54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klienss secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (handayani, 2008). Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik ( Maryam, 2012 ). 1

Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan pada dimensia

Citation preview

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat

keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang

komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik

yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science

and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klienss secara

manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita

ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara

sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (handayani, 2008).

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang

profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup

biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60

tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan keperawatan gerontik

adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta

membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu

dan teknik keperawatan gerontik ( Maryam, 2012 ).

Sistem neurobehavior terbentuk dari jaringan saraf, sistem saraf pusat dan

sistem saraf perifer. Pada sistem saraf pusat otak merupakan organ paling penting

dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh

organ ini. Anggapan tahap dewasa merupakan tahap tubuh kembang yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah

sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami

penurunan fungsi secara berlahan-lahan itulah yang dikatakan proses penuaan.

Berbagai keadaan/penyakit seperti demensia dapat menimbulkan gangguan fungsi

otak dan dapat menyebabkan gangguan memori dan orientasi (Sudoyo, 2009).

Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai

awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif, menjadi

semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai segi

1

Page 2: Isi

kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi

kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan perilaku

( Townsend, 2000 ).

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual

dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup

sehari-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan

daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan

sehari hari (Arif muttaqin, 2008).

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau

lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan

mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

Di Indonesia sendiri pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99%

dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup

usia 65-70 tahun dan pada tahun 2020 di perkirakan akan mencapai 30 juta orang

dengan umur harapan hidup 70-75 tahun ( Widagdo, 2008 ).

Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh

departemen kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun

keatas kasus demensia” (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan

angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan

hidup suatu populasi. Kira – kira 5 % usia lanjut 65 -70 tahun menderita demensia

dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia di atas

85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan

intelektual yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu

masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah ( Maryam, 2012 ).

Sedangkan di Jambi jumlah lansia dari umur rata-rata 70-90 tahun sebagian

besar mengalami kepikunan, dari jumlah lansia 356 dengan umur 60-90 tahun

yang ada di provinsi jambi. Di dapatkan data dari dinas kesehatan provinsi jambi

terdapat jumlah lasia di panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur sekitar 20 orang

pada tahun 2005.

Dampak serangan demensia adalah Penyakit akut atau kronis, seperti gagal

jantung kongestif, pneumonia, penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke, faktor

hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid, malnutrisi

2

Page 3: Isi

dan dehidrasi, kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan

dan pendengaran serta deprivasi tidur, pengobatan, meliputi meminum berbagai

obat, resep ( terutama kombinasi obat yang bersifat antikolinergik), obat-obat

yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin dapat

mempengaruhi memori, kemampuan belajar ( Silvia, 2006 ).

Peran perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien

dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, membimbing

klien, menerima kondisiya, serta persiapan dalam meghadapi ajal. Pelayanan

kesehatan terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan yaitu peningkatan (

promation ), pencegahan ( prevention ), diagnosa dini dan pengobatan ( early

diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan serta pemulihan

( Maryam , R. Siti ).

Peran perawat untuk demensia yaitu bina hubungan klien-perawat yang

terapeutik/ berkomunikasi verbal dengan menatap wajah klien serta berbicara

dengan suara yang rendah, pendek, instruksi sederhana dan berbicara berlahan-

lahan dengan klien. Dan membimbing klien untuk mengembangkan lingkungan

yang tenang, sehat, serta dibataskan dengan kemampuan klien.

Berdasarkan dari pernyataan yang telah di uraikan di atas penulis tertarik

mengangkat asuhan keperawatan pada Tn. B dengan masalah demensia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana konsep

teoritis Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Demensia di Panti Sosial Tresna

Wredha Budi Luhur.

C. Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis dan asuhan keperawatan

pada Tn. B dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

2.    Tujuan Khusus

a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. B dengan

Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

3

Page 4: Isi

b.    Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan

gejala pada penyakit Demensia di panti sosial tresna wredha budi luhur.

c.    Mahasiswa mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Tn. B

dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

d.   Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn. B

dengan Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

e.    Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. B dengan

Demensia dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

f.     Mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada Tn. B dengan Demensia

dipanti sosial tresna wredha budi luhur.

D. Manfaat Penulisan

1.    Manfaat bagi Panti sosial tresna wredha budi luhur

Sebagai masukan rumah sakit dalam peningkatan mutu dan layanan

asuhan keperawatan di panti sosial tresna wredha budi luhur.

2.    Manfaat bagi Akademik

Sebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi

ilmu kesahatan harapan ibu jambi mengenai asuhan keperawatan dengan

demensia.

3.    Manfaat bagi Mahasiswa

Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada

masyarakat tentang demensia, sehingga kita semua menyadari akan

pentingnya kesehatan.

4

Page 5: Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual

dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari

-hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya

ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan

sehari hari (Arif muttaqin, 2008).

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan

fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi

pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa,

memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan

dan kemampuan social (Aru w. Sudoyo, 2009).

B. Etiologi

Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer.

Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor

genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan

disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit

Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi

kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan

sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo (2009).

Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan

serabut saraf yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi. Penyebab ke-2

tersering dari demensia adalah serangan stroke. Stroke tunggal ukurannya kecil

dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara

perlahan (Arif muttaqin, 2008).

Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,

daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut

infark. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-

infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing

5

Page 6: Isi

manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak ( Silvia,

2006).

C. Klasifikasi

Menurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis

penyakit sebagai berikut:

1. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik: Hal ini meliputi

hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi, kompleks demensia

AIDS, dan sebagainya.

2. Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Neurologi: Kelompok ini

meliputi korea Huntington, penyakit Schilder, dan proses demielinasi lainnya;

penyakit Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak; infeksi otak dan

meningeal; dan sejenisnya.

3. Penyakit dengan demensia sebagai satu-satunya tanda atau tanda yang

mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk dalam

kategori ini.

4. Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia

subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia

yang reversibel dan irreversible.

Menurut : Arif muttaqin (2008), kerusakan struktur otak demensia dibagi

menjadi 2 yaitu :

a. Tipe Alzheimer

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah

penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak

mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan

sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,

kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

b. Demensia vascular

Demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di

otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat

terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak

6

Page 7: Isi

akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga

sebagai demensia vaskuler.

D. Patofisiologi

Pada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang

mengatur memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan

dengannya. Saat sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana

mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan

kegagalan kemampuan orang untuk melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas

biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang

bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran. Hilangya kemampuan

berbahasa, menurukan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan, dan

timbul perubahan kepribadian. Emosi yang meledak-ledak dan gangguan perilaku,

seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai timbul, dan lambat laun semakin

sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)

Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini

biasanya tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada

orang lain untuk melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan,

minum, BAK BAB. Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan

kerusakan berat neuron korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid

dalam pembuluh darah intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan

marfologis dan biokimia pada neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari

dua ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi soma,

akson dan dendrit neuron ( Wiwik, 2005).

Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular

yang berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam

sistem saraf pusat , protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat

pembentuk struktural yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan

merupakan komponen penting dari sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).

7

Page 8: Isi

E. Manifestasi Klinis

Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah

sebagai berikut:

1.    Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,

“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2.    Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,

bulan, tahun, tempat penderita demensia berada

3.    Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,

mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali

4.    Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat

sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan

orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia

kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.

5.    Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan

gelisah.

F. Penatalaksanaan

Menurut : ( Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu

1.    Farmakoterapi

a)    Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan

antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,

Memantine

b)    Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti

Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah

ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.

c)    Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,

tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan

dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang

berhubungan dengan stroke.

d)   Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-

depresi seperti Sertraline dan Citalopram.

8

Page 9: Isi

e)    Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,

yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat

anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone).

Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang

serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang

mengalami halusinasi atau paranoid.

2. Dukungan atau Peran Keluarga

a.    Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu

penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang

terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga

bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.

b.    Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu

bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang

senang berjalan-jalan.

c.    Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara

rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

d.   Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan

akan memperburuk keadaan.

e.    Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan

perawatan, akan sangat membantu.

3. Terapi Simtomatik

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,

meliputi :

a)         Diet

b)        Latihan fisik yang sesuai

c)         Terapi rekreasional dan aktifitas

d)        Penanganan terhadap masalah-masalah

G. Komplikasi

Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :

1. Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia,

penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke.

9

Page 10: Isi

2. Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau

tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.

3. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan

pendengaran serta deprivasi tidur.

4. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan

pendengaran serta deprivasi tidur.

5. Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama

kombinasi obat yang bersifat antikolinergik).

6. Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter

asetikolin dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar.

H. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Arif muttaqin, (2008) :

1. Pemeriksaan laboratorium rutin

Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis

demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia

khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang

demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,

pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan

laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah

lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,

hormone tiroid, kadar asam folat.

2.      Imaging

Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance

Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia

walaupun hasilnya masih dipertanyakan.

3.      Pemeriksaan EEG

Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran

spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer

stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks

periodik.

10

Page 11: Isi

4.      Pemeriksaan cairan otak

Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia

akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen

dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes

sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.

5.      Pemeriksaan genetika

Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid

polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4.

setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya

frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan

lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon

4 sebagai penanda semakin meningkat.

6.      Pemeriksaan neuropsikologis

Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental,

aktivitas sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi

Alzheimer Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk

sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk

fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa,

konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan

neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan

untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat

pemeriksaan neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:

a.         Mampu menyaring secara cepat suatu populasi

b.       Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah

diindentifikaskan demensia.

7.      Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)

adalah test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk

mendeteksi gangguan memori ringan.

11

Page 12: Isi

Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)

No Tes Nilai

ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5

2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai

kamar)

5

REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda

1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai

1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien

dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3

ATENSI DAN KAKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan

setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU”

(nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya

uyahw – 2 nilai

5

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3

BAHASA

6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil,

buku)

2

7. Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1

8. Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan

tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”

3

9. Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda” 1

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1

12

Page 13: Isi

11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1

TOTAL 30

Skor Nilai 24 – 30 = Normal

Nilai 17 – 23 = Sedang

Nilai 0 – 16 = Berat

I. Pencengahan Dan Perawatan Demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa

mengoptimalkan fungsi otak, seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol

dan zat adiktif yang berlebihan.

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan

setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobby.

5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat ( Silvia, 2006)

J. Asuahan Keperawatan

Menurut Maryam, (2012):

1.    Pengkajian

a)    Identitas

Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku

bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan

dan alamat.

13

Page 14: Isi

b)   Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang

berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah

kesadaran menurun.

c)    Pemeriksaan fisik

Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi

menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang

menurun dan tidak mau makan.

d)   Psikososial

1)   Genogram.

2)   Konsep diri.

a.    Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran

diri karena proses patologik penyakit.

b.    Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan

individu.

c.    Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian

antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu

diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran

berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber

yang cukup.

d.   Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan

kemampuan yang ada.

e.    Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien

merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.

3). Hubungan sosial

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang

disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi

sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep

diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang

yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak

sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan

hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan

14

Page 15: Isi

individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang

lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain

dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak

memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian,

isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.

4). Spiritual

Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.

Tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya

sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

5). Status mental

a.    Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat

dirinya sendiri.

b.   Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

c.    Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan

adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif,

manerisme, otomatis, steriotipi.

d.   Alam perasaan : Klien nampak ketakutan dan putus asa.

e.    Afek dan emosi.

Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak

dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami

perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini

menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk

melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn

memampukan kien mengingkari dampak emosional yang

menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien

mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari

kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah

tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen

f.     Interaksi selama wawancara

Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata

kurang.

15

Page 16: Isi

g.    Persepsi

Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional

terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada

panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan,

sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang

paling sering ditemukan adalah halusinasi.

6). Proses berpikin

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,

tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien

terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum

diterima.

Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan

penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau

kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak

menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar

perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan

pemikian primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi

(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola

pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang

sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.

7). Tingkat kesadaran

Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan

orang

8). Memori

a.    Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat mengingat

kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan.

b.   Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak dapat mengingat

kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.

c.    Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat kejadian

yang baru saja terjadi.

16

Page 17: Isi

9). Tingkat konsentrasi

Klien tidak mampu berkonsentrasi

10). Kemampuan penilaian

Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.

11). Kebutuhan klien sehari-hari

a.    Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau

duduk dan gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam

dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu

sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.

b.    Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau

makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak

berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan

berat badan.

c.    Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-

kdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres.

Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola

makan.

d.   Mekanisme koping

Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia

akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan

mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak

mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor

penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis.

Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan

delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata

yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

17

Page 18: Isi

2. Diangnosa Keperawatan

Menurut Arif Muttaqi, ( 2008 ) :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

asupan tidak adekuat

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan

merawat diri

c. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

18

Page 19: Isi

ASUHAN KEPERAWATAN TEOROTIS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN/ KRITERIA HASIL

PERENCANAANINTERVENSI RASIONAL

1 Devisit perawatan diri yang berhubungan dengan perubahan proses pikir

Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diriKriteria hasil:Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri dan mengidentifikasi personal/ keluarga yang dapat membantu

Mandiri:1.      Kaji kemampuan dan tingkat

penurunan dalam melakukan ADL.

2.      Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.

3.      Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.

4.      Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan di diket klien agar mampu sendiri mengambilnya

5.      Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum, dan meningkatkan aktifitas

Kalaborasi:1.      Pemberian supositoria dan pelumas

feses/pencahar.2.      Konsul ke dokter terapi okupas

1.      Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan penemuan kebutuhan individual.

2.      Klien dalam keadaan cemas dan hal ini dilakukan untuk. mencengah frustasi dan harga diri.

3.      Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.

4.      Ketidak mampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbukan masalah pengosongan kandung kemih karena masalah neurogenik

5.      Meningkatkan latihan dan menolong mencengah konstipasi.

1.      Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi.

2.      Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

19

Page 20: Isi

2 Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak adekuat

Tujuan: Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil:

Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

Mandiri:1.      Evaluasi kemampuan makan klien.

2.      Observasi/ timbang berat badan jika memungkinkan.

3.      Monitor pemakain alat bantu.

4.      Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung seperti mual, dan muntah

Kolaborasi 1.      Lakukan pemeriksaan laboratorium

yang diindikasikan, seperti: serum, kreatine, glukosa

1.      Klien mengalami kesulitan dalm mempertahankan berat badan mereka, mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.

2.      Tanda kehilangan berat badan (7-10 %) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot.

3.      Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang di tetapkan untuk makan, alat-alat khusus yag membantu makan.

4.      Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk memsukkan makanan.

Kolaborasi 1.      Memberi informasi yang tepat tentang

keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien

20

Page 21: Isi

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat

Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Kolaborasi :1.      Kaji pengetahuan keluarga/ klien

mengenai kebutuhan makanan.2.      Usahakan/ beri bantuan dalam memilih

menu.3.      Beri Privasi saat kebiasaan makan

menjadi masalah.

4.      Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.

5.      Hindari makanan yang terlalu panas.

Kolaborasi :1.      konsultasikan dengan ahli gizi.

1.      Identifikasi kebutuhan membantu  perencanaan pendidikan.

2.        Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi.

3.      Ketidakmampuan menerima dan hambatan sosial dari kebiasaan makan berkembang seiring berkembangnya penyakit.

4.      Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai.

5.      makanan yang panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan.

1.      Meningkatkan status nutrisi

(Arif muttaqin, 2008)

21

Page 22: Isi

BAB III

APLIKASI KASUS

Tn. B usia 79 tahun. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi

fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien

tidak mampu melakukan devisit keperawatan diri secara mandiri melainkan

membutuhkan bantuan orang. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang

berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung

dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan di

diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita demensia yang merupakan bagian

normal dari preses penuaan.

Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24

x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan

kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak

tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak

binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang

satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,

mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga

kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang

baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan

kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak

mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan

dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak dan dapat melawan

hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl,

leukosit : 12000 mm3, trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE : Klien

mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

22

Page 23: Isi

I. Pengkajian

A. Identitas Klien

Nama Lansia : Tn. B

Umur : 79 tahun

Jenis kelamin : Laki- laki

Status merital : Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu

Bahasa yang digunakan : Daerah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat asal : Jambi

B. Keluhan utama saat pengkajian

Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan

memori dan orientasi.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan saat ini

Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan

memori dan orientasi, dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila

sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga

sering tersinggung dan mudah marah.

Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C,

RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien

bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien

bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi

klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah

makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan

yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang

mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan

status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien

1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien

23

Page 24: Isi

menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak

mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak

berjalan dengan hati- hati

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di

pabrik alumunium. Klien tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah

dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan, dan klien juga tidak

mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan :

: pasien

: laki-laki

: perempuan

d. Kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi cairan / makanan

Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari,

jumlah makan klien klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering

24

Page 25: Isi

makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung

karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga

kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum

klien 1000 cc / hari dengan air mineral.

2) Eliminasi

Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas.

Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume urine 400cc, warna kuning, bau

urine khas.

3) Aktivitas – latihan

Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar,

buang air kecil, di bantu orang/ perawat.

4) Tidur – istirahat

Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam

klien kurang lebih 5 jam.

e. Data psikologi

Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih,

klien tampak sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien

tampak menurun karena faktor usia dan merupakan proses penuaan.

Orientasi klien kurang baik karena konsentrasi yang menurun sehingga

klien mengalami penurunan daya ingat dengan nilai 11 (berat)

menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit keperawatan

diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang bila

sedang berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.

Gigi banyak yang tanggal, sehingga bahasa klien kurang jelas dan

kurang bisa dipahami oleh orang lain. Klien mnegalami gangguan

memori jangka pendek dikarenakan klien tidak dapat mengingat kejadian

yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan klien sering lupa jalan saat

bepergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting.

f. Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, dan adat

istiadat yang dianut klien yaitu melayu. Dikarenakan klien mengalami

25

Page 26: Isi

gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial

dengan baik.

g. Data spritual

klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering

berdoa.

h. Pemeriksaan fisik

1.      Keadaan sakit

klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan

memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit

keperawan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan

orang.

2.      Tanda- tanda vital

Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran

penuh. Tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37oC

menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola pernapasan klien tampak

teratur.

3.      Kepala

Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban,

keadaan rambut rontok, kulit kepala kotor dan bau.

4.      Mata/ penglihatan

Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih,

ukuran isocor, warna gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks

pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis,

lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa kabur apabila

tidak menggunakan kacamata.

5.      Hidung/penciuman

Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi

penciuman klien kurang baik.

6.      Telinga/ pendengaran

Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat

lesi, kulit telinga berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang

baik, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

26

Page 27: Isi

7.      Mulut/pengecap

Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut

merah muda baik, gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap,

kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan. Fungsi mengunyah

kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara kurang

jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.

8.      Leher

Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening,

kelenjar tryroid dan sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit

menelan tidak ada.

9.      Dada/pernapasan

I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada

batuk dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan

P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan

kanan

P : perkusi dada resonan

A : suara napas vesiculer

10.  Kardiovaskuler

I : bentuk jantung simetris.

P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.

P : Perkusi terdapat bunyi pekak

A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan),

biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada

S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub

dan dub sekitar 1 detik / kurang.

11.  Abdomen

I : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.

A : Bising usus normal ( 10 x /menit )

P : Tidak teraba masa.

P : Perkusi terdengar : Tympani

27

Page 28: Isi

12.  Muskulo skeletal

Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan

klien lambat.

4444 4444

4444 4444

Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.

13.  Keadaan neurologi

Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan

klien terganggu N. II (optikus), refleks menelan klien terganggu N.

V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII (hipoglosus)

sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis).

14.  Integumen/kulit

Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit

normal/ alamiah, keadaan kuku klien tampak kotor.

15.  Catatan khusus

Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan

keluarga kurang baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya

perawat.

i. Informasi penunjang

Nama pasien : Tn.B

Diagnosa medik : Demensia

Tgl. Pengkajian : 20 januari 2013

1.         laboratorium

a)        Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)

b)        Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 – 10000 mm3)

c)        Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 – 450.000/mm3)

2.      Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE)

Nomor Identifikasi :

Nama Responden : Tn. B

Pendidikan : Wiraswasta

Umur : 79 Tahun

No Tes Nilai Hasil

28

Page 29: Isi

Normal pemeriksaan ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5 1

2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit,

lantai kamar)

5 1

REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin),

setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga

nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang

benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan

benar dan catat jumlah pengulangan

3 1

ATENSI DAN KAKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar.

Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik

kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar

sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai

5 2

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3 1

BAHASA

6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan

(pensil, buku)

2 1

7. Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”,

“bila”

1 1

8. Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu

dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah

dilantai”

3 1

9. Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata

anda”

1 1

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 1

29

Page 30: Isi

11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1 0

TOTAL 30 11

Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

3.    Obat –obatan

a.    Donezepil : 5 mg 3x/hari

b.    Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg

c.    Galantamine : 3x 3-5 mg

d.   Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik

4.    Terapi simtomatik

a.    Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir

b.    Terapi rekreasional dan aktifitas

II. Analisa Data

Nama pasien : Tn. B

Umur : 79 tahun

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS:        Petugas panti mengatakan klien sering

tersinggung dan mudah marah        Perawat mengatakan klien sering lupa

jalan pulang bila berpergian

DO:        Klien tampak mengalami gangguan

memori dan orientasi        Klien tampak bingung        Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)

perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

Perubahan proses pikir

2. DS:        Petugas panti mengatakan klien sulit

mandi, berpakaian dan toileting

DO:        Kuku klien tampak kotor        Badan klien Bau         Penampilan kurang menarik        Kulit kepala kotor dan bau

Menurunya kemampuan merawat diri

defisit perawatan diri

30

Page 31: Isi

        Mulut klien bau dan Tampak adanya caries

31

Page 32: Isi

B. Intervensi

Nama pasien : Tn. B

Umur : 79 tahun

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional

1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan b.d ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan) d.d DS:        Perawat

mengatakan klien sering lupa jalan pulang bila berpergian

DO:        Klien tmapak

mengalami kesulitan dalam keseimbangan

        Klien tampak bingung

Tujuan :Setelah diberikan tindakan 3 x 24 jam keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan KH: Meningkatkan

tingkat aktifitas Dapat beradaptasi

dengan lingkungan untuk mengurangi resiko cidera

Tidak mengalami cidera/trauma

Mandiri 1. Kaji derajat gangguan kemampuan,

tingkah laku impulsive dan penurunan presepsi visual.

2. Menghilangkan kompor, rice cooker

3. Memperhatikan pola tingkah laku pasien

4. Evaluasi pola tidur.

Kolaborasi1.      Berikan obat sesuai indikasi

1. mengidentifikasi resiko dilingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya

2. klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah aweal terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar

3. mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan resiko terjadinya trauma.

4. Kurang tidur dapat mengganggu kemampuan koping klien

Kolaborasi1.      Untuk mengurangi rasa defresi pada klien.

2. Defisit perawatan diri b.d menurunnya kemampuan merawat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Mandiri :1.    Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/

perawatan diri, seperti: keterbatasan 1.      Memahami penyebab yg mempengaruhi

intervensi. Masalah dpt diminimalkan dengan

32

Page 33: Isi

diri d.dDS:        Perawat

mengatakan klien sulit mandi, berpakaian dan toileting

DO:        Kuku klien

tampak kotor        Badan klien Bau         Penampilan

kurang menarik        Kulit kepala kotor

dan bau        Mulut klien bau

dan Tampak adanya caries

3 x 24 jam diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai dengan kemampuannya dengan KH :

         Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dg tingkat kemampuan.

gerak fisik, apatis/ depresi.

2.    Identifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.

3.    Perhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.

4.    Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.

5.    Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.

menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.

2.      Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.

3.      Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dg cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan memegang dirinya.

4.      Pekerjaan yg tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik & perubahan kognitif.

5.      Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.

C. Implementasi & Evaluasi

Nama pasien : Tn. B

Umur : 79 tahun

33

Page 34: Isi

34

Diagnosa Keperawatan

Tanggal/ jam

Catatan Keperawatan Tanggal/ jam

Perkembangan(Evaluasi)

DX I 19 / 01 / 2013

1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan presepsi visual.Hasil: klien tmpak aktif dalam melakukan aktivitas

2. Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.Hasil : klien tidak menggunakansumber-sumber yang membahayakan dirinya.

3. Memperhatian saat perilaku teragitasi/berbahaya, seperti memanjat pagar tempat tidur.Hasil : klien tidak melakukan hal-hal yang berbahaya

4. Mengevaluasi pola tidur.Hasil : klien tampak tidur dengan baik

5. Kolaborasi dengan obat sesuai indikasiHasil : donezepil, citalopram, dan galantamine.

19 / 01 / 2013

S :        Klien dapat mngatakan hal-hal yang

dapat mencederai dirinyaO :        Klien tmapak dapat melakukan

aktivitas sesuai kemapuan        Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)

A : masalah teratasi sebagian P : intervensi 1, 4, dan 5 dilanjutkan

DX II 19 / 01 / 2013

1.      Mengidentifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,Hasil : klien tidak mampu melakukan secara mandiri

2.      Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca mata, & gosok gigi.Hasil : klien belum mampu

melakukan secara mandiri3.      Memperhatikan adanya tanda-tanda

nonverbal yg fisiologis.Hasil : klien masih mampu

menggunkan bahasa yang verbal

4.      Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.

19 / 01 / 2013

S : Klien mengatakan tidak mampu malakukan perawatan diri secara mandiri

O :         Kuku klien tampak kotor        Badan klien Bau         Penampilan kurang menarik        Kulit kepala kotor dan bau        Mulut klien bau dan Tampak adanya

cariesA : masalah teratasi sebagian P : intervensi 1, 2 , 4, 5, di lanjutkan

Page 35: Isi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Status kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat,

dan sistematis. Untuk menenukan kemampuan klien dalam memelihara diri

sendiri, melengkapi dats dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta

memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi

askep fisik, psikis, sosial dan spiritual dengan melalui wawancara, observasi,

dan pemeriksaan.

Saat pengkajian didapatkan bahwa Kondisi fisik Tn. B saat ini

mengalami gangguan memori dan orientasi. Tn. B sering lupa jalan pulang

apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga

sering tersinggung dan mudah marah.

Salah satu penyakit degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai

awitan tersembunyi dan membahayakan serta secara umum progresif,

menjadi semakin memburuk. Gambaran khusus meliputi kehilangan berbagai

segi kemampuan intelektual, seperti memori, penilaian, pikiran abstrak, dan

fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada keperibadian dan

perilaku.

Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus, respon klien dan

keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Secara cermat

lansia mempunyai kemampuan yang maksimal dalam melaksanakan dan

dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari secara optimal. Perbaiki

lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan yang tidak

diinginkan. Dan bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang

dengan sering mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian

dan hal yang pernah terjadi.

35

Page 36: Isi

B. Saran

Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan

keperawatan yang telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam

penulisan kasus ini dan mampu memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai penyakit demensia dengan mengadakan suatu penyuluhan atau

pendidikan kesehatan

36

Page 37: Isi

Daftar Pustaka

Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika

Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep

penelitian demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.

Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan

Sistem Neurologi. Jakarta : Selemba medika

Mary, Town Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan Psikiatrik . Jakarta :

EGC

Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta :

Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC

Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta : Trans Info Media

37