Upload
richardanceng
View
606
Download
37
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
1/84
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Disusun Oleh :
NORBERIUS A. ALFIANO
410014177
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
2/84
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
OLEH :
NORBERIUS A.ALFIANO
410014177
Diajukan sebagai laporan akhir praktikum petrografi
Yogyakarta, 06 Juni 2016
Dosen Pengampu,
PAK OKKY
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
3/84
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena hanya oleh
Rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan demikian
penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktikum Petrografi ini.
Maksud dan tujuan dari disusunnya laporan resmi praktikum Petrografi ini
adalah untuk memenuhi syarat guna mendapatkan nilai praktikum Petrografi, bagi
mahasiswa jurusan Teknik Geologi yang mengambil mata kuliah tersebut. Selain
itu sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Petrografi dan agar dapat
mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di STTNAS Yogyakarta.
Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Petrografi ini adalah sebagai bukti hasil
dari praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Petrografi.
Laporan ini disusun berdasarkan data data yang diperoleh selama
mengikuti praktikum Petrografi dan bukubuku yang membahas Petrografi serta
referensi lain yang sangat menunjang dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan dari penyusun. Oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Dan pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1) Bapak OKKY., selaku dosen penanggung jawab yang telah banyak
memberikan masukan yang sangat berarti.
2) Para asisten laboratorium maupun asisten dosen yang telah banyak
membantu dan membimbing praktikan dalam melaksakan praktikum dan
penyusunan laporan.
3) Rekanrekan mahasiswa TOPAS dan semua pihak yang telah membantu
selama praktikum dan penyusunan laporan ini.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
4/84
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam
tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam
tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa
mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Yogyakarta, 06 Juni 2016
Penyusun,
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
5/84
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
HALAMAN PENGESAHAN..
KATA PENGANTAR........................................................................
DAFTAR ISI ...............................
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Petrografi ......................................................................
I.2 Ruang Lingkup Petrografi...............................................................
I.3 Tujuan Pembelajaran Petrografi.....................................................
I.4 Peralatan dan Bahan......................................................................
I.5 Teknik Pengambilan Contoh Batuan............................................
I.6 Pemilihan Contoh Batuan..............................................................
I.7 Preparasi Batuan.............................................................................
BAB II. PETROGRAFI BATUAN BEKU
II.1 Pengertian Batuan Beku................................................................
II.2 Tekstur..........................................................................................
II.2.1 Tekstur Khusus...................................................................
II.3 Struktur.........................................................................................
II.4 Klasifikasi...................................................................................
II.4.1 Konsep Kerabat Batuan......................................................
II.4.1.1 Batuan Beku Asam.........................................................
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
6/84
II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet................................................
II.4.1.3 Batuan Beku Basa dan Ultra basa...................................
II.4.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya.
(a)Kelompok Batuan Beku Intrusi Plutonik..............................
(1)Batuan Beku Basa dan Ultra Basa..................................
(2)Batuan Beku AsamIntermediet...................................
(b)Kelompok Batuan Beku Luar...............................................
II.4.3 Klasif. Batuan Beku Berdasarkan Deret Bowen................
II.4.4 Klasf. Batuan Beku Berdasarkan Anthony R. Philphot (1989)
II.5 Penentuan Jenis Plagioklas.........................................................
II.6 Petrogenesa..........................................................................
II.7 PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIKA
II.7.1 Pengertian Batuan Piroklastika..........................................
II.7.2 Komponen Penyusun Batuan Piroklastika...........................
II.7.3 Mekanisme Pembentukkan Endapan Piroklastika.................
II.7.4 Tekstur..........................................................................
II.7.5 Klasifikasi.........................................................................
Lampiran
BAB III. PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN
III.1 Pengertian Batuan Sedimen.....................................................
III.2 Tekstur.................................................................................
III.3 Komposisi Mineral Batuan.......................................................
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
7/84
III.4 Struktur................................................................................
III.5 Klasifikasi..............................................................................
III.5.1 Klasifikasi Konglomerat dan Breksi......................................
III.5.2 Klasifikasi Batupasir...........................................................
III.6 Provance..............................................................................
Lampiran
BAB IV PETROGRAFI BATUAN METAMORF
IV.1 Pengertian Batuan Metamorf.....................................................
IV.2 Metamorfisme............................................................................
IV.3 Tekstur.......................................................................................
IV.3.1 Tekstur Secara Petrografis.................................................
IV.3.2 Tekstur Metamorfisme ......................................................
IV.4 Struktur.......................................................................................
IV.4.1 Struktur Foliasi.................................................................
IV.4.2 Struktur Non Foliasi.........................................................
IV.5 Klasifikasi..........................................................................
IV.6 Petrogenesa........................................................................
Lampiran
BAB V. KESIMPULAN ...................................................................
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
8/84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
9/84
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Petrografi
Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan.
Pengamatan seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop,
dengan tentunya didukung oleh data-data pengamatan singkapan batuan di
lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun
batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam
pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama
pembentukan batuan.
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang
mmempelajari batuan berdasarkan kenampakan mikroskopis, termasuk
didalamnya untuk dipergunakan sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian danklasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi pada batuan pertama-tama
melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan penentuan komposisi
dan hubungan tekstural antar butir batuan.
Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas,
dimana petrografi memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk
menginterpretasikan dan menerangkan asal-ususl batuan.
Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara
genesa dapat dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :
1.Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat
mineral-mineral silikat hasil magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
10/84
2.Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi bahan
rombakan batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun mengenai hasil
kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal dari
suatu batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fase padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, atau
tekanan dan temperatur, HGF. Winkler, 1967, 1979).
I.2 Ruang Lingkup Petrografi
Ruang Lingkup Petrografi diamati secara mikroskopis dalam pemeriannya
sangat bervariasi, tergantung kepentingannya.Tetapi pada umumnya untuk
stantard semua batuan dipakai standart untuk batuan beku (sebagai contoh
umumnya) sehingga batuan yang lain mengikuti,adapun ciri-ciri tersebut yaitu
meliputi :
a. Warna
- Keadaan PPL (Tanpa Nikol Silang/Paralel Nicol)
- Keadaan XPL (Dengan Nikol Silang/Crossed Nicol)
b. Tekstur
- Bentuk butir/kristal
- Ukuran butir/kristal
- Hubungan antar butir/kristal
- Pola sebaran butir/kristal
c. Struktur
- Vesikuler
- Aliran
- Perlapisan
- dll
d. Komposisi dan Mineralogi
- Mineral Primer (Essensial, aksesori)
- Mineral Sekunder (Alterasi, oksidasi, pengisian, rekristalisasi, dll)
e. Kelimpahan mineral/komponen.
f. Kenampakan optik lainnya.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
11/84
1.3 Tujuan Pembelajaran Petrografi
Tujuan dari studi petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan
batuan secara optis sehingga dapat diketahui pertologinya, hal ini akan sangat
terbatas tanpa bantuan dari cabang ilmu geologi lain, seperti mineralogi, mineral
optik, petrologi, dan petrografi. Kepentingan Petrogafi dalam hal ini merupakan
bagian sangat berarti dalam petrologi ( ilmu tentang pembentukan batuan ).
Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun
batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam
pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama
pembentukan batuan.
1.4 Peralatan dan Bahan
Adapun Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum petrografi yaitu:
a. Mikroskop polarisasi
b. Sayatan tipis
c. Tabel Interferensi warna
d. Tabel Penamaan batuan
e.
Tabel dan grafik penentuan plagioklase
f. Format laporan dan alat tulis.
I.5. Teknik Pengambilan Contoh Batuan
Keberhasilan pembuatan sayatan tipis ditentukan oleh benar-tidaknya
prosedur pengambilan contoh di lapangan dan teknik preparasinya. Pembuatan
sayatan tipis juga harus mengikuti petunjuk si pengamat. Apa tujuan pengamatan
sayatan tipis, apakah ditujukan untuk mengetahui sifat optis mineral, komposisi
batuan (eksplorasi kandungan mineral tertentu), tingkat sifat deformasi batuan
atau ada tujuan yang lain. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antara si
pengambil, pemotong / penyayat dan pengamat.
Jika tujuan pengamatan adalah untuk mengetahui sifat optis mineral,
komposisi dan sifat fisik batuannya, maka diperlukan contoh batuan yang segar.
Ciri-ciri batuan yang segar adalah:
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
12/84
Warnanya segar, tidak dijumpai warna alterasi (lapuk). Contoh: andesit
dan diorit berwarna abu-abu terang-agak gelap; warna lapuk keputih-
putihan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.
Warna segar dasit abu-abu agak keunguan; warna lapuk abu-abu terang
bintik-bintik hijau, putih dan merah. Batupasir kuarsa segar warna putih
dengan butiran- butiran transparan; warna lapuk putih terang agak
kecoklatan hingga kekuningan. Batugamping dolomit warna segar abu-abu
kemerahan cerah dengan pecahan tajam dan sangat keras; warna lapuk
abu-abu kekuningan-kecoklatan (merah bata) dengan pecahan tumpul dan
mudah hancur.
Jika dipukul berbunyi cling; batuan yang lapuk jika dipukul berbunyi
bug atau blug; pada batuan beku luar (bersifat gelasan) batuan yang
segar sangat keras tetapi lebih mudah pecah, pecahannya runcing-runcing
tajam, tetapi batuan yang lapuk tidak tajam feldsparnya (putih)
mengembang sehingga ukurannya menjadi lebih besar.
Tidak terdeformasi, massif (inti lava / intrusi); batuan yang segar tidak
dijumpai rekahan-rekahan baik akibat deformasi saat pembekuan,
pembebanan, tektonik maupun pelapukan; usahakan mengambil batuan
yang betul-betul masif (tak-terdeformasi).
Singkapan batuan yang dapat direkomendasikan untuk lokasi pengambilan
contoh batuan yang ditujukan untuk pengamatan sayatan tipis tersebut adalah:
Pada singkapan tanpa deformasi; kalau sekiranya tidak dapat dihindari,
maka diusahakan pada singkapan yang paling bebas dari deformasi.
Pada singkapan yang telah diledakkan (quarry): akan banyak dijumpai
batuan yang sangat segar, karena bagian yang lapuk telah dibersihkan pada
saat penggalian (Gambar IV.1).
Mencari batuan yang segar juga dapat dilakukan pada tebing-tebing dan
badan sungai / jalan, terutama pada musim kemarau.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
13/84
Gambar IV.1. Contoh singkapan yang direkomendasikan untuk pengambilan
contoh batuan; yaitu pada lokasi penambangan (quarry).
Singkapan batuan yang tidak direkomendasikan untuk pengambilan contoh batuan
adalah:
Singkapan dengan struktur geologi, seperti sesar, kekar dan lipatan
(Gambar IV.2.kanan); kecuali jika pengamatan ditujukan untuk
mikrotektonik. Jika pengamatan sayatan tipis batuan ditujukan untuk
mikrotektonik, maka contoh harus ditandai arah pengambilannya (N . O
E) dan arah pemotongan yang diinginkan
Lapuk; saran: sebaiknya jika tidak ada singkapan lain dicari batuan yang
paling masif; kecuali jika tujuan pengamatan batuan adalah untuk
mengetahui tingkat pelapukan.
Tidak insitu : bongkah yang tidak jelas asalnya (Gambar IV.2 kiri); kecuali
jika telah jelas dketahui asalnya dari mana dan kondisinya segar. Saran:
lakukan pengambilan bongkah hanya di daerah quarry yang sedang digali
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
14/84
Gambar IV.2. Contoh singkapan yang tidak direkomendasikan untuk
pengambilan contoh batuan.
I.6. Pemilihan Contoh Batuan
Pengambilan contoh batuan juga dapat dilakukan pada inti bor:
1. Pilih batuan yang paling segar
2. Jangan mengambil bagian kontak (ditunjuk pena), karena ada
kemungkinan mengandung fragmen lain (batuan yang lebih tua atau lebih
muda) dan biasanya tidak segar
Gambar IV.3. Contoh batuan
yang diambil dari inti bor; yaitu
pada bagian yang paling segar
(dilingkari), bukan pada bagian
yang ditunjuk pena
Sifat contoh batuan yang dapat disayat untuk analisis petrografi:
Contoh betul-betul segar
Besarnya setangan (segenggam)
Setelah contoh diambil, sesegera mungkin agar dikirim ke lab praparasi
sayatan tipis
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
15/84
Gambar IV.4. Contoh diorit yang
direkomendasikan untuk penyayatan
(segar dan masif).
I.7. Preparasi Batuan
Contoh batuan yang telah di dapatkan dari lapangan dilabeli, meliputi no
lokasi pengambilan, tahun pengambilan dan kode tujuan pengambilan. Untuk
contoh yang ditujukan untuk analisis petrografi dengan tujuan pengamatantertentu, diberi tanda khusus seperti arah penyayatan, posisi utara / timur dan
kode-kode pendukung yang lain.
Contoh selanjutnya dibawa ke bengkel untuk dilakukan pemotongan,
penyayatan dan preparasi selanjutnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.5
dan IV.6.
Gambar IV.5. Contoh diorit yang
telah dipotong berukuran 10-15x 10 x
2,5 cm, pemotongan bertujuan untuk
menghilangkan bagian yang lapuk.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
16/84
Gambar : Komparasi persentasi komposisi Terry dan Chilingar (1955).
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
17/84
BAB II
PETROGRAFI BATUAN BEKU
II.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma.
Magma adalah cairan silikat pijar didalam bumi, bersuhu tinggi (900 - 13000C),
terbantuk alamiah dan berasal dari dalam perut bumi atau bagian atas selimut atau
cenderung bergerak kebagian permukaan bumi. Karena hasil pembekuan, maka
ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang
menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara kimiawi, sehingga
bentuk kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.
Dalam mempelajari, menganalisa dan menginterprestasikan batuan beku
terdapat beberapa hal yang sangat mendasar yang harus diperhatikan yaitu
kenampak secara optik dan makronya.Dalam penamaan batuannya juga
menggunakan persentasi mineral primer sebelum terjadi ubahan, namun dapat
digunakan kata terubah lajut dibelakangnya.Dalam mempelajari sayatan tipis
:Thin Section juga dipelajari bersama-sama contoh setangannya,dikarenakan
sayatan tipisnya tidak mewakili batuan secara menyeluruh, juga persentasi
kehadiran mineraloginya.
II.2 Tekstur
Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada
disekitarnya, tekstur berurusan dengan kenampakan skala kecil. Dalam contoh
dari kenampakan mikroskopis seperti : Tingkat kristalisasi, ukuran dan bentuk
butir, dan pertumbuhan bersama Kristal. Tekstur merupakan kenampakan
hubungan antra komponen dari batuan yang dapat mereflikasikan sejarah
kejadiannya atau petrogenesa.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
18/84
Tekstur tergantung atas beberapa faktor :
1. Tingkat kristalisai
a. Holokristalin: Seluruhnya terdiri dari massa kristalkristal
Gambar : Holokristalin
b. Hollohialin : Seluruhnya terdiri dari massa gelas
Gambar : Hollohialin
c. Hipokristalin : Sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian
terdiri dari massa gelas.
Gambar Hipokristalin
2. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)
1. Halus : < 1 mm.
2. Sedang : 15 mm.
3. Kasar : 530 mm.
4. Sangat kasar : > 30 mm.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
19/84
3. Hubungan antar butir mineral didalam batuan ditunjukan dari dominasi
bentuk butirnya.
a.
Euhedral/Idiomorfik (Automorfik), Krisral Kristal mempunyaibentuk lengkap dan dibatasi oleh bidang batas yang jelas.
b. Anhedral/Allotriomorfik (Xenomorfik), mineral tidak mempunyai
bentuk sendiri yang jelas.
c. Subhedral/Hipidiomorfik, bentuk bentuk Kristal kurang
baiksebagian sisi Kristal tidak jelas batasnya.
(Anhedral) (Subhedral ) (Euhedral)
4.Hubungan Kristal- Equigaranular, butiran Kristal sutu mineral yang mempunyai
ukuran butir hampir sama atau seragam.
- Inequigranular, butiran mineral suatu Kristal yang mempunyai
ukuran butir yang tidak sama atau tidak seragam.
II.2.1 Tekstur khusus.
Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses
kristalisasinya, seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi
dalam (plutonik) memiliki tekstur yang sangat berbeda dengan batuan beku
ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh adalah bentuk kristal batuan beku
dalam cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar anhedral hingga subhedral
(Tabel)
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
20/84
Jenis batuan
Tekstur
Intrusi dalam
(plutonik)
Intrusi dangkal dan
EkstrusiBatuan Vulkanik
Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular
Bentuk kristal Euhedral-anhedralSubhedral-
anhedralSubhedral-anhedral
Ukuran kristal Kasar (> 4 mm) Halus-sedang Halus-kasar
Tekstur khusus-
Porfiritik-poikilitik
Ofitik-subofitik
Pilotaksitik
Porfiritik: intermediet-
basa
Vitroverik-Porfiritik:
Asam-intermediet
Derajad
KristalisasiHolokristalin
Hipokristalin
Holokristalin
Hipokristalin
Holokristalin
Tekstur khusus - Perthit-perlitik
Zoning pada
plagioklas, tumbuhbersama antara
mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal
Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal
dan ekstrusi dan pada batuan vulkanik
a) Tekstur trakitik
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya
orientasi mineral ---- arah orientasi adalah arah aliran
Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan
sill
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
21/84
Gambar V.7 adalah tekstur trakitik
batuan beku dari intrusi dike trakit
di G. Muria; gambar kiri: posisi
nikol sejajar dan gambar kanan:
posisi nikol silang
Gambar V.1. Tekstur trakitik pada
traki-andesit (intrusi dike di Gunung
Muria). Arah orientasi dibentuk oleh
mineral-mineral plagioklas. Di
samping tekstur trakitik juga masih
menunjukkan tekstur porfiritik
dengan fenokris plagioklas dan
piroksen orto.
b) Tekstur Intersertal
Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar
kristal plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di antara / dalam massa
dasar gelas interstitial.
Gambar V.2. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan
gambar kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
22/84
c) Tekstur Porfiritik
Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris)
yang dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .
Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk
tekstur glomeroporphyritic.
Gambar V.3. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan
fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas
yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan granular piroksen
berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin
porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin
(ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas intergranular
dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)
d) Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang
tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10).
Jika plagioklasnya lebih besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka
membentuk tekstur subofitic (Gambar V.11). Dalam suatu batuan yang sama
kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara bersamaan.
Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari
intergranular menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
23/84
dijumpai dalam batuan beku basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari
intergranular ke subofitic dalam basalt dihasilkan oleh pendinginan yang sangat
cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih lambat. Perubahan terstur tersebut
banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik (dike basaltik). Jika
pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit antara
plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.
Gambar V.4. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi
oleh mineral olivin dan piroksen klino
Gambar V.5. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
24/84
II.3 Struktur
Struktur Batuan Beku
Struktur batuan yang berhubungan dengan magma dikenal dengan struktur
batuan vulkanik, struktur batuan plutonik, dan struktur dari hasil inklusi.
Struktur batuan beku yang pada umunya merupakan kenampakan skala besar
sehingga dapat dikenali dilapangan seperti :
a. Perlapisan
b. Lineasi (laminasi, segregasi)
c. Kekar (lembar, tiang)
d. Vesikuler (bentuk, ukuran, pola)
e. Aliran
Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang
keluarnya gas; dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan
inti lava; Ct: granit, diorit, gabro dan inti andesit
Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak
teratur; dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal,
terutama batuan vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt
Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur;
dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas
intermediet-asam.
Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi
oleh mineral lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik
trakitik; Ct: trakiandesit dan andesit
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
25/84
Gambar V.6.
Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-
masing mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan
komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas)
dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas
anhedral dengan diameter >1 mm
Gambar V.7. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas
keluarnya gas saat pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada
andesit basaltik porfirik pada posisi nikol sejajar (atas) dan nikol
silang (bawah). Batuan tersusun atas fenokris plagioklas
berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-1,5 mm,
dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas
dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
26/84
II.4 Klasifikasi
II.4.1. Konsep kerabat batuan
Berdasarkan mineralogi dan tekstur batuan, maka Williams (1954)
mengelompokkan kerabat batuan beku meliputi :
Kerabat batuan ultramafik dan lamprofir
Karabat batuan gabro kalk alkali
Kerabat batuan gabro alkali
Kerabat batuan diorite monzonit syenit
Kerabat batuan granodiorit adamelit granit
Tabel 2.1 Diagranm ciri-ciri kerabat batuan beku, Williams, 1954.
II.4.1.1 Batuan Beku Asam
Kerabat Batuan Granodiorit - Adamelit - Granit
a.
Pembagiannya didasarkan atas perbandinganKF dengan TF.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
27/84
b. Dibedakan dengan kerabat batuan DioritMonzonitSyenit dari
jumlah kuarsanya :
- Ciriciri : - kuarsa > 10%
-KF > 1/8 TF
- Indeks warna 10
- Mineralogi : - kuarsa - Horblende >
Jenis batuan :
TEKSTUR
1/8TF < KF 10%
- Biotit >>
- Hornblende 10%
- plagioklas asam,
- mafik mineral : Hornblende >
Riolit
Tekstur Holokriatali, holohialin
Mineralogi : - kuarsa >105
-
KF > 2/3 TF- Plagioklas asam (albit)
- Sering terdapat tekstur Grafik (pertumbuhsn bersama
antara KF dengan kuarsa).
Ada dua macam Riolit :
Potash Riolit :
- kaya K
-Mineral mafik : biotit, hb
- embayment sangat jarang
Soda Riolit : kaya akan Na
Mineral mafik : amfibol
Tekstur Kasar
Granodiorit
Tekstur : - Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus Granophirik
- KF sering tumbuh bersama.
Mineralogi : - Plagioklas (andesin)
- Orthoklas
- Kuarsa > 10%
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
29/84
Adamelit
Tekstur : - Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus Granofirik, Grafik
- Sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas
asam).
- Pertit terbentuk akibat gejala unmixing/exolution.
Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)
- Mafik mineral : Hb 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)
-Mafik mineral : Biotit >>
Hb jarang
- Bila hornblende > 10%Granit hornblende
Granit kalk alkali
- Mafik mineral : Hb hijau, biotit, kuarsa >>, muskovit
- Mineral tambahan : Apatit, Zircon, bijih besi, sphene.
Granit alkali
- Mafik mineral : Hb coklatanhedral
- Mineral tambahan : Apatit, Zircon, dll
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
30/84
II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet
Kerabat Batuan Diorit - Monzonit - Syenit
Ciri - ciri : - Cl < 40
a. Kandungan silica 52% - 66%
b. Tidak mengandung kuarsa atau < 10%
c. Feldspar : Plagioklas An50
d. Alkali feldspar (KF)
e. Tekstur : porfiritik
f. Tekstur khusus : Pilotaksitik, vitriferik, trachyt
g. Mineralogi : Plagioklas, KF, Hornblende, Biotit, Olivine,
Piroksen.
h. Mineral penyerta : apatit, zircon
Jenis batuan :
TEKSTUR KF 2/3
TF Feldspatoid
Halus Andesit Trachyandesit Trachyt Phonolite
Kasar Diorit Monzonit Syenit Feldspatoid
syenit
Berbutir Halus
Andesit
Tekstur : Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik
Komposisi : - KF < 1/3 TF
- Plagioklas < An50 (oligoklas, Andesine)
- Mineral Mafik : Piroksen < , amfibol, Olivine
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
31/84
Berdasarkan kandungan mineral mafik (>10%)
Andesit olivine (okivin > 10%)
Andesit piroksen (piroksen > 10%)
Andesit hornblende/biotit (hornblende/biotit >10%)
Propilit : Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi
mineral sekunder, sehingga indeks warna menjadi lebih rendah.
Perubahan tersebut karena larutan hydrothermal
(Propilitisasi).
Trachyandesit (Latite)
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi : - Kf > 10%
- Plagioklas < An50 (oligoklas, andesine)
- mineral mafik : Hb >>, Px 2/3 TF
- mineral mafik : Amfibol, biotit, piroksen 10% = Rhyolit
Bila mengandung feldspatoid > 10% = Phonolit
Sulit dibedakan dengan trachyandesit
Ponolit
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
32/84
Berbutir Kasar
Diorit
Monzonit
Syenit
Diorit
Tekstur : Equigranular, kadangkadang Porfiritik
Komposisi : - Plagioklas < An50(Andesin)
- Orthoklas sedikit, KF < TF
- mineral mafik : Px >, Biotit 10% disebut Monzonit kuarsa
Bila kuarsa banyak : Adamelit
Syenit
Indeks warna (cl) rendah
KF > 2/3 TF
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
33/84
Kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Nordmakite, tekstur grafik,
mirmekitik
Bila tidak ada kuarsa, feldspatoid > 10 % : Feldspatoid syenit.
II.4.1.3 Batuan Beku Basa dan Ultra Basa
Dasar Teori
Kerabat Batuan Gabbro Alkali
Ciriciri umum : - Cl 4070
- Kandungan SiO24552 %
- Feldspar / feldspatoid (>10 %), untuk
membedakan dengan kerabat batuan gabbro
kalk alkali.
- Mineralogy : olivine, piroksen
- Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik,
intersertal, poikilitik, trakhitik.
Macammacam batuannya :
Tekstur halus / berbutir halus
Trachybasalt
Spilite
Tekstur kasar
Kentalinite
Shonkinite
Malignite
Kerabat Batuan Gabbro Kalk Alkali
Ciriciri : - Indeks warna (Cl) > 40
- Plagioklas basa An50An80
- SiO245 %52 %
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
34/84
- Kuarsa, K. Feldspar bias hatir / tidak hadir denga
kehadiran < 10 %.
- Mineralogy : olivine, piroksen
Macammacam batuannya :
Tekstur halus / berbutir halus
Basalt
Basalt olivine
Diabas
Tholeitik basalt
Tekstur kasar
Gabbro
Norit
Eucrit
Anortosit
Olivine gabbro
Troctolit
Gabbro kuarsa
Kerabat Batuan Ultramafik dan Lamprofir
Ciriciri :
- Disebut juga sebagai batuan atau kelompok peridotit
- Indeks warna (Cl) > 70
- Tidak mengandung feldspar
-Kandunga silica < 45 %
- Mineral utama adalah mieral mafik
- Umumnya berbutir kasar
- Mineral bijih : kromit, magnetit
- Dijumpai pada dasar intrusi (sill, lapolith)
- Atau sebagai hasil diferensiasi atau pemisahan langsung dari
substratum (mantle atas)
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
35/84
- Merupakan batuan yang tersuisun oleh mineral mineral yang
membeku pada kesempatan pertama.
Macammacam batuannya :
Tekstur halus / berbutir halus
Picrite
Limburgite
Tekstur kasar
Dunite
Peridotite
II.4.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya
(a)Kelompok batuan beku intrusi plutonik
1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah
pada wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona
pemekaran lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh
warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan
piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan
batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit.
Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri
batuan toleeit.
Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar
dengan didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya;
yaitu basa dan ultra basa (Gambar V.2). Batuan beku basa mengandung mineral
plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%.
Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin rendah kandungan
plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar V.2 bawah). batuan beku basa terdiri
atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit (Gambar V.2. atas). Batuan ultra basa
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
36/84
terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain (Gambar
V.2 bawah).
Gambar V.8. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik;
sumberIUGS classification)
2) Batuan beku asam - intermediet
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan
tektonik kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika.
Kelompok batuan ini membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa, batuan beku kaya
feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku
kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin
kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit
(Gambar V.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka
tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
37/84
Gambar V.9. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi
kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10%
(sumberIUGS classification)
(b) Kelompok batuan beku luar
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang
tersingkap di Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di
sepanjang busur vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier
maupun busur gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat
dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini secara megaskopis
dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas gunung api.
Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat
dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit,
kelompok andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
38/84
Gambar V.10. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan
atas kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid
(sumberIUGS classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun
suatu batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-
sama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya,
seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang
dapat hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk
karena komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk
mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku
berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau
biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan
yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir
bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
39/84
II.4.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Deret Bowen
Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.
Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
40/84
II.4.4 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan ( Anthony R. Philpott, 1989 ).
Gambar : klasifikasi batuan beku ultramafik ( Anthony R. Philpott, 1989 ).
Gambar : klasifikasi batuan beku Volcanic ( Anthony R. Philpott, 1989 ).
II.5 Penentuan Jenis Plagioklase
Cara penentuan Jenis plagioklase yaitu dengan melihat jenis kembarannya, ada 3
metode dalam penentuan plagioklase yaitu :
1.Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan kurva :Michel Levy.
2.Metode dengan kembaran Carlsbad-Albit: menggunakan kurva F.E Wright
3.Sudut inklinasi dengan kembaran periklin : menggunakan kurva E.Schmidt.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
41/84
Gambar Metode Michel Levy :
dengan kembaran Albit
Gambar Metode Michel Levy
dengan kembaran Albit.Digunakan
kurva:Michel Levy.
Gambar Metode dengan kembaran
Carlsbad-Albit menggunakan kurva
F.E Wright.
Gambar Sudut inklinasi dengan
kembaran periklin : menggunakan kurva
E. Schidt
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
42/84
II.6 Petrogenesa
Petrogenesa batuan beku cukup didasarkan atas lokasi terjadinya
pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku intrusifdan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam
bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di
permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api.
Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang)
dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1!). Karena pembekuannya di dalam, batuan
beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat
kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan
demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi
batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan
mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api
(stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus
karena sangat dekat dengan permukaan.
Gambar V.11. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith,
stock, sill dan dike
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
43/84
II. 7 PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIKA
II.7.1 Pengertian Batuan Piroklastika
Pada dasarnya batuan gunung api (vulkanik) dihasilkan dari aktivitasvulkanisme. Aktivitas vulkanisme tersebut berupa keluarnya magma ke
permukaan bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan
gunung api yang keluar dengan jalan efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan
yang keluar dengan jalan eksplosif menghasilkan batuan fragmental (rempah
gunung api)..
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari
tefra (pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair, bom dan
blok gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan
jatuhan piroklastika, endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan
seruakan piroklastika. Aliran piroklastika merupakan debris terdispersi dengan
komponen utama gas dan material padat berkonsentrasi partikel tinggi.
Mekanisme transportasi dan pengendapannya dikontrol oleh gaya gravitasi
bumi, suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari
guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah
(Fisher, 1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari
proses fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan
piroklastika, baik jatuhan, aliran maupun seruakan; material yang menyusunnya
dapat berasal dari batuan dinding, magmanya sendiri, batuan kubah lava dan
material yang ikut terbawa saat tertransportasi.
Gambar.
Material
piroklastika.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
44/84
II.7.2 Komponen penyusun batuan piroklastik :
1. Kelompok material Esensial (Juvenil).
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magmayang diteruskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih
magma. Masa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik,
masa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung
membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang
porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung.
2. Kelompok material Asesori (Cognate).
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila materialnya berasal dari
endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh vulkanik
yang lebih tua.
3. Kelompok Asidental (bahan asing)
Yaitu material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua dibawah
gunungapi tersebut, terutama adalahbatuan dinding disekitar leher vulkanik.
Batuannya dapat berupa batuan beku, endapan maupun batuan ubahan.
II.7.3 Mekanisme pembentukan endapan piroklastik
Endapan Piroklastik Jatuhan (pyroclastic fall)
Yaitu onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini
pada umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan
struktur butiranbersusun. Endapan ini meliputi Aglomerat, Breksi, Piroklasti, tuff
dan lapili.
Endapan Piroklastik Aliran (pyroclastic flow)
Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi kemudian teronggokan
disuatu tempat. Umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500 0C 600 0C
dan temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada
bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi sebab sifat sifat endapan
tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan
morfologi asal dan atasnya datar.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
45/84
Endapan Piroklastik Surge (pyroclastic surge)
Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas atau uap air yang
memiliki rapat masa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulen
diatas permukaan. Umumnya memiliki struktur pengendapan primer seperti
laminasi dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang khas dari endapan ini
adalah struktur silang siur, melensa dan bersudut kecil. Endapan surge umumnya
kaya akan keratan batuan dan kristal.
II.7.4 Tekstur
Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus
dapat dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff.
Menurut Fisher (1966), endapan gunung api fragmental tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam lima kelas didasarkan atas ukuran dan bentuk butir
batuan penyusunnya. Gambar VI.1 adalah klasifikasi batuan vulkanik menurut
keduanya.
Gambar VI.1. Klasifikasi
batuan gunung api
fragmental berdasarkan
tekstur menurut Pettijohn
(1975; kiri) dan Fisher
(1966; kanan)
II.7.5 Klasifikasi
4) Tuf: merupakan material gunung api yang dihasilkan dari letusan eksplosif,
selanjutnya terkonsolidasi dan mengalami pembatuan. Tuf dapat tersusun atas
fragmen litik, gelas shards, dan atau hancuran mineral sehingga membentuk
tekstur piroklastika.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
46/84
Gambar VI.2. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan
kanan: nikol sejajar). Dalam sayatan menunjukkan adanya
fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran pada hancuran
plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.
5) Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir antara
2-64 mm; biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan kaldera)
berasosiasi dengan tuf gunung api. Lapili tersebut kalau telah mengalami
konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu lapili. Komposisi batu lapili
terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik yang tertanam dalam
massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal mineral. Gambar VI.3
adalah batu lapili yang tersusun atas fragmen pumis dan kuarsa yang tertanam
dalam massa dasar tuf.
Gambar VI.3. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal
kuarsa dan tertanam dalam massa dasar tuf halus..
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
47/84
6) Batuan gunung api tak-terelaskan (non-welded ignimbrite): Glass shards,
dihasilkan dari fragmentasi dinding gelembung gelas (vitric bubble) dalam
rongga-rongga pumis. Material ini nampak seperti cabang-cabang slender
yang berbentukplatyhingga cuspate, kebanyakan dari gelas ini menunjukkan
tekstur simpang tiga (triple junctions) yang menandai sebagai dinding-dinding
gelembung gas. Dalam beberapa kasus, walaupun gelembung gas tersebut
tidak terelaskan, namun dapat tersimpan dengan baik di dalam batuan
(Gambar VI.4).
Gambar VI.4. Tuf tak-terelaskan
dari letusan Gunung Krakatau
tahun 1883 dengan glass shards
yang sedikit terkompaksi.
Gambar VI.5. Tuf Rattlesnake,
berasal dari Oregon pusat,
menampakkan shards yang
sedikit memipih dan
gelembung gelas yang telah
hancur membentuk garis-garis
oval.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
48/84
7) Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite): yaitu gelas shards dan
pumis yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik hingga
pengendapannya. Biasanya pumis dan gelas tersebut mengalami deformasi
akibat jatuh bebas, yang secara petrografi dapat terlihat dengan: (1) bentuk Y
padashardsdan rongga-rongga bekas gelembung-gelembung gas / gelas, arah
jatuhnya pada bagian bawah Y, (2) arah sumbu memanjang kristal dan
fragmen litik, (3) lipatan shards di sekitar fragmen litik dan kristal, dan (4)
jatuhnya fragmen pumis yang memipih ke dalam massa gelasan lenticular
yang disebut fiamme (Gambar VI.6.c). Derajad pengelasan dalam batuan
gunung api dapat diketahui dari warnanya yang kemerahan akibat proses
oksidasi Fe. Pada kondisi pengelasan tingkat lanjut, massa yang terelaskan
hampir mirip dengan obsidian. Batuan ini sering berasosiasi dengan shards
memipih yang mengelilingi fragmen litik dan kristal.
a. b. c.
Gambar VI.6. a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko
utara, c. tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Thumblinks/ignimbrite_welded_page.htmlhttp://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Thumblinks/ignimbrite_welded_page.html7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
49/84
LAMPIRAN
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
50/84
BAB III
PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN
III.1 Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sesuai dengan pemadatan
dari bahan endapan lepas atau penguapan kimia dari suatu larutan pada atau dekat
permukaan bumi, suatu batuan aorganik yang terdiri dari sisa sisa tetumbuhan
dan hewan yang sudah mati. Material pembentukan batuan sedimen terjadi karena
ketidakstabilan secara kimia maupun secara fisika dari pembentukan batuan beku
maupun batuan metamorf terhadap kondisi atmosfer. Keseimbangan yang baru ini
akan membentuk material baru ataupun material rombakan sebagai material
pembentuk batuan sedimen.
Di dalam proses sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi,
sedimentasi dan litifikasi. Batuan vulkanik tidak termasuk di dalam kelompok
batuan sedimen, karena dihasilkan langsung dari aktivitas gunungapi, tidak adaproses erosi. Terdiri dari:
Batuan sedimen klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi dan fraksi
butirannya
Batuan sedimen non-klastik --- menyesuaikan dengan kondisi batuannya.
III.2 Tekstur
Tekstur batuan sedimen merefleksikan sejarah pembentukannya.Tekstur
batuan sedimen terdiri dari Klastik (merupakan tekstur hasil transportasi) dan Non
klastik (tekstur yang dihasilkan tidak dari proses transportasi : kalsitifikasi,
evaporit, biokimia, dan proses alami lainnya), Tekstur batuan sedimen terdiri dari:
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
51/84
a. Bentuk butir
Bentuk butir didapatkan berdasarkan perbandingan diameter panjang,
menengah dan pendek. Maka eda empat bentuk butir didalam batuan
sedimen yaitu : Oblate, Equant, Bladed,dan Prolate.
Gambar: Empat kelas bentuk butir
berdasarkan perbandingan diameter
panjang (l), menengah (i) dan pendek (s)
menurut T. Zingg. Kelas A = oblate
(tabular atau bentuk disk); B = equant
(kubus atau bulat); C = bladed dan D =
prolate (bentuk rod).
b. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan dari butir sedimen maka
kategori kebundaran ditunjukan dalam enam tingkat, yaitu :
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
Gambar: kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen
(Pettijohn, dkk., 1987).
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
52/84
c. Ukuran Butir
Pada umumnya ukuran butir pada batuan sedimen menggunakan
klasifikasi Pettijohn, yaitu :
d.
Kemas/ fabric
Pada batuan sedimen kemas terbagi kedalam dua istilah yaitu kemas
tertutup dan kemas terbuka.
1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling
bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast
supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil),
maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada
tiga macam atau lebih maka disebutpolymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di
antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix
supported).
Gambar : memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi
bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi
butir atau arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir
fragmen dan matriks.
Ukuran butir
(mm)
Nama butiran Nama batuan
256
Boulder/ bongkah Breksi ( bentuknya
runcing)
64256
Cobble/ kerakal Konglomerat (
bentuknya relative
membulat
464 Pebble Batupasir kasar
24 Granule ( kerikil ) Batupasir sedang
1/161/ 2 Sand ( pasir ) Batupasir halus
1/161/256 Silt ( lanau ) Batulanau
Clay ( lempung ) batulempung
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
53/84
Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemasbutir: paking, kontak dan orientasi butirserta hubungan antara butir matrik.
e. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran butir penyusun batuansediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya
juga seragam maka pemilahan semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir dalam batuan sedimen tersebut
seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan
kemas tertutup
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir didalan batuan sedimen ada
yang seragam dan ada yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir didalam batuan sedimen
sangat seragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat
dalam batuan sedimen dengan kemas terbuka.
Gambar Pemilahan
ukuran butir di dalam
batuan sedimen.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
54/84
f. Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang dalam atau pori didalam
batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas yang tinggi apabila
dijumpai pori. Sedangkan batuan dikatakan berporositas rendah
apabila kenampakannya kompak atau tersementasi dengan baik
sehingga tidak ada pori.
g. Permeabilitas
Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri
dari batuan yang permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air
dan batuan impermiabel yaitu batuan yang tidak dapat meloloskan air
lewat porinya.
III.3 Komposisi Mineral Batuan
Mineral-mineral yang biasanya menyusun batuan sediment berupa
mineral tek stabil (olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan feldspar) dan
mineral stabil (albit, ortoklas, mikroklin, muscovite, dan kuarsa).
Mineral tak stabil terbagi dalam dua kelompok yaitu :
Mineral Alogenik
Mineral ini dimulai dari mineral yang paling tidak stabil yaitu
olivine, piroksen, plagioklas Ca (An 50 100), hornblende, andesine
oligoklas, sfene, epidot, andalusit, staurolit, kianit, megnetit, ilmenit,
garnet, dan spinel.
Mineral Autigenik
Mineral stabil dalam kondisi diagenesa dan tidak stabil dalam
proses pengendapan, yaitu : gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit,
zeolit (terutama yang kaya akan Ca), klorit, ortoklas, mikroklin.
Mineral stabil dalam siklus sedimentasi baik mineral alogenik maupun
produk autigenik seperti : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit,
tourmaline, sirkon, rutil, brokit, anatase.
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
55/84
III.4 Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan Dari perlapisan normal dari
batuan sedimen sebagai akibat dari proses pengendapan dan kondisi energi
pembentukannya. Pembentukannya dapat tejadi pada waktu pengendapan ataupun
segera setelah proses pengendapan.Pembelajaran struktur sedimen akan sangat
baik dilakukan di lapangan (Pettijohn, 1975). Pada batuan sedimen, struktur dapat
dikelompokkan
menjadi 2 yaitu: struktur syngenetik dan struktur epygenetik.
1. Struktur syngenetik
a. Karena proses fisik
Struktur ekstemal: kelihatan dari luar, misal:(contoh: bentuk lembaran,
lensa, lidah, delta,dan lain-lain).termasuk didalamnya berupa konkresi
menjari dan melidah.
Struktur intemal : tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh:
a.Perlapisan dan laminasi: pelapisan normal, perlapisan silang siur,
perlapisan bersusun.b.Kenampakan
permukaan lapisan: ripple mark, md curk, rain drops print, swash and rill
marks, flute cast dan load cast.c.Struktur deformasi: terjadinya perubahan
struktur batuan pada saat sedimen terendapkan karena adanya tekanan).
b. Karena proses biologi
Struktur ekatenal: contoh: biostromes dan bioherm.
Struklur intemal: contoh: fosil dalam batuan.
2. Struktur epigenetik
a. Karena proses fisik
Struktur eksternal: kelihatan dari luar, (contoh: batas antara tiap
lapiaan seperti batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak
selaras: lipatan dan struktur).
Struktur intemal: tercermin pada batuan sedimen itu sendiri.
(contoh: "clastic dike yaitu terjadi karena adanya tekan
hidrostiatika yang kuat sehingga materlal seperti diinjeksikan).
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
56/84
b. Karena proses kimia dan organisme
Contoh: Corrosion zone, concreations, stilolites, cone in cone, crystal
mold and cast seins and dike.
III.5 Klasifikasi
Berdasarkan proses dominan yang mempengaruhi: Sedimen
Klastika terrigen (silisiklastika atau epiklastika); Sedimen biogen,
biokimia dan organik; Sedimen kimiawi dan Sedimen volkaniklastika.
Tabel : Klasifikasi Batuan Sedimen
Gambar : Klasifikasi batuan sedimen (Koesoemadinata 1981)
Sedimen
klastika terrigen
Sedimen biogen,
biokimia &
organik
Sedimen
kimiawi
Sedimen
volkaniklastika
Konglomerat/
breksi, batupasir
dan mudrocks
Batugamping,
rijang, fosfat,
batubara dan
oil shale
Sedimen
evaporit dan
ironstone
Ignimbrit,
aglomerat, tuf
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
57/84
III.5.1 Klasifikasi Konglomerat dan breksi
Gambar : Klasifikasi Batuan sedimen yang fragmennya pebble dan cobble.
III.5.2 Klasifikasi Batupasir
Bahan penyusun utama batu pasir: Kuarsa/silika (kuarsa, opal & kalsedon)
Felspar (K-felspar & plagioklas)
Fragmen batuan
Gambar5.1 Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1973)
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
58/84
Gambar 5.2 Klasifikasi batupasir (modifikasi dari Dott, 1964 dalam WTG
1982.Komponentiga mineral dari pasir : Q kuarsa, F feldsapr, dan L lithik.
Gambar :Sayatan tipis batuan
Quartz arenit
Gambar 5.21 Klasifikasi
batupasir menurut
Pettijohn dimodifikasi(1973)
7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini
59/84
Gambar 5.3 klasifikasi batuan sedimen menurut gilbert, 1954.
Macammacam batu pasir menurut Pettijhon (1973), yaitu :
Feldspathic sandstone (Batupasir felspar) : Batupasir dengan penyusun
utama felspar (felspar > 10 %)
Arkose : jenis batupasir felspar yang banyak juga mengandung kuarsa
(Gbr. 7-7, hal. 214, Pettijohn, 1975).
Lithic sandstone (Batupasir litik) = batupasir graywacke, yaitu batupasir
dimana proporsi fragmen batuan sama dengan proporsi felspar.
Batupasir subgraywacke = lithic arenit, yaitu batupasir dengan matriks