Upload
rhinyjiswa
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Tujuan : Untuk mengetahui komposisi, jenis, peranan,
penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam
lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam
lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967).
Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula
kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam
dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk
menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan
keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara
kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran
data secara detail melalui cara coding dan tabulasi.
Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar
adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921,
1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi
dan komunitas tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah
tekanan pada zaman yang telah lalu.
Indonesia membentang sepanjang lebih dari 5000 km dari barat sampai ke
timur dan luasan lahannya mencakup keanekaragaman Vegetasi lahan kering dan
rawa. Penelaahan biologi, termasuk penelitian Vegetasi di Indonesia belum terlalu
banyak, baru kulitnya saja, meskipun telah dimulai sejak permulaan abad ke-18.
Uraian sejarah penelitian yang dilaksanakan sebelum tahun 1945 disarikan dalam
buku Science and Scientists in Netherlands Indies (Honig and Verdoorn, 1945)
dan kemudian Chronica Naturae. Penelitian Vegetasi dan ekologi, termasuk
ekologi tumbuhan, terutama menyangkut eksplorasi flora dan fauna serta
inventarisasi, (Syafei, Eden Surasana. 1990)
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh – tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama – sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di antara sesame
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu system yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap – tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berhubungan dengan vegetasi di tempat lain karna berbeda pula factor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan suatu system yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. ( Marsono, 1977 )
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu :
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan. (Greig-Smith,1983).
Populasi merupakan sekelompok individu dari suatu spesies yang sama
yang berada di areal geografik tertentu. Tingkat ekologi diatas populasi adalah
komunitas. Populasi suatu jenis, yang selalu tampak pada suatu komunitas di
sebut populasi yang merajai atau populasi dominan. Populasi yang dominan pada
suatu habitat inilah yang menentukan suatu komunitas.
BAB III
METODOLOGI
A. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Desember 2015
Waktu : 08.30 WITA - Selesai
Tempat : Taman Wisata Alam Kerandangan Lombok Barat
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat tulis menulis
b. Bambu untuk membuat plot/ kuadrat
c. Kertas untuk mencatat data pengamatan
d. Kertas label untuk menandai tumbuhan yang diamati
e. Kantong plastic untuk tempat koleksi tanaman yang ditemukan dalam
plot.
f. Kuadrat ukuran 1 m2 atau kalau tidak ada bisa diganti dengan 4 buah
patok kayu dan tali raffia sepanjang kurang lebih 1x1 m.
2. Bahan
a. Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum
C. Cara Kerja
1. Menentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk di analisis
2. Menentukan luas petak contoh dari hasil pembuatan kurva spesies area
dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu an tenaga.
Ukuran petak contoh: untuk menganalisis herba adalah 1 m2 , untuk
mennganalisis tumbuhan semak atau untuk pohon tingkatan sampling
yang tingginya kurang dari 3 meter adalah 10-20 m2 dan untuk komunitas
pohon pohon yang berbentuk hutan adalah 100 m2.
3. Membuat petak contoh dengan bamboo yang telah di sediakan, baik
berupa empat persegi panjang, bentuk lingkaran, atau bujur sangkar
tergantung dari tujuan serta komunitas yang sedang di amati.
4. Menentukan awal petak contoh secara acak, atau sistematis atau
kombinasi keduanya yaitu pertama acak, dan selanjutnya melakukannya
dengan sistematis.
5. Mencatat setiap individu jenis yang terdapat dalam setiap petak contoh.
6. Memberikan label pada spesies yang belum diketahui namanya.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan
2. Table hasil pengamatan
Plot I Plot II
1. Patikan kebo = 10
2. Perdu xy = 1
3. Perdu xi = 1
4. Pupak kembang =10
Plot III Plot IV
1. Perdu xy = 3
2. Semak x2 = 7
3. Empet-empet = 1
Plot V
1. Perdu xy = 12. Semak x2 = 73. Rumput kawat
= 44. Temberak = 25. Pupak kembang
= 2
1. perdu xy = 42. perdu xi = 13. semak x2 = 64. rumput kawat =
4
1. Putri malu= 12. Rumput pengkilit= 13. Tandan= 14. Perdu xi= 25. Pupak kembamg= 36. Semak x2= 107. Pohon singgapuran= 1
Tabel hasil pengamatan analisis vegetasi
a. Model lembar data kerapatan
No Nama jenis KM KR (%)
1 Patikan kebo 0,2 1
2 Perdu xy 1.8 12
3 Perdu xi 1 6
4 Pupak kembang 3 20
5 Semak x2 6 40
6 Rumput kawat 1,6 10
7 Pohon singgapuran 0,2 1
8 Temberak 0,4 2
9 Empet- empet 0,2 1
10 Putri malu 0,2 1
11 Rumput pengkilit 0,2 1
12 Tandan 0,2 1
Total 12 ∑KM total seluruh jenis = 15
b. Model lembar data frekuensi
No Nama jenis FM FR (%)
1 Patikan kebo 0,2 4
2 Perdu xy 0,8 16
3 Perdu xi 0,8 16
4 Pupak kembang 0,6 12
5 Semak x2 0,8 16
6 Rumput kawat 0,4 8
7 Temberak 0,2 4
8 Pohon singgapuran 0,2 4
9 Empet- empet 0,2 4
10 Putrid malu 0,2 4
11 Rumput pengkilit 0,2 4
12 Tandan 0,2 4
Total 12 ∑FM total = 4,8
c. Model lembar data dominansi
No Nama jenis DM (m) DR (%)
1 Patikan kebo 0,06 7,19
2 Perdu xy 0,1531 18, 35
3 Perdu xi 0,1294 15,51
4 Pupak kembang 0,1025 12,29
5 Semak x2 0,1060 12,71
6 Rumput kawat 0,1310 15, 70
7 Pohon singgapuran 0,0024 0,28
8 Temberak 0,07 8,3
9 Empet- empet 0,007 0,83
10 Putrid malu 0,0225 2,6
11 Rumput pengkilit 0,05 5,9
12 Tandan 0,008 9,5
Total 12 ∑ DM (i) = 0,8339
d. Model lembar data INP
No Nama jenisKR
(%)
FR
(%)DR (%)
INP
(%)
SDR
(%)
1 Patikan kebo 1 4 7,19 12,19 4,06
2 Perdu xy 12 16 18, 35 46,35 15, 45
3 Perdu xi 6 16 15,51 37,51 12,5
4 Pupak kembang 20 12 12,29 44,29 14,76
5 Semak x2 40 16 12,71 68,71 22,90
6 Rumput kawat 10 8 15, 70 33,7 11,23
7 Pohon singgapuran 1 4 0,28 5,28 1,76
8 Temberak 2 4 8,3 14,3 4,76
9 Empet- empet 1 4 0,83 5,83 1,94
10 Putrid malu 1 4 2,6 7,6 2,53
11 Rumput pengkilit 1 4 5,9 10,9 3,63
12 Tandan 1 4 9,5 14,5 4,83
Total 12
B. Analisis Data
a. Kerapatan mutlak jenis i atau KM (i)
KM (i)= jumlah individusuatu jenisjumla h total luas areal yangdigunakan
i. KMpatikan kebo =15 = 0,2
ii. KM perdu xy = 95 = 1.8
iii. KM perdu xi = 55 = 1
iv. KM pupak kembang =155 = 3
v. KM semak x2 = 305 = 6
vi. KM rumput kawat = 85 = 1,6
vii. KM pohon singgapuran =15 =0,2
viii. KM temberak =25 = 0,4
ix. KM empet empet =15 = 0,2
x. KM putri malu =15 = 0,2
xi. KM rumput pengkilit =15 = 0,2
xii. KM tandan =15 = 0,2
∑KM total seluruh jenis = 15
b. Kerapatan relatif jenis i atau KR (i)
KR ( i)= kerapatanmutlak jenis ikerapatantotal seluruh jenis yg terambil dlm penarik cnt h jnsi
x 100 %
1. KR patikan kebo =0,215 X 100% =1%
2. KR perdu xy =1,815 X 100% =12%
3. KR perdu xi ¿ 115 X 100% =6%
4. KR pupak kembang =3
15 X 100% =20%
5. KR semak x2 =6
15 X 100% =40%
6. KR rumput kawat =1,615 X 100% =10%
7. KR pohon singgapuran¿0,215 X 100% =1%
8. KR temberak =0,415 X 100% =2%
9. KR empet empet =0,215 X 100% =1%
10. KR putri malu =0,215 X 100% =1%
11. KR rumput penggilit = 0,215 X 100% =1%
12. KR tandan =0,215 X 100% =1%
c. Frekuensi mutlak jenis i atau FM (i)
FM (i)= ∑satuan petak conto h yg diduduki ole h jenis i∑ banyaknya petak conto h yangdibuat dlmanalisis vegetasi
1. FMpatikan kebo =15 = 0,2
2. FM perdu xy = 45 = 0.8
3. FM perdu xi = 45 = 0.8
4. FM pupak kembang =35 = 0,6
5. FM semak x2 = 45 = 0.8
6. FM rumput kawat = 25 = 0,4
7. FM temberak =15 = 0,2
8. FM pohon singgapuran =15 = 0,2
9. FM empet empet =15 = 0,2
10. FM putri malu = 15 = 0,2
11. FM rumput penggilit =15 = 0,2
12. FM tandan =15 = 0,2
∑FM total = 4,8
d. Frekuensi relatif jenis i atau FR (i)
FR (i)= frekuensimutlak jenis ifrekuensi total seluruh jenis
x 100 %
1. FRpatikan kebo =0,24,8 X100% =4%
2. FRperdu xy =0,84,8 X100% =16%
3. FR perdu xi =0,84,8 X100% =16%
4. FR pupak kembang =0,64,8 X100% =12%
5. FR semak x2 =0,84,8 X100% =16%
6. FRrumput kawat ¿0,44,8 X100% =8%
7. FR temberak =0,24,8 X100% =4%
8. FR pohon singgapuran =0,24,8 X100% =4%
9. FR empet empet =0,24,8 X100% =4%
10. FR putrid malu =0,24,8 X100% =4%
11. FR rumput penggilit =0,24,8 X100% =4%
12. FR tandan =0,24,8 X100% =4%
e. Domoinansi mutlak jenis i atau DM ( i)
DM ( i) = jumlah luas bidang dasar suatu jenis i atau
DM ( i) = jumlah penutupan tajuk jenis i
1. DM (i)patikan kebo = 30 x 20 = 600 cm2 = 0,06 m
2. DM (i)perdu xy = 29 x 15 = 435 cm2 = 0,0435 m
25 x 25 = 625 cm2 = 0,0625 m
23 x 12 = 276 cm2 = ,0276 m
13 x 15 = 195 cm2 = 0,0195 m
= 0,1531
3. DM (i)perdu xi = 22 x 20 = 484 cm2 = 0,0484 m
8 x 9 = 72 cm2 = 0,0072 m
20 x 20 = 400 cm2 = 0,04 m
26 x 13 = 338 cm2 = 0,0338 m
= 0,1294
4. DM (i)pupak kembang = 31 x 25 = 775 cm2 = 0,0775 m
25 x 10 = 250 cm2 = 0,025 m
= 0,1025
5. DM (i)semak x2 = 22 x 15 = 330 cm2 = 0,033 m
34 x 11 = 374 cm2 = 0,0374 m
17 x 16 = 272 cm2 = 0,0272 m
7 x 12 = 84 cm2 = 0,0084 m
= 0,1060
6. DM (i)rumput kawat = 37 x 30 = 1110 cm2 = 0,111 m
20 x 10 = 200 cm2 = 0,02 m
= 0,1310
7. DM (i)pohon singgapuran = 3x 8 = 24 cm2 = 0,0024 m
8. DM (i)temberak = 28 x 25 = 700 cm2 = 0,07 m
9. DM (i)empet-empet = 7 x 10 = 70 cm2 = 0,007 m
10. DM (i)putri malu = 15 x 15 = 225 cm2 = 0,0225 m
11. DM (i)rumput pengkilit = 25 x 20 = 500 cm2 = 0,05 m
12. DM (i)tandan = 4 x 20 = 80 cm2 = 0,008 m
∑ DM (i) = 0,8339
f. Domoinansi relatif jenis i atau DR (i)
DR (i )= jumlahdominansi jenis ijumlahdominansi seluruh jenis
x100 %
1. DR (i) patikan kebo ¿0,06
0 ,8339x100 % = 7,19%
2. DR (i) perdu xy¿0,15310 ,8339
x100 % = 18, 35%
3. DR (i) perdu xi ¿ 0,12940 ,8339
x100 % = 15,51%
4. DR (i) pupak kembang¿0,10250 ,8339
x100 % = 12,29%
5. DR (i) semak x2¿0,10600 ,8339
x100 % = 12,71%
6. DR (i) rumput kawat ¿0,13100 ,8339
x100 % = 15, 70%
7. DR (i) pohon singgapuran ¿0,00240,8339
x 100 % = 0,28%
8. DR (i) temberak¿0,07
0,8339x100 % = 8,3%
9. DR (i) empet-empet¿0,007
0,8339x100 % = 0,83 %
10.DR (i) putri malu ¿0,02250,8339
x100% = 2,6%
11.DR (i) rumput pengkilit ¿0,05
0,8339x100 % = 5,9%
12.DR (i) tandan ¿0,0080,8339
x100 % = 9,5 %
g. Menghitung Indek Nilai Penting (INP) tiap jenis i : Kr + Dr + Fr
1. INP patikan kebo = 1+4+7,19 = 12,19
2. INP perdu xy = 12 + 16+ 18,35 = 46,35
3. INP perdu xi = 6+16+15,51 = 37,51
4. INP pupak kembang = 20+12+12,29 = 44,29
5. INP semak x2 = 40+16+12,71 = 68,71
6. INP rumput kawat = 10+8+15,70 = 33,7
7. INP pohon singgapuran = 1+4+0,28 = 5,28
8. INP temberak = 2+4+8,3 = 14,3
9. INP empet-empet = 1+4+0,83 = 5,83
10. INP putri malu = 1+4+2,6 = 7,6
11. INP rumput pengkilit = 1+4+5,9 = 10,9
12. INP tandan = 1+4+9,5 = 14,5
h. Menghitung perbandingan nilai penting (SDR) tiap jenis i :
SDR= INP3
1. SDR patikan kebo = 12,19
3 = 4,06
2. SDR perdu xy =46,35
3 = 15, 45
3. SDR perdu xi =37,51
3 = 12,5
4. SDR pupak kembang =44,29
3 = 14,76
5. SDR semak x2 =68,71
3 = 22,90
6. SDR rumput kawat =33,7
3 = 11,23
7. SDR pohon singgapuran =5,28
3 = 1,76
8. SDR temberak =14,3
3 = 4,76
9. SDR empet-empet =5,83
3 = 1,94
10. SDR putri malu =7,63 = 2,53
11. SDR rumput pengkilit =10,9
3 = 3,63
12. SDR tandan =14,5
3 = 4,83
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa: pada pengamatan kami tentang analisis vegetasi banyak jenis
tanaman yang dapat diamati seperti pada plot pertama tumbuhan yang
ditemukan berupa semak, perdu, begitu halnya dengan plot- plot yang
selanjutnya, hanya beberapa saja yang mengalami penambahanh spesies
baru, seperti pada plot ke dua tidak hanya di temukan semak, perdu, akan
tetapi ada rerumputan juga. Tumbuhan ini selain dapat di manfaatkan
untuk berlindung hewan – hewan invertebrate. Juga ada yang dapat di
jadikan makanan hewan seperti dari jenis rerumputan. Perbedaan tanaman
yang di temukan pada setiap plot disebabkan karena adanya pengaruh dari
factor- factor abiotik yang ada dalam suatu area.
Dan dari hasil perhitungan analisis data dapat di ketahui bahwa spesies
yang mempunyai Indek Nilai Penting (INP) atau Perbandingan Nilai
Penting (SDR) itulah yang menjadi nama komunitas dalam suatu area
yang di amati, oleh karena itu dari semua spesies yang ada pada area yang
kami amati kami menemukan 12 macam spesies tanaman yaitu, patikan
kebo, perdu xy, perdu xi, semak x2, rumput kawat, pupak kembang, putri
malu, pohon singgapuran, tandan, rumput pengkilit, temberak dan empet-
empet. Dari ke 12 jenis tanaman ini dari hasil analisis data maka dapat di
simpulkan bahwa tanaman yang paling tinggi INP nya adalah semak x2
yaitu 68,71, maka dapat dikatakan bahwa pada area yang kami amati
meruapakan area komunitas semak x2.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk ( struktur ) vegatasi dari masyarakat
tumbuh – tumbuhan. Unsure struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi di perlukan data – data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas tersebut.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan
pembuatan petak – petak pengamatan yang sifatnya pemanan atau
sementara. Menurut soerianegara ( 1974 ) petak – petak tersebut dapat
berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan
metode yang di gunakan menggunakan sebuah plot.
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu
komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari
kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu
mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-
hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna
tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase
dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang
masing-masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang
berlainan.
Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus
disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin
diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini
adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami
itu sendiri.
Pakar ekologi dalam pengetahuan yang memadai tentang
sistematik tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan
sacara florestika dalam mengungkapkan suatu vegetasi, yaitu berupa
komposisi dan struktur tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut.
Pakar autelogi biasanya memerlukan pengetahuan tentang
kekerapan atau penampakan dari suatu species tumbuhan, sedangkan
pakar senitologi berkepentingan dengan komunitas yaitu problema yang
dihadapi sehubungan dengan keterkaitan antara alam dengan variasi
vegetasi. Pakar ekologi produktivitas memerlukan data tentang berat
kering dan kandungan kalori yang dalam melakukannya sangat menyita
waktu dan juga bersifat destruktif.
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu
titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari
tubuh – tumbuhan yang hidup bersama dialam suatu tempat tertentu yang
mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya,
maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifat – sifatnya yang
mengkarekterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi.
Metode dengan pendekatan secara fisignomi tidak memerlukan
identifikasi dari species dan sering lebih berarti hasilnya untuk gambaran
vegetasi dengan skala kecil (area yang luas),atau untuk gambaran habitat
bagi disiplin ilmu lainnya.
Metode berdasarkan komposisi atau floristika species lebih
bermanfaat untuk menggambarkan vegetasi dengan skala besar ( area
yang sempit ) yang lebih detail,yang biasannya dipergunakan oleh pakar
di eropa daratan dalam klasifikasi vegtasi dan pemetaan pada skala yang
besar dan sangat rinci. Beberapa metode analisis vegetasi Dalam ilmu
vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi
sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala
yang ada.
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode
garis, metode tanpa plot dan metode kwarterner. Akan tetapi dalam
praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode kuadrat (dengan plot ). Dalam praktikum ini analisis
vegetasi yang dilakukan hanya menggunakan plot atau kuadrat.
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey
vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan.
Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak
tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan
infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat
homogen.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk
morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya.
Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih
menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara
mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak.
Disarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk
lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah
(undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi
bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi
hutan membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan,
yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m),
pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang
berdiame[er < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan
pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya
ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu
umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m
(pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
Metode kuadrat merupakan suatu metode yang menggunakan plot
berbentuk segi empat, atau lingkaran. Penggunaan metode ini pada
vegetasi semak, perdu dan rerumputan. biasanya panjang garis yang
digunakan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih
sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m.
Pada metode kuadrat ini, system analisis melalui variable-
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk
memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh kuadrat (plot). Kerimbunan
ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan,
dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis
yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.
Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap plot yang disebar.
D. Simpulan
Jadi vegetasi merupakan kumpulan tumbuh – tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama – sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di antara
sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri.
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey
vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan.
Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak
tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan
infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat
homogen.