Upload
ardi-benje
View
62
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
JAMINAN KUALITAS PEMELIHARAAN
PESAWAT TERBANG
Dalam upaya mendukung kelancaran penerbangan dianjurkan adanya pesawat terbang dengan
tingkat keandalan dan kesiapan yang tinggi. Kondisi ini dapat dicapai apabila kualitas hasil
pemeliharaan/fabrikasi dapat dijamin memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu
perlu dialakukan tindakan pengendalian kualitas secara konsisten dan berlanjut terhadap hasil
pemeliharaan/fabrikasi beserta perangkat pendukungnya.
Tindakan pengendalian ini mencakup:
Pengendalian piranti lunak
Pengendalian alat uji ukur dan sarana inspeksi
Pengendalian kualitas material.
Pengendalian kualitas personil pemeliharaan.
Pengendalian kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi
Pemeriksaan kualitas.
A. Pengendalian Piranti Lunak
1. Publukasi teknik (Technicah Order/Publication).
Berupa manual, drawing, instruksi teknik udara/peraturan teknik udara dan
pembahasannya yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan teknis kegiatan
fabrikasi/pemeliharaan yang berada di unit-unit pemeliharaan. Ketepatan pemenuhan
ketentuan teknis yang dipersyaratkan akan sangat tergantung pada ketepatan publikasi
teknis yang digunakan.
Untuk itu publikasi teknis harus dikendalikan melalui kegiatan sebagai berikut:
Memeriksa secara berkala kelengkapan publikasi teknis sesuai lingkup kegiatan
pemeliharaan yang
dilaksanakan.
Memeriksa kesesuaian publikasi teknis yang tersedia atau yang akan dialokasikan.
Memeriksa kemutakhiran publukasi teknik dengan mengecek perubahan –perubahan
yang sudah dimasukkan atau belum.
2. Dokumentasi (Documentation)
Inspeksi atas hasil pemeliharaan/fabrikasi harus didokumentasikan dalam bentuk yang
telah dibakukan. Dokumen ini dapat menunjukkan kesesuaian hasil
pemeliharaan/fabrikasi dengan ketentuan teknik yang dipersyaratkan. Dengan
memeriksa hasil inspeksi atau memeriksa laporan, yang dibuat berdasarkan dokumen
tersebut akan dapat diketahui sejauh mana ketentuan teknis yang dipersyaratkan dapat
dipenuhi. Karenanya setiap hasil inspeksi perlu didokumentasikan dan dikendalikan
secara seksama demi terjaminnya kualitas pemeliharaan/fabrikasi.
3. Laporan (Report)
Pelaksanaan hasil inspeksi/pemeliharaan baik yang terjadwal maupun yang tidak
terjadwal harus dilaporkan keinspektor pada jadwal disatuan/dikerjanya dan selanjutnya
dilaporkan pada dijamkual pusat, selaku penyelenggara pembinaan jaminan kualitas
pemeliharaan pesawat terbang. Laporan ini harus dibuat secara akurat sesuai dengan
bentuk yang dibakukan dan disampaikan tepat waktu. Dengan demikian dimungkinkan
pemantau kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi dapat diselesaikan secara efektif serta
evaluasi masalah dan penyampaian arahan dibidang pemeliharaan dapat dilakukan
secara tepat guna dan tepat waktu.
B. Pengendalian Alat Uji / Alat Ukur dan Sarana Inspeksi
1. Alat uji ukur dan sarana inspeksi merupakan perangkat pemeliharaan/fabrikasi yang
digunakan untuk menguji,
mengukur atau memeriksa kemampuan/fungsi suatu item/sistem serta untuk meyakinkan
kesesuaiannya dengan ketentuan teknis yang dipersyaratkan. Kebenaran hasil
pengujian/pengukuran sangat tergantung dari keandalan dan ketetapan alat uji/alat ukur
yang digunakan. Oleh karenanya perolehan itu harus dijamin dapat bekerja menurut
fungsinya serta kualitasnya memenuhi persyaratan.
Pengendalian alat uji dan alat ukur meliputi:
Pemeriksaan ketepatan dan kelengkapan informasi pada stiker atraupun identifikasi
lainnya yang menunjukkan jaminan keandalan dan batas waktu peralatan tersebut.
Pengawasan atas penempatan dan pemeliharaan alat uji/alat ukur dalam
penyimpanan serta kesesuaian penggunannya dengan fungsi dan batas
kemampuannya.
Pengawasan atas pelaksanaan kalibrasi alat uji ukur sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditentukan.
Pengawasan atas kualifikasi dan kemampuan profesi personil/operator peralatan
tersebut.
Pengendalian sarana inspeksi Kegiatan yang melaksanakan mencakup:
Pemeriksaan dan pengesahan penggunaan perkakas kerja sebagai sarana
pemeliharaan/fabrikasi inspeksi di unit pemeliharaan.
Pengawasan atas pelaksanaan pemeriksaan kondisi, penyetelan, perbaikan, dan
penggantian perkakas kerja guna terjaminnya tersedianya sarana pemeliharaan
/fabrikasi dan sarana inspeksi yang memenuhi ketentuan teknis yang dipersyaratkan.
C. Pengendalian Kualitas Material.
1. Material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeliharaan/fabrikasi pada umumnya
berasal dari pengadaan lokal atau terpusat. Material terrsebut perlu dijamin kualitasnya
agar pada gilirannya dapat dijamin kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi yang dimaksud.
Karenanya perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap pelaksanaan penyediaan
material untuk meyakinkan bahwa material yang dibutuhkan telah ditentukan secara tepat
dan jelas identitasnya,sumber pengadaan yang dituju dapat diandalkan secara material
yang diadakan sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditentukan.
2. Pengendalian data teknis.
Data teknis yang merupakan identifikasi material dalam suatu unsur pesanan (UP) dan
dukungan kontrak harus dinyatakan secara jelas.
Data teknis tersebut meliputi :
a. Nama, P/N, NSN material yang akan diadakan.
b. Model, grade, kemampuan, ukuran atau spesifikasi teknis lainnya.
Pengendalian kegiatan tersebut dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab
dalam pembuatan unsur pesanan (UP) dan kontrak.
3. Sumber pengadaan/rekanan
Keandalan rekanan mempunyai pengaruh kepada kelancaran dan kualitas material yang
akan diadakan. Oleh karena itu sumber pengadaan/rekanan perlu dikendalikan dengan
tindakan sebagai berikut:
a. Melakukan sumber seleksi/audit yang akan ditunjuk
b. Melakukan pemeriksaan/audit atas fasilitas dan kemampuan sumber pengadaan
c. Melakukan evaluasi kemampuan rekanan berdasarkan penelitian atas dokumen
kontrak, dokumen pengiriman
material dan berita acara pemeriksaan material.
4. Pemeriksaan penerimaan
Hal ini dilakukan oleh komisi pemeriksa penerimaan material dengan cara mencocokkan
material tersebut dengan contoh yang ada ataupun kesesuaiannya dengan spesifikasi
teknis yang tercantum dalam kontrak. Apabila diperlukan dilakukan pengujian atas
material tersebut dengan menggunakan fasilitas uji yang telah disahkan. Material yang
tidak memenuhi persyaratan dikembalikan kepada rekanan untuk mendapatkan
penggantian.
5. Pemeriksaan material dalam penyimpanan.
Material dalam penyimpanan akan mengalami penurunan kualitas dari waktu ke waktu
bahkan beberapa jenis diantaranya memiliki batas usia simpan (Shelf Life). Disamping itu
perlu ditetapkan prinsip FIFO (First In First Out) dalam pelaksanaan fungsi distribusi untuk
mencegah terjadinya kadalwuarsa usia simpan material. Material yang sudah tidak
memenuhi syarat (expired/kadaluarsa) diproses untuk dihapuskan.
6. Material handling
Setiap material mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi
kepekaan terhadap goncangan, temperatur, dan kelembaban udara. Oleh karena itu perlu
pemeriksaan kondisi material secara berkala oleh komisi pemeriksa dan penangan
material harus menggunakan kemasan yang sesuai (crating,box,container) serta
diperhatikan persyaratan teknis yang telah ditentukan, baik terhadap pengaruh cuaca
ataupun goncangan pada waktu pengangkutan.
7. Pemakaian material.
Material yang dikeluarkan dari gudang persediaan untuk kegiatan pemeliharaan/fabrikasi
diperiksa terlebioh dahulu kondisi dan kebenaran spesifikasi teknisnya secara visual oleh
inspector diunit kerja yang bersangkutan. Khusus untuk komponen perbaikan, baik yang
masih baru maupun hasil pemeliharaan terlebih dahulu diperiksa kondisinya serta
kelengkapan dokumen dan kesesuaian data antara yang tercantum dalam dokumen
dengan yang tercantum pada komponen perbaikan. Apabila terjadi ketidaksesuaian data
dankondisinya, segera dilakukan pembuatan laporan dan pemrosesan material tersebut
dengan prosedur yang berlaku.
D. Pengendalian Kualisifikasi Personil Pemeliharaan
1. Kualisifikasi personil pemeliharaan mempunyai pengaruh dasar dalam pencapaian
kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi. Agar hasil pemeliharaan/fabrikasi dapat dijamin
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, maka kualifikasi personil baik mekanik
maupun inspektor perlu dikembalikan dan dimantapkan sesuai dengan ketentuan sistem
kualisifikasi spesifikasi (SKS) personil pemeliharaan/fabrikasi yang telah ditetapkan.
Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dan penilaian kemampuan profesi personil
pemeliharaan/fabrikasi secara sistematis dan berkelanjut guna pengendalian dan
pemantapannya dalam rangka pembinaan jaminan kualitas pemeliharaan pesawat
terbang.
2. Beberapa ketentuan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan menilai kemampuan profesi personil pemeliharaan adalah sebagai
berikut :
Mekanik (Mechanic)
a. Memahami petunjuk yang tercantum dalam publikasi teknik bidang yang
bersangkutan.
b. Mampu mendeteksi masalah yang terjadi serta mengetahui cara mengatasinya.
c. Lulus pendidikan pelaksana terbatas (T2) dan pelaksana mandiri (T3)
Pengawas
a. Menguasai permasalahan dengan baik serta mampu mengatasinya dengan
menggunakan teknik
pemecahan masalah.
b. Menguasai teori dan praktek bidang pekerjaan yang bersangkutan.
c. Lulus pendidikan supervisor (T4) dan kursus dasar manajemen kejuruan/pengawas
bidang yang bersangkutan.
E. Pengendalian kualitas Hasil Pemeliharaan
1. Material pesawat terbang mempunyai ciri teknilogi maju sehingga pemeliharaannya
kompleks dan mahal. Oleh
karena itu pemeliharaannya harus dilakukan secara efektif, ekonomis, dan praktis serta
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Untuk meyakinkan bahwa ketentuan teknis yang
dipersyaratkan telah dapat dipenuhi, perlu dilakukan inspeksi pada setiap
pemeliharaan/fabrikasi. kecendrungan-kecendrungan yang berpotensi dapat menimbulkan
kerusakan/kelainan akan dapat diketahui lebih dini sehingga dapat segera dilakukan
tidakan pencegahan/perbaikan. Dengan demikian kualitas hasil suatu pesawat terbang.
2. Inspeksi hasil Pemeliharaan.
Tercapainya kualitas hasil pemeliharaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
merupakan tanggung jawab inspektor dalam menginspeksi hasil pemeliharaan. Perlu juga
diperiksa perangkat/ peralatan pemeliharaan yang mempunyai pengaruh terhadap hasil
pemeliharaan. Oleh karenanya, sebelum melaksanakan pemeriksaan, inspektor harus
dapat meyakinkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kejelasan identifikasi pesawat terbang/komponen perbaikan dan macam pekerjaan
pemeliharaan/fabrikasi yang dilaksanakan.
b. Kejelasan pemeliharaan secara rinci.
c. Keandalan perkakas kerja dan alat uji ukur yang digunakan.
d. Ketentuan pengecekan, kalibrasi dan penggunaan peralatan dalam proses
pemeliharaan/fabrikasi.
e. Kondisi lingkungan kerja yang perlu diperhatikan selama pekerjaan
pemeliharaan/fabrikasi.
f. Kebenaran spesifikasi material yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan.
g. Kualifikasi personil yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan/fabrikasi.
h. Prosedur inspeksi hasil pemeliharaan/fabrikasi.
i. Kriteria kelulusan hasil pekerjaan pemeliharaan/fabrikasi.
3. Proses Khusus
Beberapa pekerjaan dilaksanakan dengan proses khusus, yaitu pekerjaan yang
menggunakan proses kimia, metalurgi, geologi, sinic, elektrinic, dan radiologi baik
dalam kegiatan pemeliharaan atau fabrikasi. Misalnya: penjelasan dan aplikasi
protective treatment maupun dalam pelaksanaan inspeksi (NDT dan NDI). Mengingan
sifat dan kondisi lingkungan kerja diperlukan tindakan keamanan kerja secara khusus.
Oleh karenanya sistem pengendalian kualitas (Dalkual) pada proses khusus diarahkan
untuk meyakinkan bahwa prosedur pengendalian proses khusus tersebut telah
memadai serta kualitas peralatan dan lingkungan kerja telah memenuhi ketentuan
keamanan kerja yang telah ditetapkan.
4. Pemeriksaan akhir dan uji fungsi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas hasil pemeliharaan/ fabrikasi secara
menyeluruh melalui pemeriksaan/ pengujian terhadapkesesuaian parameter kemampuan
pesawat/ material hasil pemeliharaan/fabrikasi dengan ketentuan teknis yamng
dipersyaratkan. Pemeriksaan ulang dilakukan terhadap material yang mengalami
perbaikan ataupun modifikasi. Selanjutnya hasil pemeriksaan/pengujian didokumentasikan
dan dilaporkan kepada Disjamkual pusat sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5. Status inspeksi.
Untuk menjamin kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi material dibengkel-bengkel
pemeliharaan, maka bagi material yang berada dalam proses pemeliharaan harus
dibedakan statusnya antara yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui:
a. Material yang belum diinspeksi.
b. Material yang sudah diinspeksi dan ditolak karena tidak memenuhi persyaratan.
Identifikasi status inspeksi dapat dilakukan dengan menggunakan cap, tag, danb bentuk-
bentuk pengendalian lainnya. Karenanya media indentifikasi perlu diperhatikan secara
seksama untuk mencegah terjadinya kekeliruan dalam pelulusan material hasil
pemeliharaan/fabrikasi guna memberikan jaminan kualitasnya
F. Pemeriksaan Kualirtas
1. Untuk meyakinkan bahwa kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan pemeriksaan kualitas secara
seksama, terencana, dan sistematis baik atas hasil pemeliharaan/fabrikasi maupun
perangkat pemeliharaan/fabrikasinya sendiri, dari hasil pemeriksaan akan dapat
diketahui :
a. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/fabrikasi dengan prosedur yang
ditentukan.
b. Kesesuaian kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi dengan ketentuan teknis yang
dipersyaratkan.
c. Keandalan prosedur yang dibakukan untuk dijadikan pedoman kegiatan
pemeliharaan/fabrikasi.
2. Penyiapan pemeriksaan kualitas
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyiapan pemeriksaan kualitas adalah:
a. Teliti lingkup kegiatan/pekerjaan yang akan diperiksa
b. Pelajari ketentuan teknis yang Dipersyaratkan.
c. Pelajari struktur organisasi unit kerja serta jalur pertanggung jawaban dengan
instansi yang membawahi
unit kerja tersebut.
d. Lakukan diskusi dengan instansi yang dibawahi unit kerja tersebut ataupun instansi
yang menyelenggarakan pembinaan fungsi yang akan diperiksa.
e. Siapkan prosedur /ketentuan teknis yang telah dibakuakan dan relevan dengan
pemeriksaan kualitas yang akan dilaksanakan antara lain: Drawing, petunjuk-
petunjuk teknis, daftar pengesahan, bentuk-bentuk pemeliharaan (termasuk bentuk
laporan dan label)
f. Buat peta aliran tentang mekanisme pelaksanaan fungsi diunit kerja yang akan
diperiksa. Peta aliran ini
harus dapat menggambarkan hubungan kerja antara personil/bagian yang satu
dengan yang lainnya serta jalur penyampaian dokumen.
g. Kumpulkan seluruh informasi dan open file pemeriksaan kualitas yang antara lain terdiri
dari:
Informasi tentang bidang/unit yang akan diperiksa.
Peta aliran mekanisme pelaksanaan diunit kerja.
Salinan prosedur/ketentuan teknis yang relevan dengan kegiatan pemeriksaan kualitas yang
akan dilaksanakan.
Saran-saran dari instansi yang dikoordinasikan.
h. Susunan konsep daftar pemeriksaan kualitas yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan
dengan prosedur yang dilaksanakan dan kualitas kerja hasil pemeliharaan/fabrikasi yang dicapai
diunit kerja.
i. Uji ketepatan pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan pengecekan secara langkah mundur
diawali dengan akhir pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/fabrikasi pada awal kegiatan
pemeliharaan/fabrikasi. Hasil dikoordinasikan dengan instansi yang berkaitan.
j. Apabila hasilnya memuaskan, susun kembali dansiapkan daftar kualitas yang akan digunakan
sebagai pedoman kegiatan pemeriksaan di pemeliharaan/fabrikasi unit kerja.
PENGORGANISASIAN
Pembinaan jaminan kualitas pemeliharaan/fabrikasi diselenggarakan dalam suatu rangkaian
kegiatan yang melibatkan berbagai satuan/unit krja/instansi. Untuk memperjelas pelaksanaan
funsi kegiatan tersebut, perlu ditetapkan suatu lingkup satuan/instansi yang terlibat. Sebagai
contoh di TNI-AU, yaitu:
A. Penyelenggara Fungsi Jaminan Kualitas Pemeliharaan
Disjamkual pusat (Kehormatau → Komando Pemeliharaan Materiil TNI –AU) Bertanggung jawab
menyelenggarakan jaminan kualitas pemeliharaan/fabrikasi yang tugasnya antara lain :
Merumuskan, menyusun, dan menyiapkan ketentuan/prosedur penyelenggaraan jaminan
kualitas pemeliharaan/fabrikasi.
Mengawasi kelengkapan, kesesuaian dan kemuktahiran publikasi teknik yang tersedia
Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan alat uji ukur secara inspeksi serta kalibrasinya.
Melakukan pemeriksaan dan menganalisa keandalan kualitas yang digunakan untuk
pemeliharaan/fabrikasi .
Mengawasi kualitas material yang digunakan untuk pemeliharaan/fabrikasi.
Mengevaluasi kualitas personil pelaksana pemeliharaan terutama inspektor.
Menyelenggarakan dan melaksanakan pemeriksaan kualitas hasil pemeliharaan.
Mengevaluasi kelainan/kerusakan dan tindakan perbaikan serta memberikan saran proses
enggenering terhadap pesawat yang dilaporkan akan dipelihara.
B. Pelaksana Funsi Pengendalian Kualitas di Satuan Pelaksana.
1. Pengendalian Kualitas Tingkat Depo
Sebagai pelaksana jaminan kualitas pemeliharaan/fabrikasi yang bertugas:
Memeriksa kelengakapan, kesesuaian dan kemuktahiran publikasi teknik didepo.
Mengawasi pelaksanaan kalibrasi alat uji ukur yang digunakan.
Mengawasi keandalan peralatan dan kesesuaian penggunaannya.
Mengawasi kesesuaian spesifikasi material untuk kegiatan pemeliharaan/fabrikasi .
Membina kemampuan profesi inspektor, mekanik dan operator peralatan khusus di Depo.
Melaksanakan pemeriksaan kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi berdasarkan ketentuan teknik
yang berlaku di Depo.
Mengawasi pendokumetasian hasil inspeksi dari pemeliharaan/fabrikasi.
Melaporkan pelaksanaan hasil jaminan kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi yang dilakukan di
Depo kepada Disjamkual Pusat(Kehormatau)
2. Pengendalian kualitas tingkat skatek (Skadron Teknik)
Sebagai pelaksana pengendali kualiras disatuan/iinstansi tingkat skuadron yang bertugas:
Memeriksa kelengkapan, kesesuaian dan kemuktahiran publikasi teknik disatuan/unit kerja yang
bersangkutan.
Mengawasi penggunaan alat uji ukur serta mengendalikan pengkalibrasiannya.
Mengawasi keandalan peralatan dan kesesuaian penggunannya dalam proses
pemeliharaan/fabrikasi.
Mengawasi kesesuaian spesifikasi material yang digunakan.
Membantu pembinaan Kemampuan propesionalisme inspektor dan mekanik
Melaksanakan pemeriksaan hasil pemeliharaan/fabrikasi sesuai dengan ketentuan teknis di
satuan/unit kerja.
Mengawasi pendokumentasian hasil inspeksi yang dilaksanakan di satuan/unit kerja yang
bersangkutan.
Melakukan evaluasi laporan kerusakan dan merumuskan tindakan perbaikan serta menganalisa
kaelainan yang ada pada pesawat.
Melaporkan pelaksanaan pengendalian kualitas hasil pemeliharaan/fabrikasi yang dilaksanakan
di satuan/unit kerja kepada Disjamkual Pusat.
3. Pengendalian kualitas satuan pemeliharaan tingkat ringan (Skadron Udara)
Sebagai pelaksana pengendali di satuan/unit kerja pemeliharaan tingkat ringan yang
bertugas:
Memeriksa dan mengusahakan kelengkapan, kesesuaian dan kemutakhiran publikasi teknik
disatuannya.
Mengawasi penggunaan alat uji ukur serta pengendalian penerimaan kalibrasinya.
Mengawasi keandalan peralatan dan kesesuaian penggunaannya dalam proses
pemeliharaannya.
Mengawasi cara penyimpanan dan kesesuaian spesifikasi material untuk pemeliharaan.
Membina kemampuan profesionalisme personil pemeliharaan.
Memeriksa kualitas hasil pemeliharaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku untuk pemeliharaan
tingkat ringan.
Mengawasi pendokumentasian hasil inspeksi yang telah dilaksanakan.
Memeriksa dan mengevaluasi kerusakan dan mengupayakan pemecahan masalahnya serta
mengumpulkan data yang diperlukan untuk analisa kerusakan.
Melaporkan pelaksanaan pengendalian kualitas hasil pemeliharaan kepada Disjamkual pusat.
C. Inspektor.
Sebagai pelaksana pemeriksaan/pengujian kualitas hasil pemeliharaan di satuan/unit kerja yang
tugasnya:
Memeriksa kesesuaian spesifikasi teknis dan konsisi material yang digunakan untuk
pemeliharaan/fabrikasi.
Memeriksa ketepatan/kelengkapan informasi yang menunjukkan jaminan keandalan dan batas
waktu kalibrasi alat uji ukur yang digunakan serta mengawasi kesesuaian penggunaannya.
Memeriksa kesesuaian pelaksanaan pemeliharaan/fabrikasi dengan prosedur yang ditetapkan
serta kesesuaian pemeliharaan/fabrikasi dengan ketentuan teknis yang dipersyaratkan.
Memeriksa keandalan dan kesesuaian penggunaan peralatan dalam proses
pemeliharaan/fabrikasi.
Mengevaluasi kerusakan dan memberikan saran tindakan perbaikan.
Mendokumentasikan hasil inspeksi atas pekerjaan pemeliharaan/fabrikasi.
D. Inspeksi
1. Dasar pemikiran
Produk dan jasa harus selalu diperiksa agar sesuai dengan standard yang telah ditetapkan
oleh perusahaan (dengan maksud produk/jasa yang rusak dapat disisihkan)
2. Tujuan Inspeksi.
Adalah tindakan pencegahan dan bukan perbaikan.
Produk barang bertujuan untuk menghentikan produk barang yang rusak.
Produk jasa bertujuan untuk menghentikan jasa yang tidak berguna.
3. Metode inspeksi/pemeriksaan.
Secara sempling → Bagi produk yang banyak.
Satu-satu → Bagi produk yang dikit
Jaminan →Bagi produk yang tidak dijamin baik kualitasnya oleh pabrik pembuatnya
4. Inspeksi dapat dihilangkan apabila.
Dinyatakan oleh penyelia bahwa inspeksi akhir telah terbukti dapat dipercaya dan barang-barang
tersebut telah melalui pemeriksaan yang ketat dalam pabrik yang dinyatakan dalam
tabel/tag,bukti pengujian,jaminan,dan sebagainya.
Pembeli juga dapat menempatkan orang-orangnya pada saat pemeriksaan barang dalam pabrik
dan turut mengawasi terhadap barang yang dibeli sebelum dikirim.
Sebelum pembelian produk/jasa pembeli melakukan program inspeksi, sumber pengadaan untuk
mendapatkan keputusan bahwa barang-barang yang akan dibeli dan akan dikirim dijamin
kualitasnya pasti baik.. Kegiatan diatas untuk mengehemat inspeksi ganda dan pengkhususan
biaya (khusus biaya transportasi) karena mungkin terjadi barang-barang salah kirim dan kembali
lagi. Untuk itu barang-barang jaminan mesti ada, tetap diperiksa oleh panitia yang dibentuk dan
biasanya hanya menyangkut jenis dan kualitasnya.
5. Waktu Inspeksi.
Ada beberapa pedoman untuk menentukan kapan sebaiknya inspeksi dilaksanakan, yaitu:
Inspeksi dilakukan setelah kegiatan/operasi produksi yang menghasilkan produk yang
jelek/salah.
Agar produk yang salah dapat diperbaiki/dihentikan sama sekali.
Inspeksi dilakukan setelah kegiatan produksi dimana produk/barang yang jelek/rusak dapat atau
mungkin merusak serta menghentikan mesin-mesin.
Inspeksi dilakukan setelah kegiatan produksi akan memakan biaya besar terhadap perbaikan
barang-barang yang jelek /salah agar kegiatan /operasi ini tidak jadi dilaksanakan.
Inspeksi dilakukan sebelum operasi untuk menutup produk yang salah atau rusak.
Inspeksi dilakukan sebelum kegiatan/operasi perakitan yang tidak dapat tidak harus dilakukan.
Inspeksi pada mesin-mesin otomatis/semi otomatis biasanya hanya pada unit pertama dan
terakhir sedangkan unit-unit diantaranya dilakukan seperlunya saja.
Inspeksi dilakukan pada produk/komponen akhir.
Inspeksi dilakukan pada waktu penggudangan (termasuk barang-barang yang dibeli)
Inspeksi dan pengujian produk-produk jadi.
E. Frekuensi Kegiatan Inspeksi.
Pelaksanaan inspeksi menyangkut keterkaitan antara biaya inspeksi dengan biaya produk yang
rusak atau cacat serta kerja tambahan yang diakibatkan oleh tidak dilaksanakannya komponen-
komponen yang rusak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan adalah:
Rehabilitas/keandalan
Biaya inspeksi per unit.
Untuk mengetahui dan menentukan intervar inspeksi yang ekonomis perlu menggambarkan
hubungan fungsional antara variabel variabel kepentingan dengan ukuran efektifitas.
Hal tersebut diatas dinyatakan dengan rumus:
Tc =
Dimana :
Tc → Biaya total per interval reliabilitas
R →Interval reliabilitas dalam jam yaitu waktu rata-rata antara kegagalan proses untuk
pekerjaan tertentu.
D →Interval penundaan dalam jam.
C →Interval inspeksi dalam jam biasanya yang dihitung adalah I optimal dengan rumus:
I optimal =
M →Kerugian produsi per jam (seperti dicerminkan dalam pengerjaan ulang pemborosan
waktu karyawan, mesin, dan limbah)
Contoh Soal
Operasi tiga shift suatu pabrik, dievaluasi periode 5 minggu dengan waktu produksi total 55,5
jam. Selama ini terjadi 10 penolakan sehingga interval reliabilitas rata-rata 55,5 jam . Interval
penundaan adalah 15 menit dan kerugian produksi Rp.44.000,- per jam. Biaya inspeksi sebesar
Rp.14.000,- per jam dan waktu inspeksi per unit 2 menit. Berapa I optimal dan berapa biaya
total per interval reliabilitas (TC)?
JAWAB
M = Rp.44.000,-
I optimal =
R x C
I +
M x I
2 + M x D
2 x R x C
M
Rp.14.000,-
60C = x 2 = Rp.467,-
2 x R x C
M
R = 55,5 Jam
D = 15 Menit
= 0,25 Jam
M = Rp. 44.000,-
=
= 1,085 Jam
Tc =
=
= Rp 58.758,-
Biaya Total = Rp. 58.758,-
Biaya total per menit = Rp. 58.758,-
= Rp. 19.586,-
2 x (55,5) x 467
Rp.44.000,-
R x C
I +
M x I
2 + M x D
(55,5) x 467
1,085 +
44.000 x (1,085)
2 + (44.000) x (0,25)
3