5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Pemotongan Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Sapi Madura Berdasarkan hasil penelitian jumlah pemotongan ternak sapi Madura berdasarkan umur dan jenis kelamin di RPS Sapi Kabupaten Pamekasan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Pemotongan Sapi Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Ternak Umur Jumlah Pemotongan Jantan Jantan % Betina Betina % Jumlah tenak Jumlah ternak % Poel 1 2 2,06% 18 18,56% 20 20,62% Poel 2 15 15,46% 28 28,87% 43 44,33% Poel 3 21 21,65% 13 13,40% 34 35,05% Total Pemotongan 38 39,18% 59 60,82% 97 100% Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sapi dengan umur 2,5 tahun sampai 3 tahun (poel 2) merupakan sapi yang paling banyak dipotong yaitu sebanyak 43 ekor (44,33%). Pada umur 2,5 tahun sampai 3 tahun menghasilkan daging yang baik dan tidak banyak mengandung lemak. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kurniawan (2009) bahwa konsumen menyukai daging dari ternak yang belum terlalu tua pada umur 2,5 sampai 3tahun, karena kualitas dagingnya lebih baik dan lebih empuk. Endang dan Hayati (2012) menyatakan umur ideal sapi siap dipotong untuk menghasilkan persentase karkas yang tinggi adalah umur 2 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pemotongan sapi betina lebih banyak dari pada sapi jantan yaitu sebanyak 59 ekor atau 60,82%, sedangkan sapi jantan hanya sejumlah 38 ekor atau 39,18% dari 97 ekor sapi yang dipotong. Hasil penelitian yang sama di laporkan oleh Wibisono (2007) bahwa jumlah pemotongan sapi betina produktif lebih banyak di bandingkan sapi jantan yang dipotong pada RPH Pesanggaran Bali sebanyak 66,78%. Atmadilaga (1983) menyatakan bahwa tingginya pemotongan betina disebabkan oleh kurangnya efektivitas dan efisiensi reproduksi di satu pihak dan arus permintaan yang tinggi di pihak lain terhadap populasi pada golongan usia produktif. Selain itu juga disebabkan harga sapi betina yang lebih murah dibandingkan dengan sapi jantan, sehingga jagal dan pedagang sapi akan cenderung memilih sapi betina untuk di potong. 4.2. Ukuran Tubuh dan Bobot Karkas 4.2.1 Sapi Madura Jantan dan Sapi Madura Betina Pada Umur Poel 1 Hasil analisis ukuran tubuh sapi Madura jantan dan sapi Madura betina dapat dilihat pada Tabel 3.

repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/10603/5/BAB IV.pdf · Author íº% Úwð (MµÅ° _ §sË\ÍaÏîè² oX Created Date $M LäN Èü9Á À% LZ ±k&z¥ýË ºQ×ó$å zý´r nC@&ý>Çg

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/10603/5/BAB IV.pdf · Author íº% Úwð (MµÅ° _ §sË\ÍaÏîè² oX Created Date $M LäN Èü9Á À% LZ ±k&z¥ýË ºQ×ó$å zý´r nC@&ý>Çg

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Pemotongan Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Sapi

Madura

Berdasarkan hasil penelitian jumlah pemotongan ternak sapi Madura berdasarkan umur

dan jenis kelamin di RPS Sapi Kabupaten Pamekasan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Pemotongan Sapi Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Ternak

Umur

Jumlah Pemotongan

Jantan Jantan % Betina Betina % Jumlah

tenak

Jumlah

ternak %

Poel 1 2 2,06% 18 18,56% 20 20,62%

Poel 2 15 15,46% 28 28,87% 43 44,33%

Poel 3 21 21,65% 13 13,40% 34 35,05%

Total

Pemotongan 38 39,18% 59 60,82% 97 100%

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sapi dengan umur 2,5 tahun sampai 3 tahun (poel 2)

merupakan sapi yang paling banyak dipotong yaitu sebanyak 43 ekor (44,33%). Pada umur 2,5

tahun sampai 3 tahun menghasilkan daging yang baik dan tidak banyak mengandung lemak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kurniawan (2009) bahwa konsumen menyukai daging

dari ternak yang belum terlalu tua pada umur 2,5 sampai 3tahun, karena kualitas dagingnya

lebih baik dan lebih empuk. Endang dan Hayati (2012) menyatakan umur ideal sapi siap

dipotong untuk menghasilkan persentase karkas yang tinggi adalah umur 2 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pemotongan sapi betina lebih banyak dari

pada sapi jantan yaitu sebanyak 59 ekor atau 60,82%, sedangkan sapi jantan hanya sejumlah 38

ekor atau 39,18% dari 97 ekor sapi yang dipotong. Hasil penelitian yang sama di laporkan oleh

Wibisono (2007) bahwa jumlah pemotongan sapi betina produktif lebih banyak di bandingkan

sapi jantan yang dipotong pada RPH Pesanggaran Bali sebanyak 66,78%. Atmadilaga (1983)

menyatakan bahwa tingginya pemotongan betina disebabkan oleh kurangnya efektivitas dan

efisiensi reproduksi di satu pihak dan arus permintaan yang tinggi di pihak lain terhadap

populasi pada golongan usia produktif. Selain itu juga disebabkan harga sapi betina yang lebih

murah dibandingkan dengan sapi jantan, sehingga jagal dan pedagang sapi akan cenderung

memilih sapi betina untuk di potong.

4.2. Ukuran Tubuh dan Bobot Karkas

4.2.1 Sapi Madura Jantan dan Sapi Madura Betina Pada Umur Poel 1

Hasil analisis ukuran tubuh sapi Madura jantan dan sapi Madura betina dapat dilihat

pada Tabel 3.

Page 2: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/10603/5/BAB IV.pdf · Author íº% Úwð (MµÅ° _ §sË\ÍaÏîè² oX Created Date $M LäN Èü9Á À% LZ ±k&z¥ýË ºQ×ó$å zý´r nC@&ý>Çg

Tabel 3.Ukuran tubuh dan bobot karkas sapi Madura jantan dan sapi Madura betina pada

umur poel 1

Parameter n Sapi Madura Jantan n Sapi Madura Betina

Panjang Badan (cm) 2 125,5 ± 4,94 18 115,94 ± 8, 49

Tinggi Badan (cm) 2 131 ± 8, 48 18 119,05 ± 7,65

Lingkar Dada (cm) 2 153 ± 8,48 18 148,33 ± 5,82

Bobot karkas (kg) 2 114,13 ± 27,57 18 107,18 ± 23,96

Berdasarkan Tabel 3, bahwa ukuran tubuh dan bobot karkas sapi Madura jantan dan

sapi Madura betina pada umur poel 1 menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). karena faktor

pertumbuhan sapi Madura jantan lebih cepat dibandingkan sapi Madura betina. Soeparno

(2005) menyatakan Perbedaan ukuran tubuh antara sapi jantan dan sapi betina dikarenakan

akumulasi proses pembentukan otot yang dipengaruhi oleh kerja hormon, hormon kelamin

jantan yang mengakibatkan pertumbuhan lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan

ternak betina. Kutsiyah (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan pada berat badan dan ukuran

tubuh ternak jantan lebih tinggi dari pada betina, jadi semakin umur bertambah maka ukuran

tubuh semakin besar. Karnaen (2007) menyatakan pertumbuhan merupakan kemampuan suatu

individu untuk menampilkan potensi genetik dan perkembangan bagian tubuh sampai mencapai

dewasa yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan yang

meliputi manajemen pemeliharaan. Soehadji (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan

mempunyai tahap–tahap yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi pada saat lahir sampai

pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai.

4.2.2 Sapi Madura Jantan dan Sapi Madura Betina Pada Umur Poel 2

Hasil analisis ukuran tubuh sapi Madura jantan dan sapi Madura betina dapat dilihat

pada tabel 4

Tabel 4.Ukuran tubuh dan bobot karkas sapi Madura jantan dan sapi Madura betina pada

umur poel 2

Parameter n Sapi Madura Jantan n Sapi Madura Betina

Panjang Badan (cm) 15 120,6 ± 4,61 28 119,28 ± 4,8

Tinggi Badan (cm) 15 126,26 ± 9,39a 28 121,03 ± 7,13b

Lingkar Dada (cm) 15 153,73 ± 5,47 28 150,83 ± 5,08

Bobot karkas (kg) 15 115,6 ± 11,96 a 28 108,71 ± 9,13 b

keterangan : * Superscript berbeda pada baris yang sama menyatakan perbedaan yang nyata

(P<0,05)

Page 3: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/10603/5/BAB IV.pdf · Author íº% Úwð (MµÅ° _ §sË\ÍaÏîè² oX Created Date $M LäN Èü9Á À% LZ ±k&z¥ýË ºQ×ó$å zý´r nC@&ý>Çg

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa ukuran tubuh tinggi badan dan bobot karkas sapi

Madura jantan dan sapi Madura betina pada umur poel 2 menunjukkan terdapat perbedaan yang

nyata (P<0,05) pertumbuhan tinggi badan dan bobot karkas sapi Madura pada poel 2, jantan

lebih cepat dibandingkan betina. Hadi dan Ilham (2002) menyatakan bahwa sapi Madura jantan

memiliki keunggulan dibandingkan sapi Madura betina yaitu penambahan bobot badan harian

berkisar antara 0,70-1 kg/hari, konversi pakan tinggi dan komposisi karkas tinggi. Sudarmono

dan Sugeng (2008) menyatakan adanya perbedaan ukuran statistik vital ternak dipengaruhi oleh

faktor pakan, apabila dalam pakan tersebut kekurangan nutrisi untuk pertumbuhan maka hal ini

dapat menyebabkan pertumbuhan ternak tidak dapat bertumbuh dengan baik. Soeparno (1994)

menambahkan bahwa bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang

semakin meningkat pula sehingga diharapkan bagian daging menjadi lebih besar.

4.2.3 Sapi Madura Jantan dan Sapi Madura Betina Pada Umur Poel 3

Hasil analisis ukuran tubuh sapi Madura jantan dan sapi Madura betina dapat dilihat

pada Tabel 5

Tabel 5. Ukuran tubuh dan bobot karkas sapi Madura jantan dan sapi Madura betina pada

umur poel 3

Parameter n Sapi Madura Jantan n Sapi Madura Betina

Panjang Badan (cm) 13 122,33 ± 7,35 21 125 ± 7,54

Tinggi Badan (cm) 13 122,47 ± 8,1 21 123 ± 3,62

Lingkar Dada (cm) 13 157,52 ± 6,6 21 155,84 ± 6,54

Bobot karkas (kg) 13 114,94 ± 12,97 21 115,5 ± 17,53

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 5, ukuran tubuh panjang badan, tinggi badan,

lingkar dada dan bobot karkas sapi Madura jantan dan sapi Madura betina pada umur poel 3

menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini dikarenakan pada umur poel 3 sapi Madura

jantan dan betina mengalami fase pertumbuhan yang maksimal.Syawal, Purwanto dan Permana

(2013) yang menyatakan pertumbuhan pada akhirnya akan mencapai titik infleksi yang

merupakan titik maksimum cepatnnya laju pertumbuhan bobot badan ternak dan pada titik ini

terjadi peralihan perubahan yang awalnya percepatan laju pertumbuhan menjadi perlambatan

dan terjadi setelah usia pubertas hingga usia dewasa. Yusram dan Pamungkas (1992)

menyatakan pada tahap akhir pertumbuhan ternak mengalami penurunan pada pertumbuhan

bobot badan dan menyebabkan menurunnya angka persentase karkas, semakin tua ternak maka

kecenderungan angka persentase karkas akan semakin kecil

4.3 Hubungan Antara Ukuran Tubuh Dengan Bobot Karkas Sapi Madura

Korelasi antara ukuran tubuh dengan bobot karkas pada penelitian ini dianalisis

menggunakan analisis korelasi dan regresi linear sederhana, Selanjutnya dihitung nilai

koefisien determinasi (R), untuk mengetahui besar persentase hubungan korelasi antara ukuran

tubuh terhadap bobot karkas.

Page 4: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/10603/5/BAB IV.pdf · Author íº% Úwð (MµÅ° _ §sË\ÍaÏîè² oX Created Date $M LäN Èü9Á À% LZ ±k&z¥ýË ºQ×ó$å zý´r nC@&ý>Çg

4.3.1 Hubungan antara Ukuran Tubuh Dengan Bobot Karkas Sapi Madura Poel 1

Analisis korelasi dan regresi linear sederhana antara ukuran tubuh dengan bobot karkas

sapi Madura poel 1 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan antara ukuran tubuh dengan bobot karkas sapi Madura pada

poel 1

Poel 1 Bobot Karkas

n r R(%)

Panjang Badan 20 0,305 9,33

Tinggi Badan 20 0,272 7,42

Lingkar Dada 20 0,304 9,25

Tabel 6 menunjukkan bahwa analisis korelasi antara ukuran tubuh dengan bobot karkas

sapi Madura poel 1 memiliki hubungan yang tidak signifikan (P>0,05). Hasil analisis koefisien

korelasi antara panjang badan dengan bobot karkas sapi Madura poel 1 adalah paling tinggi

(0,305). Nilai ini tergolong positif rendahdengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,0933

yang artinya keragaman panjang badan sapi Madura mempengaruhi keragaman bobot karkas

sebesar 9,33%, sisanya dipengaruhi faktor lain seperti umur, dan manajemen pemeliharaan.

Tinggi badan sapi Madura menunjukkan hasil analisis koefisien korelasi yang paling rendah

sebesar 0,272. Nilai ini tergolong positif rendahdengan nilai koefisien determinasi sebesar

0,0742 artinya keragaman tinggi badan sapi Madura mempengaruhi keragaman bobot karkas

sebesar 7,42%, sisanya dipengaruhi faktor lain seperti umur dan sebelum dipotong. Hal ini

sesuai dengan Budiarto (2010) menyatakan besarnya bobot karkas sangat dipengaruhi kondisi

ternak sebelum dipotong dan bobot kosong tubuh ternak.

4.3.2 Hubungan antara Ukuran Tubuh dan Bobot Karkas Sapi Madura poel 2

Analisis korelasi dan regresi linear sederhana antara ukuran tubuh dan bobot karkas sapi

Madura pada poel 2 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hubungan antara ukuran tubuh dengan bobot karkas sapi Madura pada poel 2

Poel 2 Bobot Karkas

n r R(%)

Panjang Badan 43 0,45** 20,9

Tinggi Badan 43 0,26 7,2

Lingkar Dada 43 0,48** 23,3

Keterangan : ** : sangat signifikan (P<0,01)

Tabel 7 menunjukkan bahwa analisis korelasi antara tinggi badan dengan bobot karkas

sapi Madura poel 2 memiliki hubungan yang tidak signifikan namun panjang badan dan lingkar

dada dengan bobot karkas sapi Madura memiliki hubungan yang sangat signifikan (P<0,01).

Koefisien korelasi antara lingkar dada dengan bobot karkas sapi Madura poel 2 adalah paling

tinggi yaitu sebesar 0,48. Nilai ini tergolong positif sedangdengan nilai koefisien determinasi

sebesar 0,233 yang artinya keragaman lingkar dada sapi Madura mempengaruhi keragaman

Page 5: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/10603/5/BAB IV.pdf · Author íº% Úwð (MµÅ° _ §sË\ÍaÏîè² oX Created Date $M LäN Èü9Á À% LZ ±k&z¥ýË ºQ×ó$å zý´r nC@&ý>Çg

bobot karkas sebesar 23,3%. Tinggi badan sapi Madura menunjukkan hasil analisis koefisien

korelasi yang rendah sebesar 0,26.Nilai ini tergolong positif rendah dengan nilai koefisien

determinasi sebesar 0,072 artinya keragaman tinggi badan sapi Madura mempengaruhi

keragaman bobot karkas sebesar 7,2%, sisanya dipengaruhi faktor lain seperti umur, bobot

badan, pakan dan manajemen pemeliharaan. Menurut Usmiyati dan Setianto (2007) bahwa

umur mempengaruhi bobot potong dan bobot karkas sapi, pada umur yang semakin tua

diperoleh bobot potong dan bobot karkas yang lebih tinggi daripada ternak yang lebih muda.

4.3.3 Hubungan antara Ukuran Tubuh dan Bobot Karkas Sapi Madura poel 3

Analisis korelasi dan regresi linear sederhana antara ukuran tubuh dan bobot karkas sapi

Madura pada poel 3 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hubungan antara ukuran tubuh dengan bobot karkas sapi Madura pada poel 3

Poel 3 Bobot Karkas

n r R(%)

Panjang Badan 34 0,43 18,1

Tinggi Badan 34 0,39 15,7

Lingkar Dada 34 0,60** 36,3

Keterangan : ** : sangat signifikan (P<0,01)

Tabel 8 menunjukkan bahwa analisis korelasi antara ukuran tubuh dengan bobot karkas

sapi Madura poel 3 memiliki hubungan yang sangat signifikan (P<0,01)Hasil analisis koefisien

korelasi antara lingkar dada dengan bobot karkas sapi Madura poel 3 yaitu lingkar dada sapi

Madura sama sebesar 0,60. Nilai ini tergolong positif kuat dengan nilai koefisien determinasi

sebesar 0,363 artinya keragaman lingkar dada sapi Madura mempengaruhi keragaman bobot

karkas sebesar 36,3%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti umur dan bobot badan. Hal

ini menunjukkan bahwa ukuran lingkar dada berhubungan dengan pertumbuhan tulang bagian

dada. Pertumbuhan tulang yang baik berarti menghasilkan bobot tubuh yang baik (Susanta,

2016). Atsari (2015) menyatakan untuk koefisien korelasi lingkar dada dengan bobot karkas

memiliki nilai yang erat yaitu 0,556. Yusuf (2004) Lingkar dada yang semakin besar maka akan

menghasilkan bobot badan yang semakin meningkat pula, karena terkait dengan pertumbuhan

tulang. Sedangkan tulang rusuk masih dapat tumbuh dan berkembang karena merupakan tulang

yang pertumbuhannya paling akhir, sehingga dapat menambah panjang ukuran lingkar dada.

Hasil analisis koefisien korelasi tinggi badan dengan bobot karkas sapi Madura

menunjukkan hasil yang paling rendah yaitu sebesar 0,39 Nilai ini tergolong positif rendah

dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,157 artinya tinggi badan sapi Madura

mempengaruhi bobot karkas sebesar 15,7% sisanya dipengaruhi faktor lain seperti umur dan

bobot badan Hal ini disebabkan karena sapi Madura umur yang tua akan diperoleh bobot potong

dan bobot karkas yang menurun Semakin rendah bobot karkas sapi Madura akan cenderung

semakin lambat pertubuhanya maka perlu dilakukan menajemen pemeliharaan yang baik.