37
UPAYA POKOK PUSKESMAS PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (ISPA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH Oleh : Nawis Esti Wibowo I1A008035 Wuri Sofiratmi I1A008050 Irawati Friana Batubara I1A008087

ISPA oyee

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gghhssdsdsdsds

Citation preview

UPAYA POKOK PUSKESMAS

UPAYA POKOK PUSKESMAS

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (ISPA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEMPAKA PUTIHOleh :

Nawis Esti WibowoI1A008035Wuri Sofiratmi I1A008050Irawati Friana BatubaraI1A008087BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM BANJARBARUOktober, 2013BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Sebagai perwujudan Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 (RPKMIS), telah disusun pokok-pokok program pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit menular dan imunisasi. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan, dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan bagian dari upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular.Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit disebabkan oleh ISPA.

Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2ISPA) di Indonesia mulai pada tahun 1984, bersamaan dengan dimulainya P2 ISPA di tingkat global oleh WHO. Dalam perjalanannya, P2 ISPA telah mengalami beberapa perkembangan. Pada Periode pra-implementasi telah dilaksanakan 2 kali lokakarya ISPA Nasional, yaitu tahun 1984 dan tahun 1988. Pada lokakarya ISPA Nasional tahun 1984, menghasilkan pengembangan sistem dan pengklasifikasian penyakit ISPA menjadi ISPA ringan, sedang dan berat sedangkan pada lokakarya ISPA Nasional tahun 1988, disosialisasikan pola baru tata laksana kasus ISPA. Tatalaksana pola baru ini selain menggunakan tata cara klasifikasi gejala penyakit yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna, juga memisahkan antara tata laksana penyakit Pneumonia dan tata laksana penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorok.

Lokakarya Nasional III tahun 1990 di Cimacan telah menyepakati untuk menerapkan pola baru tata laksana kasus ISPA di Indonesia dengan melakukan adaptasi sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Dengan penerapan pola baru ini, maka sejak tahun 1990 Pengendalian Penyakit ISPA menitikberatkan atau memfokuskan kegiatan penanggulangannya pada Pneumonia balita.

Pada tahun 1997 WHO memublikasikan tatalaksanan penderita Balita dengan menggunakan pendekatan Integrated Management of Childhood (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan model tata laksana kasus terpadu utnutk berbagai penyakit anak, yaitu : Pneumonia, Diare, Campak, Gizi Kurang, dan Kecacingan.Dalam pertemuan Revisi Modul tata laksana Standar Penyakit ISPA yang dihadiri oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Dokter Spesialis Anak dari 14 Fakultas Kedokteran di Indonesia untuk merevisi tata laksana Pneumonia Balita sesuai dengan perkembangan terbaru khususnya perubahan pemberian antibiotik dari 5 hari menjadi 3 hari pengobatan.

Peningkatan pelaksanaan P2 ISPA perlu didukung dengan peningkatan sumber daya termasuk dana. Semua sumber dana pendukung program yang tersedia baik APBN, APBD kabupaten/kota/provinsi dan dana kerja sama harus di manfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan program dan target yang telah ditentukan.Sejalan dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Pembangunan Keuangan Pusat dan Daerah maka daerah otonomi harus mempunyai kemampuan menentukan skala prioritas pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan setempat dan mencari sumber-sumber pembiayaan di samping memperhatikan komitmen global/internasional dan nasional.Di samping itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) menyatakan bahwa kabupaten/kota wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan SPM yang telah ditetapkan, salah satunya adalah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA.Hasil eksplorasi data SKRT 2001 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi akibat penyakit sistem pernafasan adalah 4,9/1.000 balita, yang berarti ada sekitar 5 dari 1.000 balita yang meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, atau rata-rata 1 anak balita meninggal akibat pneumonia setiap 5 menit.

Program pemberantasan penyakit ISPA dicanangkan tahun 1984 dengan dibentuknya Subdit ISPA berdasarkan Kepmenkes No.558 Th.1984.Pelaksanaan program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut adalah bagian dari pembangunan kesehatan, dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan bagian dari upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular.B. Tujuan PenulisanPenulisan ini bertujuan untuk mengetahui upaya penanggulangan penyakit menular ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih melalui Program Pemberantasan dan Penanggulangan ISPA (P2 ISPA).BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi ISPAIstilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris Accute Respiratory Infections (ARI). ISPA merupakan penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran nafas atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura.B. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia, seperti: Bakteri, antara lain genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetella, dan Korinebakterium

Virus, antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lainDiagnosis etiologi pneumonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh, sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya biakan dari spesimen pungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen pungsi paru merupakan cara yang sensitif untuk mendapatkan dan menentukan bakteri penyebab pneumonia pada balita akan tetapi pungsi paru merupakan prosedur berbahaya dan bertentangan dengan etika, terutama jika hanya dimaksudkan untuk penelitian.C. Epidemiologi

ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak anak balita di dunia, dan ini merupakan 30% dari seluruh kematian yang ada. Di negara-negara berkembang pneumonia merupakan penyebab kematian utama. Keadaan ini berkaitan dengan berbagai kondisi seperti malnutrisi, kondisi lingkungan juga polusi di dalam rumah seperti asap, debu, dan sebagainya.

Angka kematian ISPA menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994, 1997, dan 2002 menunjukkan bahwa angka kematian balita cenderung mangalami penurunan secara signifikan. Berdasarkan hasil SUKERNAS 2001 tampak bahwa proporsi kematian bayi karena penyakit saluran pernafasan pada bayi (usia < 1 tahun) sebesar 23,9% di Jawa dan Bali, 15,8% di Sumatra, serta 42,6% di kawasan Timur Indonesia; dan pada anak balita sebesar 16,7% di Jawa-Bali, 29,4% di Sumatra, 30,3% di kawasan Tinur Indonesia.

Kurang lebih 10% kasus ISPA berlanjut atau terjadi dalam bentuk ISPA sedang dan berat yang memerlukan antimikroba. Dari seluruh kasus ISPA, 1-3% diantaranya dalam bentuk ISPA berat yang perlu dirawat. Sebab utama kematian ISPA berat adalah pneumonia, yang menjadi perhatian utama dalam upaya pemberantasan ISPA.D. Klasifikasi ISPA1. Klasifikasi Batuk dan Kesukaran BernafasKriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernafas. Pola tatalaksana ini terdiri dari 4 bagian yaitu:

a. Pemeriksaan

b. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

c. Penentuan klasifikasi penyakit

d. Pengobatan dan tindakan

Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 tahun.

Tabel 1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Kelompok Umur

KELOMPOK UMURKLASIFIKASI

> 2 Bulan - < 5 tahunPneumonia Berat

Pneumonia

Bukan Pneumonia

< 2 BulanPneumonia Berat

Bukan Pneumonia

Dalam pendekatan MTBS, klasifikasi pneumonia berat pada kelompok umur < 2 bulan adalah gangguan nafas dan mungkin infeksi bakteri sistemik.2. Klasifikasi Pneumonia Berat

Berdasarkan adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan - 5th< 1 th1-4 th< 1 th1-4 th>5th

JanuariKuripan39201124195

Kebun Bunga1400061452

FebruariKuripan76100334277

Kebun Bunga3820091652

MaretKuripan1014000164170

Kebun Bunga4510051457

AprilKuripan37200275098

Kebun Bunga07000102259

MeiKuripan129100163261

Kebun Bunga2300051647

JuniKuripan44000183857

Kebun Bunga16101161141

JuliKuripan341002735108

Kebun Bunga0600071837

AgustusKuripan87000232457

Kebun Bunga1410071421

SeptemberKuripan4131202757121

Kebun Bunga11100262156

Total6712613242735861116

Total Semua20661975

Grafik 4. Grafik Kunjungan Penyakit Terbanyak POSKESDES Kuripan s/d September 2013.

Grafik 5. Grafik Kunjungan Penyakit Terbanyak POSKESDES Kebun Bunga s/d September 2013

Tabel 2. Data Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Cempaka Putih Tahun 2012

No.Nama PenyakitKodeJumlah

1.ISPA (J18.9)J18.93545

2.Hipertensi Essensial (Primer) (I10)

I102203

3.Penyakit Pulpa dan Periapikal (K04)K041960

4.Gangguan Gigi & Jaringan Penunjang Lainnya (K08)K081679

5.Gastritis & Duodenitis (K29)K291457

6.Arthritis Lainnya (M13)M131231

7.Batuk (R05)R05864

8. Karies Gigi (K02)K02825

9.Diabetes Mellitus (E14)E14816

10.Penyakit Lain-lain (1701)1701525

Keadaan kependudukan wilayah kerja puskesmas Cempaka Putih sebanyak 33.597 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 7.791 KK, Terdiri dari:Kelurahan Kuripan Jumlah kepala keluarga: 4.252 KK

Jumlah penduduk

: 17.248 jiwa

Luas wilayah

: 0,72 km2Kelurahan Kebun Bunga Jumlah kepala keluarga: 3.539 KK

Jumlah penduduk

: 16.349 jiwa

Luas wilayah

: 0,94 km2Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa pada tahun 2012-2013 jumlah penderita ISPA jumlahnya lebih besar pada kelurahan kuripan dibandingkan dengan kelurahan kebun bunga. Hal ini sesuai dengan keadaan kependudukan tiap kelurahan. Pada kelurahan kuripan dimana angka kejadian ISPA lebih tinggi, jumlah penduduk lebih besar yaitu 17.248 jiwa dengan luas wilayah 0,72 km2, sedangkan pada kelurahan kebun bunga dengan jumlah penduduk 16.349 jiwa dan luas wilayah yang jauh lebih besar yaitu 0,94 km2. Dengan jumlah penduduk yang lebih besar dan luas wilayah lebih kecil maka penularan ISPA juga semakin besar. Selain itu wilayah di kelurahan kuripan letak rumah berdempetan dan memnuhi standar kesehatan, serta masyarakatnya berpenghasilan menengah kebawah yang semakin meningkatkan angka kejadian dan penularan.

Dari data yang sudah disebutkan di atas, diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas cempaka putih yaitu Kelurahan kuripan dan kebun bunga memiliki angka kepadatan penduduk yang tinggi. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi memiliki risiko penularan penyakit yang tinggi, terutama ISPA. Jumlah penduduk miskin cukup tinggi. Tingkat ekonomi yang rendah dapat berhubungan dengan tingkat status gizi dan kebiasaan hidup seseorang. Status gizi yang rendah, dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan sehat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang.BAB IVANALISIS SWOT

1. Kekuatan a) Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan gizi masyarakat dengan cara melakukan penyuluhan mengenai kesehatan lingkungan dan gizi.b) Meningkatkan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan penyuluhan penyakit ISPA kepada masyarakat. Peningkatan perencanaan dan pelaksanaan ini meliputi jumlah penyuluhan yang dilakukan, sasaran areal yang dituju harus merata, jumlah penduduk yang ditargetkan untuk mengikuti penyuluhan juga harus jelas dan ditingkatkan.c) Mendeteksi dan penatalaksanaan dini kasus ISPA.

d) Tersedianya sarana dan prassarana dengan baike) Pencatatan dan pelaporan bulanan yang lengkap

f) Menyebarluaskan data atau informasi melalui forum koordinasi di kecamatan, lokakarya di Puskesmas dan pemangku kepentingan yang lain.

g) Melakukan evaluasi berkala pencapaian kinerja, dan pemecahan masalah yang dihadapi.h) Menggunakan data tersebut untuk perencanaan program P2 ISPA di Puskesmas.i) Berjalannya program care seeking dengan baik.j) Petugas peskesmas melakukan penyuluhan perorangan jika ada pasien yang terdiagnosis ISPA.k) Adanya sistem konsul gizi yang berdampingan dengan program ISPA2. Kelemahan

a) Tidak efektifnya penyuluhan ke masyarakat mengenai ISPA dan Pneumonia khususnya.b) Angka kejadian penyakit ISPA di Puskesmas Cempaka Putih masih tinggi, dari 10 penyakit terbanyak.

c) Letak puskesmas empaka putih yang kurang strategis sehingga ada beberapa RT yang cukup jauh menjangkau puskesmas ini.d) Tidak efektifnya pembinaan kader di puskesmas.3. Kesempatan

a) Membangun jejaring puskesmas dan memantapkan jejaring puskesmas yang ada.

b) Melatih kader dan dilatih secara khusus mengenai penyakit ISPA.

c) Melakukan kerjasama lintas sektoral dengan dinas kebersihan.d) Sistem rujukan yang baik.4. Ancaman a. Sebagian besar penduduk di wilayah kerja puskesmas memiliki rumah yang tidak layak huni, sehingga potensial untuk terkena penyakit menular.b. Kepadatan penduduk yang padat dengan luas wilayah yang sempit di wilayah kerja puskesmas empaka putih.c. Banyaknya masyarakat dengan sosial ekonomi rendah.d. Kebanyakan masyarakat menolak untuk dirujuk jika terdiagnosis pneumonia berat.e. 2 kelurahan di apit oleh jalan raya yang padat.f. Adanya pembangunan Fly over di sekitar wilayah kerja puskesmas5. Permasalahan dan Pemecahannya

Permasalahan :

1. Mengapa angka kejadian penyakit ISPA di Puskesmas Cempaka Putih masih tinggi dan menduduki posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak?2. Apa penyebab kurangnya penyuluhan mengenai ISPA dan Pneumonia pada khususnya?3. Mengapa kader yang sudah dilatih tentang ISPA tidak berfungsi dengan baik?Pemecahan masalah :

1. Karena Dari data yang didapatkan, diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas cempaka putih memiliki angka kepadatan penduduk yang tinggi. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi memiliki risiko penularan penyakit yang tinggi, terutama ISPA. Jumlah penduduk miskin cukup tinggi. Tingkat ekonomi yang rendah dapat berhubungan dengan tingkat status gizi dan kebiasaan hidup seseorang. Selain itu, banyak masyarakat yang tidak mau lagi membawa anaknya untuk berobat jika sdh terdiagnosis pneumonia.2. Karena menurut pemegang program penyuluhan perindividu dirasa lebih efektif karena langsung bertemu dengan masyarakat yang menderita. Solusinya dengan meangktifkan kembali penyuluhan kepada masyarakat tiap bulannya untuk menambah pengetahuan apada masysrakat tentang ISPA.3. Karena beberapa kader yang sudah dilatih tidak melaporkan jumlah masyarakat yang terkena ISPA dan masih kurangnya penyuluhan oleh yanmg dilakukan oleh kader tersebut. Sehingga solusinya dengan mengaktifkan kembali kader ISPA, memberikan pelatihan dan bimbingan ataupun penyegaran serta motivasi. EMBED Excel.Chart.8 \s

_1442908645.xlsChart1

0

282

1036

Batuk

Sheet1

BatukPneumoniaBukan pneumonia

Pneumonia Berat02821036

Pneumonia2824.42

Bukan pneumonia10361.83

Telinga142.85

Gizi227

Imunisasi456

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1442907602.xlsChart1

0.09480.075

0.19270.15

0.3150.225

0.41590.3

0.44040.375

0.51380.45

0.5750.525

0.62390.6

0.67890.675

0.71890.75

0.76780.825

0.81060.9

PENCAPAIAN BLN

TARGET

GRAFIK PWS SISTEM KENDALI P2ISPA UNTUK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITA DIWILAYAH PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BLN JANUARI SD DESEMBER 2012

Th 2009-2010

Pencapaian PWS 2010

Pencapaian PWS 2009TargetKuripanKebun BungaTargetKuripanKebun BungaGRAFIK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA TAHUN 2010

Januari7.50%7.06%4.85%Januari7.50%18.25%10.71%JanPebMarAprMeiJuniJuliAgustSeptOktNopDes

Pebruari15.00%23.73%13.34%Pebruari15.00%25.16%16.07%Pencapaian Bln17.75%24.15%33.02%47.39%63.91%75.53%88.37%101.52%112.52%120.16%133.31%147.07%

Maret22.50%31.43%17.59%Maret22.50%33.82%22.02%Target7.50%15.00%22.50%30.00%37.50%45.00%52.50%60.00%67.50%75.00%82.50%90.00%

April30.00%45.54%25.47%April30.00%45.54%25.47%

Mei37.50%64.78%30.93%Mei37.50%64.78%30.93%

Juni45.00%84.66%38.21%Juni45.00%84.66%38.21%

Juli52.59%84.05%55.41%Juli52.59%70.88%43.53%

Agustus60.00%106.72%72.39%Agustus60.00%82.25%48.58%

September67.50%116.06%76.79%September67.50%94.29%53.63%

Oktober75.00%128.05%81.19%Oktober75.00%105.66%58.68%

Nopember82.50%148.05%93.14%Nopember82.50%121.04%66.25%

Desember90.00%158.72%97.54%Desember90.00%133.06%78.28%

Th 2009-2010

GRAFIK PWS SISTEM KENDALI P2ISPA UNTUK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITADI WILAYAH PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BULAN JANUARI SD DESEMBER 2009

Target

Kuripan

Kebun Bunga

Tahun 2011

GRAFIK PWS SISTEM KENDALI P2ISPA UNTUK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITADI WILAYAH PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BULAN JANUARI SD DESEMBER 2010

Target

Kuripan

Kebun Bunga

Sheet2

GRAFIK PWS SISTEM KENDALI P2ISPA UNTUK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITADI WILAYAH PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BULAN JANUARI SD DESEMBER 2010

Pencapaian Bln

Target

Sheet3

GRAFIK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH TAHUN 2011

JanPebMarAprMeiJuniJuliAgtSeptOktNopDes

PENCAPAIAN BLN12.54%18.88%30.89%39.76%48.63%52.91%60.25%63.31%65.76%68.82%71.57%77.07%

TARGET7.5%15%22.50%30%37.50%45%52.50%60%67.50%75%82.50%90%

GRAFIK PWS PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITA PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH TAHUN 2012

JANPEBMRTAPRMEIJUNIJULIAGTSEPTOKTNOPDES

PENCAPAIAN BLN9.48%19.27%31.50%41.59%44.04%51.38%57.50%62.39%67.89%71.89%76.78%81.06%

TARGET7.50%15%22.50%30%37.50%45%52.50%60%67.50%75%82.50%90%

Sheet3

GRAFIK PWS SISTEM KENDALI P2ISPA UNTUK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITADIWILAYAH PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BULAN JANUARI SD DESEMBER 2011

PENCAPAIAN BLN

TARGET

PENCAPAIAN BLN

TARGET

GRAFIK PWS SISTEM KENDALI P2ISPA UNTUK PENEMUAN PENDERITA PNEMONIA BALITA DIWILAYAH PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BLN JANUARI SD DESEMBER 2012