17
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan. Dalam makalah ini penulis membahas tentang Masalah Kesehatan Yang Sering Terjadi Di Indonesi (Ispa) Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demi perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi motivasi bagi pembaca untuk selalu menjaga kesehatan diri pribadi bagi kehidupan saat ini dan kehidupan yang akan datang, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat lebih bagi pembaca. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada teman- teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.

ISPA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISPA.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan. Dalam makalah ini penulis

membahas tentang Masalah Kesehatan Yang Sering Terjadi Di Indonesi (Ispa)

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik

dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demi perbaikan merupakan hal yang

berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis

harapkan.

Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi motivasi bagi

pembaca untuk selalu menjaga kesehatan diri pribadi bagi kehidupan saat ini dan

kehidupan yang akan datang, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat lebih bagi

pembaca.

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman sekalian yang

telah membaca dan mempelajari makalah ini.

Padang, 31 januari 2013

                                                                                                    

Penulis

Page 2: ISPA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tujuan pembangunan kesehatan yang telah tercantum pada Sistem Kesehatan

Nasional adalah suatu upaya penyelenggaraan kesehatan yang dilaksanakan oleh bangsa

Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang mana dikatakan bahwa peningkatan

derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan,

pelayanan kesehatan, tindakan serta bawaan (congenital). Hidup sehat merupakan hak

yang dimilki oleh setiap manusia yang ada didunia ini, akan tetapi diperlukan berbagai

cara untuk mendapatkannya (Anonim, 2007).

Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2010, pemerintah telah

menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan

pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif di semua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.

Untuk dapat mengukur derajat kesehatan masyarakat digunakan beberapa

indikator, salah satunya adalah angka kesakitan dan kematian balita. Angka kematian

balita yang telah berhasil diturunkan dari 45 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003

menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Anonim, 2008).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung

selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian,

dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran

bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

(Anonim, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan

angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya

diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang

beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut Hendrik Blum dalam

Notoatmodjo, 1996, faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain

Page 3: ISPA.docx

faktor lingkungan seperti asap dapur, faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga

dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan

BBLR dan faktor keturunan.

Asap dapur dan faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah

sangat berpengaruh karena semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat

merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi perokok pasif) yang umumnya adalah

perempuan dan anak-anak, sedangkan faktor pelayanan kesehatan seperti status

imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR merupakan faktor yang dapat membantu mencegah

terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan pernapasan sehingga tidak mudah menjadi

parah (Anonim, 2007).

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu :

Mengetahui defenisi ISPA

Mengertahui tanda dan gejala ISPA

Memahami tentang penanggulangan penyakit ISPA dan cara deteksi dini ISPA

Mengetahui angka kejadian ISPA di Indonesia

Memahami cara penanggulangan penyakit ISPA di komunitas

Page 4: ISPA.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA )

1. PENGERTIAN

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran

pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi

saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran

pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ

disekitarnya seperti :

Sinus

Ruang telinga tengah dan

Selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk

pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan

menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat

mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan

yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya

penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti

rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia.

2. ETIOLOGI

Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak

dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada

balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga

akut harus mendapat antibiotic.

Page 5: ISPA.docx

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan

pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma

dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi

saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada

semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

3. JENIS – JENIS ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding ada kedalam

(chest indrawing).

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis

dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan

umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada

bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak

harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Page 6: ISPA.docx

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12

bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali

per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

4. TANDA – TANDA BAHAYA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan

dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi

lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan

mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka

perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-

cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

Hypoxemia,

Hypercapnia dan

Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Page 7: ISPA.docx

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Sedangkan tanda bahaya

pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan

minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya),

kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.

5. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian

karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat

pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang

kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting

bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

Upaya pencegahan.

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Immunisasi.

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhar

Meningkatkan makanan bergizi

Bila demam beri kompres dan banyak minum

Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu

tangan yang bersih

Page 8: ISPA.docx

Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu

ketat.

Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut

masih menetek

Pengobatan antara lain :

Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan

kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.

Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,

celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,

diberikan tiga kali sehari

B. PENANGGULANGAN DAN CARA DETEKSI DINI

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga agar balita tidak terkena

penyakit ISPA diantaranya adalah dengan:

menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan sehat,

immunisasi lengkap dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan

dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun,

upaya perawatan di rumah sangatlah penting dalam upaya penatalaksanaan

anak dengan infeksi saluran pernafasan akut

C. SURVEY ANGKA KEJADIAN

World Health Organization (WHO) memberikan data tahun 2011 bahwa jumlah

penderita ISPA adalah 48.325 anak dan memperkirakan di Negara berkembang berkisar

30-70 kali lebih tinggi dari Negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara

Page 9: ISPA.docx

berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kematian anak disebabkan

oleh ISPA.

Di Indonesia kasus Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan

pertama penyebab 36,4% kematian bayi tahun 2008 dan 32,1% kematian bayi pada tahun

2009, serta penyebab 18,2% kematian pada balita pada tahun 2010 dan 38,8% tahun

2011. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah

sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA

melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus sementara target yang

ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey moralitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun

2010 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di

Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI,2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel penemuan penderrita ISPA

pada balita sejak tahun 2009 hingga 2011, berturut-turut adalah 62.126 kasus (31,45%),

72.537 kasus (35,94%) dan 74.278 kasus (36,26%). Hal ini menunjukkan bahwa angka

kejadian ISPA di Propinsi Sul-Sel semakin bertambah.

D. PENANGGULANGAN DI KOMUNITAS

Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Balita yang disebabkan ISPA,

pemerintah telah membuat suatu kebijaksanaan ISPA secara nasional yaitu diantaranya

melalui penemuan kasus ISPA balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar,

penatalaksanaan kasus dan rujukan, adanya keterpaduan dengan lintas program melalui

pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) di Puskesmas serta penyediaan

obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil (Alan, 2010).

Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit infeksi seperti,

Polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B. Bahkan imunisasi juga dapat

mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit tersebut. Sebagian besar kasus ISPA

merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA

yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, dan batuk rejan (Depkes RI, 2011).

Dimana status gizi juga dapat mempengaruhi kekebalan tubuh balita karena jika balita

menderita gizi buruk dan telah diimunisasi lengkap maka akan terserang penyakit.

Page 10: ISPA.docx

Usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya

pemulihan kesehatan (rehabilitative). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dkilaksanakan terhadap tempat-tempat

umum lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan meliputi

penyehatan air, tanah, udara, pengamanan limbah padat, cair, gas, radiasi, kebisingan,

pengendalian vector penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI,

2008).

Page 11: ISPA.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :

Sinus

Ruang telinga tengah dan

Selaput paru.

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian

karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat

pada pengobatan penyakit ISPA) .

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga agar balita tidak terkena

penyakit ISPA diantaranya adalah dengan menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan

sehat, immunisasi lengkap dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan

sampai usia anak 2 tahun Selain itu upaya perawatan di rumah sangatlah penting dalam

upaya penatalaksanaan anak dengan infeksi saluran pernafasan akut.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar lebih memahami penyakit ISPA dan mengenali

secara dini tanda dan gejala penyakit ISPA agar dapat menurunkan angka kematian pada

penderita ISPA.

Page 12: ISPA.docx

DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara

Pratama

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit.Jakarta:EGC

Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.jakarta ;EGC

Dr.Karel A,L,Staa,SpA Mila Meila Sari. 2005. Menjadi Dokter Anak di rumah.

Jakarta:Puspa Swara.