Upload
febrina-m
View
137
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan. Dalam makalah ini penulis
membahas tentang Masalah Kesehatan Yang Sering Terjadi Di Indonesi (Ispa)
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik
dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demi perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi motivasi bagi
pembaca untuk selalu menjaga kesehatan diri pribadi bagi kehidupan saat ini dan
kehidupan yang akan datang, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat lebih bagi
pembaca.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman sekalian yang
telah membaca dan mempelajari makalah ini.
Padang, 31 januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan yang telah tercantum pada Sistem Kesehatan
Nasional adalah suatu upaya penyelenggaraan kesehatan yang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang mana dikatakan bahwa peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan,
pelayanan kesehatan, tindakan serta bawaan (congenital). Hidup sehat merupakan hak
yang dimilki oleh setiap manusia yang ada didunia ini, akan tetapi diperlukan berbagai
cara untuk mendapatkannya (Anonim, 2007).
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2010, pemerintah telah
menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan
pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif di semua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.
Untuk dapat mengukur derajat kesehatan masyarakat digunakan beberapa
indikator, salah satunya adalah angka kesakitan dan kematian balita. Angka kematian
balita yang telah berhasil diturunkan dari 45 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003
menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Anonim, 2008).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung
selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian,
dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Anonim, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan
angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya
diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang
beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut Hendrik Blum dalam
Notoatmodjo, 1996, faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain
faktor lingkungan seperti asap dapur, faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga
dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan
BBLR dan faktor keturunan.
Asap dapur dan faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah
sangat berpengaruh karena semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat
merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi perokok pasif) yang umumnya adalah
perempuan dan anak-anak, sedangkan faktor pelayanan kesehatan seperti status
imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR merupakan faktor yang dapat membantu mencegah
terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan pernapasan sehingga tidak mudah menjadi
parah (Anonim, 2007).
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu :
Mengetahui defenisi ISPA
Mengertahui tanda dan gejala ISPA
Memahami tentang penanggulangan penyakit ISPA dan cara deteksi dini ISPA
Mengetahui angka kejadian ISPA di Indonesia
Memahami cara penanggulangan penyakit ISPA di komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA )
1. PENGERTIAN
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti :
Sinus
Ruang telinga tengah dan
Selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia.
2. ETIOLOGI
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan
pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma
dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
3. JENIS – JENIS ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding ada kedalam
(chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak
harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali
per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
4. TANDA – TANDA BAHAYA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka
perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-
cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
Tanda-tanda klinis
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
Hypoxemia,
Hypercapnia dan
Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Sedangkan tanda bahaya
pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan
minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya),
kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.
5. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting
bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Upaya pencegahan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhar
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain :
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari
B. PENANGGULANGAN DAN CARA DETEKSI DINI
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga agar balita tidak terkena
penyakit ISPA diantaranya adalah dengan:
menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan sehat,
immunisasi lengkap dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan
dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun,
upaya perawatan di rumah sangatlah penting dalam upaya penatalaksanaan
anak dengan infeksi saluran pernafasan akut
C. SURVEY ANGKA KEJADIAN
World Health Organization (WHO) memberikan data tahun 2011 bahwa jumlah
penderita ISPA adalah 48.325 anak dan memperkirakan di Negara berkembang berkisar
30-70 kali lebih tinggi dari Negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara
berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kematian anak disebabkan
oleh ISPA.
Di Indonesia kasus Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan
pertama penyebab 36,4% kematian bayi tahun 2008 dan 32,1% kematian bayi pada tahun
2009, serta penyebab 18,2% kematian pada balita pada tahun 2010 dan 38,8% tahun
2011. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah
sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA
melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus sementara target yang
ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey moralitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun
2010 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI,2012).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel penemuan penderrita ISPA
pada balita sejak tahun 2009 hingga 2011, berturut-turut adalah 62.126 kasus (31,45%),
72.537 kasus (35,94%) dan 74.278 kasus (36,26%). Hal ini menunjukkan bahwa angka
kejadian ISPA di Propinsi Sul-Sel semakin bertambah.
D. PENANGGULANGAN DI KOMUNITAS
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Balita yang disebabkan ISPA,
pemerintah telah membuat suatu kebijaksanaan ISPA secara nasional yaitu diantaranya
melalui penemuan kasus ISPA balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar,
penatalaksanaan kasus dan rujukan, adanya keterpaduan dengan lintas program melalui
pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) di Puskesmas serta penyediaan
obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil (Alan, 2010).
Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit infeksi seperti,
Polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B. Bahkan imunisasi juga dapat
mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit tersebut. Sebagian besar kasus ISPA
merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA
yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, dan batuk rejan (Depkes RI, 2011).
Dimana status gizi juga dapat mempengaruhi kekebalan tubuh balita karena jika balita
menderita gizi buruk dan telah diimunisasi lengkap maka akan terserang penyakit.
Usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya
pemulihan kesehatan (rehabilitative). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dkilaksanakan terhadap tempat-tempat
umum lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan meliputi
penyehatan air, tanah, udara, pengamanan limbah padat, cair, gas, radiasi, kebisingan,
pengendalian vector penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI,
2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :
Sinus
Ruang telinga tengah dan
Selaput paru.
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA) .
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga agar balita tidak terkena
penyakit ISPA diantaranya adalah dengan menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan
sehat, immunisasi lengkap dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
sampai usia anak 2 tahun Selain itu upaya perawatan di rumah sangatlah penting dalam
upaya penatalaksanaan anak dengan infeksi saluran pernafasan akut.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih memahami penyakit ISPA dan mengenali
secara dini tanda dan gejala penyakit ISPA agar dapat menurunkan angka kematian pada
penderita ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara
Pratama
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit.Jakarta:EGC
Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.jakarta ;EGC
Dr.Karel A,L,Staa,SpA Mila Meila Sari. 2005. Menjadi Dokter Anak di rumah.
Jakarta:Puspa Swara.