21
MAKALAH ISPA DAN PNEUMONIA Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular Dosen Pengampu : drg. Yunita Dyah Puspita Santik Disusun oleh: 1. Novia Wulandari ( ) 2. Muhammad Iqbal ( ) 3. Ayu Prihatin D. L. ( ) 4. Sundari Sukoco (6411411210/ Rombel 5) 5. Koco Totok Sugiarto ( 6411411218/ Rombel 5) 6. Isna Shofiana ( 6411411219/ Rombel 5) 7. Yunita Triyana Sari ( ) 8. Fitri Lestari ( ) 9. Hutami Yulia S. ( ) 10. Nabila Afiyati ( ) 11. Nurul Dwi Astuti ( ) 12. Evanda Isnaini U. ( ) 13. Nurma ( ) 14. Pertiwi Cahya P. ( )

Ispa Dan Pneumonia Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ispa Dan Pneumonia Fix

MAKALAH

ISPA DAN PNEUMONIA

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular

Dosen Pengampu : drg. Yunita Dyah Puspita Santik

Disusun oleh:

1. Novia Wulandari ( )2. Muhammad Iqbal ( )3. Ayu Prihatin D. L. ( )4. Sundari Sukoco (6411411210/ Rombel 5)5. Koco Totok Sugiarto ( 6411411218/ Rombel 5)6. Isna Shofiana ( 6411411219/ Rombel 5)7. Yunita Triyana Sari ( )8. Fitri Lestari ( )9. Hutami Yulia S. ( )10. Nabila Afiyati ( )11. Nurul Dwi Astuti ( )12. Evanda Isnaini U. ( )13. Nurma ( )14. Pertiwi Cahya P. ( )

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Page 2: Ispa Dan Pneumonia Fix

ISPA DAN PNEUMONIA

A. Definisi

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, penyakit

infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas

mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA

merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh

anak masih rendah.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh

gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam.

B. Angka Kejadian

ISPA di Indonesia masih menempati urutan pertama penyebab kematian di

Indonesia (Depkes, 2005). Proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA

mencakup 20% - 30% dari seluruh kematian anak Balita (Depkes, 2002). ISPA juga

merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan.

Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30 % kunjungan

berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA

(Ditjen PPM dan PLP, 2000).

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007, menunjukkan prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka

nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2.2 %, balita 3%,

angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan balita 15,5%. Hal itu

disampaikan Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH ketika membuka

seminar Pneumonia, The Forgotten Killer Of Children tanggal 2 November 2009 di

Universitas Padjadjaran Bandung. kata dr. Endang R. Sedyaningsih, ISPA

merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu

Page 3: Ispa Dan Pneumonia Fix

sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan

berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit.

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di

atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia

balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan

sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang. Di Indonesia,

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama

penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering

berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang

dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2008 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai

penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari

seluruh kematian balita.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah

kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka

kematian. Kasus pneumonia di temukan paling banyak menyerang anak

balita .Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia

tiap tahun akibat pneumonia.Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia

sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain seperti

campak, malaria serta AIDS. Mengingat bahaya pneumonia, maka perlu perhatian

lebih untuk mengantisipasi serangan penyakit tersebut terhadap anak-anak kita.

C. Distribusi

Dalam distribusi penyakit ISPA ada 3 ciri variabel yang dapat dilihat yaitu

variabel orang (person), variabel tempat (place) dan variabel waktu (time).

a. Menurut orang

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Daya tahan

tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena system pertahanan

tubuh belom kuat. Apabila di dalam satu rumah ada anggota keluarga terkena

pilek, anak-anak akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi tersebut maka

penyebaran penyakit ISPA menjadi lebih cepat.

Page 4: Ispa Dan Pneumonia Fix

b. Menurut tempat

ISPA masih menjadi masalah kesehatan baik di Negara maju maupun Negara

berkembang. Dalam pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka

kesakitan ISPA di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini

mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal. Rumah yang padat

penghuni menyebabkan sirkulasi udara dalam rumah menjadi tidak sehat,

karena penghuni yang banyak dapat mempengaruhi kadar oksigen dalam

rumah. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme di udara

dalam rumah. Dengan demikian mikroorganisme penyebab penyakit terutama

yang menular melalui saluran pernapasan semakin banyak, apabila penghuni

dalam rumah tersebut semakin banyak jumlahnya.

c. Menurut Waktu

Penyebaran penyakit ISPA terjadi pada malam hari karena terjadi

perubahan kelembaban udara.

Menurut JG Ayres dan kawan-kawan (2009) dalam jurnalnya mengatakan

bahwa peningkatan kasus penyakit infeksi pernafasan kemungkinan

dipengaruhi oleh curah hujan ekstrim yang menyebabkan suatu wilayah

menjadi dingin. Curah hujan yang berlebihan akan membuat suhu an

kelembaban menurun virus ISPA cenderung akan meningkat.

Kebakaran hutan yang intensitasnya meningkat pada saat musim kemarau

menghasilkan kualitas udara yang buruk dan menurunkan derajat

kesehatan penduduk di sekitar lokasi.

Distribusi Pneumonia

a. Distribusi Pneumonia Berdasarkan Orang (Person)

Data SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 20,9% kematian bayi disebabkan

oleh pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi.

Sedangkan pada anak balita 21,9%kematiannya disebabkan oleh pneumonia dan

merupakan penyebab kematian nomor satu darisemua penyebab kematian pada

anak balita.Hasil SDKI tahun 1997 menyebutkan bahwa prevalensi pneumonia

menurut jenis kelamin lebihtinggi terjadi pada anak laki-laki 9,4%, sedangkan

pada anak perempuan 8,5%.Hasil SDKI pada tahun 2001 menunjukkan bahwa

Page 5: Ispa Dan Pneumonia Fix

prevalensi pneumonia paling tinggi terjadipada anak usia 1-4 tahun yaitu

33,76% dan prevalensi pada anak usia < 1 tahun yaitu sebesar31%. Menurut

WHO tahun 2005 proporsi kematian balita dan bayi karena pneumonia di

duniaadalah sebesar 19% dan 26%.

b. Distribusi Pneumonia Berdasarkan Tempat (Place)

Angka kematian balita tahun 1995 di Indonesia masih tinggi mencapai 31% dari

seluruhkematian penduduk Indonesia, dengan perincian 22,4% di Jawa dan Bali

dan 43,5% sampai55,1% di kawasan Timur Indonesia.Menurut SKRT tahun

1995 di daerah Jawa dan Bali angka kematian akibat sistem pernafasansebesar

32,1% pada bayi dan 38,8% pada balita. Sedangkan di luar Jawa dan Bali

kematianakibat sistem pernafasan sebesar 28% pada bayi dan 33,3% pada

balita.Data SDKI tahun 1997 di daerah Jawa dan Bali angka prevalensi

pneumonia pada balita sebesar8 per 100 balita. Sedangkan di luar Jawa dan Bali

prevalensi pneumonia pada balita sebesar 10 per 100 balita.

D. Faktor Risiko

1. Faktor Host (Diri)

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia

dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA

daripada usia yang lebih.

b. Jenis Kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti

Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian

yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap

jenis kelamin tertentu.

c. Status Gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Energi Protein (KEP) telah lama

dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu

Page 6: Ispa Dan Pneumonia Fix

merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KEP, ketahanan tubuh menurun

dan virulensi patogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang

terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama

dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

d. Status Imunisasi

Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa imunisasi

yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam

mencegah kejadian.

e. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa

pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada

penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel

yang mengalami diferensiasi.

f. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai

sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor

yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat

memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel

imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan.

2. Faktor lingkungan

a. Rumah

b. Kepadatan Hunian (crowded)

c. Status Sosil Ekonomi

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai

kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari

keluarga yang tidak merokok.

e. Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan

pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun

diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil

Page 7: Ispa Dan Pneumonia Fix

penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas

Indonesia menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna

dan asap tungku di dalam rumah akan mempermudah terjadinya ISPA anak

(Mishra, 2003).

E. Faktor Protektif

1. Menghindarkan diri dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat

keramaian yang berpotensi penularan.

2. Menghindarkan diri dari kontak dengan penderita.

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4. Memakan makanan bergizi.

5. Menghindari minum alkohol.

6. Tidak merokok.

7. Pemberian vitamin A.

8. Pemberian ASI pada bayi.

F. Dampak bagi Masyarakat

ISPA bagi kesehatan mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil,

akan tetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA) dan

mastoiditis. Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni pneumonia. ISPA

yang berlanjut menjadi pneumonia (radang paru-paru) sering terjadi pada anak-

anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan

lingkungan yang tidak sehat. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena

meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar

karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau malah

berlebihannya pemakaian antibiotik.

Kejadian ISPA pada balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih

berat dan buruk. Hal ini disebabkan karena ISPA pada anak balita umumnya

merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal

proses kekebalan secara alamiah. Pada orang dewasa sudah banyak terjadi

kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman infeksi sebelumnya.

Page 8: Ispa Dan Pneumonia Fix

G. Diagnosis

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-

keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-

gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan

kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.

Tanda-tanda bahaya secara umum :

- Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, retraksi/tertariknya kulit

ke dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan, suara

napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga

terdengar keras

- Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah,

tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.

- Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang,

dan koma.

- Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor/mendengkur, dan gizi buruk.

Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan : kurang bisa

minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume

yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi,

demam, dan dingin

Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui gambaran klinis dan

gambaran radiologis.

Gambaran Klinis

Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-

gejala meliputi:

1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan

2. Batuk yang sering produktif dan purulen

Page 9: Ispa Dan Pneumonia Fix

3. Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas

4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut

bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan deman, menggigil,

suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40˚C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan

sendi, juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang

berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal

waktu bernafas dengan suara napas bronchial kadang-kadang melemah. Di

dapatkan ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium

resolusi.

Gambaran Radiologis

Gambaran radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:

- Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru

secara anatomis

- Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas

- Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.

Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.

Diagnosa gejala pneumonia akan jelas apabila:

Terdengar napas yang kasar, dan jika diperiksa dengan stetoskop akan terdengar

suara yang lemah.

Hasil Rontgen dada menunjukkan ada bagian yang berwarna putih-putih di

bagian kiri atau kanan paru.

Terdeteksi ada bakteri atau jamur pada pengujian sampel dahak (sputum).

Sayangnya pengujian ini sulit sekali dilakukan pada anak.

Hasil tes darah menunjukkan peningkatan sel darah putih dengan dominasi

netrofil untuk pneumonia yang disebabkan infeksi bakteri. Bila peningkatan sel

darah putih dengan dominasi limfosit, sangat mungkin pneumonia karena virus.

Page 10: Ispa Dan Pneumonia Fix

Pneumonia berat ditandai dengan batuk yang disertai kesulitan bernapas. Napas

sesak, bayi tampak menarik perut dalam-dalam saat bernapas.

Pneumonia sangat berat ditandai dengan batuk dan kesulitan bernapas disertai

gejala sianosis sentral, yakni dada atau perut, bibir dan lidah bayi berwarna

kebiruan, bahkan sampai sulit minum.

Pneumonia mungkin dicurigai ketika dokter memeriksa pasien dan

mendengar pernapasan yang kasar atau suara-suara yang pecah ketika

mendengarkan pada suatu porsi dari dada dengan sebuah stethoscope.Mungkin ada

suara mencuit-cuit, atau suara-suara pernapasan mungkin adalah redup pada suatu

area tertentu dari dada. Suatu x-ray dada biasanya dipesan untuk mengkonfirmasi

diagnosis dari pneumonia.

Suatu tes darah yang mengukur jumlah sel darah putih [white blood cell

(WBC)] mungkin dilaksanakan. Suatu jumlah sel darah putih dari seorang individu

dapat seringkali memberikan suatu petunjuk pada keparahan dari pneumonia dan

apakah ia disebabkan oleh bakteri atau suatu virus.

Bronchoscopy adalah suatu prosedur dimana suatu tabung penglihat yang

disinari yang tipis, lentur, dimasukan kedalam hidung atau mulut setelah suatu

pembiusan lokal diatur. Jalan-jalan lintas pernapasan dapat kemudian diperiksa

secara langsung oleh dokter, dan spesimen-spesimen dari bagian paru yang

terinfeksi dapat diperoleh.

H. Upaya Pencegahan & Penanggulangan

Infeksi saluran pernafasan bagian atas sangat sering terjadi pada anak, dan

apabila tidak diberikan perawatan yang baik, maka infeksi ini akan menyebar ke

saluran pernafasan bagian bawah, terutama menyerang paru-paru dan menimbulkan

radang paru (penumonia). Menurut Depkes RI (2002), cara pencegahan agar tidak

terkena penyakit pneumonia adalah sebagai berikut.

1. Menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan sehat

Page 11: Ispa Dan Pneumonia Fix

Infeksi saluran nafas akut menyebar melalui batuk dan air liur, Selain itu

keadaan rumah juga sangat mempengaruhi kajiadan ISPA. Keadaan ventilasi

rumah sangat berkaitan dengan kejadian ISPA. Fungsi ventilasi adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan

oksigen yang diperlukan tetap terjaga. Kurangnya ventilasi menyebabkan

kurangnya oksigen dan meningkatnya kadar karbondioksida di dalam rumah

yang bersifat racun bagi penghuninya, karena akan menghambat afinitas oksigen

terhadap hemoglobin darah. Selain itu ventilasi yang buruk menyebabkan aliran

udara tidak lancar, sehingga bakteri patogen sulit untuk keluar karena tidak ada

aliran udara yang cukup untuk membawa bakteri keluar rumah. Selain itu resiko

ISPA juga akan meningkat bila di rumah ada sumber pencemaran udara

misalnya ada orang dewasa yang merokok atau keluarga memasak menggunakan

asap, karena asap rokok dan debu dapat menyebabakan iritasi mukosa saluran

pernafasan sehingga merusak sistem mekanisme pertahanan di saluran

pernafasan, akibatnya bakteri mudah masuk ke dalam saluran nafas dan akan

mudah terkena ISPA berulang.

2. Immunisasi lengkap

Immunisasi adalah upaya pemberian antigen yang bertujuan mengaktivasi

kekebalan di dalam tubuh anak atau bayi sehingga terhindar dari penyakit atau

penyakit berat yang mungkin timbul (Depkes RI, 2000 dalam Supartini, 2004).

Pemberian immunisasi merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi

angka kejadian ISPA (Depkes RI, 1997) dan menurut Trapsilowati (1999),

pemberian immunisasi campak yang efektif dapat mencegah 11 % kematian

balita akibat pneumonia dan dengan immunisasi DPT 6 % kematian akibat

pneumonia dapat dicegah.

3. Pemberian ASI

ASI merupakan sumber kalori dan protein yang sangat penting bagi anak

khususnya anak dibawah usia 1 tahun serta melindungi bayi terhadap infeksi

karena ASI mengandung antibodi yang penting dalam meningkatkan kekebalan

tubuh. Bayiyang diberi susu botol atau susu formula rata-rata mengalami dua

kali lebih banyak serangan pneumonia dibanding bayi yang mendapatkan ASI

Page 12: Ispa Dan Pneumonia Fix

(Depkes RI dan Unicef, 1999). Penelitian di Kanada membuktikan bahwa ASI

melindungi bayi terhadap infeksi saluran nafas dalam 6 bulan pertama

kehidupan. Nilai gizi ASI yang lebih tinggi dan adanya antibodi, sel-sel leukosit

serta enzim dan hormone melindungi bayi terhadap berbagai infeksi

Penanggulangan penyakit ISPA dan Pneumonia

1. Pemberian nutrisi

a. Pemberian nutrisi selama sakit

berilah makanan gizi seimbang dan harus mendapatkan semua sumber

zat gizi yaitu karbohidrat, protein, mineral,vitamin dan serat dalam

jumlah yang cukup. Berilah makanan dalam jumlah sedikit demi sedikit

dalam waktu yang sering. Pada bayi dengan usia kurang dari 4 bulan,

berikanlah ASI lebih sering ketika anak sakit.

b. Pemberian nutrisi setelah sakit

setelelah sembuh usahakan memberikan makanan ekstra setiap hari

selama seminggu atau sampai berat badan mencapai normal dan

mencegah terjadinya malnutrisi, karena malnutrisi akan mempermudah

dan memperberat infeksi sekunder lainnya.

2. Pemberian cairan

Anak dengan infeksi saluran pernafasan dapat kehilangan cairan lebih

banyak dari biasanya terutama bila demam. Pemberian cairan harus lebih banyak

dari biasanya.Bila anak belum menerima makanan tambahan maka anak harus

diberi ASI sesering mungkin.

3. Melegakan tenggorokan dan meredakan batuk

4. Perawatan selama demam

upaya penurunan panas menggunakan kompres juga penting dan

pemberian antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh. Perawatan

demam merupakan hal yang sangat penting utnuk mencegah komplikasi lanjut

yaitu terjadinya kejang dan bila suhu tubuh terlalu tinggi lebih dari 41° C akan

berbahaya bagi tubuh karena akan menyebabkan kerusakan otak permanen

(Ganong, 1995)

Page 13: Ispa Dan Pneumonia Fix

5. Observasi terhadap tanda-tanda pneumonia

Pengetahuan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pneumonia merupakan

hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pneumonia merupakan salah satu

komplikasi ISPA yang paling membahayakan. Oleh karena itu keluarga harus

mengetahui tentang tanda bahaya pneumonia dan segera membawa anak ke

pusat kesehatan terdekat. Berikut ini merupakan tanda pneumonia yaitu :

- Nafas menjadi sesak

- Nafas menjadi cepat

- Anak tidak mau minum

- Sakit anak bertambah parah

Page 14: Ispa Dan Pneumonia Fix

DAFTAR PUSTAKA

Aprida D. S. Dan Soedjajadi K. 2007. Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah dengan Kejadian ISPA. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 3, No. 2, Januari 2007: 139–150.

h ttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410-pneumonia-penyebab- kematian-utama-balita.html diakses Selasa, 12 Maret 2013 pukul 13.20 WIB.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Pneuomonia Komuniti. Jakarta:EGC.

P2M dan PLP. 1993. Bimbingan Keterampilan dalam Tata Laksana Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Anak. Jakarta:Dirjen P2M dan PLP.

Richard, M. Leach. 2005. At A Glance Sistem Respirasi. Jakarta:Erlangga Medical Series.

Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta:PT Indeks.

Trapsilowati, W. 1999. Majalah Kesehatan Masyarakat, Edisi ke-156: Waspadai Bahaya ISPA dan Penumonia. Jakarta:Depkes RI.

Yusup, Nur Achmad dan Lilis Sulistyorini. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari 2005.

---------. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atiptik & Pneumonia Atypik Mycobacterium/ Misnadiarly. Jakarta:Pustaka Obor.