5
Istilah-istilah dalam Petrologi Batubara 1. Teori Insitu Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Pada saat tumbuhan tersebut mati sebelum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang berbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya baik karena kadar abunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara Muara Enim (Sumatra Selatan). 2. Teori Drift Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dteijumpai dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara delat Mahakam purba, Kalimantan Timur. 3. Humic coal Batubara humik biasanya diendapkan di lingkungan darat (limnic), dengan proses pengendapan secara insitu, yang mana material organik pembentuk batubara berasal dari tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada (autochthonous). Batubara tipe ini memiliki kualitas batubara yang baik dengan peringkat batubara bituminus hingga antrasit. Komposisi maseral 90% lebih terdiri dari

Istilah-Istilah Dalam Petrografi Batubara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Berikut ini adalah beberapa istilah penting dalam petrografi batubara

Citation preview

Page 1: Istilah-Istilah Dalam Petrografi Batubara

Istilah-istilah dalam Petrologi Batubara

1. Teori InsituTeori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya

di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Pada saat tumbuhan tersebut mati sebelum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang berbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya baik karena kadar abunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara Muara Enim (Sumatra Selatan).

2. Teori Drift    Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air  dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dteijumpai dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara delat Mahakam purba, Kalimantan Timur.

3. Humic coal Batubara humik biasanya diendapkan di lingkungan darat (limnic), dengan proses

pengendapan secara insitu, yang mana material organik pembentuk batubara berasal dari tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada (autochthonous). Batubara tipe ini memiliki kualitas batubara yang baik dengan peringkat batubara bituminus hingga antrasit. Komposisi maseral 90% lebih terdiri dari vitrinit (vitrite), memiliki kandungan hidrogen dan zat terbang yang sangat rendah.

4. Sapropelic CoalBatubara sapropelik biasanya diendapkan di lingkungan laut (paralic) seperti pada

daerah delta, laguna, lestuarin, marsh, rawa-rawa air payau. Proses pengendapannya secara drift, yang mana material organik pembentuk batubara berasal dari tempat lain (allochthonous). Batubara tipe ini memiliki kualitas batubara kurang baik dibandingkan batubara humik, sedangkan peringkat batubaranya adalah sub bituminus hingga lignit dengan kandungan hidrogen dan zat terbang yang tinggi sedangakan kandungan karbon rendah. Batubara sapropelik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu batubara cannel dan boghead.

Batubara jenis cannel dan boghead dapat dibedakan dari komposisi maseralnya, terutama kelompok liptinit. Batubara cannel memiliki maseral sporinite lebih banyak dibandingkan maseral alginite (sporinite > alginite). Sedangkan batubara boghead lebih dibanyak disusun oleh maseral alginite dibandingkan sporinite (sporinite < alginite).

Page 2: Istilah-Istilah Dalam Petrografi Batubara

5. Humosapropec CoalBatubara humosapropelik merupakan batubara yang dihasilkan dari rangkaian humik

dan spropelik, tetapi rangkaian humik lebih dominan. Asal material organik pembentuk batubara berasal dari tempat dimana material organik diendapkan dan dari tempat lain.

6. Paleogene Syn-RiftBatubara syn-rift berasosiasi dengan sedimen fluvial dan lakustrin, biasanya batubara

yang diendapkan pada tipe ini menghasilkan batubara dengan nilai kalori yang tinggi (~7000 Kcal/kg), rendah kandungan air lembab dan sulfur. Sebagai contoh untuk tipe ini adalah Formasi Sawahlunto di Cekungan Ombilin, Sumetera Tengah.

7. Neogene Syn-Orogenic RegressiveBatubara syn-orogenic regressive terjadi pada Miosen Tengah hingga Plio-Pleistosen

dan merupakan hasil dari pengangkatan cekungan. Endapan batubara biasanya terdapat cekungan belakang busur (back-arc basin) dan cekungan depan busur (fore-arc basin) pada busur kepulauan. Endapan batubara pada syn-orogenic regressive biasanya tidak terlalu tebal, tetapi akan terdiri dari beberapa lapisan. Nilai kalori rata-rata adalah rendah (~5000 kcal/kg), kandungan air lembab tinggi dan kandungan sulfur juga rendah.

8. Paleogene Post–Rift TransgressionBatubara post–rift transgression diendapkan pada lingkungan paparan yang stabil

selama kala Eosen Akhir hingga Awal Miosen. Sebagai contoh tipe ini adalah batubara dari Cekungan Sumatera Tengah (Awal Miosen), dan lebih tepat diwakili dengan batubara Senakin di Formasi Tanjung bagian bawah dalam Cekungan Barito dan Pasir-Asem-asem. Batubara pada lingkungan ini diendapkan secara lateral dan menerus, dengan nilai kalori dan kandungan sulfur tinggi.

9. Upgraded Brown CoalSuatu teknologi untuk meningkatkan nilai kalori batubara peringkat rendah melalui

penurunan kadar air bawaan (inherent moisture) dalam batubara. Dalam hal ini dipakai istilah raw coal untuk batubara mentah peringkat rendah yang belum ditingkatkan kualitasnya dan produk UBC untuk batubara yang sudah ditingkatkan kualitasnya.

Pada prinsipnya proses UBC dirancang untuk menghasilkan produk batubara dengan nilai kalor 6000 – 6500 kkal/kg dari batubara peringkat rendah yang mempunyai nilai kalor 3500 – 4500 kkal/kg, melalui teknik pengurangan kandungan air total dari 25 – 45% menjadi <5%.

Proses UBC dilakukan dengan cara mencampurkan antara batubara asal dan minyak residu kemudian dipanaskan pada suhu 150°C dengan tekanan hanya 350 kPa (35 atm). Penambahan minyak residu adalah untuk menjaga kestabilan kadar air. Keunggulan proses ini selain suhu dan tekanan yang cukup rendah, juga batubara yang dihasilkan cukup bersih karena minyak residu yang ditambahkan pada saat proses dipisahkan dan dapat digunakan kembali. Batubara produk proses UBC dapat berupa serbuk ataupun bongkah (aglomerat) yang kemudian dibuat briket atau dalam bentuk slurry. Polusi pada

Page 3: Istilah-Istilah Dalam Petrografi Batubara

air buangan akan sangat minimum karena proses yang berlangsung adalah secara fisika, sehingga tidak terjadi reaksi kimia atau pirolisa.

10. ClariteSuatu jenis batubara mikrolit yang berisi kombinasi vitrinite dan exinite sebesar

paling sedikit 95%. Proporsi dua maseral ini dapat bervariasi, tetapi masing-masing harus lebih besar dari proporsi inertinit, dan tidak boleh melebihi 95%. Perbedaan dapat terjadi antara spora clarite, clarite kutikula, dan clarite resin. Clarite didistribusikan secara luas dan sangat umum, terutama jenis batubara clarain dan terjadi pada band yang cukup tebal.

11. DuriteSuatu jenis batubara mikrolit yang mengandung kombinasi inertinit dan exinite

sebesar minimal 95%, dan mengandung lebih banyak dari masing-masing vitrinit. Proporsi kedua kelompok maseral dapat sangat bervariasi, tetapi masing-masing harus lebih besar dari proporsi vitrinit dan tidak boleh melebihi 95%. Durite E dan durite I mengandung arti durite kaya exinite dan inertinit. Secara umum dapat ditemukan dalam banyak batu bara, di band cukup tebal, terutama di durains dan jenis kusam dari clarain.

12. VitrinertiteSuatu jenis batubara mikrolit yang berisi kombinasi vitrinit dan inertinit sebesar

minimal 95%, dan mengandung lebih banyak  masing-masing daripada exinite. Hal ini biasanya terjadi pada level tinggi batubara bituminous.