PETROGRAFI Siap Print lalini

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    1/84

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM PETROGRAFI

    Disusun Oleh :

    NORBERIUS A. ALFIANO

    410014177

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

    SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

    YOGYAKARTA

    2016

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    2/84

    HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM PETROGRAFI

    OLEH :

    NORBERIUS A.ALFIANO

    410014177

    Diajukan sebagai laporan akhir praktikum petrografi

    Yogyakarta, 06 Juni 2016

    Dosen Pengampu,

    PAK OKKY

    LABORATORIUM PETROGRAFI

    JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

    SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

    YOGYAKARTA

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    3/84

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena hanya oleh

    Rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan demikian

    penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktikum Petrografi ini.

    Maksud dan tujuan dari disusunnya laporan resmi praktikum Petrografi ini

    adalah untuk memenuhi syarat guna mendapatkan nilai praktikum Petrografi, bagi

    mahasiswa jurusan Teknik Geologi yang mengambil mata kuliah tersebut. Selain

    itu sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Petrografi dan agar dapat

    mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di STTNAS Yogyakarta.

    Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Petrografi ini adalah sebagai bukti hasil

    dari praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Petrografi.

    Laporan ini disusun berdasarkan data data yang diperoleh selama

    mengikuti praktikum Petrografi dan bukubuku yang membahas Petrografi serta

    referensi lain yang sangat menunjang dalam penyusunan laporan ini.

    Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, karena

    terbatasnya kemampuan dan pengetahuan dari penyusun. Oleh karena itu

    penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

    kesempurnaan laporan ini.

    Dan pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan

    terima kasih kepada :

    1) Bapak OKKY., selaku dosen penanggung jawab yang telah banyak

    memberikan masukan yang sangat berarti.

    2) Para asisten laboratorium maupun asisten dosen yang telah banyak

    membantu dan membimbing praktikan dalam melaksakan praktikum dan

    penyusunan laporan.

    3) Rekanrekan mahasiswa TOPAS dan semua pihak yang telah membantu

    selama praktikum dan penyusunan laporan ini.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    4/84

    Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan praktikum yang

    telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam

    tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam

    tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa

    mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.

    Yogyakarta, 06 Juni 2016

    Penyusun,

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    5/84

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.

    HALAMAN PENGESAHAN..

    KATA PENGANTAR........................................................................

    DAFTAR ISI ...............................

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1 Pengertian Petrografi ......................................................................

    I.2 Ruang Lingkup Petrografi...............................................................

    I.3 Tujuan Pembelajaran Petrografi.....................................................

    I.4 Peralatan dan Bahan......................................................................

    I.5 Teknik Pengambilan Contoh Batuan............................................

    I.6 Pemilihan Contoh Batuan..............................................................

    I.7 Preparasi Batuan.............................................................................

    BAB II. PETROGRAFI BATUAN BEKU

    II.1 Pengertian Batuan Beku................................................................

    II.2 Tekstur..........................................................................................

    II.2.1 Tekstur Khusus...................................................................

    II.3 Struktur.........................................................................................

    II.4 Klasifikasi...................................................................................

    II.4.1 Konsep Kerabat Batuan......................................................

    II.4.1.1 Batuan Beku Asam.........................................................

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    6/84

    II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet................................................

    II.4.1.3 Batuan Beku Basa dan Ultra basa...................................

    II.4.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya.

    (a)Kelompok Batuan Beku Intrusi Plutonik..............................

    (1)Batuan Beku Basa dan Ultra Basa..................................

    (2)Batuan Beku AsamIntermediet...................................

    (b)Kelompok Batuan Beku Luar...............................................

    II.4.3 Klasif. Batuan Beku Berdasarkan Deret Bowen................

    II.4.4 Klasf. Batuan Beku Berdasarkan Anthony R. Philphot (1989)

    II.5 Penentuan Jenis Plagioklas.........................................................

    II.6 Petrogenesa..........................................................................

    II.7 PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIKA

    II.7.1 Pengertian Batuan Piroklastika..........................................

    II.7.2 Komponen Penyusun Batuan Piroklastika...........................

    II.7.3 Mekanisme Pembentukkan Endapan Piroklastika.................

    II.7.4 Tekstur..........................................................................

    II.7.5 Klasifikasi.........................................................................

    Lampiran

    BAB III. PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN

    III.1 Pengertian Batuan Sedimen.....................................................

    III.2 Tekstur.................................................................................

    III.3 Komposisi Mineral Batuan.......................................................

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    7/84

    III.4 Struktur................................................................................

    III.5 Klasifikasi..............................................................................

    III.5.1 Klasifikasi Konglomerat dan Breksi......................................

    III.5.2 Klasifikasi Batupasir...........................................................

    III.6 Provance..............................................................................

    Lampiran

    BAB IV PETROGRAFI BATUAN METAMORF

    IV.1 Pengertian Batuan Metamorf.....................................................

    IV.2 Metamorfisme............................................................................

    IV.3 Tekstur.......................................................................................

    IV.3.1 Tekstur Secara Petrografis.................................................

    IV.3.2 Tekstur Metamorfisme ......................................................

    IV.4 Struktur.......................................................................................

    IV.4.1 Struktur Foliasi.................................................................

    IV.4.2 Struktur Non Foliasi.........................................................

    IV.5 Klasifikasi..........................................................................

    IV.6 Petrogenesa........................................................................

    Lampiran

    BAB V. KESIMPULAN ...................................................................

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    8/84

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

    LAMPIRAN ...................................................................................

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    9/84

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Pengertian Petrografi

    Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan.

    Pengamatan seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan dibawah mikroskop,

    dengan tentunya didukung oleh data-data pengamatan singkapan batuan di

    lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun

    batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam

    pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama

    pembentukan batuan.

    Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang

    mmempelajari batuan berdasarkan kenampakan mikroskopis, termasuk

    didalamnya untuk dipergunakan sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian danklasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi pada batuan pertama-tama

    melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan penentuan komposisi

    dan hubungan tekstural antar butir batuan.

    Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila

    mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas,

    dimana petrografi memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk

    menginterpretasikan dan menerangkan asal-ususl batuan.

    Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara

    genesa dapat dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :

    1.Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat

    mineral-mineral silikat hasil magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    10/84

    2.Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi bahan

    rombakan batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun mengenai hasil

    kegiatan organisme (Pettijohn, 1964).

    3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal dari

    suatu batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral

    pada fase padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, atau

    tekanan dan temperatur, HGF. Winkler, 1967, 1979).

    I.2 Ruang Lingkup Petrografi

    Ruang Lingkup Petrografi diamati secara mikroskopis dalam pemeriannya

    sangat bervariasi, tergantung kepentingannya.Tetapi pada umumnya untuk

    stantard semua batuan dipakai standart untuk batuan beku (sebagai contoh

    umumnya) sehingga batuan yang lain mengikuti,adapun ciri-ciri tersebut yaitu

    meliputi :

    a. Warna

    - Keadaan PPL (Tanpa Nikol Silang/Paralel Nicol)

    - Keadaan XPL (Dengan Nikol Silang/Crossed Nicol)

    b. Tekstur

    - Bentuk butir/kristal

    - Ukuran butir/kristal

    - Hubungan antar butir/kristal

    - Pola sebaran butir/kristal

    c. Struktur

    - Vesikuler

    - Aliran

    - Perlapisan

    - dll

    d. Komposisi dan Mineralogi

    - Mineral Primer (Essensial, aksesori)

    - Mineral Sekunder (Alterasi, oksidasi, pengisian, rekristalisasi, dll)

    e. Kelimpahan mineral/komponen.

    f. Kenampakan optik lainnya.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    11/84

    1.3 Tujuan Pembelajaran Petrografi

    Tujuan dari studi petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan

    batuan secara optis sehingga dapat diketahui pertologinya, hal ini akan sangat

    terbatas tanpa bantuan dari cabang ilmu geologi lain, seperti mineralogi, mineral

    optik, petrologi, dan petrografi. Kepentingan Petrogafi dalam hal ini merupakan

    bagian sangat berarti dalam petrologi ( ilmu tentang pembentukan batuan ).

    Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun

    batuan, selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam

    pengelompokan batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama

    pembentukan batuan.

    1.4 Peralatan dan Bahan

    Adapun Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum petrografi yaitu:

    a. Mikroskop polarisasi

    b. Sayatan tipis

    c. Tabel Interferensi warna

    d. Tabel Penamaan batuan

    e.

    Tabel dan grafik penentuan plagioklase

    f. Format laporan dan alat tulis.

    I.5. Teknik Pengambilan Contoh Batuan

    Keberhasilan pembuatan sayatan tipis ditentukan oleh benar-tidaknya

    prosedur pengambilan contoh di lapangan dan teknik preparasinya. Pembuatan

    sayatan tipis juga harus mengikuti petunjuk si pengamat. Apa tujuan pengamatan

    sayatan tipis, apakah ditujukan untuk mengetahui sifat optis mineral, komposisi

    batuan (eksplorasi kandungan mineral tertentu), tingkat sifat deformasi batuan

    atau ada tujuan yang lain. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antara si

    pengambil, pemotong / penyayat dan pengamat.

    Jika tujuan pengamatan adalah untuk mengetahui sifat optis mineral,

    komposisi dan sifat fisik batuannya, maka diperlukan contoh batuan yang segar.

    Ciri-ciri batuan yang segar adalah:

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    12/84

    Warnanya segar, tidak dijumpai warna alterasi (lapuk). Contoh: andesit

    dan diorit berwarna abu-abu terang-agak gelap; warna lapuk keputih-

    putihan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.

    Warna segar dasit abu-abu agak keunguan; warna lapuk abu-abu terang

    bintik-bintik hijau, putih dan merah. Batupasir kuarsa segar warna putih

    dengan butiran- butiran transparan; warna lapuk putih terang agak

    kecoklatan hingga kekuningan. Batugamping dolomit warna segar abu-abu

    kemerahan cerah dengan pecahan tajam dan sangat keras; warna lapuk

    abu-abu kekuningan-kecoklatan (merah bata) dengan pecahan tumpul dan

    mudah hancur.

    Jika dipukul berbunyi cling; batuan yang lapuk jika dipukul berbunyi

    bug atau blug; pada batuan beku luar (bersifat gelasan) batuan yang

    segar sangat keras tetapi lebih mudah pecah, pecahannya runcing-runcing

    tajam, tetapi batuan yang lapuk tidak tajam feldsparnya (putih)

    mengembang sehingga ukurannya menjadi lebih besar.

    Tidak terdeformasi, massif (inti lava / intrusi); batuan yang segar tidak

    dijumpai rekahan-rekahan baik akibat deformasi saat pembekuan,

    pembebanan, tektonik maupun pelapukan; usahakan mengambil batuan

    yang betul-betul masif (tak-terdeformasi).

    Singkapan batuan yang dapat direkomendasikan untuk lokasi pengambilan

    contoh batuan yang ditujukan untuk pengamatan sayatan tipis tersebut adalah:

    Pada singkapan tanpa deformasi; kalau sekiranya tidak dapat dihindari,

    maka diusahakan pada singkapan yang paling bebas dari deformasi.

    Pada singkapan yang telah diledakkan (quarry): akan banyak dijumpai

    batuan yang sangat segar, karena bagian yang lapuk telah dibersihkan pada

    saat penggalian (Gambar IV.1).

    Mencari batuan yang segar juga dapat dilakukan pada tebing-tebing dan

    badan sungai / jalan, terutama pada musim kemarau.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    13/84

    Gambar IV.1. Contoh singkapan yang direkomendasikan untuk pengambilan

    contoh batuan; yaitu pada lokasi penambangan (quarry).

    Singkapan batuan yang tidak direkomendasikan untuk pengambilan contoh batuan

    adalah:

    Singkapan dengan struktur geologi, seperti sesar, kekar dan lipatan

    (Gambar IV.2.kanan); kecuali jika pengamatan ditujukan untuk

    mikrotektonik. Jika pengamatan sayatan tipis batuan ditujukan untuk

    mikrotektonik, maka contoh harus ditandai arah pengambilannya (N . O

    E) dan arah pemotongan yang diinginkan

    Lapuk; saran: sebaiknya jika tidak ada singkapan lain dicari batuan yang

    paling masif; kecuali jika tujuan pengamatan batuan adalah untuk

    mengetahui tingkat pelapukan.

    Tidak insitu : bongkah yang tidak jelas asalnya (Gambar IV.2 kiri); kecuali

    jika telah jelas dketahui asalnya dari mana dan kondisinya segar. Saran:

    lakukan pengambilan bongkah hanya di daerah quarry yang sedang digali

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    14/84

    Gambar IV.2. Contoh singkapan yang tidak direkomendasikan untuk

    pengambilan contoh batuan.

    I.6. Pemilihan Contoh Batuan

    Pengambilan contoh batuan juga dapat dilakukan pada inti bor:

    1. Pilih batuan yang paling segar

    2. Jangan mengambil bagian kontak (ditunjuk pena), karena ada

    kemungkinan mengandung fragmen lain (batuan yang lebih tua atau lebih

    muda) dan biasanya tidak segar

    Gambar IV.3. Contoh batuan

    yang diambil dari inti bor; yaitu

    pada bagian yang paling segar

    (dilingkari), bukan pada bagian

    yang ditunjuk pena

    Sifat contoh batuan yang dapat disayat untuk analisis petrografi:

    Contoh betul-betul segar

    Besarnya setangan (segenggam)

    Setelah contoh diambil, sesegera mungkin agar dikirim ke lab praparasi

    sayatan tipis

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    15/84

    Gambar IV.4. Contoh diorit yang

    direkomendasikan untuk penyayatan

    (segar dan masif).

    I.7. Preparasi Batuan

    Contoh batuan yang telah di dapatkan dari lapangan dilabeli, meliputi no

    lokasi pengambilan, tahun pengambilan dan kode tujuan pengambilan. Untuk

    contoh yang ditujukan untuk analisis petrografi dengan tujuan pengamatantertentu, diberi tanda khusus seperti arah penyayatan, posisi utara / timur dan

    kode-kode pendukung yang lain.

    Contoh selanjutnya dibawa ke bengkel untuk dilakukan pemotongan,

    penyayatan dan preparasi selanjutnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.5

    dan IV.6.

    Gambar IV.5. Contoh diorit yang

    telah dipotong berukuran 10-15x 10 x

    2,5 cm, pemotongan bertujuan untuk

    menghilangkan bagian yang lapuk.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    16/84

    Gambar : Komparasi persentasi komposisi Terry dan Chilingar (1955).

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    17/84

    BAB II

    PETROGRAFI BATUAN BEKU

    II.1 Pengertian Batuan Beku

    Batuan beku terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma.

    Magma adalah cairan silikat pijar didalam bumi, bersuhu tinggi (900 - 13000C),

    terbantuk alamiah dan berasal dari dalam perut bumi atau bagian atas selimut atau

    cenderung bergerak kebagian permukaan bumi. Karena hasil pembekuan, maka

    ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang

    menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara kimiawi, sehingga

    bentuk kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.

    Dalam mempelajari, menganalisa dan menginterprestasikan batuan beku

    terdapat beberapa hal yang sangat mendasar yang harus diperhatikan yaitu

    kenampak secara optik dan makronya.Dalam penamaan batuannya juga

    menggunakan persentasi mineral primer sebelum terjadi ubahan, namun dapat

    digunakan kata terubah lajut dibelakangnya.Dalam mempelajari sayatan tipis

    :Thin Section juga dipelajari bersama-sama contoh setangannya,dikarenakan

    sayatan tipisnya tidak mewakili batuan secara menyeluruh, juga persentasi

    kehadiran mineraloginya.

    II.2 Tekstur

    Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada

    disekitarnya, tekstur berurusan dengan kenampakan skala kecil. Dalam contoh

    dari kenampakan mikroskopis seperti : Tingkat kristalisasi, ukuran dan bentuk

    butir, dan pertumbuhan bersama Kristal. Tekstur merupakan kenampakan

    hubungan antra komponen dari batuan yang dapat mereflikasikan sejarah

    kejadiannya atau petrogenesa.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    18/84

    Tekstur tergantung atas beberapa faktor :

    1. Tingkat kristalisai

    a. Holokristalin: Seluruhnya terdiri dari massa kristalkristal

    Gambar : Holokristalin

    b. Hollohialin : Seluruhnya terdiri dari massa gelas

    Gambar : Hollohialin

    c. Hipokristalin : Sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian

    terdiri dari massa gelas.

    Gambar Hipokristalin

    2. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)

    1. Halus : < 1 mm.

    2. Sedang : 15 mm.

    3. Kasar : 530 mm.

    4. Sangat kasar : > 30 mm.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    19/84

    3. Hubungan antar butir mineral didalam batuan ditunjukan dari dominasi

    bentuk butirnya.

    a.

    Euhedral/Idiomorfik (Automorfik), Krisral Kristal mempunyaibentuk lengkap dan dibatasi oleh bidang batas yang jelas.

    b. Anhedral/Allotriomorfik (Xenomorfik), mineral tidak mempunyai

    bentuk sendiri yang jelas.

    c. Subhedral/Hipidiomorfik, bentuk bentuk Kristal kurang

    baiksebagian sisi Kristal tidak jelas batasnya.

    (Anhedral) (Subhedral ) (Euhedral)

    4.Hubungan Kristal- Equigaranular, butiran Kristal sutu mineral yang mempunyai

    ukuran butir hampir sama atau seragam.

    - Inequigranular, butiran mineral suatu Kristal yang mempunyai

    ukuran butir yang tidak sama atau tidak seragam.

    II.2.1 Tekstur khusus.

    Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses

    kristalisasinya, seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi

    dalam (plutonik) memiliki tekstur yang sangat berbeda dengan batuan beku

    ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh adalah bentuk kristal batuan beku

    dalam cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar anhedral hingga subhedral

    (Tabel)

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    20/84

    Jenis batuan

    Tekstur

    Intrusi dalam

    (plutonik)

    Intrusi dangkal dan

    EkstrusiBatuan Vulkanik

    Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular

    Bentuk kristal Euhedral-anhedralSubhedral-

    anhedralSubhedral-anhedral

    Ukuran kristal Kasar (> 4 mm) Halus-sedang Halus-kasar

    Tekstur khusus-

    Porfiritik-poikilitik

    Ofitik-subofitik

    Pilotaksitik

    Porfiritik: intermediet-

    basa

    Vitroverik-Porfiritik:

    Asam-intermediet

    Derajad

    KristalisasiHolokristalin

    Hipokristalin

    Holokristalin

    Hipokristalin

    Holokristalin

    Tekstur khusus - Perthit-perlitik

    Zoning pada

    plagioklas, tumbuhbersama antara

    mineral mafik dan

    plagioklas dan

    intersertal

    Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal

    dan ekstrusi dan pada batuan vulkanik

    a) Tekstur trakitik

    Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya

    orientasi mineral ---- arah orientasi adalah arah aliran

    Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan

    sill

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    21/84

    Gambar V.7 adalah tekstur trakitik

    batuan beku dari intrusi dike trakit

    di G. Muria; gambar kiri: posisi

    nikol sejajar dan gambar kanan:

    posisi nikol silang

    Gambar V.1. Tekstur trakitik pada

    traki-andesit (intrusi dike di Gunung

    Muria). Arah orientasi dibentuk oleh

    mineral-mineral plagioklas. Di

    samping tekstur trakitik juga masih

    menunjukkan tekstur porfiritik

    dengan fenokris plagioklas dan

    piroksen orto.

    b) Tekstur Intersertal

    Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar

    kristal plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di antara / dalam massa

    dasar gelas interstitial.

    Gambar V.2. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan

    gambar kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    22/84

    c) Tekstur Porfiritik

    Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris)

    yang dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .

    Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk

    tekstur glomeroporphyritic.

    Gambar V.3. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan

    fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas

    yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan granular piroksen

    berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin

    porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin

    (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas intergranular

    dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)

    d) Tekstur Ofitik

    Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang

    tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10).

    Jika plagioklasnya lebih besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka

    membentuk tekstur subofitic (Gambar V.11). Dalam suatu batuan yang sama

    kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara bersamaan.

    Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari

    intergranular menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    23/84

    dijumpai dalam batuan beku basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari

    intergranular ke subofitic dalam basalt dihasilkan oleh pendinginan yang sangat

    cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih lambat. Perubahan terstur tersebut

    banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik (dike basaltik). Jika

    pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit antara

    plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.

    Gambar V.4. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi

    oleh mineral olivin dan piroksen klino

    Gambar V.5. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh

    mineral feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    24/84

    II.3 Struktur

    Struktur Batuan Beku

    Struktur batuan yang berhubungan dengan magma dikenal dengan struktur

    batuan vulkanik, struktur batuan plutonik, dan struktur dari hasil inklusi.

    Struktur batuan beku yang pada umunya merupakan kenampakan skala besar

    sehingga dapat dikenali dilapangan seperti :

    a. Perlapisan

    b. Lineasi (laminasi, segregasi)

    c. Kekar (lembar, tiang)

    d. Vesikuler (bentuk, ukuran, pola)

    e. Aliran

    Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang

    keluarnya gas; dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan

    inti lava; Ct: granit, diorit, gabro dan inti andesit

    Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak

    teratur; dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal,

    terutama batuan vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt

    Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur;

    dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas

    intermediet-asam.

    Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi

    oleh mineral lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik

    trakitik; Ct: trakiandesit dan andesit

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    25/84

    Gambar V.6.

    Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-

    masing mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan

    komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas)

    dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas

    anhedral dengan diameter >1 mm

    Gambar V.7. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas

    keluarnya gas saat pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada

    andesit basaltik porfirik pada posisi nikol sejajar (atas) dan nikol

    silang (bawah). Batuan tersusun atas fenokris plagioklas

    berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-1,5 mm,

    dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas

    dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    26/84

    II.4 Klasifikasi

    II.4.1. Konsep kerabat batuan

    Berdasarkan mineralogi dan tekstur batuan, maka Williams (1954)

    mengelompokkan kerabat batuan beku meliputi :

    Kerabat batuan ultramafik dan lamprofir

    Karabat batuan gabro kalk alkali

    Kerabat batuan gabro alkali

    Kerabat batuan diorite monzonit syenit

    Kerabat batuan granodiorit adamelit granit

    Tabel 2.1 Diagranm ciri-ciri kerabat batuan beku, Williams, 1954.

    II.4.1.1 Batuan Beku Asam

    Kerabat Batuan Granodiorit - Adamelit - Granit

    a.

    Pembagiannya didasarkan atas perbandinganKF dengan TF.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    27/84

    b. Dibedakan dengan kerabat batuan DioritMonzonitSyenit dari

    jumlah kuarsanya :

    - Ciriciri : - kuarsa > 10%

    -KF > 1/8 TF

    - Indeks warna 10

    - Mineralogi : - kuarsa - Horblende >

    Jenis batuan :

    TEKSTUR

    1/8TF < KF 10%

    - Biotit >>

    - Hornblende 10%

    - plagioklas asam,

    - mafik mineral : Hornblende >

    Riolit

    Tekstur Holokriatali, holohialin

    Mineralogi : - kuarsa >105

    -

    KF > 2/3 TF- Plagioklas asam (albit)

    - Sering terdapat tekstur Grafik (pertumbuhsn bersama

    antara KF dengan kuarsa).

    Ada dua macam Riolit :

    Potash Riolit :

    - kaya K

    -Mineral mafik : biotit, hb

    - embayment sangat jarang

    Soda Riolit : kaya akan Na

    Mineral mafik : amfibol

    Tekstur Kasar

    Granodiorit

    Tekstur : - Hipidiomorfik granular

    - Tekstur khusus Granophirik

    - KF sering tumbuh bersama.

    Mineralogi : - Plagioklas (andesin)

    - Orthoklas

    - Kuarsa > 10%

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    29/84

    Adamelit

    Tekstur : - Hipidiomorfik granular

    - Tekstur khusus Granofirik, Grafik

    - Sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas

    asam).

    - Pertit terbentuk akibat gejala unmixing/exolution.

    Mineralogi : - Kuarsa > 10%

    - Plagioklas asam (oligoklas, albit)

    - Mafik mineral : Hb 10%

    - Plagioklas asam (oligoklas, albit)

    -Mafik mineral : Biotit >>

    Hb jarang

    - Bila hornblende > 10%Granit hornblende

    Granit kalk alkali

    - Mafik mineral : Hb hijau, biotit, kuarsa >>, muskovit

    - Mineral tambahan : Apatit, Zircon, bijih besi, sphene.

    Granit alkali

    - Mafik mineral : Hb coklatanhedral

    - Mineral tambahan : Apatit, Zircon, dll

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    30/84

    II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet

    Kerabat Batuan Diorit - Monzonit - Syenit

    Ciri - ciri : - Cl < 40

    a. Kandungan silica 52% - 66%

    b. Tidak mengandung kuarsa atau < 10%

    c. Feldspar : Plagioklas An50

    d. Alkali feldspar (KF)

    e. Tekstur : porfiritik

    f. Tekstur khusus : Pilotaksitik, vitriferik, trachyt

    g. Mineralogi : Plagioklas, KF, Hornblende, Biotit, Olivine,

    Piroksen.

    h. Mineral penyerta : apatit, zircon

    Jenis batuan :

    TEKSTUR KF 2/3

    TF Feldspatoid

    Halus Andesit Trachyandesit Trachyt Phonolite

    Kasar Diorit Monzonit Syenit Feldspatoid

    syenit

    Berbutir Halus

    Andesit

    Tekstur : Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik

    Komposisi : - KF < 1/3 TF

    - Plagioklas < An50 (oligoklas, Andesine)

    - Mineral Mafik : Piroksen < , amfibol, Olivine

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    31/84

    Berdasarkan kandungan mineral mafik (>10%)

    Andesit olivine (okivin > 10%)

    Andesit piroksen (piroksen > 10%)

    Andesit hornblende/biotit (hornblende/biotit >10%)

    Propilit : Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi

    mineral sekunder, sehingga indeks warna menjadi lebih rendah.

    Perubahan tersebut karena larutan hydrothermal

    (Propilitisasi).

    Trachyandesit (Latite)

    Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik

    Komposisi : - Kf > 10%

    - Plagioklas < An50 (oligoklas, andesine)

    - mineral mafik : Hb >>, Px 2/3 TF

    - mineral mafik : Amfibol, biotit, piroksen 10% = Rhyolit

    Bila mengandung feldspatoid > 10% = Phonolit

    Sulit dibedakan dengan trachyandesit

    Ponolit

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    32/84

    Berbutir Kasar

    Diorit

    Monzonit

    Syenit

    Diorit

    Tekstur : Equigranular, kadangkadang Porfiritik

    Komposisi : - Plagioklas < An50(Andesin)

    - Orthoklas sedikit, KF < TF

    - mineral mafik : Px >, Biotit 10% disebut Monzonit kuarsa

    Bila kuarsa banyak : Adamelit

    Syenit

    Indeks warna (cl) rendah

    KF > 2/3 TF

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    33/84

    Kuarsa < 10 %

    Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Nordmakite, tekstur grafik,

    mirmekitik

    Bila tidak ada kuarsa, feldspatoid > 10 % : Feldspatoid syenit.

    II.4.1.3 Batuan Beku Basa dan Ultra Basa

    Dasar Teori

    Kerabat Batuan Gabbro Alkali

    Ciriciri umum : - Cl 4070

    - Kandungan SiO24552 %

    - Feldspar / feldspatoid (>10 %), untuk

    membedakan dengan kerabat batuan gabbro

    kalk alkali.

    - Mineralogy : olivine, piroksen

    - Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik,

    intersertal, poikilitik, trakhitik.

    Macammacam batuannya :

    Tekstur halus / berbutir halus

    Trachybasalt

    Spilite

    Tekstur kasar

    Kentalinite

    Shonkinite

    Malignite

    Kerabat Batuan Gabbro Kalk Alkali

    Ciriciri : - Indeks warna (Cl) > 40

    - Plagioklas basa An50An80

    - SiO245 %52 %

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    34/84

    - Kuarsa, K. Feldspar bias hatir / tidak hadir denga

    kehadiran < 10 %.

    - Mineralogy : olivine, piroksen

    Macammacam batuannya :

    Tekstur halus / berbutir halus

    Basalt

    Basalt olivine

    Diabas

    Tholeitik basalt

    Tekstur kasar

    Gabbro

    Norit

    Eucrit

    Anortosit

    Olivine gabbro

    Troctolit

    Gabbro kuarsa

    Kerabat Batuan Ultramafik dan Lamprofir

    Ciriciri :

    - Disebut juga sebagai batuan atau kelompok peridotit

    - Indeks warna (Cl) > 70

    - Tidak mengandung feldspar

    -Kandunga silica < 45 %

    - Mineral utama adalah mieral mafik

    - Umumnya berbutir kasar

    - Mineral bijih : kromit, magnetit

    - Dijumpai pada dasar intrusi (sill, lapolith)

    - Atau sebagai hasil diferensiasi atau pemisahan langsung dari

    substratum (mantle atas)

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    35/84

    - Merupakan batuan yang tersuisun oleh mineral mineral yang

    membeku pada kesempatan pertama.

    Macammacam batuannya :

    Tekstur halus / berbutir halus

    Picrite

    Limburgite

    Tekstur kasar

    Dunite

    Peridotite

    II.4.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya

    (a)Kelompok batuan beku intrusi plutonik

    1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit

    Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah

    pada wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona

    pemekaran lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh

    warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan

    piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan

    batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit.

    Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,

    Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri

    batuan toleeit.

    Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar

    dengan didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya;

    yaitu basa dan ultra basa (Gambar V.2). Batuan beku basa mengandung mineral

    plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%.

    Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin rendah kandungan

    plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar V.2 bawah). batuan beku basa terdiri

    atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit (Gambar V.2. atas). Batuan ultra basa

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    36/84

    terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain (Gambar

    V.2 bawah).

    Gambar V.8. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik;

    sumberIUGS classification)

    2) Batuan beku asam - intermediet

    Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan

    tektonik kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika.

    Kelompok batuan ini membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan

    dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa, batuan beku kaya

    feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku

    kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin

    kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit

    (Gambar V.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka

    tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    37/84

    Gambar V.9. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi

    kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10%

    (sumberIUGS classification)

    (b) Kelompok batuan beku luar

    Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang

    tersingkap di Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di

    sepanjang busur vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier

    maupun busur gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat

    dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini secara megaskopis

    dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas gunung api.

    Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat

    dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit,

    kelompok andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    38/84

    Gambar V.10. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan

    atas kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid

    (sumberIUGS classification)

    Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun

    suatu batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-

    sama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya,

    seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang

    dapat hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.

    Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk

    karena komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk

    mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku

    berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau

    biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan

    yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir

    bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    39/84

    II.4.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Deret Bowen

    Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.

    Gambar klasifikasi batuan beku berdasarkan deret Bowen.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    40/84

    II.4.4 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan ( Anthony R. Philpott, 1989 ).

    Gambar : klasifikasi batuan beku ultramafik ( Anthony R. Philpott, 1989 ).

    Gambar : klasifikasi batuan beku Volcanic ( Anthony R. Philpott, 1989 ).

    II.5 Penentuan Jenis Plagioklase

    Cara penentuan Jenis plagioklase yaitu dengan melihat jenis kembarannya, ada 3

    metode dalam penentuan plagioklase yaitu :

    1.Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan kurva :Michel Levy.

    2.Metode dengan kembaran Carlsbad-Albit: menggunakan kurva F.E Wright

    3.Sudut inklinasi dengan kembaran periklin : menggunakan kurva E.Schmidt.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    41/84

    Gambar Metode Michel Levy :

    dengan kembaran Albit

    Gambar Metode Michel Levy

    dengan kembaran Albit.Digunakan

    kurva:Michel Levy.

    Gambar Metode dengan kembaran

    Carlsbad-Albit menggunakan kurva

    F.E Wright.

    Gambar Sudut inklinasi dengan

    kembaran periklin : menggunakan kurva

    E. Schidt

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    42/84

    II.6 Petrogenesa

    Petrogenesa batuan beku cukup didasarkan atas lokasi terjadinya

    pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku intrusifdan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam

    bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di

    permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api.

    Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang)

    dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1!). Karena pembekuannya di dalam, batuan

    beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat

    kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan

    demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi

    batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan

    mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api

    (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus

    karena sangat dekat dengan permukaan.

    Gambar V.11. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith,

    stock, sill dan dike

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    43/84

    II. 7 PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIKA

    II.7.1 Pengertian Batuan Piroklastika

    Pada dasarnya batuan gunung api (vulkanik) dihasilkan dari aktivitasvulkanisme. Aktivitas vulkanisme tersebut berupa keluarnya magma ke

    permukaan bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan

    gunung api yang keluar dengan jalan efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan

    yang keluar dengan jalan eksplosif menghasilkan batuan fragmental (rempah

    gunung api)..

    Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari

    tefra (pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair, bom dan

    blok gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan

    jatuhan piroklastika, endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan

    seruakan piroklastika. Aliran piroklastika merupakan debris terdispersi dengan

    komponen utama gas dan material padat berkonsentrasi partikel tinggi.

    Mekanisme transportasi dan pengendapannya dikontrol oleh gaya gravitasi

    bumi, suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari

    guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah

    (Fisher, 1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari

    proses fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan

    piroklastika, baik jatuhan, aliran maupun seruakan; material yang menyusunnya

    dapat berasal dari batuan dinding, magmanya sendiri, batuan kubah lava dan

    material yang ikut terbawa saat tertransportasi.

    Gambar.

    Material

    piroklastika.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    44/84

    II.7.2 Komponen penyusun batuan piroklastik :

    1. Kelompok material Esensial (Juvenil).

    Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magmayang diteruskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih

    magma. Masa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik,

    masa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung

    membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang

    porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung.

    2. Kelompok material Asesori (Cognate).

    Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila materialnya berasal dari

    endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh vulkanik

    yang lebih tua.

    3. Kelompok Asidental (bahan asing)

    Yaitu material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua dibawah

    gunungapi tersebut, terutama adalahbatuan dinding disekitar leher vulkanik.

    Batuannya dapat berupa batuan beku, endapan maupun batuan ubahan.

    II.7.3 Mekanisme pembentukan endapan piroklastik

    Endapan Piroklastik Jatuhan (pyroclastic fall)

    Yaitu onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini

    pada umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan

    struktur butiranbersusun. Endapan ini meliputi Aglomerat, Breksi, Piroklasti, tuff

    dan lapili.

    Endapan Piroklastik Aliran (pyroclastic flow)

    Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi kemudian teronggokan

    disuatu tempat. Umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500 0C 600 0C

    dan temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada

    bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi sebab sifat sifat endapan

    tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan

    morfologi asal dan atasnya datar.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    45/84

    Endapan Piroklastik Surge (pyroclastic surge)

    Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas atau uap air yang

    memiliki rapat masa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulen

    diatas permukaan. Umumnya memiliki struktur pengendapan primer seperti

    laminasi dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang khas dari endapan ini

    adalah struktur silang siur, melensa dan bersudut kecil. Endapan surge umumnya

    kaya akan keratan batuan dan kristal.

    II.7.4 Tekstur

    Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus

    dapat dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff.

    Menurut Fisher (1966), endapan gunung api fragmental tersebut dapat

    dikelompokkan ke dalam lima kelas didasarkan atas ukuran dan bentuk butir

    batuan penyusunnya. Gambar VI.1 adalah klasifikasi batuan vulkanik menurut

    keduanya.

    Gambar VI.1. Klasifikasi

    batuan gunung api

    fragmental berdasarkan

    tekstur menurut Pettijohn

    (1975; kiri) dan Fisher

    (1966; kanan)

    II.7.5 Klasifikasi

    4) Tuf: merupakan material gunung api yang dihasilkan dari letusan eksplosif,

    selanjutnya terkonsolidasi dan mengalami pembatuan. Tuf dapat tersusun atas

    fragmen litik, gelas shards, dan atau hancuran mineral sehingga membentuk

    tekstur piroklastika.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    46/84

    Gambar VI.2. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan

    kanan: nikol sejajar). Dalam sayatan menunjukkan adanya

    fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran pada hancuran

    plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.

    5) Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir antara

    2-64 mm; biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan kaldera)

    berasosiasi dengan tuf gunung api. Lapili tersebut kalau telah mengalami

    konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu lapili. Komposisi batu lapili

    terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik yang tertanam dalam

    massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal mineral. Gambar VI.3

    adalah batu lapili yang tersusun atas fragmen pumis dan kuarsa yang tertanam

    dalam massa dasar tuf.

    Gambar VI.3. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal

    kuarsa dan tertanam dalam massa dasar tuf halus..

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    47/84

    6) Batuan gunung api tak-terelaskan (non-welded ignimbrite): Glass shards,

    dihasilkan dari fragmentasi dinding gelembung gelas (vitric bubble) dalam

    rongga-rongga pumis. Material ini nampak seperti cabang-cabang slender

    yang berbentukplatyhingga cuspate, kebanyakan dari gelas ini menunjukkan

    tekstur simpang tiga (triple junctions) yang menandai sebagai dinding-dinding

    gelembung gas. Dalam beberapa kasus, walaupun gelembung gas tersebut

    tidak terelaskan, namun dapat tersimpan dengan baik di dalam batuan

    (Gambar VI.4).

    Gambar VI.4. Tuf tak-terelaskan

    dari letusan Gunung Krakatau

    tahun 1883 dengan glass shards

    yang sedikit terkompaksi.

    Gambar VI.5. Tuf Rattlesnake,

    berasal dari Oregon pusat,

    menampakkan shards yang

    sedikit memipih dan

    gelembung gelas yang telah

    hancur membentuk garis-garis

    oval.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    48/84

    7) Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite): yaitu gelas shards dan

    pumis yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik hingga

    pengendapannya. Biasanya pumis dan gelas tersebut mengalami deformasi

    akibat jatuh bebas, yang secara petrografi dapat terlihat dengan: (1) bentuk Y

    padashardsdan rongga-rongga bekas gelembung-gelembung gas / gelas, arah

    jatuhnya pada bagian bawah Y, (2) arah sumbu memanjang kristal dan

    fragmen litik, (3) lipatan shards di sekitar fragmen litik dan kristal, dan (4)

    jatuhnya fragmen pumis yang memipih ke dalam massa gelasan lenticular

    yang disebut fiamme (Gambar VI.6.c). Derajad pengelasan dalam batuan

    gunung api dapat diketahui dari warnanya yang kemerahan akibat proses

    oksidasi Fe. Pada kondisi pengelasan tingkat lanjut, massa yang terelaskan

    hampir mirip dengan obsidian. Batuan ini sering berasosiasi dengan shards

    memipih yang mengelilingi fragmen litik dan kristal.

    a. b. c.

    Gambar VI.6. a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko

    utara, c. tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.

    http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Thumblinks/ignimbrite_welded_page.htmlhttp://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Thumblinks/ignimbrite_welded_page.html
  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    49/84

    LAMPIRAN

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    50/84

    BAB III

    PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN

    III.1 Pengertian Batuan Sedimen

    Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sesuai dengan pemadatan

    dari bahan endapan lepas atau penguapan kimia dari suatu larutan pada atau dekat

    permukaan bumi, suatu batuan aorganik yang terdiri dari sisa sisa tetumbuhan

    dan hewan yang sudah mati. Material pembentukan batuan sedimen terjadi karena

    ketidakstabilan secara kimia maupun secara fisika dari pembentukan batuan beku

    maupun batuan metamorf terhadap kondisi atmosfer. Keseimbangan yang baru ini

    akan membentuk material baru ataupun material rombakan sebagai material

    pembentuk batuan sedimen.

    Di dalam proses sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi,

    sedimentasi dan litifikasi. Batuan vulkanik tidak termasuk di dalam kelompok

    batuan sedimen, karena dihasilkan langsung dari aktivitas gunungapi, tidak adaproses erosi. Terdiri dari:

    Batuan sedimen klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi dan fraksi

    butirannya

    Batuan sedimen non-klastik --- menyesuaikan dengan kondisi batuannya.

    III.2 Tekstur

    Tekstur batuan sedimen merefleksikan sejarah pembentukannya.Tekstur

    batuan sedimen terdiri dari Klastik (merupakan tekstur hasil transportasi) dan Non

    klastik (tekstur yang dihasilkan tidak dari proses transportasi : kalsitifikasi,

    evaporit, biokimia, dan proses alami lainnya), Tekstur batuan sedimen terdiri dari:

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    51/84

    a. Bentuk butir

    Bentuk butir didapatkan berdasarkan perbandingan diameter panjang,

    menengah dan pendek. Maka eda empat bentuk butir didalam batuan

    sedimen yaitu : Oblate, Equant, Bladed,dan Prolate.

    Gambar: Empat kelas bentuk butir

    berdasarkan perbandingan diameter

    panjang (l), menengah (i) dan pendek (s)

    menurut T. Zingg. Kelas A = oblate

    (tabular atau bentuk disk); B = equant

    (kubus atau bulat); C = bladed dan D =

    prolate (bentuk rod).

    b. Kebundaran

    Berdasarkan kebundaran atau keruncingan dari butir sedimen maka

    kategori kebundaran ditunjukan dalam enam tingkat, yaitu :

    1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)

    2. Meruncing (menyudut) (angular)

    3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

    4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)

    5. Membundar (membulat (rounded), dan

    6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

    Gambar: kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen

    (Pettijohn, dkk., 1987).

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    52/84

    c. Ukuran Butir

    Pada umumnya ukuran butir pada batuan sedimen menggunakan

    klasifikasi Pettijohn, yaitu :

    d.

    Kemas/ fabric

    Pada batuan sedimen kemas terbagi kedalam dua istilah yaitu kemas

    tertutup dan kemas terbuka.

    1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling

    bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast

    supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil),

    maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada

    tiga macam atau lebih maka disebutpolymodal clast supported.

    2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di

    antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix

    supported).

    Gambar : memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi

    bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi

    butir atau arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir

    fragmen dan matriks.

    Ukuran butir

    (mm)

    Nama butiran Nama batuan

    256

    Boulder/ bongkah Breksi ( bentuknya

    runcing)

    64256

    Cobble/ kerakal Konglomerat (

    bentuknya relative

    membulat

    464 Pebble Batupasir kasar

    24 Granule ( kerikil ) Batupasir sedang

    1/161/ 2 Sand ( pasir ) Batupasir halus

    1/161/256 Silt ( lanau ) Batulanau

    Clay ( lempung ) batulempung

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    53/84

    Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemasbutir: paking, kontak dan orientasi butirserta hubungan antara butir matrik.

    e. Pemilahan

    Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran butir penyusun batuansediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya

    juga seragam maka pemilahan semakin baik.

    1. Pemilahan baik, bila ukuran butir dalam batuan sedimen tersebut

    seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan

    kemas tertutup

    2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir didalan batuan sedimen ada

    yang seragam dan ada yang tidak seragam.

    3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir didalam batuan sedimen

    sangat seragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat

    dalam batuan sedimen dengan kemas terbuka.

    Gambar Pemilahan

    ukuran butir di dalam

    batuan sedimen.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    54/84

    f. Porositas

    Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang dalam atau pori didalam

    batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas yang tinggi apabila

    dijumpai pori. Sedangkan batuan dikatakan berporositas rendah

    apabila kenampakannya kompak atau tersementasi dengan baik

    sehingga tidak ada pori.

    g. Permeabilitas

    Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri

    dari batuan yang permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air

    dan batuan impermiabel yaitu batuan yang tidak dapat meloloskan air

    lewat porinya.

    III.3 Komposisi Mineral Batuan

    Mineral-mineral yang biasanya menyusun batuan sediment berupa

    mineral tek stabil (olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan feldspar) dan

    mineral stabil (albit, ortoklas, mikroklin, muscovite, dan kuarsa).

    Mineral tak stabil terbagi dalam dua kelompok yaitu :

    Mineral Alogenik

    Mineral ini dimulai dari mineral yang paling tidak stabil yaitu

    olivine, piroksen, plagioklas Ca (An 50 100), hornblende, andesine

    oligoklas, sfene, epidot, andalusit, staurolit, kianit, megnetit, ilmenit,

    garnet, dan spinel.

    Mineral Autigenik

    Mineral stabil dalam kondisi diagenesa dan tidak stabil dalam

    proses pengendapan, yaitu : gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit,

    zeolit (terutama yang kaya akan Ca), klorit, ortoklas, mikroklin.

    Mineral stabil dalam siklus sedimentasi baik mineral alogenik maupun

    produk autigenik seperti : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit,

    tourmaline, sirkon, rutil, brokit, anatase.

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    55/84

    III.4 Struktur

    Struktur sedimen merupakan suatu kelainan Dari perlapisan normal dari

    batuan sedimen sebagai akibat dari proses pengendapan dan kondisi energi

    pembentukannya. Pembentukannya dapat tejadi pada waktu pengendapan ataupun

    segera setelah proses pengendapan.Pembelajaran struktur sedimen akan sangat

    baik dilakukan di lapangan (Pettijohn, 1975). Pada batuan sedimen, struktur dapat

    dikelompokkan

    menjadi 2 yaitu: struktur syngenetik dan struktur epygenetik.

    1. Struktur syngenetik

    a. Karena proses fisik

    Struktur ekstemal: kelihatan dari luar, misal:(contoh: bentuk lembaran,

    lensa, lidah, delta,dan lain-lain).termasuk didalamnya berupa konkresi

    menjari dan melidah.

    Struktur intemal : tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh:

    a.Perlapisan dan laminasi: pelapisan normal, perlapisan silang siur,

    perlapisan bersusun.b.Kenampakan

    permukaan lapisan: ripple mark, md curk, rain drops print, swash and rill

    marks, flute cast dan load cast.c.Struktur deformasi: terjadinya perubahan

    struktur batuan pada saat sedimen terendapkan karena adanya tekanan).

    b. Karena proses biologi

    Struktur ekatenal: contoh: biostromes dan bioherm.

    Struklur intemal: contoh: fosil dalam batuan.

    2. Struktur epigenetik

    a. Karena proses fisik

    Struktur eksternal: kelihatan dari luar, (contoh: batas antara tiap

    lapiaan seperti batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak

    selaras: lipatan dan struktur).

    Struktur intemal: tercermin pada batuan sedimen itu sendiri.

    (contoh: "clastic dike yaitu terjadi karena adanya tekan

    hidrostiatika yang kuat sehingga materlal seperti diinjeksikan).

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    56/84

    b. Karena proses kimia dan organisme

    Contoh: Corrosion zone, concreations, stilolites, cone in cone, crystal

    mold and cast seins and dike.

    III.5 Klasifikasi

    Berdasarkan proses dominan yang mempengaruhi: Sedimen

    Klastika terrigen (silisiklastika atau epiklastika); Sedimen biogen,

    biokimia dan organik; Sedimen kimiawi dan Sedimen volkaniklastika.

    Tabel : Klasifikasi Batuan Sedimen

    Gambar : Klasifikasi batuan sedimen (Koesoemadinata 1981)

    Sedimen

    klastika terrigen

    Sedimen biogen,

    biokimia &

    organik

    Sedimen

    kimiawi

    Sedimen

    volkaniklastika

    Konglomerat/

    breksi, batupasir

    dan mudrocks

    Batugamping,

    rijang, fosfat,

    batubara dan

    oil shale

    Sedimen

    evaporit dan

    ironstone

    Ignimbrit,

    aglomerat, tuf

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    57/84

    III.5.1 Klasifikasi Konglomerat dan breksi

    Gambar : Klasifikasi Batuan sedimen yang fragmennya pebble dan cobble.

    III.5.2 Klasifikasi Batupasir

    Bahan penyusun utama batu pasir: Kuarsa/silika (kuarsa, opal & kalsedon)

    Felspar (K-felspar & plagioklas)

    Fragmen batuan

    Gambar5.1 Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1973)

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    58/84

    Gambar 5.2 Klasifikasi batupasir (modifikasi dari Dott, 1964 dalam WTG

    1982.Komponentiga mineral dari pasir : Q kuarsa, F feldsapr, dan L lithik.

    Gambar :Sayatan tipis batuan

    Quartz arenit

    Gambar 5.21 Klasifikasi

    batupasir menurut

    Pettijohn dimodifikasi(1973)

  • 7/26/2019 PETROGRAFI Siap Print lalini

    59/84

    Gambar 5.3 klasifikasi batuan sedimen menurut gilbert, 1954.

    Macammacam batu pasir menurut Pettijhon (1973), yaitu :

    Feldspathic sandstone (Batupasir felspar) : Batupasir dengan penyusun

    utama felspar (felspar > 10 %)

    Arkose : jenis batupasir felspar yang banyak juga mengandung kuarsa

    (Gbr. 7-7, hal. 214, Pettijohn, 1975).

    Lithic sandstone (Batupasir litik) = batupasir graywacke, yaitu batupasir

    dimana proporsi fragmen batuan sama dengan proporsi felspar.

    Batupasir subgraywacke = lithic arenit, yaitu batupasir dengan matriks