Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
rahmat dan hidayah-NYA kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat
menyelesaikan penyusunan buku “Profil Genre dan Anak Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2018”. Serta Shalawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulisan buku ini dilakukan dalam rangka menyediakan data dan informasi
gender dan anak di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2018. Dalam buku ini disajikan
profil perempuan dan anak di berbagai bidang pembangunan. Buku ini diharapkan
dapat menjadi pedoman dalam penyusunan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di Kabupaten Dharmasraya.
Dalam penyusunan buku ini kami memperoleh dukungan/bantuan dari
berbagai pihak terkait. Oleh karena itu pada kesempatan ini Tim Penulis
menghaturkan terimakasih kepada :
1. Bapak/Ibu kepala SKPD instansi vertikal, Organisasi Perempuan, dan
LSM di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya yang telah memfasilitasi
ketersediaan data dan informasi gender dan anak sesuai dengan tupoksi masing-
masing,
2. Bapak/Ibu anggota kelompok kerja data terpilah gender dan anak
Kabupaten Dharmasraya tahun 2018 yang telah berpartisipasi aktif dalam memberikan
sumbang saran/pemikiran dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan buku ini.
Semoga semua dukungan dan bantuan yang diberikan menjadi amal shaleh
disisi-NYA. Kami menyadari bahwa penulisan buku ini belum sempurna. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun untuk
kesempurnaannya kedepan.
Pulau Punjung, September 2018
KEPALA DINSOSP3APPKB
BOBBY P. RIZA, S. STP, M. Si
Pembina Tk.
NIP. 19820521 200012 1 001
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… v
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………… 3
C. Sumber Data ………………………………………… 4
D. Sistematika Penyajian ………………………………… 4
BAB II : Struktur Penduduk ………………………………………… 7
A. Penduduk Menurut Jenis Kelamin ………………… 7
B. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ………… 9
C. Penduduk Produktif ………………………………… 10
BAB III : Pendidikan ………………………………………………… 12
A. Angka Partisipasi Kasar ………………………………… 13
B. Angka Partisipasi Murni ………………………………… 15
C. Angka Melek Huruf ………………………………… 16
BAB IV : Kesehatan dan Keluarga Berencana ………………………… 18
A. Angka Harapan Hidup ………………………………… 19
B. Angka Kematian Ibu dan Cakupan Pertolongan
Persalinan dan ………………………………………… 20
C. Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ………………………… 22
D. Penderita HIV/AIDS ………………………………… 23
E. Keluarga Berencana’ ………………………………… 24
F. Pengguna Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) ………………………………………… 25
BAB V : Ketenagakerjaan ………………………………………… 26
A. Penyedia Lapangan Kerja ………………………… 26
B. Pekerja Perempuan ………………………………… 28
BAB VI : Perempuan di Sektor Publik ………………………………… 29
A. Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif ………… 29
B. Partisipasi Perempuan di Lembaga Eksekutif ………… 31
C. Partisipasi Perempuan di Lembaga Yudikatif ………… 32
D. Organisasi Perempuan ………………………………… 33
iii
BAB VII : Kesejahteraan Perempuan dan Perlindungan Anak ………… 34
A. Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Jalur Formal dan Non-Formal ………………………… 34
B. Kepemilikan Akte Kelahiran ………………………… 35
C. Perlindungan Perempuan dan Anak ………………… 36
BAB VIII : Penutup …………………………………………………. 39
A. Kesimpulan …………………………………………. 39
B. Saran …………………………………………………. 40
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Dharmasraya Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2017 ……………………………………… 8
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017 ……… 9
Tabel 3.1 Jumlah Perempuan Melek Huruf Usia 15 Tahun ke Atas
Kabupaten Dharmasraya ………………………………. 17
Tabel 4.1 Jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2017 ………………………………………………….. 20
Tabel 4.2 Pertolongan persalinan di Kabupaten Dharmasraya Tahun
2017 ………………………………………………………. 21
Tabel 4.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2017 ………………………………………………….. 23
Tabel 4.4 Jumlah Peserta KB Aktif di Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2017 ………………………………………………. 25
Tabel 5.1 Pencari Kerja Terdaftar Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2017 ………………………………. 27
Tabel 5.2 Kapasitas Perusahaan di Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2017 ………………………………………………. 28
Tabel 5.3 Pekerja Perempuan di Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2017 ………………………………………………. 28
Tabel 6.1 Jumlah Partisipasi Perempuan di Pemilihan Legislatif di
Kabupaten Dharmasraya Tahun Pileg periode 2014-2019 … 30
Tabel 6.2 Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya
Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin Tahun 2017 …..... 32
Tabel 7.1 Jumlah Anak berumur 18 Tahun dengan kepemilikan
akte kelahiran di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017 …… 36
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sex Ratio Kabupaten Dharmasraya tahun 2012-2017 ……… 8
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017 … 10
Gambar 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2017 …………………………………… 10
Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Produktif
dan Jenis Kelamin Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 ….. 11
Gambar 3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut jenis kelamin
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017 ……………………… 14
Gambar 3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut jenis kelamin
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017 …………………….... 15
Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten Dharmasraya Tahun
2012-2017……………………………………………………. 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ender diartikan sebagai perbedaan fungsi dan peran sosial
antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan oleh
masyarakat. Perbedaan tersebut pada prakteknya sering menimbulkan
ketidakadilan, terutama terhadap kaum perempuan naik di lingkungan rumah
tangga, pekerjaan masyarakat, kultur, maupun negara. Oleh sebab itu, untuk
menghilangkan ketidakadilan tersebut diperlukan adanya kesetaraan dan
keadilan gender dalam proses bermasyarakat dan bernegara.
Kesetaraan Gender (gender equity) lebih dimaknai sebagai kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi di segala bidang.
Jadi kesetaraan gender bukan hanya dimaknai dari segi perbedaan fisik antara
laki-laki dan perempuan saja. Sementara itu, keadilan gender (gender equality)
merupakan proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki,
sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, tidak ada
pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan
terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender ditandai dengan tidak
adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses,
kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh
manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki peluang dan
G
2
kesempatan untuk menggunakan sumberdaya dan memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya
tersebut. Sedangkan memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya.
Sesuai dengan instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan gender dalam pembangunan Nasional bahwa setiap
kementrian/lembaga dan pemerintah daerah harus melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas
dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Penduduk Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 hasil proyeksi
penduduk sebanyak 207.883 ribu jiwa yang terdiri dari 105.915 ribu jiwa laki-
laki dan 101.968 ribu jiwa perempuan dengan pertumbuhan 2,95 persen per
tahun. Rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 103,87.. Struktur umur penduduk
Kabupaten Dharmasraya termasuk umur muda (0-18 tahun) karena rasio-nya
38,11 persen sedangkan untuk usia tua (65 tahun ke atas) hanya 2,9 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa investasi untuk anak adalah berinvestasi untuk lebih
dari sepertiga penduduk Kabupaten Dharmasraya. Gambaran kondisi anak saat
ini menjadi dasar yang penting bagi pengambilan kebijakan yang tepat bagi
anak. Anak-anak merupakan kelompok usia muda yang memiliki potensi untuk
dikembangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah di
masa yang akan datang. Mereka adalah kelompok yang harus dipersiapkan
untuk menjaga kelangsungan negara dan bangsa di masa depan.
3
Dalam rangka pelaksanaan pengarusutamaan gender dan
pengintegrasian hak anak diperlukan data terpilah sebagai pembuka wawasan,
sekaligus sebagai input analis gender dan pemenuhan hak anak. Mengingat
pentingnya data ini dalam proses perencanaan, maka Pemerintah didalam
Peraturan Menteru Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pada pasal 13 ayat 1
yang mengamanatkan penyusunan rencana pembangunan daerah menggunakan
data dan informasi perencanaan pembangunan daerah, serta rencana tata ruang.
Data dan informasi yang dimaksud akan diompilasi secara terstruktur
berdasarkan aspek geografis, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan
umum dan aspek daya saing derah untuk memudahkan pengolahan data serta
analisis secara sistematis dalam rangka penyusunan rencana pembangunan
daerah.
Terkait dengan hal tersebut, maka disusun buku “Profil Gender dan
Anak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2018” sebagai gambaran keadaan
perempuan dan anak di Kabupaten Dharmasraya secara menyeluruh di berbagai
bidang.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan buku profil gender dan kesejahteraan perlindungan
anak adalah menyejikan data terpilah yang dapat menginformasikan lebih jelas
kondisi perempuan dibanding laki-laki terkait dengan masalah kependudukan,
karakteristik, rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana,
ketenagakerjaan, sektor publik, kekerasan terhadap perempuan, sosial
4
ekonommi lainnya, dan kesulitan fungsional penyandang disabilitas, serta
memberikan gambaran dan informasi tentang gambaran dan informasi tentang
kondisi anak di Kabupaten Dharmasraya yang diamati dari aspek lingkungan
keluarga, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak baik masalah sosial,
hukum, kekerasan, anak bekerja dan anak disabilitas.
C. Sumber Data
Data-data yang disajikan dalam buku Prfil Gender dan Anak
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2018 ini diperoleh dari berbagai sumber
yaitunya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Dharmasraya,
Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya, Dinas Transmigrasi dan Tenaga
Kerja Kabupaten Dharmasraya, KPU Kabupaten Dharmasraya, Kepolisian
Resort Dharmasraya, Kejaksaan Negeri Dharmasraya dan Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Dharmasraya.
D. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2018 adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sumber Data
D. Sistematika Penyajian
BAB II : Struktur Penduduk
A. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
B. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
C. Penduduk Produktif
BAB III : Pendidikan
A. Angka Partisipasi Kasar
B. Angka Partisipasi Murni
C. Angka Partisipasi Sekolah
5
D. Angka Melek Huruf
E. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB IV : Kesehatan dan Keluarga Berencana
A. Angka Harapan Hidup
B. Angka Kematian Ibu
C. Cakupan Pertolongan Persalinan
D. Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4)
E. Penderita HIV/AIDS
F. Keluarga Berencana’
G. Usia Perkawinan Pertama
H. Pengguna Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif
lainnya (NAPZA)
BAB V : Ketenagakerjaan
A. Penduduk Usia Kerja
B. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
C. Penduduk yang Bekerja
D. Status Pekerjaan
E. Lowongan dan Penempatan Kerja
BAB VI : Perempuan di Sektor Publik
A. Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif
B. Partisipasi Perempuan di Lembaga Eksekutif
C. Partisipasi Perempuan di Lembaga Yudikatif
D. Organisasi Perempuan
BAB VII: Hukum dan Sosial Budaya
A. Penghunni Lembaga Permasyarakatan
B. Penduduk Lanjut Usia
C. Penyandang Cacat
D. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi
E. Perempuan Kepala Rumah Tangga
BAB VIII: Kesejahteraan Perlindungan Anak
A. Tumbuh Kembang Anak
1. Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Jalur Formal dan Non-Formal
2. Lembag/Kelompok PAUD Jalur Formal dan
Non-Formal
B. Kelangsungan Hidup Anak
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
2. Angka Kematian Balita (AKBA)
3. Status Imunisasi
4. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
5. Balita dengan Gizi Kurang dan Gizi Buruk
6. Anak yang Menggunakan NAPZA
7. Kepemilikan Akte Kelahiran
6
C. Perlindungan Anak
1. Anak Jalanan
2. Pekerja Anak
3. Anak Terelantar
4. Anak Bermasalah Hukum
BAB IX : Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
A. Kekerasan Terhadap Perempuan
B. Kekerasan Terhadap Anak
BAB X : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
7
BAB II
STRUKTUR PENDUDUK
enduduk merupakan komponen utama dalam pembangunan
nasional suatu bangsa. Penduduk merupakan sumber daya
manusia yang melakukan dan melaksanakan pembangunan sekaligus menjadi
objek atau sasaran pembangunan itu sendiri. Dengan kata lain, penduduk
berfungsi sebagai komponen input sekaligus juga sebagai komponen output
dalam pembangunan. Oleh karena itu, pengelolaan penduduk perlu diarahkan
kepada pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas
sehingga mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang menunjung kegiatan
pembangunan. Permasalah kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan
distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin harus selalu dipantau
perkembangannya.
A. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Proyeksi penduduk Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017 menunjukkan
bahwa penduduk Kabupaten Dharmasraya sebanyak 207.883 ribu jiwa yang
terdiri dari 105.915 ribu jiwa laki-laki dan 101.968 ribu jiwa perempuan dengan
pertumbuhan 2,95 persen per tahun. Rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar
103,87. Artinya dalam 100 penduduk perempuan terdapat 107 penduduk laki-
laki. Angka sex ratio yang lebih besar dari 100 ini menunjukkan bahwa jumlah
penduduk perempuan lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki. Seperti yang
terlihat pada gambar berikut ini :
P
8
Gambar 2.1
Sex Ratio Kabupaten
Dharmasraya tahun
2012-2017
Sumber : Dinas
Dukcapil Kabupaten
Dharmasraya
Pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa Sex Ratio Kabupaten
Dharmasraya terus mengalami turun-naik dari tahun 2012 hingga tahun 2018.
Hal ini menunjukkan bahwa proporsi laki-laki dan perempuan tidak bisa
diprediksi.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Dharmasraya Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk Sex
Ratio Laki-
Laki Perempuan Jumlah
1. Koto Baru 15074 14801 29875 101,84
2. Pulau Punjung 20118 19339 39457 104,02
3. Sungai Rumbai 10651 10157 20808 104,86
4. Sitiung 13068 12548 25616 104,14
5. IX Koto 4308 4138 8446 104,10
6. Timpeh 7905 7564 15469 104,50
7. Koto Salak 8458 8248 16706 102,54
8. Tiumang 6275 5999 12274 104,60
9. Padang Laweh 2889 2779 5668 103,95
10. Asam Jujuhan 4145 3811 7956 108,76
11. Koto Besar 13024 12584 25608 103,49 Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Dharmasraya
Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat dilihat bahwa penduduk terbanyak
di kecamatan Pulau Punjung yaitunya berjumlah 39.875 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk terendah terdapat di Kecamatan Padang Laweh dengan 5.668 jiwa.
107.3
104.5
105.3
104 104.1103.9
103.5
104
104.5
105
105.5
106
106.5
107
107.5
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
9
B. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat
digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Tabel 2.2 menunjukkan bahwa
struktur umur penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk muda yang
ditandai dengan bagian bawah piramida yang relatif lebar. Frekuensi terbesar
untuk penduduk laki-laki maupun perempuan berada pada kelompok umur 0-4
tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kelahiran pada periode 5 tahun
terakhir cukup tinggi.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kelompok
Umur
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. 0 – 3 5439 5145 10584
2. 4 – 6 6031 5867 11896
3. 7 – 12 13127 12127 25254
4. 13 – 15 6355 6036 12391
5. 16 – 18 5604 5385 10989
6. 19 – 24 10623 10149 20772
7. 25 – 29 8278 8645 16923
8. 30 – 34 9069 9247 18316
9. 35 – 39 9413 9113 18526
10. 40 – 44 8080 7706 15786
11. 45 – 49 6814 6338 13152
12. 50 – 59 4356 3964 10252
13. 60 – 64 3113 2878 5971
14. 65 – 69 1969 1830 3799
15. 70 – 74 944 1109 2053
16. > 75 1375 1502 2877
Kabupaten
Dharmasraya 105915 101968 207883
Piramida penduduk Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada gambar
2.2 yang menunjukkan bahwa sebanyak 71.114 (34,2 %) jiwa penduduk
Kabupaten Dharmasraya berstatus anak (usia 0-18 tahun) dimana sebanyak
34.560 (16,62 %) merupakan anak perempuan. Sedangkan penduduk lanjut usia
10
sebanyak 2.877 (1,38 %) jiwa dan sebanyak 1502 (0,72 %) jiwa merupakan
lansia perempuan. Dengan tingginya persentase penduduk Kabupaten
Dharmasraya usia 0-19 tahun maka seyogyanya diperlukan kebijakan dan
program-program pembangunan yang difokuskan pada aspek-aspek yang
berkaitan dengan perlindungan dan pemenuhan hak anak.
Gambar 2.2
Piramida Penduduk Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Dharmasraya
C. Penduduk Produktif
Komposisi penduduk menurut kelompok umur produktif digolongkan
menjadi tiga, yaitu belum produktif (0 – 14), produktif (15 - 65), dan tidak
produktif lagi (65 tahun ke atas).
Gambar 2.3
Komposisi Penduduk Menurut
Kelompok Umur Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2017
Sumber : Dinas Dukcapik
Kabupaten Dharmasraya
0
5000
10000
15000
0-3 `4-6 `7-
12
13-
15
16-
18
19-
24
25-
29
30-
34
35-
39
40-
44
45-
49
50-
59
60-
64
65-
69
70-
74
>75
Laki-laki
Laki-laki Perempuan
34.2
49.1
2.8
Belum Produktif Produktif Tidak Produktif lagi
11
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa sebanyak usia belum produktif
penduduk Kabupaten Dharmasraya sebanyak 34,2 persen, usia produktif
sebanyak 49,1 persen, dan usia tidak produktif lagi sebanyak 2,8 persen.
Gambar 2.4
Komposisi Penduduk Menurut
Kelompok Umur Produktif
dan Jenis Kelamin Kabupaten
Dharmasraya tahun 2017
Sumber : Dinas Dukcapil
Kabupaten Dharmasraya
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa komposisi penduduk usia produktif
lebih didominasi oleh laki-laki dengan perbandingan laki-laki 38,45 persen dan
perempuan.37,19 persen. Namun untuk usia tidak produktif didominasi oleh
perempuan dengan 0,72 persen dan laki-laki sebanyak 0,66 persen.
0
20000
40000
60000
80000
Belum
Produktif
Produktif Tidak
Produktif
Lagi
Laki-Laki
PerempuanLaki-Laki
Perempuan
12
BAB III
PENDIDIKAN
eberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari
dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM
yang berkualitas salah satunya dapat diukur dari kualitas pendidikan, baik
secara formal maupun non-formal. Pendidikan formal dititikberatkan pada
peningkatan peningkatan mutu pendidikan dengan berbagai cara seperti
perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan dasar dan menengah baik
umum maupun kejuruan serta perluasan layanan pendidikan tinggi. Demikian
pula peningkatan ketersediaan informasi pendidikan, pengembangan budaya
baca, serta peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan,
khususnya bagi perempuan dan anak. Sementara pendidikan non formal
bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat dalam mencapai program
wajib belajar 9 tahun.
Indikator pendidikan seperti Angka Melek Huruf, status pendidikan,
rata-rata lama sekolah dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan
indicator yang dapat menunjukkan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia,
khususnya bagi perempuan dan anak. Semakin tinggi pendidikan dan rata-rata
lama sekolah bagi perempuan akan berdampak pada kemampuan pola pikir dan
tingkat kesejahteraannya. Perempuan yang berkualitas diharapkan juga dapat
berpartisipasi dalam pembangunan dan pembentukan karakter serta peningkatan
kesejahteraan keluarga dan bangsa.
K
13
Kesempatan memperoleh pendidikan diberikan kepada seluruh
masyarakat baik laik-laki maupun perempuan, agar kelak pembangunan dapat
dilaksanakan oleh penduduk dengan kualitas pendidikan yang baik tanpa
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk perempuan
yang hamper seimbang dengan jumlah penduduk laki-laki akan sangat potensial
apabila diberdaya-gunakan. Tanpa mengesampingkan peran laki-laki sebagai
kepala rumah tangga dan yang bertanggungjawab terhadap keluarga, maka
peran perempuan untuk menciptakan kader-kader bangsa memegang peranan
yang sangat penting sebagai ibu dari anak-anak. Ibu yang berpendidikan
diharapkan akan menghasilkan anak-anak yang berkualitas.
Bagaimana peran serta perempuan dalam pembangunan khususnya
dalam bidang pendidikan serta sampai seberapa jauh pendidikan telah diakses
oleh perempuan akan diulas pada Bab ini. Data dan informasi yang disajikan
diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar profil perempuan dan anak di
bidang pendidikan dalam membantu mengambil keputusan untuk kebijakan
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
A. Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan partisipasi penduduk
yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya.
APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada
seuatu jenjang pendidikan (berapa-pun usianya) terhadap jumlah usia sekolah
yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
APK dihgunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan
pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi
14
penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang
paling sederhana untuk mngukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-
masing jenjang pendidikan.
Gambar 3.1
Angka Partisipasi Kasar
(APK) menurut jenis
kelamin Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2017
Sumber : Dinas Dukcapil
Kabupaten DHarmasraya
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa jumlah anak di Kabupaten
Dharmasraya yang sedang bersekolah tahun 2017 pada setiap jenjang
pendidikan. APK pendidikan Kabupate Dharmasraya untuk tingkat Sekolah
Dasar (SD) melebihi nilai 100 persen, yaitu 111,67 persen untuk laki-laki dan
108,54 persen untuk perempuan. Hal ini mengindikasikan populasi murid yang
bersekolah pada jenjang pendidikan SD mencakup anak berusia di luar batas
usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Adanya siswa dengan
usia yang lebih tua dibandingkan usia standar di jenjang pendidikan tertentu
menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah.
Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibandingkan usia standar yang duduk di
suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia
yang lebih muda.
APK cenderung menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Banhkan APK laki-laki relative lebih rendah dbandingkan APK perempuan
pada pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas.
0
20
40
60
80
100
120
SD SMP SMA
Lk
PR
15
B. Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada
keompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia
sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat usianya, maka
APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.
Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka
APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu rendah
dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dengan APM menunjukkan
proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM
adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar
kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.
Gambar 3.2
Angka Partisipasi Murni
(APM) menurut jenis
kelamin Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2017
Sumber : Dinas Dukcapil
Kabupaten Dharmasraya
0
50
100
150
200
250
SD SMP SMA
LK
Pr
16
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa APM Kabupaten Dharmasraya yang
bersekolah tepat waktu pada jenjang pendidikan SD adalah 99,54 persen laki-
laki dan 98,90 persen perempuan. Angka tersebut menunjukkan peningkatan
pada tingkat SMP dan jauh menurun pada tingkat SMA yaitunya 52, 50 persen
untuk laki-laki dan 59,09 persen perempuan.
C. Angka Melek Huruf
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi penduduk usia
15 tahun ke atas yang tidak mampu membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya. Tingkat buta huruf yang rendah menunjukkan adanya sebuah sistem
pendidiakn dasar yang efektif dan/atau program keaksaraan yang
memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh kemampuan
menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan melanjutkan
pembelajarannya.
Kemampuan membaca dan menulis diperlukan agar setiap orang dapat
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengembangkan diri dan
kehidupannya menjadi lebih baik. Pada tahun 2017, berdasarkan data dari Dinas
Dukcapil Kabupaten Dharmasraya tercatat dari total 151.854 jumlah penduduk
Kabupaten Dharmasraya yang berusia 15 tahun keatas tercatat 77.055 jiwa laki-
laki dan 74.799 perempuan mengalami buta huruf.
17
Tabel 3.1
Jumlah Perempuan Melek Huruf Usia 15 Tahun ke Atas Kabupaten
Dharmasraya
No. Kecamatan
Jumlah Perempuan
Usia >15 Tahun
Jumlah Perempuan
Melek Huruf Usia >15
Tahun
1. Koto Baru 10881 10763
2. Pulau Punjung 13995 13635
3. Sungai Rumbai 7291 7190
4. Sitiung 9388 9205
5. IX Koto 2938 2750
6. Timpeh 5543 5330
7. Koto Salak 6303 6137
8. Tiumang 4482 4400
9. Padang Laweh 2008 1907
10. Asam Jujuhan 2775 2660
11. Koto Besar 9195 9101 Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Dharmasraya
18
BAB IV
KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA
alah satu upaya pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan
perempuan adalah di bidang kesehatan dan Keluarga Berencana
(KB). Kesehatan perempuan dapat diukur berdasarkan kualitas fisik perempuan
melalui indikator Angka Harapan Hidup perempuan dapat diukur melalui
indicator angka kesakitan (morbidy rate) yaitu penduduk perempuan yang
mengalami keluhan kesehatan dan terganggunya aktifitasnya disertai jenis-jenis
keluhannya. Untuk melihat gambaran tentang upaya peningkatan pelayanan
kesehatan bagi perempuan dapat dilihat melalui akses penduduk perempuan ke
pelayanan kesehatan, melalui cara berobat, jenis-jenis obat yang digunakan, dan
fasilitas tempat berobat.
Program KB juga merupakan upaya pemerintah dalam mendukung
kesejahteraan perempuan dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Indikator
yang digunakan meliputi status pemakaian alat/cara KB, jenis-jenis alat KB
yang digunakan meliputi status pemakaian alat/cara KB, Jens-jenis alat KB
yang digunakan dan anak lahir hidup. Sementara itu usia perkawinan pertama
dapat mempengaruhi seseorang dalam status pemakaian alat/cara KB. Semakin
rendah usia perkawinan pertama seorang perempuan, semakin besar resiko yang
dihadapi selama masa kehamilan dan proses melahirkan. Hal ini disebabkan
belum siapnya perempuan secara fisik dan mental dalam menghadapi masa
kehamilan dan melahrkan. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan peran serta
perempuan secara langsung untuk mendukung program KB, yaitu pemakaian
alat kontrasepsi.
S
19
A. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AKH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan
dijalani oleh seorang bayi saat lahir sampai pada tahun tertentu saat ia
meninggal. Data AKH di suatu negara berguna untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dan meningkatkan
derajat kesehatan. Umur harapan hidup merupakan salah satu indicator yang
digunakan dalam menentukan Human Development Index (HDI). Peningkatan
kesejahteraan ditandai dengan peningkatan derajat kesehatan seluruh
masyarakat.
AKH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. AKH yang rendah di suatu daerah harus
diikiuti dengan program pembangunan kesehatan lingkungan, kecukupan gizi
dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Gambar 4.1
Angka Harapan Hidup Kabupaten Dharmasraya Tahun 2012-2017
66 66.25 66.5 66.55
69.7670.16 70.3 70.44
65
66
67
68
69
70
71
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya
Gambar 4.1 meunjukkan AKH penduduk Kabupaten Dharmasraya
terus mengalami peningkatan sejak tahun 2012. Pada tahun 2017, AKH
20
penduduk Kabupaten Dharmasraya adalah 70,44 tahun. Hal ini berarti bayi yang
lahr pada tahun 2017 diperkirakan rata-rata akan hidup selama 70 hingga 71
tahun dengan asumsi besarnya angka kematian atau kondisi kesehatan menurut
umur tidak berubah.
B. Angka Kematian Ibu dan Cakupan Pertolongan
Persalinan
Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau
kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena
sebab-sebab lain per 100.000 kelahiran hidup seperti kecelakaan, terjatuh dan
lain-lain.
Secara Nasional hasil SKDI 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
Indonesia mengalami peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun
2017 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2012. Sedangkan untuk
Sumatera Barat AKI menurun menjadi 108 per 100.000 kelahiran hidup.
Tabel 4.1
Jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kecamatan Jumlah
Kematian Ibu
1. Pulau Punjung 2
2. IX Koto 0
3. Sitiung 3
4. Timpeh 0
5. Koto Baru 1
6. Koto Salak 0
21
7. Padang Laweh 0
8. Tiumang 0
9. Sungai Rumbai 0
10. Koto Besar 1
11. Asam Jujuhan 1
Jumlah 8
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kematian ibu saat
melahirkan di Kabupaten Dahrmasraya tahun 2017 masih sangat rendah
yaitunya hanya 8 orang atau sekitar 0,2 persen dari total persalinan yang sudah
dilakukan baik dari proses persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan
maupun tradisional (dukun) atau proses persalinan lainnya.
Sedangkan untuk pertolongan persalinan yang diberikan kepada ibu
hamil di Kabupaten Dharmasraya masih didonimasi oleh pertolongan tenaga
kesehatan.
Tabel 4.2
Pertolongan persalinan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kecamatan
Jumlah Kematian Ibu
Tenaga
Kesehatan Dukun Lainnya
1. Pulau Punjung 706 1 _
2. IX Koto 148 3 _
3. Sitiung 455 4 _
4. Timpeh 254 2 _
5. Koto Baru 570 12 _
6. Koto Salak 346 0 _
7. Padang Laweh 112 0 _
22
8. Tiumang 222 0 _
9. Sungai Rumbai 353 0 _
10. Koto Besar 476 13 _
11. Asam Jujuhan 134 16 _
Jumlah 3776 51 -
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya
C. Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4)
K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama ini harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester pertama sebaiknya minggu ke 8 dan pada saat
kunjungan ini ibu juga diberikan buku KIA sebagai pedoman para ibu dimulai
dari kehamilan sampai pasca persalinan.
Sedangkan k4 adalah kontak ibu hamil sebanyak 4 (empat) kali atau
lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk memberikan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 (empat) kali
inidilakukan dengan rincian 1 (satu) kali pada trimester I (kehamilan hingga 12
minggu) dan trimester ketiga (>12-24 minggu), kemudian minimal 2 (dua) kali
kontak pada trimester ketiga dilakukan setelah minggu ke 24 sampai umur 36
minggu. Kunjungan antenatal ini bisa lebih dari 4 (empat) kali sesuai dengan
kebutuhan dan jika keluhan, penyakit, atau gangguan kehamilan.
23
Tabel 4.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kecamatan Jumlah Kematian Ibu
K1 K4
1. Pulau Punjung 890 705
2. IX Koto 159 127
3. Sitiung 481 422
4. Timpeh 295 225
5. Koto Baru 639 480
6. Koto Salak 467 406
7. Padang Laweh 123 109
8. Tiumang 210 211
9. Sungai Rumbai 438 361
10. Koto Besar 519 484
11. Asam Jujuhan 219 167
Jumlah 4440 3697
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya
D. Penderita HIV/AIDS
Acuired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang menyebabkan hilang/turunnya daya tahan tubuh sehingga akan
mudah terserang penyakit bahkan meninggal karena penyakit infeksi, kanker
dan lain-lain.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahannya atau obat
untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terinfeksi dan munculnya
gejalapenyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 6-10 tahun. Selama
kurun waktu tersebut walaupun tampak sehat, baik secara sadar maupun tidak,
yang bersangkutan dapat menularkan virus HIV kepada orang lain. Virus HIV
ditularkan kepada orang sehat terutama melalui hubungan seksual; disamping
24
itu juga bisa melalui darah/produk darah (misalnya transfuse darah, suntikan,
tindakan medis dan lainnya) dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin/bayinya.
AIDS secara nyata ada di Indonesia dari pemeriksaan darah yang
sangat terbatas diketahui keberadaannya di 14 Provinsi. Kasus pertama
ditemukan pada tahun 1987, dan 7 tahun kemudian (Maret 1997) dilaporkan
bahwa penderita AIDS berjumlah 55 orang.
Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2017
tercatat ada 10 kasus dimana 6 (enam) orang laki-laki dan 4 (empat) orang
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Dharmasraya sudah ada
warga yang terkena HIV/AIDS walaupun masih dalam jumlah yang sedikit
namun meniliki kasus penderita HIV/AIDS di Indonesia periode 1987 hingga
1997 maka hal ini cukup mengkhawatirkan bagi generasi penerus.
E. Keluarga Berencana
Salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk adalah program KB yang telah dicanangkan sejak
tahum 1990-an. Program KB lebih menekankan kualitas keluarga daripada
kuantitasnya, yaitu hanya terdiri dari ayah, ibu dan 2 (dua) orang anak. Semakin
banyak jumlah anak berarti semakin besar tanggungan kepala keluarga dalam
memenuhi kebutuhan anggota rumah tangga. Oleh karena itu pembatasan
jumlah anak melalui KB perlu diperhatikan agar tercapai keluarga yang
sejahtera.
25
Tabel 4.4
Jumlah Peserta KB Aktif di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
Jenis
Kelamin
Jenis KB Jumlah
MOW IUD IMP ST Pil Kondom
Laki-laki 39 _ _ _ _ 1312 1351
Perempuan 1078 1578 6591 22370 5679 _ 37295
Sumber : Bidang KB Dinas SosP3APPKB Kabupaten Dharmasraya
F. Penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif
lainnya (NAPZA)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada tahun 2017, terdapat 12 orang pengguna NAPZA aktif yang
tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya, dimana semua pengguna
NAPZA tersebut merupakan laki-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa
perempuan di Kabupaten Dharmasraya belum ada yang terindikasi pengguna
NAPZA.
26
BAB V
KETENAGAKERJAAN
eterlibatan perempuan dalam dunia kerja tidak hanya bertujuan
untuk membantu memenuhi perekonomian rumah tangga dan
memperbaiki tingkat kesejahteraannya, tapi juga untuk mencapai kepuasan
individu. Oleh karena itu keterlibatan perempuan dalam urusan ketenagakerjaan
dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan dan pemberdayaan perempuan.
Semakin banyak perempuan yang bekerja, secara tidak langsung dapat
menunjukkan semakin banyak perempuan yang mampu memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya. Secara umum penduduk yang telah memasuki usia kerja
diharapkan mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan perekonomian, demikian
pula dengan penduduk perempuan. Penduduk yang telah memasuki usia kerja
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja terdiri atas penduduk yang bekerja
atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
A. Penyedia Lapangan Kerja
Masyarakat Kabupaten Dharmasraya merupakan masyarakat yang
homogeny dalam hal jenis pekerjaan, mulai dari sektor formal maupun non
formal. Namun bagi para pencari kerja, mereka membutuhkan adanya penyedia
lapangan pekerjaan demi mengaktualisasikan diri dan mencukupi kebutuhan.
Bagi pencari kerja (pencaker) yang memprioritaskan kerja di sektor formal
maka mereka akan mengurus kastu pencari kerja (AK1) di Dinas Transmigrasi
K
27
dan Tenaga Kerja (Dinas Transnaker) Kabupaten Dharmasraya dan sedangkan
yang tidak memprioritaskan bekerja di sektor formal tidak akan terdaftar
sebagai pencaker di Dinas Transnaker.
Tabel 5.1
Pencari Kerja Terdaftar Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2017
KELOMPOK
UMUR
(TAHUN)
JENIS KELAMIN
JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN
15 – 19 100 78 178
20 – 29 327 375 702
30 – 44 10 21 31
45 – 54 - - -
JUMLAH 437 474 911
Sumber : Dinas Transnaker Kabupaten Dharmasraya
Dari tabel 5.1 diatas terlihat bahwa pencaker lebih banyak dari jenis
kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa minat perempuan dalam
mencari kerja di sektor formal lebih tinggi dibandingan pencaker laki-laki. Dari
sektor formal, para pencaker ada yang bekerja di pemerintahan, BUMN,
BUMD, dan perusahaan.
Di Kabupaten Dharmasraya terdapat cukup banyak perusahaan besar
yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan hasil alam seperti yang
tertera dalam tabel di berikut ini :
28
Tabel 5.2
Kapasitas Perusahaan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kabupaten Kapasitas Perusahaan
Jumlah Besar Sedang Menengah Kecil
1. Dharmasraya 19 2 8 76 105
Sumber : Dinas Transnaker Kabupaten Dharmasraya
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa di Kabupaten Dharmasraya
memiliki sangat banyak penyedia lapangan kerja bagi para pencari kerja.
B. Pekerja Perempuan
Pekerja perempuan yang dimaksud adalah pekerja perempuan yang
bekerja baik di sektor formal maupun informal.
Tabel 5.3
Pekerja Perempuan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kecamatan Jumlah Perempuan
Usia > 15 Tahun
Jumlah Pekerja
Perempuan Usia
> 15 Tahun
1. Koto Baru 10.881 2.050
2. Pulau Punjung 13.995 2.767
3. Sungai Rumbai 7.291 1.432
4. Sitiung 9.388 2.224
5. IX Koto 2.938 866
6. Timpeh 5.543 731
7. Koto Salak 6.303 1.434
8. Tiumang 4.482 828
9. Padang Laweh 2.008 318
10. Asam Jujuhan 2.775 643
11. Koto Besar 9.196 1.505
Jumlah 74.800 14.798
Sumber: Dinas Transnaker Kabupaten Dharmasraya
Dari data diatas terlihat bahwa pekerja perempuan terbanyak di
Kecamatan Pulau Punjung dan yang paling sedikit di Kecamatan Padang
Laweh.
29
BAB VI
PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK
ak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan
diatur oleh negara dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dengan
demikian, perempuan diberikan kebebasan dan kesempatan yang sama dengan
laki-laki untuk berperan di semua bidang dan sektor. Tidak hanya di ranah
domestic, peran perempuan juga diakui di sektor publik.
Peran perempuan di Indonesa dalam sektor publik sudah dari sebelum
Indonesia merdeka bahkan pada masa kerajaan-pun perempuan sudah dapat
melawan penjajah seperti Siti Manggopoh, Rohana Kudus, kemudian muncul
Rasuna Said dalam Pergerakan Nasional, serta RA Kartini dan Dewi Sartika
yang telah berjuang dengan keras agar perempuan mendapatkan pendidikan
yang setara dengan laki-laki. Dari masa ke masa keterlibatan perempuan dalam
sektor publik semakin meningkat. Hal itu tampak pada partisipasi perempuan
menjadi anggota legislatif, eksekutif, maupun yudikatif serta partai politik.
A. Partisipasi Perempuan di Lembaga Legislatif
Peningkatan jumlah perempuan terpilah tidak hanya menunjukkan
bertambahnya minat perempuan masuk dalam dunia politik untuk menjadi wakil
rakyat, namun juga dapat mengindikasikan meningkatnya pemahaman
masyarakat bahwa perempuan memasuki dunia poltik adalah penting dan perlu
didukung. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang seperti UU Nomor 2 tahun
2008 tentang partai poltik yang menyatakan bahwa partai politik harus
H
30
memenuhi kuota 30 persen bagi perempuan dalam partai politik terutama di
Lembaga Perwakilan Rakyat. Dengan adanya UU tersebut dapat dijadikan
momentum yang tepat nagi perempuan untuk dapat mengangkat harkat dan
martabatnya serta menunjukkan bahwa perempuan mempunyai potensi yang
sama dengan laki-laki.
Partai Politik merupakan salah satu wadah dimana perempuan bisa
berkiprah dalam bidang politik atau dengan kata lain untuk meningkatkan
pemberdayaan politik perempuan karena partai politik menjadi salah satu
jenjang bagi seseorang menjadi anggota parlemen.
Kurangnya kepercayaan diri perempuan berkompetisi dengan pria
dalam dunia politik mengakibatkan keterkaitan perempuan dalam lembaga
legislative masih jauh dari memadai, padahal pemilih mayoritas di Indonesia
adalah perempuan.
Tabel 6.1
Jumlah Partisipasi Perempuan di Pemilihan Legislatif di Kabupaten
Dharmasraya Tahun Pileg periode 2014-2019
No. Kecamatan Jumlah
Perempuan
Jumlah Partisipasi
Perempuan di Legislatif
1. Pulau Punjung 19.339 19
2. IX Koto 4.138 1
3. Sitiung 12 548 17
4. Timpeh 7 564 2
5. Koto Baru 14 801 19
6. Koto Salak 8 248 8
7. Padang Laweh 2 779 0
8. Tiumang 5 999 6
9. Sungai Rumbai 10 157 9
10. Koto Besar 12 584 13
11. Asam Jujuhan 3 811 3
Jumlah 101.968 97
31
Namun di Kabupaten Dharmasraya dari tahun 2014 hingga 2017 dari
total 25 orang anggota legislative terpilih, didominasi oleh laki-laki sebanyak 24
orang dan hanya ada 1 orang perempuan yang duduk di lembaga legislatf
(Komisi I DPRD Kabupaten Dharmasraya) yaitunya Fitria Ningsih, SE yang
berasal dari Partai Hanura. Walaupun tersa masih sangat kurang, namun hal ini
masih lebih baik dibandingkan Kabupaten Mentawai dan Kabupaten Solok
Selatan yang tidak memiliki satu orang-pun wakil perempuan di lembaga
legislatif.
B. Partisipasi Perempuan di Lembaga Eksekutif
Sejak era reformasi di Indonesia, perempuan mendapat peluang yang
besar untuk jabatan politik di negara ini, seperti yag kita ketahui bahwa
Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan yaitunya
Megawati Soekarno Putri.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah dibantu oleh aparat
yang terdapat lembaga pemerintah. Salah satu aparat pemerintah yang ada
adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagai PNS, baik laki-laki maupun
perempuan dapat berperan dalam menjalankan program-program pemerintah.
Jika partisipasi perempuan dibuka seluas-luasnya sebagai PNS maka program-
program pemerintah dapat diarahkan pada kesetaraan gender.
32
Tabel 6.2
Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya Menurut
Kepangkatan dan Jenis Kelamin Tahun 2017
Golongan Laki-Laki Perempuan Jumlah
I 14 3 17
II 269 521 790
III 684 1372 2056
IV 312 415 727
Jumlah 1279 2311 3590
Sumber : BKPSDM Kabupaten Dharmasraya
Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 pada table diatas
dari total 3590 PNS di Kabupaten Dharmasraya sebanyak 2311 PNS merupakan
perempuan dan jumlah ini lebih banyak dari PNS laki-laki yang hanya 1279
orang.
C. Perempuan di Lembaga Yudikatif
Representasi perempuan di lembaga yudikatif dapat dilihat misalnya
pada lembaga hokum. Representasi perempuan diperlukan pada lembaga
yudkatif karena banyak persoalan hokum yang dialami perempuan yang belum
mendapatkan penanganan dan perlindungan yang adil. Hal ini tidak saja karena
jumlah perempuan yang sedikit di lembaga-lembaga penegakan hokum, tapi
juga karena masih kuatnya bias gender di dalam lembaga yang bersangkutan
maupun di dalam masyarakat.
33
Salah satu diantaranya adalah lembaga kejaksaan. Representasi
perempuan di lembaga yudikatif dapat dilihat dari jumlah perempuan yang
menjadi jaksa. Data dari Kejaksaan Negeri Dharmasraya pada tahun 2017 dari
total 15 orang jaksa terdapat 6 orang jaksa perempuan. Hal ini memperlihatkan
tidak terlalu jauhnya jarak antara jumlah jaksa laki-laki dengan perempuan di
lembaga yudikatif di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2017.
D. Organisasi Perempuan
Maraknya organisasi perempuan dalam forum-forum yang berspektif
perempuan yang didominasi oleh kaum ibu-ibu mengindikasikan bahwa
perempuan memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan diri dalam
rangka meningkatkan perannya dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.
Organisasi perempuan merupakan mitra kerja pemerintah dalam pembangunan
pemberdayaan perempuan.
Dalam rangka meningkatkan peran dan eksistensi organisasi
perempuan khususnya dalam bidang pembangunan yang berkeadilan harus
dimulai dari komitmen yang tinggi melalui manajemen yang diterapkan serta
peningkatan kinerja individu pada organisasi tersebut. Apabila organisasi atau
kelompok-kelompok perempuan yang tergabung dalam wadah organisasi
kemasyarakatan BKOW terkelola dengan baik maka pembangunan
pemberdayaan perempuan akan bisa lebih eksis dan lebih optimal. Pada tahun
2017, di Kabupaten Dharmasraya terdapat sebanyak 21 kelompok organssasi
perempuan.
34
BAB VII
KESEJAHTERAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK
A. Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jalur
Formal dan Nonformal
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagia anak sejak lahir hingga sampai dengan usia 6 (enam) tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada
jalur formal, nonformal, dan informal.
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan 5 (lima)
perkembangan, yaitunya Perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan/kognisi (daya pikir dan daya
cipta), sosio emosional (skap dan emosi), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh
anak usia dini seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
PAUD diselenggarakan dalam 2 (dua) jalur pendidikan, yaitunya jalur
formal dan jalur nonformal. Jenis PAUD formal seperti : Taman Kanak-Kanak
(TK) dan Raudhatul Athfal (RA). Sedangkan jenis PAUD nonformal seperti :
35
Tempat Penitipan Anak (TPA), Taman Anak Sejahtera (TAS), Kelompok
Bermain, dan Satuan Paud Sejenis (SPS).
Di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2017 sudah terdapat 21 PAUD
baik dari jenis formal mauoun nonformal. Perkembangan ini menunjukkan
bahwa minat orangtua untuk memasukkan anak ke pendidikan pra sekolah
cukup tinggi mengingat pentingnya memberikan ransangan suasana
bersosialisasi dan belajar kepada anak sedari usia dini.
B. Kepemilikan Akte Kelahiran
Akte kelahiran adalah bukti sah mengenai status dan peristiwa
kelahiran seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil. Bayi yang lahir harus dilaporkan ke Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil agar terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) dan memiliki Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang berguna sebagai dasar untuk memperoleh pelayanan
masyarakat lainnya. Sesuai dengan Undang-Undang No 34 tahun 2013 tentang
Administrasi Kependudukan dinyatakan bahwa setiap bayi yang lahir
dilaporkan oleh penduduk kepada instansi terkait selambat-lambatnya 60 (enam
puluh) hari sejak kelahiran.
36
Tabel 7.1
Jumlah Anak berumur 18 Tahun dengan kepemilikan akte kelahiran di
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
No. Kabupaten
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Dharmasraya 3.075 3.090 6.165
C. Perlindungan Perempuan dan Anak
Kekerasan terhadap perempuan hingga saat ini masih terjadi dalam
berbagai pola dan modus yang tidak banyak mengalami pergeseran. Hanya saja
kesulitan dalam mendapatkan data yang benar-benar akurat masih ditemui, hal
ini disebabkan oleh bebrapa factor pada korban kekerasan terhadap perempuan
yang terjadi dalam keluarga, biasanya sang istri dan anak tidak ingin masalah
pribadinya diketahui oleh publik. Perasaan malu yang menimpa perempuan atau
keluarganya membuat mereka memilih untuk berdiam diri. Lebih-lebih si
korban merasa terancam jiwanya sehingga tidak mempunyai keberanian untuk
melaporkan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku apalagi jika pelakunya adalah
suami mereka sendiri.
Jumlah perempuan korban kekerasan di Kabupaten Dharmasraya
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 tercatat ada 12
kasus kekerasan terhadap perempuan yang telah didampingi. Korban KDRT
mendominasi dengan 9 orang korban dilanjutkan dengan korban kekerasan fisik
3 orang dan 1 orang korban kekerasan seksual.
Selain memberikan perlindungan kepada perempuan, kita tidak boleh
melupakan makhluk lemah titipan Tuhan yang juga membutuhkan perlindungan
kita bersama. Memberikan perlindungan terhadap anak merupakan kewajiban
37
setiap warga negara untuk menjaga keberlangsungan negara dan bangsa di masa
yang akan datang, juga demi menjalankan amanat Undang-Undang.
Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 yang
merupakan perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menjelaskan
bahwa anak itu terdiri dari 6 (enam) kluster dan kesemua kluster tersebut wajib
dilindungi hak-haknya.
Anak jalanan merupakan anak yang tinggal di lahan kosong atau
fasilitas umum tanpa adanya pengawasan dari orangtua maupun kerabat,
sedangkan anak terlantar merupakan anak yang karena suatu sebab tidak
mendapatkan hak yang seharusnya diberikan oleh orangtua baik kebutuhan
fisik, jasmani, maupun rohani. Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) adalah
anak yang harus berurusan dengan hokum sebagai akibat dari perbuatan diri
sendiri maupun orang lain, sehingga ABH terdiri dari anak korban, saksi dan
anak pelaku.
Di Kabupaten Dharmasraya terdapat semua kluster tersebut. Anak
jalanan dan anak terlantar sudah berada dalam pengasuhan Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKSA) atau lebih umum disebut Panti Asuhan Anak,
sedangkan anak dengan balita, balita terlantar dan disabilitas juga mendapat
perhatian khusus. Akan tetapi yang menjadi perhatian lebih dari publik adalah
ABH dan Anak yang Membutuhkan Perlakuan Khusus (AMPK).
Pada tahun 2017 terdapat 24 anak ABH dan AMPK yang sudah
mendapatkan pendampingan dari Pekerja Sosial dan Aparat Penegak Hukum.
Dari 24 anak tersebut, terdapat 14 orang anak yang menjadi korban (11 orang
korban pencabulan dan 2 orang korban kekerasan, dan 1 orang korban KDRT),
38
4 orang saksi, dan selebihnya menjadi pelaku. Untuk kasusnya-pun beragam,
mulai dari pencabulan, pencurian, penambangan dan penebangan hutan liar.
39
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan data yang telah dikemukakan pada buku
profil gender dan anak di Kabupaten Dharmasraya tahun 2018 maka yang dapat
ditarik kesimpulkan bahwasanya dari tahun ke tahun tingkat kesadaran
perempuan dalam berpartisipasi aktif dalam kehidupan bahkan berbakti
berbangsa dan bernegara dalam rangka memperbaiki kesejahteraan
kehidupannya semakin meningkat. Kaum perempuan jika diberikan kesempatan
yang sama dengan laki-laki maka akan menjadi potensi yang berharga dan dapat
dikembangkan guna pembangunan daerah dari sisi ekonomi, sosial, hingga
politik.
Selain perempuan, perhatian bersama masyarakat dan pemangku
kebijakan baik di level pemerintah maupun adat dalam memberikan
perlindungan terhadap anak. Dalam kondisi masyarakat yang kondusif ditambah
dengan perhatian pemerintah dalam memberikan kesempatan bagi anak
memperoleh hak-hak mereka maka anak akan berkembang menjadi generasi
penerus yang nantinya akan memajukan daerah.
Maka dari itu, setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah
diharapkan mampu mengakomodir kepentingan perempuan dan anak karena
mereka adalah potensi daerah yang mampu memberikan dampak yang
signifikan jika mampu diberdayakan sesuai pada kodratnya.
40
B. SARAN
1. Para pengambil kebijakan di Kabupaten Dharmasraya diharapkan
mempertimbangkan isu gender dan perlindungan anak dalam rangka
menyusun pembangunan di segala bidang,
2. Tingkat pendidikan perempuan di Kabupaten Dharmasraya yang cukup
baik belum mampu mengakomodir kesempatan kerja bagi mereka
sehingga diharpkan adanya kebijakan dalam rangka peningkatan
kesempatan kerja bagi perempuan,
3. Semua Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Dharmasraya harus
mampu bekerjasama dalam memberikan perlindungan terhadap anak
karena perlindungan anak membutuhkan sinergi semua unsure agar
mereka terlindungi serta hak-hak mereka terpenuhi,
4. Dinas Sosial Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana (DINSOSP3APPKB) Kabupaten Dharmasraya melalui
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak diharapkan
dapat mendorong partisipasi perempuan di sector publik, terutama di
bidang politik dan organisasi masyarakat,
5. Dinas Sosial Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana (DINSOSP3APPKB) Kabupaten Dharmasraya bekerja sama
dengan dinas kesehatan dalam rangka upaya promotif dan prevent serta
meningkatkan kualitas upaya kuratif dan rehabilitatif kesehatan,
sehingga kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Dharmasraya lebih
optimal.