ISOLASI FLAVONOID DARI PAKU RESAM.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Botani1.1.1 KlasifikasiKlasifikasi Gleichenia linearis menurut A. R. Smith (2006) adalah sebagai berikut Kingdom : PlantaeDivisio : PteridophytaClass : PterydopsidaOrdo : GleichenialesFamily :GleicheniaceaeGenus : GleicheniaSpesies : Gleichenia linearis

1.1.2 Deskripsi

Gambar 1. Gleichenia linearis (A. R. Smith, 2006) DaunDaun panjang dengan bagian-bagian yang menyirip. Ujungnya sering sampailamadalam kedaan kuncup. Beberapa di antaranya bersifat sebagai xerofit atau kremnofit misalnyaG. linearis, G. leavigata (paku andam, paku resam) sering dipakai untuk pelindung sementara pada persemaian-persemaian. Pernah ditemukan fosilGleicheniaceaem dari zaman Trias (Tjitrosoepomo, 2005: 273-274).Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak beruas, bercabang menggarpu dua kali sampai banyak kali. Pada tiap cabang kecuali yang teratas, terdapat dua segmentdaun yang melintang dan membengkok, panjangnya 5-25 cm. Dekat langsung di bawah garpu yang termuda terdapat tangkai yang tidak berdaun, juga semua tangkai yang lebih bawah tidak berdaun .Tajuk daun berbentuk pita memanjang, panjangnya 18-75 mm, licin, tepinya rata, ujungnya tumpul dan sedikit menggulung, pada tiap taju daun umumnya terdapat sori lebih dari satu (Nasution, 1986: 72).Sorinya terdapat pada setiap anak daun dan penyebarannya terbatas di sepanjang tulang daunnya. Masing-masing sorus terdiri atas kira-kira 10-15 sporangia. Pakuinitermasuk jenis paku yang tidak mempunyai indusial. Karenanya perkembangbiakan dengan spora sangat mudah dilakukannya (Tim LIPI, 1980: 100). BatangBatang merayap, sering membentuk jalinan sheet yang rapat.Beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tersebut tumbuh sejajar dengan tanah jadi tidak begitu kelihatan. Karena tumbuhnya menyerupai akar, maka batangnya sering disebut rhizoma, daun paku ada yang tunggal, ada pula yang majemuk, malahan ada yang menyirip ganda (Nelson, 2000: 76 ). AkarAkar membantu dalam kegiatan mengembangkan diri. Akar merupakan akar rimpang yang disebut dengan nama rhizoma. Tunas tumbuh dari akar rimpang ini berwarna hijau pucat yang ditutup oleh bulu-bulu berwarna hitam (Tim LIPI, 1980: 100).Akar rimpang merayap, adakalanya memanjat atau menggantung (van Steenis, 1975).

1.1.3 Sinonim Sinonim Glaichenia linearis : Dicranopteris linearis (Nasution, 1986).

1.1.4 Nama DaerahNama umum Indonesia : Paku rasam, reusam, paku rotan, paku resam (Tanpubolon, 1995). Nama lain Gleichenia linearis adalah Dicranopteris linearis. Termasuk ke dalam suku Gleicheniaceae, dengan nama lokal pakis kawat dan sampilpil (Nasution, 1986).

1.1.5 Kandungan KimiaHasil penelitian Raja et al (1995) menunjukkan bahwa salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan paku resam adalah flavonoid. Mengisolasi senyawa flavonoid dari tiga varietas Gleichenia linearis (G. linearis) dengan menggunakan daunnya sebagai sampel. Ketiga jenis varietas tumbuhan paku tersebut adalah G. linearis var, brevis, G. linearis var. tenuis dan G. linearis var. sebastiana. Flavonoid yang berhasil diisolasi dari ketiga jenis varietas G. linearis ini adalah golongan flavonol 3-O-glikosida. Mereka juga berhasil menemukan satu buah senyawa gliosida baru yaitu pada spesies G. linearis var. sebastiana berupa padatan amorf yang berwarna kuning. Adapun senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi pada ketiga varietas tumbuhan paku tersebut adalah afzelin dan quercitrin pada G. linearis var, brevis, quercitrin dan isoquecitrin pada G. linearis var, tenuis, serta astragin, isoquecitrin, rutin, dan kaempferol 3-O-(4-O-p-kumaroil-3-O--L-ramnopiranosil-(1 6)--D-glukopiranosida pada G. linearis var, sebastiana 1,3-diarilpropan (flavonoid), 1.2-diarilpropan (isoflavonoid) dan 1,1-diarilpropan (neoflavonoid). Flavonoid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan dalam tubuh manusia dan dapat menghambat proses oksidasi molekul di dalam tubuh (Septinus, 2011).Kaempferol merupakan senyawa flavonoid yang tersebar luas di alam. Senyawa ini sering ditemui pada buah-buahan dan sayuran seperti anggur, kuli apel merah, strawberi, frambus, jeruk bawang merah dan daun bawang. Tumbuhan lain yang juga banyak mengandung kaemferol adalah teh, asparagus dan Ginkgo biloba (Syafni, 2007).

Kaempferol Gambar 2. Struktur Kaempferol (Septinus, 2011) 1.1.6 Penggunaan TradisionalKulit batang paku ini digunakan untuk bahan baku kerajinan tangan. Batang bagian dalamnya untuk memperkuat kopiah, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat (Sastrapraja, dkk 1979 cit Darma, dkk 2007). Tumbuhan ini dianggap sebagai tanaman liar yang ternyata dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku kerajinan anyaman yang bernilai jual. Hal ini karena paku ini mengandung zat tanduk, anti rayap, dan tahan terhadap udara lembab yang mampu melebihi kekuatan rotan. Penggunaan lainnya dapat digunakan sebagai obat luka memar, obat batuk, pemecah bisul dan pena kaligrafi (Tanpubolon, 1995).

1.1.7 Efek Farmakologis Kaempferol mempunyai aktivitas biologis yang beragam antara lain sebagai antioksidan, mencegah aterosklerosis, mencegah pembentukan sel kanker dan menghambat aktivitas enzim HIV-1 integrase dan enzim hyaluronidase. Kaempferol dan kuersetin mempunyai efek yang sinergi dalam mengurangi profilasi sel kanker. Pada penelitian tentang penghambatan fungsi dan ekspresi P-glikoprotein oleh kaempferol dan kuersetin terbukti bahwa kaempferol dapat memerangi sel kanker yang resisten terhadap vinblastin dan paclitaxel.Pemanfaatan kaempferol dalam pengobatan sangat menjanjikan mengingat aktivitas yang sangat beragam. Struktur hidroksi pada C-5 dan C-7 pada cincin A dan ikatan rangkap C2-3 merupakan struktur hidroksi yang potensial sebagai kandidat obat anti HIV. Selain itu ikatan rangkap pada C2-3 juga berpotensi sebagai antiinflamasi (Syafni, 2011).

1.1.8 METODA ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDERA. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian sederhana dengan jalan merendam bahan alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu tertentu, sehingga bahan akan jadi lunak dan larut. Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara berikut, 10 bahagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan ke dalam bejana, didiamkan selama 3-5 hari pada tempat yang terlindungi cahaya dan diaduk berulang-ulang, serta diperas, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya, hingga didapatkan hasil maserasi sebanyak 100 bahagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup biarkan di tempat yang sejuk, terlindungi dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan, sambil mencegah penguapan pelarutnya (Djamal, 2010).Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa metabolit sekunder karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel karena adanya perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Ekstraksi senyawa dapat diatur dengan lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut dalam metode maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa metabolit sekunder dengan pelarut yang digunakan (Syafni, 2007).B. Destilasi UapDestilasi uap adalah penyulingan dengan mengalirkan uap pada evapor atau dikenal dengan metoda destilasi uap. Sampel dengan air penyulingan berada pada tempat terpisah (Djamal, 2010) Proses destilasi uap banyak digunakan mengekstraksi senyawa bahan alam yang tahan pada suhu yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Umumnya, banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri (Syafni, 2007).C. Fraksinasi Fraksinasi adalah proses untuk memisahkan kandungan senyawa bahan alam atas perbedaan sifat kelarutannya dalam kondisi yang ditentukan. Proses fraksinasi dilakukan apabila penyarian tahap awal bertujuan untuk mendapatkan ekstrak total. Proses fraksinasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pelarut yang memliki perbedaan kepolaran atau dengan membuat senyawa berubah sifat kelarutannya akibat perubahan pH (Djamal, 2010).D. Pengempaan Metode ini lebih banyak digunakan dalam proses industry seperti pada isolasi Crude Palm Oil (CPO) dari buah kelapa sawit dan isolasi katekin dari daun gambir. Proses ini tidak menggunakan pelarut (Syafni, 2007)Kempa, misalnya untuk memperoleh minyak atsiri dai kulit jeruk (Citronela oil). Sampel ditekan dengan alat bertekanan tinggi, misalnya dengan bantuan tekanan hidrolik (dikempa) (Djamal, 2010). E. Kromatografi Kromatografi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk memisahkan suatu komponen dari suatu campuran yang didasarkan pada interaksi komponen dengan fasa diam dan fasa gerak yang tidak saling bercampur (Syafni, 2007).Pada praktikum menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu teknik kromatografi yang banyak digunakan untuk analisis kualitatif senyawa organik, isolasi senyawa tunggal dari campuran multikomponen, analisis kuantitatif dan isolasi skala preparativ. Tenik KLT sangat bermanfaat untuk analisis obat dan bahan lain dalam laboratorium karena hanya memerlukan peralatan sederhana, waktu yang cukup singkat dan jumlah zat yang diperiksa cukup kecil (Adhan, 1997). a. Fase diam Fase diam adalah lapisan tipis penyerapan yang seragam atau media terpilih digunakan sebagai media pembawa. Penjerap dilekatkan pada penyangga sebagai pelapis untuk mendapatkan lapisan yang stabil dengan ukuran yang sesuai. Penyangga yang sering digunakan tersebut dari bahan glas, plastik dan aluminium, sedangkan penjerap yang paling sering digunakan antara lain silika gel, alumina, kieselguhr dan selulosa (Touchstone dan Dobbins, 1983). b. Fase gerak Sifat dan komposis kimia fase gerak ditentukan oleh jenis zat yang dipisahkan dan jenis penjerap yang digunakan untuk pemisahan. Komposisi fase gerak dapat berupa pelarut murni maupun campuran kompleks dari beberapa pelarut (Touchstone dan Dobbins, 1983). Seluruh senyawa organik termaksud pelarut digolongkan menurut kemampuan dasarnya untuk membuat ikatan hidrogen. Terdapat pelarut yang merupakan donor atau aseptor pasangan elektron dan mempunyai kemampuan untuk membentuk jembatan intermolekular (hidrofilik dan pelarut polar) ataupun pelarut yang tidak mempunyai kemampuan tersebut (lipofilik, hidrofilik, pelarut non polar). Diantara perbedaan ekstrem tersebut terdapat pelarut dengan polaritas sedang (Gritter, Bobbit dan Schwarting, 1991).

BAB IIPROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan2.1.1 AlatBoiler, steamer, kempa hidrolik, wadah penampung, Erlenmeyer/beker, seperangkat alat rotary evaporatory, corong, kain penyaring2.1.2 BahanPaku resam (25 kg), methanol, etil asetat, n-heksan, HCL 2N, penampak noda untuk flavonoid (sito borak), kertas saring.

2.2 Cara Kerja a. Paku resam (25 kg) dikukus selama 1 jamb. Kempa, tamping air hasil kempa, diamkan selama 3 haric. Saring, ambil endapand. Endapan diambil 10 gram, larutkan dengan methanol 100 ml dan tambahkan 100 ml larutan HCL 2N kemudian panaskan di atas waterbath selama 1 jam.e. Fraksinasi 5 x 70 ml etil asetat, cuci hingga pH fraksi air netralf. Uapkan fraksi etil asetat dengan rotary evaporatorg. Larutkan ekstrak dari fraksi etil dengan 5-10 mL etil asetat kemudian lakukan pendesakkan dengan menambahkan n-heksan tetes demi tetes hingga terbentuk endapan kuningh. Ambil endapan yang terbentuki. Cek KLT senyawa hasil isolasi dengan fase diam kertas saring, fase gerak Butanol : Asam asetat : Air (4:1:5). Lihat fase diam di bawah sinar UV 365 sebelum dan sesudah di elusi, gunakan sitro borat sebagai penampak noda flavonoid.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil 1. Organoleptis Warna : kuningBau : masamRasa : -Bentuk : amorf2. Berat senyawa isolatBerat isolat= (vial + zat) (vial kosong)= 9,6747 g 9,6465 g= 0,0282 g= 28,2 mg3. Rendemen x 100%= = 5,64 x 10-7 x 100%= 56,4 x 10-6 %4. Profil KLT/ Rf = = 0,583

3,5 cm 6 cm Gambar 3. Hasil KLT kaempferol 5. Kelarutan Kaempferol larut dalam air dan etil asetat.

3.2 PembahasanPada pemeriksaan Flavonoid dari paku resam (Gleichenia linearis) digunakan tumbuhan paku resam yang masih segar. Tujuan digunakan tumbuhan yang masih segar agar zat aktif yang terdapat tidak rusak. Untuk pemeriksaan flavonoid ini dilakukan beberapa metode isolasi seperti metode ekstraksi dan pengempaan. Pertama-tama dilakukan pengempaan menggunakan kempa hidrolik untuk mendapat ekstrak yang sebelumnya paku resam segar dikukus terlebih dahulu. Pengempaan merupakan proses isolasi yang tidak menggunakan pearut. Pengempaan ini bertujuan agar didapatkan ekstrak yang maksimal sehingga tidak adanya zat aktif yang tertinggal pada tumbuhan. Metode ekstraksi yang dilakukan selanjutnya adalah metode maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik. Pada saat praktikum pelarut organik yang digunakan adalah metanol. Pelarut ini merupakan pelarut yang universal yang bisa melarutkan semua senyawa yang terkandung dalam simplisia. Selain itu, harganya juga relative lebih murah dibandingkan dengan pelarut-pelarut lainnya. Fraksinasi dilakukan 5 x 70 mL etil asetat, cuci hingga pH fraksi air netral. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan HCl agar tidak mempengaruhi hasil isolasi sehingga didapatkan hasil yang murni. Setelah dilakukan fraksinasi dilakukan pendesakan menggunakan n-heksan. Menggunakan larutan n-heksan ini karena ekstrak tidak larut dengan dengan n-heksan, ekstrak dapat larut dengan etil asetat. Setelah dilakukan pendesakan didapatkan hasil isolatnya berupa endapan sebanyak 28,2 mg, sehingga didapatkan hasil rendemennya sebanyak 56,4 x 10-6%. Kemudian dilakukan cek KLT dengan fase diam silika gel F60 dan fase geraknya Butanol : asam asetat : air (4:1:5) lalu lihat di bawah sinar UV, didapatkan hasil Rf dari hasil isolat adalah 0,583. Noda yang dihasilkan setelah melewatkan eluen sampai tanda batas sedikit terdapat teling mungkin karena terdapat kesalahan pada saat penotolon. Pada saat penotolan tidak menotolkan pada titik yang sama sehingga terjadi pelebaran noda ketika dilewatkan oleh eluen. Menurut penelitian Sharkawy et al (2013) nilai Rf dari kempferol adalah 0,56 dengan memakai fase gerak etil asetat : metanol : air (30 : 4 : 50). Karena terdapat perbedaan dalam pemakaian fase gerak nilai Rf yang dihasilkan juga berbeda.

BAB IVKESIMPULAN dan SARAN

4.1 KesimpulanDari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :1. Paku Resam (Gleichenia linearis [Burm.) Clarke) mengandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid yang terdapat pada G. linearis salah satunya adalah kaempferol. 2. Kaempferol memiliki aktivitas biologis yang beragam seperti, antioksidan, mencegah aterosklerosis, mencegah pembentukan sel kanker, menghambat aktivitas enzim HIV-1 integrase dan enzim hyaluronidase dan antiinflamasi. 3. Nilai Rf kaempferol yang didapatkan setelah pengisolasian dari paku resam adalah 0,583 rendemen yang didapatkan sebanyak 56,4 x 10-6 %4.2 Saran 1. Teliti, hati-hati dan serius dalam melaksanakan percobaan, dan sesuai dengan prosedur kerja.2. Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.3. Pergunakan alat-alat praktikum yang benar-benar bersih dan kering. 4. Lakukan penambahan reagen secara kuantitatif.5. Pergunakan pipet tetes yang berbeda untuk masing-masing reagen atau larutan uji untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.6. Sebelum di KLT pastikan dahulu kristal yang diperoleh sudah murni dan bebas dari pengotor agar hasil KLT lebih baik dan nilai Rfnya sama dengan literatur.

DAFTAR PUSTAKAAdhan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta : Andi, 27-35Darma, I Dewa Putu dan I, N, Peneng. 2007. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, NTT. Biodiversitas Vol : 8, No : 3, Hal : 242-248 Djamal, Rusjdi. 2010. Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Universitas BaiturrahmahGritter, R, J., J. M. Bobbits, and A. E. Schwarting. 1987. Introduction to Chromatography (Pengantar Kromatorafi), Edisi ke-2, diterjemahkan oleh K. Padmawinata. Bandung : Penerbit ITBNelson, Gil. 2000.The Ferns OfFlorida. Florida: Pineapple Press. IncNsution, Ahmad. 1986. Morfologi Tumbuhan Paku Secara Umum. Yogyakarta : KanisiosdelbergSeptinus, Paul. 2011. Isolasi Flavonoid dari Ekstrak Akif Daun Paku Rasam (Glaichenia linearis) Sebagai Antioksidan. Padang : UNANDSyafni, Nova. 2007. Optimasi Isolasi Kaempferol dari Paku Resam (Gleichenia linearis (Burm.) Clarke). Padang : UNANDTampubolon, Oswald T. 1995. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit BhrataraTim LIPI. 1980. Jenis Paku Indonesia. Jakarta : Balai PustakaTjitrosoepomo, gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Yogyakarta : Gadjah Mada University PressTouchstone, J. C., MF. Dobbins. 1983. Practice of Thin Layer Chromatography. Canada : John Wiley & Sons, 2-12Van Steenis. 1975. Glossary Of Taxonomic. New York : British PressLAPORAN AKHIR PRAKTIKUMKIMIA BAHAN ALAM

ISOLASI FLAVONOID DARI PAKU RESAM(Gleichenia linearis [Burm.] Clarke)

OLEH :FITRIA LAVITA AGRESA1211013001SELASA PAGIKEL II (DUA)

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS ANDALASPADANG 2014