Upload
onant
View
316
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Oleh Lilik SulistyowatiDIREKTORAT PENDIDIKAN MASYARAKATDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010
Goal 2: yaitu mencapai pendidikan dasar bagi semua dengan tujuan bahwa pada tahun 2015 semua anak baik laki-laki maupun perempuan dapat mengenyam pendidikan dasar Goal 3: yaitu mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dengan tujuan untuk menghapuskan segala bentuk disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah paling lambat pada tahun 2015.
KONDISI UMUMKesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan IDG Indonesia menunjukkan peningkatan, yaitu dari 0,597 pada tahun 2004 menjadi 0,621 pada tahun 2007 (KNPP-BPS).Trend Indeks Pemberdayaan Gender/GEM, 2004-2007 0,630
Ekonomi (akses lapangan kerja), angka pengangguran terbuka perempuan mengalami penurunan dari 13,72 persen (2006) menjadi 9,29 persen (2008) (Sakernas).Jabatan publik, persentase perempuan yang menduduki jabatan eselon I sampai eselon IV, masing-masing sebesar 9,6 persen, 6,6 persen, 13,7 persen, dan 22,4 persen (2006). Persentase tersebut meningkat pada tahun 2008 khususnya untuk eselon II sampai eselon IV, masingmasing sebesar 7,1 persen, 14,5 persen, dan 23,5 persen.3
0,620 0,6100,600 0,590 0,580 2004 0,597
0,6130,618
0,621
2005
2006
2007
Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan K+D
Laki-laki 9,4 6,6 8,0
Perempuan 8,5 5,7 7,1
L+P 8,9 6,2 7,5
Indeks Paritas Gender 0,90 0,86 0,89
Sumber : Diolah dari Data Susenas 2008
Capaian pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan lakilaki, baik di perkotaan maupun di perdesaan4
Grafik 1: Perkembangan Nilai dan Angka Kelulusan SMP Menurut Jenis Kelamin 2005-20097.67.4 7.4 7.2 7 7.01 6.8 6.95 6.81 Nilai (L) Nilai (P) 7.13 7.1 6.95 7.3
6.66.4 6.2 6 5.8
6.52
6.37
2005
2006
2007
2008
2009
Grafik 4: Perbandingan Hasil UN SMP 2008 Per ProvinsiPapua Brt K. Riau Gorontalo
Grafik 5: Perbandingan Hasil UN SMP 2009 Per ProvinsiPapua Brt K. Riau Gorontalo
Maluku UtaraPapua NTB
Maluku UtaraPapua NTB
MalukuSulsel Sulut P
MalukuSulsel Sulut P
KalselKalbar Sumsel
L
KalselKalbar Sumsel
L
RiauSumut Jatim Jateng Jkt 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
RiauSumut Jatim Jateng Jkt 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
JUMLAH GURU TERSERTIFIKASI BERDASARKAN JENIS KELAMIN Perempuan, 12690 (25%)
Laki-laki, 39005 (75%)Sumber: Ditjen PMPTK, Juni 2008
STEREOTIPE (Pelabelan)
KEKERASAN
Suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/ kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.
TUJUANKeadilan Gender
Jalur-Kembar PengarusUtamaan gender
STRATEGI
1.Integrasi kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam seluruh kebijakan dan program
Kesetaraan0 U
TC 0 M E
2. Kegiatan khusus yg ditujukan untuk pemberdayaan perempuanSumber: Caroline Moser, 2005
S
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
11
MENGAPA PERLU MENYELENGGARAKAN PUG
?
Identifikasi apakah laki-laki & perempuan Memperoleh akses yang sama kepada sumber daya pembangunan ; Berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan ; Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan Memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan;
Untuk melaksanakan PUG ini, pada tahun 2000 telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.9 Tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan Nasional. Melalui instruksi ini Presiden Republik Indonesia telah mengintruksikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk melaksanakan PUG kedalam perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program yang berperspektif gender diseluruh aspek pembangunan Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Dalam UU tersebut peningkatan kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Ke-2 (2010-2014) Permendagri No 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di daerah Permendiknas No.84 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan yang memberi acuan pelaksanaan PUG bidang pendidikan mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan satuan pendidikan.
Suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan
Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan Gender bidang pendidikan
VISI & MISI RENSTRA 2010-2O14Visi Kementerian Pendidikan Nasional :Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif Misi1.Meningkatkan
Ketersediaan Layanan Pendidikan 2.Memperluas Keterjangkauan Layanan Pendidikan 3.Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan 4.Mewujudkan Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan 5.Menjamin Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan
16
TUJUAN STRATEGI RENSTRA 2010-2O141.
2.
3.
4.
Tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota; Terjaminnya kepastian memperoleh layanan Dikdas bermutu dengan dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota; Tersedia dan terjangkaunya layanan Dikmen yang bermutu, relevan, dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota; Tersedia dan terjangkaunya layanan Dikti bermutu, relevan, berdaya saing internasional dan berkesetaraan di semua provinsi;
5.
Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat;Tersedianya sistem tata kelola dan handal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional
6.
17
Kode
IKK
Kondisi Awal (2009)
Tahun2010 2011 96.2% 97.8% 79.8% 2012 96.8% 98.0% 84.9% 2013 97.4% 98.0% 89.9% 2014 98.0% 98.0% 95.0%
501 502 503
Tingkat Literasi Penduduk usia 15 Tahun Rasio Kesetaraan Gender Tingkat Literasi Persentase Provinsi dengan Tingkat Literasi > 95%
95.0% 97.3% 69.7%
95.6^ 97.6% 74.8%
504 505507 508 509
Persentase Kota dengan Tingkat Literasi > 95% Persentase Kab dengan Tingkat Literasi > 95%Persentase PKBM Berakreditasi Persentase Kab/Kota yang Mengarusutamakan Gender Persentase Pemegang SUKMA Menempuh PKH
70.0% 60.0%1.3% 5.0% 2%
75.0% 65.0%5.0% 14.0% 5%
80.0% 70.0%10.0% 23.0% 9%
85.0% 75.0%15.0% 32.0% 16%
90.0% 80.0%20.0% 41.0% 19%
95.0% 85.0%25.0% 50.0% 20.0%
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN
Pedoman pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan bertujuan : memberikan acuan bagi para pemegang kebijakan dan pelaksana pendidikan dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan; mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan laki-Iaki dan perempuan; mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender pada satuan pendidikan dan masyarakat; mewujudkan pengelolaan anggaran pendidikan yang responsif gender; meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan.
Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut : pengelolaan proses belajar mengajar perencanaan , evaluasi dan supervisi pengelolaan kurikulum pengelolaan ketenagaan pengelolaan fasilitas pengelolaan keuangan pelayanan siswa peran serta masyarakat pengelolaan budaya sekolah
Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah dengan memasukkan kesetaraan gender sebagai bagian integral dan eksplisit Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang menggunakan prinsip MBS dengan mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan untuk mencapai sasaran Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi pengembangan kesetaraan gender dalam perencanaan programdan pengembangan strategis untuk mencapai sasaran Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah terkait dengan hambatan kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi sosial budaya Menyusun rencana dan program peningkatan mutu yang responsif terhadap perbedaan gender sebagai konstruksi sosial dengan memperhatikan kebutuhan gender praktis dan gender strategis Melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator kesetaraan gender dan indikator kebijakan responsif gender Merumuskan sasaran mutu baru melaui reformulasi manajemen sekolah yang bias atau netral gender menuju manajemen responsif gender
Memiliki visi dan misi yang berperspektif gender Kepala sekolah memiliki karakteristik yang profesional dan sensitif gender Karakteristik guru yang profesional dan sensitif gender Kurikulum yang seimbang dan responsif gender Lingkungan sekolah yang sensitif gender Lingkungan fisik dan pembelajaran yang ramah terhadap perbedaan gender Manajemen sekolah yang responsif gender Ada upaya mewujudkan komite sekolah responsif gender
1.2.
3.4.
Akses terhadap semua program/kegiatan Partisipasi dalam pengambilan kebijakan Kontrol terhadap sumber-sumber daya Manfaat dari program/kegiatan yang dilaksanakan
Mewujudkan kesempatan pendidikan yang adil dan setara adil pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, mendorong peningkatan mutu dan efisiensi melalui pemberdayaan potensi perempuan dan laki-laki secara optimal, dan memperkecil ketimpangan gender terutama pada jurusan/program studi dan bidang kejuruan.
Kebijakan sekolah cenderung netral (beberapa bias) gender, yang berdampak terhadap tingkat pemerolehan manfaat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (laki-laki biasanya mendapatkan manfaat lebih tinggi dibandingkan perempuan) Masih terdapat bahan ajar yang mengandung stereotipe gender yang menguatkan prilaku bias gender di masyarakat. Perilaku guru yang belum sensitif gender, yang berdampak pada bentuk-bentuk prilaku yang bias gender
Penataan sarana dan prasarana di sekolah /Perguruan Tinggi yang belum memperhatikan kebutuhan spesifik perempuan dan laki-laki. Keterwakilan anggota masyarakat dalam komite sekolah dan dewan pendidikan masih didominasi oleh laki-laki.
SISTEM PENGELOLAAN
MANAJEMEN SEKOLAH
PENATAAN RUANG PENGELOLAAN SAR-PRAS PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH BERWAWASAN GENDER
PROSES PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
PENGGUNAAN BAHASAINTERAKSI KELAS
KOMITE SEKOLAH
PERAN SERTA MASYARAKAT
HUBUNGAN GURU DENGAN ORANGTUAPENGELOLAAN PUBERTAS PELECEHAN SEKSUAL
Melakukan pengarusutamaan gender pada aspek: 1. Manajemen Sekolah, yang meliputi; Organisasi dan budaya sekolah, Sarana dan Prasarana, Administrasi Sekolah, Kebijakan dan Pengelolaan Sekolah 2. Proses Pembelajaran; perencanaan pembelajaran, penyusunan bahan ajar, prilaku guru, metode/pendekatan dalam pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran 3. Peran Serta Masyarakat dalam pendidikan
1.2.
3.
4.
Manajer Sekolah Tenaga Pendidik dan Kependidikan Stakeholders pendidikan (Komite Sekolah, Penulis Bahan Ajar, Penerbit, Orang tua) Peserta didik
1. 2. 3.
Manajemen Sekolah Pembelajaran Peran Serta Masyarakat
1.
2.
Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang yang sama atau setara dalam mengendalikan sistem pendidikan di sekolah; Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang sama atau setara dalam membina, mengarahkan dan melaksanakan pelayanan pendidikan di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama dari kesempatan dan peran tersebut;
3.
4.
Sekolah menghargai adanya karakter kerja, kesempatan dan tugas kultur yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan tugas kedinasan; Data dan informasi yang digunakan oleh guru dan kepala sekolah terpilah antara laki-laki dan perempuan, dan digunakan untuk analisis pendidikan yang berpihak pada laki-laki dan perempuan secara seimbang;
5.
6.
Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk menempati jabatan struktural dan/atau jabatan fungsional di sekolah, melakukan pengendalian terhadap program serta memperoleh manfaat yang sama; Sekolah memiliki sarana-parasarana yang dapat diakses oleh serta memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan, seperti: kamar mandi, lapangan olahraga, alat-alat olahraga, pakaian olahraga, kamar ganti, bangsa, dsb,
1.
2.
Kesenjangan gender dalam kaitan dengan partisipasi murid yang dapat ditunjukkan dengan proporsi jumlah murid di sekolah yang menyebabkan jenis kelamin laki-laki menjadi kelompok yang mendominasi dibandingkan dengan murid perempuan Stereotipi atau pembakuan citra dari peranperan laki-laki maupun perempuan yang merugikan salah satu jenis kelamin.
3.
4.
Diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu sehingga menghalangi untuk mendapatkan hak-haknya serta melaksanakan peranperannya di lingkungan sekolah Kekerasan berbasis gender, baik fisik, psikis maupun seksual, seperti memandang lebih rendah dan meminggirkan, pelecehan seksual, dan yang sejenisnya.
1.
2.
3.
Menciptakan rasa aman dan nyaman tanpa ada kekerasan fisik, psikis, seksual berbasis perbedaan jenis kelamin Memberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan posisi dan perannya masingmasing Menghindari terjadinya diskriminasi gender baik terhadap laki-laki maupun terhadap perempuan
Standar Minimal PUG Pusat Dan DaerahNO1
INDIKATORDukungan Kebijakan/ Komitmen Kelembagaan Focal Point
STANDAR MINIMAL PENCAPAIANAdanya surat keputusan Dirjen/Gubernur/ Bupati mengenai pelaksanaan PUG bidang pendidikan Adanya Pokja PUG Bidang Pendidikan di pusat dan daerah Adanya 1 orang di pusat dan daerah yang mempunyai pemahaman PUG dengan baik Adanya minimal 1 program pendidikan responsive gender Tersedianya data pendidikan terpilah menurut jenis kelamin Adanya dukungan APBD untuk program PUG Adanya salah satu alat analisis gender yang dipahami dan dipergunakan dalam perencanaan program pendidikan
2 3
4 5 6 7
Program Pendataan Anggaran Alat analisis
43
44
45