Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Document1BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangKurkumin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada ekstraktemulawak, temugiring, dan kunyit. Secara tradisional, kurkumin sudah dimanfaatkandalam pengobatan di Asia, termasuk Indonesia. Kurkumin memiliki beberapaaktivitas antara lain antiinflamasi, antioksidan, antidiabetes, antibakteri, antifungi,antiprotozoa, antivirus, hipotensif, dan hipokolesteremik (Chattopadhyay, 2004).Kurkumin merupakan salah satu senyawa dengan bioavailabilitas rendah karenamengalami metabolisme lintas pertama pada saluran pencernaan. Bisht dkk. (2007)juga menambahkan bahwa rendahnya kelarutan yang dimiliki kurkumin dalam airserta bioavailabilitanya yang rendah sehingga untuk menimbulkan efek farmakologisdiperlukanpemberian dalam dosis yang besar. Keterbatasan bioavailabilitaskurkumin tersebutdapat di atasi denganmemformulasikankurkumin denganpolimer kitosan dalam bentuk nanopartikel.Kitosan merupakan polimer alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin(Hejazi dan Amiji, 2003). Indonesia merupakan salah satu negara yang memilikibahan baku yang cukup melimpah untuk mengolahnya. Kitosan memiliki potensiaplikasi yang luas. Saat ini telah banyak penelitian pemanfaatan kitosan menjadinanopartikel sebagai penghantar obat bagi berbagai target terapi (Irianto dan Ijah,22011). Nanopartikel kitosan yang berperan sebagai pembawa yang dipandang sangatmenjanjikan untuk meningkatkan bioavailabilitas biomolekul, karena memilikikemampuan difusi dan penetrasi yang lebih baik ke dalam lapisan mukus (Takeuchidkk., 2001).Salah satu metode preparasi nanopartikel denganmenggunakan polimerkitosan yaitu gelasi ionik. Gelasi ionik merupakan metode yang banyak menarikperhatian peneliti dikarenakan prosesnya yang sederhana, tidak menggunakan pelarutorganik, dan dapat dikontrol dengan mudah. Metode ini berkaitan dengan terjadinyapembentukan kompleks oleh muatan yang saling berlawanan yang kemudianmembentuk gel dalam ukuran nanopartikel (Racovitadkk., 2008). Muatan yangberlawanan berasal dari muatan positif gugus amina kitosan yang terprotonasi dalamsuasana asam dengan atom oksigen pada kurkumin yang bermuatan parsial negatif.Dengan demikian, partikel kurkumin terselubungi oleh polimer kitosan menghasilkangel dalam ukuran nanopartikel.Peningkatan stabilitas dari kompleks nanopartikel kurkumin dan kitosanmemerlukan penambahan suatu senyawa sebagai crosslinker yang dapat mengikatsisa kitosan tanpa bersaing dengan kurkumin. Salah satu crosslinker yang dapatdigunakan adalah biopolimer alginat yang tersedia melimpah di alam serta bersifatbiodegradabel, biokompatibel, dan nontoksik. Kitosan juga banyak digunakanbersama polianion tripolifosfat (TPP) dalam berbagai penelitian formulasinanopartikel dengan menggunakan metode gelasi ionik.3Nanopartikel kurkumin dengan kitosan sebagai pembawa yang dipreparasidengan metode gelasi ionik pada umumnya memiliki distibusi ukuran partikel yangsangat lebar (indeks polidispersitas yang tinggi) dan tingkat stabilitas yang rendah.Kedua hal ini sangat tidak diharapkan dalam aplikasi nanopartikel kurkumin dalampencapaian keakuratan dalam mencapai target. Oleh karenanya, pada penelitian inidengan tujuan untuk memperoleh metode yang efektif dan sederhana dalam membuatnanopartikel kurkumin dengan tingkat keseragaman ukuran dan stabilitas yang tinggidiikaji lebih lanjut melalui teknik reinforcement gelasi ionik. Teknik reinforcementgelasi ionik dilakukan dengan penggunaan kalsium klorida sebagai agen sambungsilang antar ion untuk memperkuat matriks kitosan, tripolifosfat serta alginat.Nanopartikel kurkumin-kitosan kemudian dikarakterisasi meliputi ukuran partikel,zeta potensial, morfologi nanopartikel, efisiensi penjerapan dan pengamatan gugusfungsi, selanjutnya dilakukan pengujian stabilitas pada media lambung dan ususbuatan.B.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah daripenelitian ini adalah :1.Apakahnanopartikelkurkumindapatdiformulasikandenganteknikreinforcement gelasi ionik?2.Bagaimanakarakteristikdarinanopartikelkurkumindenganteknikreinforcement gelasi ionik?43.Bagaimana stabilitas dari nanopartikel kurkumin pada cairan lambung buatandan usus buatan?C.Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah :1.Memperoleh formulasi nanopartikel kurkumin dengan teknik reinforcementgelasi ionik.2.Mengetahui karakteristikdari nanopartikel kurkumin dengan teknikreinforcement gelasi ionik.3.Mengetahui stabilitas dari nanopartikel kurkumin pada cairan lambung buatandan usus buatan.D.Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah :1.Bagi penelitian di bidang formulasi khususnya nanopartikel, menjadi sumberinformasi mengenai pengembangan formulasi nanopartikel kurkumin sebagaisistem penghantaran obat kurkumin sehingga menghasilkan terapi yangefektif.2.Bagi institusi dapat digunakan oleh pihak terkait untuk menjadi motivasidalam mengembangkanformulasi nanopartikel kurkumin sertauntukpengembangan teknologi nanopartikel yang lebih lanjut dan menjadi acuanbagi penelitian-penelitian selanjutnya.53.Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dapat dijadikan masukan sebagaiperkembangan metode sistem penghantaranobat melaluipemanfaatankitosan,tripolifosfat,danalginatsebagaipolimeralami,sehinggamenghasilkan terapi yang efektif dan ekonomis.6BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.KurkuminKurkumin(1,7bis(4-hidroksi-3-metoksifenil)1,6-heptadiena-3,5dion)merupakan bagian terbesar pigmen kuning yang terdapat dalam rimpang kunyit(Curcuma longa L.) yang menurut Chattopadhyay, (2004) memiliki aktivitasantiinflamasi, antioksidan, antidiabetes, antibakteri, antifungi, antiprotozoa, antivirus,hipotensif, dan hipokolesteremik. Pengujian klinis memperlihatkan bahwa kurkuminaman untuk manusia bahkan pada dosis tinggi (12 gram/hari) tetapi memilkibioavailabilitas yang sangat rendah. Kurkumin tidak terdeteksi pada hati, hanyaterdapat pada mukosa saluran cerna dengan dosis oral mencapai 1000 mg/kg padabinatang pengerat (Bisht dkk,. 2011). CH O3HO OO OCH3OHGambar 1. Struktur kurkuminProfil farmakokinetika kurkumin menunjukkan kadar dalam darah yangsangat eratik (naik turun) dan cepat hilang dari peredaran darah (Kustaniah,2001). Profil farmakokinetik yang kurang baik ini diduga karena sifat kurkuminbersifat sukar larut dalam air, sehingga mengakibatkan kecepatan disolusinya danketersediaan hayatinya rendah.7Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut dalam etanol, DMSO, danaseton (Aggarwaldkk., 2006). Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebutdiperlukan sistem penghantaran yang murah dan mempunyai kemampuan yangdiinginkan, seperti mukoadesif, protektif, meningkatkan solubilitas, meningkatkanpenyerapan dan dapat mengontrol pelepasan obat. Salah satu strategi yang dapatdilakukan yaitu dengan memformulasikan kurkumin dengan polimer tertentumenjadi sediaan nanopartikel yang akan meningkatkan bioavailabilitas kurkumindengan cara memperbaiki absorbsi kurkumin.Kurkumin yang telah diformulasidalam bentuk nanopartikel kitosan memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi apabiladibandingkan dengan kurkumin saja (Irianto, 2013).B.KitosanKitosan adalah jenis polimer alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin.Kitosan mempunyai sifat yang khas yakni bioaktifitas, biodegradasi dan tidakberacun. Kitosan merupakan jenis polimer alam yang mempunyai rantai tidak linierdan mempunyai rumus (C H NO ) , mempunyai sifat tidak berbau, berwarna putih6114ndan terdiri dari dua jenis polimer yaitu poli (2-deoksi,2-asetilamin,2-glukosa) danpoli(2-deoksi,2- amino glukosa) yang berikatan secara beta (1,4). Kitosan larut dalampelarut organik, HCl encer, HNO encer, dan H PO 0,5%, tetapi tidak larut dalam334basa kuat dan H SO . Sifat kelarutan kitosan ini dipengaruhi oleh bobot molekul dan24derajat deasetilasi. Kitosan rantai pendek lebih mudah larut dalam pelarut asamorganik, seperti asam asetat, asam sitrat dan asam tartarat apabila dibandingkan8dengan kitosan rantai panjang dan rantai sedang. Bobot molekul kitosan beragam,bergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi (Sugita, 2010).O H H H NH2 H OH CH OH2 H * OO H H H NH2 H OH CH OH2 H O * nGambar 2. Struktur kitosanKulit udang atau kepiting merupakan bahan baku penghasil kitin dan kitosan.Kitosan bersifat polikationik pada suasana asam karena terjadi protonasi gugusamino dan membentuk gel dalam lambung. Struktur yang dimiliki kitosan yangmirip selulosa dan kemampuannya membentuk gel dalam suasana asam, kitosanmemiliki sifat-sifat sebagai matriks dalam sistem pengantaran obat (Sutriyo dkk.,2005). Mutu kitosan ditentukan dari nilai derajat deasetilasi (DD), kadar air, kadarabu, dan bobot molekul (BM).Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,misalnyafarmasi, biokimia, kosmetika, industri pangan, dan industri tekstilmendorong untuk terus dikembangkannya berbagai penelitian yang menggunakankitosan, termasuk melakukan modifikasi kitosan secara kimia atau fisik. Modifikasikimia menghasilkan perbaikan stabilitas kitosan melalui fungsionalisasi gugus fungsiyang ada, perbaikan ukuran pori kitosan dengan menggunakan senyawa porogen, dandapat menaikkan kapasitas adsorpsi kitosan apabila kitosan dipadukan denganpolimer lain. Modifikasi fisik pada kitosan mencakup perubahan ukuran partikel ataubutir kitosan menjadi lebih kecil untuk pemanfaatan yang lebih luas. Oleh karena itu,9perkembangan modifikasi fisik mengarah ke bentuk nanopartikel (Wahyono, 2010).Pembuatan nanopartikel dipengaruhi olehbeberapafaktor, antaralainkomposisi material dan metode yang digunakan. Untuk nanopartikel kitosan,komposisi material yang digunakan adalah kitosan, TPP dan surfaktan (asam oleat).Metode pembuatan nanopartikel merupakan faktor lain yang menentukan selainkomposisi material. Banyak metode yang dikembangkan untuk menghasilkannanopartikel dan morfologi yang seragam (Wahyono, 2010). Sampai saat ini,penelitian nanopartikel kitosan terus dikembangkan, baik dalam penentuan komposisimaupun pencarian metode yang sesuai. Akan tetapi dalam pembuatan kitosan yangberstabilitas dan berkualitas tinggi, biasanya diperlukan metode yang cukup sulit.Untuk itu, dilakukan teknik atau metode yang prosesnya lebih efisien dan sederhanauntuk memudahkan dalam pembuatan nano kitosan.Pengujian karakteristik nano kitosan dilakukan dengan proses gelasi ionik, sertaperlakuan pengecilan ukuran (sizing) dilakukan dengan alat magneticstirer,homogenizerultrasonik dan metode sonokimia.Metode ini bertujuan untukmengetahui dan mendapatkan nano kitosan yang terbaik diantara ketiga metodetersebut agar nano kitosan yang dihasilkan memiliki stabilitas konstan, berukuranpartikel terkecil, berkualitas baik, serta mendapatkan metode yang paling sederhanadalam pembuatannya, sehingga dapat meningkatkan skala produksi.10C.Natrium AlginatNatrium alginat merupakan garam natrium dari asam alginat, suatu campuranasam poliuronat yang terdiri dari residu D-asam mannuronat dan L-asam guluronat.Asam alginat diekstraksi dari ganggang coklat dan dinetralisasi dengan natriumbikarbonat untuk membentuk natrium alginat (Rowe dkk., 2009). Natrium alginatberwarna putih-kekuningan, tidak berbau dan berupa serbuk kasar atau halus.Natrium alginat larut dalam air membentuk larutan kental dan koloid. Natrium alginattidak larut dalam alkohol, kloroform, eter dan dalam larutan asam ketika pH lebihrendah dari 3 (Sweetman dkk., 2009). Larutan natrium alginat paling stabil pada pH 4- 10 (Rowe dkk., 2009). Struktur natrium alginat dapat dilihat pada Gambar 5.Gambar 3. Struktur berulang alginatAlginat adalah senyawa polianion yang telah digunakan secara luas dalamsistem penghantaran obat (You dkk., 2006). Alginatdapatdigunakanuntukmemperbaikistrukturdasarkitosan.Gel kitosan-alginatterjadikarenaterbentuknya jejaringtigadimensi antaramolekul kitosan dan alginat yangterentangpadaseluruh volume gel dengan menangkap sejumlah air di dalamnya.Sifat jejaring serta interaksi molekul yang mengikat keseluruhan gel menentukan O O OH O OH O O O HO NH2 O O HO O OH O O Na O Na OH O O Na NH2O O Na O 11kekuatan, stabilitas, dan tekstur gel. Guna memperkuat jejaring di dalam gel lazimdigunakan molekul lain sebagai penaut silang (crosslinker) (Irianto, 2011). Interaksikitosan dengan alginat menghasilkankompleks polielektrolit (Cardenas dkk.,2003) yang dapat memperbaiki struktur dasar kitosan (Irianto, 2011). Modifikasikitosan-alginat telah banyak ditelitidan hasilnya, kitosan-alginat berpotensisebagai penyalut sediaan obat lepas lambat (Wahyono dkk., 2010).D.TripolifosfatTripolifosfat (TPP) merupakan senyawa polianion nontoksik yang dapatmembentuk gel melalui interaksi ionik antara gugus anion tripolifosfat dengan gugusamin bebas bermuatan positif dari kitosan. Tripolifosfat dianggap sebagai senyawapolianion yang paling baik. Struktur kimia tripolifosfat dapat dilihat pada Gambar 4. O O-O-O-O O-O-PO PO OPGambar 4. Struktur tripolifosfatPembentukan ikatan silang ionik pada kitosan dapat dilakukan salah satunyadengan menggunakan senyawa tripolifosfat sehingga dapat digunakan sebagai bahanpenjerap (Mi F, dkk., 1999). Tripolifosfat dianggap sebagai zat pengikat silang yangpaling baik. Shu dan Zhu (2002) melaporkan bahwa penggunaan tripolifosfat untukpembentukan gel kitosan dapat meningkatkan mekanik dari gel yang terbentuk. Halini karena tripolifosfat memiliki rapatan muatan negatif yang tinggi sehingga12interaksi dengan polikationik kitosan akan lebih besar.Menurut Wahyono (2010), pembentukan nanopartikel hanya terjadi padakonsentrasi tertentu kitosan dan tripolifosfat. Peran tripolifosfat sebagai zat pengikatsilang akan memperkuat matriks nanopartikel kitosan. Dengan semakin banyaknyaikatan silang yang terbentuk antara kitosan dan tripolifosfat maka kekuatan mekanikmatriks kitosan akan meningkat sehingga partikel kitosan menjadi semakin kuat dankeras, serta semakin sulit untuk terpecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.E.Kalsium kloridaKalsium klorida (CaCl ) merupakan salah satu jenis garam yang terdiri dari2unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Garam ini berwarna putih dan mudah larut dalamair. Kalsium klorida tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mudah terbakar. Kalsiumklorida termasuk dalam tipe ion halida, dan padat pada suhu kamar. Karena sifathigroskopisnya, kalsium klorida harus disimpan dalam wadah kedap udara tertutuprapat (Dirjen POM, 1979).Kalsium klorida dapat berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan,tidak seperti banyak senyawa kalsium lainnya, kalsium klorida mudah larut. Zat inidapat berguna untuk menggantikan ion dari larutan. Selain itu kalsium kloida jugamulai digunakan dalam bidang nanopartikel berdasarkan penelitian Hasanzadeh (2011) yang menggunakan CaCl2sebagai penaut silang untuk lebih memperkuat matrix kitosan / alginat.Interaksi antara matriks kitosan dan alginat juga gelasipolianion natrium alginat dengan CaCl dalam nanopartikel memperkuat matriks dan213mungkin juga berkontribusi terhadap peningkatan kepadatan ikatan sambung silangdari matriks.F.NanopartikelNanopartikel merupakan partikel koloid padat dengan diameter 1-1000 nm. Didalam sistem biologis terdapat banyak senyawa yang berukuran nanometer, yangmerupakan target pengobatan. Sesuai ukuran target pengobatan dengan obat yangdigunakan, nanopartikel memberikan banyak keuntungan. Salah satu keuntungannyaadalah meningkatkan luas permukaan sehingga presentase senyawa aktif yangberada pada permukaan juga meningkat dan kemungkinan lebih besar untukberinteraksi dengan reseptor (Gupta dan Kompella,2006). Nanopartikel dapatmelewati kapiler dan diambil oleh sel serta permeasi melewati epitel lebih mudah(Vinagradov dkk., 2002). Karena ukurannya yangkecil,nanopartikeldapatmelewaticelahantarselyangsulitditembus partikelmakro.Halinimemungkinkan penghantaran yang efisien pada senyawa terapetik ke situs targetdi dalam tubuh.Nanopartikel jugameningkatkan bioavailabilitas oral danstabilitas obat terhadap degradasi enzim (nuklease dan protease) (Moghimi dkk.,2001).Dalam bidang farmasi, nanopartikel telah banyak dipelajari dan diharapkanmampu memperbaiki penghantaran senyawa dengan permeabilitas mukosa rendah,absorbsi terbatas, kelarutan rendah, tidak stabil di saluran cerna serta mengalami firstpasteffect(Bhardwaj dan Kumar, 2006).Kelebihan nanopartikel untuk14penghantaran per oral adalah meningkatkan bioavailabilitas, meningkatkan transporobat melalui sirkulasi limfatik sehingga menghindari pre systemic metabolism dihepar, controlled release, dan mereduksi iritasi gastrointestinal oleh obat (Sakumadkk., 2001). Pelepasan obat dipengaruhi oleh ukuran partikel. Ukuran partikel yangkecil mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga dapat mempercepatpelepasan obat. Sebaliknya partikel dengan ukuran yang besar memiliki inti yangbesar, memungkinkan obat dilepaskan dengan lambat, Sehingga kontrol ukuranpertikel memberikan kecepatan pelepasan obat yang berarti (Singh dan Lilard, 2009).Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk formulasi nanopartikel.Metode yang paling banyak digunakan dalam formulasi nanopartikel adalah dispersipolimer, polimerisasi monomer dan ionik gelasi. Metode ionik gelasi merupakanmetode yang umum digunakan untuk formulasi nanopartikel menggunakan polimerpolisakarida. Metode ionik gelasi sering digunakan untuk preparasi nanopartikelmenggunakan kitosan. Pada larutan asam, gugus NH dari kitosan akan terprotonasi2dan berinteraksi dengan agen gelasi dengan muatan yang berbeda. Agen gelasi yangsering digunakan adalah tripolifosfat (TPP) yang menghasilkan interaksi antaramuatan positif dari gugus amina yang terprotonasi pada kitosan dengan muatannegatif TPP untuk membentuk kompleks dengan ukuran dalam rentang nanopartikel(Racovita dkk., 2008).Pembuatan nanopartikel dapat menggunakanpolimer. Polimeryangdigunakan dapat berasal dari polimer alami dan polimer sintetik. Kriteria polimeryang ideal adalah mudah disintesis dan dikarakterisasi, biokompatibel, biodegradabel,15memiliki respon imun yang minimal, sifat toksisitasnya rendah, larut air dan tidakmahal. Salah satu polimer alami yang banyak digunakan adalah kitosan yangmemilikiberbagai macam kelebihanseperti biokompatibel, biodegradabel,toksisistas rendah, mudah disintesis dan sudah dikarakterisasi.G.Karakterisasi nanopartikelNanopartikel mempunyai luas permukaan yang besar terhadap perbandinganvolume. Partikel yang terbentuk kemudian dikarakterisasi, meliputi ukuran partikel,morfologi nanopartikel,efisiensi penjerapandan zeta potential. Karakteristiknanopartikel umumnya dilakukan dengan teknik mikroskop elektron [TEM,SEM], mikroskop atomic [AFM], spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared),spektroskopi UV-Vis (Ultra Violet-Visibel) (Myusiwalla dkk., 2003).1.Ukuran partikelUkuran partikel mempengaruhi secara langsung terhadap keunikan sifat darinanopartikel, karena itu penentuan ukuran dan distribusi ukuran nanopatikel harusdilakukan. beberapa metode dapat dilakukan dalam penentuan seperti penghamburancahaya dinamis (dynamic light scattering/DLS), penghamburan cahaya statis (staticlight scattering/SLS), ultrasonik spektroskopi, penyaringan dan lain sebagainya(Haskell, 2006).162.Efisiensi penjerapanEnkapsulasiobatdidalammatriks kitosan terjadisecaraspontan.Pembentukan kompleks matriks dilakukan dengan mencampurkan secara homogenkitosan, alginat, dan kurkumin. Interaksi kitosan dan kurkumin akan berlangsungdengan baik, apabila enkapsulasi kurkumin dalam matriks kitosan terjadi secaraoptimal. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai Entrapment Efficiency/efisiensipenjerapan(%). Nilaiefisiensi penjerapan yang tinggi menunjukkan prosesenkapsulasi obat berlangsung secara optimal.Efisiensi penjerapan merupakan persen penjerapan zat aktif ditunjukkan denganperbandingan antara jumlah obat dalam nanopartikel dengan jumlah teoritis obatdalam persen nanopartikel (Niwa dkk., 1993). Nilai efisiensi penjerapan semakin baikditunjukkan ketika nilai efisiensi penjerapan mendekati 100 %. Efisiensi penjerapanperlu diketahui untuk mengetahui seberapa besar kemampuan matriks mampumenjerap bahan obat serta mengoptimasi metode sehingga bahan yang digunakantidak banyak terbuang.3.Zeta potensialZetapotensialdarinanopartikelsecaraumumdigunakanuntukmengkarakterisasi sifat muatan permukaan nanopartikel. Hal ini merefleksikanpotensial elektrik partikel yang dipengaruhi oleh komposisi partikel dan mediumyang mendispersikannya. Nanopartikel yang memiliki nilai zeta potensial di atas +017mV atau dibawah -30 mV menunjukkan sistem koloid yang stabil sehingga besarnyamuatan partikel dapat memcegah agregasi partikel berdasarkan pada gaya tolakmenolak elektrostatik ( Sing dan Lillard, 2009). Zeta potensial dapat diukur denganmenggunakan DelsaTMNano Submicron particle size and dynamic light scattering(Hendradi dkk., 2012).4.Morfologi nanopartikelBentuk dan keadaan permukaan nanopartikel penting untuk diketahui karenahal ini dapat memberikan informasi tentang sifat pelepasan obat. Untuk melihatpermukaan nanopartikel dapat digunakan Scanning electron microscopy (SEM),Transmission elecron microscopy (TEM) (Haskell, 2006).H.Spektrofotometri UV-Vis (Ultra Violet-Visibel)Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahayaoleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinarultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinartampak (visible) mempunyai panjanggelombang400-750 nm. Pengukuranspektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yangmelibatkan energielektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometerUV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasidari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjanggelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).18a.Prinsip dasarCahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifatpolikromatisditeruskanmelaluilensamenujukemonokromatorpadaspektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akanmengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yangmengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahayayang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan inikemudian di terima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yangditerima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserapsebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akandiketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.b.Instrument UV-VisGambar 5. Skema Instrumen Spektrofotometer UV-Vis 19Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi:1.Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan adalah lampuwolfram.2.Monokromator untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.3.Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah visibel menggunakan kuvet kaca ataukuvet kaca corex, tetapi untuk pengukuran pada UV menggunakan sel kuarsakarena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.4.Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat. Peranandetektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagaipanjang gelombang (Khopkar, 1990)Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibletergantung pada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visible darisenyawa-senyawa organik berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatantenaga elektronik. Oleh karena itu, serapan radiasi ultraviolet atau terlihat seringdikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antaraorbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatantak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran daripemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital yang bersangkutan. Spektrumultraviolet adalah gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawanintensitas serapan (transmitan atau absorbans).20Pengukuran larutan dengan UV-Vis spektrofotometer dilakukan pada nilaiabsorbans. Absorbans dengan simbol A dari larutan merupakan logaritma dari(1/T atau logaritma Io/I). Absorbans yang diukur sesuai dengan hukum Lambert Berr:$ 0 E &dengan :A = Absorbans0 $EVRUWLYLWDV PRODU 0 cm )-1-1b = Tebal kuvet (cm)C = Konsentrasi larutan (M)I.Spektrofotomerti FTIR (Fourier Transform Infrared)Hampir semua senyawa organik akan menyerap berbagai frekuensi radiasielektromagnetikdalamdaerahspektruminframerah.Daerahspektrumelektromagnetik inframerah terletak pada panjang gelombang yang lebih panjang biladibandingkan dengan daerah sinar tampak, yang terletak dari panjang gelombang 400nm hingga 800 nm (1 nm = 10-9m), tetapi lebih pendek daripada panjang gelombangmikro yang mempunyai panjang gelombang lebih besar dari 1 nm (Sastrohamidjojo,1992).Tujuan dari analisis FTIR adalah untuk mengetahui adanya gugus-gugus fungsiyang terdapat dalam suatu senyawa. Instrument yang digunakan untuk mengukurrespon radiasi inframerah pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofotometerFouirer Transform Infrared. Radiasi sinar merah yang dihasilkan mempunyai21jangkauan antara 5000-400 cm . Instrumen ini mempunyai resolusi yang tinggi-1(