29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Rumusan masalah C. Tujuan Tujuan : Untuk mengetahui komposisi, jenis, peranan, penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati BAB II TINJAUAN PUSTAKA Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara detail melalui cara coding dan tabulasi.

Isi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

Tujuan : Untuk mengetahui komposisi, jenis, peranan,

penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam

lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam

lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967).

Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula

kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam

dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk

menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan

keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara

kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran

data secara detail melalui cara coding dan tabulasi.

Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar

adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921,

1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi

dan komunitas tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah

tekanan pada zaman yang telah lalu.

Indonesia membentang sepanjang lebih dari 5000 km dari barat sampai ke

timur dan luasan lahannya mencakup keanekaragaman Vegetasi lahan kering dan

rawa. Penelaahan biologi, termasuk penelitian Vegetasi di Indonesia belum terlalu

banyak, baru kulitnya saja, meskipun telah dimulai sejak permulaan abad ke-18.

Uraian sejarah penelitian yang dilaksanakan sebelum tahun 1945 disarikan dalam

Page 2: Isi

buku Science and Scientists in Netherlands Indies (Honig and Verdoorn, 1945)

dan kemudian Chronica Naturae. Penelitian Vegetasi dan ekologi, termasuk

ekologi tumbuhan, terutama menyangkut eksplorasi flora dan fauna serta

inventarisasi, (Syafei, Eden Surasana. 1990)

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh – tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama – sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di antara sesame

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu system yang hidup dan tumbuh serta dinamis.

Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap – tiap tempat

mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan

berhubungan dengan vegetasi di tempat lain karna berbeda pula factor

lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan suatu system yang dinamis, selalu

berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. ( Marsono, 1977 )

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau

komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.

Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan

tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan

tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan

tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang

struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan

membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu

pengamatan berbeda.

2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.

3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan

tertentu atau beberapa faktor lingkungan. (Greig-Smith,1983).

Populasi merupakan sekelompok individu dari suatu spesies yang sama

yang berada di areal geografik tertentu. Tingkat ekologi diatas populasi adalah

Page 3: Isi

komunitas. Populasi suatu jenis, yang selalu tampak pada suatu komunitas di

sebut populasi yang merajai atau populasi dominan. Populasi yang dominan pada

suatu habitat inilah yang menentukan suatu komunitas.

Page 4: Isi

BAB III

METODOLOGI

A. Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Desember 2015

Waktu : 08.30 WITA - Selesai

Tempat : Taman Wisata Alam Kerandangan Lombok Barat

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Alat tulis menulis

b. Bambu untuk membuat plot/ kuadrat

c. Kertas untuk mencatat data pengamatan

d. Kertas label untuk menandai tumbuhan yang diamati

e. Kantong plastic untuk tempat koleksi tanaman yang ditemukan dalam

plot.

f. Kuadrat ukuran 1 m2 atau kalau tidak ada bisa diganti dengan 4 buah

patok kayu dan tali raffia sepanjang kurang lebih 1x1 m.

2. Bahan

a. Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum

C. Cara Kerja

1. Menentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk di analisis

2. Menentukan luas petak contoh dari hasil pembuatan kurva spesies area

dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu an tenaga.

Ukuran petak contoh: untuk menganalisis herba adalah 1 m2 , untuk

mennganalisis tumbuhan semak atau untuk pohon tingkatan sampling

yang tingginya kurang dari 3 meter adalah 10-20 m2 dan untuk komunitas

pohon pohon yang berbentuk hutan adalah 100 m2.

3. Membuat petak contoh dengan bamboo yang telah di sediakan, baik

berupa empat persegi panjang, bentuk lingkaran, atau bujur sangkar

tergantung dari tujuan serta komunitas yang sedang di amati.

Page 5: Isi

4. Menentukan awal petak contoh secara acak, atau sistematis atau

kombinasi keduanya yaitu pertama acak, dan selanjutnya melakukannya

dengan sistematis.

5. Mencatat setiap individu jenis yang terdapat dalam setiap petak contoh.

6. Memberikan label pada spesies yang belum diketahui namanya.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Gambar hasil pengamatan

2. Table hasil pengamatan

Plot I Plot II

1. Patikan kebo = 10

2. Perdu xy = 1

3. Perdu xi = 1

4. Pupak kembang =10

Plot III Plot IV

1. Perdu xy = 3

2. Semak x2 = 7

3. Empet-empet = 1

Plot V

1. Perdu xy = 12. Semak x2 = 73. Rumput kawat

= 44. Temberak = 25. Pupak kembang

= 2

1. perdu xy = 42. perdu xi = 13. semak x2 = 64. rumput kawat =

4

1. Putri malu= 12. Rumput pengkilit= 13. Tandan= 14. Perdu xi= 25. Pupak kembamg= 36. Semak x2= 107. Pohon singgapuran= 1

Page 6: Isi

Tabel hasil pengamatan analisis vegetasi

a. Model lembar data kerapatan

No Nama jenis KM KR (%)

1 Patikan kebo 0,2 1

2 Perdu xy 1.8 12

3 Perdu xi 1 6

4 Pupak kembang 3 20

5 Semak x2 6 40

6 Rumput kawat 1,6 10

7 Pohon singgapuran 0,2 1

8 Temberak 0,4 2

9 Empet- empet 0,2 1

10 Putri malu 0,2 1

11 Rumput pengkilit 0,2 1

12 Tandan 0,2 1

Total 12 ∑KM total seluruh jenis = 15

b. Model lembar data frekuensi

No Nama jenis FM FR (%)

1 Patikan kebo 0,2 4

2 Perdu xy 0,8 16

3 Perdu xi 0,8 16

4 Pupak kembang 0,6 12

5 Semak x2 0,8 16

6 Rumput kawat 0,4 8

7 Temberak 0,2 4

8 Pohon singgapuran 0,2 4

9 Empet- empet 0,2 4

10 Putrid malu 0,2 4

11 Rumput pengkilit 0,2 4

12 Tandan 0,2 4

Page 7: Isi

Total 12 ∑FM total = 4,8

c. Model lembar data dominansi

No Nama jenis DM (m) DR (%)

1 Patikan kebo 0,06 7,19

2 Perdu xy 0,1531 18, 35

3 Perdu xi 0,1294 15,51

4 Pupak kembang 0,1025 12,29

5 Semak x2 0,1060 12,71

6 Rumput kawat 0,1310 15, 70

7 Pohon singgapuran 0,0024 0,28

8 Temberak 0,07 8,3

9 Empet- empet 0,007 0,83

10 Putrid malu 0,0225 2,6

11 Rumput pengkilit 0,05 5,9

12 Tandan 0,008 9,5

Total 12 ∑ DM (i) = 0,8339

d. Model lembar data INP

No Nama jenisKR

(%)

FR

(%)DR (%)

INP

(%)

SDR

(%)

1 Patikan kebo 1 4 7,19 12,19 4,06

2 Perdu xy 12 16 18, 35 46,35 15, 45

3 Perdu xi 6 16 15,51 37,51 12,5

4 Pupak kembang 20 12 12,29 44,29 14,76

5 Semak x2 40 16 12,71 68,71 22,90

6 Rumput kawat 10 8 15, 70 33,7 11,23

7 Pohon singgapuran 1 4 0,28 5,28 1,76

8 Temberak 2 4 8,3 14,3 4,76

9 Empet- empet 1 4 0,83 5,83 1,94

Page 8: Isi

10 Putrid malu 1 4 2,6 7,6 2,53

11 Rumput pengkilit 1 4 5,9 10,9 3,63

12 Tandan 1 4 9,5 14,5 4,83

Total 12

B. Analisis Data

a. Kerapatan mutlak jenis i atau KM (i)

KM (i)= jumlah individusuatu jenisjumla h total luas areal yangdigunakan

i. KMpatikan kebo =15 = 0,2

ii. KM perdu xy = 95 = 1.8

iii. KM perdu xi = 55 = 1

iv. KM pupak kembang =155 = 3

v. KM semak x2 = 305 = 6

vi. KM rumput kawat = 85 = 1,6

vii. KM pohon singgapuran =15 =0,2

viii. KM temberak =25 = 0,4

ix. KM empet empet =15 = 0,2

x. KM putri malu =15 = 0,2

xi. KM rumput pengkilit =15 = 0,2

xii. KM tandan =15 = 0,2

Page 9: Isi

∑KM total seluruh jenis = 15

b. Kerapatan relatif jenis i atau KR (i)

KR ( i)= kerapatanmutlak jenis ikerapatantotal seluruh jenis yg terambil dlm penarik cnt h jnsi

x 100 %

1. KR patikan kebo =0,215 X 100% =1%

2. KR perdu xy =1,815 X 100% =12%

3. KR perdu xi ¿ 115 X 100% =6%

4. KR pupak kembang =3

15 X 100% =20%

5. KR semak x2 =6

15 X 100% =40%

6. KR rumput kawat =1,615 X 100% =10%

7. KR pohon singgapuran¿0,215 X 100% =1%

8. KR temberak =0,415 X 100% =2%

9. KR empet empet =0,215 X 100% =1%

10. KR putri malu =0,215 X 100% =1%

11. KR rumput penggilit = 0,215 X 100% =1%

12. KR tandan =0,215 X 100% =1%

c. Frekuensi mutlak jenis i atau FM (i)

Page 10: Isi

FM (i)= ∑satuan petak conto h yg diduduki ole h jenis i∑ banyaknya petak conto h yangdibuat dlmanalisis vegetasi

1. FMpatikan kebo =15 = 0,2

2. FM perdu xy = 45 = 0.8

3. FM perdu xi = 45 = 0.8

4. FM pupak kembang =35 = 0,6

5. FM semak x2 = 45 = 0.8

6. FM rumput kawat = 25 = 0,4

7. FM temberak =15 = 0,2

8. FM pohon singgapuran =15 = 0,2

9. FM empet empet =15 = 0,2

10. FM putri malu = 15 = 0,2

11. FM rumput penggilit =15 = 0,2

12. FM tandan =15 = 0,2

∑FM total = 4,8

d. Frekuensi relatif jenis i atau FR (i)

FR (i)= frekuensimutlak jenis ifrekuensi total seluruh jenis

x 100 %

1. FRpatikan kebo =0,24,8 X100% =4%

2. FRperdu xy =0,84,8 X100% =16%

Page 11: Isi

3. FR perdu xi =0,84,8 X100% =16%

4. FR pupak kembang =0,64,8 X100% =12%

5. FR semak x2 =0,84,8 X100% =16%

6. FRrumput kawat ¿0,44,8 X100% =8%

7. FR temberak =0,24,8 X100% =4%

8. FR pohon singgapuran =0,24,8 X100% =4%

9. FR empet empet =0,24,8 X100% =4%

10. FR putrid malu =0,24,8 X100% =4%

11. FR rumput penggilit =0,24,8 X100% =4%

12. FR tandan =0,24,8 X100% =4%

e. Domoinansi mutlak jenis i atau DM ( i)

DM ( i) = jumlah luas bidang dasar suatu jenis i atau

DM ( i) = jumlah penutupan tajuk jenis i

1. DM (i)patikan kebo = 30 x 20 = 600 cm2 = 0,06 m

2. DM (i)perdu xy = 29 x 15 = 435 cm2 = 0,0435 m

25 x 25 = 625 cm2 = 0,0625 m

23 x 12 = 276 cm2 = ,0276 m

13 x 15 = 195 cm2 = 0,0195 m

= 0,1531

3. DM (i)perdu xi = 22 x 20 = 484 cm2 = 0,0484 m

8 x 9 = 72 cm2 = 0,0072 m

20 x 20 = 400 cm2 = 0,04 m

Page 12: Isi

26 x 13 = 338 cm2 = 0,0338 m

= 0,1294

4. DM (i)pupak kembang = 31 x 25 = 775 cm2 = 0,0775 m

25 x 10 = 250 cm2 = 0,025 m

= 0,1025

5. DM (i)semak x2 = 22 x 15 = 330 cm2 = 0,033 m

34 x 11 = 374 cm2 = 0,0374 m

17 x 16 = 272 cm2 = 0,0272 m

7 x 12 = 84 cm2 = 0,0084 m

= 0,1060

6. DM (i)rumput kawat = 37 x 30 = 1110 cm2 = 0,111 m

20 x 10 = 200 cm2 = 0,02 m

= 0,1310

7. DM (i)pohon singgapuran = 3x 8 = 24 cm2 = 0,0024 m

8. DM (i)temberak = 28 x 25 = 700 cm2 = 0,07 m

9. DM (i)empet-empet = 7 x 10 = 70 cm2 = 0,007 m

10. DM (i)putri malu = 15 x 15 = 225 cm2 = 0,0225 m

11. DM (i)rumput pengkilit = 25 x 20 = 500 cm2 = 0,05 m

12. DM (i)tandan = 4 x 20 = 80 cm2 = 0,008 m

∑ DM (i) = 0,8339

f. Domoinansi relatif jenis i atau DR (i)

DR (i )= jumlahdominansi jenis ijumlahdominansi seluruh jenis

x100 %

1. DR (i) patikan kebo ¿0,06

0 ,8339x100 % = 7,19%

2. DR (i) perdu xy¿0,15310 ,8339

x100 % = 18, 35%

3. DR (i) perdu xi ¿ 0,12940 ,8339

x100 % = 15,51%

4. DR (i) pupak kembang¿0,10250 ,8339

x100 % = 12,29%

Page 13: Isi

5. DR (i) semak x2¿0,10600 ,8339

x100 % = 12,71%

6. DR (i) rumput kawat ¿0,13100 ,8339

x100 % = 15, 70%

7. DR (i) pohon singgapuran ¿0,00240,8339

x 100 % = 0,28%

8. DR (i) temberak¿0,07

0,8339x100 % = 8,3%

9. DR (i) empet-empet¿0,007

0,8339x100 % = 0,83 %

10.DR (i) putri malu ¿0,02250,8339

x100% = 2,6%

11.DR (i) rumput pengkilit ¿0,05

0,8339x100 % = 5,9%

12.DR (i) tandan ¿0,0080,8339

x100 % = 9,5 %

g. Menghitung Indek Nilai Penting (INP) tiap jenis i : Kr + Dr + Fr

1. INP patikan kebo = 1+4+7,19 = 12,19

2. INP perdu xy = 12 + 16+ 18,35 = 46,35

3. INP perdu xi = 6+16+15,51 = 37,51

4. INP pupak kembang = 20+12+12,29 = 44,29

5. INP semak x2 = 40+16+12,71 = 68,71

6. INP rumput kawat = 10+8+15,70 = 33,7

7. INP pohon singgapuran = 1+4+0,28 = 5,28

8. INP temberak = 2+4+8,3 = 14,3

9. INP empet-empet = 1+4+0,83 = 5,83

10. INP putri malu = 1+4+2,6 = 7,6

11. INP rumput pengkilit = 1+4+5,9 = 10,9

Page 14: Isi

12. INP tandan = 1+4+9,5 = 14,5

h. Menghitung perbandingan nilai penting (SDR) tiap jenis i :

SDR= INP3

1. SDR patikan kebo = 12,19

3 = 4,06

2. SDR perdu xy =46,35

3 = 15, 45

3. SDR perdu xi =37,51

3 = 12,5

4. SDR pupak kembang =44,29

3 = 14,76

5. SDR semak x2 =68,71

3 = 22,90

6. SDR rumput kawat =33,7

3 = 11,23

7. SDR pohon singgapuran =5,28

3 = 1,76

8. SDR temberak =14,3

3 = 4,76

9. SDR empet-empet =5,83

3 = 1,94

10. SDR putri malu =7,63 = 2,53

11. SDR rumput pengkilit =10,9

3 = 3,63

12. SDR tandan =14,5

3 = 4,83

C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa: pada pengamatan kami tentang analisis vegetasi banyak jenis

tanaman yang dapat diamati seperti pada plot pertama tumbuhan yang

Page 15: Isi

ditemukan berupa semak, perdu, begitu halnya dengan plot- plot yang

selanjutnya, hanya beberapa saja yang mengalami penambahanh spesies

baru, seperti pada plot ke dua tidak hanya di temukan semak, perdu, akan

tetapi ada rerumputan juga. Tumbuhan ini selain dapat di manfaatkan

untuk berlindung hewan – hewan invertebrate. Juga ada yang dapat di

jadikan makanan hewan seperti dari jenis rerumputan. Perbedaan tanaman

yang di temukan pada setiap plot disebabkan karena adanya pengaruh dari

factor- factor abiotik yang ada dalam suatu area.

Dan dari hasil perhitungan analisis data dapat di ketahui bahwa spesies

yang mempunyai Indek Nilai Penting (INP) atau Perbandingan Nilai

Penting (SDR) itulah yang menjadi nama komunitas dalam suatu area

yang di amati, oleh karena itu dari semua spesies yang ada pada area yang

kami amati kami menemukan 12 macam spesies tanaman yaitu, patikan

kebo, perdu xy, perdu xi, semak x2, rumput kawat, pupak kembang, putri

malu, pohon singgapuran, tandan, rumput pengkilit, temberak dan empet-

empet. Dari ke 12 jenis tanaman ini dari hasil analisis data maka dapat di

simpulkan bahwa tanaman yang paling tinggi INP nya adalah semak x2

yaitu 68,71, maka dapat dikatakan bahwa pada area yang kami amati

meruapakan area komunitas semak x2.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau

komposisi vegetasi secara bentuk ( struktur ) vegatasi dari masyarakat

tumbuh – tumbuhan. Unsure struktur vegetasi adalah bentuk

pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis

vegetasi di perlukan data – data jenis, diameter dan tinggi untuk

menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas tersebut.

Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan

pembuatan petak – petak pengamatan yang sifatnya pemanan atau

Page 16: Isi

sementara. Menurut soerianegara ( 1974 ) petak – petak tersebut dapat

berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan

metode yang di gunakan menggunakan sebuah plot.

Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu

komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari

kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu

mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-

hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna

tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase

dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang

masing-masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang

berlainan.

Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus

disesuaikan dengan tujuan  kajian, luas atau sempitnya yang ingin

diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini

adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami

itu sendiri.

Pakar ekologi dalam pengetahuan yang memadai tentang

sistematik tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan

sacara florestika dalam mengungkapkan suatu vegetasi, yaitu berupa

komposisi dan struktur tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut.

Pakar autelogi biasanya memerlukan pengetahuan tentang

kekerapan atau penampakan dari suatu species tumbuhan, sedangkan

pakar senitologi berkepentingan dengan komunitas yaitu problema yang

dihadapi sehubungan dengan keterkaitan antara alam dengan variasi

vegetasi. Pakar ekologi produktivitas memerlukan data tentang berat

kering dan kandungan kalori yang dalam melakukannya sangat menyita

waktu dan juga bersifat destruktif.

Page 17: Isi

Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu

titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari

tubuh – tumbuhan yang hidup bersama dialam suatu tempat tertentu yang

mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya,

maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifat – sifatnya yang

mengkarekterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi.

Metode dengan pendekatan secara fisignomi tidak memerlukan

identifikasi dari species dan sering lebih berarti hasilnya untuk gambaran

vegetasi dengan skala kecil (area yang luas),atau untuk gambaran habitat

bagi disiplin ilmu lainnya.

Metode berdasarkan komposisi atau floristika species lebih

bermanfaat untuk menggambarkan vegetasi dengan skala besar ( area

yang sempit ) yang lebih detail,yang biasannya dipergunakan oleh pakar

di eropa daratan dalam klasifikasi vegtasi dan pemetaan pada skala yang

besar dan sangat rinci. Beberapa metode analisis vegetasi Dalam ilmu

vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu

vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi

sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat

berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang

pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala

yang ada.

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta

efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode

garis, metode tanpa plot dan metode kwarterner. Akan tetapi dalam

praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis

dengan metode kuadrat (dengan plot ). Dalam praktikum ini analisis

vegetasi yang dilakukan hanya menggunakan plot atau kuadrat.

Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey

vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan.

Page 18: Isi

Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak

tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan

infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat

homogen.

Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk

morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya.

Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih

menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara

mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak.

Disarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk

lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah

(undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi

bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi

hutan membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan,

yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m),

pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang

berdiame[er < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan

pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya

ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu

umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m

(pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).

Metode kuadrat merupakan suatu metode yang menggunakan plot

berbentuk segi empat, atau lingkaran. Penggunaan metode ini pada

vegetasi semak, perdu dan rerumputan. biasanya panjang garis yang

digunakan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5

m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih

sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m.

Page 19: Isi

Pada metode kuadrat ini, system analisis melalui variable-

variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya

menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk

memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah

individu sejenis yang terlewati oleh kuadrat (plot). Kerimbunan

ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan,

dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis

yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.

Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan

pada setiap plot yang disebar.

D. Simpulan

Jadi vegetasi merupakan kumpulan tumbuh – tumbuhan, biasanya

terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama – sama pada suatu tempat.

Dalam mekanisme tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di antara

sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri.

Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey

vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan.

Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak

tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan

infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat

homogen.

Page 20: Isi