Upload
falza-izza-wihdany
View
64
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Paper
Citation preview
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Hess (Indonesia-Pangkah), Ltd merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak
mentah dan gas. Pompa lean amine 135-P-01A/B yang terdapat
pada HESS merupakan salah satu peralatan penunjang proses
produksi yang berada pada GPF (Gas Processing Facilities),
tepatnya berada pada sistem gas sweetening process yang
merupakan proses dihilangkannya kandungan H2S dan CO2
yang ada pada gas, untuk menghilangkan kandungan H2S dan
CO2 pada gas diperlukan fluida amine. Pompa lean amine
berfungsi sebagai penyirkulasi fluida lean amine. Penilitian ini
dilakukan untuk menganalisa kegagalan terhadap failure-nya
pompa lean amine untuk mengetahui sebab kerusakan dan
bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi kerusakan
tersebut. Analisa kerusakan menggunakan metode RCFA
dengan skema fault tree analysis untuk mengetahui penyebab dan
akar masalah kerusakan yang terjadi pada pompa lean amine.
Hasil dari analisa tersebut digunakan untuk melakukan proses
perencanaan perawatan. Hasil yang didapatkan setelah
melakukan analisa kegagalan terhadap pompa lean amine
menunjukan kerusakan NDE bearing adalah pengoperasian
pompa lean di bawah kapasitas atau di bawah BEP (Best
Effeciency point) yang seharusnya 50 m3/hr, namun pada
kenyataannya hanya sekitar 26-29 m3/hr. Pengoperasian pompa
di bawah BEP ini yang menyebabkan kerusakan prematur
terhadap komponen internal pompa termasuk NDE bearing.
Perubahan warna dan bentuk dari komponen NDE bearing
dapat diakibatkan kegagalan pelumasan pada bearing.
Perubahan warna dari komponen bearing juga akibat dari
overheating pada komponen bearing. Rekomendasi dari hasil
analisa adalah penggantian minyak pelumas pada bearing yang
sebelumnya dilakukan tiap 2000 jam menjadi tiap 1000 jam,
karena cepatnya perubahan kondisi pelumas akibat overheating
dan juga untuk mengurangi resiko kerusakan komponen kritis
pompa serta melakukan modifikasi pada sistem pelumasan,
diharapkan ada sistem pendinginan pada sistem lubrikasi
bearing.
Kata kunci : BEP (Best Efficiency Point), Fault Tree Analysis, Gas
Sweetening process, NDE bearing, Perencanaan perawatan,
Pompa lean amine , RCFA
I. PENDAHULUAN
ESS (Indonesia-Pangkah), Ltd merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi
minyak mentah dan gas alam serta mengolah dan
memasarkan produk-produk tersebut. Terdapat tiga fasilitas
pengolahan hasil eksplorasi minyak mentah dan gas alam di
Hess (Indonesia-Pangkah), yaitu LPGF (Liquified Petroleum
Gas Facilities), GPF (Gas Processing Facilities) dan OTF
(Oil treatment Facilities). Dari hasil pengolahan di tiga
fasilitas tersebut akan menghasilkan produk-produk berupa
light sweet oil, sales gas dan LPG (Liquified Petroleum Gas).
Produk berupa light sweet oil dan LPG nantinya akan dikirim
ke konsumen melalui kapal tanker, dan untuk sales gas akan
dijual kepada perusahaan pembangkit tenaga listrik di Gresik.
Pompa lean amine 135-P-01A/B yang terdapat pada
HESS (Indonesia-Pangkah) merupakan salah satu peralatan
yang berada pada GPF (Gas Processing Facilities) dan di GPF
ini terbagi lagi menjadi beberapa treatment facilities untuk
mengolah gas tersebut, yaitu gas sweetening, gas dehydration,
dew point control facilities dan akhirnya akan menjadi produk
sales gas. Pompa lean amine 135-P-01A/B merupakan
peralatan yang berada pada fasilitas gas sweetening process
yang merupakan proses dimana dihilangkannya kandungan
H2S dan CO2 yang ada pada gas yang berasal dari sumur
minyak. Untuk menghilangkan kandungan H2S dan CO2 pada
gas diperlukan fluida amine, dimana fungsi utama dari fluida
amine itu adalah menghilangkan kandungan H2S dan CO2
yang ada pada gas
Pompa lean amine merupakan salah satu peralatan
utama yang menunjang keberlangsungan proses produksi di
GPF (Gas Processing Facilities), karena pompa ini berfungsi
sebagai penyirkulasi fluida lean amine. Fluida lean amine ini
akan disalurkan ke lean amine contactor, di lean amine
contactor ini lah gas akan berkontak langsung dengan lean
amine, dengan adanya kontak dengan lean amine maka
kandungan H2S dan CO2 dihilangkan dari gas. Dari proses
peniadaan H2S dan CO2, diharapkan kandungan H2S dapat
ditekan sampai <10 ppm sebagai spesifikasi sales gas yang
diminta oleh konsumen. Dari data yang ada diketahui bahwa
sering kali terjadi kerusakan pada pompa lean amine.
Kerusakan yang terjadi berupa kerusakan emergency, yang
menyebabkan pompa berhenti bekerja. Berhenti bekerjanya
pompa akan mengakibatkan proses produksi gas terganggu
dan mengakibatkan terganggunya pengiriman gas ke
konsumen.
Penilitian ini dilakukan untuk menganalisa
kegagalan dengan metode RCFA (Root Cause Failure
Analysis) – dengan skema Fault Tree Analysis terhadap
pompa lean amine untuk mengetahui sebab kerusakan dan
bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi kerusakan
tersebut, serta memodifikasi perencanaan perawatan pompa
lean amien agar tidak terjadi kerusakan sama yang berulang
(recurrence) di masa yang akan datang. Output yang
Proses Perencanaan Perawatan Pada Pompa Lean
Amine [Studi Kasus Di HESS (Indonesia – Pangkah)
Ltd] Andrila Nuzulul Akbar dan Arino Anzip
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
H
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
diharapkan adalah kemungkinan penyebab dan akar masalah
dari seringnya kerusakan yang terjadi pada pompa lean amine.
Pada akhirnya diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat
menjadi masukan dan rekomendasi untuk departemen
Maintenance dalam pelaksanaan program perencanaan
perawatan berikutnya pada pompa lean amine.
II METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1:Diagram Alir Metodologi Penelitian
Pada proses perencanaan perawatan ini dimulai dengan
tahap penelitian yang dilakukan di HESS (Indonesia-
Pangkah),Ltd, dilanjutkan dengan studi literatur. Identifikasi
yaitu identifikasi permasalahan, perumusan tujuan dan
manfaat.
Tahap kedua yaitu pengumpulan data dan pendataan
peralatan data yang ada di GPF dari data tersebut dapat
diidentifikasi tentang komponen kritis.
Tahap ketiga adalah proses analisa data dengan metode
Root Cause Failure Analysis (RCFA) dengan skema Fault
Tree diagram. Dari analisa tersebut, selanjutnya dilakukan
perencanaan perawatan yang baru.
III. ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
III.1 Penentuan Kekritisan Alat
Penentuan kekritisan alat ditentukan oleh beberapa hal,
diantaranya berdasarkan fungsi dan kontribusi peralatan dalam
proses produksi, sejarah kerusakan breakdown yang paling
sering terjadi pada peralatan tersebut, komponen mana pada
peralatan tersebut yang paling sering rusak.
Berdasarkan data frekuensi kerusakan peralatan yang ada
di GPF dapat dilihat seperti histogram dibawah ini :
Gambar 2:Frekuensi kerusakan peralatan pada proses GPF
Berdasarkan data dan pengolahan data diketahui pompa
lean amine A (135-P-01A) yang paling sering mengalami
kerusakan dan paling berpotensi menyebabkan berhentinya
proses produksi di GPF, dikarenakan pompa lean amine
adalah penunjang berlangsungnya proses pengolahan gas di
GPF yaitu proses sweetening gas.
III.2 Penentuan Kekritisan Komponen
Setelah didapatkan peralatan kritis, berdasar dari sejarah
kerusakan yang didapat, terdapat komponen yang sering
mengalami kerusakan. Dari data yang didapat berdasarkan
keterangan pada CMMS yang berupa report kerusakan akan
didapatkan komponen yang sering mengalami kerusakan.
Berikut adalah frekuensi kerusakan komponen pada
pompa lean amine :
Gambar 3:Frekuensi kerusakan komponen kritis pada pompa lean
amine
Berdasar data di atas diketahui bahwa kerusakan yang
sering terjadi pada pompa lean amine adalah terjadinya failure
atau kegagalan beroperasi secara tiba-tiba.
III.3 Fungsi Pompa Lean Amine Dalam Proses Produksi
1
2
0 0 0
1 1
4
0 0
1 1 1 1
0 0
1
2
0
1
2
3
4
5
JenisKerusakan
fre
kue
nsi
ke
rusa
kan
kerusakan pompa lean amine
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
Fungsi dari pompa lean amine 135-P-01A/B sendiri
adalah untuk mensirkulasikan lean amine (amine yang sudah
bersih) ke amine contactor, di amine contactor inilah gas akan
mengalami kontak dengan amine dengan begitu H2S dan CO2
di hilangkan dari gas. Rumus dari amine CH3N (C2H4OH)2
atau biasa disebut Methyl diethanolamine (MDEA). Sistem
peniadaan kandungan H2S ini untuk membatasi konsentrasi
kandungan H2S pada produk gas sebesar <10 ppm sebagai
spesifikasi dari sales gas yang diminta oleh pihak konsumen.
III.4 Analisa Kegagalan dengan Metode Fault Tree Analysis
Dari data dan temuan di lapangan dapat dicari
kemungkinan penyebab pompa lean amine menjadi trip.
Berikut adalah analisa kegagalan dengan menggunakan RCFA
– skema fault tree analysis
Gambar 4:Fault tree akar penyebab tripnya pompa lean amine
Berdasarkan temuan di lapangan ditemukan poros pompa
mengalami macet dan tidak dapat diputar secara bebas dengan
tangan. Sedangkan kemungkinan yang lain tidak terjadi pada
pompa. Hal ini lah yang akan menjadi fokus analisa penyebab
kegagalan berikutnya.
\
Gambar 5:Fault tree diagram akar penyebab shaft mengalami macet
Setelah diketahui pompa mengalami macet pada
porosnya, kemudian para mekanik melakukan overhaul
terhadap pompa. Dilakukan pengecekan terhadap bagian-
bagian internal pompa, dan didapati kerusakan pada bearing
NDE (Non Drive End). NDE bearing tersebut mengalami
kerusakan parah dan hancur.
Gambar 6:Fault tree diagram akar penyebab kerusakan bearing
NDE
Dari root cause pompa lean amine, didapatkan beberapa
kemungkinan yang dapat menyebabkan pompa lean amine
mengalami trip. Analisa ini menggunakan penggunaan metode
why-why dengan fault tree analysis. Dari ‘why’ pompa lean
amine trip?.
Berdasarkan temuan di lapangan ditemukan poros pompa
mengalami macet dan tidak dapat diputar secara bebas dengan
tangan. Sedangkan kemungkinan yang lain tidak terjadi pada
pompa. Hal ini lah yang akan menjadi fokus analisa penyebab
kegagalan berikutnya.
Gambar 7:Fault tree diagram pakar penyebab bearing
mengalami overheat
Tingginya temperatur pada bearing dapat menyebabkan
kerusakan pada bearing, kemungkinan terjadinya temperatur
tinggi pada bearing adalah kurangnya pendinginan pada
pelumas, lack of lubrication, kelebihan grease atau pelumas
pada rumah bearing. Berdasarkan dari temuan di lapangan
menunjukan bahwa inner race dari bearing mengalami
perubahan warna.
Gambar 8:Tanda kerusakan pada bearing akibat overheating
Perubahan warna yang terjadi akibat dari temperatur
tinggi dan berlebih atau overheating. Akibat dari overheating
itu sendiri dapat menyebabkan melunaknya material bearing
yang berdampak berkurangnya kapasitas beban yang dapat
diterima bearing, sehingga menyebabkan kegagalan prematur
pada bearing.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
Gambar 9:Tanda kerusakan cacat berupa deformasi akibat
kegagalan pelumas
Kurangnya lubrikasi dan kegagalan pelumasan juga
merupakan kemungkinan penyebab overheating pada bearing.
Terjadinya perubahan warna pada bearing cage dan ball
bearing menjadi warna kebiruan atau kehitaman serta
terdeformasinya bearing ball dan rusaknya bearing cage
adalah gejala kegagalan lubrikasi.
Gambar 10:Fault tree diagram kerusakan bearing akibat excessive
thrust
Kerusakan bearing lainnya adalah gaya atau beban
berlebih yang terjadi pada pompa. Ada beberapa kemungkinan
yang mungkin terjadi, seperti pemasangan bearing yang tidak
benar, seperti pengaplikasian torsi pemasangan yang tidak
sesuai standar pabrikan, dan juga kemungkinan bearing rusak pada saat pemasangan akibat salah penggunaan tool ataupun
cara pemasangan yang tidak sesuai SOP (Standard Operating
Procedures).
Gambar 11:Fault tree diagram kerusakan bearing akibat
misalignment
Kemungkinan penyebab kerusakan lain dari kerusakan
bearing adalah masalah misalignment. Misalignment sendiri
dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti shaft
misalignment, soft foot dan suction atau discharge pipe stress.
Misalignment pada shaft yang menghubungkan motor
penggerak dengan pompa dapat menyebabkan gesekan antar
shaft dengan bearing yang berlebihan, gesekan shaft dengan
mechanical seal ataupun packing. Adanya gesekan berlebihan
akan menimbulkan panas berlebih dan akan menyebabkan
kerusakan prematur pada internal parts pompa. Begitupun
dengan adanya soft foot, dapat menimbulkan beban berlebih
pada shaft yang berputar yang berujung pada defleksi poros,
dan juga beban berlebih pada bearing yang menyangga poros
tersebut, sehingga dapat menyebabkan kerusakan bearing.
III.5 Ringkasan Analisa Kegagalan
Dari analisa Fault tree diagram di atas mengenai akar
masalah dan kemungkinan penyebab kerusakan pompa lean
amine, dapat ditarik beberapa ringkasan mengenai hal apa
yang paling mungkin menyebabkan atau kontributor
kerusakan NDE bearing pada pompa lean amine, berdasarkan
dari temuan-temuan di lapangan. Adapun ringkasannya adalah
sebagai berikut :
a. Kerusakan NDE bearing merupakan kerusakan
yang sifatnya recurrence atau sering kali terjadi.
b. Pengoperasian pompa lean amine yang berada di
bawah BEP (Best Efficiency Point) dapat
menimbulkan banyak masalah untuk komponen
internal pompa.
c. Perubahan warna dan bentuk dari komponen NDE
bearing dapat diakibatkan kegagalan pelumasan
pada bearing.
d. Perubahan warna dari komponen bearing juga
akibat dari overheating pada komponen bearing.
e. Filter dan strainer yang kotor juga dapat
memungkinkan aliran pompa terhambat sehingga
pompa beroperasi di bawah BEP.
III.6 Rekomendasi dan Tindakan Korektif Untuk akar
Masalah dan Penyebab Kerusakan Pompa Lean Amine
Langkah berikutnya dalam proses menganalisa
kegagalan adalah melakukan tindakan korektif terhadap
kemungkinan masalah yang menyebabkan kerusakan pompa
lean amine, dengan begitu dapat dilakukan upaya perbaikan
dalam perencanaan perawatan di masa yang akan datang.
Berikut adalah rekomendasi dan tindakan korektif pada akar
masalah dan penyebab kerusakan pompa lean amine :
Harap dilakukan pengecekan terhadap pipa yang
menggantung serta melakukan alignment terhadap
pipa tersebut.
Mengecek kebersihan seluruh filter dan strainer
secara berkala dengan interval bulanan.
Melakukan pengecekan level dari minyak
pelumas secara harian.
Melakukan modifikasi pada sistem pelumasan,
diharapkan ada sistem pendinginan pada sistem
lubrikasi bearing.
Menaikkan pengoperasian pompa mendekati BEP
yang dianjurkan pabrikan.
Melakukan pengecekan temperatur bearing
pompa yang sedang running secara harian.
Penggantian pelumas dengan interval bulanan.
Irregular dent
pada inner
raceway NDE
bearing
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
Melakukan condition monitoring berupa
pengambilan data getaran interval mingguan dan
juga pengecekan soft foot.
Pada saat penggantian pelumas, harap dipastikan
kebersihan minyak pelumas. Sehingga tidak
terkontaminasi benda-benda asing dari luar.
Pastikan ketersedian spare parts di warehouse
untuk komponen kritis, agar tidak menghambat
proses perawatan dan produksi.
III.7 Perencanaan Perawatan Pompa Lean Amine
Proses perencanaan perawatan pada pompa lean
amine harus lah dilakukan peningkatan, demi keberlangsungan
proses produksi karena kerusakan NDE bearing ini adalah
kerusakan yang berulang. Melalui rekomendasi dan tindakan
korektif dari proses analisa kegagalan, dapat dibuat
peningkatan dalam tahapan perencanaan perawatan.
Peningkatan perawatan harian, bulanan, setengah tahunan dan
tahunan sangat dibutuhkan. Dengan melakukan modifikasi
atau penambahan dan perbaikan dalam strategi perawatan di
harapkan dapat mengurangi kerusakan yang terjadi.
Kerusakan yang terjadi pada pompa lean amine
adalah kerusakan yang berupa emergency maintenance, yang
mana harus segera dilakukan tindakan perawatan dalam waktu
24 jam. Berikut adalah proses perencanaan perawatan pompa
lean amine :
1. Work order :
Rectify lean amine pump 135-P-01A trip
2. Specific order :
Melepas dan mengganti NDE bearing yang
mengalami kerusakan, penggantian minyak
pelumas, pengecekan kekencangan baut,
pengecekan soft foot, serta melakukan re-
alignment pompa, lube oil sampling, dan
melakukan pengecekan vibrasi.
3. Tempat kerja :
Untuk melakukan pelepasan serta penggantian
NDE bearing dilakukan langsung di tempat, yaitu
H2S removal area.
4. Peralatan :
1 buah tool box dengan tool lengkap
Bearing tracker
Peralatan untuk misalignment
Peralatan pembersih
5. PPE yang dibutuhkan :
- H2S detector
- LO/TO
- Baju coverall
- Helm safety
- Safety glasses
- Safety gloves
- Ear plug
- Safety shoes
6. Perijinan yang dibutuhkan :
- Cold work permit
- Job safety analysis
7. Data penunjang yang dibutuhkan :
- Sectional drawing pompa lean amine
- SOP (standard operating procedure)
- P&ID
- PFD
- Pump manual and spare parts list
8. Material yang dibutuhkan :
- 2 buah NDE bearing
- 1 buah DE bearing
- NDE loack ring key
- Shaf sleeve
- Packing dan seal
- Gasket
- O-ring
- Seal tape
- Lube oil
- Cairan pembersih
- Kain pembersih
9. Tenaga kerja :
- 6 mekanik Hess, dibagi menjadi 2 shift (pagi
dan malam)
- 4 mechanic dari TTE, sebagai helper dibagi
menjadi 2 shift (pagi dan malam)
Perawatan skala harian lebih ditekankan kepada inspeksi
dan pengecekan yang meliputi :
a. Pengecekan level dari pelumas serta
kondisinya.
b. Pengecekan noise dan temperatur berlebih.
c. Pengecekan fisik dari pompa, seperti baut-
baut, kebocoran dan kondisi pipa
sambungan.
d. Pengecekan level vibrasi.
Pompa harus distop jika dalam pemeriksaan diketahui
adanya penyimpangan dari kondisi yang telah ditentukan
pabrikan.
Berdasarkan proses analisa kegagalan dapat dilakukan
modifikasi perawatan bulanan, yang meliputi :
a. Penggantian minyak pelumas pada bearing yang
sebelumnya dilakukan tiap 2000 jam menjadi tiap
1000 jam, karena cepatnya perubahan kondisi
pelumas dan juga untuk mengurangi resiko
kerusakan komponen kritis pompa.
b. Melakukan oil sampling dan oil analysis tiap
penggantian pelumas baru, untuk mengetahui
kontaminasi apa saja yang terkandung dalam
pelumas. Sehingga dapat memprediksi komponen
apa saja yang mengalami keausan.
c. Pengecekan alignment terhadap shaft pompa dan
motor, untuk menghindari misalignment.
Berdasarkan data maintenance planning dari pihak Hess,
terdapat kesamaan dalam maintenance planning yang dibuat
pada penelitian ini. Pada penelitian akan dibuat rekomendasi
terkait sistem pelumasan pada bearing. Berdasar dari temuan
dan hasil analisa fault tree analysis, diharapkan adanya
penambahan sistem pendinginan terhadap pelumas NDE
bearing. Hal ini dilakukan untuk mengurangi panas yang
berlebih, serta mengurangi kerusakan akibat panas berlebih.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan
1. Berdasarkan dari pengolahan data sejarah kerusakan,
peralatan yang banyak mengalami kerusakan adalah
pompa lean amine.
2. Kerusakan yang terjadi pada pompa lean amine
merupakan emergency maintenance.
3. Kerusakan pada pompa lean amine bersifat kerusakan
yang berulang (recurrence problem).
4. Berdasarkan hasil temuan dan analisa kegagalan
kerusakan bearing, overheating pada bearing menjadi
penyebab kerusakan bearing.
5. Kegagalan sistem pelumasan menyebabkan kerusakan
parah pada komponen NDE bearing, dan mengakibatkan
pompa berhenti tiba-tiba.
6. Dari analisa kegagalan didapati salah satu kontributor
kerusakan NDE bearing adalah pengoperasian pompa
yang berada di bawah BEP, yang seharusnya 50 m3/hr.
7. Dari temuan di lapangan telah terjadi pipe stress akibat
penurun tanah yang terjadi dan mengakibatkan pre load
pada casing pompa dan casing bearing.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis Andrila N. Akbar mengucapkan terimakasih kepada
pihak HESS (Indonesia-Pangkah)Ltd yang telah memberikan
kami kesempatan untuk melakukan kerja praktek dan
pengambilan data untuk keperluan penyempurnaan tugas akhir
kami.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Affonso, Luiz Otavio A. 2006. Machinery Failure Analysis
Handbook. Texas : Gulf Publishing Company
[2] Duffour, John W. dan Nelson, W. Ed. 1992. Centrifugal Pump
Source Book. USA : McGraw-Hill, Inc.
[3] Flowserve Austria GmbH. 2006. Pump Instalation and
Operation (3WXB-9C7). Austria : Flowserve Pump Division.
[4] Flowserve Austria GmbH. 2006. Pump Data Sheet (3WXB-9C7).
Austria : Flowserve Pump Division.
[5] HESS Corporation, 2010. E&P Expectations for the
Management of Maintenance and Reliability. [6] HESS (Indonesia-Pangkah), Ltd., 2010. Critically Assesment
Issue. HESS Corp.
[7] Karasik, I.J. dan Heald, C.C. 2001. Pump Handbook. New York :
McGraw – Hill Book Company.
[8] Kobbacy, Khairy A.H. dan Murthy, D.N. Prabhakar. 2008.
Complex System Maintenance Handbook. London : Springer-
Verlag.
[9] Levitt, Joel dan Nyman, C.C. 2001. Maintenance Planning,
Scheduling and Coordination, 1st edition. New York : Industrial
Press Inc.
[10] Mobley, R.K. dan Ricky Smith, C.C. 2003. Industrial Machinery
Repair: Best Maintenance Practices Pocket Guide. USA :
Elsevier Science.
[11] Mobley, R. Keith. 1999. Root Cause Failure Analysis. USA :
Butterworth-Heinemann.
[12] N.A. HESS (Indonesia pangkah), 2010. Maintenance Planning
and Schedulling. Marshall Institute Inc.
[13] Sachs, Neville W. 2007. Practical Plant Failure Analysis. Boca
Raton : Taylor & Francis Group.
[14] Sullivan, G.P., Pugh,R., Melendez, A.P., Hunt, W.D., C.C 2004.
Operations and Maintenance Best Practices ; A Guide to
Achieving Operational Efficiency. USA : Pacific Northwest
National Laboratory.
[15] Tronskar, Dr. Jens P. Root Cause Analysis. DNV.
[16] Computerized maintenance management system.
(http://en.wikipedia.org/wiki/)
[17] Manajemen Perawatan Untuk Pompa Sentrifugal.
(http://www.agussuwasono.com).