 = Berat
I. Pencengahan Dan Perawatan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobby.
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat ( Silvia, 2006)
J. Asuahan Keperawatan
Menurut Maryam, (2012):
1. Pengkajian
a) Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan
dan alamat.
13
b) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang
berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah
kesadaran menurun.
c) Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang
menurun dan tidak mau makan.
d) Psikososial
1) Genogram.
2) Konsep diri.
a. Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran
diri karena proses patologik penyakit.
b. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
c. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian
antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu
diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran
berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber
yang cukup.
d. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemampuan yang ada.
e. Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien
merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
3). Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep
diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang
yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak
sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan
hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan
14
individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang
lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain
dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak
memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian,
isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
4). Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.
Tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya
sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
5). Status mental
a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat
dirinya sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan
adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif,
manerisme, otomatis, steriotipi.
d. Alam perasaan : Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e. Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak
dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami
perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini
menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk
melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn
memampukan kien mengingkari dampak emosional yang
menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari
kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah
tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata
kurang.
15
g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada
panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan,
sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang
paling sering ditemukan adalah halusinasi.
6). Proses berpikin
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien
terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum
diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan
penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau
kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar
perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan
pemikian primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola
pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
7). Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan
orang
8). Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat kejadian
yang baru saja terjadi.
16
9). Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
10). Kemampuan penilaian
Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.
11). Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau
duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam
dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu
sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau
makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak
berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan
berat badan.
c. Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-
kdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres.
Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola
makan.
d. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia
akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak
mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor
penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis.
Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan
delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata
yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.
17
2. Diangnosa Keperawatan
Menurut Arif Muttaqi, ( 2008 ) :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan tidak adekuat
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan
merawat diri
c. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
18
ASUHAN KEPERAWATAN TEOROTIS
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/ KRITERIA HASIL
PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL
1 Devisit perawatan diri yang berhubungan dengan perubahan proses pikir
Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diriKriteria hasil:Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri dan mengidentifikasi personal/ keluarga yang dapat membantu
Mandiri:1. Kaji kemampuan dan tingkat
penurunan dalam melakukan ADL.
2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3. Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.
4. Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan di diket klien agar mampu sendiri mengambilnya
5. Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum, dan meningkatkan aktifitas
Kalaborasi:1. Pemberian supositoria dan pelumas
feses/pencahar.2. Konsul ke dokter terapi okupas
1. Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan penemuan kebutuhan individual.
2. Klien dalam keadaan cemas dan hal ini dilakukan untuk. mencengah frustasi dan harga diri.
3. Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
4. Ketidak mampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbukan masalah pengosongan kandung kemih karena masalah neurogenik
5. Meningkatkan latihan dan menolong mencengah konstipasi.
1. Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi.
2. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
19
2 Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak adekuat
Tujuan: Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Mandiri:1. Evaluasi kemampuan makan klien.
2. Observasi/ timbang berat badan jika memungkinkan.
3. Monitor pemakain alat bantu.
4. Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung seperti mual, dan muntah
Kolaborasi 1. Lakukan pemeriksaan laboratorium
yang diindikasikan, seperti: serum, kreatine, glukosa
1. Klien mengalami kesulitan dalm mempertahankan berat badan mereka, mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
2. Tanda kehilangan berat badan (7-10 %) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot.
3. Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang di tetapkan untuk makan, alat-alat khusus yag membantu makan.
4. Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk memsukkan makanan.
Kolaborasi 1. Memberi informasi yang tepat tentang
keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien
20
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat
Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Kolaborasi :1. Kaji pengetahuan keluarga/ klien
mengenai kebutuhan makanan.2. Usahakan/ beri bantuan dalam memilih
menu.3. Beri Privasi saat kebiasaan makan
menjadi masalah.
4. Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.
5. Hindari makanan yang terlalu panas.
Kolaborasi :1. konsultasikan dengan ahli gizi.
1. Identifikasi kebutuhan membantu perencanaan pendidikan.
2. Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi.
3. Ketidakmampuan menerima dan hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya penyakit.
4. Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai.
5. makanan yang panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan.
1. Meningkatkan status nutrisi
(Arif muttaqin, 2008)
21
BAB III
APLIKASI KASUS
Tn. B usia 79 tahun. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi
fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien
tidak mampu melakukan devisit keperawatan diri secara mandiri melainkan
membutuhkan bantuan orang. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang
berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung
dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan di
diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita demensia yang merupakan bagian
normal dari preses penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24
x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan
kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak
tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak
binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang
satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga
kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang
baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan
kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak
mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan
dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak dan dapat melawan
hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl,
leukosit : 12000 mm3, trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE : Klien
mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.
22
I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama Lansia : Tn. B
Umur : 79 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Status merital : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Bahasa yang digunakan : Daerah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat asal : Jambi
B. Keluhan utama saat pengkajian
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan
memori dan orientasi.
C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan saat ini
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan
memori dan orientasi, dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila
sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga
sering tersinggung dan mudah marah.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C,
RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien
bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien
bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi
klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah
makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan
yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang
mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan
status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien
1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien
23
menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak
mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak
berjalan dengan hati- hati
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di
pabrik alumunium. Klien tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah
dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan, dan klien juga tidak
mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keterangan :
: pasien
: laki-laki
: perempuan
d. Kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi cairan / makanan
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari,
jumlah makan klien klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering
24
makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung
karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga
kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum
klien 1000 cc / hari dengan air mineral.
2) Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas.
Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume urine 400cc, warna kuning, bau
urine khas.
3) Aktivitas – latihan
Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar,
buang air kecil, di bantu orang/ perawat.
4) Tidur – istirahat
Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam
klien kurang lebih 5 jam.
e. Data psikologi
Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih,
klien tampak sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien
tampak menurun karena faktor usia dan merupakan proses penuaan.
Orientasi klien kurang baik karena konsentrasi yang menurun sehingga
klien mengalami penurunan daya ingat dengan nilai 11 (berat)
menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit keperawatan
diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang bila
sedang berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.
Gigi banyak yang tanggal, sehingga bahasa klien kurang jelas dan
kurang bisa dipahami oleh orang lain. Klien mnegalami gangguan
memori jangka pendek dikarenakan klien tidak dapat mengingat kejadian
yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan klien sering lupa jalan saat
bepergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting.
f. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, dan adat
istiadat yang dianut klien yaitu melayu. Dikarenakan klien mengalami
25
gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial
dengan baik.
g. Data spritual
klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering
berdoa.
h. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan sakit
klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan
memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit
keperawan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan
orang.
2. Tanda- tanda vital
Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran
penuh. Tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37oC
menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola pernapasan klien tampak
teratur.
3. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban,
keadaan rambut rontok, kulit kepala kotor dan bau.
4. Mata/ penglihatan
Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih,
ukuran isocor, warna gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks
pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis,
lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa kabur apabila
tidak menggunakan kacamata.
5. Hidung/penciuman
Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi
penciuman klien kurang baik.
6. Telinga/ pendengaran
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat
lesi, kulit telinga berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang
baik, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
26
7. Mulut/pengecap
Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut
merah muda baik, gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap,
kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan. Fungsi mengunyah
kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara kurang
jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8. Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening,
kelenjar tryroid dan sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit
menelan tidak ada.
9. Dada/pernapasan
I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada
batuk dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan
P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan
kanan
P : perkusi dada resonan
A : suara napas vesiculer
10. Kardiovaskuler
I : bentuk jantung simetris.
P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.
P : Perkusi terdapat bunyi pekak
A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan),
biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada
S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub
dan dub sekitar 1 detik / kurang.
11. Abdomen
I : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.
A : Bising usus normal ( 10 x /menit )
P : Tidak teraba masa.
P : Perkusi terdengar : Tympani
27
12. Muskulo skeletal
Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan
klien lambat.
4444 4444
4444 4444
Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
13. Keadaan neurologi
Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan
klien terganggu N. II (optikus), refleks menelan klien terganggu N.
V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII (hipoglosus)
sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis).
14. Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit
normal/ alamiah, keadaan kuku klien tampak kotor.
15. Catatan khusus
Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan
keluarga kurang baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya
perawat.
i. Informasi penunjang
Nama pasien : Tn.B
Diagnosa medik : Demensia
Tgl. Pengkajian : 20 januari 2013
1. laboratorium
a) Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)
b) Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 – 10000 mm3)
c) Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 – 450.000/mm3)
2. Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE)
Nomor Identifikasi :
Nama Responden : Tn. B
Pendidikan : Wiraswasta
Umur : 79 Tahun
No Tes Nilai Hasil
28
Normal pemeriksaan ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5 1
2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit,
lantai kamar)
5 1
REGISTRASI
3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin),
setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan
benar dan catat jumlah pengulangan
3 1
ATENSI DAN KAKULASI
4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik
kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar
sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai
5 2
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3 1
BAHASA
6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan
(pensil, buku)
2 1
7. Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”,
“bila”
1 1
8. Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah
dilantai”
3 1
9. Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata
anda”
1 1
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 1
29
11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1 0
TOTAL 30 11
Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.
3. Obat –obatan
a. Donezepil : 5 mg 3x/hari
b. Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg
c. Galantamine : 3x 3-5 mg
d. Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik
4. Terapi simtomatik
a. Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir
b. Terapi rekreasional dan aktifitas
II. Analisa Data
Nama pasien : Tn. B
Umur : 79 tahun
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. DS: Petugas panti mengatakan klien sering
tersinggung dan mudah marah Perawat mengatakan klien sering lupa
jalan pulang bila berpergian
DO: Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi Klien tampak bingung Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)
perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
Perubahan proses pikir
2. DS: Petugas panti mengatakan klien sulit
mandi, berpakaian dan toileting
DO: Kuku klien tampak kotor Badan klien Bau Penampilan kurang menarik Kulit kepala kotor dan bau
Menurunya kemampuan merawat diri
defisit perawatan diri
30
Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
31
B. Intervensi
Nama pasien : Tn. B
Umur : 79 tahun
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan b.d ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan) d.d DS: Perawat
mengatakan klien sering lupa jalan pulang bila berpergian
DO: Klien tmapak
mengalami kesulitan dalam keseimbangan
Klien tampak bingung
Tujuan :Setelah diberikan tindakan 3 x 24 jam keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan KH: Meningkatkan
tingkat aktifitas Dapat beradaptasi
dengan lingkungan untuk mengurangi resiko cidera
Tidak mengalami cidera/trauma
Mandiri 1. Kaji derajat gangguan kemampuan,
tingkah laku impulsive dan penurunan presepsi visual.
2. Menghilangkan kompor, rice cooker
3. Memperhatikan pola tingkah laku pasien
4. Evaluasi pola tidur.
Kolaborasi1. Berikan obat sesuai indikasi
1. mengidentifikasi resiko dilingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya
2. klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah aweal terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar
3. mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan resiko terjadinya trauma.
4. Kurang tidur dapat mengganggu kemampuan koping klien
Kolaborasi1. Untuk mengurangi rasa defresi pada klien.
2. Defisit perawatan diri b.d menurunnya kemampuan merawat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Mandiri :1. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/
perawatan diri, seperti: keterbatasan 1. Memahami penyebab yg mempengaruhi
intervensi. Masalah dpt diminimalkan dengan
32
diri d.dDS: Perawat
mengatakan klien sulit mandi, berpakaian dan toileting
DO: Kuku klien
tampak kotor Badan klien Bau Penampilan
kurang menarik Kulit kepala kotor
dan bau Mulut klien bau
dan Tampak adanya caries
3 x 24 jam diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan KH :
Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dg tingkat kemampuan.
gerak fisik, apatis/ depresi.
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.
3. Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.
5. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.
2. Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
3. Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dg cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.
4. Pekerjaan yg tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik & perubahan kognitif.
5. Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
C. Implementasi & Evaluasi
Nama pasien : Tn. B
Umur : 79 tahun
33
34
Diagnosa Keperawatan
Tanggal/ jam
Catatan Keperawatan Tanggal/ jam
Perkembangan(Evaluasi)
DX I 19 / 01 / 2013
1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan presepsi visual.Hasil: klien tmpak aktif dalam melakukan aktivitas
2. Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.Hasil : klien tidak menggunakansumber-sumber yang membahayakan dirinya.
3. Memperhatian saat perilaku teragitasi/berbahaya, seperti memanjat pagar tempat tidur.Hasil : klien tidak melakukan hal-hal yang berbahaya
4. Mengevaluasi pola tidur.Hasil : klien tampak tidur dengan baik
5. Kolaborasi dengan obat sesuai indikasiHasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.
19 / 01 / 2013
S : Klien dapat mngatakan hal-hal yang
dapat mencederai dirinyaO : Klien tmapak dapat melakukan
aktivitas sesuai kemapuan Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)
A : masalah teratasi sebagian P : intervensi 1, 4, dan 5 dilanjutkan
DX II 19 / 01 / 2013
1. Mengidentifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,Hasil : klien tidak mampu melakukan secara mandiri
2. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.Hasil : klien belum mampu
melakukan secara mandiri3. Memperhatikan adanya tanda-tanda
nonverbal yg fisiologis.Hasil : klien masih mampu
menggunkan bahasa yang verbal
4. Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.
19 / 01 / 2013
S : Klien mengatakan tidak mampu malakukan perawatan diri secara mandiri
O : Kuku klien tampak kotor Badan klien Bau Penampilan kurang menarik Kulit kepala kotor dan bau Mulut klien bau dan Tampak adanya
cariesA : masalah teratasi sebagian P : intervensi 1, 2 , 4, 5, di lanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat,
dan sistematis. Untuk menenukan kemampuan klien dalam memelihara diri
sendiri, melengkapi dats dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta
memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi
askep fisik, psikis, sosial dan spiritual dengan melalui wawancara, observasi,
dan pemeriksaan.
Saat pengkajian didapatkan bahwa Kondisi fisik Tn. B saat ini
mengalami gangguan memori dan orientasi. Tn. B sering lupa jalan pulang
apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga
sering tersinggung dan mudah marah.
Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai
awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif,
menjadi semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai
segi kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan
fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan
perilaku.
Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus, respon klien dan
keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Secara cermat
lansia mempunyai kemampuan yang maksimal dalam melaksanakan dan
dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari secara optimal. Perbaiki
lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan yang tidak
diinginkan. Dan bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang
dengan sering mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian
dan hal yang pernah terjadi.
35
B. Saran
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam
penulisan kasus ini dan mampu memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai penyakit demensia dengan mengadakan suatu penyuluhan atau
pendidikan kesehatan
36
Daftar Pustaka
Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika
Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep
penelitian demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan
Sistem Neurologi. Jakarta : Selemba medika
Mary, Town Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan Psikiatrik . Jakarta :
EGC
Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Trans Info Media
37