Upload
riyadi-wibowo
View
15
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jbptitbpp Gdl Indrawarda 27201 3 2007ts 2
Citation preview
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
II.1 Sekuen Stratigrafi Rift System
Lambiase (1990) mengajukan pengelompokan tektonostratigrafi cekungan syn-
rift yang terbentuk dalam satu satu siklus tektonik menjadi rift initiation, syn-rift
dan post-rift. Syn-rift dibagi menjadi tiga tahap menjadi early syn-rift, middle
syn-rift dan late syn-rift. Lambiase juga mengasosiasikan respon/perkembangan
struktur pembentuk cekungan dengan tipe lingkungan pengendapan pada setiap
tahap tersebut. Karakter dari sekuen-sekuen pengendapan yang berkembang di
dalam tatanan rift sangat dikontrol oleh perubahan topografinya selama evolusi
tektonostratigrafi dari cekungan. Model sekuen pengendapan yang berkembang
di tatanan cekungan rift kontinen dalam hubungannya dengan fase tektonik yang
mengontrolnya adalah sebagai berikut (Gambar II.1):
1. Rift initiation
Terjadi subsidence yang cepat, patahan yang aktif dan fault-block
topography. Belum ada rift shoulder atau accomodation zone. Sekuen
pengendapan yang berkembang adalah endapan fluvial.
2. Syn-rift
i. Early syn-rift
Terjadi subsidence yang cepat dan patahan yang aktif. Hampir seluruh
subsidence terjadi sepanjang border fault sehingga membentuk
morfologi half-graben. Meningkatnya kecepatan subsidence membuat
kecepatan accommodation zone meningkat dalam cekungan. Topografi
lainnya yang terbentuk adalah rift shoulder yang menonjol di daerah
border fault maupun flexural margin yang menghalangi drainase dari
luar dan sedimen ke dalam cekungan. Akibatnya, kecepatan sedimentasi
menjadi rendah secara dramatis dan jauh lebih rendah dari kecepatan
subsidence. Dengan kata lain terjadi pembentukan sediment-starved
basin yang dalam dan tertutup (Gambar II.2). Sekuen pengendapan
yang berkembang adalah endapan lakustrin.
6
ii. Middle syn-rift
Terjadi subsidence dan patahan yang menengah dan topografi yang
hampir sama pada fase early syn-rift dengan basin floor lebih flat.
Sekuen pengendapan yang berkembang adalah endapan fluviodeltaic.
iii. Late syn-rift
Terjadi subsidence yang lambat dan patahan yang kurang aktif dan
topografi rift shoulder yang menonjol serta basin floor yang mendekati
flat. Sekuen pengendapan yang berkembang adalah endapan fluvial.
3. Post-rift
Terjadi sagging secara regional dan topografi yang rendah, serta sekuen
pengendapan yang berkembang adalah endapan fluvial.
Gambar II.1: Model sekuen pengendapan yang berkembang di tatanan cekungan rift kontinen dalam hubungannya dengan fase tektonik yang mengontrolnya (Lambiase, 1990)
7
Gambar II.2 Diagram blok yang menggambarkan topografi rift basin pada fase early syn-rift (Lambiase, 1990)
II.2 Seismik stratigrafi
Bidang-bidang permukaan refleksi seismik adalah permukaan-permukaan strata
yang mencirikan bidang-bidang perlapisan yang terbentuk pada satu kesamaan
waktu. Dari pola-pola terminasi lateral refleksi seismik seperti onlap, downlap,
dan truncation akan bisa dikenali batas-batas sekuen pengendapan (Mitchum,
et.al., 1977).
Di dalam aplikasi konsep tektonostratigrafi untuk menentukan batas-batas sekuen
dan fasies-fasies seismik yang berkembang di tatanan cekungan rift dilakukan
dengan melihat sifat pola-pola seismik refleksinya (konfigurasi, kontinuitas,
amplitudo, frekuensi) pada suatu selang tertentu yang berbeda dengan selang
refleksi seismik di sekitarnya (Levy, et.al., 1991) (gambar II.3).
accommodation zone
flexural margin
rift shoulder riftshoulder
8
Gam
bar I
I.3:
Ben
tuk-
bent
uk te
rmin
asi r
efle
ksi s
eism
ik (L
evy,
et.a
l., 1
991)
9
II.3 Restorasi dan Balancing
Restorasi adalah merupakan suatu proses merekonstruksi suatu proses deformasi
struktur. Proses restorasi meliputi:
i. Menghilangkan bidang luncur suatu patahan dengan melakukan restorasi
terhadap patahan berdasarkan pada kondisi saat terdeformasi;
ii. Merekonstruksi kondisi awal suatu lapisan yang mengalami perlipatan.
Balancing adalah merupakan suatu proses rekonstruksi sebuah penampang yang
melibatkan penampang dalam kondisi terdeformasi dan penampang dalam kondisi
awal. Penampang yang berada dalam kondisi terdeformasi dalam proses balancing
memiliki kriteria sebagai berikut:
i. Patahan-patahan suatu penampang yang dilakukan rekonstruksi ke kondisi
awal haruslah tanpa ada gap atau overlap;
ii. Interpretasi struktur pada suatu penampang yang mengalami deformasi dan
kemudian direstorasi hendaknya memperlihatkan geometri dalam arti geologi
yang realistis;
iii. Area suatu penampang yang mengalami deformasi dan kemudian dilakukan
restorasi harus sama.
Model restorasi yang memberikan teknik yang relatif akurat dalam menentukan
geometri master-fault adalah Model incline shear dari Dula, 1991. Metode ini
tergantung pada nilai extension, heave, throw, dan bentuk lapisan pada hanging
wall yang digunakan untuk konstruksi (Gambar II.4). H adalah heave patahan, T
adalah throw patahan, E adalah total extension, dan alfa adalah sudut shear.
Extension adalah konstan diseluruh hanging wall. Algoritma perhitungan strain
untuk daerah tektonik extensional telah dikembangkan oleh Gibss (1983) (Gambar
II.5).
10
Gambar II.4: Konstruksi geometri model incline-shear sesar normal listric dan rollover (Dula, 1991).
Algoritme Gibbs (1983)
l0 = panjang awal penampangl1 = panjang bagian yang terdeformasid = kedalaman detachmentA = area penampange = strain
β factor = 1 + e = l1 / l0 (McKenzie, 1978)
Gambar II.5: Algoritma perhitungan strain untuk daerah tektonik extensional(Gibss, 1983)
EE E E
Fault
Bed
α
43
2
1
1
23
T
HE
11
II.4 Klasifikasi Half-Graben
Mengacu pada klasifikasi Rosendahl (1987), cekungan-cekungan half-graben
dapat dikelompokan ke dalam beberapa tipe berdasarkan variasi tata letak dari
sesar-sesar normal pembentuk cekungan yaitu overlapping-opposing half-graben,
non overlapping opposing half-graben, dan similar polarity half-graben (Gambar
II.6).
Geometri half-graben yang saling berhadapan akan menciptakan zona akomodasi
baik dengan relief rendah maupun relief tinggi (LRAZ dan HRAZ), tergantung
pada tingkat overlap-nya. Zona akomodasi strike-slip (SSAC) bisa terjadi bila
tidak ada overlap. Kasus A-F dalam Gambar II.6a dan II.6b memperlihatkan unit-
unit half-graben yang overlap dan saling turun sehingga menciptakan space
problem yang cukup besar di daerah yang overlap.
12
Gambar II.6: Klasifikasi cekungan-cekungan half-graben (Rosendahl, 1987)
(a)
(b)
(c)